Anda di halaman 1dari 12

Nama : Asri Hasanah

Npm : 21610016
Mata kuliah : Kajian Prosa

KAJIAN STRUKTUR DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

KARYA TERE LIYE

Asri hasanah
Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, FBS Uwks, Surabaya
Asrihasanah270@gmail.com

Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya
bahasa, sudut pandang, tema dan amanat pada novel BBS karya Tere Liye. Metode yang di
kunaga dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Berdasarkan analisis data, maka
disimpulkan:1.) Tokoh utama dalam novel Bidadari-Bidadari surga karya Tere Liye adalah
Laisa, tokoh tambahan adalah Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak
Burhan, Cie Hui, Wulan, Jasmie, dan Goughsky. 2.) alur yang meliputi situation Mamak
mengirim pesan kepad anak-anaknya tentang keaadaan laisa yang sakit parah, generating
circumstances yaitu Dalimute, Ikanuri, Wibisana, dan Yashunta beranjak dewasa, masa kecil
yang selalu membayangi mereka, climax yaitu Kak Laisa yang belum mrnikah harus dilintasi
oleh dalimunte dan adik-adiknya, Denouement yaitu Dalimunte akhirnya menikah setelah
dipaksa oleh Kak Laisa. 3.) latar belakang terdiri dari tiga bagian, yaitu latar tempat yang terbagi
tiga puluh satu latar, latar waktu terbagi dua puluh tujuh latar, dan larat sosial yaitu sebiah aib di
Lembah Lahambay jika seorang gadis belum menikah di usia diatas dua puluh tahun.4.) gaya
bahasa yaitu gaya bahasa perbandingan, pertentangan dan penegasan. 5.)Sudut pandang orang
ketiga “dia” mahatahu dan sudut pandang “aku” tokohtambahan. 6.) tema yaitu pengorbanan
tulus seorang kaka demi adik-adiknya. 7.) Amanat yaitu hidupiniharus dijalani dengan penih
keiklasan dan dipenuhi rasa syukur atas semua yang di berikan tuhan.

Kata kunci: Struktur, unsur intrinsik, novel

Pendahuluan

Novel sebagai bentuk karya fiksi, menyajikan sejumlah khayalan dan membentuk
dunianya sendiri. Dunia yang dimaksud ialah dunia imajinasi yang dibuat oleh pengarang.
dalam pembentukan dunia imajinasi tersebut, pengarang secara totalittas menyisipkan berbagai
unsur kehidupan dan nilai sehingga novel menjadi suatu yang utuh dan saling berkaitan erat
antara unsurnya.
Novelterbangun dari dua unsur pokok yaitu unsurt intrinsic dan ekstrinsik.menurut
Nurgiyantoro (2005: 4), “novel sebagaisebuah karya fiksi menawarkan dunia, dunia yang berisi
kehidupan yang diidealkan, duania imajinatif uang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya
seperti peristiwa, plot, tokoh ( dan penokohan), latar, sudut pandang, tema dan lain-lain yang
kesemuaanya bersifat imajinatif”. Dengan membaca novel, pembaca akan mengetahui mana
perilaku baik yang harus ditiru dan prilaku yang harus ditinggalkan.

Tujuan peneliti adalah menerapkan suatu pendekatan dalam katya sastra, yaitu
pendekatan struktural sastra dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye,
strukturalisme sebagai pendekatan memandang karya sastra sebagai suatu kebulatan makna,
akibat perpaduan ini dengan pemanfaatan bahasa sebagai alatnya. Pendekatan ini memandang
dan menelaah sastra dari segi yang membangun katya sastra, yaitu tema, alur, latar, penokohan,
dan gaya bahasa, sudut pandang dan amanat. Analisi structural merupakan salah satu kajian
kesusastraan yang menitikberatkan pasa hubungan antara unsur pembangun karya sastra.
Struktur yang membentuk karya sastra tersebut antara lain: penokohan, alur, tema, latar, dan
sudutpandang, gaya bahasa,dan amanat.

Karya sastra di bagi menjadi beberapa macam bentuknya . salah satunya yaitu novel,
kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang secara harfiah berarti “sebuah barang baru
yang kecil”, kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa”. Abrams (dalam
Burhan Nurgiyantoro, 2005: 9) Dalam bahasa Latin, kata novel berasal novellus yang diturunkan
pula dari kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan
jenisjenis sastra yang lainnya, maka novel ini baru muncul kemudian (Tarigan, 1993: 164).

