Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN RISIKO BISNIS

UMKM
BAB I

Pendahuluan (Gambaran Umum tentang Manajemen Resiko Bisnis


UMKM)
Risiko adalah dampak dari ketidakpastian terhadap pencapaian sasaran atau tujuan, Sedangkan
menurut pendapat lain risiko adalah kemungkinan terjadinya sebuah event yang dapat
mempengaruhi tercapainya sasaran.
Berdasarkan dari definisi risiko tersebut, terdapat 3 unsur utama dalam risiko, yaitu adanya
tujuan atau sasaran sebuah kegiatan, adanya ketidakpastian, dan adanya dampak.
Yang dimaksud dengan dampak adalah penyimpangan atau deviasi dari tujuan atau sasaran
yang diharapkan, bisa bersifat positif atau negatif.
Ketidakpastian menunjukkan bahwa adanya probabilitas atau kemungkinan dalam terjadinya
suatu event yang mempengaruhi pencapaian tujuan atau sasaran tersebut
Secara umum, terdapat dua bentuk risiko, yaitu:
Pure Risk (Risiko Murni), yaitu suatu risiko yang bilamana terjadi akan memberikan kerugian
dan apabila tidak terjadi maka tidak menimbulkan kerugian namun juga tidak menimbulkan
keuntungan. Risiko ini akibatnya hanya ada dua macam: kerugian atau break event. Contohnya
adalah pencurian, kecelakaan atau kebakaran.
Speculative Risk (Risiko Spekulatif), yaitu risiko yang berkaitan dengan terjadinya tiga
kemungkinan, yaitu peluang mengalami kerugian, break even atau memperoleh keuntungan.
Contohnya adalah dalam kegiatan investasi.
Pada dasarnya, dalam setiap kegiatan yang dilakukan pasti terdapat suatu risiko yang melekat,
misalnya ketika makan atau minum terdapat sebuah risiko yaitu tersedak.
Demikian juga dalam suatu kegiatan bisnis, terdapat berbagai kekumungkinan risiko yang akan
terjadi dan dapat menghambat pencapaian tujuan atau bahkan menimbulkan suatu kerugian
apabila risiko-risiko tersebut tidak di identifikasi dan di antisipasi sejak awal.
Oleh karena itu, diperlukannya sebuah mekanisme kontrol atau pengelolaan atas risiko-risiko
yang mungkin akan terjadi, dengan menerapkan manajemen risiko dalam kegiatan usaha atau
bisnis tersebut.
Manajemen risiko UMKM adalah sebuah upaya proses yang dilakukan untuk mengelola suatu
risiko yang melekat pada setiap proses bisnis di setiap bagian dan level mana pun dalam
perusahaan atau organisasi dalam skala UMKM, sehingga mampu memberikan keyakinan dan
tercapainya suatu tujuan dan mengurangi ketidak pastian yang melekat pada suatu proses bisnis
yang pada akhirnya akan menciptakan sebuah kesempatan atau opportunity secara lebih
sistematis lagi
Manajemen risiko adalah aktivitas-aktivitas yang terkoordinasikan dan yang akan dilakukan
dalam rangka mengelola dan mengontrol sebuah organisasi yang terkait dengan risiko yang
akan dihadapinya.
Proses manajemen risiko mencakup sebuah dan proses identifikasi, penilaian, respon atau
pengendalian, hingga monitoring dan evaluasi risiko di semua kegiatan bisnis.
Prinsip penerapan sebuah manajemen risiko UMKM dimulai dari asas pemahaman bahwa
dalam setiap proses bisnis memiliki sebuah tujuan yang telah ditetapkan, dan dimana ada
sebuah tujuan utama dalam bisnis tertentu untuk mencapai sebuah keuntungan, dan setiap
tujuan memiliki suatu risiko yang melekat pada setiap proses untuk bisa mencapainya.
Masing-masing risiko tersebut harus diidentifikasi, diukur, dan diprioritaskan serta dituangkan
