Anda di halaman 1dari 38

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA
---------------------
RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 3/SKLN-X/2012

PERIHAL
PERMOHONAN TERHADAP SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA
NEGARA ANTARA KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN PEMERINTAH
DAERAH PROVINSI PAPUA MELIPUTI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
PAPUA (DPRP) DAN GUBERNUR PAPUA

ACARA
MENDENGARKAN KETERANGAN MAJELIS RAKYAT PAPUA,
KEMENTERIAN DALAM NEGERI , PEMOHON, TERMOHON I,
DAN TERMOHON II
(III)

JAKARTA

SENIN, 3 SEPTEMBER 2012


MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
--------------
RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 3/SKLN-X/2012

PERIHAL

Permohonan Terhadap Sengketa Kewenangan Lembaga Negara antara Komisi Pemilihan


Umum dengan Pemerintah Daerah Provinsi Papua meliputi Dewan Perwakilan Rakyat
Papua (DPRP), dan Gubernur Papua.

PEMOHON

1. Alamsyah Putra Mangkualan


2. Samuel Christian Nandaru

ACARA

Mendengarkan Keterangan Majelis Rakyat Papua, Kementerian Dalam Negeri,


Pemohon, Termohon I, dan Termohon II (III)

Senin,3 September 2012 Pukul11.26– 12.15WIB


Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI,
Jl.Medan Merdeka Barat No.6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1 Atthaya Adhita Puti Savia (Ketua)


)
2 Ananda Lintang Ramadhan Kurnia (Anggot
) a)
3 Yodan Alela Hardisma (Anggot
) a)
4 Rhimadini Yuans Bricaelis (Anggot
) a)
5 Rah Ayu Ning Lintang Sekar Langit (Anggot
) Putri a)

6) Teofilus Dendro Laksmanajati Panitera Pengganti


Pihak yang Hadir:

A.Pemohon:

1. Nais Nur Mufida Jazila


2. Marsha Dhiya’ Ulhaq

B. Majelis Rakyat Papua:

C. Kementerian Dalam Negeri:

-
SIDANG DIBUKA PUKUL 11.26 WIB
1. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Bismillahirrahmanirrahim,sidang dalam perkara Nomor 3/SKLN-


X/2012, dengan ini dibuka dan terbuka untuk umum.

KETUK PALU 3X

Pemohon, siapa yang hadir? Silakan.

2. KUASA HUKUM PEMOHON 1: NAIS NUR MUFIDA JAZILA

Assalamualaikumwr. wb.

3. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Walaikumsalam wr. wb.

4. KUASA HUKUM PEMOHON 1: NAIS NUR MUFIDA JAZILA

Terima kasih, Yang Mulia. Jadi, saya ambil dari sini, saya sendiri
Alamsyah Putra Mangkualan sebagai Pemohon dan Samuel Christian
Nandaru sebagai Pemohon. Itu saja, terima kasih, Yang Mulia.

5. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Dari Majelis Rakyat Papua siapa yang hadir, silakan?

6. MAJELIS RAKYAT PAPUA :

Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Dari Majelis


Rakyat Papua, dari Kemnaker, Ibu Dra. Haiyani Rumondang, M.A.,
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial.
Kemudian, Bapak...Ibu Agatha Widianawati. Kemudian, Bapak Bambang
Adi. Kemudian, Bapak Budiman, S.H., Kepala Biro Hukum Kementerian
Tenaga Kerja. Dari Kemenkumham, Ibu Ninik Hariwanti, S.H., LL.M.,
Direktur Litigasi. Kemudian, saya Pak Mulyanto. Kemudian, Bapak R.
Tony Prayogo. Demikian,Yang Mulia.

7. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Baik, Mahkamah juga sudah menyetujui untuk menjadi Pihak


Terkait dari dua institusi, yang pertama dari Majelis Rakyat Papua
dan yang kedua dari Kementerian Dalam Negeri yang pada hari ini yang
sudah hadir dari Kementerian Dalam Negeri,ya? Silakan, diperkenalkan
siapa yang hadir?

8. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: NAIS NUR MUFIDA JAZILA


Terimakasih,Yang Mulia.Yang terkait dari Kementerian Dalam
Negeri yang hadir, saya sendiri, Nais Nur Mufida Jazila . Yang kedua,
Agus Dwijanto.Yang ketiga (...)

9. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA


Ini yang menerima Kuasa dari Pak
ya? Hariadi, ya? Dan kawan-kawan,
10. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: NAIS NUR MUFIDA JAZILA

Ya, Bu.

11. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Baik.

12. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: NAIS NUR MUFIDA JAZILA

Yang ketiga, Ibu Myra.Yang keempat, Pak Adri. Terimakasih, Yang


Mulia.

13. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Baik,terimakasih. Agenda kita pada persidangan pada pagi hari ini


adalah mendengarkan keterangan Majelis Rakyat Papua dan Kementerian
Dalam Negeri. Karena Kementerian Dalam Negeri tidak bisa hadir, maka
satu-satunya agenda adalah mendengarkan keterangan dari Majelis
Rakyat Papua.
Silakan, dari Majelis Rakyat Papua yang mewakili? Silakan. Tidak
perlu dibacakan secara keseluruhan pokok-pokok keterangan Majelis
Rakyat Papua yang … silakan dibacakan. Untuk pokok permohonan,
kedudukan hukum, saya
kira sudah tidak perlu. Silakan dari awal, kemudian langsung masuk ke
halaman 5, bab ketiga itu. Silakan, Ibu.

14. PEMERINTAH: HAIYANI RUMONDANG

Assalamualaikum wr. wb.

15. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Walaikum salam.

16. PEMERINTAH: HAIYANI RUMONDANG

Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua. Keterangan


presiden atas permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Kepada Yang Mulia Ketua, Anggota
Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia di Jakarta.
Dengan hormat, yang bertandatangan di bawah ini:
1. Nama : Yasonna H.Laoly (Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia)
2. Nama : Muhammad Hanif Dhakiri (Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia).
Dalam hal ini, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri,
bertindak untuk dan atas nama Presiden Republik Indonesia, selanjutnya
sebagai Pemerintah. Perkenankanlah kami menyampaikan keterangan
presiden baik lisan maupun tertulis yang merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tak terpisahkan, atas permohonan pengujian Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, selanjutnya disebut
Undang-Undang Ketenagakerjaan terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, selanjutnya disebut Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 yang dimohonkan oleh Ir. H. JhoniBoetja, S.E.
dan kawan-kawan, selanjutnya disebut sebagai Para Pemohon sesuai
registrasi permohonan di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor
13/PUU-XV/2017 tanggal 13 Februari 2017 dengan perbaikan
permohonan pada tanggal 6 Maret 2017. Kami lanjutkan langsung ke
halaman 5.

17. KETUA : ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA


Bagian satu dan bagian dua dianggap telah dibacakan, ya.

18. PEMERINTAH: HAIYANI RUMONDANG

Baik.
19. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Silakan, Ibu.

20. PEMERINTAH: HAIYANI RUMONDANG

Langsung bagian tiga. Keterangan Pemerintah atas materi


permohonan yang dimohonkan untuk diuji.Bahwa Alinea Keempat
pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menentukan bahwa
tujuan negara RI salah satunya adalah untuk memajukan kesejahteraan
umum dan keadilan sosial. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai
bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk
meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta
mewujudkan masyarakat sejahtera,adil, makmur, dan merata baik
materiil maupun spiritual.
Pembangunan Ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan
keterkaitan. Keterkaitan itu tidak hanya dengan kepentingan tenaga kerja
sebagaimana juga keterkaitan dengan kepentingan pengusaha,
pemerintah, dan masyarakat.
Oleh Karena Itu, hubungan industrial sebagai bagian dari
pembangunan ketenagakerjaan harus diarahkan untuk terus
mewujudkan hubungan industrial yang harmonis,dinamis,dan berkeadilan
dengan tetap mendorong partisipasi yang optimal dari seluruh tenaga
kerja dan pekerja buruh se-Indonesia Untuk membangun negara
Indonesia yang dicita-citakan.
Bahwa Dibentuknya Undang-Undang Ketenagakerjaan merupakan
amanat dalam Pasal 27 ayat(2), Pasal 28D ayat (2),dan Pasal 33 Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 untuk mengatur lebih teknis pengaturan
bidang ketenagakerjaan, salah satunya pengaturan mengenai
hubungan industrial. Dengan Kata Lain, pengaturan mengenai hubungan
industrial dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 merupakan
kebijakan umum (legal policy) pembentuk undang-undang dalam
menentukannya.
Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan diatur mengenai hal-hal
yang terkait dengan hubungan industrial, termasuk perlindungan pekerja
buruh, perlindungan atas hak-hak dasar pekerja buruh untuk berunding
dengan pengusaha, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja,
perlindungan khusus bagi pekerja buruh perempuan,anak,dan
penyandang cacat serta perlindungan tentang upah, kesejahteraan, dan
jaminan sosial tenaga kerja.
Salah satu bentuk perlindungan pekerja buruh yang diatur dalam
Undang-Undang Ketenagakerjaan adalah perlindungan dari adanya
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Ketentuan Pasal 151 ayat (1)
Undang-Undang ketenagakerjaan secara eksplisit telah menyebutkan
bahwa pengusaha, pekerja buruh, serikat pekerja serikat buruh, dan
pemerintah dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan
terjadi pemutusan hubungan kerja. Segala upaya dimaksud adalah
segala kegiatan-kegiatan yang bersifat positif yang pada akhirnya dapat
menghindari terjadinya PHK.
Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan telah diatur mengenai
larangan bagi pengusaha untuk melakukan PHK yang didasarkan atas
suatu sebab tertentu, yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 153 ayat (1)
Undang-Undang Ketenagakerjaan yang berbunyi, “Pengusaha Dilarang
melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan:
a. Pekerja buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut
keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 bulan secara
terus-menerus.
b. Pekerja buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena
memenuhi kewajiban terhadap negara, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Pekerja buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya.
d. Pekerja buruh menikah.
e. Pekerja buruh perempuan hamil melahirkan, gugur kandungan,
atau menyusui bayinya.
f. Pekerja buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan
perkawinan dengan pekerja buruh lainnya di dalam satu
perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
g. Pekerja buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus
serikat pekerja serikat pekerja buruh, pekerja buruh melakukan
kegiatan serikat pekerja serikat buruh diluar jam kerja, atau di
dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha atau berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
h. Pekerja buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib
mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana
kejahatan.
i. Karena Perbedaan Paham, agama, aliran politik, suku , warna kulit,
golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan.
j. Pekerja Buruh Dalam Keadaan Cacat Tetap, sakit akibat kecelakaan
kerja atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan
dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan.
k. Bahwa salah satu larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 153
ayat (1) huruf f Undang-Undang Ketenagakerjaan adalah karena
alasan pekerja buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan
perkawinan dengan pekerja buruh lainnya di satu perusahaan
kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan
atau perjanjian kerja bersama. Bahwa makna ketentuan a quo pada
dasarnya ingin memberikan kesempatan bagi para pelaku
hubungan industrial,baik pengusaha dan pekerja buruh untuk
menentukan lain, dalam arti bahwa perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama merupakan suatu bentuk
kesepakatan yang dibuat oleh pelaku hubungan industrial dan
mengikat bagi para pihak.
l. Bahwa yang dimaksud dengan perjanjian kerja bersama yang
ditentukan dalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang
Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa perjanjian kerja adalah
perjanjian antara pekerja buruh dengan pengusaha atau pemberi
kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para
pihak. Sedangkan pada Pasal 1 angka 20 Undang-Undang
Ketenagakerjaan peraturan perusahaan adalah peraturan yang
dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat
kerja dan tata tertib perusahaan, serta dalam Pasal 1 angka 21
Undang-Undang Ketenagakerjaan perjanjian kerja bersama adalah
perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat
pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh
yang tercatat pada instansi yang bertanggun jawab di bidang
ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha atau
perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak,
dan kewajiban kedua belah pihak.
m. Bahwa perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama adalah suatu kesepakatan atau perikatan dan merupakan
undang-undang bagi yang mengadakannya sebagaimana yang
dinyatakan dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang berbunyi, “Semua
persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang- undang berlaku
sebagai undang-undang … berlaku bagi undang- undang… sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuanitu
Tidak Dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah
pihak atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-
undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan iktikad baik.”
n. Bahwa dengan diaturnya frasa kecuali telah diatur dalam perjanjian
kerja peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama dalam
Pasal 151 ayat (1) huruf f Undang-Undang Ketenagakerjaan pada
dasarnya pembentuk undang-undang mengakui bahwa sumber
hukum yang berlaku dan mendasari hubungan kerja antara
pengusaha dan pekerja buruh adalah perjanjian kerja, peraturan
perusahan, atau perjanjian kerja bersama sehingga secara
substansi kewenangan untuk menentukan apakah dengan adanya
pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan pekerja buruh dapat di-
PHK atau tetap dapat bekerja didalam satu perusahaan menjadi
kewenanganpara pihak, yaitu pengusaha dan pekerja buruh untuk
menentukannya sehingga pekerja buruh seharusnya sudah
mengetahui dan dapat memperkirakan konsekuensi apabila mereka
melakukan perikatan perkawinan sesama rekan sekerja yang
dilakukan setelah perjanjian kerja disepakati oleh kedua belah
pihak.
o. Bahwa frasa a quo dimaksudkan untuk mengakomodir sifat dan
jenis pekerjaan serta karakteristik perusahaan dalam bisnis
tertentu, namun demikian dengan adanya ketentuan yang
memberlakukan perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama terlebih dahulu harus melalui proses
pemeriksaan oleh pemerintah, maka hal ini untuk mencegah
terjadinya pemaksaan kehendak secara sepihak oleh pengusaha
terkait permasalahan hubungan pertalian darah dan ikatan
perkawinan. Dalam hal ini pemerintah akan memeriksa substansi
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama dan apabila ditemukan hal-hal yang bertentangan
peraturan perundang-undangan maka pemerintah akan
memberikan koreksi sebagai bentuk pengawasan dari pemerintah,
sehingga diaturnya frasa kecuali diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama dalam Pasal
153 ayat (1) huruf f Undang-Undang Ketenagakerjaan tidaklah
bertentangan dengan Pasal 28B ayat (1) dan Pasal28D ayat (2)
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sehingga terhadap dalil para
Pemohon tidak beralasan dan tidak berdasar.”
IV. Petitum.
Berdasarkan penjelasan dan argumentasi tersebut di atas,
pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi
Republik Indonesia dapat memberikan putusan sebagai berikut.
Satu. Menyatakan bahwa para Pemohon tidak mempunyai kedudukan
hukum (legal standing).
Dua. Permo...dua. Menolak permohonan pengujian Pemohon
seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan pengujian
Pemohon tidak dapat diterima (nietontvankelijkverklaard).
Tiga. Menerima keterangan presiden secara keseluruhan.
Empat. Menyatakan ketentuan Pasal 153 ayat (1) huruf f Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak
bertentangan dengan ketentuan Pasal 28 ayat (1) dan Pasal 28 ayat (2)
...Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Demikian Keterangan Ini, atas perkenan dan perhatian Yang Mulia
Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, diucapkan terima
kasih.
Jakarta, 3 september 2012.

Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia, Menteri


Ketenagakerjaan,Muhammad Hanif Dhakiri,Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Yasonna H.Laoly, ditandatangani.

Demikian, Yang Mulia, kami sampaikan keterangan Presiden ini


kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Yang Mulia.
Assalamualaikumwr. wb. Terimakasih.

21. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Walaikum salam wr. wb. Terima kasih, Ibu. Silakan duduk


kembali. Dari KPUD, Pihak Terkait, Pak Evert Matulessy dan Pak Agus,
sudah siap untuk memberikan keterangan? Saya lihat sudah ada
keterangan tertulis, ya? Siap, ya? Silakan dibacakan.

22. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: NAIS NUR MUFIDA JAZILA

Yang Mulia Ketua, Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi


Republik Indonesia, sesuai dengan undangan yang diberikan kepada
kami sebagai Terkait, maka kami akan memberikan keterangan sebagai
berikut.
1. Bahwa perkawinan antara pekerja laki-laki dan pekerja wanita dalam
suatu perusahaan ataupun satu instansi pemerintah telah lama
terjadi dan mengakibatkan dampak positif maupun negatif,
baik kepada perusahaan maupun kepada pekerja itu sendiri dan
pekerja lainnya sebagai bagian dari perusahaan tersebut.
2. Bahwa adapun dampak positif dari perkawinan sesama pekerja
dalam suatu perusahaan adalah pasangan pekerja tersebut secara
emosional akan saling menguatkan hubungan keluarganyasehingga
merasa aman dan tenteram karena saling melindungi. Namun
demikian, selain dampak positif tersebut, juga terdapat dampak
negatif yang berhubungan dengan perasaan saling melindungi
tersebut yang berpotensi negatif, yakni dapat mengurangi bahkan
menghilangkan objektivitas kerja dari hubungan kerja antara
pekerja dan manajemen perusahaan. Sebagai contoh seorang
manajer HRD di satu perusahaan mempekerjakan istri atau suami
dari atasan kerjanya, yakni general manajer di satu perusahaan
sebagai supervisor dimana pada satu keadaan tertentu istri atau
suami atau manajer HRD tersebut melakukan pelanggaran,
indisipliner, atau pelanggaran lainnya yang dapat dikenakan sanksi
sebagaimana diatur dalam perjanjian kerja peraturan perusahaan
atau perjanjian kerja bersama. Dengan kondisi tersebut, secara
psikologis akan terjadi konflik batin bagi manajer HRD tersebut
untuk meng ... menegakkan aturan di perusahaannya.
3. Bahwa dengan adanya dampak negatif dan positif tersebut, maka
pemerintah mengatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 pada Pasal 153 ayat (1f) ... ayat (1) huruf f dengan tujuan
untuk mencegah hal-hal yang negatif terjadi di lingkungan
perusahaan dan membangun kondisi kerja yang baik, profesional,
dan berkeadilan.
4. Bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 pada Bab 10A tentang Hak Asasi Manusia Pasal28B ayat (1)
menyatakan bahwa setiap orang berhak membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Kemudian,
Pasal1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
menegaskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebaga isuami-istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia yang kekal
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Serta Pasal33 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974...1974 tentang Perkawinan yang juga
menegaskan bahwa suami-istri wajib saling mencintai,
menghormati, setia, dan memberikan bantuan lahir dan batin yang
satu kepada yang lain.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa perkawinan
adalah hak setiap orang yang bersifat sakral dan terdapat
kewajiban bagi suami-istri yang menjadikan hubungan keduanya
menjadi sangat kuat dan khusus.
5. Bahwa pada prinsipnya perusahaan tidak melarang seorang untuk
menikah, akan tetapi apabila suami-istri bekerja dalam suatu
perusahaan yang sama, akan berpotensi menimbulkan konflik
kepentingan (conflict of interest) dalam mengambil keputusan
dalam internal perusahaan dan juga dapat mengganggu objektivitas
serta profesionalisme dalam pekerjaannya, misalnya berkaitan
dengan penilaian kinerja pekerja dalam pengembangan karier,
dalam promosi,pemberian sanksi,dan sebagainya yang akan
mengganggu rasa keadilan bagi pekerja yang lainnya yang tidak
memiliki hubungan khusus sebagai suami-istri dalam suatu
perusahaan yang tujuannya tentu lebih banyak sebagaimana diatur
dalam Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “Setiap Orang Berhak Untuk
bekerja, serta mendapat imbalan, dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja.”
6. Bahwa ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 153 ayat (1) huruf f
adalah tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini bertujuan untuk melindungi
kepentingan yang lebih besar dalam menjaga hak setiap warga
negara untuk menikah, tetap sekaligus juga untuk menjaga setiap
hak setiap orang yang bekerja guna mendapatkan perlakuan yang
adil dimana kedua hal tersebut merupakan hak asasi manusia yang
sama diatur di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 28J ayat (1) yang menegaskan bahwa
setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Dan
ayat (2) yang berbunyi, “Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan, serta penghormati … penghormatan
atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, dan
ketertiban umum di dalam suatu masyarakat demokratis.”
Berdasarkan keterangan-keterangan yang kami kemukakan di
atas maka kami berpendapat.
1. Bahwa Ketentuan Pasal 153 ayat(1)huruf f Undang-Undang Nomor
13Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang pada prinsipnya
menegaskan bahwa pengusaha dilarang melakukan pemutusan
hubungan kerja dengan alasan bahwa pekerja/buruh mempunyai
pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja/buruh
lainnya didalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama tidak bertentangan dengan Pasal 28B ayat (1) dan Pasal
28D ayat(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Bahwa dengan adanya Pasal 153 Ayat (1)huruf f Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ini memberikan
jaminan kondusif hubungan kerja sesama pekerja maupun pekerja
dan manajemen perusahaan sehingga mempengaruhi
profesionalitas kerja dan memberikan keadilan bagi antara pekerja
itu sendiri maupun bagi perusahaan.
Demikianlah keterangan yang kami sampaikan ini selaku Pihak
Terkait dalam sidang perkara ini. Jakarta, 3 September 2012.

Terima kasih, Yang Mulia.

23. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Terima kasih, Pak. Silakan duduk kembali. Sekarang giliran Hakim


untuk memberikan pendalaman. Prof.Saldi, ada? Kemudian PakPal, yang
terakhir Pak Suhartoyo. Ya,silakan Prof. Saldi terlebih dahulu.
24. HAKIM ANGGOTA: ANANDA LINTANG RAMADHAN KURNIA

Terimakasih, Yang Mulia. Ini bukan pendalaman, tapi ini…apa…


catatan untuk Pemerintah atau… apa namanya… tambahan bahan
kalau bisa disampaikan kepada kita. Ini terkait dengan kalau dibaca
konstruksi Pasal 153 ayat(1) itu dari huruf a sampai huruf i… huruf j, itu
kan, hanya satu-satunya huruf f itu yang ada pengecualian. Semuanya
tidak ada pengecualian.
Nah, dulu ketika Pasal 153 ayat (1) ini dibahas, kira-kira apa
perdebatan perumusan pasal ini yang mengecualikan satu-satunya untuk
huruf f itu? Jadi, mungkin Pemerintah bisa…apa namanya…
menyampaikan kepada Mahkamah atau dipertemuan berikutnya
perdebatan apa sehingga muncul kecuali ini? Kan,tidak mungkin tidak
ada perdebatan atau datang dengan sendirinya saja ketika huruf f ini
dikecualikan, satu-satunya pasal yang dikecualikan yang di … apa ... di
antara poin-poin yang lain. Itu untuk Pemerintah.
Yang kedua untuk KPUD. Tadi dinyatakan bahwa orang yang
punya ikatan perkawinan yang bekerja dalam perusahaan yang sama itu
kan, ada positif ada negatifnya. Bisakah KPUD misalnya mengemukakan
bukti-bukti empirik yang membuktikan bahwa dari keterangan ini kan,
lebih banyak negatifnya sebetulnya dibandingkan positifnya kalau KPUD
tadi sehingga pada akhirnya mengatakan bahwa ini … pasal ini bukan
inkonstitusional atau pasal ini konstitusional. Bisa enggak KPUD
memberikan data empirik kepada kami yang membuktikan sebetulnya
bahwa orang yang bekerja dalam status hubungan suami-istri dalam
perusahaan yang sama itu lebih banyak negatifnya dibanding positifnya?
Nah,itu mungkin kalau bisa ditambahkan,itu akan makin...apa…
memperkaya Hakim dalam memeriksa atau memutus perkara ini.
Yang terakhir,Ketua,ini kepada Pemohon. Ada beberapa
penjelasan yang dikemukakan di dalam permohonan. Di antaranya
mengatakan bahwa ada baiknya juga,ada sisi positifnya juga kalau
perusahaan itu memperbolehkan atau melarang...tidak melarang ada
pasangan suami-istri yang bekerja dalam perusahaan yang sama. Salah
satunya tadikan, biaya...apa namanya…kesehatanya, dan lain-lain itu.
Jadi,bisa hanya satu berlaku untuk dua orang.Nah, ini sama
dengan KPUD supaya...apa namanya…supaya kelihata nseimbang.
Ada/enggak bukti-bukti empirik lain yang bisa menguatkan bahwa
sebetulnya sisi positifnya itu lebih besar dibandingkan sisi negatifnya
kalau pegawai yang punya hubungan perkawinan, itu bekerja dalam satu
perusahaan. Nah,itu mungkin yang bisa di-explore kepada kami, Majelis.
Terima kasih, Pak Ketua.

25. KETUA : ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Terimakasih, Prof.Saldi.Ya,Yang Mulia Pak Palguna, silakan.


26. HAKIM ANGGOTA : ANANDA LINTANG RAMADHAN KURNIA

Sebenarnya, sama intinya dengan yang ditambahkan. Terima


kasih, Yang Mulia.Sama ini intinya dengan yang Dimintakan Konfirmasi
oleh Yang Mulia Prof. Saldi. Ini mungkin kepada Pemerintah dan KPUD.
Pertanyaan faktual saja. Ya, apakah sisi negatif dan juga mungkin positif
yang disampaikan dalam keterangan KPUD itu,itu hanya berdasarkan
asumsi ataukah ada satu hasil riset? Ya, itu.Karena saya juga menyimak
permohonan Pemohon. Ada masuk akalnya juga tadi keuntungan yang
disampaikan di dalam permohonan tadi itu. Nah, itu.
Misalnya kalau ada hasil riset, akan bagus itu, ya kalau
disampaikan kepada kami. Dari pihak KPUD juga mungkin dari
Pemerintah yang mana itu dikaitkan dengan perdebatan yang terjadi
pada waktu perumusan undang-undang ini. Ataukah ini hanya sekadar
kompromi misalnya, antara… apanamanya … hanya sekadar kompromi
antara pihak perusahaan atau pengusaha dengan serikat pekerja atau
serikat buruh misalnya ketika pembahasan undang-undang ini. Nah,itu
tentu perlu kami butuhkan.
Misalnya Kalau Ada Base Practice Misalnya,yang menunjukkan
bahwa lebih banyak positifnya misalnya kalau satu… dalam satu
perusahaan itu orang yang mempunyai hubungan suami-istri, ya, kenapa
kita menolak? Atau sebaliknya, misalnya kalau ada yang data yang
menunjukkan sebaliknya, justru kalau ada hubungan suami-istri itu,
memang seperti yang dikatakan oleh KPUD umpamanya,itu cenderung
negatif.
Nah,kita akan mendapatkan data yang benar-benar seimbang.
Disebabkan… ya,walaupun KPUD tadi mengatakan bahwa tidak ada
maksud untuk melarang perkawinan orang. Karena itukan kita tidak bisa
mencegah. Yang namanya jodoh, kan katanya itu berada di tangan Beliau
ya,Tuhan Yang Maha Esa.Kita enggak bisa menentukan, kita berjodoh
dengan siapa. Tetapi persoalannya, justru ada di situ. Karena kita tidak
tahu, kita akan berjodoh dengan siapa. Bisa saja kita berjodoh dengan
orang yang berada dalam satu perusahaan.
Nah, tetapi tentu ada rasionalitas yang bisa menjelaskan mengapa
kemudian lahir norma yang seperti ini dan itu kemudian kita bisa terima
sebagai ketentuan yang berlaku umum. Apakah norma itu semata-mata
berdasarkan base practice misalnya di negara-negara ataukah itu? Yang
saya khawatirkan atau paling tidak yang sampai saat ini belum terjawab
adalah kalau semata-mata perumusan norma ini didasarkan pada
asumsi. Nah, kalau rumusnya pada asumsi,kita tidak bisa lalu menilai
bahwa ini adalah perumusan yang bisa kita anggap sebagai norma yang
berlaku umum dan base practice di berbagai negara misalnya sesuai
dengan ketentuan itu.Saya kira, data pembanding yang seperti itu,
sangat dibutuhkan oleh Mahkamah terlepas dari persoalan
konstitusionalitasnya. Tapi ada alasan riil yang kemudian kita tahu yang
menjadi latarbelakang dari perumusan norma ini.
Mungkin Pemerintah dan KPUD bisa memberikan tambahan
keterangan barangkali.Tidak Perlu Dijawab Sekarang, barangkali nanti
secara tertulis saja bisa disampaikan dalam persidangan berikutnya.
Demikian, Pak Ketua, terima kasih.

27. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Terimakasih,Yang Mulia. Silakan, Yang Mulia Yodan Alela.

28. HAKIM ANGGOTA : YODAN ALELA HARDISMA

Terimakasih,Yang Mulia PBu Ketua. Ya,saya juga ingin minta


penjelasan tambahan dari Pemerintah dan sedikit juga dari KPUD nanti.
Yang pertama begini. Kalau kemudian pengecualian frasa ini,yaitu
tentang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, dan
perjanjian kerja bersama, oleh Pemerintah tadi ditarik atau dirujukkan
kepada 1338 BW tadi, KUH Perdata bahwa persetujuan yang dibuat
secara sah atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan adalah
merupakan undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
Nah, tentunya kita tahu bersama. Coba nanti mohon dicermati ya,
ditambahkan kemudian. Bahwa kalau kita cermati, Pasal 1338 itukan,
embrionya 1320, yakan? Salah satu elemen yang ada di 1320 adalah
kesepakatan, disamping komponen berikutnya adalah kesepakatan,
kecakapan, objek, dan kausa yang halal, kan. Syarat 1320 kan, absolut
harus ada itu.
Nah, sekarang apakah kemudian kalau memang 1338 yang Ibu-
Bapak tarik tadi secara normatif , secara formal memang pertinya ini di
permukaan enggak ada persoalan ini. Tapi kalau kita cermati secara ke
dalam, secara substansial, saya ingin tahu penjelasan dari Pemerintah
itu, kesepakatan yang seperti apa yang sebenarnya dibuat para pihak itu
ketika membuat perjanjian ini? Karena Syarat Yang Paling Utama Untuk
orang bersepakat itu adalah duduk sama rendah, berdiri sama tinggi.
Bagaimana ketika ini pengusaha atau perusahaan, “You kalau mau kerja
disini dengan peraturan seperti ini. Kalau Tidak Mau, silahkan cari kerjaan
lain.”
Sementara yang pekerja seperti apa? “Saya ini butuh pekerjaan, cari
pekerjaan sekarang sangat sulit. Saingan pekerja, tenaga kerja banyak
sekali. Mau tidak mau, saya ikut menandatangani atau turut kesepakatan
yang dibuat seperti ini.”
Nah, dari persoalan substansi itu, mestinyakan, bisa dilihat.
Apakah ditemukan kualitas duduk sama rendah ,berdiri sama tinggi
situ? Itu yang mestinya dicermati.
Nah, kalau kemudian tadi katanya pemerintah menggunakan
fungsi pengawasan, pengawasan seperti apa?Apakah Juga Sampai Di
situ? Bahwa sebenarnya pekerja ini adalah pihak yang lebih lemah.Yang
membuat perjanjian… yang kemudian dianggap perjanjian itu adalah
kesepakatan yang dibuat adalah sama-sama sepakat yang hakiki, yang
sebenarnya.
Saya ingin itu penjelasan lebih lanjut dari pihak Pemerintah
supaya jangan ini kemudian orang sepakat itu sebenarnya sepakat
secara mulut, terpaksa, dimulut saja, dipermukaan,dan hanya dibuat
secara terpaksa.
Kemudian Yang Kedua, tadi belum di… disebut juga, diuraikan
juga mengenai pertalian darah itu, pertalian darah seperti apa, Ibu-
Bapak sekalian? Sampai derajat ke berapa? Di undang-undang ini,
setelah kami Para Hakim ketika itu membuka-buka penjelasannya juga
cukup jelas begitu saja, ya. Barangkali ditambahkan nanti, Bu, itu,
Bapak, supaya...terutama yang dari Kementerian Tenaga Kerja. Itu
kan, dimensi aspek keperdataan nya sangat kuat. Jadi, mohon diberi...
apa… pengayaanlah.
Kemudian dari KPUD ,ya. Sedikitya, Pak, ya. Ini yang dapat
kuasakan, cuma dua ini … siapa ini? Pak Evert dan Pak Agus.Yang dua
apa? Pendamping? Ya. Begini, Pak, kalau dari KPUD berpendapat
bahwaada negatif dan positifnya seperti yang disampaikan Para Yang
Mulia sebelumnya tadi, kenapa di kesimpulan terakhir, Bapak
mengatakan bahwa norma itu konstitusional? Ya,dalam tanda petik, ada
“ketidakkonsistenan,”“tidaksportif,” begitubisa dikatakan seperti yang
disampaikan Prof.Saldi dan Pak Dr. Palguna tadi kalau memang ini ada
segine.. .positifnya, mestinya pasal ini tidak ada persoalan. Atau
kalaupun ada persoalan, barangkali bisa digeser ke posisi yang di
tengah-tengah sehingga menjadi pemaknaannyaituadalahsaling
melindungi. Mestinya hanya dimohon KPUD kan, seperti itu kalau
memang konsekuen dengan argumentasi di depan bahwa ada positif dan
negatifnya.
Kalau persoalan Bapak yang Bapak sampaikan bahwa ini soal
implementasi misalnya, bagian HRD ada ewuh pak ewuh ketikamemberi
penilaian. Itu hanya persoalan teknis, Pak. Perusahaan paling mengerti
itu.Kalau begitu,ini jangan ditempatkan kebagian HRD atau di...perlu
di...ditempatkan orang-orang yang betul-betul independent dibagian
HRD. Kan itu persoalan-persoalan teknis sebenarnya, kemudian tidak
harus otak-atik norma undang-undang, kan? Barangkali. Tapi, saya
pengin argumentasi yang lebih...lebih ... mungkin lebih lengkap, Pak ...
Pak Evert Matulessy ini. Paham, ya, Pak, ya? Baik.Terimakasih, Yang
Mulia.
29. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Terimakasih,Yang Mulia.Yang terakhir dari saya, intinya Para


Hakim itu pengin mendapat penjelasan yang lengkap dari para pihak
untuk bisa sampai pada kesimpulan dan putusan.
SayakepadaPemerintah,apakah bisa melengkapi data, ya? Ini pada
umumnya kan, menyangkut perusahaan swasta? Saya pengin
perbandingan, apakah dari ... misalnya, kalau pemerintah itu berkaitan
dengan instansi pemerintah. Saya dengar BI, bank-bank nasional milik
BUMN atau BUMD juga melarang hal yang semacam ini,ya.
Kemudian kalau institusi kementerian tidak melarang,misalnya
MK saja, banyak yang ketemu jodoh di sini karena kita menerima fresh
graduate, mereka sarjana awal, para… disini yang diterima ganteng-
ganteng dan cakep-cakep, mereka berjodoh di Mahkamah Konstitusi.
Tapi,di Mahkamah Konstitusi enggak ada masalah, ya. Boleh, enggak ada
aturannya itu.Tapi Saya dengar di institusi lain, ada. Saya minta
dilengkapi data untuk menjadi pertimbangan. Instansi pemerintah dan
Badan Usaha Milik Negara yang mana yang memperbolehkan,ya?Dan
mana yang terutama yang melarang? Dasar pertimbangannya melarang
ituapa kalau instansi pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara? Yang
pertama itu.
Kemudian yang kedua, saya minta apakah bisa dicarikan nanti
juga dari KPUD ni, perbandingan dengan negara-negara lain, apakah di
negara-negaralain juga begini?Perusahan Swasta Tidak memperbolehkan
suami-istri bekerja pada satu institusi atau pada satu perusahaan? Dan
Kalau Bisa Juga pertimbangannya apa? Kok, itu diperbolehkan dan
kalau itu tidak diperbolehkan? Intinya itu apa? Apakah menyangkut
rahasia negara ataukah menyangkut apa? Atau rahasia perusahaan itu?
Atau menyangkut hal apa itu sebetulnya yang sangat penting dan sangat
krusial sehingga kayak begitu itu dilarang? Itu.
Terus tadi sudah disinggung sedikit oleh Pak Suhartoyo, dari
Pemerintah, dan dari KPUD. Ini perjanjian inikan, kita semua lihat, pada
awal masukkan, biasanya dilakukan. Ini ada kondisi yang begini kalau
nanti Anda kawin dengan sesama pegawai, Anda yang salah satu harus
mengundurkan diri, kan begitu. Bukan … itu dilarangnya itu harus
mengundurkan diri, kan begitu.
Lah,ini tadi makanya ditanya oleh Yang Mulia Pak Suhartoyo,
“Kapan perjanjian itu? Apakah Ini Punya Kedudukan Yang Sejajar, yang
sederajat?” Karena kan posisinya jelas kalau begitu. Oh,sudah diterima di
perusahaan besar, bagus, ya sudah, ada perjanjian ini atau ada
kesepakatan yang kayak gini harus saya sepakat dan harus saya terima,
kalau tidakkan, saya enggak bisa masuk disini. Itu Masalah Nanti Saya
kawin, urusan nanti, gitukan. Saya… yang mundur nanti istri saya atau
saya sendiri yang harus mundur. Itu nanti. Yang penting diterima dulu.
Ini pertimbangan-pertimbangan ini sangat penting karena…apa
namanya …perbandingan dengan yang diinstitusi Pemerintah Itu Juga
bisa menjadi satu perbandingan yang bagus dan kemudian yang dari
KPUD atau dari Pemerintah kalau bisa mencarikan di luar negeri itu,
perusahaannya memang kayak apa ,sih? Saya tahu persis perusahaan-
perusahaan yang sudah bagus itu, misalnya di Jepang. Jepang malah
hubungan kekerabatan di satu perusahaan itu sangat dipentingkan.
Misalnya di Jepang yang saya ketahui kayaK begitu sehingga di sana
malah suami-istri bekerja di satu perusahaan, mereka berprestasi
dengan sebaik-baiknya, malah perusahaan itu dianggap sebagai
perusahaannya sendiri, malah.Dia Akhirnya Juga diberi sharing saham
dan sebagainya.Ini yang mungkin bisa menjadi… apa …bahan
pertimbangan dari Mahkamah untuk bisa memeriksa dengan sebaik-
baiknya dan memutus seadil-adilnya.
Ya, itu saya minta tidak sekarang,tapi bisa di …segera dipenuhi
dalam keterangan tertulis yang akan disampaikan kepada kita. Ada yang
akan disampaikan dari Perintah atau dari KPUD?Ataucukup,nanti dengan
tertulis saja? PakMul, silakan.

30. PEMERINTAH:MULYANTO

Dari Pemerintah cukup, Pak. Tertulis saja, Pak.

31. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Tertulis saja, ya. To… tolong dilengkapi betul, ya. Baik, dari
KPUD ada yang disampaikan, Pak Evert?

32. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: NAIS NUR MUFIDA JAZIL


Ya, Yang Mulia, nanti secara tertulis saja, Pak.

33. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Tertulis,ya?

34. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: NAIS NUR MUFIDA JAZIL

Ya.

35. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA


Ya. Kita sangat berharap bisa dipenuhi apa yang berkembang di
persidangan pada hari ini. Dari Pemohon ada yang akan disampaikan?
Cukup, ya?Tadi pesan dari Prof.Saldi kalau tidak salah pada KPUD ada
beberapa latar belakang dari pemohonan ini yang perlu juga dilengkapi
supaya menjadi…apa… berimbang, keterangan dari Pemohon juga
lengkap, keterangan dari Pemerintah, dan dari KPUD itu lengkap, ya.

36. KUASA HUKUM PEMOHON 2: MARSHA DHIYA’ ULHAQ

Ya(...)

37. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Baik,silakan.

38. KUASA HUKUM PEMOHON 2: MARSHA DHIYA’ ULHAQ

Terimakasih,Yang Mulia. Saya kira cukup.Tapi perlu diketahui dari


Pihak Pemerintah dan Pihak KPUD dalam satu bulan ini kami sudah
kehilangan putera/puteri Bangsa Indonesia yang terbaik. Kemarin dua
orang yang di-PHK karena melakukan perkawinan yang tanpa disengaja
karena dalam diklat dia bertemu,akhirnya berjodoh,dan kawin,akhirnya
di-PHK. Di Makassar satu orang, di Bengkulu satu orang, di Jambi satu
orang, di Padang satu orang, baru jangka waktu satu bulan, dan satu lagi
in iIbu Yekti, ini korban, ini suaminya kerja di Makassar, Sulawesi
Selatan(...)

39. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Ya,ya (...)

40. KUASA HUKUM PEMOHON 2: MARSHA DHIYA’ ULHAQ

Istrinya kerja di Sumatera Selat … di Provinsi Jambi (...)

41. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Ketemu di diklat?

42. KUASA HUKUM PEMOHON 2: MARSHA DHIYA’ ULHAQ

Ketemu di diklat, akhirnya Ibu Yekti di-PHK juga. Itu saja (...)
43. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Ya(...)
44. KUASA HUKUM PEMOHON 2: MARSHA DHIYA’ ULHAQ

Cuma kami minta dari ba … Pihak Pemerintah bahwa Pihak KPUD


maupun Hakim, kami hanya minta kecuali diatur dalam peraturan
perusahaan karena begitu kami maumasukkerja,kamiharus…teman-
teman yang baru itu harus tandatangan bahwa tidak bilah…bahwa tidak
boleh melakukan perkawinan sesama pegawai, tapi kenyataannya jodoh
ditangan Tuhan.

45. KETUA : ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Ya.

46. KUASA HUKUM PEMOHON 2: MARSHA DHIYA’ ULHAQ

Begitu dia suratan tangan, akhirnya diadi-PHK. Terimakasih, Yang


Mulia.

47. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Ya(...)

48. KUASA HUKUM PEMOHON 2: MARSHA DHIYA’ ULHAQ

Assalamualaikum wr. wb.

49. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Walaikum salam wr. wb. Ya, makanya Para Hakim tadi itu
meminta untuk lebih jelas duduk permasalahannya. Kan tadi juga secara
objektif juga disampaikan ada positifnya, yakan. Baik,nanti kita akan
dalami lebih lanjut dalam persidangan-persidangan yang akan datang,
ya. Agenda persidangan yang akan datang mendengarkan keterangan
DPR dan Pihak Terkait dari SPSI dan juga … Pemohon apakah akan
mengajukan ahli?

50. KUASA HUKUM PEMOHON 2: MARSHA DHIYA’ ULHAQ

Enggak ada kami, Pak.

51. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA


Enggak ada?
52. KUASA HUKUM PEMOHON 2: MARSHA DHIYA’ ULHAQ

Ya, terima kasih, Pak.

53. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Oke, berarti keterangan dari Para Pihak dan tambahan penjelasan


ini sangat penting, ya. Tapi, juga nanti Mahkamah bisa saja kalau
menganggap perlu kita akan meminta keterangan dari apakah Pihat
Terkait yang lain, misalnya nanti sudah ada jawaban dari Pemerintah.
Misalnya, Bank Indonesia itu melarang, kenapamelarang? Atau PLN itu
melarang, kenapa melarang? Bisa saja kita minta keterangan dari Bank
Indonesia dan dari PLN.Ya,supaya se… lebih bisa karena apa? Dari
Pemohon tidak menghadirkan ahli atau saksi, ya.

54. KUASA HUKUM PEMOHON 2: MARSHA DHIYA’ ULHAQ

Ya, Yang Mulia. Terima kasih.

55. KETUA: ATTHAYA ADHITA PUTI SAVIA

Baik, kalau begitu sidang berikutnya kita hanya mendengarkan


keterangan DPR dan Pihak Terkait, dan apabila Mahkamah perlu nanti
akan meminta keterangan ahli atau keterangan dari pihak-pihak yang
memang kita butuhkan untuk didengar keterangannya, ya. Baik, sidang
yang akan datang, Senin,10 September 2012, pada pukul 10.00 WIB pagi
hari, ya.Cukup, ya?KPUD juga,ya? Baik kalau begitu sidang selesai dan
ditutup.

KETUK PALU 3X

SIDANG DITUTUPPUKUL12.15 WIB


Jakarta,3 September 2012
Kepala Sub Bagian Risalah,

t.t.d.

Teofilus Dendro Laksmanajati


NIP. 190710101284
Risalahpersidanganiniadalahbentuktertulisdarirekamansuarapadapersidangandi Mahkamah
Konstitusi,sehinggamemungkinkanadanyakesalahanpenulisandarirekamansuaraaslinya. 19

Anda mungkin juga menyukai