Anda di halaman 1dari 2

Manajemen Masjid ala Jogokariyan

Oleh; Achril Hamzah

Berawal dari sebuah langgar kecil di Kampung Pinggiran Selatan Yogyakarta, Masjid
Jogokariyan terus berusaha membangun Ummat dan Mensejahterakan Masyarakat. Sebagaimana
dikutip dari digilib.uinsby.ac.id, pendirian masjid ini bermula dari ide seorang pengusaha batik
bernama H. Jazuri asal Karangkajen yang mempunyai rumah di Kampung Jogokariyan. Tanah
pembangunan Masjis Jogokariyan bukanlah tanah wakaf, melainkan tanah yang dibeli atas
kumpulan dana panitia pembangunan masjid ini yang tergabung dalam koperasi Batik “Karang
Tunggal” dan Koperasi “Tri Jaya”.
Logo Masjid Jogokariyan terdiri dari tiga bahasa. Arab, Indonesia, dan Jawa. Ini adalah
wujud dari semangat kami, untuk menjadi Muslim yang salih seutuhnya tanpa kehilangan akar
budaya. Masjid Jogokariyan berusaha menerapkan manajemen masjid zaman rasulullah dengan
aplikasi di zaman modern dan dengan inovatif sehingga bisa diterima oleh masyarakat.
Masjid ini berdiri sejak Agustus 1967 yang telah diresmikan oleh ketua Pimpinan Daerah
Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta. Tanah seluas 600m2 dibeli oleh masyarakat atas
bantuan pengusaha batik yang tergabung dalam Koperasi Batik Karang Tunggal dan Koperasi
Tenun Tri Jaya.
Program Masjid Jogokariyan menjadi salah satu program terbaik yang ada di dalam
pengelolaan masjid. Sehingga tidak mengherankan bila banyak mahasiswa, sekolah, hingga
pengurus DKM luar Jogja yang tertarik mengunjungi tempat ini.
Ada banyak sekali program unggulan yang membuatnya sangat terkenal salah satunya
adalah program infak nol rupiah. Melalui program ini semua infaq yang masuk ke dalam masjid
bisa tersalurkan dengan sebaik mungkin sehingga tidak menyisakan saldo sama sekali.
Menurut Ust Muhammad Jazir ASP selaku Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan
mengatakan bahwasanya landasan dalam Manajemen masjid ini sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surah at-Taubah ayat 18 :

‫ص ٰلوةَ َو ٰاتَى‬ َّ ‫ام ال‬ َ َ‫اْل ِخ ِر َواَق‬ٰ ‫اّلل َو اال َي او ِم ا‬ ِ ٰ ‫ّللا َم ان ٰا َمنَ ِب‬
ِ ٰ َ‫اِنَّ َما َي اع ُم ُر َمسٰ ِجد‬
ٰۤ ٰ ُ ‫ّللاَ ۗفَ َعسٰ ٰٓى ا‬
َ‫ول ِٕى َك اَ ان يَّ ُك اونُ اوا ِمنَ اال ُم اهتَ ِديان‬ َ ‫الز ٰكوةَ َولَ ام َي اخ‬
ٰ ‫ش ا َِّْل‬ َّ
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan salat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang
yang mendapat petunjuk.”
Dari ayat tersebut lahirlah dua landasan yang menjadi cara untuk memakmurkan masjid
yang pertama yaitu landasan normatif karena pada dasarnya masjid adalah tempat ibadah dengan
begitu bagaimana caranya di masjid itu kita bisa meningkatkan kan keimanan kita karena dalam
ayat tersebut disebutkan salah satu tanda orang yang beriman adalah mereka yang senang
memakmurkan masjid.
Yang kedua yaitu secara teknis, cara untuk memakmurkan masjid sehingga bisa
memobilisasi kegiatan jamaah yang bisa melahirkan sinergitas sosial yang kuat untuk membangun
kesejahteraan, kekuatan ekonomi dan kemakmuran.
Dan akhir tujuan dari sebuah masjid adalah merdeka dalam beribadah, merdeka yang
menjadi kesejahteraan dan bisa menjadi kekuatan ekonomi yang biasa jaamah hidup dalam
kejamaahan yang dilatih di dalam sholat.

Anda mungkin juga menyukai