Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS 4

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Blok Ilmu Dasar Keperawatan

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Meylan Mariska Safitri (222C0001) 12. Arifin (222C0015)


2. Umi Kulsum (222C0002) 13. Aulia Wulandari (222C0016)
3. Sofa Tri Lainga (222C0005) 14. Raka Danuarta (222C0017)
4. Elsa Talitha Meilia (222C0006) 15. Helen Oktoviani (222C0018)
5. Salsabila Mofianti (222C0008) 16. Fikri Erika (222C0019)
6. Alya Rachman (222C0009) 17. Adistiara Fatwa (222C0020)
7. Ihda Syifa Sholeha (222C0010) 18. Bintang (222C0021)
8. Tiara Hasanah (222C0011) 19. Siti Neiyla Istiqomah (222C0022)
9. Dhevi Seftianingsih (222C0012) 20. Rizki Dwika Fitriyani (222C0023)
10. Ayu Sofia Nurbaeti (222C0013) 21. Mayang Maharani (222C0114)
11. Jesika Maharani (222C0014)

Dosen Tutor :

Ns. Hj. Nonok Karlina.,M.Kep.,Sp.Kep.MB

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MAHARDIKA

CIREBON

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha Pengasih lagi maha Penyayang. Puji syukur
kami panjatkan kehadirat-Nya karena atas Rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas tersebut dan dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kami selaku umatnya.

Adapun maksud tugas ini untuk memenuhi tugas laporan kasus dari Ns. Hj Nonok Karlina,
S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.MB di ITEKES Mahardika Cirebon. Selain itu, kami berharap agar
tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Kami menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan yang
kami miliki. Kritik dan saran dari pembaca akan kami terima dengan sangat terbuka agar kami
dapat gunakan untuk memperbaiki masalah ini di masa yang akan datang.

Cirebon, 27 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................................. 1
BAB II PROSES PEMBELAJARAN TUTORIAL .............................................................. 3
2.1 Skenario Kasus 4 ............................................................................................................ 3
2.2 STEP 1: Klarifikasi Istilah ............................................................................................ 3
2.3 STEP 2: Pertanyaan Penting ........................................................................................ 9
2.4 STEP 3: Brainstorming ................................................................................................. 9
2.5 STEP 4: Analisis Masalah dan Mind Mapping ......................................................... 18
2.6 STEP 5: Learning Objektif ......................................................................................... 19
2.7 STEP 6: Self Study ....................................................................................................... 19
2.8 STEP 7: Reporting ....................................................................................................... 20
BAB III INFORMASI TAMBAHAN ................................................................................... 30
3.1 Peran Sistem Imun dalam Melawan Infeksi Virus ................................................... 30
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................. 32
4.1 Pengkajian .................................................................................................................... 32
4.2. Analisa Data................................................................................................................. 43
4.3. Diagnosis Keperawatan .............................................................................................. 43
4.4. Intervensi Keperawatan ............................................................................................. 43
4.5 Implementasi dan Evaluasi ......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 45

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa dekade terakhir, penyakit menular akibat virus merupakan salah satu
masalah kesehatan global yang mempengaruhi sistem kesehatan masyarakat dan ekonomi di
seluruh dunia (Graham and Sullivan, 2018, Riley and Blanton, 2018). Infeksi virus dapat terjadi
kapan saja dan tidak terbatas pada umur, ras, maupun jenis kelamin tertentu (Riley and Blanton,
2018). Sebagai parasit intraseluler, virus dapat menginvasi berbagai organ pada tubuh manusia
maupun spesies lainnya, mengakibatkan berbagai jenis penyakit, dari ringan hingga parah.
Misalnya, infeksi oleh empat jenis human coronavirus (229E, NL63, OC43, and HKU1) yang
dapat menyebabkan infeksi ringan hingga sedang pada saluran pernapasan (Zumla et al., 2016),
infeksi herpes simplex virus 1 dan 2 (HSV-1 dan HSV-2) pada bagian kulit (Whitley and
Roizman, 2001) hingga infeksi pada organ-organ tubuh bagian dalam oleh virus hepatitis dan
HIV yang hingga kini masih menjadi ancaman global (Deeks et al., 2015, Yuen et al., 2018).
Bahkan, sejak akhir 2019 hingga sekarang, penduduk dunia masih terancam dengan
keberadaan SARS-CoV-2, coronavirus jenis baru yang menyebabkan pandemi COVID-19
(Harapan et al., 2020).

Infeksi virus didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh patogen berupa virus
yang timbul melalui penularan dari orang yang terinfeksi, hewan yang terinfeksi, atau benda
mati yang terkontaminasi ke inang yang rentan (Usmar et al., 2017). Secara umum,
pengendalian penyakit menular akibat virus telah mulai mengalami kemajuan. Hal ini tercapai
melalui peningkatan kepedulian masyarakat global dalam aspek sanitasi, peningkatan kualitas
perawatan medis, dan maraknya pengembangan vaksin dan antivirus baru dari berbagai sumber
hayati sebagai salah satu upaya imunofarmakologi dan imunoterapi (Graham and Sullivan,
2018, Verhoef et al., 2019).

1.2 Tujuan
1. Mahasiwa mampu memahami definisi virus
2. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi virus
3. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi virus
4. Mahasiswa mampu mengetahui patogenesis virus
5. Mahasiswa mampu memahami manifestasi virus
1
6. Mahasiswa mampu memahami komplikasi virus
7. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang virus
8. Mahasiswa mampu mengetahui pengobatan virus

2
BAB II

PROSES PEMBELAJARAN TUTORIAL

2.1 Skenario Kasus 4


Seorang anak berusia 8 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam,
nyeri otot, nyeri kepala, nafsu makan menurun, lemas, batuk, nyeri tenggorokan.

Hasil observasi diperoleh data suhu 39°C, diwajah dan ekstremitas nampak adanya lesi,
papula, vesikel, pustula. Dokter menyarankan pemeriksaan kultur virus dari swab
nasofaring untuk pemeriksaan polymerase chain reaction dengan sampel dari lesi kulit,
pemeriksaan imunohistokimia, dan pemeriksaan serologi

2.2 STEP 1: Klarifikasi Istilah


1. Demam
Menurut Kelompok, demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh kita
berada di atas normal 36,5° C.
Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya atau
diatas 37ºC.
Sumber : Lufitasari, A,. Dkk. (2021). Tingkat Pengetahuan Orang Tua Terhadap
Swamedikasi Obat Demam Pada Anak Di Kelurahan Kerten Surakarta. Senriabdi.

2. Pemeriksaan Serologi
Menurut Kelompok, pemeriksaan serologi adalah cabang imunologi yang
mempelajari reaksi antigen-antibodi secara invitro.
Pemeriksaan serologi menjadi dasar utama dalam diagnosis leptospirosis.
Metode rujukan pemeriksaan serologi untuk leptospirosis adalah microscopic
agglutination test (MAT). Serum pasien ditambahkan suspensi antigen kemudian
campuran tersebut diinkubasi dan dinilai aglutinasi menggunakan mikroskop lapangan
gelap serta ditentukan titernya.
Sumber : Anggraini, D,. (2021). Pemeriksaan Laboratorium Untuk Diagnosis
Leptospirosis. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory.

3
3. Nyeri Otot
Menurut Kelompok, nyeri otot adalah rasa sakit atau rasa tidak nyaman pada
otot.
Tingkat nyeri otot atau disebut Myalgia berasal dari bahasa Yunani yaitu myo
yang berarti otot dan logos yang berarti nyeri adalah pengalaman emosional dan
sensorik yang tidak menyenangkan sehingga mengakibatkan resiko terjadinya
kerusakan (Kneale & Peter, 2011).
Sumber : Sabrina, R, N. (2021). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat
Nyeri Otot pada Usia Produktif di Puskesmas Banguntapan II Bantul. Jurnal Riset
Daerah Kabupaten Bantul.

4. Nyeri Kepala
Menurut Kelompok, nyeri kepala adalah pusing atau migrane.
Nyeri kepala adalah pengalaman yang tidak menyenangkan baik sensorik
maupun emosional yang diakibatkan oleh kerusakan atau potensial kerusakan jaringan
otak (Black & Hawks, 2009).
Sumber : Kusuma,. Dkk. (2019). Pengaruh Posisi Head Up 30 Derajat Terhadap
Nyeri Kepala Pada Pasien Cedera Kepala Ringan. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan.

5. Nafsu Makan Menurun


Menurut Kelompok, nafsu makan menurun adalah tidak selera makan.
Nafsu makan adalah keinginan untuk mendapatkan jenis makanan tertentu yang
berguna untuk dimakan. Penurunan nafsu makan dapat diikuti dengan menurunnya
asupan makanan yang berdampak pada penurunan berat badan hingga kurang gizi.
Penurunan nafsu makan menjadi masalah dari usia balita yang dapat menyebabkan
penurunan pertumbuhan tubuh dan otak, serta pada orang tua yang dapat menyebabkan
penurunan berat badan, defisiensi nutrisi, dan kesehatan yang memburuk.
Sumber : Prasetyo, A., & Rahayu, M. (2021). Potensi Konsumsi Kelapa Muda
(Cocos nucifera L.) pada Orang Sehat dalam Meningkatkan Nafsu Makan dan Berat
Badan. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 17(1), 58-65.

4
6. Lemas
Menurut Kelompok, lemas adalah kondisi ketika tubuh terasa tidak berenergi.
Lemas adalah tidak bertenaga karena kurangnya asupan gizi yang cukup
(ekornurmianto,2003).
Sumber : Arieanie, M, N. (2014). Hubungan Gizi Seimbang Dengan 4L (Lemas,
Letih, Lesu, Lelah) Pada Pekerja Industri Batik Tradisional Sragen. Universitas Sebelas
Maret.

