Anda di halaman 1dari 1

TENTANG NU REDAKSI DOWNLOAD    

EKONOMI BAHTSUL FIQIH


HOME  TAFSIR  KHUTBAH  HIKMAH   UBUDIYAH   MORE 
SYARIAH MASAIL DIFABEL

TRENDING NOW: Bersaksi Baik pada Jenazah yang Memiliki Kebiasaan Buruk? Search 

KHUTBAH
Rekomendasi
Antara Jihad dan Berbakti kepada Orang Tua
Rabu 2 November 2016 15:00 WIB
Lalla Zainab, Mursyid Perempuan yang
Melawan Intervensi Prancis
Share:     

Khamar dan Nasib Malang Akhir Hayat


Murid Guru Sufi

Khutbah Jumat: Tiga Pelajaran Penting


Bencana Alam bagi Tiap Muslim

Bulan Kelima Hijriah: Jumadil Awwal,


Jumadil Ula, atau Jumadal Ula?

Doa Saat Hujan Deras Dikhawatirkan


Banjir


Ilustrasi (www.huisenkuis.nl)

Khutbah I

‫ أﺷﮭد أن ﻻ اﻟﮫ إﻻ‬،‫ وأﻓﮭﻣﻧﺎ ﺑﺷرﯾﻌﺔ اﻟﻧﺑﻲ اﻟﻛرﯾم‬،‫اﻟﺣﻣد اﻟﺣﻣد اﻟذي ھداﻧﺎ ﺳﺑل اﻟﺳﻼم‬
،‫ وأﺷﮭد ان ﺳﯾدﻧﺎ وﻧﺑﯾﻧﺎ ﻣﺣﻣدا ﻋﺑده و رﺳوﻟﮫ‬،‫ ذو اﻟﺟﻼل واﻹﻛرام‬،‫ﷲ وﺣده ﻻ ﺷرﯾك ﻟﮫ‬
‫اﻟﻠﮭم ﺻل و ﺳﻠم وﺑﺎرك ﻋﻠﻰ ﺳﯾدﻧﺎ ﻣﺣﻣد وﻋﻠﻰ اﻟﮫ وأﺻﺣﺎﺑﮫ واﻟﺗﺎﺑﻌﯾن ﺑﺈﺣﺳﺎن إﻟﻰ ﯾوم‬
‫ ﻗﺎل ﷲ‬،‫ أوﺻﯾﻛم و ﻧﻔﺳﻲ ﺑﺗﻘوى ﷲ وطﺎﻋﺗﮫ ﻟﻌﻠﻛم ﺗﻔﻠﺣون‬،‫ ﻓﯾﺎﯾﮭﺎ اﻹﺧوان‬:‫ أﻣﺎ ﺑﻌد‬،‫اﻟدﯾن‬
‫ َﯾﺎ أَ ﱡﯾ َﮭﺎ‬:‫ ﺑﺳم ﷲ اﻟرﺣﻣﺎن اﻟرﺣﯾم‬،‫ أﻋوذ ﺑﺎ ﻣن اﻟﺷﯾطﺎن اﻟرﺟﯾم‬:‫ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻲ اﻟﻘران اﻟﻛرﯾم‬
‫ ﯾُﺻْ ﻠِﺢْ َﻟ ُﻛ ْم أَﻋْ َﻣﺎ َﻟ ُﻛ ْم َو َﯾ ْﻐ ِﻔرْ َﻟ ُﻛ ْم ُذ ُﻧو َﺑ ُﻛ ْم َو َﻣنْ ﯾُطِ ِﻊ ﷲ‬،‫ِﯾن آَ َﻣ ُﻧوا ا ﱠﺗﻘُوا ﷲ َوﻗُوﻟُوا َﻗ ْو ًﻻ َﺳدِﯾ ًدا‬ َ ‫اﻟﱠذ‬
‫ﺎز َﻓ ْو ًزا َﻋظِ ﯾﻣًﺎ‬
َ ‫َو َرﺳُو َﻟ ُﮫ َﻓ َﻘ ْد َﻓ‬
Advertisement

