Anda di halaman 1dari 2

DASAR IDE DAN GAGASAN PEMERINTAHAN DEMOKRATIS DI AWAL KEMERDEKAAN TENTANG PEMILU

1. DASAR PEMILU
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara. Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa "kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar".
Makna dari "kedaulatan berada di tangan rakyat" dalam hal ini
ialah bahwa rakyat memiliki kedaulatan, tanggung jawab, hak dan
kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan
membentuk pemerintahan guna mengurus dan melayani seluruh
lapisan masyarakat, serta memilih wakil-wakil rakyat untuk
mengawasi jalannya pemerintahan.
Sesuai ketentuan Pasal 22E ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, pemilihan umum untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah diselenggarakan
berlandaskan azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
setiap lima tahun sekali. Pemilihan umum dimaksud
diselenggarakan dengan menjamin prinsip keterwakilan, yang
artinya setiap orang Warga Negara Indonesia terjamin memiliki
wakil yang duduk di lembaga perwakilan yang akan
menyuarakan aspirasi rakyat di setiap tingkatan pemerintahan,
dari pusat hingga, ke daerah
b)

Satu hari setelah proklamasi kemerdekaaan (18 Agustus 1945), Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) menetapkan Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil
Presiden RI pertama. Tanggal 3 November 1945 melalui Maklumat X atau Maklumat Wakil
Presiden Mohammad Hatta, mendorong pembentukan partai-partai politik untuk persiapan
rencana penyelenggaraan Pemilu pada tahun 1946. Maklumat X melegitimasi partai-partai politik
yang telah terbentuk sebelumnya sejak zaman Belanda dan Jepang. Amanat Maklumat X selain
pembentukan partai-partai politik adalah menyelenggarakan Pemilu untuk memilih anggota DPR
pada Januari 1946. Namun rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan karena :
a) Tidak ada perundang-undangan untuk mengatur penyelenggaraan pemilu
b) Rendahnya stabilitas keamanan negara
c) Pemerintah dan rakyat fokus mempertahankan kemerdekaan
2. Langkah-langah menuju Pemerintahan Konstitusional
a) Memperluas partisipasi politik (disampaikan Sutan Syahrir pada Oktober 1945)
b) Memberi kekuasaan legislatif kepada wakil-wakil rakyat (ditandai dengan terbitnya
Maklumat No. X 16 Oktober 1945)
c) Menolak pemerintahan otoriter
d) Memelihara kemerdekaan ke luar
e) Tekad untuk menjamin kebebasan ke dalam
f) Tekad untuk menjamin asas-asas universal pemerintahan yang baik (good governance);
g) Membentuk sistem multipartai;
h) Menetapkan pertanggungjawaban pemerintah kepada wakil rakyat
i) Pengakuan terhadap asas pemilihan bebas
3. PENGATURAN PEMILU DI KONSTITUSI INDONESIA SEBELUM AMANDEMEN
a) UUD 1945 tidak ada pengaturan terkait pemilu. Di dalam UUD 1945 hanya mengatur
tentang susunan dan kedudukan DPR vide Pasal 19 Ayat (1) UUD 1945
b) Konstitusi RIS 1949 terdapat beberapa pasal yang memberikan pengaturan tentang
pemilu antaranya; Pasal 34 Konstitusi RIS (asas pemilihan) dan Pasal 111 (waktu
pelaksanaan pemilu) Konstitusi RIS 1949;
c) UUDS 1950
UUDS 1950, terdapat beberapa ketentuan terkait pemilu: yakni Pasal 35 UUD 1950
tentang asas-asas pemilu, dan Pasal 135 Ayat (2) UUDS 1950 tentang pemilihan anggota
konstituante;
 Pasal 57 tentang Pemilihan Anggota DPR;
 Pasal 60 tentang syarat anggota DPR;
 Pasal 135 Ayat (2) tentang Pemilihan Anggota Konstituante;
 Pasal 23 Ayat (1) Hak untuk dipilih dalam pemilu
 Pasal 35 tentang prinsip dan asas pemilu
d) Pengaturan Pemilu Di Uud 1945 Setelah Amandemen
 Pasal 2 Ayat (1) tentang Pemilihan MPR;
 Pasal 6A Ayat (1) Pencalonan Presiden
 Pasal 18 Ayat (3) DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota
 Pasal18 Ayat (4) Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
 Pasal 22E Bab Khusus Pemilu, terdiri dari 6 ayat

e)
4.

Anda mungkin juga menyukai