Anda di halaman 1dari 15

NAMA : MUHAMMAD THORIQUL IHSAN

NPM : 2420103002
UTS : DIGITAL MARKETING
KELAS/ANGKATAN : REG B1/2020

1. PERT 02 MODUL DIGITAL MARKETING_MARKETING 5.0 GENERATION


GAP (halaman 5-8)
GENERASI BABY BOOMERS (THE AGING ECONOMIC POWERHOUSE)
Generasi ini merupakan seseorang dengan kelahiran tahun1946-1964. Dikatakan baby
boomers karena seseorang yang berada pada generasi ini adalah orang-orang yang
kelahirannya pasca perang dunia II. Tentunya seluruh dunia mengalami masa perang
dunia, ketika telah usai dan kondisi dunia dinyatakan aman kondisi perekonomian
juga sudah mulai pulih maka orang-orang baru berpikiran untuk memiliki anak. Maka
anak yang lahir pada generasi inilah dikatakan sebagai baby boomers. Generasi ini
terbagi menjadi boomers awal dan boomers akhir. Kesamaan yang terjadi dari
keduanya adalah masa mereka berada pada ketegangan politik yang luar biasa di
seluruh dunia sehingga banyak yang menjadi aktivis baik di potik ataupun
lingkungan. Perbedaannya adalah pada boomers awal, dimana muncul istilah gaya
hidup hippie dan kemudian muncullan media televisi dan radio yang kemudian
muncullah New Hollywood. Kemudian untuk boomers akhir ditandai dengan
perekonomian yang bergejolak, dimana hidup menjadi lebih keras dengan orang tua
yang bekerja dan anak yang sudah mandiri dari kecil. Karena ukurannya yang tipis
dan ledakan ekonomi AS pascaperang selama mereka dibesarkan, Baby Boomers
telah menjadi salah satu kekuatan ekonomi utama. Selama beberapa dekade, Baby
Boomers telah menjadi fokus pemasar sebelum Generasi Y melebihi jumlah mereka.
Saat ini, karena mereka menjalani hidup yang lebih sehat dan lebih lama, lebih
banyak Baby Boomer menunda pensiun dan memperpanjang karir mereka hingga
melampaui usia 65 tahun. Masih memegang peran eksekutif di perusahaan, Baby
Boomers sering dikritik oleh generasi muda karena keengganan mereka untuk
mengadopsi teknologi baru dan mematahkan kebijaksanaan bisnis konvensional. Sub
generasi dari baby boomers yang kemudian menjadi awal dari generasi X.

GENERASI X (THE MIDDLE - CHILD LEADERS)


Orang- orang yang berada pada generasi ini adalah yang kelahirannya 1965-1980.
Generasi yang berada diantara mencoloknya generasi baby boomers dan generasi Y
ini membuat generasi ini terkadang terlupakan. Generasi ini dikenal mengutamakan
keluarga dan teman. Sehingga beberapa judul film berkaitan dengan film sangat hits
pada masa itu sebagai contoh “Friends”. Sebagai kelompok anak tengah, Generasi X
mengalami mayor pergeseran teknologi konsumen, yang mempengaruhi mereka
untuk menjadi sangat mudah beradaptasi. masuknya mereka ke dunia kerja ditandai
dengan pertumbuhan Internet—membuat mereka menjadi pengguna awal
konektivitas. Meskipun diabaikan oleh sebagian besar pemasar, Generasi X memiliki
menjadi salah satu generasi paling berpengaruh di dunia kerja saat ini. Dengan
pengalaman kerja rata-rata 20 tahun dan etos kerja yang kuat, Generasi X telah
memegang sebagian besar peran kepemimpinan dalam bisnis. Merasa lebih sulit
untuk naik tangga perusahaan dengan Baby Boomers yang memperpanjang masa
pensiun mereka, banyak dari Generasi X meninggalkan majikan mereka di usia empat
puluhan, memulai bisnis mereka sendiri, dan menjadi pengusaha sukses.