Doa

Doa dan Tindakan Rasulullah saat Hujan


Deras dan Angin Kencang

Yang Dibaca Nabi ketika Mendengar


Adzan

Doa Rasulullah untuk Hasan dan Husein


dari Bahaya Ular

‫ ﺻدق ﷲ‬.‫ﷲ َﺣ ﱠق ُﺗ َﻘﺎ ِﺗ ِﮫ َوﻻَ َﺗﻣ ُْو ُﺗنﱠ إِﻻﱠ َوأَ ْﻧ ُﺗ ْم ﻣُﺳْ ﻠِﻣ ُْو َن‬
َ ‫وﻗﺎل ﺗﻌﺎﻟﻰ َﯾﺎ اَ ﱡﯾ َﮭﺎ اﻟﱠ ِذﯾ َْن آ َﻣ ُﻧ ْوا ا ﱠﺗﻘُ ْوا‬
Doa Saat Hujan Deras Dikhawatirkan
Banjir
‫اﻟﻌظﯾم‬.
Doa Pengusir Ular Kobra

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Mas’ûd RA:

Advertisement

Warta Video

ِ ‫ َﻗﺎ َل ُﺛ ﱠم أَيﱞ ؟ َﻗﺎ َل ُﺛ ﱠم ِﺑرﱡ ْاﻟ َواﻟِدَ ﯾ‬،‫ﺻﻼَةُ َﻋ َﻠﻰ َو ْﻗ ِﺗ َﮭﺎ‬


،‫ْن‬ ‫ﷲ؟ َﻗﺎ َل اﻟ ﱠ‬ ِ ‫ت اﻟ ﱠﻧ ِﺑﻲﱠ أَيﱡ ْاﻟ َﻌ َﻣ ِل أَ َﺣبﱡ إِ َﻟﻰ‬
ُ ‫َﺳﺄ َ ْﻟ‬
ِ ‫َﻗﺎ َل ُﺛ ﱠم أَيﱞ ؟ َﻗﺎ َل ْاﻟ ِﺟ َﮭﺎ ُد ﻓِﻲ َﺳ ِﺑ‬
‫ َﻗﺎ َل َﺣ ﱠد َﺛﻧِﻲ ِﺑ ِﮭنﱠ َو َﻟ ْو اﺳْ َﺗ َز ْد ُﺗ ُﮫ َﻟ َزادَ ﻧِﻲ‬،‫ﯾل ﷲ‬

“Aku bertanya kepada Rasulullâh SAW, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab: 
‘Shalat tepat pada waktunya.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab: ‘Berbakti kepada
kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Berjihad di jalan Allah.’
Rasulullah menyebutkan (ketiga) hal itu kepadaku, seandainya aku bertanya lagi tentu Rasulullah
akan menambahkan lagi.”
Ulama menurut Al-Qur'an
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari jihad di jalan Allah bukanlah Rabu 5 Februari 2020 21:25 WIB
prioritas pertama karena ada yang lebih tinggi dan disukai oleh SWT dari pada jihad, yakni shalat di
awal waktu dan berbakti kepada orang tua. Hal itu dapat kita ketahui dari urutan kalimat atau redaksi
dalam hadits di atas, yakni: 1. ‫ﻋ َﻠﻰ َو ْﻗ ِﺗ َﮭﺎ‬َ ُ‫ﺻﻼَة‬ ِ ‫( ِﺑرﱡ ْاﻟ َواﻟِدَ ﯾ‬berbakti kepada
‫( اﻟ ﱠ‬shalat di awal waktu), 2. ‫ْن‬
kedua orang tua), dan 3. ‫ﷲ‬
ِ ‫ﯾل‬ِ ‫( ْاﻟ ِﺟ َﮭﺎ ُد ﻓِﻲ َﺳ ِﺑ‬jihad di jalan Allah).