Karya sastra dikatakan baik apabila memiliki bermacam-macan nilai pendidikan dan
memberikan wawasan kepada pembacanya. Nilai pendidikan itu akan di peroleh dengan
memahami rangkaian cerita baik secara eksplisit maupun implisit. Karya sastra merupakan hasil
imajinasi dan kreativitas pengarang. Dengan kreativitas tersebut, seorang pengarang bukan hanya
mampu menyajikan keindahaan rangkaian cerita melainkan juga dapat memberikan pandangan
yang berhubungan dengan renungan tentang agama, filsafat, serta beraneka ragam pengalaman
tentang masalah kehidupan.

Melalui pendidikan, sastra menjadi sumber pengetahuan yang diajarkan di sekolah dan
bukan sekedar dinikmati sebagai hiburan. Sastra sebenarnya merupakan salah satu jalan untuk
memperoleh kebenaran.halini memerlukan guru sastra yang luas bacaannya yang terbuka untuk
gejala sastra yang baru yang dapat melakukan tugas dengan baik, Teeuw (dalam Alwi&Sugono,
2002: 238).
Metode penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan novel Bidadari-Bidadari Surga karya TereLiye
sebagai objek kajianya. Metode ini di gunakan untuk memberikan gambaran mengenai hasil
data. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan
gambaran penyajian lapotan tersebut. Bentuk penelitian ini adalah kualitatif.

Menurut Moleong (2001:6) “penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan


prosedur analisis yang tidak menggunakan analisis data statistik atau kuatifikasi lainya”.
Penelitian kualitatifakan menghasilkan data deskripsi berupa kata kata tertulis atau lisan daru
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis tidak
menggunakan angka-angka atau perhitungan, melainkan pemahaman, data analisis, dan di
uraikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Sehingga laporan penelitian akan berisi kutipan-
kutipan data untuk memberi gambaran penyajiaan laporan tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


struktural .pendekatan ini bertolak dengan asumsi dasar bahwa karya sastra sebagai karya kreatif
memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari
hal-hal lain yang berada di luar dirinya (Semi,2012:84). Penelitian ini lebih ditekankan pada
unsur intrinsic yaitu tokoh, latar, alur, gaya bahasa, sudut pandang, tema dan amanat.

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Bidadari-Bidadari Surga yaitu TereLiye
atau Darwis. Novel ini diterbitkan oleh Republika pada tahun 2010 setebal 367 halaman. Data
dalam penelitian ini adalah beripa kata-kata, frasa,klausa atau kalimat yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, yakni kutipan-kutipan yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga
karya Tere Liye yang merupakan unsur intrinsic yaitu tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya
bahasa, sudut pandang, tema, amanat.

Teknik yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi documenter tidak
langsung karena penulis tidak langsung bertemu pengarang. Teknik ini di gunakan oleh peneliti
karena peneliti meneliti documenter Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye.

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah manusia. Manusia yang di maksud adalah
manusia dan kartu pencatat data. Manusia yang dimaksud adalah penulis sendiri sebagai
instrumen kunci,sedangkan kartu adalah lembara kertas kosong yang akan diisi dengan catatan-
catatan hasil pengamatan. Dengan demikian, penulis sendiri disebut alat pengumul data utama
atau sebagai instumen pendekung ayang berfungsi sebagai alat bantu dalam pengumpulan data.
Sebelumnya melakukan analisis, maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data untuk
mempermudah analisis data ialah 1)Membaca secara intensif, yaitu penulis membaca dengan
sungguh-sungguh supaya dapat memahamiisi novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 2)
mengidentifikasi data,yaitu penulis mencari dan menemukan data yang termasuk unsur intrinsic
yaitu tokoh, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat dalam novel Bidadari-
Bidadari Surga karya Tere Liye. 3)Mengklaifikasi data, yaitu penulis menyusun atau
menggolongkan data sesuai masalah yaitu unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel
Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 4) Mencatat data tentang seluruh unsur intrinsik yang
sudah diklarifikasi ke kartu data.

Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik, yaitu 1) Membaca


secara intensif data yang telah diklasifikasikan dan siap danalisis. 2) menganalisis unsur intrinsik
yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye, yakni a) menganalisis
tokoh dan penokohan, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa
kutipan tentang tokoh dan penokohan yang sudah diklasifikasikan. b) menganalisis alur, yaitu
dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang alur yang
sudah diklasifikasikan. c) menganalisis larat, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan
menginterpretasikan data berupa kutipan tentang latar yang sudah diklasifikasikan. d)
menganalisis gaya bahasa, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data
berupa kutipan tentang gya bahasa yang sudah diklasifikasikan. e) menganalisis sudut pandang,
yaitu dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang sudut
pandang yang sudah diklasifikasikan. f) menganalisis tema, yaitu dengan cara mendeskripsikan
dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang tema yang sudah diklasifikasikan. g)
menganalisas amanat, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikandata berupa
kutipan tentang amanat yang sudah diklasifikasikan. 3) Mendiskusikan hasil analisis kepada
teman sejawat dan dosen pembimbing memalui triagulasi dan pemeriksaan teman sejawat.
4)menyimpulkan analisis.

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Data

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel
Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 1) Pendeskripsian tokoh dan penokohan dalam novel
Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 2) Pendeskripsian alur dalam novel Bidadari-
Bidadari Surga karya Tere Liye. 3) Pendeskripsian latar dalam novel Bidadari-Bidadari Surga
karya Tere Liye. 4) Pendeskripsian gaya bahasa dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya
Tere Liye. 5) Pendeskripsian sudut pandang dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere
Liye. 6) Pendeskripsian tema dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 7)
Pendeskripsian amanat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. Hasil dari analisis
data yaitu 1) Tokoh utama dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye: Laisa, Tokoh
tambahan: Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak Burhan, Cie Hui,
Wulan, Jasmine, dan Goughsky. Penokohan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere
Liye: Laisa (menyimpan penderitaan sendiri, jarang tersenyum, pengalah, selalu melakukan yang
terbaik untuk adik-adiknya, galak, teladan yang baik, takut kehilangan, khawatir, penyayang,
selalu menepati janji, pemaaf, disiplin, suka bekerja keras, tidak pernah mengeluh, tulus, tidak
pernah menangis di depan adikadiknya, pantang menyerah, belajar dari kesalahan, selalu ingin
tahu, tidak mudah tersinggung, selalu bersyukur, ikhlas dan rela berkorban), Mamak (tidak suka
marah, lebih banyak berdiam diri, dan selalu memikirkan pendidikan anakanaknya), Babak (baik
dan sabar), Dalimunte (pintar, rajin membantu, mudah sedih dan menangis, pengertian, keras
kepala, tidak mudah mengambil keputusan, tidak mudah menyerah, tidak mau menyinggung
perasaan orang lain), Ikanuri (nakal,suka menipu, jahil, suka mencuri, berani melawan kakaknya,
sulit menyembunyikan perasaan dan keras kepala), Wibisana (bijaksana, suka bercanda, nakal,
jahil, suka mencuri, perhatian dan keras kepala), Yashinta (mempunyai rasa ingin tahu yang
