Anda di halaman 1dari 10

CORPORATE GOVERNANCE

Peranan Audit Internal dan Manajemen Risiko Dalam Mewujudkan GCG

Kelas : Akuntansi B Gianyar

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

Ni Komang Santi Jayantini 18 / 2002622010484

Dewa Ayu Lita Septiari 21 / 2002622010487

Ni Wayan Eka Oviyani 26 / 2002622010492

Ni Putu Mesia Wandari 27 / 2002622010493

Anak Agung Intan Paramiswari 28 / 2002622010494

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2023
PEMBAHASAN
1.1 Peranan Audit Internal dalam GCG

Menurut William F Messier dalam bukunya yang berjudul “Auditing dan


Assurance Service” Tahun 2005, Audit Internal merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas independen dan objektif serta konsultasi yang disusun untuk dapat
meningkatkan nilai dan juga operasional suatu perusahaan. Audit internal
membantu organisasi dalam mencapai tujuan, mengevaluasi dan meningkatkan
keefektivan manajemen risiko, pengendalian serta proses peraturan dan
pengelolaan perusahaan. Dari definisi ini juga tersirat tujuan audit internal, yaitu
membantu seluruh anggota manajemen suatu perusahaan melaksanakan tugas dan
taggung jawab secara efektif dengan melalui analisa, penilaian serta pemberian
saran dan juga masukan tentang operasi perusahaan yang diperiksanya.

Adapun peran auditor internal dalam mewujudkan Good Corporate


Governance adalah sebagai berikut:

 Melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik sebagaimana diatur


dalam pedoman audit internal.
 Membantu direksi dan dewan komisaris mematuhi dan mengawasi
penerapan atas seluruh ketentuan yang berlaku dan auditor internal harus
memastikan bahwa seluruh elemen perusahaan ada dalam setiap aktivitas
perusahaan, mereka telah mengikuti ketentuan secara konsisten.
 Membantu direksi dan dewan komisaris dalam menyediakan data keuangan
dan operasi serta data lain yang dapat dipercaya, accountable, akurat, tepat
waktu, obyektif, mudah dimengerti dan relevan bagi para stakeholder untuk
mengambil keputusan.
 Membantu direksi menyusun dan mengimplimentasikan struktur
pengendalian internal yang andal dan memadai. Auditor internal harus
memastikan bahwa struktur tersebut telah tersedia secara memadai dan telah
berfungsi dan bisa diikuti oleh setiap elemen perusahaan.
 Mendorong direksi dan dewan komisaris untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan sistem audit yang baik serta menumbuhkan efektifitas
penggunaan dan pemanfaatan hasil kerja auditor internal.

Dari ke-lima peran tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa sangat erat keterkaitan
antara audit internal dan Good Corporate Governance salah satunya bisa dilihat
dari definisi, tujuan , ruang lingkup , wewenang tugas dan tanggung jawab audit
internal dihubungkan dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

1.2 Manajemen Risiko dalam GCG


1.2.1 Definisi Manajemen Risiko

Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu kemungkinan peristiwa yang


tidak diharapkan terjadi karena dapat menimbulkan kerugian dan menciptakan
rintangan dalam pencapaian tujuan organisasi. Yang dimana untuk
mengidentifikasi adanya risiko, suatu perusahaan perlu memiliki manajemen
risiko yang baik. Menurut IIA Enterprise-wide Risk Management (ERM),
manajemen risiko merupakan proses terstruktur, konsisten, terus-menerus di
seluruh organisasi untuk mengidentifikasi, menilai, memutuskan tanggapan
atau respon terhadap pelaporan tentang peluang dan ancaman yang
mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Dengan kata lain, manajemen
risiko adalah proses atau kegiatan untuk mengidentifikasi, mengukur, menilai,
dan memetakan risiko yang mungkin akan muncul atau terjadi dalam kegiatan
suatu perusahaan.

Manfaat dari penerapan manajemen risiko, antara lain sebagai berikut:

 Melindungi perusahaan dari risiko signifikan yang dapat menghambat


pencapaian tujuan organisasi dan mengamankan aset perusahaan yang
meliputi sumber daya manusia, modal, aktiva, dan reputasi.
 Memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas risiko
yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi dalam perusahaan.
 Mendorong manajemen untuk bertindak pro-aktif mengurangi risiko
kerugian, menjadi sumber keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan.
 Mendorong setiap individu dalam perusahaan untuk bertindak hati-hati
dalam menghadapi risiko perusahaan, sebagai upaya untuk memaksimalkan
nilai perusahaan dan pemegang saham serta memenuhi harapan para
pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.