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Ketiga hal di atas, yakni: sahalat di awal waktu, berbakti kepada kedua orang tua, dan jihad di jalan
Allah kesemuanya adalah perintah Allah SWT sebagaimana termaktub di dalam Al-Qur’an:

Advertisement Bahtsul Masail

1 Hukum Meninggalkan Shalat bagi


Relawan Bencana

2 Mana Lebih Utama Antara Orang Tua


dan Guru?

3 Hukum Menghentikan Shalat saat


Bencana Datang

4 Hukum Shalat saat Susah Debu dan Air


Bersih ketika Banjir

5 Hukum Sabung Ayam dan Hewan Aduan


1. ‫أَﻗ ِِم اﻟﺻ َﱠﻼ َة‬, Tegakkanlah shalat, (Al-Isra’, 78) Lainnya

2. ‫ﺳﺎ ًﻧﺎ‬ ِ ‫ َو ِﺑ ْﺎﻟ َواﻟِدَ ﯾ‬, Berbaktilah kepada kedua orang tua (Al-Isra, 23)
َ ْ‫ْن إِﺣ‬

ِ ‫ َو َﺟﺎ َھ ُدو ْا ﻓِﻲ َﺳ ِﺑ‬, Berjihadlah di jalan Allah (Al-Baqarah, 218)


3. ‫ﯾل ﷲ‬

Syariah
Jika kita bandingkan antara berbakti kepada kedua orang tua dengan jihad di jalan Allah maka
berbakti kepada kedua orang tua harus lebih didahulukan dari pada jihad karena ia menempati urutan
kedua, sedangkan berjihad berada di urutan ketiga. Dari sisi hukum Islam, berbakti kepada kedua
orang tua hukumnya fardhu ain yang berarti mengikat atau berlaku bagi setiap orang tanpa terkecuali. 1 Hukum Membuang dan Membunuh
Kucing
Sedangkan jihad di jalan Allah, menurut jumhur ulama, hukumnya fardhu kifayah yang berarti jika
sudah ada sebagian orang yang melakukannya, maka sebagian yang lain tidak wajib melakukannya
2 Silang Pendapat tentang Jilbab: Yuk
sehingga tidak serta merta terkena dosa karena ketidak ikut sertaannya. Dalam keadaan tertentu,
Sikapi dengan Sehat!
hukum jihad di jalan Allah bisa berubah menjadi fardhu ain.

3 Pentingnya Menyediakan Kamp


Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Pengungsian yang Aman dari
Disorientasi Seksual saat Darurat
Beberapa tahun terakhir ini, terutama sejak reformasi, beberapa kekerasan atas nama agama terjadi Bencana
dimana-mana di berbagai daerah di Indonesia. Kekerasan itu dilakukan oleh sekelompok orang yang
terlatih atas nama jihad dengan mengorbankan orang-orang yang tidak bersalah. Pertanyaannya Narkoba dalam Islam: Apakah NAPZA
4
adalah apakah mereka mendapatkan izin dari kedua orang tuanya untuk melakukan kekerasan yang Termasuk Khamar?
tidak hanya menewaskan orang lain tetapi juga menewaskan diri sendiri tersebut?

5 Pemakaian Kerudung bagi Muslimah


Pertanyaan di atas penting untuk dijawab sebab jika tidak mendapatkan izin dari kedua orang tua, menurut Ibnu Asyur
maka siapa pun sebetulnya tidak diperbolekan pergi berjihad. Rasulullah SAW sendiri tidak berani
memberangkatkan seseorang untuk pergi berjihad di jalan Allah jika orang tersebut tidak mendapat
izin dari orang tuanya. Padahal jihad yang diserukan Rasulullah SAW adalah jihad yang dijamin bisa
dipertanggungjawabkan keabsahan dan kebenarannya di hadapan Allah SWT, dan bukan jihad yang
kontroversial apalagi jihad yang keliru sama sekali.

Sikap Rasulullah SAW yang tidak bersedia memberangkatkan seseorang pergi ke medan jihad tanpa
izin kedua orang tuanya dapat kita lihat pada kandungan hadits yang diriwayatkan dari `Abdullâh bin
`Amr RA berikut ini:

‫ِﯾﮭ َﻣﺎ َﻓ َﺟﺎھ ِْد‬ َ َ‫َﺟﺎ َء َر ُﺟ ٌل إِ َﻟﻰ اﻟ ﱠﻧ ِﺑﻲﱢ َﻓﺎﺳْ َﺗﺄْ َذ َﻧ ُﮫ ﻓِﻲ ْاﻟ ِﺟ َﮭﺎ ِد َﻓ َﻘﺎ َل أَ َﺣﻲﱞ َواﻟِد‬
ِ ‫اك َﻗﺎ َل َﻧ َﻌ ْم َﻗﺎ َل َﻓﻔ‬
“Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullâh, lalu dia minta idzin ikut berjihad. Rasulullâh bertanya:
‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Lelaki itu menjawab, “Ya.” Rasulallâh bersabda,
“Berjihadlah di sisi keduanya!”

Hadits tersebut mengandung maksud bahwa seseorang yang hendak berjihad harus mendapatkan
izin dari kedua orang tuanya karena jihad (dalam arti perang di jalan Allah) itu mempertaruhkan
nyawa. Hanya kedua orang tuanya yang berhak memberi izin berjihad, baik orang itu sudah
berkeluarga maupun belum. Hal ini tentu bisa kita mengerti karena kehadiran seseorang ke dunia ini
melalui kedua orang tuanya dimana sang ibu dahulu sewaktu melahirkannya membutuhkan
perjuangan yang luar biasa dengan nyawa sebagai taruhannya.

Apakah perjuangan seorang ibu yang sedemikian berat itu boleh diabaikan sang anak begitu saja
sehingga ia pergi berjihad tanpa restu atau izinnya? Tentu saja tidak! Oleh karena itu, sebagaimana
dinyatakan dalam hadits di atas, Rasululllah SAW memerintahkan agar laki-laki yang hendak ikut
berjihad bersama Rasulullah SAW itu supaya pulang menemui kedua orang tuanya untuk berbakti
kepada mereka. Rasulullah mengatakan, ‫ِﯾﮭ َﻣﺎ َﻓ َﺟﺎھِد‬
ِ ‫ َﻓﻔ‬, “Berjihadlah di sisi keduanya!”. Artinya berbakti
kepada kedua orang tua itu juga termauk jihad di jalan Allah meski tidak secara langsung.

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Dalam hadits lain yang diriwayatkan Ibnu Majah, dikatakan bawa seorang lelaki datang kepada
Rasulullah SAW, lalu berkata:

ُ ‫ار اﻵﺧ َِر َة َو َﻟ َﻘ ْد أَ َﺗﯾ‬


‫ْت َوإِنﱠ َواﻟِدَ ىﱠ‬ َ ‫ك أَ ْﺑ َﺗﻐِﻰ َوﺟْ َﮫ ﷲ َواﻟ ﱠد‬ َ ‫ت أ ُ ِرﯾ ُد ْاﻟ ِﺟ َﮭﺎدَ َﻣ َﻌ‬ ُ ‫ﷲ إِ ﱢﻧﻰ ِﺟ ْﺋ‬
ِ ‫َﯾﺎ َرﺳُو َل‬
‫ َﻓﺎرْ ِﺟﻊْ إِ َﻟﯾ ِْﮭ َﻣﺎ َﻓﺄَﺿْ ﺣ ِْﻛ ُﮭ َﻣﺎ َﻛ َﻣﺎ أَ ْﺑ َﻛ ْﯾ َﺗ ُﮭ َﻣﺎ‬: ‫ َﻗﺎ َل‬.‫ﺎن‬
ِ ‫ َﻟ َﯾ ْﺑ ِﻛ َﯾ‬.
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya datang ingin berjihad bersamamu, mencari wajah Allah dan
(surga) di kehidupan akhirat, dan sesungguhnya kedua orangtua saya benar-benar menangis. Beliau
Rasulullah SAW menjawab: “Kembalilah kepada keduanya, buatlah mereka berdua tertawa
sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis.”