7. Batuk
Menurut Kelompok, batuk adalah tindakan refleks yang dilakukan untuk
membersihkan dari lendir atau iritasi akibat benda asing.
Batuk salah satu keluhan yang dapat diobati dengan cara swamedikasi. Batuk
bukanlah suatu penyakit melainkan salah satu tanda gejala klinik yang paling sering
dijumpai pada penyakit paru dan saluran napas. Batuk merupakan salah
satu cara tubuh untuk membersihkan saluran pernafasan dari lendir atau bahan dan
benda asing yang masuk. Salah satu penyakit yang paling sering memberikan gejala
batuk adalah ISPA.
Sumber : Aliefia, E., & Emelia, R. (2021). Evaluasi Pengetahuan Swamedikasi
Pasien Terhadap Penyakit ISPA Batuk di Apotek Cawan Bogor. Jurnal Education And
Development, 9(4), 74-76.

8. Nyeri Tenggorokan
Menurut Kelompok, nyeri tenggorokan adalah suatu gejala dimana tenggorokan
kita terasa sakit untuk menelan sesuatu.
Nyeri tenggorokan merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada pasien
dengan anestesi umum yang menggunakan intubasi endotrakeal yang sulit dikontrol
walaupun nyeri pembedahan dikontrol dengan baik dengan menggunakan analgesia
sistemik. Penggunaan Dexamethason 0,2 mg/kgBB dan Lidokain 1.5 mg/kgBB secara
intravena yang diberikan sebelum intubasi dapat menurunkan angka kejadian nyeri
tenggorokan secara signifikan (Soltani, 2002).
Sumber: Sitepu, J. F. (2019). Perbandingan Efektivitas Dexamethason dan
Lidokain dalam Mencegah Nyeri Tenggorokan Setelah IntubasiI Endotakreal pada
Anestesi Umum. Jurnal Penelitian Keperawatan Medik, 1(2), 22-30.

5
9. Ekstremitas
Menurut Kelompok, ekstremitas adalah anggota gerak tubuh.
Ekstremitas adalah anggota badan yang digunakan untuk mobilitas dengan
kemampuannya untuk memahami dan melakukan keterampilan motoring.
Sumber : Faradisi, F. (2009). Perbedaan Efektivitas Pemberian Terapi Murotal
Dengan Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Preoperasi Fraktur Ekstremitas di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

10. Lesi
Menurut Kelompok, lesi adalah kerusakan atau ketidaknormalan setiap jaringan
atau bagian dalam tubuh.
Lesi kulit dapat terjadi karena gangguan pembuluh darah arteri dan vena. Ulkus
terlebih di area kaki atau telapak kaki dapat terjadi karena hipertensi vena, gangguan
arteri, neuropati, atau kombinasi gangguan tersebut. Cara mendiagnosis setiap
penyebab lesi yang terjadi berbeda. Makanan yang dihantarkan oleh pembuluh darah
ke sel sangat mempengaruhi kualitas kulit. Beberapa lesi terjadi karena asupan nutrisi
yang tidak adekuat Tabel 2-1 memperlihatkan beberapa lesi yang ditimbulkan oleh
malnutrisi.
Sumber : Buku Ajar Manajemen Perawatan Luka, Teori dan
Aplikasi. (2022). (n.p.): Deepublish.

11. Papula
Menurut Kelompok, papula adalah benjolan yang tumbuh pada kulit.
Papula adalah benjolan kecil yang menandai peradangan atau infeksi pada
folikel rambut. Papula bisa berwarna merah dan lunak.
Sumber : Farmasi, Medis, dan Kesehatan. (2023). (n.p.): Nuansa Cendekia
.
12. Vesikel
Menurut Kelompok, vesikel adalah sebuah ruang pada sel yang dikelilingi oleh
membran sel.
Vesikel adalah partikel koloid dalam bentuk bilayer dari molekul
amfifilik/surfaktan yang berperan sebagai pembawa obat sehingga dapat membantu
meningkatkan penetrasi obat. Komposisi vesikel mempengaruhi karakteristik fisik-
6
kimianya, seperti ukuran, muatan, fase termodinamika, lamellaritas, serta elastisitas
bilayer. Karakteristik fisik-kimia ini akan mempengaruhi efektivitas vesikel dalam
meningkatkan penetrasi obat transdermal. Beberapa mekanisme interaksi vesikel dan
stratum korneum tergantung dari elastisitas dari vesikel. Interaksi antar komponen
vesikel, serta interaksi antar vesikel dan kulit dipercaya bertanggungjawab terhadap
peningkatan permeasi kulit dari sistem vesikel.
Sumber : Annisa, Viviane. (2020). Review Artikel: Metode untuk
Meningkatkan Absorpsi Obat Transdermal. Journal of Islamic Pharmacy.

13. Pustula
Menurut Kelompok, fusfula adalah jenis jerawat yang muncul di bawah
permukaan kulit.
Pustula (pimpel/jerawat) adalah benjolan merah, lunak dengan nanah putih di
ujung.
Sumber : Farmasi, Medis, dan Kesehatan. (2023). (n.p.): Nuansa Cendekia.

14. Pemeriksaan Kultur Virus


Menurut Kelompok, pemeriksaan kultur virus adalah untuk memeriksa bakteri
penyebab infeksi dalam darah.
Kultur virus harus diperoleh dari usap orofaringeal atau nasofaringal. Spesimen
biopsi kulit dari ruam vesiculopustular atau sampel atap vesiculopustule yang utuh
harus dianalisis.
Sumber : qelina, L., & Graharti, R. (2019). Human Monkeypox Virus: Respon
Kesiapan Darurat Dunia. Jurnal Medula, 9(3), 483-489.

15. Swab Nasofaring


Menurut Kelompok, swab nasofaring adalah penyakit saluran nafas yang
disebabkan oleh Corona virus.
Spesimen swab naso-faring telah menjadi baku emas dalam men-diagnosis
COVID-19. Akan tetapi, metode ini dinilai invasif dan sulit dilakukan karena
prosedur pengambilan spesimen yang tidak nyaman bagi pasien. Terdapat
spesimen lain yang dapat menjadi alternatif karena tidak invasif dan dapat
digunakan sebagai sampel pada metode RT-PCR, yaitu saliva.

7
Sumber : theola, J., Fanshur, A. M., Shahab, M. R. F., & Gamalliel, N. (2021).
Laporan Kasus Berbasis Bukti: Akurasi Diagnostik RT-PCR Spesimen Saliva terhadap
Spesimen Swab Nasofaring pada Suspek COVID-19. Journal Of The Indonesian
Medical Association, 71(6), 274-280.
16. Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction
Menurut Kelompok, pemeriksaan Polymerase Chain Reaction adalah
pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi keberadaan material genetik dari sel virus
dan bakteri.
PCR adalah suatu teknik sintesis dan amplifikasi DNA secara in vitro yang
melibatkan beberapa tahap yang berulang (siklus) serta terjadi duplikasi jumlah target
DNA untai ganda pada setiap siklusnya (Handoyo dan Rudiretna, 2001).
Sumber : desy Yustinadewi, Putu., Sanna Yustiantara, Putu., & Narayani, Inna.
(2018). Teknik Perancangan Primer untuk Sekuen Gen MDR-1 Varian 1199 pada
Sampel Buffy Coat Pasien Anak dengan LLA. Jurnal Metamorfosa.

17. Sampel
Menurut Kelompok, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh suatu populasi.
Sampel adalah bagian dari suatu populasi. Sampel pada hakikatnya merupakan
representatif dari populasi target yang benar-benar diteliti yang menjadi sumber data
penelitian.
Sumber : Widarsa, K. T., Astuti, P. A. S., & Kurniasari, N. M. D. (2022).
Metode sampling penelitian kedokteran dan kesehatan. Baswara Press.

18. Lesi Kulit


Menurut Kelompok, lesi kulit adalah bagian pada kulit yang memiliki kerusakan
pertumbuhan tangan abnormal atau penampilan.
Lesi kulit merupakan suatu kondisi bagian kulit yang memiliki
pertumbuhan dan penampakan yang abnormal. Lesi pada kulit dapat muncul dalam
berbagai bentuk seperti benjolan, lecet, kista, atau area berwarna yang terlihat
abnormal pada kulit.
Sumber : Rachmawati, Suryani., Eko Minarno, Agus., & Azhar, Yufis. (2022).
Klasifikasi Lesi Kulit Menggunakan Convulutional Neural Network. Universitas
Muhammadiyah Malang.
8
19. Pemeriksaan Imunohistokimia
Menurut Kelompok, pemeriksaan Imunohistokimia adalah pemeriksaan yang
bertujuan untuk mengecek antibodi.
Pemeriksaan Imunohistokimia adalah suatu proses untuk mendeteksi antigen
(protein, karbohidrat, dll) terhadap sel jaringan dengan prinsip reaksi antibodi yang
berikatan dengan antigen di dalam jaringan.
Sumber : Galuh Bintari, Intan., Atik Yuliani, M. Gandul. (2020). Deteksi
Aeromonas hydrophila pada Ginjal Mencit Mus musculus dengan Teknik
Imunohistokimia. Jurnal Agriekstensia.

2.3 STEP 2: Pertanyaan Penting


1. Jenis demam diatas 39oC disebut ?

2. Apa saja jenis - jenis penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus ?

3. Bagaimana perbedaan tanda dan gejala infeksi virus dan bakteri ?

4. Bagaimana mekanisme ketika tidak enak badan yang menyebabkan nyeri tenggorokan?

5. Mengapa harus dilakukan pemeriksaan polymerase chain reaction untuk mendeteksi


keberadaan material genetik dari sel virus dan bakteri ?

6. Mengapa pemeriksaan imunohistokimia diperlukan saat tubuh kita mengalami


kenaikan suhu ?

7. Mengapa infeksi virus menyebabkan kenaikan suhu pada tubuh dan bagaimana
penanganan agar suhu tubuh kembali normal ?

8. Mengapa suhu tubuh tinggi dapat menyebabkan lesi kulit ?

9. Bagaimana rentetan perjalan patofisiologi infeksi virus ?

10. Apakah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dapat menular dengan cepat dan
juga dapat menyebabkan kematian ?