GENERASI Y – THE GEN – WHY MILLENIALS


Generasi ini terdiri dari orang orang dengan kelahiran 1981-1996. Generasi ini
merupakan generasi yang paling banyak menjadi perbincangan. Dikarenakan berada
pada zaman new millennium maka generasi ini biasa dipanggil kaum milenial.
Generasi ini merupakan anakanak dari generasi boomers – maka disebut echo
boomers dan generasi X. Dikutip dalam (Duffett, 2015) konsumen milenial
menikmati komunikasi, karena mereka mengekspresikan diri dan mendukung
kebebasan berbicara, serta menerima perubahan dan bahkan dianggap sebagai
trendsetter. Milenial selalu terhubung dan terhubung satu sama lain melalui teknologi
terkini. Generasi ini telah menggunakan internet sejak dini, dan mereka adalah
generasi yang sangat familiar dalam penggunaan sosial media. Generasi ini telah
mengetahui pemanfaatan teknologi untuk tujuan pribadi mereka. Dalam kegiatannya
di sosial media mereka sangat senang untuk mengekspresikan diri bahkan terkadang
suka membanding-bandingkan dirinya dengan rekan-rekan mereka. Generasi ini
mudah mendapatkan pengaruh, karena biasanya mereka meminta persetujuan dari
rekan mereka apalagi ketika ada rekan mapan mereka. Generasi Y melakukan banyak
riset dan pembelian online, terutama di ponsel mereka. Tetapi mereka tidak membeli
produk sebanyak generasi yang lebih tua karena mereka lebih menyukai pengalaman
daripada kepemilikan. Mereka tidak fokus mengumpulkan kekayaan dan aset tetapi
mengumpulkan kisah hidup. Karena pendidikan tinggi, keragaman, dan keterpaparan
mereka terhadap konten tak terbatas, Generasi Y lebih berpikiran terbuka dan idealis.
Generasi Y mempertanyakan segalanya, yang membuat mereka rentan terhadap
konflik di tempat kerja dengan generasi yang lebih tua yang mengharapkan mereka
untuk mengikuti norma. Hal inilah yang membuat saat ini tenaga pemasar pada
beberapa asset seperti property dan otomotif banyak menargetkan pada generasi
millennial. Generasi Milenial yang lebih tua—mereka yang lahir pada 1980-an—
memasuki tempat kerja selama krisis keuangan global 2008 dan setelahnya, dan
karena itu harus bertahan di pasar kerja yang sulit. Beberapa dari mereka akhirnya
membangun bisnis mereka sendiri. Karena pengalaman kerja yang sangat kompetitif,
mereka cenderung memiliki pemisahan yang jelas antara kehidupan pribadi dan
profesional. Generasi Milenial yang lebih muda—lahir tahun 1990-an—di sisi lain,
mengalami pasar kerja yang lebih baik. Mereka cenderung memadukan kehidupan
pribadi dan profesional. Dengan kata lain, mereka hanya menginginkan pekerjaan
yang mereka nikmati—pekerjaan itu harus memuaskan. Generasi milenial yang lebih
tua dikenal sebagai jembatannya. Karena mereka belajar untuk beradaptasi dengan
dunia digital dan fisik. Sementara millennial yang lebih muda, karena mereka
mengadopsi Internet pada usia yang sangat muda, mereka secara alami melihat dunia
digital. dunia sebagai perpanjangan mulus dari dunia fisik.

GENERASI Z
Generasi Z yaitu seseorang dengan kelahiran 1997 hingga 2009. Merupakan generasi
yang memiliki banyak sebutan diantaranya Post millennials, Homeland generation,
iGen, The Founders, dab Centennials. Generasi ini menjadi perhatian bagi para
pemasar dan juga akademisi. Generasi ini juga disebut sebagai generasi digital
natives. Lahir ketika Internet sudah menjadi mainstream, mereka dianggap sebagai
penduduk asli digital pertama. Karena tidak memiliki pengalaman hidup tanpa
Internet, mereka memandang teknologi digital sebagai bagian tak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari. Mereka selalu terhubung ke Internet melalui perangkat digital
mereka untuk belajar, update berita, belanja, dan jejaring sosial. Mereka
mengkonsumsi konten terus menerus melalui beberapa layar, bahkan ketika mereka
berada dalam situasi sosial. Akibatnya, mereka hampir tidak melihat batas antara
dunia online dan offline. Generasi ini merupakan para generasi yang menghargai
karya seni dan juga adaptif pada era normal salah satu karakteristik yang diidentifikasi
para pemasar adalah kecenderungan Gen Z sebagai generasi yang tak loyal, namun
royal. Generasi ini cenderung berupaya mengejar apa yang mereka mau. Dalam dunia
kerja, Gen Z sering dianggap sebagai kelompok yang tidak loyal karena sering
berpindah kerja dalam waktu relatif singkat. Hal ini lantaran mereka ingin menggapai
apa yang mereka inginkan. Pada saat pandemi ini, banyak dari anak muda yang
mengalami tingkat stres lebih tinggi. Stres tersebut dikarenakan di usia ketika sedang
aktif mengejar mimpi, namun kondisi sedang terbatas. Termasuk, pada Gen Z yang
baru lulus atau fresh graduate, namun susah mencari pekerjaan. Diberdayakan oleh
media sosial, Generasi Z merekam kehidupan sehari-hari di media sosial dalam
bentuk foto dan video. Namun berbeda dengan Generasi Y yang idealis, Generasi Z
bersifat pragmatis. Berbeda dengan Generasi Y, yang suka memposting gambar diri
mereka yang lebih halus dan terfilter untuk personal branding, Generasi Z lebih suka
menampilkan versi diri mereka yang autentik dan jujur. Oleh karena itu, Generasi Z
membenci merek yang menyiarkan citra yang dibuat-buat dan terlalu bagus untuk
menjadi kenyataan.