besar, tidak sabar, suka merajuk, perhatian, pemarah, sangat mencintai alam, pintar, cerdas,
mudah menangis, takut kehilangan, penurut dan keras kepala), Wak Burhan (tegas, suka berbagi,
dan bijaksana), Cie Hui (baik, ramah, mudah akrab, sabar menunggu, sedih dan kecewa) Wulan
dan Jasmine (menyenangkan), dan Goughsky (menyenangkan, ramah, suka bergurau, dan sabar).
2) Alur yang dibagi menjadi lima bagian, meliputi situation yaitu ketika Mamak mengirim SMS
kepada anak-anaknya yang berisi tentang keadaan Laisa yang sakitnya semakin parah.
Generating circumstances, yaitu ketika Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta dalam
perjalan pulang ke Lembah Lahambay. Rising action yaitu ketika Laisa, Dalimunte, Ikanuri,
Wibisana, dan Yashinta beranjak dewasa, masa kecil juga terus membayangi mereka, silih
berganti. Climax (tahap klimaks) yaitu ketika Kak Laisa yang belum menikah harus dilintas oleh
Dalimunte dan adik-adiknya. Denouemen yaitu ketika Dalimunte akhirnya mau menikah dengan
Cie Hui (melintas Kak Laisa). 3) Latar yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat
(Lembah, perkebunan strawberry, ruangan besar, Bandara Roma, Puncak gunung Semeru,
Tengah hutan, Lembah Lahambay, tepi sungai, kota Roma, kota kecamatan, balai kampong,
rumah panggung, Pegunungan Alpen, Swiss, Bandara kota provinsi, di bawah pohon mangga,
Hutan rimba, Gunung Kendeng, Kampung atas, Paris International Airport,Tepi ladang, Gedung
serba guna universitas kota provinsi, Kebun strawberry, Amerika, Ruang wisuda, Eropa, Bandara
Internasional Singapore, Kuala Lumpur, Kepulauan Kaimana, Papua, Rumah sakit, Kota
kabupaten). Latar waktu (dua puluh lima tahun silam, sebulan lalu, minggu lalu, delapan tahun
silam, ratusan tahun silam, tujuh puluh tahun, sepuluh tahun silam, enam tahun silam, minggu
depan, delapan bulan berlalu, tahun depan, empat bulan berlalu, satu tahun berlalu, dua puluh
tahun silam, tiga tahun berlalu, tujuh tahun berlalu, enam bulan berlalu, enam bulan kemudian,
delapan belas tahun silam, lima belas tahun, lima tahun silam, satu jam berlalu, setahun, tiga hari
kemudian, dua hari lalu, seminggu, lima menit kemudian). Latar sosial yaitu kehidupan
masyarakat di Lembah Lahambay yang rata-rata bermatapencaharian sebagai petani dan
pekerjaan sampingan mencari apa saja yang ada di hutan untuk dijual, pendidikan yang sangat
rendah (jarang sekali mereka sekolah sampai kelas enam SD), merupakan sebuah aib jika
seorang gadis yang belum menikah di usia di atas dua puluh tahun, hal yang tabu di Lembah
Lahambay adalah seorang adik tidak boleh menikah sebelum saudaranya yang lebih tua
menikah. 4) Gaya Bahasa, yang terdiri dari gaya bahasa perbandingan: metafora, simile,
personifikasi, hiperbola, antonomasia, metonimia, pars pro toto; gaya bahasa pertentangan:
paradoks, antitesis; gaya bahas penegasa: pleonasme. 5) Sudut pandang yang digunakan adalah
sudut pandang orang ketiga “dia” mahatahu dan sudut pandang “aku” tokoh tambahan. 6) Tema,
yaitu pengorbanan yang tulus seorang kakak untuk masa depan yang lebih baik bagi adik-
adiknya. 7) Amanat yang terkandung dalam novel Bidadari-Bidadari Surga adalah a) Anak
lelaki harus sekolah agar mempunyai masa depan yang lebih baik, tidak menghabiskan seluruh
masa depan hanya di kampung saja. b) Sebagai anak yang baik, seharusnya mengikuti semua
keinginan orang tua. Karena orang tua bersusah payah mencari rejeki dan mengumpulkan sedikit