dalam sebuah risk register atau database risiko sehingga mudah untuk dikelola dan dilakukan
sebuah penanganan.
Kemudian setiap risiko harus di mitigasi atau dikelola sehingga memberikan jaminan agar
tercapainya tujuan dan mengubah risiko menjadi sebuah kesempatan (opportunity).
Risiko bersifat dinamis, terus berubah seiring dengan perubahan waktu dan situasi kondisi,
sehingga diperlukan adanya sebuah monitoring dan evaluasi secara berkala untuk mengawasi
setiap perubahan pada variabel-variabel dan asumsi-asumsi yang mempengaruhi risiko.
Manajemen risiko UMKM dilaksanakan dengan tujuan untuk mengintegrasi semua aktivitas-
aktivitas manajemen dalam mengidentifikasi, menganalisis dan menentukan suatu respon atau
mitigasi risiko secara formal, konsisten, dan komprehensif.
Manajemen risiko melindungi dan menambah sebuah nilai bagi organisasi dan stake
holder melalui dukungan terhadap tujuan-tujuan organisasi dengan cara sebagai berikut:
• Menyediakan suatu kerangka rangkaian kerja bagi suatu organisasi yang
memungkinkan pelaksanaan aktivitas di masa depan dengan suatu cara yang konsisten
dan terkendali.
• Memperbaiki sebuah pengambilan keputusan, perencanaan, dan pemberian prioritas
melalui pemahaman yang komprehensif dan terstruktur terhadap peluang ancaman
aktivitas bisnis.
• Memberi contoh kontribusi berupa penggunaan alokasi sumberdaya dan modal yang
lebih efisien di dalam organisasi.
• Mengurangi instabilitas.
• Mengoptimalkan efisiensi operasional.
Penerapan manajemen risiko UMKM ini akan memberikan suatu manfaat yang besar dalam
aktivitas bisnis, diantaranya adalah:
• Membantu perusahaan untuk meraih keuntungan yang optimal.
• Memastikan terpenuhinya pelayanan bagi
Bagi para stake holder perusahaan, seperti:
Keuntungan yang optimal dakam owner perusahaan, kepuasan pelanggan, upah dengan nilai
yang memuaskan serta dibayarkan secara rutin dan tepat waktu bagi pegawai, dan lain-lain.
• Menciptakan nilai ekonomis bagi perusahaan berupa pendapatan yang sifatnya
konsisten, tidak fluktuatif.
• Meningkatkan nilai dan kinerja perusahaan baik dari segi keuangan, operasional
maupun sosial.
• Peningkatan efektifitas sebuah organisasi yang akan memperbesar peluang pencapaian
tujuan perusahaan sehingga akan meningkatkan value organisasi tersebut
• Meningkatkan ketahanan organisasi dengan cara memberikan langkah langkah
antisipasi risiko dalam menghadapi risiko-risiko yang dihadapi perusahaan tersebut.
• Menghindari biaya-biaya yang mengejutkan, karena perusahaan akan mengidentifikasi
dan mengelola risiko yang tidak diperlukan, termasuk menghindari biaya dan waktu
yang dihabiskan dalam suatu perkara.
• Mengubah pandangan terhadap risiko menjadi lebih terbuka lagi, serta ada nya toleransi
terhadap kesalahan tapi tidak terhadap hiding errors.
Perubahan pandangan ini memungkinkan sebuah perusahaan belajar dari kesalahan di masa
lalunya untuk terus memperbaiki kinerjanya di masa depan manajemen risiko
bisnis bagi UMKM adalah bagian dari rancagan strategi dalam mempersiapkan institusi dalam
mengantisipasi bencana yang berdasarkan klasifikasi, dan hal ini mampu bermanfaat untuk
mengantisipasi dampak sistemik atau dampak tidak langsung dari bencana.
Model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebuah analisis risiko beserta
dampaknya
BAB II