GENERASI ALPHA – THE CHILDREN OF MILLENIALS


Generasi dengan tahun kelahiran 2010-2025, yang merupakan anak dari generasi
millennial. Generasi ini merupakan hasil dari konvergensi teknologi. Dimana selain
mereka yang memang sudah digital native tetapi juga sangat dipengaruhi oleh
perilaku teknologi orang tua mereka (generasi Y) dan kakak mereka (generasi Z).
Karakter Generasi Alpha sangat banyak berbentuk dan dipengaruhi oleh gaya
pengasuhan orang tua Generasi Y mereka. Menikah di usia yang lebih tua, Generasi Y
lebih menekankan pada pola asuh dan pendidikan anak. Mereka juga mengajari anak-
anak mereka tentang uang dan keuangan sejak dini. Selain itu, mereka membesarkan
anak-anak mereka di lingkungan perkotaan yang sangat beragam dan serba cepat.
Oleh karena itu, Generasi Alpha tidak hanya terdidik dan melek teknologi, tetapi juga
inklusif dan sosial. Karena dibesarkan oleh generasi Y dan dipengaruhi konten dari
generasi Z maka mereka sudah terbiasa dengan melihat konten sedari kecil. Contoh
bayi-bayi saat ini sudah diberikan tontonan di youtube. Mereka sangat senang
menggunakan perangkat teknologi apapun. Oleh karena itu mereka sangat mudah
dalam terpengaruh terhadap konten dari beberapa media yang ada. Walaupun mereka
belum bisa berbelanja, namun mereka pintar dalam membujuk orang tua mareka. Hal
inilai yang membuat generasi ini menjadi target pemasar global.
2. PERT 02_PPT MODUL DIGITAL CAMPAIGN_DIGITAL CUSTOMER
JOURNEY (slide 12-13)
AWARE
Customer mengetahui brand atau produk melalui social media atau offline presence.
Customer behaviour, customer are passively exposed to a long list of brands from past
experience, marketing communications, and/or advocacy of others.

APPEAL
Customer tertarik mencari tahu brand atau produk tersebut.
Customer behaviour, customers process the messages they are exposed to creating
short term memory or amplifying long term memory and become attracted only to a
short list of brands

ASK
Customer mencari tahu lebih lanjut, baik bertanya atau mencari review.
Customer behaviour, prompted by their curiosity, customers actively research for
more information from friends and family, from the media, and/or direcly from the
brands.

ACT
Customer membeli produk dari lini offline maupun online.
Customer behaviour, reinforced by more information, customers decide to by a
particular brand and interact deeper through purchase, usage, and/or service
processes.