demi sedikit uang untuk membiayai hidup dan pendidikan anak-anaknya. c) Segala keinginan
untuk hidup yang lebih baik akan terwujud dengan bekerja keras. d) Dalam mencari pasangan
hidup, bukanlah kecantikan fisik yang merupakan kriteria utama. Kecantikan fisik berada
diurutan keempat. Yang terpenting adalah kecantikan hati. Menjaga nama baik dan harga diri
keluarga itu lebih penting dibandingkan soal kalian keturunan siapa. Berlaku jujur meski dalam
keadaan sulit, dan berbuat baik dengan siapa saja. e) Selalu bersyukur dengan apa yang telah
didapat. Tidak boleh mengeluh dengan keadaan yang tidak sesuai harapan. Menerima dengan
ikhlas dan selalu berprasangka baik terhadap apa yang sudah ditentukan olehNya. f) Shalat
malam, jika bisa diukur dengan timbangan, maka akan seharga seluruh dunia dan isinya. g)
Dalam mendidik anak untuk melakukan hal-hal yang baik, seharusnya dengan teladan yang baik.
Anak tersebut akan meniru teladan yang ada di depan matanya tanpa dipaksa. h) Kita seharusnya
mensyukuri apa yang sudah diberikan Allah kepada kita. Walaupun kita diberikan keterbatasan
fisik, hendaknya kita menerima dengan hati yang ikhlas. i) Wanita shalehah yang belum menikah
hingga usia tiga puluh atau lebih dari itu karena keterbatasan fisik dan selalu bersyukur, berbuat
baik, dan gemar berbagi, yakinlah kelak di akhirat akan menjadi bidadari-bidadari surga.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data di atas maka diperlukan penjelasaan tentang bagaimana
hasil tersebut dapat dihasilkan. Berikut ini pembahasan hasil analisis data di atas.
Stuktur yang dikhususkan pada unsur intrinsic yaitu tokoh dan penokohan, alur, gaya
bahasa, sudut pandang, tema dan amanat, yang terdapat pada novel Bidadari-Bidadari Surga
merupakan karya Tere Liye.
Novel Bidadari-Bidadri Surga merupakan subuah novel yang mengisahkan tentang
pengorbanan yang tulus dari seorang kakak kepada adik-adiknya.cerita ini diawali dengan
sebaris SMSpendek. Hanya 203 karakter. SMS ini hendak dikirim seorang ibu yang sedang
gelisah, karena anaknya yang sedang mengidap penyakit parah. Setelah meminta persetujuan
anaknya, sebaris pesan itu dikirim menuju empat penerima, yang entah diman berada.
Penerima pertama, adalah seorang professor muda dan pakar fisika yang bernama
Dalimunte. Saat ia sedang memprentasikan penemuan barunya tentang Bulan Pernah Terbelah
dan Badai Elektri Magnetik Antara Galaksipada Hari Kiamat. Bunyi SMS dari handphone
khusus untuk nomor keluarganya. Setelah membaca SMS tersebut ia terkejut tak pduli dengan
presentasinya yang belum selesai, Dalimunte memutuskan untuk pulang saat itu juga.
Penerima kedua, yang ternyata masih berada di pesawat. Iknuri dan Wibisana adalah
kakak beradik yang bukan kembar, tapi serupa kembar. Mereka sedang menuju Roma unruk
menyelesaikan sebuah bisnis. Ketika turun dari pesawat dan menyalakan HP , SMS masuk ke HP
khusus keliarga milik mereka masing-masing. mereka bingung, kemudian berbalik arah kembali
ke pesawat dan bertanya kepada pramugari. Mereka harus kembali ke Indonesia.
Penerima ketiga, satu-satunya perempuan dalam keluarga ini. Yashinta sedang
mengadakan penelitian burung peregrine di Gunung Semeru . Saat mengintai burung di balik
celah dan berusaha memotret, SMS tersebut, Yashinta juga terkejut, dan sejurus kemudian
berbalik arah. Dia harus pulang. Semua ekspresi terkejut itu tidak lepas dari seseorang. Laisa,
seorang yang telah mengorbankan hidupnya untuk semua adik-adiknya ini, walaupun dia bukan
kakak kandungnya.

Novel ini disajikan dengan alur campuran. Sangat menarik, apalagi ketika terjadi konflik
anatara ikanuri dan wabisana, kecerdasaan Dalimunte dan kras kepalanyta Yashinta. Tapi, Laisa
sebagai kakak yangbaik, sama sekali tidak pernah mengecewakan mereka. Bahkan ketika harus
melawan tiga ekorharimau dihutan demi ikanuri dan wibisana, Laisa tak gentar sedikit pun. Ciri
khas Tere Liye, yaitu mengangkat tema sederhana tetapi memikat. Novel ini memberikan banyak
pelajaran, yaitu: pengorbanan yang tulus, kerja keras, sikap pantang menyerah,kerja keras,
keikhlasan, menerima keterbatasan yang ada pada diri sendiri, kasih menyerah dan menghargai
satu sama lain.

1) Tokoh adalah orang yang menggambarkan suatu peristiwa dalam sebuah cerita yang
diperankan dan setiap took memiliki watak-watak tertentu. Tokoh dibagi menjadi
dua bagian, yaitu tokoh utama dana tokoh tambahan (prmbantu). Hasil analisis dalam
novel Bidadari-Bidadari Surga katya Tere Liye adalah Laisa, sedangkan tokoh
tambahan yaitu Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak
Burhan, Cie Hui, Wulan, Jasmine, dan Goughsky. Laisa memiliki watak suka
menyampaikan masalahnya sendiriran, tifak mau menyusahkan orang lain, jarang
tersenyum, selalu menepati janji, pemaaf, disiplin, pekerjaan keras, tidak mengeluh,
selalu ingin tahu, tidak mudah tersinggah, selalu bersyukur dan ikhlas dengan
keterbatasaan dan takdir hidupnya. Mamak memiliki watak perhatian dan selalu
memikirkan pendidikan anak-anaknya. Babak memiliki watak seorang lelaki yang
baik, sabar dan penyayang. Dalimunte memiliki watak perhatian, baik, pintar, rajin
membantu, mudah sedih dan menangis, pengertian, tidak mau menyusahkan orang
lain, menghargai orang lain, keras kepala, tidak mudah mengambil keputusan, tidak
mudah menyerah, tidak mudah menyinggung perasaan orang lain. Ikanuri memiliki
watak nakal, suka menipu, suka mencuri, suka melawan, sulit menyembunyikan
perasaan sedihnya, menyesali perbuatannya dan keras kepala. Wibisana memiliki
watak bijaksana, suka bergurau, jahil, nakal, suka mencuri, keras kepala, dan
perhatian. Yashinta memiliki watak penasaran, mempunyai rasa ingin tahu yang
besar, tidak sabar, suka merajuk, perhatian, pemarah, mencintai alam, cerdas, mudah
menangis, penurut, dan keras kepala. Wak Burhan memiliki watak tegas, suka
berbagi, dan bijaksana. Cie Hui memiliki watak baik, ramah, sabar dan kecewa.
Wulan memiliki watak menyenangkan. Jasmine memiliki watak menyenangkan.
Goughsky memiliki watak menyenangkan, ramah dengan penduduk di lokasi
basecamp, suka bergurau, sabar, dan sholeh.
2) Alur merupakan jalan cerita yang dibentuk pengarang melalui tahapantahapan
peristiwa sehingga menjadi suatu cerita. Alur terdiri dari alur maju, alur mundur dan
alur campuran. Hasil analisis alur dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere
Liye adalah pengarang menggunakan alur campuran karena pengarang memulai
cerita dengan suatu keadaan dan diakhiri dengan penyelesaian. Alur dibagi menjadi
lima tahapan, yaitu tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan
konflik, tahap klimaks, dan tahap penyelesaian.
3) Latar terbagi tiga yaitu latar tempat, waktu, dan latar sosial. Latar tempat merupakan
tempat kejadian suatu peristiwa yang terjadi dalam cerita. Latar waktu merupakan
kapan terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita, latar sosial merupakan kehidupan
sosial masyarakat yang ditimbulkan pengarang dalam sebuah cerita. Hasil analisis
dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye a) latar tempat yang meliputi
31 latar. b) latar waktu yang terdiri dari 27 latar. c) latar sosial yaitu akan menjadi
sebuah aib jika seorang gadis yang belum menikah di usia di atas dua puluh tahun.
4) Gaya bahasa atau majas adalah cara khas pengungkapan seseorang pengarang,
sehingga setiap pengarang memiliki gaya bahasa yang berbeda. Hasil analisis gaya
bahasa dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye terdiri dari gaya bahasa
perbandingan: metafora, simile, personifikasi, hiperbola, antonomasia, metonimia,
pars pro toto; gaya bahasa pertentangan: paradoks, antitesis; gaya bahas penegasan:
pleonasme.
5) Sudut pandang adalah visi pengarang, dalam arti sudut pandang yang dipilih dan
digunakan oleh pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Sudut pandang terbagi
atas sudut pandang orang pertama(aku), sudut pandang orang ketiga (dia) dan sudut
padang campuran. Hasil analisis dalam novel BidadariBidadari Surga karya Tere
Liye sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel Bidadari-Bidadari Surga
karya Tere Liye adalah sudut pandang orang ketiga ketiga “dia” mahatahu dan sudut
pandang “aku” tokoh tambahan.
6) Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak
pengarang memaparkan karya fiksi ciptaannya. Hasil analisis tema dalam novel
Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah pengorbanan yang tulus seorang
kakak untuk masa depan yang lebih baik bagi adik-adiknya.
7) Amanat merupakan pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral, dan nilai-nilai
kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerita. Hasil analisis amanat
dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah a) Anak lelaki harus
sekolah agar mempunyai masa depan yang lebih baik, tidak menghabiskan seluruh
masa depan hanya di kampung saja. b) Sebagai anak yang baik, seharusnya mengikuti
semua keinginan orang tua. Karena orang tua bersusah payah mencari rejeki dan
mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk membiayai hidup dan pendidikan
anak-anaknya. c) Segala keinginan untuk hidup yang lebih baik akan terwujud dengan
bekerja keras. d) Dalam mencari pasangan hidup, bukanlah kecantikan fisik yang
merupakan kriteria utama. Kecantikan fisik berada diurutan keempat. Yang terpenting
adalah kecantikan hati. Menjaga nama baik dan harga diri keluarga itu lebih penting
dibandingkan soal kalian keturunan siapa. Berlaku jujur meski dalam keadaan sulit,
dan berbuat baik dengan siapa saja. e) Selalu bersyukur dengan apa yang telah
didapat. Tidak boleh mengeluh dengan keadaan yang tidak sesuai harapan. Menerima
dengan ikhlas dan selalu berprasangka baik terhadap apa yang sudah ditentukan
olehNya. f) Shalat malam, jika bisa diukur dengan timbangan, maka akan seharga
seluruh dunia dan isinya. g) Dalam mendidik anak untuk melakukan hal-hal yang
baik, seharusnya dengan teladan yang baik. Anak tersebut akan meniru teladan yang
ada di depan matanya tanpa dipaksa. h) Kita seharusnya mensyukuri apa yang sudah
diberikan Allah kepada kita. Walaupun kita diberikan keterbatasan fisik, hendaknya
kita menerima dengan hati yang ikhlas. i) Wanita shalehah yang belum menikah
hingga usia tiga puluh atau lebih dari itu karena keterbatasan fisik dan selalu
bersyukur, berbuat baik, dan gemar berbagi, yakinlah kelak di akhirat akan menjadi
bidadari-bidadari surga.

Simpulan

Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis yang telah diilakukan, maka dapat ditarik
simpulan yaitu: 1) Tokoh utama dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye
adalah Laisa, sedangkan tokoh tambahan yaitu Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri,
Wibisana, Yashinta, Wak Burhan, Cie Hui, Wulan, Jasmine, dan Goughsky. Laisa
memiliki watak suka menyimpan masalahnya sendirian, tidak mau menyusahkan orang
lain, jarang tersenyum, selalu mengalah demi adikadiknya, sangat menyayangi adik-
adiknya, selalu menepati janji, pemaaf, disiplin, pekerja keras, tidak pernah mengeluh,
selalu ingin terlihat baik-baik saja meski sedang sakit, selalu belajar dari kesalahan, selalu
ingin tahu, tidak mudah tersinggung, selalu bersyukur, dan ikhlas dengan keterbatasan
dan takdir hidupnya. Mamak memiliki watak perhatian dan selalu memikirkan
pendidikan anak-anaknya. Babak memiliki watak seorang lelaki yang baik, sabar dan
penyayang. Dalimunte memiliki watak perhatian, baik, pintar, rajin membantu, mudah
sedih dan menangis, pengertian, tidak mau menyusahkan orang lain, menghargai orang
lain, keras kepala, tidak mudah mengambil keputusan, tidak mudah menyerah, tidak
mudah menyinggung perasaan orang lain. Ikanuri memiliki watak nakal, suka menipu,
suka mencuri, suka melawan, sulit menyembunyikan perasaan sedihnya, menyesali
perbuatannya dan keras kepala. Wibisana memiliki watak bijaksana, suka bergurau, jahil,
nakal, suka mencuri, keras kepala, dan perhatian. Yashinta memiliki watak penasaran,
mempunyai rasa ingin tahu yang besar, tidak sabar, suka merajuk, perhatian, pemarah,
mencintai alam, cerdas, mudah menangis, penurut, dan keras kepala. Wak Burhan
memiliki watak tegas, suka berbagi, dan bijaksana. Cie Hui memiliki watak baik, ramah,
sabar dan kecewa. Wulan memiliki watak menyenangkan. Jasmine memiliki watak
menyenangkan. Goughsky memiliki watak menyenangkan, ramah dengan penduduk di
lokasi basecamp, suka bergurau, sabar, dan sholeh. 2) Alur dalam novel Bidadari-
Bidadari Surga karya Tere Liye adalah alur campuran karena pengarang memulai cerita
dengan suatu keadaan dan diakhiri dengan penyelesaian. 3) Latar yaitu latar tempat yang
meliputi 31 latar, latar waktu yang terdiri dari 27 latar dan latar sosial yaitu akan menjadi
sebuah aib jika seorang gadis yang belum menikah di usia di atas dua puluh tahun. 4)
Gaya bahasa dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye terdiri dari gaya
bahasa perbandingan: metafora, simile, personifikasi, hiperbola, antonomasia, metonimia,
pars pro toto; gaya bahasa pertentangan: paradoks, antitesis; gaya bahas penegasan:
pleonasme. 5) Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel Bidadari-Bidadari
Surga karya Tere Liye adalah sudut pandang orang ketiga ketiga “dia” mahatahu dan
sudut pandang “aku” tokoh tambahan. 6) Tema dalam novel Bidadari-Bidadari Surga
karya Tere Liye adalah pengorbanan yang tulus seorang kakak untuk masa depan yang
lebih baik bagi adik-adiknya. 7) Amanat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya
Tere Liye adalah a) Anak lelaki harus sekolah agar mempunyai masa depan yang lebih
baik, tidak menghabiskan seluruh masa depan hanya di kampung saja. b) Sebagai anak
yang baik, seharusnya mengikuti semua keinginan orang tua. Karena orang tua bersusah
payah mencari rejeki dan mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk membiayai
hidup dan pendidikan anak-anaknya. c) Segala keinginan untuk hidup yang lebih baik
akan terwujud dengan bekerja keras. d) Dalam mencari pasangan hidup, bukanlah
kecantikan fisik yang merupakan kriteria utama. Kecantikan fisik berada diurutan
keempat. Yang terpenting adalah kecantikan hati. Menjaga nama baik dan harga diri
keluarga itu lebih penting dibandingkan soal kalian keturunan siapa. Berlaku jujur meski
dalam keadaan sulit, dan berbuat baik dengan siapa saja. e) Selalu bersyukur dengan apa
yang telah didapat. Tidak boleh mengeluh dengan keadaan yang tidak sesuai harapan.
Menerima dengan ikhlas dan selalu berprasangka baik terhadap apa yang sudah
ditentukan olehNya. f) Shalat malam, jika bisa diukur dengan timbangan, maka akan
seharga seluruh dunia dan isinya. g) Dalam mendidik anak untuk melakukan hal-hal yang
baik, seharusnya dengan teladan yang baik. Anak tersebut akan meniru teladan yang ada
di depan matanya tanpa dipaksa. h) Kita seharusnya mensyukuri apa yang sudah
diberikan Allah kepada kita. Walaupun kita diberikan keterbatasan fisik, hendaknya kita
menerima dengan hati yang ikhlas. i) Wanita shalehah yang belum menikah hingga usia
tiga puluh atau lebih dari itu karena keterbatasan fisik dan selalu bersyukur, berbuat baik,
dan gemar berbagi, yakinlah kelak di akhirat akan menjadi bidadari-bidadari surga.

DAFTAR RUJUKAN
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Aprianti, Sri. 2010. Tema, Plot/ Alur, dan Latar/Setting dalam Novel Maryamah

Karpop Karya Andrea Hirata. (Skripsi). Pontianak: FKIP Untan.

Farida. 2002. Tokoh dan Penokohan dalam Novel Sekayu Karya Nh. Dini.

(Skripsi). Pontianak : FKIP Untan

Liye, Tere. 2010. Bidadari-Bidadari Surga. Jakarta: Republika.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: University

Gajah Mada Press..

Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Sumarjo, Jacob dan dan Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:

Gramedia.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Zaidan dkk, 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.

Zulfahnur Z. F, dkk. 1996. Teori Sastra, Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai