Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1 ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN

Nor Isnaini | 043015774 | Sistem Informasi

1. Definisi flowchart dan pseudecode


a. Definisi flowchart
Flowchart adalah sebuah diagram yang digunakan untuk merepresentasikan
langkah-langkah atau proses dalam sebuah sistem atau pekerjaan secara visual.
Flowchart biasanya memperlihatkan arus dari suatu aktivitas atau aliran dalam
sistem, serta blok-blok atau objek-objek yang membentuk aktivitas, dan koneksi-
koneksi antar aktivitas tersebut. Flowchart seringkali digunakan di berbagai macam
pemrograman komputer, analisis bisnis, pemodelan proses bisnis, hingga
penjelasan secara visual mengenai sebuah algoritma. Berikut contoh flowchart
sederhana proses pembelian hp.
b. Definisi pseudocode
Pseudocode adalah salah satu cara penulisan kode program yang mirip dengan
bahasa pemrograman, tetapi menggunakan bahasa human-readable yang lebih
mudah dipahami oleh manusia. Pseudocode digunakan untuk memberikan
pemahaman pada programmer tentang cara program berjalan dan mengevaluasi
solusi yang dirancang dengan cepat sebelum diimplementasikan secara resmi ke
dalam sebuah bahasa pemrograman. Pseudocode biasanya digunakan pada tahap
awal perancangan program untuk mempermudah dalam mengambil keputusan
desain dan pengembangan program. Pseudocode mirip dengan sebuah bahasa
pemrograman tapi non-formal, dikarenakan tidak ada aturan bahasa dan sintaksis
yang ketat, sehingga lebih mudah dimengerti oleh banyak orang dan lebih mudah
diikuti terutama oleh programmer pemula. Berikut contoh sederhana dari
pseudecode untuk mencari bilangan ganjil dari angka 1 sampai 10.

(Sumber: MSIM4203 Modul 2 hal. 2.3 dan 2.21)

2. Aturan dalam penggunaan flowchart


Berikut beberapa aturan dalam menggunakan flowchart:
a. Satu arah aliran; flowchart bergerak dari atas ke bawah dan kiri ke kanan. Hindari
membuat aliran yang berlawanan arah.
b. Gunakan simbol-simbol yang tepat; simbol yang digunakan dalam flowchart harus
konsisten dan tepat sesuai dengan kondisi, seperti simbol untuk start, input, output,
proses, keputusan, dan titik akhir program.
c. Beri nama simbol dengan jelas; setiap simbol dalam flowchart harus diberi nama
yang jelas dan mudah dipahami oleh orang lain untuk menghindari kebingungan
saat membaca.
d. Penghubung antar simbol harus jelas; setiap penghubung antar simbol harus jelas
dan disertakan dengan keterangan yang tepat. Memastikan agar tidak ada kesalahan
atau kebingungan dalam koneksi antar simbol.
e. Penomoran dalam flowchart; nomor simbol dalam flowchart akan mempermudah
pembaca saat melacak dan menilai kesalahan dalam program.
f. Flowchart yang sederhana dan efektif; flowchart harus sederhana dan mudah
dipahami, mengingat tujuan utama dari flowchart adalah untuk mempermudah
memahami proses dan aliran dalam program.
g. Konsisten dalam membuat flowchart; dalam membuat flowchart, gunakan format,
simbol, dan notasi yang konsisten demi kelancaran pemahaman dalam pembacaan
flowchart.
Kesimpulannya yaitu aturan dalam menggunakan flowchart adalah membuat arus
aliran yang lebih mudah dipahami, menggunakan simbol yang tepat, memberi nama
simbol dengan jelas, membuat penghubung yang jelas, menggunakan penomoran
dalam flowchart, membuat flowchart yang sederhana dan efektif, dan tetap konsisten
dalam membuat flowchart. Dengan mengikuti aturan dalam membuat flowchart, maka
akan tercipta flowchart yang mudah dipahami dan efektif membantu dalam memahami
sistem dan proses. (Sumber: MSIM4203 Modul 2 hal. 2.9 – 2.10)

3. Aturan dalam penggunaan pseudocode


Berikut adalah beberapa aturan dalam menggunakan pseudocode:
a. Menggunakan bahasa alami yang mudah dipahami dan konsisten; pseudocode
harus ditulis menggunakan bahasa alami yang mudah dimengerti dan konsisten,
sehingga dapat diinterpretasikan dengan mudah oleh programmer lain yang tidak
familiar dengan pseudocode tersebut.
b. Gunakan keyword yang mudah dipahami; pseudocode harus menggunakan
keyword yang mudah dimengerti dan jelas, seperti “jika”, “jika-else”, “untuk”, dan
“selama”.
c. Menghindari penulisan yang ambigu; penting untuk tidak membuat penulisan yang
ambigu dalam pseudocode. Sebagai contoh, tidak menggunakan kata atau simbol
yang memiliki arti yang berbeda pada ciri-ciri yang berbeda dalam bahasa
pemrograman yang berbeda.
d. Konsisten dalam membuat indentasi; indentasi pseudocode harus konsisten
sepanjang program, sehingga mudah dibaca dan dimengerti. Memastikan setiap
block memiliki indentasi yang sama.
e. Hindari penggunaan kata-kata yang sangat umum; menghindari untuk
menggunakan kata-kata yang sangat umum, seperti "tapi" atau "amat", karena dapat
menimbulkan kebingungan atau ketidakjelasan.
f. Memisahkan operasi aritmetika dari operasi logik; memastikan untuk memisahkan
operasi aritmetika dan logika agar lebih mudah dipahami.
g. Memberikan komentar yang jelas; komentar yang jelas dan mudah dipahami dapat
membantu programer lain dalam memahami pseudocode yang dibuat.
Walau tidak mempunyai aturan baku yang mengikat agar pseudocode efektif
digunakan, diperlukan aturan dalam penggunaannya yang konsisten. Beberapa aturan
tersebut diantaranya menggunakan bahasa alami yang mudah dipahami dan konsisten,
gunakan keyword yang mudah dipahami, hindari penulisan yang ambigu, konsisten
dalam membuat indentasi, hindari penggunaan kata-kata yang sangat umum,
memisahkan operasi aritmatika dari operasi logika, dan memberikan komentar yang
jelas. Dengan menerapkan aturan ini, penggunaan pseudocode akan membantu
programmer dalam merancang solusi program yang efisien dan mudah dipahami.
(Sumber: MSIM4203/Modul2 hal. 2.22 – 2.28)

Anda mungkin juga menyukai