ADVOCATE
Customer mengadvokasi secara tidak langsung pengalaman mereka.
Customer behaviour, over time customers may develop a sense of strong loyalty to
the brand, which is reflected in retention, repurchase, and ultimately advocacy to
others.
Tahap Advocate sangat penting karena konsumen yang merekomendasikan merek
kepada orang lain cenderung lebih dipercaya daripada iklan atau promosi merek.
Konsumen yang merasa puas dengan produk juga cenderung menjadi pelanggan setia
dan membeli produk secara teratur. Oleh karena itu, merek harus berfokus pada
memberikan pengalaman positif bagi konsumen pada setiap tahap Digital Customer
Journey untuk mendorong advokasi konsumen dan membangun hubungan yang kuat
dengan pelanggan.
3. PERT 11_Modul Digital Campaign Promotions_Content Marketing (halaman 8-18)
Menetapkan Tujuan
Sebelum memulai perjalanan pemasaran konten, pemasar harus mendefinisikan tujuan
mereka dengan jelas. Tanpa tujuan yang tepat, pemasar mungkin tersesat ketika
mereka menyelam jauh ke dalam pembuatan dan distribusi konten. Sasaran mereka
harus diselaraskan dengan tujuan bisnis mereka secara keseluruhan dan diterjemahkan
ke dalam metrik utama, yang menjadi dasar evaluasi pemasaran konten. Tujuan
pemasaran konten dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama. Kategori
pertama adalah tujuan yang berhubungan dengan penjualan; ini termasuk penciptaan
petunjuk, sale-closing (melakukan penjualan), cross-sell (menjual produk lain ke
orang yang sudah menjadi pelanggan), up-sell (mencoba membujuk pelanggan yang
sudah membeli untuk membeli lebih banyak, atau membeli sesuatu yang lebih mahal),
dan sales-referral (mendapat pelanggan baru yang dirujuk oleh pelanggan lama).
Kategori kedua adalah tujuan terkait merek; ini termasuk kesadaran merek, asosiasi
merek, dan loyalitas/advokasi merek. Sebagian besar pemasar konten memiliki lebih
dari satu tujuan di kedua kategori. Content Marketing Institute mengungkapkan
bahwa pemasar konten B2C paling efektif di Amerika Utara menempatkan
pentingnya kesadaran merek, loyalitas, dan keterlibatan sebagai tujuan utama. Di sisi
lain, pemasar konten B2B lebih menekankan pada perolehan prospek dan penjualan
sebagai tujuan utama. Mendefinisikan tujuan mereka membantu pemasar untuk
merancang strategi pemasaran konten dengan lebih baik. Jika tujuan termasuk dalam
kategori yang berhubungan dengan penjualan, pemasar perlu memastikan bahwa
saluran distribusi konten selaras dengan saluran penjualan. Misalnya, Birchbox,
layanan berlangganan produk kecantikan online, menawarkan tips untuk menjaga
rambut lebih sehat dalam sebuah video. Karena salah satu tujuannya adalah penjualan,
panel "Belanja Cerita Ini" ditempatkan di sebelah panel video, memungkinkan
anggota audiens untuk mengklik dan membeli produk yang ditampilkan dalam konten
secara langsung jika mereka menginginkannya. Di sisi lain, jika tujuannya lebih
terfokus pada metrik merek, pemasar perlu memastikan bahwa konten selalu
konsisten dengan karakter merek. Contohnya adalah Colgate; konten “Pusat
Perawatan Mulut” membantu membangun asosiasi merek Colgate sebagai pakar lisan.
Di India, aplikasi Pusat Perawatan Mulut Colgate membantu menghubungkan dokter
gigi dengan calon pasien, yang membantu membangun citra merek yang kuat di
kedua kelompok tersebut.

Pemetaan Target Pasar


Setelah tujuan didefinisikan dengan jelas, pemasar harus menentukan audiens yang
ingin mereka fokuskan. Pemasar tidak bisa begitu saja mendefinisikan audiens dalam
istilah luas seperti "pelanggan kita", "pemuda pada umumnya", atau "pengambil
keputusan". Mendefinisikan subset audiens tertentu akan membantu pemasar
menciptakan konten yang lebih tajam dan lebih dalam, yang pada gilirannya
berkontribusi pada penceritaan merek yang efektif. Seperti segmentasi tradisional,
batasan audiens dapat berupa geografis, demografis, psikografis, dan perilaku. Batas
akhir seringkali berupa perilaku. Douglas Holt menyarankan bahwa pemasar konten
fokus pada topik yang menarik subkultur tertentu (seperti home-schooling,
pencetakan 3-D, mengamati burung, dan binaraga) yang memiliki kecenderungan
untuk berkumpul di komunitas dan mendistribusikan konten yang relevan di antara
mereka sendiri. Karena sebagian besar subkultur tertarik dengan tema baru dan non-
mainstream yang menyatukan mereka, pemasar konten mungkin menemukan ide
konten non-generik saat mengamatinya. Selain itu, sebagian besar aktivis subkultur
adalah pemberi pengaruh yang akan membantu memperkuat konten. Setelah pemasar
menetapkan batasan audiens mereka, mereka perlu membuat profil audiens dan
menggambarkan persona mereka, yang akan membantu mereka membayangkan
seperti apa audiens sebenarnya dalam kehidupan nyata. Melalui penelitian yang tepat,
mereka juga perlu menemukan kecemasan dan keinginan mereka—atau titik-titik rasa
sakit dan aspirasi—yang akan menentukan kebutuhan mereka akan konten tertentu.
Pemasar kemudian harus bertujuan untuk menyediakan konten yang membantu
mereka menghilangkan kecemasan dan mencapai keinginan mereka. Airbnb,
misalnya, berfokus pada pelancong yang ingin merasakan destinasi mereka sebagai
penduduk lokal yang benar-benar tinggal di sana, bukan sebagai turis. Dengan
demikian, Airbnb menerbitkan "Daftar Lokal" untuk tujuan utama. Buklet PDF ini
adalah panduan peta yang menjelaskan apa yang akan dilakukan penduduk setempat
dan tempat-tempat favorit yang mereka kunjungi di kota tertentu. Ini pada dasarnya
adalah panduan perjalanan tetapi mengambil sudut pandang lokal bukan turis.
Segmen audiens yang ditentukan dengan jelas membantu Airbnb mengembangkan
konten yang relevan dan menarik.

Penggagasan dan Perencanaan Konten


Langkah selanjutnya adalah menemukan ide tentang konten apa yang harus dibuat
dan melakukan perencanaan yang tepat. Kombinasi tema yang relevan, format yang
sesuai, dan narasi yang solid memastikan kampanye pemasaran konten yang sukses.
Dalam menemukan tema yang tepat, pemasar harus mempertimbangkan dua hal.
Pertama, konten yang bagus memiliki relevansi yang jelas dengan kehidupan
pelanggan. Dengan semua kekacauan informasi, konten harus memiliki arti bagi
audiens agar tidak diabaikan. Itu harus menghilangkan kecemasan mereka dan
membantu mereka mengejar keinginan mereka. Kedua, konten yang efektif memiliki
cerita yang mencerminkan karakter dan kode merek. Artinya, konten harus menjadi
jembatan yang menghubungkan cerita merek dengan kecemasan dan keinginan
pelanggan. Konten dapat menjadi sarana bagi merek untuk membuat perbedaan dan
meninggalkan warisan—tujuan akhir Marketing 3.0. Ini mengharuskan pemasar untuk
berpikir secara mendalam tentang misi merek mereka: apa yang mereka perjuangkan
di luar proposisi nilai. General Electric (GE), misalnya, memanfaatkan minat para
penggemar teknologi dan futuris dengan majalah online-nya Txchnologist. Pada saat
yang sama, ia mencoba untuk membuat cerita teknologi futuristik di sekitar merek
GE. Pemasar juga harus mengeksplorasi format konten. Konten dapat disajikan dalam
format tertulis: siaran pers, artikel, buletin, kertas putih, studi kasus, dan bahkan buku.
Konten juga dapat memiliki bentuk yang lebih visual: infografis, komik, grafik
interaktif, slide presentasi, permainan, video, film pendek, dan bahkan film fitur.
Content Marketing Institute melaporkan bahwa lebih dari 80 persen perusahaan B2C
menggunakan ilustrasi dan foto, buletin elektronik, video, dan artikel situs web
sedangkan lebih dari 80 persen perusahaan B2C menggunakan studi kasus, blog,
buletin elektronik, dan acara tatap muka. Mengingat tren pemasaran konten multi-
layar—90 persen dari semua interaksi media saat ini muncul di beberapa jenis layar
menurut Google—pemasar perlu mempertimbangkan berbagai format yang
memastikan visibilitas dan aksesibilitas konten. Elemen lain yang perlu dieksplorasi
pemasar pada tahap ide dan perencanaan adalah keseluruhan narasi pemasaran
konten. Pemasaran konten seringkali bersifat episodik, dengan alur cerita kecil yang
berbeda yang mendukung keseluruhan alur cerita. Meskipun benar bahwa pemasaran
konten paling efektif di awal jalur pelanggan (terutama dalam membangun daya tarik
dan rasa ingin tahu pada tahap banding dan permintaan), konten harus didistribusikan
di seluruh jalur pelanggan. Kuncinya adalah sering membangun campuran dan urutan
format yang tepat.