1.2.2 Jenis Risiko Bisnis

Terdapat berbagai macam jenis risiko dalam suatu bisnis. Dari berbagai
macam jenis tersebut, 4 (empat) diantaranya perlu mendapatkan perhatian
khusus dan berkelanjutan dari pimpinan perusahaan. Adapun keempat risiko
tersebut, antara lain sebagai berikut :

1) Risiko citra atau reputasi perusahaan (reputation risk)

Reputation risk merupakan risiko bisnis berupa ancaman yang dapat merusak
citra atau nama baik suatu perusahaan. Biasanya untuk memperkecil risiko
bisnisnya, suatu perusahaan akan memfokuskan transaksi bisnisnya dengan
perusahan yang bercitra bagus. Suatu perusahaan akan meminjamkan kredit
pada perusahaan yang bercitra bagus tersebut, membeli surat berharga yang
diterbitkan perusahaan itu, memesan produk dari perusahaan tersebut,
membeli premi asuransi dari perusahaan tersebut, dan lain sebagainya.

2) Risiko pasar (market risk)

Market risk atau risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif, termasuk transaksi deviratif, akibat perubahan secara
keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko harga opsi. Risiko pasar
meliputi risiko suku bunga, risiko ekuitas, risiko nilai tukar, dan risiko
komoditas.

3) Risiko kredit (credit risk)

Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal 1, credit risk atau risiko
kredit adalah risiko akibat kegagalan pihak lain dalam memenuhi kewajiban
pada bank. Dengan kata lain, risiko kredit ini merupakan risiko kerugian bagi
bank karena debitur tidak dapat melunasi kembali pokok pinjaman beserta
bunganya. Yang termasuk risiko kredit, yaitu risiko kegagalan debitur, risiko
konsentrasi kredit, counterparty credit risk, dan settlement risk.

4) Risiko operasional (operasional risk)

Pada dasarnya, risiko operasional terkait dengan sejumlah masalah yang


bersumber dari terjadinya kegagalan dalam proses manajemen suatu
perusahaan. Yang dimana, risiko operasional dapat diartikan sebagai risiko
akibat ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem, dan adanya kejadian-kejadian ekstrenal yang
mempengaruhi operasional suatu perusahaan.

1.2.3 Proses Manajemen Risiko

Keberadan manajemen risiko dapat membantu proses pengambilan


keputusan dalam suatu perusahaan dengan memperhatikan hal-hal di luar
kontrol perusahaan. Secara lebih spesifik, siklus manajamen risiko dijelaskan
sebagai berikut :

 Mengidentifikasi risiko potensial (risk identification). Dalam proses


identifikasi, perusahaan harus memperkirakan potensi kerugian yang
ditimbulkan dari tiap jenis risiko.
 Menganalisis risiko (risk analysis). Proses ini berkaitan dengan kegiatan
pemisahan risiko yang potensi kerugiannya diperkirakan kecil dari yang
derajat kerugiannya cukup signifikan. Dengan kata lain, analisis ini
dilakukan untuk mementukan ruang lingkup risiko.
 Mengaksep risiko atau penilaian risiko (accept risk). Proses ini berkaitan
dengan kegiatan memutuskan risiko bisnis mana yang dapat diterima
karena dampak negatifnya dapat ditolerir dan memutuskan jenis-jenis risiko
yang membutuhkan penanganan dan monitoring khusus karena dampaknya
yang diperkirakan signifikan. Dalam proses ini, perusahaan melakukan
penilaian untuk memberikan peringkat pada risiko yang harus
diproritaskan.
 Menangani risiko (risk treatment). Proses ini berkaitan dengan kegiatan
menentukan pilihan penanganan risiko, mengevaluasi tiap jenis pilihan
penanganan, menyiapkan rencana penanganan tiap jenis risiko, dan
pelaksanaan penanganan. Diharapkan melalui proses penanganan
berdasarkan solusi yang ditetapkan tersebut, dapat meminimalisir sebuah
risiko yang ada di dalam perusahaan.
 Mengevaluasi perkembangan risiko (risk monitoring and review). Proses
ini berkaitan dengan kegiatan monitoring terhadap perkembangan risiko
yang dihadapi oleh suatu perusahaan dan efektivitas upaya perusahaan
dalam menangani risiko tersebut, mengingat suatu risiko biasanya bersifat
statis dan akan berubah sesuai dengan perubahan faktor-faktor yang
menimbulkannya.
1.2.4 Peran Manajemen Risiko

Peran manajemen risiko bagi suatu perusahaan sangatlah penting


diterapkan dalam rangka antisipasi ketidakpastian dan perubahan bisnis yang
sangat cepat. Dalam hal ini, manajemen risiko berperan dalam memberikan
jaminan yang wajar terhadap pencapaian sasaran organisasi, memberikan
perlindungan kepada para pemangku jabatan terhadap akibat buruk yang
mungkin terjadi yang disebabkan oleh risiko. Implementasi dari manajemen
risiko ini telah terbukti pada saat terjadinya krisis finansial global tahun 2009-
2010. Yang dimana, perusahaan yang telah menerapkan manajemen risiko
secara konsisten pada saat itu dapat keluar dan terhindar dari dampak krisis,
sebaliknya perusahaan yang tidak menerapkan manajemen risiko mengalami
dampak yang cukup berat dan masih berlanjut pasca krisis.