Hadits tersebut menegaskan bahwa jika orang tua tidak mengizinkan seseorang pergi berjihad
bersama Rasulullah SAW, maka orang tersebut harus mengurungkan niatnya. Jika orang tua
menangisi kepergian sang anak ke medan jihad karena memang tidak memberikan izin, maka sang
anak harus kembali ke rumah dan melakukan sesuatu yang dapat menyenangkan hati kedua orang
tuanya hingga mereka dapat tertawa bahagia untuk menghapus kecemasan dan kesedihan yang
mereka rasakan sebelumnya.

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Mengingat arti pentingnya izin orang tua dalam jihad, maka orang tua harus bisa memilah mana jihad
yang bisa dipertanggungg jawabkan kepada Allah dan mana yang tidak. Jihad yang bisa
dipertanggung jawabkan di hadapan Allah adalah jihad sebagaimana dilakukan Rasulullah SAW
bersama para sahabat. Dalam jihad seperti itu saja, Rasulullah tidak berani melanggar hak orang tua
dalam kaitannya dengan izin keterlibatan seseorang. Rasulullah SAW sangat menghargai hak orang
tua untuk mengizinkan atau tidak menginjinkan seseorang berjihad di medan perang.

Dalam konteks Indonesia, contoh jihad yang mirip dengan apa yang dilakukan Rasulullah SAW adalah
jihad sebagaimana dilakukan para pahlawan kita dahulu dalam rangka mengusir penjajah yang telah
menindas dan menyengsarakan bangsa kita. Perjuangan mengusir penjajah sebagaimana diserukan
para ulama, terutama kiai-kiai NU, lewat seruan jihad yang kemudian dikenal dengan Resolusi Jihad
1945 menjadi wajib dilaksanakan. Para penjajah memang harus dilawan dan diusir demi
mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Bapak
Proklamator kita - Soekarno- Hatta. Apalagi para penjajah itu bukanlah orang-orang yang beriman
tauhid alias kafir.

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Kembali kepada pertanyaan saya di awal, apakah para pelaku kekerasan atas nama agama di tanah
air mendapatkan izin dari kedua orang tuanya?

Tentu tidak mudah untuk mendapatkan jawaban pasti karena diperlukan sebuah penelitian. Tetapi jika
pertanyaan itu dikembalikan kepada kita dan diubah menjadi, “Apakah sebagai orang tua kita
mengizinkan anak-anak kita melakukan kekerasan seperti itu?”

Sebagai orang tua tentu kita tidak mengizinkan dengan berbagai alasan kita masing-masing. Tetapi
persoalannya adalah para pelaku kekerasan itu umumnya sudah melepaskan diri dari ikatannya
dengan orang tua yang dibuktikan dengan sulitnya komunikasi diantara mereka. Mereka sudah lama
menghilang dari rumah. Dengan kata lain mereka sudah tidak patuh lagi kepada kedua orang tua.
Mereka lebih patuh dan setia kepada guru sekaligus pimpinannya. Mengapa demikian?

Jawabnya, karena mereka telah dicuci otaknya dan diindoktrinasi bahwa orang-orang yang tidak
sepaham dengan mereka dan menghalang-halangi jihad mereka adalah orang-orang kafir. Oleh
karena itu mereka tidak segan-segan untuk mengkafirkan orang tua sendiri jika tidak sepaham
dengan mereka. Jika orang tua sendiri sudah diyakini kafir, maka menurut keyakinan mereka, izin dari
orang tua untuk berjihad tidak mereka perlukan.