Penciptaan Konten
Semua kegiatan yang telah kita bahas mengarah pada langkah yang paling penting,
yaitu pembuatan konten itu sendiri. Pemasar konten yang sukses tahu bahwa
pembuatan konten bukanlah pekerjaan paruh waktu yang bisa dilakukan dengan
setengah hati. Pembuatan konten membutuhkan komitmen yang sangat besar dalam
hal waktu dan anggaran. Jika konten tidak berkualitas tinggi, orisinal, dan kaya,
kampanye pemasaran konten menjadi buang-buang waktu dan terkadang menjadi
bumerang. Beberapa merek memilih untuk membuat konten sendiri. American
Express Publishing, misalnya, berhasil menerbitkan konten editorial berkualitas tinggi
untuk segmen kaya, yang mencakup judul seperti Travel + Leisure dan Food & Wine.
Grup penerbitan itu akhirnya dijual ke Time Inc. ketika peraturan perbankan
membatasi kemampuannya untuk tumbuh. Pembuatan konten memang bisa menjadi
bisnis tersendiri. Ini menuntut pemasar untuk bertindak seperti penerbit dengan
penulis dan editor yang kuat. Produser konten internal yang baik harus menjunjung
tinggi standar jurnalisme dan integritas editorial yang tinggi. Mereka tidak boleh bias
terhadap merek tempat mereka bekerja. Mereka juga harus belajar dari produser besar
Hollywood cara membuat cerita yang menghibur dan menarik. Pembuatan konten
tidak memiliki tanggal mulai dan berakhir. Ini adalah proses berkelanjutan yang
membutuhkan konsistensi. Oleh karena itu, pemasar perlu memastikan bahwa mereka
memiliki kemampuan internal untuk menyampaikan konten dalam jangka panjang.
Jika mereka tidak begitu mampu, mereka harus mempertimbangkan untuk
memperoleh konten dari sumber eksternal. Cara termudah adalah dengan
mengalihdayakan pembuatan konten ke produser konten profesional: jurnalis, penulis
naskah, animator, dan videografer. Alternatif lain adalah mensponsori konten yang
diproduksi oleh sumber pihak ketiga. Pertimbangkan fakta mengejutkan yang
diungkapkan oleh New York Times ini: pembaca sebenarnya menghabiskan jumlah
waktu yang kira-kira sama untuk posting bersponsor seperti pada berita. Contoh
postingan bersponsor adalah artikel berjudul “Biaya Mengejutkan Karena Tidak
Berlibur” oleh MasterCard yang membahas secara rinci implikasi ekonomi dari tidak
adanya liburan. Kemungkinan lain adalah untuk mengkurasi konten yang dibuat
pengguna. Contohnya adalah Heineken's Ideas Brewery, di mana Heineken
mengundang pelanggan untuk membuat dan berbagi video dan gambar untuk
mendefinisikan ulang bagaimana bir harus disajikan dan diminum di masa depan.

Distribusi Konten
Konten berkualitas tinggi tidak berguna kecuali mencapai audiens yang dituju. Di
lautan konten, konten tertentu mudah hilang dalam transmisi. Pemasar perlu
memastikan bahwa konten mereka dapat ditemukan oleh audiens melalui distribusi
konten yang tepat. Memang benar bahwa content marketing lahir di era digital.
Berlawanan dengan kepercayaan populer, bagaimanapun, pemasaran konten tidak
selalu dilakukan melalui saluran media digital. Beberapa format konten dan saluran
distribusi non-digital. Bahkan penduduk asli digital menggunakan pemasaran konten
non-digital. Contohnya termasuk publikasi buku perusahaan seperti Delivering
Happiness oleh Zappos dan The Everything Store oleh Amazon. Selain itu, pemasar
B2B dan B2C di Amerika Utara setuju bahwa acara tatap muka memberikan
pendekatan pemasaran konten yang paling efektif, menurut survei oleh Content
Marketing Institute. Acara tatap muka memungkinkan interaksi manusia-ke-manusia
yang lebih bermakna yang tidak dimiliki pemasaran konten digital. Ada tiga kategori
utama saluran media yang dapat digunakan pemasar konten: media yang dimiliki,
dibayar, dan diperoleh. Media yang dimiliki merek terdiri dari aset saluran yang
dimiliki merek dan yang sepenuhnya berada di bawah kendalinya. Sebuah merek
dapat mendistribusikan konten ke saluran media yang dimilikinya kapan pun ia mau.
Media yang dimiliki meliputi publikasi perusahaan, acara perusahaan, situs web, blog,
komunitas online yang dikelola perusahaan, buletin email, akun media sosial,
notifikasi ponsel, dan aplikasi seluler milik merek. Ini adalah media yang sangat
bertarget yang jangkauannya biasanya terbatas pada pelanggan merek yang sudah ada.
Meskipun media yang dimiliki gratis, membangun dan mengelolanya membutuhkan
sumber daya internal yang signifikan.
Media berbayar merek, di sisi lain, adalah saluran yang dibayar merek untuk
mendistribusikan kontennya. Diantaranya adalah media periklanan tradisional seperti
media elektronik, media cetak, dan media luar rumah, serta media digital. Di ruang
digital, saluran media berbayar yang paling umum termasuk display banner, jaringan
afiliasi penerbit, daftar mesin pencari, penempatan media sosial berbayar, dan media
periklanan seluler. Sebuah merek biasanya membayar berdasarkan jumlah tayangan
(berapa kali konten ditampilkan) atau berdasarkan jumlah tindakan (berapa kali
pemirsa benar-benar mengikuti tindakan seperti klik, pendaftaran, atau pembelian).
Media berbayar biasanya digunakan untuk menjangkau dan memperoleh calon
audiens baru dalam upaya membangun kesadaran merek dan mengarahkan lalu lintas
ke saluran media yang dimiliki. Media yang diperoleh merek mencakup liputan dan
keterpaparan yang diperoleh merek karena dari mulut ke mulut atau advokasi. Ketika
kualitas konten sangat tinggi, penonton sering merasa terdorong untuk membuatnya
viral melalui media sosial dan komunitas—maka dari itu organik dari mulut ke mulut.
Eksposur media yang diperoleh juga bisa menjadi hasil dari upaya hubungan
masyarakat dan media yang kuat, menciptakan apa yang dikenal sebagai berita dari
mulut ke mulut. Media yang diperoleh biasanya tidak berdiri sendiri; mereka
membutuhkan media yang dimiliki dan dibayar untuk menghasilkan liputan gratis.