1.3 Kasus Bank Mega

Bank Mega Tbk. (MEGA) menjalankan aktivitas perbankan dan mulai


beroperasi komersial pada tahun 1969 di Surabaya, Jawa Timur dan memindahkan
kantor pusatnya ke Jakarta pada tahun 1992. Bank MEGA menyediakan produk
tabungan seperti Mega Dana, Mega Taxi, Mega Proteksi (produk giro seperti
Mega Pro dan Mega Business), Produk Deposito Berjangka (seperti Mega Depo,
Mega Deposito On Call dan Mega Sertifikat). Pada pertengahan April 2011,
terjadi kasus pada Bank Mega yang dimulai dengan adanya pencairan dana
deposito milik PT Elnusa dengan dalih investasi, dana tersebut dapat cair karena
terdapat pemalsuan tanda tangan. Adapun kronologi kasus tersebut digambarkan
sebagai berikut:

1 Tanggal 7 September 2009 Elnusa mulai menempatkan dana di Bank Mega


cabang Jababeka, Cikarang sebesar Rp161 miliar yang disimpan dalam
bentuk rekening deposito berjangka dengan bunga 7 %. Seluruh dana telah
ditransfer Elnusa dan diterima oleh Bank Mega.
2 Pada tanggal 5 Maret 2010 Elnusa mencairkan deposito senilai Rp50 miliar
dan dananya telah diterima dengan baik di rekening sesuai perintah Elnusa.
Sehingga dana Elnusa pada bank mega tersisa sebesar Rp111 miliar dalam
bentuk deposito.
3 Awal permasalahaan terjadi ketika Elnusa akan mencairkan deposito tersebut
pada 19 April 2011 tetapi menurut kepala cabang Bank Mega Jababeka
Cikarang, penempatan dana itu sudah tidak ada karena telah dicairkan.
Namun pihak Elnusa merasa belum pernah mencairkan dana mereka, dan
menyatakan baru satu kali melakukan pencairan dana deposito yaitu
sejumlah Rp50 miliar pada tanggal 5 Maret 2010. Setelah dilakukan
penyidikan, pembobolan dana PT Elnusa dilakukan melalui kerja sama
antara pihak dalam PT Elnusa yakni Direktur Keuangan Elnusa, Kepala
Cabang Bank Mega Jababeka, pihak perusahaan investasi (Discovery dan
Harvest), dan pihak lain. Dimana para pelaku memanfaatkan dana cadangan
PT Elnusa yang dianggap “menganggur” dan sering tidak digubris
perusahaan melalui pemalsuan akta dan tanda tangan pada blangko pencairan
deposito. Dana PT Elnusa seolah-olah beralih dari deposito berjangka
menjadi Deposito harian. Kemudian para pelaku bahu-membahu
menggelapkan uang cadangan dari rekening resmi ke rekening palsu atas
nama PT Elnusa di Bank Mega Cabang Bekasi. Setelah jatuh masanya,
deposit on call tersebut dicairkan dan mengalir ke rekening PT Discovery
dan PT Harvest. Dana tersebut digunakan untuk bisnis investasi para
tersangka, dan sisanya dialirkan ke rekening pribadinya. Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menyimpulkan kasus pembobolan
dana PT Elnusa Tbk merupakan tindak pidana pencucian uang. Bank
Indonesia menyatakan kasus ini terjadi karena kelemahan pelaksanaan
manajemen risiko di Bank Mega yang antara lain direktur belum memiliki
sarana pengendalian yang memadai untuk memastikan bahwa seluruh
aktivitas operasional Bank telah didukung oleh SOP yang memadai, dan
masih lemahnya kebijakan dan prosedur.

Penyelesaian Kasus Bank Mega

Kasus Bank Mega dibawa ke jalur hijau oleh PT. Elnusa. Pegadilan Tinggi
Jakarta. memutuskan bahwa pencairan deposito oleh Bank Mega kepada PT
Discovery Indonesia dan Harvestindo Asset Management tanpa sepengetahuan
dan seizin Elnusa selaku Terbanding semula Penggugat, adalah perbuatan yang
melanggar hukum. Adapun hasil putusan Pengadilan Tinggi Jakarta ini
menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tanggal 22 Maret 2012
Nomor : 284/PDT.G/2011/PN JKT.SEL sebelumnya dan meminta Bank Mega
untuk segera melakukan pencairan dana deposito milik Elnusa senilai Rp111
miliar beserta bunganya sebesar 7% per tahun dari jumlah dana Rp111 miliar
tersebut terhitung sejak opsi perawatan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
sampai dilunasinya deposito tersebut.

Bank Indonesia juga memberikan sejumlah sanksi dan intruksi kepada Bank
Mega yakni:

1 Menghentikan penambahan nasabah DoC baru dan penambahan DoC lama,


termasuk untuk produk sejenis seperti Negotiable Certificate of Deposit
(NCD), selama satu tahun, membuka pembukaan jaringan kantor baru selama
satu tahun. Sanksi tersebut berlaku sejak 24 Mei 2011.
2 Bl akan melakukan fit and proper test terhadap manajemen dan pejabat
eksekutif Bank Mega.
3 BI menginstruksikan Bank Mega untuk:
 Mereview seluruh kebijakan dan prosedur, khususnya aktivitas pendanaan
termasuk penetapan target, limit dan kewenangan untuk kantor cabang,
kantor cabang pembantu, kantor kas dan individu, baik nominal maupun
suku bunga, pengaturan wilayah kerja kantor serta mekanisme inisiasi
nasabah baru.
 Memperbaiki fungsi internal control dan risk management, termasuk
kecukupan jumlah auditor di setiap kantor, proses check and balance baik
melalui penyelesaian keahlian maupun sistem, fungsi pengawasan kantor
pusat terhadap kantor-kantor di bawahnya dan prinsip men know your
employee.
 Memberhentikan pegawai di bawah pejabat-pejabat eksekutif yang terlibat
dalam urusan dana nasabah atas nama PT Elnusa dan dana Pemkab
Batubara, Sumatera Utara di KCP Bekasi Jababeka.
 Membentuk escrow account nilai dana PT. Elnusa dan Pemkab Batubara,
Sumatera Utara di KCP Bekasi Jababeka. Pencairannya hanya dapat
dilakukan dengan persetujuan Bank Indonesia dalam hal sudah tidak
terdapat sengketa antara bank dengan nasabah, baik yang diselesaikan
melalui putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atau melalui
kesepakatan para pihak.

Rekomendasi agar kasus serupa tidak terjadi yakni sebagai berikut:

1 Membenahi elemen-elemen utama sistem pengendalian intern bank meliputi


Manajemen dan Kultur Pengendalian, bantuan dan Penilaian Risiko, kegiatan
pengendalian dan pemisahan fungsi sistem akuntansi, informasi dan
komunikasi serta kegiatan pemantauan dan tindakan koreksi penyimpangan
atau kelemahan.
2 Diperlukan kontrol pengendalian internal yang baik pengendalian yang perlu
dikakukan oleh Bank Mega yaitu dari aspek SDM. Dalam perekrutan harus
dilakukan seleksi yang serius untuk menilai kompetensi dan komitmen dari
SDM tersebut.
3 Peningkatan pengawasan dan memperketat prosedur pengambilan dana yang
ada dan menjaga komunikasi antar nasabah dan pihak bank agar tidak
terdapat penyelewengan yang dilakukan oleh pihak diluar wilayah nasabah.
DAFTAR PUSTAKA

Id.scribd.com. Peran Audit Internal. Diakses pada 20 April 2023, dari


https://id.scribd.com/document/331638009/Cg-Temu-9-Peran-Audit-
Internal

Jamkridabanten.co.id. 2022, Maret .Peran Auditor Internal dalam Mewujudkan


Good Corporate Governance.
https://jamkridabanten.co.id/articles/2022/03/peran-auditor-internal-dalam-
mewujudkan-good-corporate-governance. Diakses 23 April 2023.

Paridoartikel. blogspot.com. 2021. Risiko Reputasi atau Reputational Risk.


https://glints.com/id/lowongan/risiko-reputasi-reputational-
risk/#.ZEUtBnbMLre. Diakses 22 April 2023

Sari, M., Hanum, S., & Rahmayati, R. (2022). Analisis Manajemen Resiko
Dalam Penerapan Good Corporate Governance: Studi pada Perusahaan
Perbankan di Indonesia. Owner: Riset dan Jurnal Akuntansi, 6(2), 1540-
1554.

Studocu.com. Peran Audit Internal dan Manajemen Risiko. Diakses pada 20 April
2023, dari https://www.studocu.com/id/document/universitas-riau/audit-
manajemen/makalah-kelompok-2-tkp-peran-audit-internal-dan-manajemen-
risiko-adalah-hal-penting-yang-harus-di-implementasikan/40287581

Anda mungkin juga menyukai