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Anak adalah amanah dari Allah kepada kita. Anak menjadi tanggung jawab kita baik di dunia maupun
di akherat. Tidak ada mantan anak sebagaimana tidak ada mantan orang tua. Hubungan anak dan
orang tua bersifat abadi. Oleh karena itu, menjadi kewajiban kita untuk mendidik anak-anak kita
menjadi waladun shalih – anak yang saleh. Kesalehan seperti itu akan lebih mudah dicapai ketika
hubungan anak dan orang tua senatiasa baik, dimana orang tua selalu menyayangi dan melidungi
anak-anaknya. Sebaliknya, anak-anak selalu hormat dan berbakti kepada kedua orang tua. Insya
Allah selama anak-anak kita masih hormat dan patuh kepada kita sebagai orang tua, mereka tidak
akan mudah terbawa arus yang menyeret mereka kepada tindakan kekerasan yang tidak semestinya.
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dan keluarga kita masing-masing. Amin, ya rabbal
alamin.

‫ أﻋوذ ﺑﺎ‬: ‫ وأدﺧﻠﻧﺎ وإﯾﺎﻛم ﻓﻲ زﻣرة ﻋﺑﺎده اﻟﻣؤﻣﻧﯾن‬،‫ﺟﻌﻠﻧﺎ ﷲ وإﯾﺎﻛم ﻣن اﻟﻔﺎﺋزﯾن اﻷﻣﻧﯾن‬
.‫ ﯾﺎﯾﮭﺎ اﻟذﯾن اﻣﻧوا اﺗﻘوا ﷲ وﻗوﻟوا ﻗوﻻ ﺳدﯾدا‬:‫ ﺑﺳم ﷲ اﻟرﺣﻣﺎن اﻟرﺣﯾم‬،‫ﻣن اﻟﺷﯾطﺎن اﻟرﺟﯾم‬
‫ وﺗﻘﺑل‬،‫ﺑﺎرك ﷲ ﻟﻲ وﻟﻛم ﻓﻲ اﻟﻘران اﻟﻌظﯾم وﻧﻔﻌﻧﻲ وإﯾﺎﻛم ﺑﻣﺎ ﻓﯾﮫ ﻣن اﻻﯾﺎت واﻟذﻛراﻟﺣﻛﯾم‬
‫ وﻗل رب اﻏﻔر وارﺣم واﻧت ﺧﯾراﻟراﺣﻣﯾن‬،‫ﻣﻧﻲ وﻣﻧﻛم ﺗﻼوﺗﮫ اﻧﮫ ھو اﻟﻐﻔور اﻟرﺣﯾم‬

Khutbah II

‫ أﺷﮭد أن ﻻ‬،‫ وأﻓﺿﻠﻧﺎ ﺑﺷرﯾﻌﺔ اﻟﻧﺑﻲ اﻟﻛرﯾم‬،‫اﻟﺣﻣد اﻟﺣﻣد اﻟذي أﻛرﻣﻧﺎ ﺑدﯾن اﻟﺣق اﻟﻣﺑﯾن‬
‫ وأﺷﮭد أن ﺳﯾدﻧﺎ وﻧﺑﯾﻧﺎ ﻣﺣﻣدا ﻋﺑده و‬،‫ اﻟﻣﻠك اﻟﺣق اﻟﻣﺑﯾن‬،‫اﻟﮫ إﻻ ﷲ وﺣده ﻻ ﺷرﯾك ﻟﮫ‬
‫ اﻟﻠﮭم ﺻل و ﺳﻠم وﺑﺎرك ﻋﻠﻰ ﻧﺑﯾﻧﺎ ﻣﺣﻣد وﻋﻠﻰ اﻟﮫ وﺻﺣﺑﮫ‬،‫ ﺳﯾداﻷﻧﺑﯾﺎء واﻟﻣرﺳﻠﯾن‬،‫رﺳوﻟﮫ‬
‫ واﻓﻌﻠوا‬،‫ ﻓﯾﺄﯾﮭﺎ اﻟﻧﺎس اﺗﻘوا ﷲ‬:‫ أﻣﺎ ﺑﻌد‬،‫واﻟﺗﺎﺑﻌﯾن وﻣن ﺗﺑﻌﮭم ﺑﺈﺣﺳﺎن إﻟﻰ ﯾوم اﻟدﯾن‬
‫ ﻓﻘﺎل ﻋز ﻣن‬،‫ واﻋﻠﻣوا أن ﷲ ﯾﺄﻣرﻛم ﺑﺄﻣرﺑد ْا ﻓﯾﮫ ﺑﻧﻔﺳﮫ‬،‫اﻟﺧﯾرات واﺟﺗﻧﺑوا ﻋن اﻟﺳﯾﺋﺎت‬
.‫ ﯾﺎ أﯾﮭﺎ اﻟذﯾن أﻣﻧوا ﺻﻠوا ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠﻣوا ﺗﺳﻠﯾﻣﺎ‬،‫ إن ﷲ وﻣﻼﺋﻛﺗﮫ ﯾﺻﻠون ﻋﻠﻰ اﻟﻧﺑﻰ‬:‫ﻗﺎﺋل‬
‫ اﻟﻠﮭم اﻏﻔر ﻟﻠﻣؤﻣﻧﯾن واﻟﻣؤﻣﻧﺎت‬.‫اﻟﻠﮭم ﺻ ّل ﻋﻠﻰ ﺳﯾدﻧﺎ ﻣﺣﻣد و ﻋﻠﻰ آل ﺳﯾدﻧﺎ ﻣﺣﻣد‬
‫ وﻏﺎﻓر‬،‫واﻟﻣﺳﻠﻣﯾن واﻟﻣﺳﻠﻣﺎت اﻻﺣﯾﺎء ﻣﻧﮭم واﻻﻣوات اﻧك ﺳﻣﯾﻊ ﻗرﯾب ﻣﺟﯾب اﻟدﻋوات‬
‫ رﺑﻧﺎ اﻏﻔر ﻟﻧﺎ ذﻧوﺑﻧﺎ وﻹﺧواﻧﻧﺎ اﻟذﯾن ﺳﺑﻘوﻧﺎ ﺑﺎﻹﯾﻣﺎن وﻻ‬.‫اﻟذﻧوب اﻧك ﻋﻠﻰ ﻛل ﺷﯾﺊ ﻗدﯾر‬
‫ رﺑﻧﺎ آﺗﻧﺎ ﻓﻲ اﻟدﻧﯾﺎ ﺣﺳﻧﺔ وﻓﻲ‬،‫ﺗﺟﻌل ﻓﻲ ﻗﻠوﺑﻧﺎ ﻏﻼ ﻟﻠذﯾن آﻣﻧوا رﺑﻧﺎ إﻧك رءوف رﺣﯾم‬
‫ إن ﷲ ﯾﺄﻣر ﺑﺎﻟﻌدل‬،‫ ﻋﺑﺎدﷲ‬.‫ واﻟﺣﻣد رب اﻟﻌﺎﻟﻣﯾن‬.‫اﻵﺧرة ﺣﺳﻧﺔ وﻗﻧﺎ ﻋذاب اﻟﻧﺎر‬
.‫واﻹﺣﺳﺎن وإﯾﺗﺎء ذي اﻟﻘرﺑﻰ وﯾﻧﮭﻰ ﻋن اﻟﻔﺣﺷﺎء واﻟﻣﻧﻛر واﻟﺑﻐﻲ ﯾﻌظﻛم ﻟﻌﻠﻛم ﺗذﻛرون‬
‫ﻓﺎذﻛروا ﷲ اﻟﻌظﯾم ﯾذﻛرﻛم واﺷﻛروه ﻋﻠﻰ ﻧﻌﻣﮫ ﯾزدﻛم وﻟذﻛرﷲ اﻛﺑر‬.

Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta

Tags: khotbah

Share:    

Kontak kami
Redaksi: (+6221) 391 4013/14
  
Sekretariat PBNU (+6221) 31908425
Gedung PBNU Lt.5 Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat
10430

Copyright © 2020 | All rights reserved | NU Online

Anda mungkin juga menyukai