Penguatan Konten
Kunci untuk mendapatkan distribusi media yang kuat adalah strategi amplifikasi
konten. Tidak semua audiens diciptakan sama. Ketika konten mencapai pemberi
pengaruh utama dalam kelompok audiens yang dituju, konten tersebut kemungkinan
besar akan menjadi viral. Langkah pertama yang harus dilakukan pemasar adalah
mengidentifikasi para pemberi pengaruh ini. Mereka adalah figur yang dihormati di
komunitas mereka yang memiliki kelompok pengikut dan audiens yang cukup besar.
Mereka seringkali adalah pembuat konten sendiri yang telah membangun reputasi
mereka dari waktu ke waktu dengan konten viral yang hebat. Mereka dianggap ahli di
komunitas mereka. Bagi para influencer ini untuk mendukung dan menyebarkan
konten bermerek, kualitas konten seringkali tidak mencukupi. Aturan timbal balik
berlaku. Kuncinya adalah membangun dan memelihara hubungan menang/menang
dengan para pemberi pengaruh. Pemasar perlu memastikan bahwa pemberi pengaruh
merasa berguna untuk meningkatkan reputasi mereka ketika mereka menyebarkan
konten. Beberapa influencer juga tertarik untuk memperluas jangkauan mereka, dan
pemasar dapat membantu mereka melakukannya dengan memberi mereka akses ke
grup audiens yang lebih besar. Setelah konten diperkuat, pemasar perlu
menindaklanjuti dengan terlibat dalam percakapan. Pemasar harus mendengarkan
percakapan yang terjadi tentang konten mereka. Hal ini kadang-kadang dapat menjadi
luar biasa mengingat besarnya percakapan dan jumlah media yang terlibat. Dengan
demikian, pemasar harus hati-hati memilih percakapan di mana mereka ingin
berpartisipasi.

Evaluasi Pemasaran Konten


Evaluasi keberhasilan pemasaran konten adalah langkah pasca-distribusi yang
penting. Ini melibatkan pengukuran kinerja strategis dan taktis. Secara strategis,
pemasar harus mengevaluasi apakah strategi pemasaran konten mencapai tujuan yang
terkait dengan penjualan dan yang terkait dengan merek yang ditetapkan pada
Langkah 1. Karena tujuan tersebut selaras dengan tujuan bisnis secara keseluruhan,
evaluasinya langsung dan dapat diintegrasikan dengan pengukuran kinerja merek
secara keseluruhan. . Secara taktis, pemasar juga harus mengevaluasi metrik
pemasaran konten utama, yang sangat bergantung pada pilihan format dan saluran
media. Intinya, pemasar perlu melacak kinerja konten di seluruh jalur pelanggan
dengan bantuan alat pendengar dan analitik sosial. Ada lima kategori metrik yang
mengukur apakah konten dapat terlihat (aware), relatable (appeal), searchable (ask),
actionable (act), dan shareable (advocate). Metrik visibilitas adalah tentang mengukur
jangkauan dan kesadaran. Metrik yang paling umum mencakup tayangan (berapa kali
konten dilihat), pemirsa unik (berapa banyak orang yang benar-benar melihat konten),
dan brand recall (berapa persen yang dapat mengingat nama merek). Keterhubungan
(relatability), di sisi lain, mengukur seberapa baik konten menarik minat. Metrik
termasuk tampilan halaman per pengunjung (jumlah halaman yang dikunjungi orang
saat berada di situs web konten), bounce rate (persentase orang yang keluar setelah
mengunjungi hanya satu halaman), dan waktu di situs (durasi kunjungan), antara lain .
Metrik penelusuran biasanya mengukur seberapa mudah konten dapat ditemukan
dengan menggunakan mesin telusur. Metrik penting mencakup posisi mesin telusur
(posisi konten di mesin telusur ketika dicari melalui kata kunci tertentu) dan rujukan
mesin telusur (berapa banyak kunjungan ke situs web perusahaan yang berasal dari
hasil mesin pencarian). Metrik tindakan mungkin merupakan salah satu hal terpenting
untuk dilacak. Mereka pada dasarnya mengukur apakah konten berhasil mendorong
pelanggan untuk bertindak. Metrik umum mencakup click-through-rate (rasio antara
jumlah klik dan jumlah impresi) dan call-to-action (persentase audiens yang
menyelesaikan tindakan tertentu seperti mendaftar dan membeli). Pada akhirnya,
pemasar perlu melacak seberapa baik konten mereka dibagikan, yang merupakan
proxy untuk advokasi. Metrik berbagi mencakup rasio berbagi (rasio antara jumlah
berbagi dan jumlah tayangan) dan tingkat keterlibatan (di Twitter, misalnya, diukur
dengan membagi total pengikut dengan tindakan berbagi seperti retweet, favorit,
balasan, dan sebutan).