Etika Bisnis dan Manajemen Resiko Etika

Resiko Etika adalah merupakan suatu kemungkinan dilanggarnya etika yang disebabkan oleh
ketidak mampuan sebuah perusahaan atau institusi dalam memenuhi harapan stake holder.
Supaya suatu organisasi atau perusahaan tetap dapat bertahan hidup dan berjalan, perusahaan
yang professional wajib menjalankan manajemen resiko etika.
Secara singkat, pengertian manajemen resiko etika adalah tata kelola yang menjunjung tinggi
kode etik sehingga dapat meminimalisir ketidak mampuan perusahaan dalam memenuhi
harapan stake holder tersebut.
Titik tolak adanya pengabaian etika ini adalalah salah satunya usaha perusahaan yang sedang
dalam pencapaian tujuan utama mereka.
Tujuan utama dari beroperasinya suatu perusahaan adalah bentuk untuk menghasilkan
keuntungan yang sebesar-besarnya.
Banyak cara yang ditempuh perusahaan dalam mencapai tujuan ini. Bebereapa dari mereka
yang berintegritas dan akan memimilih cara yang melibatkan etika dalam menghasilkan laba,
dan Sebagian lain nya dan yang akan menggunakan rasionalisasi tertentu dengan sedikit
banyak mengabaikan point etika
Sejarah membuktikan, merekayang mengabaikan etika cenderung mengalami kehancuran
lebih cepat daripada mereka yang melibatkan etika didalam keputusan bisnisnya, karena
dengan mengabaikan etika, berbagai linidan segi bisnis yang mengandung kesamaan nilai-
nilai etika dapat tumbang seperti halnya efek domino. Sebagai contoh, jika para manajer
puncak melakukan pengambilan keputusan tanpadisertai integritas dan moral, maka para
manajer bawah akan cenderung meniru atau melakukan
hal yang sama, hal ini kemudian menjalar kepada lini bawah dan berdampak luas pada area
eksternal perusahaan, yaitu konsumen yang merugi akibat keputusan tidak etis perusahaan
pemerintah yang kehilangan potensi pendapatan pajak bahkan UMKM, para stock holder yang
mengalami kerugian akibat menurun nya nilai saham dan resahnya dewan dewa asosiasi
Etika bisnis merupakan cara cara saat melakukan kegiatan berbisnis yang mencakup semua
aspek, baik itu yang berkaitan dengan individu, perusahaan ataupun masyarakat.
Etika bisnis dapat membangun dan membentuk nilai nilai norma dan perilaku yang baik dalam
berbisnis.
Misalnya dalam sebuah perusahaan etika bisnis dapat membentuk nilai nilai norma dan
perilaku yang baik serta dapat membangun hubungan bsinis yang baik juga dengan konsumen
maupun mitra kerja perusahaan atau pun hanya sekedar UMKM
Karena Setiap perusahaan dalam berbisnis menyakini yang baik ialah bisnis yang memilikik
etika bisnis yang mematuhi peraturan hukum atau peraturan yang berlaku.
Dalam suatu perusahaan etika bisnis dapat menjdikan pedoman untuk melaksnakan aktivitas
dalam bekerja yang dimana bekerja dilandasi dengan sebuah etika, moral, kejujuran dan
profesionalisme.
Dalam menerapkan manajemen resiko etika, terdapat beberapa tahapan yang mampu di
lakukan oleh para investigator perusahaan atau UMKM dengan mengidentifikasi dan menilai
resiko etika, menerapakan startegi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stake
holder, serta melakukan akuntabilits sosial dan audit

1. mengindetifikasi dan menilai resiko etika


a. Melakukan penilaian dan indetifikasi para stake holder perusahaan / UMKM
b. Mempertimbanngkan kemampuan aktivitas perusahaan dengan ekspetasi stake
holder dan menilai resiko ketidak sanggupan dalam ekspetsi stake holder atau
meniai adanya kemungkinan peluang untuk berprestasi lebih dari yang di
harapkan
c. Meninjau Ulang perbandingan aktivitas dan ekspetasi perusahaan dari
perspektif dampak reputasi perusahaan
d. Melakukan Perlaporan
2. Penerapan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stake holder
3. Akuntabilitas Social dan Audit
BAB III

Pengertian dan Jenis-jenis Risiko

Resiko adalah akibat atau kosekuensi yang dapat terjadi terhadap sebuah proses yang sedang
berlangsung yang akan datang.
Resiko dapat di artian sebagai suatu keadaan yang tidak pasti dimana jika terjadi keadaa yang
tidak di ketahui bahkan kehendaki maka dapat menimbulkan suatu kerugian
Resiko Bisnis adalah suatu keadaan atau factor yang mungkin memiliki dampak yang negative
pada operasi atau profit suatu perusahaan.
Resiko Bisnis menurut sifatnya adalah:
1. Resiko Murni yang terjadi dan pasti akan menimbulkan sebuah kerugian dan terjadi nya
tanpa di sengaja (Bencana Alam, Pencurian)
2. Resiko Spekulatif yaitu resiko yang di sengaja di timbulkan oleh pihak yang bersangkutan
agar memberikan sebuah keuntungan bagi pihak tertentu (hutang, perdgangan berkala dan
berjangka, pembelian saham)
3. Resiko Fundamental yaitu resiko yang tidak bisa di limpahkan kepada sesorang yang
menderita cukup banyak (Bencana alam yang mengakibatkan kerusakan parah)
4. Resiko Khusus yaitu resiko yang bersumber dari sautu peristiwa yang mandiri dan umum
terjadi (kecelakaan)
5. Resiko Dinamis yaitu resiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan pada suatu
masyarakat di bandingkan dengan ekonomi, ilmu pengetahuan serta tekhnologi (Nuklir,
Penerbangan luar angkasa)
Beberapa resiko yang mungkin terjadfi dalam bisnis dan cara menanggulangi serta
memperfcayai resikonya:
Resiko Teknis.
Resiko bisnis ini sering terjadi akibat kurang nya kemampuan pada manajer atau wirausaha
dalam mengambil sebuah keputusan sehingga mampu berakibatkan:
a. biaya produksi yang tinggi
b. pemakaian sumber sumber daya yang tida seimbang, contoh: terlalu banyak
tenaga kerja
c. Sering terjadi pencurian, akibat dari kelalaian system pengawasan dan
penjagaan yang kurang baik
d. sering terjadi kebakaran, serta target produksi yang tidak tercapai, serta
penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan perencanaan dan design
produk yang salah
Resiko Pasar
Resiko bisnis ini terjadi akibat produk yang dihasilkan kurang laku atau kurang di minati
dipasar. Produk telah menjadi kuno sehingga yang diperoleh terus menurun dan terjadi sebuah
kerugian.
Akibatnya penerimaan revenue yang diperoleh terus menurun dan terjadi kerugian terus. Hal
ini akan menjadi bencana usaha yang berakibatkan pada usahanya sampai diterminal alias
gulung tikar.
Upaya yang dapat di tempuh pengusaha adalah sebagai berikut:

a. Mengadakan suatu inovasi baru yaitu membuat desain baru dari produk yang disenangi calon
pembeli. Dalam usaha pertanian, misal budidaya kelinci, lele jumbo dsb.
Relatif sulit untuk inovasi tetapi hal inilah yang akan memepermudah bia ada upaya kearah
agro industry
b. Mengadakan penelitian pasar atau yang sering di kenal dengan market research untuk
memperoleh informasi pasar secara berkesinambungan.
Cara ini memerlukan dana yang cukup besar dan bukan hanya layak untuk sebuah perusahaan
besar, misal pabrik mobil, tekstil, perabot rumah tangga, dan hiburan. Sedangkan biila di
terapkan dalam bidang pertanian hal ini cukup berat untuk dilakukan.
Resiko Kredit
Resiko bisnis ini adalah yang ditanggung jawab kreditor akibat debitor yang tidak mampu
membayar pinjaman sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Sering terjadi produsen
menaruh produknya lebih dulu dan dibayar di kemudian. Atau debitor meminjamkan uang
untuk usaha tetapi usahanya gagal, akibatnya timbul kredit macet
Resiko Alam
Resiko bisnis ini terjadi diluar rencana dan pengetahuan serta kemampuan manusia, misalnya
gempa bumi, banjir, anginputing beliung, kemarau panjang dsb.
Karena peristiwa ini kemungkinan sangat kecil akan resikonya dan dapat dianggap tidak ada,
tetapi bila takut menghadapi resiko tersebut, ada perusahaan asuransi yang mampu dan berani
menanggung resiko tersebut.
Di dalam berbisnis Kita harus mengasumsikan bahwa setiap bisnis memiliki sebuah Resiko,
sehingga kita dapat mengelola untuk mengurangi ke titik hingga kita dapat menghilangkannya
sama sekali.
Jika kita tidak berpikir sejauh itu, sehingga kita tidak mampu untuk melewatkan kesempatan
untuk memanfaatkan dan mengelola Resiko dengan cara yang positif.
Dengan mengakui adanya Resiko adalah faktor penting dalam bisnis, maka anda memiliki
kesempatan untuk mengurangi dan atau bahkan menghilangkan faktor Resiko tersebut, dengan
manajemen Resiko yang terencana dengan baik. Membuat rencana manajemen Resiko
merupakan pusat pengoperasian setiap bisnis yang sukses.
BAB IV

Risiko Bisnis UMKM

Usaha Mikro kecil dan menengah atau yang sering kita kenal dengan UMKM memegang
peranan penting dalam system perekonomian di Indonesia, karena dapat menjadi sebuah
waddah yang besar bagi industry nasional serta menyerap banyak tenaga kerja dalam negeri.
Pada tahun 2018 jumlah pelaku UMKM menurut dari data kementrian Koperasi usaha keicl
dan menengah (UMM) sekitar 64, 2 juta (99,99%), UMKM juga sangat berkontribusi terhadap
PDB sebesar 61,1%.
Daya Serap tenaga kerja UMKM adalah sebanyak serratus tujuh belas juta pekerja atau setara
dengan 97% dari daya serap tenaga kerja dunia Usaha.
Oleh karena itu upaya dalam pengembangan UMKM oleh Pemerintah merupakanm suatu yang
penting untuk diakukan.
Usaha mikro kecil dan Menengah (UMKM) tersebar secara luas dan merata di seluruh wilayah
Indonesia, dari sabang hingga Merauke.
Hal ini juga menjadi tanggung jawab bagi pemerintah atau pun pihak yang terkait dalam
mengusahakan kesinambungan dan perkembangan UMKM.
Berkaca dari pemaslahan klasik yang di hadapi ham pir setiap UMKM bermasalah dalam hal
permodalan dan akses pemasran menjadi suatu hnalangan bagi perkembangan UMKM.
Selain masalah ini sering muncul masalah lain yang di timbulkan oleh factor eksternal speti
bencan yang di timbulkan oleh alam.
Bedasarkan dari data BNPB pada tahun 2012, Indonesia merupakan wilayah yang rawan akan
bencana alam, maka dari itu, para pelaku UMKM di haruskan waspada terhadap akan
kemungkinan terjadinya bencan dan dampak yang muncul akibat bencana tersebut.
Bencan alam membawa dampak baik secara langsung maupun dampak baik, yang tidak
langsung. ada 3 jenis dampak bencana yaitu: dampak langsung dari bencana, dampak langsung
meliputi kerugian finansial serta kerusakan asset asset ekonomi.
Dalam isttilah ekonomi nilai sebuah kerugian di kategorikan sebagai flow value.
Selanjutnya dampak yang tidak langsung yang meliputi terhentinya sebuah proses produksi
hingga hilangnya output dan sumber penerimaan.
Dan yang terakhir ada dampak sekunder atau sering dikenal dengan dampak lanjutan, dampak
ini bisa berwujud terhambatnya sebuah pertumbuhan erkonomik dan terfganggu nya rencana
rencana pembangunan yang telah di susun serta meningkatnya deficit neraca pembayaran
hingga meningkatnya utang public dan meningkatnya angka kemiskinan.
Pengusaha besar sudah pasti melakukan sebuah perhitungan risiko bisnis mereka, karena
sebuah kemampuan dalam hal ekonomi yang sangat besar.
Selain itu, mereka juga mampu memahmi bahwa memperhitungkan risiko bisnis merupakan
salah satu bagian dari proses bisnis itu sendiri, namun tidak dengan demikian hanya pengusaha
yanb mampu masuk keadaan kategori industry mikro kecil dan menengah
Kemampuan modal mereka yang cukup terbatas serhingga terjadi sebuah perhitungan resiko
bisnis yang dianggap menelan banyak biaya.
Dalam situasi bencana, maka sector UMKM mungkin menjadi sebuah sektor usaha yang
terkena dampak yang sangat besar.
Ketidak mampuan mereka dalam melakukan analisis risiko dan ditambah dengan sulitnyha
melakukan pemulihan pasca bencan yang merupakan permaslahan utama UMKM.
UMKM sangat jarang terlibat dengan perbasnkan atau embaga keuangan dan sebwagian besar
UMKM dianggap tidak layak dalam hal perbankan.
Kondisi ini terjadi karena aspek ketidak mampuan pelaku usahanUMKM untuk
mempersepsikan prospek dan risiko bisnis dalam menjalankan usaha tersebut.
Dalam konsisi normal, mereka pun tidak mampu dalam menganalislis prospek dan risiko bisnis
dengan baik dan jelas apalagi dalam hal kondisi bencana.
Hal ini yang menjadi alasan mengapa pentingnya senbuah penelitian tentang manajemen risiko
bisnis dalam berusaha mikro kecil dan menengah.
BAB V

Manajemen Risiko Bisnis UMKM

Di tengah pandemi Covid-19 saat ini sangat memberikan dampak dan pengaruh yang serius
terhadap perkembangan ekonomi secara menyeluruh di seluruh dunia maupun secara umum di
indoneisa.
Walaupun sejarah mencatat, bahwa perubahan kondisi ekonomi memang kerap terjadi dan
mempengaruhi pada suatu negara, wilayah benua, atau bahkan dalam lingkup global.
Setiap perubahan kondisi ekonomi memang kerap terjadi secara drastis atau tidak stabil yang
akan memberikan kerugian.
Bentuk kerugian tersebut dapat di ukur dengan berupa seberapa besar penurunan tingkat
pertumbuhan ekonomi di sebuah negara dengan ukuran pembanding satu maupun dengan
beberapa periode yang lalu.
Secara garis besar ukuran nominal akan ditimbulkan dari hasil seberapa besar bentuk kerugian
yang diterima terhadap penerimaan negara maupun aktivitas ekonomi yang terhenti.
Hal ini, pastinya menimbulkan efek pada sebuah sektor tertentu, bisa hanya dalam lingkup
kecil maupun kemungkinan sebagian besar sektor.
Melihat kondisi turunnya atau bahkan tidak stabilnya perkembangan ekonomi di masa lalu
dengan penyebab yang berbeda beda, seolah mengisyaratkan akibat berupa penurunan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang dapat menjadi risiko maupun kerugian yang sangat perlu menjadi
titik perhatian.
Namun, belum secara pasti teknologi sekarang ini mampu memprediksi risiko apa yang akan
terjadi di masa yang akan datang, dan karena pasti dibutuhkan rencana dan pencegahan maupun
mitigasi secara khusus dan tidak bisa di generalisasikan, agar kerugian itu tidak pernah terjadi.
Kebijakan inovasi penanganan yang efektif dan efisiensi menjadi sangat penting pada suatu
risiko tertentu.
Melihat Indonesia yang juga terkena dampak dari wabah Covid-19 ini, sektor ekonomi menjadi
sangat terpukul dan mengakibatkan beberapa kerugian di sisi instansi pemerintah maupun
swasta yanga ada.
Secara nyata, industri dan UMKM terkena penurunan omset penjualan maupun terhentinya
semua kegiatan operasional pendukungnya.
Akibatnya lagi, pemutusan kerja beberapa pegawai, yang menjadi salah satu risiko lanjutan
yang merugikan masyarakat seperti pekerja dan buruh pabrik yang harus kehilangan mata
pencahariannya.
Pada sisi UMKM saja, sektor ini berkontribusi dalam penyerapan kurang lebih serratus sebelas
juta tenaga kerja di tahun 2018, dengan proporsi tenaga kerja pada usaha mikro sekitar 91 %.
Usaha mikro, kecil, dan menengah pada tahun 2018 lalu telah berkontribusi sekitar 57,8%
terhadap perekonomian Indonesia atau setara dengan 8,574 triliun rupiah.
Pemerintah telah mendukung dengan adanya sebuah penanganan untuk membantu para
UMKM bertahan dengan cara reclusterisasi agar program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)
tetap relevan dan dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat sesuai dengan kondisi ekonomi
saat ini.
Alokasi yang dianggarkan oleh pemerintah untuk sektor UMKM, koperasi, dan insentif usaha
tetap, masing-masing sebesar 114, 82 triliun rupiah, dan 62, 22 triliun rupiah, dan Rp 120, 61
triliun.
Reklusterisasi program PEN menunjukkan bahwa tujuan fokus Pemerintah yang selalu
memastikan APBN bekerja secara optimal untuk menangani dampak pandemi yang melanda
Atas dukungan itu sebaiknya perlu adanya sebuah pembentukan manajemen risiko pada sektor
yang dibantu oleh pemerintah untuk mengoptimalkan program PEN.
Manajemen risiko pastinya sudah diterapkan pada instansi pemerintah, dan perusahaan skala
besar, menengah, maupun industri.
Permasalahannya, adalah apakah sudah diterapkan juga manajemen risiko untuk sektor
UMKM ini yang notabene bergerak dengan skala kecil yang mempunyai keterbatasan dalam
anggaran?
Pembentukan manajemen risiko pada lingkup UMKM, sebenarnya dapat dibuat dengan
mudah. Contohnya, seperti usaha UMKM kerajinan tangan enceng gondok untuk keperluan
rumah tangga yang diekspor secara berkala
Lembar kerja perlu untuk dibuat agar dapat mengidentifikasi risiko, dan menghitung nilai
kerugian, serta cara penanganannya.
Risiko penyediaan bahan mungkin saja sering terjadi, yaitu peristiwa yang tidak terduga namun
memberikan suatu dampak. Seperti, bahan baku yang disimpan rusak dan supplier terlambat
mengirimkan bahan baku yang berpengaruh terhadap proses produksi.
Risiko lain, untuk menarik pelanggan juga perlu inovasi produk yang sesuai dengan pesanan,
namun pekerja yang dimiliki salah dalam membuat desain. Selain itu, risiko bisa berbentuk
harga bahan baku menjadi naik drastis karena langka atau pemasaran produk tidak berjalan
sesuai rencana.
Bab VI

Pengelolaan bisnis UMKM

Secara makro, bisnis UMKM memang perlu dikembangkan karena pertumbuhan ekonomi
memerlukan sebuah dukungan secara investasi.
Pada kondisi keterbatasan investasi ini, maka investasi perlu diarahkan pada suatu upaya yang
mengembangkan wirausaha baru, yang banyak muncul di tingkat UMKM.
Bisnis UMKM juga mampu menyerap tenaga kerja yang sangat besar, hingga lebih dari 90%.
Dengan meningkatnya usaha mikro dan kecil sangat diharapkan sekaligus juga dapat
menumbuhkan pendapatan per kapita secara perkelompok masyarakat rendah sehingga mampu
dan dapat menekan kemiskinan.
UMKM umumnya berbasis pada sebuah sumber daya ekonomi lokal dan tidak bergantung pada
impor, serta hasilnya mampu untuk di ekspor.
Dengan demikian, pengembangan UMKM diharapkan akan meningkatkan sebuah stabilitas
ekonomi makro, karena menggunakan bahan baku lokal yang memiliki potensi ekspor,
sehingga akan membantu menstabilkan kurs rupiah pada tingkat inflasi.
Pembangunan UMKM akan menggerakkan sektor riil, karena UMKM umumnya juga
memiliki sebuah keterkaitan industri yang cukup tinggi.
Karena keunikannya, maka pembangunan UMKM diyakini akan mampu memperkuat fondasi
pada perekonomian nasional.
Indonesia akan memiliki fundamental yang kuat apabila UMKM telah menjadi pelaku utama
yang produktif dan berdaya saing dalam perekonomian nasional.
Untuk itu, pembangunan koperasi dan UMKM perlu menjadi prioritas serta point utama dalam
pembangunan ekonomi nasional hingga jangka yang panjang.
Pengelolaan bisnis ini merupakan proses pengelolaan sumber daya yang ada untuk mencapai
sebuah tujuan, biasanya dengan meliputi suatu kegiatan perencanaan, pengorganisasian, serta
pengambilan tindakan dan pengawasan. Selanjutnya, objek yang akan dikelola adalah sebagai
berikut:
• Pasar dan pemasaran. Perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
seorang pelanggan.
• Produksi. Produk yang bagus, yang lebih mudah serta murah dan dapat di jangkau.
• Sumber Daya Manusia. Setiap orang yang terkait dalam internal maupun eksternal
dapat memberikan manfaat kepada organisasi.
• Keuangan. Perusahaan mengetahui keuntungan serta kerugiannya, dan kekayaannya.
• Kreativitas. Berfikir sesuatu yang baru.
• Inovasi. Dengan melakukan sesuatu yang baru.
Memobilisasi sumber-sumber daya dan mendinamisasikan proses, sehingga menjadi lebih
efisien lagi, lebih efektif lagi, lebih produktif lagi dan lebih menguntungkan lagi, serta lebih
memberikan keberhasilan pada usaha tersebut.
Pada umumnya permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan usaha mikro kecil, dan
menengah (UMKM), adalah meliputi:
A. Faktor Internal
• Modal
Kurangnya permodalan merupakan sebuah faktor utama yang diperlukan untuk
mengembangkan suatu unit usaha.
Kurangnya permodalan pada UMKM. Pada umumnya usaha mikro kecil dan menengah
merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang mengandalkan pada
modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat sangat terbatas.
Sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit untuk diperolah,
karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi
oleh si pemilik.
• Sumber Daya Manusia (SDM) dan Manajemen
Sumber daya manusia merupakan titik sentral yang sangat penting untuk peninjauan sebuah
kemajuan dan perkembangan, hingga sebagian besar usaha mikro dan usaha kecil tumbuh
secara tradisional dan merupakan salah satu usaha keluarga yang turun temurun.
Keterbatasan SDM usaha mikro dan kecil baik dari segi pendidikan formal maupun
pengetahuan serta dalam keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen
pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan cara yang
optimal.
Di samping itu dengan keterbatasan nya SDM, unit usaha tersebut relatif sulit untuk
mengadopsi sebuah perkembangan teknologi yang baru untuk meningkatkan daya saing
produk yang di hasilkan nya.
• Teknologi
Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar pada usaha kecil yang umumnya
adalah merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan
kemampuan penetrasi pasar yang begitu rendah.
Oleh karena itu produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas
yang kurang kompetitif.
Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung
dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang sangat baik.
Sebagian besar UMKM masih di hadapkan dengan kendala dalam informasi yang terbatas dan
kemampuan akses pada sumber teknologi.
B. Faktor Eksternal
• Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif
kebijaksanaan pemerintah untuk menumbuh kembangkan usaha mikro kecil, dan menengah
(UMKM), meskipun dari tahun ke tahun terus di sempurnakan, namun dirasakan belum ada
sepenuhnya kondusif.
Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya sebuah persaingan yang kurang sehat antara
pengusaha-pengusaha kecil dan pengusaha-pengusaha besar.
• Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha
Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan suatu ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat
berkembang dan kurang mendukung pada kemajuan usahanya sebagaimana yang telah
diharapkan.
• Implikasi Otonomi Daerah
Dengan berlakunya Undang-undang no. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, kewenangan
daerah mempunyai peraturan otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat.
Perubahan sistem ini akan mengalami implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah
berupa sebuah pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM).
Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka hal ini akan menurunkan daya saing Usaha Mikro
Kecil, dan Menengah.
Di samping itu semangat kedaerahan yang berlebihan, dan juga kadang menciptakan kondisi
yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah
tersebut.
• Implikasi Perdagangan Bebas
Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku pada Tahun 2003 dan APEC Tahun
2020 yang berimplikasi luas terhadap UMKM untuk bersaing dalam suatu perdagangan bebas.
Dalam hal ini, mau tidak mau UMKM dituntut untuk melakukan proses produksi yang dengan
produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar
global dengan standar kualitas seperti isu kualitas.
Isu lingkungan dan isu Hak Asasi Manusia serta isu ketenagakerjaan.
Isu ini sering digunakan secara tidak fair oleh Negara maju sebagai hambatan yang Non Tarif
Barrier for Trade.
Untuk itu maka UMKM perlu mempersiapkan agar mampu bersaing baik secara keunggulan
kompetitif yang akan berkelanjutan.
• Sifat Produk dengan Lifetime Pendek
Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk
fashion dan kerajinan dengan jangka waktu yang pendek.
• Terbatasnya Akses Pasar
Terbatas nya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat di pasarkan
secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.
Bab VII

Kesimpulan dan Saran

KESIMPULAN

Pertumbuhan UKM di Indonesia sangat berpengaruh dan membawa dampak baik bagi
perkembangan ekonomi.
Sifat UMKM yang mudah di aplikasikan ke dalam berbagai sektor menjadikan UMKM dapat
menciptakan banyak lapangan kerja baru.
UMKM juga mampu meningkatkan jumlah pendapatan pada Negara. Selain bermanfaat bagi
pertumbuhan perekonomian Indonesia, tanpa disadari UKM juga telah mampu mengurangi
angka pengangguran pada kalangan masyarakat, sekaligus juga meningkatkan tingkat
kesejahteraan pada masyarakat.
Pengembangan UMKM di Indonesia telah mengalami beberapa hambatan dalam
operasionalnya. Faktor pengetahuan para produsen atau pemilik UMKM di Indonesia
mengenai teknologi masih jauh dari cukup.
Selain itu Indonesia juga telah dihadapkan pada kualiatas SDM yang masih jauh dari standar
yang ada. Kendala yang banyak dialami adalah factor dana. Banyak calon pengusaha yang
mengeluhkan mengenai keterbatasn dana.
Namun perkembangan ini belumlah dapat dikatakan berjalan secara menyeluruh melainkan
terhadap pada aspek-aspek tertentu saja yang bersifat parsial.
Meski telah melakukan strategi upgrading namun strategi ini dianggap belum berhasil dalam
mereposisi UMKM dalam rantai nilai perekonomian.

SARAN

Pertama, melakukan resetting konsep pembangunan ekonomi rakyat ke arah sistem ekonomi
yang lebih berkeadilan dan kekeluargaan dengan menempatkan koperasi sebagai soko guru
perekonomian Indonesia.

Kedua, menyiapkan pembiayaan pandemi bagi koperasi dan UMKM senilai Rp 500 triliun per
tahun hingga dua tahun ke depan (2022-2023), dengan pola chanelling yang dijamin Lembaga
Penjaminan (Jamkrindo, Askrindo, dan lainnya).

Ketiga, harus dilakukannya pengembangan produk lokal unggulan dari hulu hingga ke hilir
sebagai basis usaha koperasi dan UMKM.

Keempat, sinergi dan orkestrasi pembangunan ekonomi rakyat berbasis koperasi dan UMKM
dengan seluruh kementerian dan seluruh stakeholders bisnis.
Kelima, disiapkan peraturan dan ketentuan pendukung pelaksanaan resetting dan perubahan
mindset pembangunan ekonomi rakyat. “Ini berisi kebijakan umum, sistem dan prosedur
pelaksanaan, reward and punishment yang tegas dan transparan melalui Dashboard
Management System,” imbuhnya.

Keenam adanya scale up usaha dan penguatan digitalisasi bagi Koperasi dan UMKM, menuju
terbentuk market place.

Ketujuh, membangun kemandirian dan daya saing ekonomi bangsa melalui gerakan jiwa
kewirausahaan dan gerakan aku cinta produk Indonesia.

“Bila dilakukan dengan baik, ketujuh strategi ini diharapkan dapat menghindari resiko
Indonesia terkena resesi berkepanjangan (depresi) dan mendorong percepatan pemulihan
ekonomi nasional hingga pertumbuhan sebesar 4% di tahun 2022,”

Buku Pustaka

Artikel Manajemen Resiko UMKM


Artikel Resiko Bisnis dan Etika Bisnis
Artikel Resiko Etika dan Manajemen Resiko Etika
Artikel Resiko Bisnis
Artikel Resiko Bisnis UMKM
Artikel Manajemen Resiko UMKM
Artikel Pengelolaan Bisnis UMKM

Anda mungkin juga menyukai