2.4 STEP 3: Brainstorming


1. Menurut Kelompok

9
Hipertermia jenis Heat Exhaustion disebabkan karena kelelahan.
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi titik tetap
(set poin) lebih dari 370C, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh eksternal
atau eksternal yang menciptakan lebih banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan
oleh tubuh. Demam (Hipertermi) adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih
tinggi dari biasanya dan merupakan gejala dari suatu penyakit. Demam dapat
diasosiasikan dengan adanya infeksi didalam tubuh, efek toksik dalam tubuh, juga
dihubungkan dengan konsep humoral akibat produksi cairan tubuh dan peningkatan
aliran darah yang selanjutnya akan mempengaruhi pusatpengaturan suhu. Demam
juga berperan sebagai mekanisme adaptif.

2. Menurut Kelompok
Flu, cacar air, DBD, rubella, rabies, HIV/AIDS.
Penyakit akibat virus sangat rentan terjadi pada anak-anak maupun pada
dewasa, hal ini disebabkan oleh sistem imunitas yang ada didalam tubuh anak belum
terbangun secara sempurna ataupun imun tubuh orang dewasa yang sedang menurun.
Dibawah ini akan dijelaskan jenis-jenis penyakit akibat infeksi virus.
1) Cacar Air
Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang antibodi,
terutama untuk anak-anak. Penyakit ini menular dengan sangat cepat, pandemik dan
musiman. Cara penularannya berupa kontak langsung dengan penderita melalui
droplet hidung, atau cairan dalam vesikel
2) Campak
Penyakit campak dapat terjangkit pada anak-anak ataupun pada dewasa yang
disebabkan oleh virus paramiksovirus. Penyakit campak merupakan salah satu
penyakit infeksi yang termasuk dalam prioritas masalah kesehatan, karena penyakit
ini dapat dengan mudah menular sehingga dapat menimbulkan wabah atau kejadian
luar biasa (KLB).
3) Campak Jerman (Rubella)
Penyakit campak rubella merupakan penyakit yang dapat menginfeksi ibu hamil,
balita, anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Penyakit ini dapat menular dengan
mudah melalui batuk dan bersin, sehingga bagi masyrakat awam yang belum
memahami penyakit tersebut akan sangat mudah menular dan menginfeksi orang
lain. Jika penyakit ini menginfeksi wanita yang hamil muda maka dapat
10
menyebabkan terjadinya keguguran, kematian janin bahkan janin yang akan
dilahirkan akan menderita penyakit cacat seumur hidup seperti sindrom rubella
kongenital. Kecacatan ini bisa berupa katarak pada mata, tuli serta kelainan jantung.
Secara umum gejala penyakit campak rubella adalah ruam pada kulit, demam, sakit
kepala. mata merah dan berair, sakit pada persendian, serta hilangnya nafsu makan,
gejala-gejala tersebut dapat menyerang anak-anak, usia dewasa, dan ibu hamil.
Infeksi rubella pada anak-anak ditandai dengan adanya ruam pada kulit disertai
dengan sakit demam. Pada usia dewasa penyakit ini dapat ditandai dengan gejala
sakit kepala, mata merah dan berair, sakit pada persendian dan nafsu makan hilang.
4) Gondongan
Penyakit gondongan termasuk salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan
oleh virus(paramyxovirus)yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) yang
terletak diantara telinga dan rahang,sehingga menyebabkan pembengkakan pada
leher bagian atas atau pipi bagian bawah (fatchul Mufidah, 2012).
5) Polio
Poliomielitis atau yang lebih dikenal dengan polio merupakan penyakit menular
yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan atrof otot yang ireversibel. Virus polio
ditularkan lewat jalur fekal-oral. Virus dapat diisolasi dari sistem limfatik saluran
cerna manusia, termasuk tonsil, Peyer's patch, dan kelenjar getah bening usus, juga
dalam feses. Replikasi awal virus pada sel yang rentan infeksi di faring dan saluran
cerna sebagian besar akan menimbulkan viremia minor dan singkat, serta
asimtomatik. Apabila infeksi berlanjut, virus akan menyebar lebih luas pada
jaringan retikuloendotelial lainnya.

3. Menurut Kelompok
a. Virus
1. Infeksi virus berlangsung lebih lama (1 Minggu atau lebih)
2. Hidung berair atau bersin
3. Demam membaik setelah 2-4 hari
4. Sakit kepala
5. Nyeri otot
6. Nyeri sendi
b. Bakteri
1. Adanya bintik-bintik pada tenggorokan
11
2. Demam memburuk setelah beberapa hari
3. Penanganan harus diberi antibiotik
Infeksi bakteri dan infeksi virus dapat menimbulkan gejala yang serupa,
beberapa gejala yang umum muncul akibat penyakit infeksi antara Infeksi bakteri dan
infeksi virus dapat menimbulkan gejala batuk dan bersin, demam, peradangan, muntah,
diare, kelelahan serta kram. Gejala tersebut muncul karena tubuh sedang berupaya
untuk membersihkan organisme yang menginfeksi. Meskipun memiliki kemiripan,
infeksi bakteri dan infeksi virus berbeda dalam banyak aspek penting lainnya. Sebagian
besar perbedaan disebabkan oleh perbedaan struktur organisme dan cara merespons
pengobatan. Adapun perbedaan dalam pencegahan terjangkit virus dan bakteri yaitu,
adalah :
a. Virus
1. Tidak berkontak langsung dengan penderita
2. Menjaga jarak aman sekitar 2 meter pada saat berinteraksi dengan penderita
3. Menghindari kerumunan
4. Memakai masker pada saat berada di kerumunan
b. Bakteri
1. Cuci tangan secara menyeluruh (sering kali merupakan cara terbaik untuk
menghindari terkena pilek)
2. Pada saat bersalaman dengan orang yang sedang berisiko, jadi hindari
mengusap mata atau hidung setelahnya
3. Makanan harus dimasak atau didinginkan secepat mungkin
4. Sayuran dan daging harus disimpan secara terpisah dan dipersiapkan di papan
pemotong yang berbeda
5. Ingatlah bahwa makanan yang mengandung bakteri ini tidak selalu berbau
busuk. Sangat penting untuk tetap waspada

4. Menurut Kelompok
Saat demam sistem imun bekerja dengan melepas sel darah putih untuk
melawan infeksi. Reaksi tersebut mengakibatkan otot terasa sakit akibatnya daya tahan
menurun sehingga dapat menyebabkan nafsu makan menurun.
Keadaan sakit terjadi pada saat seseorang tidak lagi berada dalam kondisi sehat
yang normal. Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional. intelektual, social,
perkembangan yang terganggu. Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang
12
meliputi, cara seseorang memantau tubuhnya mendefinisikan dan
mengintrerprestasikan gejala yang dialami, melakukan upaya penyembuhan dan
penggunaan system pelayanan kesehatan. Seorang individu yang merasa dirinya sedang
sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping.
Ciri-ciri sakit :
1) Suhu abnormal > 38°C.
2) Tubuhnya lemas, lunglai, letih, dan tidak semangat dalam melakukansegala
aktifitas.
3) Wajahnya pucat dan tubuh terasa nyeri.
4) Adanya gangguan fisik, psikis, maupun sosial.
5) Selalu berfikir bahwa dirinya sakit (sugesti dalam dirinya sendiri).
Adapun tahapan dari sakit menurut Suchman terbagi menjadi 5 tahap yaitu meliputi :
1) Tahap mengalami gejala/transisi
Tahapan awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan
tdk nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala yg meliputi gejala fisik
seperti adanya perasaan nyeri ataupun tubuh yang terasa panas.
2) Tahap asumsi terhadap sakit
Seseorang melakukan interpretasi terhadap rasa sakit yang dialaminya dan akan
merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang dirasakan pada tubuhnya.
Setelah menginterpretasi gejala tersebut, seseorang akan merespons dalam bentuk
emosi terhadap gejala tersebut seperti merasakan ketakutan atau kecemasan untuk
mengatasi ketakutan atau kecemasan tersebut dilakukan proses konsultasi dengan
orang sekitar atau orang yang dianggap lebih mengetahui atau datang ke tempat
pengobatan.
3) Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Orang yang sakit meminta nasehat dari layanan kesehatan atas inisiatif sendiri. Dan
jika setelah konsultasi tdk ada gejala maka individu mempersiapkan dirinya
sembuh, jika ada gejala individu kembali pada layanan kesehatan.
4) Tahap ketergantungan
Jika layanan kesehatan memvalidasi (memantapkan) bahwa seseorang yang sakit,
pasien menjadi ketergantungan untuk memperoleh bantuan (pengobatan) sehingga
kondisi seseorang sudah mulai ketergantungan dalam pengobatan. Setiap orang
mempunyai tingkat ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
5) Tahap penyembuhan
13
Pasien belajar melepaskan diri dari peran sakitnya dan kembali pada peran dan
fungsi sebelum sakit. Pada tahap ini Nakes berfungsi membantu pasien utk
meningkatkan kemandirian, memberi harapan dan suport.
Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi virus dapat dibagi menjadi respons
imun alamiah (bawaan) dan respons imun adaptif (dapatan). Respons imun alamiah
merupakan respons awal terhadap infeksi, tidak spesifik untuk patogen, dan tidak
membuat organisme resisten terhadap infeksi berikutnya oleh patogen yang sama
(Murphy and Weaver, 2016). Sebaliknya, respons imun adaptif membutuhkan
waktu untuk berkembang, spesifik untuk patogen yang menyerang, dan diikuti oleh
memori imunologis sehingga bila terjadi paparan yang sama, maka akan
menghasilkan respon yang lebih cepat untuk melawan dan menghancurkan patogen
tersebut (Murphy and Weaver, 2016). Respons imun alamiah dan adaptif tidak
berfungsi secara independen satu sama lain dan sistem imun yang memadai
membutuhkan aktivitas keduanya.

5. Menurut Kelompok
Karena pemeriksaan PCR diklaim sebagai pemeriksaan paling akurat untuk
mendeteksi virus.
Sehingga pemeriksaan PCR dianggap memiliki sensitivitas dan spesifisitas
lebih tinggi dibandingkan pemeriksaan serologis karena dapat mendeteksi DNA
spesifik hingga terbentuk ribuan bahkan jutaan salinan. Hal ini dapat dicapai dengan
menggunakan suatu enzim yang disebut polimerase. Pemeriksaan ini dianggap efektif
dan lebih akurat karena dapat mendeteksi pada jaringan otak, cairan serebrospinal,
cairan ketuban, humor aquous, cairan vitreous, bronchoalveolar lavage (BAL), dan
sampel darah penderita (Montoya, 2002).

6. Menurut Kelompok
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui penyebab demam apakah
disebabkan oleh virus atau bakteri.
Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk deteksi dini mikrometastasis,
misalnya pemeriksaan imunohistokimia (IHK), pemeriksaan penunjang imunostokimia
ini bertujuan untuk untuk menentukan distribusi jaringan antigen yang menarik dalam
kesehatan dan penyakit. Pada pemeriksaan imnunohistokimia menggunakan sampel
dari antibodi setelah antibodi mengikat antigen dalam sampel jaringan, enzim atau
14
pewarna akan diaktifkan karena biasanya antibodi terikat dengan enzim atau pewarna
fluoresen. Imunohistokimia digunakan untuk membantu mendiagnosis dan menentukan
berbagai jenis penyakit. Maka dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan
imnunohistokimia dianggap efektif sebagai pemeriksaan penunjang dan dalam
pemeriksaan imnunohistokimia dapat mengindentifikasi jika terjadi kenaikan suhu
dikarekan sampel yang digunakan yaitu menggunakan antibodi.

7. Menurut Kelompok
Saat seseorang terinfeksi virus tubuh akan merespon dengan menaikkan suhu
tubuh secara alami sebagai bentuk perlindungan dan untuk melawan infeksi tersebut.
Penanganannya bisa dengan melakukan kompres hangat di dahi dan beberapa area
lipatan tubuh.
Menurut Sari Pediatri (2008) menyatakan tiga penyebab terbanyak demam
pada anak yaitu penyakit infeksi (60% -70%), penyakit kolagen-vaskular, dan
keganasan. Walaupun infeksi virus sangat jarang menjadi penyebab demam
berkepanjangan, tetapi 20% penyebab demam adalah infeksi virus. Pemberian
kompres hangat merupakan tindakan mandiri perawat yang bertujuan menurunkan
suhu tubuh, memberi kenyamanan dan mencegah terjadinya kejang demam (Kusyati
dkk, 2013). Pemberiannya sering dilakukan di daerah vena besar seperti axilla dan
daerah abdomen. Kompres hangat di daerah axilla cukup efektif karena adanya proses
vasodilatasi. Pemberian kompres hangat di daerah abdomen adalah lebih baik
karena reseptor yang memberi sinyal ke hipothalamus lebih banyak (Guyton,
2002). Evaluasi hasil kompres hangat dengan mengukur suhu tubuh pasien dapat
dilakukan setelah 15 -20 menit (setelah pengompresan). (Kusyati, 2006).

8. Menurut Kelompok
Karena lesi kulit biasanya memang disebabkan oleh luka baka, namun kondisi
ketika demam juga bisa menyebabkan lesi.
Karena Dengan demikian daerah perbatasan lesi vaskuler itu bisa mendapat
sirkulasi kolateral yang cukup aktif, kemudian darah akan mengalir secara pasif ke
tempat iskemik oleh karena terdapatnya pembuluh darah yang berada dalam keadaan
vasoparalisis. Melalui mekanisme ini daerah iskemik sekeliling pusat yang mungkin
nekrotik (daerah penumbra) masih dapat diselamatkan, sehingga lesi vaskuler dapat
15
diperkecil sampai daerah pusat yang kecil saja yang tidak dapat diselamatkan
lagi/nekrotik (Arif, 2009).Apabila sirkulasi kolateral tidak dimanfaatkan untuk
menolong daerah perbatasan lesi iskemik, maka daerah pusatnya yang sudah nekrotik
akan meluas, sehingga lesi irreversible mencakup juga daerah yang sebelumnya hanya
iskemik saja yang tentunya berkorelasi dengan cacat fungsional yang menetap,
sehingga dengan mencegah atau mengobati pireksia pada fase akut stroke berarti kita
dapat mengurangi ukuran infark dan edema serebral yang berarti kita dapat
memperbaiki kesembuhan fungsional. (Arif, 2009)

9. Menurut Kelompok
Virus menyebar melalui tetesan air liur yang muncrat dari mulut orang akibat
batuk atau bersin yang kemudian masuk ke tubuh orang yang berada di dekatnya
melalui mulu, hidun, dan mata. Virus kemudian masuk ke jalur pernafasan dan
membran mukosa di bagian belakang tenggorokan, menempel pada sebuah reseptor di
dalam sel dan mulai berkembang disana.
Partikel virus mengadakan kontak dengan permukaan sel dan kemudian
mengadakan endositosis. Pelepasan pertama terjadi dengan menggunakan enzim
hidrolisis yang kemudian melepaskan inti virus ke dalam sitoplasma. Di antara
beberapa enzim di dalam partikel Poxvirus, terdapat suatu polimerase RNA virus yang
mentranskripsikan sekitar setengah dari genom virus ke dalam mRNA dini, transkripsi
ini berlangsung di dalam inti virus, yang kemudian dilepaskan ke dalam sitoplasma.
Protein “pelepasan” yang bekerja pada inti merupakan satu diantara lebih dari 50
polipeptida yang dibuat pada awal infeksi. Langkah kedua proses pelepasan adalah
membebaskan DNA virus dari inti, proses ini memerlukan RNA dan síntesis protein.
Pada tahap ini síntesis makromolekul sel inang dihambat.

10. Menurut Kelompok


Bisa menular lebih cepa, karena perubahan komposisi lapisan protein virus
sehingga dapat masuk ke sel tubuh lebih muda. Bisa menyebabkan kematia. Contohnya
TBC, covid, hepatitis, HIB/AIDS.
Penyakit yang disebabkan oleh virus sangat mudah dan cepat dalam
penularannya, Penyakit ini dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, penularannya
tersebut bisa terjadi secara langsung atau tidak langsung dan juga bisa menular melalui
16
perantara atau penghubung. Penyakit menular biasanya ditandai dengan adanya
penyebab penyakit yang hidup dan bisa berpindah menyerang inang (penderita).
Penyakit menular disebabkan oleh agen biologi seperti halnya virus, bakteria, atau
parasit. Virus dapat menyebar dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi dalam
partikel cairan kecil ketika mereka batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau bernapas.
Partikel-partikel ini berkisar dari tetesan pernapasan yang lebih besar hingga aerosol
yang lebih kecil. Penting untuk mempraktikkan etiket pernapasan, misalnya dengan
batuk dengan siku yang tertekuk, dan tetap di rumah dan isolasi diri sampai pulih jika
merasa tidak sehat (WHO, 2021). Penyakit yang terinfeksi oleh virus sebagian besar
dapat menyebabkan kematian yaitu HIV/AIDS, Pneumonia, Ebola, Gagal ginjal,
maupun Covid-19. Pada COVID-19 menimbulkan berbagai komplikasi penyakit
terutama gangguan pada saluran pernapasan seperti gagal pernapasan akut, pneumonia,
acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan juga komplikasi dan masalah pada
organ lain hingga menyebabkan kematian bagi penderitanya.

17
2.5 STEP 4: Analisis Masalah dan Mind Mapping

Definisi virus

Klasifikasi virus

Patofisiologi virus

Virus

Patogenesis virus

Manifestasi virus

Komplikasi virus

Pemeriksaan penunjang virus

Pengobatan virus

18
2.6 STEP 5: Learning Objektif
1. Mahasiwa mampu memahami definisi virus

2. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi virus

3. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi virus

4. Mahasiswa mampu memahami patogenesis virus

5. Mahasiswa mampu memahami manifestasi virus

6. Mahasiswa mampu memahami komplikasi virus

7. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang virus

8. Mahasiswa mampu mengetahui pengobatan virus

2.7 STEP 6: Self Study


Judul Virologi
Penulis Ocky Dwi Suprobowati, Iis Kurniawati
Tahun 2018
Tujuan Tujuan penelitian
1. Diharapkan mengetahui apa itu virus
2. Memahami tentang klasifikasi virus
3. Memahami tentang penyebaran dan infeksi virus
4. Memahami tentang reaksi imunologi dan vaksin virus
Metode Penggunaan antivirus dapat diperlukan dalam tindakan dengan
menghambat produksi partikel virus, mencegah penggandaan DNA
virus, atau partikel virus memasuki sel inang. Obat antivirus yang
berbeda dapat dokter gunakan untuk pengobatan cacar air, HIV, HSV-
1, HSV-2, Hepatitis B dan influenza.
Namun saat terinfeksi, banyak infeksi virus yang dapat sembuh dengan
sendirinya dan tidak memerlukan pengobatan. Jadi, pengobatan yang
dokter pergunakan biasanya hanya untuk menghilangkan gejalanya
saja. Salah satunya seperti infeksi influenza.

Hasil Dapat disimpulkan bahwasanya banyak dari jumlah penyakit akibat


virus sudah ditemukan cara untuk menyembuhkan atau meringankan
gejalanya. Namun, dalam mendiagnosis suatu infeksi terkadang sulit

19
ditemukan penyebab infeksi tersebut, maka diperlukannya pemeriksaan
penunjang untuk mendiagnosa penyebab infeksi.
Dalam pengobatannya, infeksi virus belum ditemukan dengan pasti,
obat yang ditemukan hanya berfungsi untuk meringankan gejalanya.
Meski begitu, mencegah infeksi virus tentunya lebih penting daripada
mengobati.

2.8 STEP 7: Reporting


1. Definisi Virus

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme


biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi
dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular
untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di
luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam
nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam
bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota
(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah
bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota
(bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

2. Klasifikasi Virus

Ciri-Ciri Virus

1. Ukuran dan bentuk

Virus memiliki ukuran sangat renik yaitu antara 25-300 nm. Virus yang
berukuran paling kecil adalah virus polio. Panjang tubuhnya hanya 25 nm. Virus
yang paling besar adalah virus penyerang bakteri yang panjang tubuhnya 100 nm
dan virus TMV yang panjang tubuhnya 300 nm. Oleh karena ukuran tubuhnya
sangat renik, virus hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.

Virus bermacam-macam bentuknya tergantung pada jenisnya. Ada yang


berbentuk bulat, batang, oval, silindris, kubus, tidak beraturan dan ada pula yang
berbentuk huruf T. Virus yang berbentuk bulat misalnya virus penyebab influenza

20
dan virus penyebab AIDS. Virus yang berbentuk batang misalnya virus TMV, virus
yang berbentuk oval misalnya virus rabies dan virus yang berbentuk T misalnya
virus yang menyerang bakteri (bakteriofage).

2. Struktur Virus

Virus paling sederhana terdiri dari asam nukleat yang dibungkus kapsid yang
disebut nukleokapsid. Virus yang hanya terdiri dari nukleokapsid disebut virus
telanjang. Contoh virus yang hanya berupa nukleokapsid adalah TMV, adenovirus
dan virus kutil. Selain nukleokapsid ada virus yang memiliki bagian luar seperti
selubung, ekor, kepala dan lain-lain. Virus yang seperti ini disebut virus kompleks.

Klasifikasi Virus

Berbagai jenis virus diklasifikasikan berdasarkan jenis sel inang. Inang spesifik
terutama ditentukan dari kesesuaian reseptor pada permukaan sel inang tempat virus
melekat. Berdasarkan jenis sel inangnya, virus diklasifikasikan dalam empat kelompok
yaitu: virus bakteri, virus mikroorganime eukariot, virus tumbuhan dan virus hewan.

Klasifikasi Virus Keterangan

Virus Bakteri Virus bakteri adalah virus yang sel inangnya


merupakan sel bakteri. Virus bakteri
mengandungmateri genetik berupa DNA.
Contoh virus bakteri adalah Escherichioa
coli.

Virus mikroorganisme eukariot Virus mikroorganisme eukariot adalah virus


yang sel inangnya berupa mikroorganisme
yang tergolong eukariotik, seperti protozoa
dan jamur. Virus ini mengandung RNA.

21
Virus tumbuhan Virus tumbuhan adalah virus yang sel
inangnya adalah tumbuhan yang sebagian
besar mengandung RNA.

Virus Hewan Virus yang sel inangnya adalah sel hewan


atau sel manusia. Virus ini mengandung
DNA dan RNA. Contohnya adalah virus
pada mulut dan kaki sapi serta virus rabies
pada anjing.

Klasifikasi Virus Keterangan

Virus Bakteri Virus bakteri adalah virus yang sel inangnya


merupakan sel bakteri. Virus bakteri
mengandungmateri genetik berupa DNA.
Contoh virus bakteri adalah Escherichioa
coli.

Virus mikroorganisme eukariot Virus mikroorganisme eukariot adalah virus


yang sel inangnya berupa mikroorganisme
yang tergolong eukariotik, seperti protozoa
dan jamur. Virus ini mengandung RNA.

Virus tumbuhan Virus tumbuhan adalah virus yang sel


inangnya adalah tumbuhan yang sebagian
besar mengandung RNA.

Virus Hewan Virus yang sel inangnya adalah sel hewan


atau sel manusia. Virus ini mengandung
DNA dan RNA. Contohnya adalah virus
pada mulut dan kaki sapi serta virus rabies
pada anjing.

3. patofisiologi Virus

22
Patofisiologis

a. Influenza
Penyakit ini disebabkan oleh virus golongan orthomyyxovirus yang berbentuk bola.
Asam nukleatnya terdiri dari 8 bagian RNA yang berbeda di dalam kapsid. Kapsid
terdiri dari membran protein dan molekul glikoprotein. Virus ini ditularkan lewat
udara dan masuk ke tubuh manusia melalui alat pernapasan. Gejala influenza adalah
demam, sakit kepala, pegal linu otot, sakit tenggorokkan, hidung bersin dan
kehilangan nafsu makan. Virus flu burung tergolong virus influenza.

b. Campak
Penyakit ini disebabkan oleh paramyxovirus. Campak biasanya menyerang anak-
anak. Gejala campak adalah demam tinggi, mengigau, batuk, mata pedih jika terkena
cahaya dan rasa ngilu di seluruh tubuh. Pada fase inkubasi awal, virus berkembang
biak di saluran pernapasan atas yang menyebabkan gejala batuk kering dan radang
tenggorokkan. Di akhir fase inkubasi, virus menuju darah dan beredar ke seluruh
bagian tubuh, terutama kulit, sehingga terlihat bercak-bercak merah di kulit. Infeksi
virus campak sering diikuti infeksi sekunder oleh bakteri penyebab pneumonia dan
infeksi telinga.

c. Cacar air dan Herpes Zoster


Varicella Zoster virus adalah nama virus yang menyebabkan penyakit cacar air dan
herpes zoster. Virus ini dapat menular melalui udara jika udara mengandung partikel
virus yang berasal dari penderita yang batuk dan bersin. Gejala penyakit cacar air
adalah demam, sesak napas, pegal linu dan timbul gelembung-gelembung berair di
kulit yang terasa gatal.

d. Cacar
Cacar menyerang tubuh dan menimbulkan luka pada sekujur tubuh. Jika sembuh,
cacar meninggalkan bekas (luka parut) pada tubuh dan wajah. Virus cacar berbentuk
seperti bata yang dilapisi 2 membran. Inti virus terdiri dari pita ganda DNA. Virus ini
dapat bertahan hidup di luar sel inang. Cacar adalah penyakit yang akut, fatal, dan
sering epidemik. Cacar menginfeksi tubuh melalui saluran pernapasan. Gejala
awalnya adalah menggigil, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan lesu. Luka

23
pertama muncul diwajah dan kemudian menyebar ke lengan atas, tangan, dan anggota
badan. Masa inkubasi virus ini biasanya 12-16 hari.

e. Hepatitis
Pada penyakit ini, virus menyerang hati penderita sehingga membengkak,
mengakibatkan empedu beredar ke seluruh tubuh. Akibatnya, kulit dan bola mata
penderita berwarna kuning. Itulah sebabnya penyakit ini disebut penyakit kuning.
Saat ini dikenal ada lima virus hepatitis yang dapat menginfeksi manusia yaitu virus
yang menyebabkan hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis A dan E tergolong ringan
dan dapat pulih dalam beberapa minggu. Hepatitis B, C, dan D dapat menyebabkan
hepatitis yang kronis yang diderita selama hidup. Hepatitis A dan E disebarkan
melalui feses dan dapat menginfeksi tubuh melalui air dan makanan yang tercemar
feses penderita. Untuk mencegah terkena hepatitis A dan E, kita harus menjaga
kebersihan diri dan lingkungan serta makanan dan minuman yang kita santap.
Hepatitis B, C, dan D ditularkan terutama melalui kontak darah dengan penderita.
Hepatitis D diderita hanya oleh orang yang terinfeksi virus hepatitis B. Hepatitis B
juga dapat ditularkan melalui kontak seksual dan dari ibu kepada anak saat
persalinan.

f. Polio
Virus polio adalah virus penyebab penyakit polio yang dapat menyebabkan lumpuh
jika virus menginfeksi selaput otak (meninges) dan sum-sum tulang belakang. Polio
umumnya menyerang anak-anak. Gejalanya adalah demam, sakit kepala, tidak enak
badan, mengantuk, sakit tenggorokan, mual, dan muntah. Gejala tersebut kadang
disertai juga oleh kaku leher dan tulang belakang. Penyakit ini dapat disembuhkan
Masa inkubasi virus ini 3-35 hari, tapi umumnya antara 7-14 hari. Sumber utama
virus ini dari saluran usus orang yang terinfeksi. Feses orang tersebut mengandung
virus polio yang dapat menular lewat mulut melalui makanan yang terkontaminasi
olehnya. Di awal infeksi, penyakit ini dapat disebarkan melalui infeksi saluran
pernapasan.

g. Gondong
Penyakit gondong disebabkan oleh paramyxovirus yang hanya memiliki RNA.

24
Paramyxovirus dapat tumbuh di jaringan otak, selaput otak, pankreas, testis, glandula
parotid, dan hati

h. AIDS
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) adalah penurunan sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh HIV (human immunodeficiency virus). HIV merupakan
golongan retrovirus yang memiliki 2 molekul RNA. Virus masuk ke dalam darah,
menyerang sel-sel darah putih T4, yaitu sel darah putih yang berperan menjaga sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tersebut mampu memproduksi antibodi, yaitu
senyawa kimia yang dapat menawarkan racun penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
Jika tubuh terinfeksi HIV, sel T4 akan hancur sehingga tubuh tidak mampu lagi
melawan bibit penyakit

i. Ebola
Virus ini merusak jaringan dan sel tubuh yang dapat menyebabkan kematian dalam
jangka waktu kurang dari dua minggu. Ebola ditularkan melalui kontak lansung
dengan cairan tubuh penderita ebola misalnya, darah, feses, urin, ludah dan keringat.

j. Demam Berdarah
Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk genus Flavivirus.
Ada beberapa subtipe virus ini, misalnya DEN - 1, DEN - 2, DEN - 3, dan DEN - 4.
Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala penyakit ini
adalah demam atau panas tinggi, sakit kepala, timbul bercak kemerahan pada kulit,
mimisan, dan pada tingkat yang lebih parah terjadi pendarahan pada organ-organ
tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian. Pendarahan terjadi karena virus
menyebabkan jumlah trombosit (zat pembeku darah) menurun.

k. SARS
SARS (severe acute respiratory syndrome) disebabkan oleh coronavirus yang
mengakibatkan penderita mengalami gejala seperti pneumonia sehingga SARS
disebut CVP (coronavirus pneumonia). Selain itu, gejala lain yang dialami penderita
SARS adalah panas tinggi ( lebih dari 38°c)kepenatan otot, sakit kepala, batuk kering,
peradangan pada paru-paru sehingga susah bernapas dan diare.

25
4. Patogenesis Virus
Virus dapat melewati membran mukosa, terutama mukosa nasal dan laring, kemudian
memasuki paru-paru melalui traktus respiratorius. Selanjutnya, virus akan menyerang
organ target yang mengekspresikan Angiotensin Converting Enzyme 2 (Aceh), seperti
paru-paru, jantung, sistem renal dan traktus gastrointestinal (Gennaro dkk., 2020).

Infeksi dari virus mampu memproduksi reaksi imun yang berlebihan pada inang. Pada
beberapa kasus, terjadi reaksi yang secara keseluruhan disebut “badai sitokin”. Badai
sitokin merupakan peristiwa reaksi inflamasi berlebihan dimana terjadi produksi sitokin
yang cepat dan dalam jumlah yang banyak sebagai respon dari suatu infeksi. Dalam
kaitannya dengan Covid-19, ditemukan adanya penundaan sekresi sitokin dan kemokin
oleh sel imun innate dikarenakan blokade oleh protein non-struktural virus.
Selanjutnya, hal ini menyebabkan terjadinya lonjakan sitokin proinflamasi dan
kemokin (IL-6, TNF-α, IL-8, MCP-1, IL-1 β, CCL2, CCL5, dan interferon) melalui
aktivasi makrofag dan limfosit. Pelepasan sitokin ini memicu aktivasi sel imun adaptif
seperti sel T, neutrofil, dan sel NK, bersamaan dengan terus terproduksinya sitokin
proinflamasi. Lonjakan sitokin proinflamasi yang cepat ini memicu terjadinya infiltrasi
inflamasi oleh jaringan paru yang menyebabkan kerusakan paru pada bagian epitel dan
endotel. Kerusakan ini dapat berakibat pada terjadinya ARDS dan kegagalan multi
organ yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.

5. Manifestasi Klinis Virus


Gejala klinis umum yang terjadi pada pasien yang terinfeksi virus diantaranya yaitu
demam, batuk kering, dispnea, fatigue, nyeri otot, dan sakit kepala.Gejala klinis yang
melibatkan saluran pencernaan juga dilaporkan oleh Kumar dkk. (2020). Sakit
abdominal merupakan indikator keparahan pasien dengan infeksi Virus. Sebanyak
2,7% pasien mengalami sakit abdominal, 7,8% pasien mengalami diare, 5,6% pasien
mengalami mual dan muntah.

Manifestasi neurologis pada pasien yang terinfeksi virus harus senantiasa


dipertimbangkan. Meskipun manifestasi neurologis tersebut merupakan presentasi
awal. Virus Corona dapat masuk pada sel yang mengekspresikan ACE2, yang juga
diekspresikan oleh sel neuron dan sel glial didapatkan seorang pasien wanita 78 tahun
terkonfirmasi Virus mengalami focal status epilepticus sebagai presentasi awal. Pasien
26
memiliki riwayat status epilepticus pada dua tahun sebelumnya, akan tetapi pasien rutin
diterapi dengan asam valproat dan levetiracetam dan bebas kejang selama lebih dari
dua tahun. Tidak ada gejala saluran pernapasan seperti pneumonia dan pasien tidak
membutuhkan terapi oksigen. Penelitian oleh Farley dan Zuberi (2020) juga
menunjukkan manifestasi neurologis pada pasien terkonfirmasi Virus yaitu status
epileptikus pada pasien lelaki usia 8 tahun dengan riwayat ADHD, motor tic, dan
riwayat kejang sebelumnya.

6. Komplikasi Virus
Pada beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh tidak mampu melawan virus yang
menginfeksi tubuh. Kondisi tersebut dapat menimbulkan komplikasi yang serius,
seperti:
a. Kanker serviks, akibat infeksi virus HPV
b. Infeksi oportunistik, akibat infeksi virus HIV
c. Bronkitis akut, akibat infeksi virus pada saluran pernapasan atas, seperti
Rhinovirus
d. Sirosis, akibat infeksi virus hepatitis B, C, dan D
e. Otitis media (infeksi telinga bagian tengah), akibat infeksi virus pada saluran
pernapasan, seperti Influenza
f. Cacat janin, akibat infeksi virus HSV, cytomegalovirus, atau rubella pada ibu
hamil Infeksi bakteri sekunder GGA sebagai komplikasi dari COVID-19

7. Pemeriksaan penunjang Virus


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan mencakup pemeriksaan radiologis, dan
pemeriksaan laroratorium (uji antigen, antobodi, serologi dan molekuler). Pemeriksaan
radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks.

Pada hasil pemeriksaan radiologi dapat terlihat opasitas bilateral, konsolidasi


subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan ground- glass [7]

Pemeriksaan laboratorium diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi


Novel Coronavirus SARS-COV-2 ini dapat dilakukan dengan tiga teknik pendekatan,
yaitu pemeriksaan pengurutan genom (whole genome sequencing), Reverse

27
Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dan pemeriksaan serologi
Pemeriksaan yang paling utama dilakukan untuk mendeteksi novel coronavirus ini
yaitu pemeriksaan dengan teknik pendekatan molecular.

Pemeriksaan asam nukleat dari virus merupakan teknik utama dalam melakukan
diagnosis laboratorium. Metode lainnya seperti uji antigen virus ataupun uji antibodi
serologi juga bermakna dalam mendeteksi infeksi coronavirus dalam waktu yang
singkat.

Pemeriksaan penunjang seperti darah rutin, pencitraan paru, dan real-time reverse-
transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) untuk SARS-CoV-2 dengan sampel
yang diambil melalui swab tenggorokan. Pemeriksaan penunjang berupa serologis tidak
dianjurkan oleh WHO kecuali untuk kepentingan penelitian.

8. Pengobatan virus
Ada sejumlah penyakit akibat virus yang sudah ditemukan cara untuk menyembuhkan
atau meringankan gejalanya. Meski begitu, mencegah infeksi virus tentunya lebih
penting daripada mengobati. Berikut beberapa langkah yang untuk mencegah infeksi
virus:
a. Mendapatkan vaksinasi yang direkomendasikan dokter untuk infeksi virus, seperti
cacar air, herpes zoster, influenza, HPV, hepatitis B, hepatitis A, campak, dan
gondok.
b. Mencuci tangan secara rutin.
c. Hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
d. Menggunakan masker.
e. Jangan berbagi barang pribadi.
f. Mengonsumsi makanan sehat dengan jumlah buah dan sayuran yang cukup.
g. Menggunakan alat kontrasepsi setiap kali berhubungan seks.

Jika terinfeksi, banyak infeksi virus yang dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak
memerlukan pengobatan. Jadi, pengobatan yang dokter pergunakan biasanya hanya untuk
menghilangkan gejalanya saja. Salah satunya seperti infeksi influenza.

28
Antivirus bertindak dengan menghambat produksi partikel virus, mencegah penggandaan DNA
virus, atau partikel virus memasuki sel inang. Obat antivirus yang berbeda dapat dokter
gunakan untuk pengobatan cacar air, HIV, HSV-1, HSV-2, Hepatitis B dan influenza.

29
BAB III

INFORMASI TAMBAHAN

3.1 Peran Sistem Imun dalam Melawan Infeksi Virus


Infeksi virus didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh patogen berupa virus
yang timbul melalui penularan dari orang yang terinfeksi, hewan yang terinfeksi, atau benda
mati yang terkontaminasi ke inang yang rentan (Usmar et al., 2017). Makhluk hidup memiliki
komponen seluler dan humoral sistem imun yang bertugas mempertahankan tubuh manusia
dari serangan patogen dan benda-benda asing lainnya (Murphy and Weaver, 2016).
Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi virus dapat dibagi menjadi respons imun
alamiah (bawaan) dan respons imun adaptif (dapatan). Respon imun alamiah merupakan
respon awal terhadap infeksi, tidak spesifik untuk patogen, dan tidak membuat organisme
resisten terhadap infeksi berikutnya oleh patogen yang sama (Murphy and Weaver, 2016).
Sebaliknya, respon imun adaptif membutuhkan waktu untuk berkembang, spesifik untuk
patogen yang menyerang, dan diikuti oleh memori imunologis sehingga bila terjadi paparan
yang sama, maka akan menghasilkan paparan respon yang lebih cepat untuk melawan dan
menghancurkan patogen tersebut (Murphy and Weaver, 2016). Komponen seluler dari sistem
imun alamiah termasuk sel dendritik penyaji antigen, makrofag fagositik dan granulosit, sel
pembunuh alami sitotoksik (Natural killer, NK), dan limfosit T γδ (Basset et al., 2003)
.Selama infeksi, sistem imun alamiah berperan sebagai pertahanan pertama yang
mengenali dan selanjutnya memicu respon proinflamasi terhadap patogen yang menyerang,
dimana kemampuannya didasari pada penggunaan aktivasi komplemen, fagositosis, autofagi,
dan aktivasi imun oleh berbagai jenis pattern recognition receptors (PRRs) (Medzhitov and
Janeway, 2000, Usmar et al., 2017).Inisiasi respons imun adaptif sangat bergantung pada
respons imun alamiah yang mengaktifkan sel penyaji antigen (antigen presenting cells, APC),
biasanya makrofag atau sel dendritik. APC akan dikirim ke dalam jaringan limfoid oleh sinyal
kemokin dan sitokin dan mengaktivasi limfosit (Cantrell, 2015). Beberapa virus dapat
menghambat pematangan sel dendritik sehingga mengganggu fungsi APC, seperti herpes
simplex virus (HSV) dan virus campak (Griffin, 2010, Kruse et al., 2000).
Dua komponen terpenting dari sistem imun adaptif adalah produksi limfosit T
sitotoksik (cytotoxic T Lymphocyte, CTL) yang disebut imunitas seluler dan produksi antibodi
yang diekskresikan oleh sel B yang disebut imunitas humoral (Aoshi et al., 2011). Komponen
lain adalah sel T-helper (Sel TH), yang penting dalam regulasi kedua respon ini (Aoshi et al.,

30
2011). Antibodi dan CTL bertindak secara komplementer yaitu antibodi bekerja di lingkungan
ekstraseluler untuk mengurangi inektifitas virus dengan mengikat partikel virus bebas sehingga
mengurangi jumlah sel yang terinfeksi. Adapun limfosit T bekerja secara intraseluler untuk
mengenali dan membunuh sel yang terinfeksi sebelum pematangan virus terjadi sehingga
meminimalkan pelepasan virus yang akan menulari lebih banyak sel inang prospektif (Murphy
and Weaver, 2016). Antibodi dapat berfungsi paling efektif untuk mencegah infeksi ulang,
terutama pada permukaan mukosa, yang juga memiliki relevansi dengan infeksi HIV (Murphy
and Weaver, 2016, Wilen et Al., 2012).

31
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian
I. Identitas
a. Klien
Nama :
Tempat Tgl. Lahir/ Usia : 8 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Belum Kawin
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Agama : -
Alamat : -
Diagnosa Medis : -
II.KELUHAN UTAMA
Seorang anak berusia 8 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam, nyeri otot,
nyeri kepala, nafsu makan menurun, lemas, batuk, dan nyeri tenggorokan.
III. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Demam, terdapat lesi di wajah dan ekstremitas, papula, vesikel, pustula
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
-
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji
Contoh genogram :

32
IV. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI

ADL Sebelum Sakit Saat Sakit

Kebutuhan nutrisi dan cairan Tidak Terkaji Nafsu Makan Menurun

a. Makan Jumlah, frekuensi,


jenis, cara, porsi, keluhan,
penggunaan alat bantu
b. Minum Jumlah ,frekuensi
,jenis, cara, keluhan,

Kebutuhan Eliminasi Tidak terkaji Tidak terkaji

a. BAK Jumlah, frekuensi,


warna, bau, cara,
penggunaan alat bantu,
obat-obatan, keluhan,
b. BAB Jumlah, frekuensi,
warna, bau, cara,
penggunaan alat bantu,
obat-obatan, keluhan,

Kebutuhan Istirahat Tidur Waktu Tidak terkaji Tidak terkaji


tidur, jumlah jam tidur, kebiasaan
yang dilakukan, gangguan tidur

Kebutuhan Kebersihan Diri (PH) Tidak terkaji Tidak terkaji

a. Mandi
b. Frekuensi, waktu, cara, air
yang digunakan,
penggunaan sabun,
obatobatan
c. mencuci rambut,
Frekuensi, cara, air yang
digunakan, penggunaan
obat-obatan

33
d. menggosok gigi
Frekuensi, waktu, cara, air
yang digunakan,
penggunaan pemutih,
obat-obatan
e. genital hygiene Frekuensi,
cara, air yang digunakan,
penggunaan cairan
pembersih, obatobatan
f. mengganti pakaian
frekuensi, durasi waktu
g. mencuci tangan Frekuensi,
waktu, cara, air yang
digunakan, penggunaan
sabun,
h. Kebutuhan rekreasi,
olahraga dan aktifitas di
waktu luang Jenis,
frekuensi, waktu
melakukan, cara, tempat.

I. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

a. Persepsi tentang kesehatan diri : tidak terkaji


b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit yang sedang dialami dan
perawatannya: tidak terkaji
c. Upaya yang biasa dilakukan oleh pasien dalam meningkatkan kesehatannya saat ini
1) Pengaturan makan dan minum,: Tidak terkaji
2) Pemeriksaan kesehatan dan mengontrol kesehatan berkala: tidak terkaji
3) Perawatan kebersihan diri: tidak terkaji
4) vaksinasi/imunisasi: Tidak terkaji
5) pengaturan gaya hidup: tidak terkaji
6) Pemeliharan kebersihan lingkungan dan sanitasi: tidak terkaji
d. sosio-ekonomi yang berhubungan dengan pemeliharan kesehatan

34
1) Pengaturan Penghasilan untuk kesehatan/perawatan : tidak terkaji
2) Asuransi/jaminan kesehatan: tidak terkaji
3) Hubungan dan Interaksi social dalam keluarga dan sekitarnya: tidak terkaji

II. Lingkungan Tempat Tinggal

a. Kebersihan: tidak terkaji


b. Sanitasi: tidak terkaji
c. Keamanan : tidak terkaji
d. Pencahayaan: tidak terkaji
e. Pengelolaan sampah dan limbah: tidak terkaji
f. Binatang ternak dan lainnya: tidak terkaji

III. Persepsi diri, konsep diri dan mekanisme koping

a. Cara mengatasi permasalahan: tidak terkaji


b. Cara mengambil keputusan,: tidak terkaji
c. Upaya pasien dalam mengatasi masalah psikologi, social saat ini: tidak terkaji
d. Perasaan cemas/takut : Tidak terkaji
e. Perasaan ketidakberdayaan : tidak terkaji
f. Perasaan keputusasaan : tidak terkaji
g. Konsep diri
a) Citra diri : tidak terkaji
b) Ideal diri: tidak terkaji
c) Harga diri : tidak terkaji
d) identitas diri : tidak terkaji
e) peran : tidak terkaji
h. Interaksi social yang dilakukan : tidak terkaji
i. Pola komunikasi: Tidak terkaji

IV. Psikososial

1. Nilai kepercayaan dan agama


a. Nilai-nilai agama yang dianut : Tidak terkaji
b. Praktik agama yang dilakukan: Tidak terkaji
c. Nilai-nilai kepercayaan yang dianut: Tidak terkaji
d. Praktik kepercayaan yang dilakukan : Tidak terkaji

35
2. Nilai Budaya
a. Nilai-nilai budaya yang dianut
b. Praktik unsure-unsur budaya yang dilakukan

V. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : composmentis
b. Penampilan umum : Tidak terkaji
c. Status emosional:tidak terkaji
d. Skala nyeri : Tidak terkaji
e. Skala risiko jatuh: tidak terkaji
2. Tanda-tanda Vital
SAAT SEBELUM SAKIT SAAT PENGKAJIAN

Tekanan darah: tidak terkaji Tekanan darah: tidak terkaji


Frekuensi Denyut nadi: tidak terkaji Frekuensi Denyut nadi: tidak terkaji
Frekuensi Respirasi : tidak terkaji Frekuensi Respirasi : tidak terkaji
Suhu tubuh: tidak terkaji Suhu tubuh: 39°C
Saturasi oksigen: tidak terkaji Saturasi oksigen: tidak terkaji

A. Antropometri : BB: - TB : - , LK: tidak terkaji, LD: tidak terkaji, LLA: tidak terkaji,
Status gizi: tidak terkaji.
B. Sistem hematologic: Tidak terkaji
C. Sistem kardiovaskuler : Tidak Terkaji
D. Sistem respirasi : Tidak terkaji
E. Sistem digestive: Tidak Terkaji
F. Sistem endokrin; Tidak terkaji
G. Sistem urinary : Tidak terkaji
H. Sistem imunitas: Tidak terkaji
I. Sistem persarafan : Tidak terkaji
J. Sistem musculoskeletal : Tidak terkaji
K. Sistem reproduksi : Tidak terkaji
L. Sistem integument: Tidak Terkaji
M. Sistem penglihatan : Tidak terkaji
N. Sistem pendengaran :Tidak terkaji

36
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG (LABORATORIUM, DIAGNOSTIK))

1) Pemeriksaan kultur virus


2) Pemeriksaan Polymerace Chain Reaction
3) Pemeriksaan Imunohistokimia
4) Pemeriksaan Serologi

VII.TINDAKAN DAN TERAPI

a. Diet : tidak terkaji


b. Obat-obatan : -
c. Cairan dan elektrolit: -
d. Tindakan pembedahan : tidak ada tindakan pembedahan
e. Tindakan kemoterapi: Tidak terkaji
f. Lainnya (sebutkan)

RIWAYAT POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN KLIEN


1. Pola Aktivitas Sehari-Hari
ADL Di Rumah Di Rumah Sakit

Pola pemenuhan kebutuhan Makan/Minum Jumlah : Makan / Minum Jumlah


nutrisi dan cairan tidak terkaji : sebungkus buras
Jenis : tidak terkaji Jenis :
- Nasi : - Nasi :
-Lauk : - Lauk :
-Sayur : - Sayur :
- Minum : - Minum/Infus :
Pantangan : tidak terkaji Pantangan : tidak
Kesulitan Makan / Minum : terkaji Kesulitan
tidak terkaji Makan / Minum : tidak
Usaha Mengatasi kesulitan terkaji
: tidak terkaji Usaha Mengatasi
kesulitan : tidak terkaji

Pola Eliminasi Tidak Terkaji Tidak terkaji


BAK : Jumlah, Warna, Bau,
Masalah, Cara Mengatasi.

37
BAB : Jumlah, Warna, Bau,
Konsistensi, Masalah, Cara
Mengatasi.
Pola Istirahat Tidur Tidak terkaji Tidak terkaji
- Jumlah/Waktu
- Gangguan Tidur
- Upaya Mengatasi
gangguan tidur
- Hal-hal yang
mempermudah tidur
- Hal-hal yang
mempermudah bangun
Pola Kebersihan Diri (PH) Tidak terkaji Tidak terkaji
- Frekuensi mandi
- Frekuensi Mencuci rambut
- Frekuensi Gosok gigi
- Keadaan kuku
- Ganti baju
Aktivitas Lain Tidak terkaji Tidak terjadi
Aktivitas apa yang
dilakukan klien untuk
mengisi waktu luang ?

2. Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien? Tidak terkaji
Tingkah laku yang menonjol ? Tidak terkaji
Suasana yang membahagiakan klien ? tidak terkaji
Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman ? Tidak terkaji
b. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara ( ya / tdk ),
Apakah pola komunikasinya ( spontan / lambat ),
Apakah klien menolak untuk diajak komunikasi ( ya / tdk ),

38
Apakah komunikasi klien jelas ( ya / tdk ),
Apakah klien menggunakan bahasa isyarat ( ya / tdk ).
Apakah tipe kepribadian klien ( terbuka / tertutup )
c. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi masalahnya ? tidak
terkaji
d. Dampak di Rawat di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di RS
? tidak terkaji
e. Kondisi emosi / perasaan klien
Apa suasana hati yang menonjol pada klien? Tidak terkaji
Apakah emosinya sesuai dengan ekspresi wajahnya? Tidak terkaji
3. Riwayat Sosial
Bagaimana Pola Interaksi klien : tidak terkaji
4. Riwayat Spiritual
Tidak terkaji
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
kesadaran composmentis,
2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Pengkajian Tanda-tanda vital sebelum pasien sakit( berdasarkan wawancara pada
klien atau catatan kesehatan sebelumnya) dan tanda-tanda vital saat pengkajian.
Tanda-tanda vital (TTV) yang diperiksa meliputi
- Tekanan Darah (TD) : -
- Nadi : -
- Suhu : 39°C
- Respiratory Rate (RR) : -
3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Tidak terkaji
b. Hidung
Tidak terkaji
c. Mulut
Tidak terkaji
39
d. Telinga
e. Tidak terkaji
4. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
a. Kepala
Tidak terkaji
b. Leher
Tidak terkaji
5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
Tidak terkaji
PALPASI
Tidak terkaji
PERKUSI
Tidak terkaji
AUSKULTASI
Detak jantung cepat dan berdebar
6. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Tidak ada
AUSKULTASI
Tidak terkaji
PALPASI
Tidak terkaji
Palpasi Lien : Tidak terkaji
Palpasi Appendik : Tidak terkaji
Palpasi Ginjal : Tidak terkaji
PERKUSI Tidak terkaji
7. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
a. Genetalia Pria
Inspeksi : Tidak terkaji
Palpasi Tidak terkaji
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Tidak terkaji
40
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Tidak terkaji
8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang
Tidak terkaji
9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
a. Inspeksi
Terdapat lesi
b. Palpasi
Tidak terkaji
10. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan : PR
Uji ketajaman pendengaran :Tidak terkaji
Uji Ketajaman Penciuman : tidak terkaji
Pemeriksaan tenggorokan: Tidak terkaji.
11. Pemeriksan Fungsi Penglihatan PR
o Pemeriksaan Visus Dengan Snellen's Cart/ Tanpa Snelen Cart : OD Tidak terkaji
OS Tidak terkaji
o Ketajaman Penglihatan ( Baik / Kurang )
o Pemeriksaan lapang pandang : tidak terkaji
o Pemeriksaan tekanan bola mata Dengan tonometri : tidak terkaji
12. Pemeriksan Fungsi Neurologis PR
a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
Menilai respon membuka mata : tidak terkaji
Menilai respon Verbal: tidak terkaji
Menilai respon motorik : tidak terkaji
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan : composmentis
b. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
c. Memeriksa nervus cranialis Tidak terkaji
d. Memeriksa fungsi motoric Tidak terkaji
e. Memeriksa fungsi sensorik Tidak terkaji
f. Memeriksa reflek kedalaman tendon Tidak terkaji
g. Keluhan lain yang terkait dengan Px. Neurologis :tidak terkaji
13. Pemeriksan Kulit/Integument
a. Integument/Kulit PR Inspeksi : Tidak dikaji Palpasi : edema seluruh tubuh
b. Pemeriksaan Rambut Tidak terkaji
41
c. Pemeriksaan Kuku : Kebiruan
14. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik
A. DARAH LENGKAP : 15 November 2022
Leukosit : Tidak terkaji ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
Eritrosit : tidak terkaji ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL )
Trombosit : tidak terkaji ( N : 150.000 – 350.000 / µL )
Haemoglobin : Tidak terkaji ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
Haematokrit : Tidak terkaji ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
B. KIMIA DARAH :
Ureum : tidak terkaji ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin : tidak terkaji ( N : 07 – 1.5 mg / dl )
SGOT : tidak terkaji ( N : 2 – 17 )
SGPT : tidak terkaji ( N : 3 – 19 )
BUN : tidak terkaji ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin : tidak terkaji ( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein : tidak terkaji ( N : 6.7 – 8.7 mg /dl )
GD puasa : tidak terkaji ( N : 100 mg/dl )
GD 2 jpp : tidak terkaji ( N : 140 – 180 mg / dl )
C. ANALISA ELEKTROLIT :
Natrium : tidak terkaji ( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium : tidak terkaji ( N ; 3,5 – 5,0 mmol / l )
Clorida : tidak terkaji ( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium : tidak terkaji ( N : 7.6 – 11.0 mg / dl )
Phospor : tidak terkaji ( N : 2.5 – 7.07 mg / dl )
D. PEMERIKSAAN RADIOLOGI :
Tidak terkaji
15. TINDAKAN DAN TERAPI
Terapi : Tidak terkaji

42
4.2. Analisa Data

No Data Etiologi Diagnosa

Ds: Demam, nyeri otot, nyeri Proses penyakit (mis Hipertermia b.d
kepala, nafsu makan menurun, infeksi, kanker) proses penyakit d.d
lemas, batuk, nyeri tenggorokan adanya suhu tubuh
diatas nilai normal
Do: Terdapat lesi di area wajah
dan ekstremitas

RR:

S. 39°C

N:

TD. : -

4.3. Diagnosis Keperawatan


Hipertermia b.d proses penyakit d.d adanya suhu tubuh diatas nilai normal

4.4. Intervensi Keperawatan


Analisa Data

No Data Etologi Diagnosa

1 Ds: Demam, nyeri otot, nyeri kepala, nafsu Proses penyakit Hipertermia
makan menurun, lemas, batuk, nyeri (mis infeksi, b.d proses
tenggorokan kanker) penyakit d.d
adanya suhu
Do: Terdapat lesi di area wajah dan ekstremitas
tubuh diatas
RR: nilai normal

S. 39°C

D. : -

43
4.5 Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Implementasi Evaluasi

Hipertermia b.d 1. mengidentifikasi S : Klien mengatakan sudah


proses penyakit penyebab hipertermia tidak demam, tidak ada nyeri
d.d adanya suhu 2. memonitor suhu tubuh otot, tidak ada nyeri kepala,
tubuh diatas nilai 3. memonitor kadar sudah tidak lemas, nafsu
normal elektrolit makan meningkat, tidak
4. memonitor keluaran urin batuk dan tidak nyeri
5. memonitor komplikasi tenggorokan.
akibat hipertermia O : Klien sudah tidak terlihat
6. melakukan pendinginan lemas, tidak adanya lesi,
eksternal papula, vesikel, dan pustula
7. memberikan cairan oral pada kulit klien
8. mengkolaborasi RR : Suhu 39oC
pemberian cairan dan A : Masalah teratasi
elektrolit intravena jika P : Intervensi dihentikan
perlu

44
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Sri. (2011). Rentetan Berjalan Patofisiologi Infeksi Virus.

Buku Ajar Dasar Biomedik Lanjutan. (2021). (n.p.): Deepublish.

Fadli, Rizal. 2023. Infeksi Virus. Jakarta Selatan: PT Media Dokter Investama

Manohar, P., et al. (2020). Secondary Bacterial Infections in Patients With Viral Pneumonia.
Frontiers in Medicine, 7, pp. 420.

Narasudin, R, P. (2021). Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Perspektif Antropologi Kesehatan:
Pengobatan Tradisional Cacar Air Pada Anak Di MinangaKabupaten Tana Toraja.
Institut Agama Kristen Negeri Toraja.

Novianty, D. (2021). Gagal Ginjal Akut sebagai Komplikasi Covid-19: Literature Review.
Indonesian Journal of Nursing and Health Sciences, 2(1), 15-24.

Nurlaeli. (2019). Pengetahuan Ibu Tentang Parotitis Epidemika (Gondongan/Mumps) Pada


Anak di Lingkungan Kelurahan Dataran Tinggi. Akper Kesdam.

Rafiqua, N,. (2023). Pemeriksaan Imunohistokimia Vimentin.

Rajab, W,. Dkk. (2018). Konsep Dasar Keterampilan Kebidanan. Malang: Wineka Media

Ritonga, R, M,. Dkk. (2018). Sistem Pakar Diagnosa Gejala Awal Pengakit Akibat Virus Pada
Anak Berbasis Mobile Dengan Forward Chaining. STIKOM Tunas Bangsa
Pematangsiantar.

Sigara, Ha. (2019). Suhu Tubuh Menyebabkan Lesi Kulit.

Taribuka, N., Rochmaedah, S., & Silawane, I. (2020). Gambaran Pengetahuan dan
Penatalaksanaan Ibu Dalam Menangani Hipertermi pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Perawatan Haria Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah Tahun
2020. Global Health Science.

Tooy, D, C,. Dkk. (2016). Deteksi Plasmodium falciparum dengan menggunakan metode real-
timepolymerase chain reaction di daerah Likupang dan Bitung. Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

45
Usmar, U., Fitri, A. M. N., Yuliana, D., & Nainu, F. (2021). Imunoterapi Penanganan Infeksi
Virus. Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, 7(1), 83-111.

Wijayanti, G. A. S. P. W., Dramawan, A., & Khair, S. (2021). Pengaruh Kompres Hangat
Dengan Warm water bags Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Anak Demam Di
RSUD Kota Mataram. Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal), 3(1),
38-43.

Yanti, B., Ismida, F. D., & Sarah, K. E. S. (2020). Perbedaan uji diagnostik antigen, antibodi,
RT-PCR dan tes cepat molekuler pada Coronavirus Disease 2019. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala, 20(3).

Zendrato, W. (2020). Gerakan Mencegah Daripada Mengobati Terhadap Pandemi Covid-19.


STKIP Nias Selatan.

Zurnidas. (2019). Buku Kerja Virus. Diakses dari


Zuhriyah, S,. Dkk. (2019). Pengaplikasian Certainty Factor Pada Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosa Penyakit Campak Rubella. STMIK Handayani Makassar.

46

Anda mungkin juga menyukai