Perbaikan Pemasaran Konten


Keuntungan utama pemasaran konten dibandingkan pemasaran tradisional adalah
sangat bertanggung jawab; kami dapat melacak kinerja berdasarkan tema konten,
format konten, dan saluran distribusi. Pelacakan kinerja sangat berguna untuk
menganalisis dan mengidentifikasi peluang peningkatan pada tingkat yang sangat
terperinci. Ini juga berarti bahwa pemasar konten dapat dengan mudah bereksperimen
dengan tema, format, dan saluran distribusi konten baru. Karena konten sangat
dinamis, peningkatan pemasaran konten secara berkala sangat penting. Pemasar harus
menentukan evaluasi dan cakrawala perbaikan mereka dan memutuskan kapan
saatnya untuk mengubah pendekatan pemasaran konten. Namun, penting untuk
dicatat bahwa pemasaran konten seringkali membutuhkan waktu untuk memiliki
dampaknya dan oleh karena itu memerlukan tingkat ketekunan tertentu serta
konsistensi dalam penerapannya.
4. PERT 01 MODUL DIGITAL MARKETING_ Basic Digital Marketing_P1 (halaman
10-12)
Lead Generation
Lead generation adalah metode untuk menggaet pelanggan potensial. Berikut adalah
beberapa contoh KPI untuk mengukur kesuksesan strategi lead generation:
a. Monthly New Leads Metric ini menunjukkan jumlah lead baru yang diperoleh
dalam sebulan terakhir. Lead baru dapat berupa audiens yang mendaftar free trial,
membuat akun pada situs ritel online milikmu, dan lain-lain.

Cara mengukur:
Gunakan software seperti salesforce atau Hubspot guna memudahkan kamu dalam
mendapatkan data leads atau calon pelanggan terbaru sekaligus melakukan filter data
berdasarkan periode tertentu.
Cara optimasi: Tingkatkan anggaran campaign iklan cost per click untuk menjangkau
lebih banyak audiens, buatlah konten SEO agar brandmu lebih mudah ditemukan di
search engine, dan cobalah memberikan penawaran diskon.

b.Qualified Leads Tidak semua leads yang kamu dapatkan adalah leads yang
berkualitas dan akan menjadi customer kamu. Memonitor jumlah qualified leads akan
membuat kamu mengetahui apakah campaign pemasaran tersebut telah efektif
mencapai target lead yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh tim.

Cara mengukur: Kategorikan leads berdasarkan kualifikasi tertentu (contoh: budget,


authority, needs, urgency). Apabila kamu menggunakan software CRM, kamu bisa
memfilter leads berdasarkan kategori dan tanggal untuk melihat secara detail jumlah
qualified leads yang kamu peroleh dalam jangka waktu tertentu.

Cara optimasi: Buatlah campaign dengan target spesifik untuk menjangkau audiens
yang tepat.
c.Cost per Conversion
Cost per Conversion menunjukkan berapa besaran biaya yang dibutuhkan untuk
mendapatkan lead yang pada akhirnya berhasil menjadi customer. Meski awalnya
campaign iklan menghasilkan ratusan leads, namun seringkali hanya sebagian kecil
saja yang berhasil menjadi paying customer.

Cara mengukur: Hitung waktu, sumber daya, serta biaya yang keluar untuk
melakukan sebuah aktifitas marketing, lalu bandingkan dengan jumlah conversions
atau paying customers yang didapat dalam jangka waktu tertentu.

Cara meningkatkan: Buatlah campaign dengan target audiens yang spesifik dan terus
lakukan pembaharuan user experience.

d.Cost per Leads (CPL)


Cost per Leads (CPL) menunjukkan biaya untuk memperoleh lead baru.
Cara mengukur: Hitung waktu, sumber daya, serta biaya yang keluar untuk
melakukan sebuah aktifitas marketing, lalu bandingkan dengan jumlah leads atau
prospek yang didapat dalam jangka waktu tertentu.

Cara optimasi: Perhatikan jenis campaign gratis dan berbayar yang paling cocok
untuk mendatangkan lead, kemudian tingkatkan anggaran sekaligus waktu yang
diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai