Anda di halaman 1dari 105

PROPOSAL LTA

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S HAMIL TRIMESTER TIGA


DI PUSKESMAS BAAMANG II KABUPATEN
KOTAWARINGIN TIMUR

(PENELITIAN CASE STUDY )

Oleh:
ANGGITA ANGLELIA
(NIM:2020.01.15401.004)

YAYASAN EKA HARAP


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN
TAHUN 2023

i
PROPOSAL LTA

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S HAMIL TRIMESTER TIGA


DI PUSKESMAS BAAMANG II KABUPATEN
KOTAWARINGIN TIMUR

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Sidang Usulan/ Proposal


dan Melanjutkan Penelitian Pada STIKES Eka Harap

Oleh:
ANGGITA ANGLELIA
(NIM:2020.01.15401.004)

YAYASAN EKA HARAP


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN
TAHUN 2023

ii
iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Asuhan Kebidana Pada Ny.S Hamil Trimester Tiga Di Puskesmas


Baamang II Kabupaten Kotawaringin Timur

Nama : Anggita Anglelia


NIM : 2020.01.15401.004

Usulan LTA ini telah disetujui untuk diuji


Tanggal, …………..

Pembimbing,

(Evy Kasanova,SST.,M.Tr.Keb)
NIDN.1117029101

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Hamil Trimester Tiga Di Puskesmas


Baamang II Kabupaten Kotawaringin Timur
Nama : Anggita Anglelia
NIM : 2020.01.15401.004

Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji
Pada Tanggal,

TIM PENGUJI: TTD

Ketua : Sarah H Rintuh ,M.Pd. (.............................................)

Anggota : ..................................................... (.............................................)

Mengetahui,

Ketua Ketus Program Studi


STIKES Eka Harap, Diploma Tiga Kebidanan,

(Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes) (Desi Kumala, SST.,M.Kes)


NUPN. 9911005902 NIDN.1126128702

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena iding
dan berkatnya, penulis dapat idingn Proposal LTA yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Ny. S Hamil Trimester Tiga di Puskesmas Baamang II
Kabupaten Kotawaringin Timur” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusunan Proposal LTA ini diajukan sebagai syarat menempuh ujian
iding usulan/Proposal dan melanjutkan penelitian di STIKES Eka Harap. Penulis
sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan Proposal
LTA ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan dan waktu. Kalaupun pada
akhirnya karya ini dapat terselesaikan tentulah karena beberapa pihak yang telah
membantu dalam penulisan Proposal LTA ini. Oleh Karena itu penulis sampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya,
utamanya kepada yang terhormat:
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd,M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
2. Desi Kumala, SST., M.Kes, Selaku Ketua Prodi Diploma Tiga Kebidanan
3. Evy Kasanova,SST.,M.Tr.Keb Selaku pembimbing dari Institusi yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan, saran dan masukan dalam
penyusunan Proposal LTA ini
4. Mursyidah, S.Tr.Keb selaku pembimbing dari Lahan yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, saran dan masukan dalam penyusunan
Proposal LTA ini
5. Dosen-dosen dari Program Studi Diploma Tiga Kebidanan yang telah banyak
memberikan saran maupun masukan dalam penyusunan Proposal LTA ini
6. Ny. S selaku pasien komprehensif yang telah bersedia menjadi pasien
komprehensif
7. Kedua orang tua dan keluarga yang telah banyak memberikan doa, dukungan
baik moril maupun materil
8. Teman-teman Program Studi Diploma Tiga Kebidanan Angkatan serta semua
pihak yang telah membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

vi
Penulis menyadari bahwa Proposal LTA ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan demi perbaikan isi Proposal LTA ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Proposal LTA ini berguna bagi
pembaca umumnya dan penulis sendiri khususnya. Sekian dan terima kasih

Sampit, 2023

Penulis

Anggita Anglelia
NIM : 2020-01-15401-004

7
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................................

DAFTAR TABEL........................................................................................................

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….......

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................10
1.2 Perumusan Masalah...................................................................................12
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................13
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................13
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................13
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................13
1.4.1 Manfaat Teoritis....................................................................................14
1.4.2 Manfaat Praktik.....................................................................................14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................


2.1 Konsep Dasar...........................................................................................15
2.2 Kerangka Konsep....................................................................................85

BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................


3.1 Jenis/ Rancangan Penelitian...................................................................86
3.2 Waktu dan tempat penelitian.................................................................86
3.3 Variabel Penelitian..................................................................................86
3.4 Definis Operasional.................................................................................86
3.5 Instrumen Penelitian...............................................................................87
3.6 Subjek Penelitian.....................................................................................87
3.7 Pengumpulan Data..................................................................................87
3.8 Prosedur Kerja........................................................................................88
3.9 Pengolahan Analisis Data.......................................................................89
3.10 Jadwal Penelitian.....................................................................................92
3.11 Etika penelitian........................................................................................93

8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

LAMPIRAN................................................................................................................

9
DAFTAR TABEL

Table 1.1 Definisi Operasional………………………………………………………………89


Table 1.2 Jadwal Penelitian………………………………………………………………….95

10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pembesaran Uterus…………………………………………21
Gambar 1.2 Kerangka Konsep…………………………………………..87

11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1………………………………………………………………100
Lampiran 2……………………………………………………………….101
Lampiran 3……………………………………………………………….102
Lampiran 4……………………………………………………………….103

12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan komprehensif adalah asuhan yang diberikan oleh bidan dari mulai
masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan penggunaan KB yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas untuk mencegah
terjadinya kematian ibu dan anak. Peran dan fungsi bidan sangat membantu
proses asuhan komprehensif melalui pengawasan pertolongan, pengawasan
kehamilan, persalinan, baru baru lahir, nifas dan pelayanan keluarga berencana.
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah sebuah masalah
besar dinegara berkembang. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor
utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Seorang
wanita akan mengalami beberapa proses alamiah, mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, adanya bayi baru lahir serta penggunaan kontrasepsi untuk
mempersiapkan keluarga berencana. Dalam proses ini untuk menghindari
permasalahan dalam kehamilan maka diperlukan pelayanan ANC selama
kehamilan, hal ini untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal
dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal (Sujiyatni, 2019).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Palangka Raya pada tahun 2021
mencapai 69,61 yang berarti setiap 100.000 kelahiran hidup terdapat 69 atau 70
kematian ibu. Angka tersebut meningkat jika dibanding dengan tahun 2020
mencapai 38,46/100.000 KH dan Tahun 2019 mencapai 38,48/100.000 KH, dan
tahun 2018 (79,07/100.000 KH). Tahun 2021 di Kota Palangka Raya terdapat 3
(tiga) ibu meninggal, dengan penyebab kematian adalah gangguan sistem
peredaran darah dan penyebab lainnya. (Penderita Covid-19) (Dinkes Kota
Palangka Raya, 2022). Selama 3 tahun terakhir, sepanjang tahun 2021-2023,
angka Kematian Ibu (AKI diwilayah kerja Puskemas Baamang II terdapat 20
kasus kematian pada ibu bersalin dan pada 2022 kasus kematian ibu menurun

13
menjadi 11 kasus dan pada 2023 belum ditemukan angka kematian pada ibu,
sebagian besar kematian ibu disebabkan karna perdarahan dan hipertensi serta
ada beberapa kasus dikarnakan Covid-19 dan ada kasus komplikasi penyakit
tidak menular.
namun Angka Kematian Bayi (AKB) dari tahun 2021-2023 meningkat dari
90 kasus menjadi 108 kasus dikarnakan faktor seperti Asfiksia,ards atau sindrom
kegawatan daruratan pernapasan akut dan bayi lahir prematur dan 2023 juga
tidak dijumlahkan ditemukan jumlah kematian pada bayi
Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis yang normal, dan selama
kehamilan berlangsung banyak perubahan yang terjadi dalam tubuh seorang
wanita untuk itu diperlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan
yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan
umumnya menimbulkan ketidak nyamanan dan kekhawatiran bagi sebagian
besar ibu hamil. Kekhawatiran dan ketakutan yang sering terjadi pada ibu hamil
dapat membawa ibu hamil menjadi tidak siap dalam menghadapi kehamilannya
sehingga memungkinkan untuk terjadinya kehamilan yang bermasalah yang
ditandai dengan munculnya tanda tanda bahaya kehamilan yang dapat berakhir
dengan kematian. (Kusmiaty dkk. 2009).Hadirnya berbagai masalah yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan termasuk kematian pada ibu tidak
lepas dengan berbagai Penyebab, penyebab kematian pada ibu disebabkan karna
perdarahan,hipertensi,covid-19 dan penyakit komplikasi tidak menular biasanya
dikarnakan kondisi kesehatan,kesiapan untuk hamil serta kurangnya minat untuk
melakukan pemeriksaan selama kehamilan dan selain itu pertolongan dan
perawatan setelah persalinan juga menjadi peyebab meningkatnya angka
kematian pada ibu,dan sedangkan pada kematian bayi (AKI) disebabkan oleh
asfiksia,gangguan pernapasan akut dan kelahiran prematur pada bayi. Akibat
rendahnya cakupan K1 dan K4 tidak terdeteksinya factor resiko ibu dan bayi
baru lahir secara dini sehingga terlambat dalam penanganan yang dapat berakibat
pada kematian ibu dan bayi. Penyebab mortalitas maternal diantaranya
terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan maternal yang berkualitas, terutama

14
pelayanan emergency tepat waktu karena keterlambatan mengenal tanda bahaya
dan pengambilan keputusan, keterlambatan mencapai fasilitas kesehatan dan
mendapatkan pelayanan di layanan kesehatan. Hal tersebut (Kemenkes RI,
2012). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kunjungan antenatal care
pada ibu hamil yaitu faktor presdisposing (meliputi umur ibu, paritas, jarak
kelahiran, pendidikan, pengetahuan dan sikap), faktor enabling (meliputi
pekerjaan, ekonomi keluarga, biaya, waktu, ketersediaan pelayanan dan jarak)
dan faktor kebutuhan yang meliputi riwayat penyakit, keluhan, perseps sehat,
kondisi ibu, rencana pengobatan dan kadar Hb) (Sarminah, 2012), Dampak jika
asuhan kebidanan komprehensif tidak dilakukan adalah tidak teridentifikasi sejak awal
komplikasi-komplikasi dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas karena
merupakan asuhan yang berkesinambungan (tidak dapat hanya dilihat dari satu aspek
saja). Pada kehamilan dampak yang timbul akibat tidak rutinnya ibu hamil melakukan
kunjungan pemeriksaan kehamilan yaitu tidak terdeteksinya ibu hamil yang berisiko
mengalami komplikasi seperti perdarahan, anemia, pre eklamsi, dan infeksi akibat
kurangnya pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu hamil.
Upaya percepatan penurunan AKI dilakukan dengan menjamin agar setiap
ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi
komplikasi (Kemenkes RI, 2021). Kematian ibu dapat dicegah hingga 22% yaitu
dengan adanya antenatal care yang teratur selama kehanilan, serta mendeteksi
secara dini adanya komplikasi yang terjadi selama kehamilan, dan pentingnya
konseling tentang tanda bahaya kehamilan, tanda persalinan, dan pelaksanaan
inisiasi menyusui dini dalam persalinan, serta pelaksanaan senam hamil secara
teratur. Bidan diharapkan mampu melakukan pelayanan antenatal komprehensif
yang berkualitas sesuai dengan standar asuhan kebidanan. Sesuai dengan
pernyataan tersebut, maka seorang bidan berperan penting dalam meningkatkan
kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan
Asuhan Kebidanan pada Ny. “S” Usia 32 Tahun G3P2A0 Usia Kehamilan 37
Minggu di Puskesmas Baamang II Kabupaten Kotawaringin Timur.

15
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “bagaimana asuhan kebidanan pada Ny. “S” Usia 32 Tahun G3P2A0 Usia
Kehamilan 37 Minggu di Puskesmas Baamang II Kabupaten Kotawaringin
Timur?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III secara
menyeluruh dan berkesinambungan melalui pendekatan manajemen serta
mendokumentasian asuhan yang telah diberikan dengan pendokumentasian
varney dan SOAP pada ibu hamil trimester tiga di Puskesmas Baamang II
Kabupaten Kotawaringin Timur.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan Proposal LTA ini
adalah sebagai berikut :
1. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan Kehamilan yang telah dilakukan
pada Ny.S Di Puskesmas Baamang II Kotawaringin Timur
2. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan Persalinan yang telah dilakukan
pada Ny.S Di Puskesmas Baamang II Kotawaringin Timur
3. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan Nifas yang telah dilakukan pada
Ny.S Di Puskesmas Baamang II Kotawaringin Timur
4. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan Bayi Baru lahir yang telah
dilakukan pada Ny.S Di Puskesmas Baamang II Kotawaringin Timur
5. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana yang telah
dilakukan pada Ny.S Di Puskesmas Baamang II Kotawaringin Timur

16
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penulisan Proposal LTA ini diharapkan dapat memberikan
gambaran, tentang hasil asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester tiga,
serta menjadi bahan bacaan dalam pembuatan Proposal LTA
selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktik
1. Bagi Institusi
Dapat Menambah referensi/pustaka tentang asuhan komprehsnif,
menambah ilmu dan meningkatkan keterampilan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,nifas ,bayi baru lahir dan
keluarga berencana (KB)
2. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran
khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan pada masa kehamilan
trimester tiga.
3. Bagi Ibu Hamil
Dapat meningkatkan kesadaran ibu untuk melakukan kunjungan ulang
pada masa kehamilan dan dapat dideteksi sedini mungkin penyulit atau
komplikasi pada masa kehamilan.
4. Bagi Puskesmas
Dapat menjadi acuan dalam menjalankan dan melancarkan program
kerja puskesmas dan dapat mengurangi AKI dan AKB di wilayah kerja
puskesmas karena asuhan yang diberikan sesuai dengan standar
pelayanan asuhan kebidanan.

17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan proses yang alamiah, perubahan - perubahan
yang terjadi pada wanita selama kehamilan adalah normal dan bersifat
fisiologis bukan patologis (Nugroho, 2014).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari sprmatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Saifuddin, 2014).
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9
bulan menurut kalender internasional. Maka, dapat disimpulkan bahwa
kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau
diluar Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui
jalan lahir (Yulaikhah, 2019)
2. Fisiologi Kehamilan
Fisiologi kehamilan adalah seluruh proses fungsi tubuh pemeliharaan
janin dalam kandungan yang disebabkan pembuahan sel telur oleh sel
sperma, saat hamil akan terjadi perubahan fisik dan hormon yang sangat
berubah drastic (Kusmiati, 2013).
3. Tanda dan gejala kehamilan
Tanda dan Gejala Kehamilan diklasifikasikan menjadi tiga bagian
yaitu:

18
a. Tanda dan gejala kehamilan pasti Tanda dan gejala kehamilan pasti,
antara lain:
1) Ibu merasakan gerakan kuat bayi di dalam perutnya. Sebagian
besar ibu mulai merasakan tendangan bayi pada usia kehamilan
lima bulan.
2) Bayi dapat dirasakan di dalam Rahim. Semenjak umur kehamilan
6 atau 7 bulan.
3) Denyut jantung bayi dapat terdengar. Saat usia kehamilan
menginjak bulan ke5 atau ke-6 denyut jantung bayi terkadang
dapat didengar menggunakan instrument yang dibuat untuk
mendengarkan, seperti stetoskop atau fetoskop.
4) Tes kehamilan medis menunjukkan bahwa ibu hamil. Tes ini
dilakukan dengan perangkat tes kehamilan di rumah atau di
laboratorium dengan urine atau darah ibu. (Sutanto & Fitriana,
2019).
b. Tanda dan gejala kehamilan tidak pasti
1) Ibu tidak menstruasi Hal ini seringkali menjadi pertama
kehamilan. Jika ini terjadi, ada kemungkinan ibu hamil, tanda
sebab berhentinya haid adalah pertanda dibuahinya sel telur oleh
sperma. Kemungkinan penyebab tanda lain adalah gizi buruk,
masalah emosi, atau menopause (berhenti haid).
2) Mual atau ingin muntah Banyak ibu hamil yang merasakan mual
di pagi hari (morning sickness), namun ada beberapa ibu yang
mual sepanjang hari. Kemungkinan penyebab lain dari mual
adalah penyakit atau parsit.
3) Payudara menjadi peka Payudara lebih lunak, sensitive, gatal dan
berdenyut seperti kesemutan dan jika disentuh terasa nyeri. Hal ini
menunjukkan peningkatan produksi hormone esterogen dan
progesterone.
4) Ada bercak darah dan keram perut Adanya bercak darah dank

19
ram perut disebabkan oleh implantasi atau menempelnya embrio
ke dinding ovulasi atau lepasnya sel telur matang dari Rahim. Hal
ini merupakan keadaan yang normal
5) Ibu merasa letih dan mengantuk sepanjang hari Rasa letih dan
mengantuk umum dirasakan pada 3 atau 4 bulan pertama
kehamilan. Hal ini diakibatkan oleh perubahan hormone dan kerja
ginjal, jantung serta paru-paru yang semakin keras untuk ibu dan
janin. Kemungkinan penyebab lain tanda ini adalah anemia, gizi
buruk, masalah emosi dan terlalu banyak bekerja.
6) Sakit kepala Sakit kepala terjadi karena lelah, mual, dan tegang
serta depresi yang disebabkan oleh perubahan hormone tubuh saat
hamil. Meningkatnya pasokan darah ke tubuh juga membuat ibu
hamil pusing setiap ganti posisi.
7) Ibu sering berkemih Tanda ini terjadi pada 3 bulan pertama dan 1
hingga 2 bulan terakhir kehamilan. Kemungkinan penyebab lain
tanda ini adalah stress, infeksi, diabetes, ataupun infeksi saluran
kemih.
8) Sambelit Sambelit dapat disebabkan oleh meningkatnya hormone
progesterone. Selain mengendurkan otot Rahim, hormone itu juga
mengendurkan otot dinding usus, sehingga memperlambat
gerakan usus agar penyerapan nutrisi janin lebih sempurna.
9) Sering meludah Sering meludah atau hipersalivasi disebabkan
oleh perubahan kadar esterogen
10) Temperature basal tubuh naik Temperature basal adalah suhu
yang diambil dari mulut saat bangun pagi. Temperature ini sedikit
meningkat setelah ovulasi dan akan turun ketika mengalami haid.
11) Ngidam Tidak suka atau tidak ingin makanan tertentu merupakan
ciri khas ibu hamil. Penyebabnya adalah perubahan hormone.
12) Perut ibu membesar Setelah 3 atau 4 bulan kehamilan biasanya
perut ibu tampak cukup besar sehingga terlihat dari luar.

20
Kemungkinan penyebab lain tanda ini adalah ibu mengalami
kanker atau pertumbuhan lain di dalam tubuhnya (Sutanto &
Fitriana, 2019).

c. Tanda dan gejala kehamilan palsu


Pseudocyesis (kehamilan palsu) merupakan keyakinan dimana seorang
wanita merasakan dirinya sedang hamil namun sebenarnya ia tidak
hamil. Wanita yang mengalami pseudocyesis akan merasakan sebagian
besar atau bahkan semua tandatanda dan gejala kehamilan. Meskipun
penyebab pastinya masih belum diketahui, dokter menduga bahwa
faktor psikologislah yang mungkin menjadi penyebab tubuh untuk
“berpikir bahwa ia hamil”. Tanda-tanda kehamilan palsu :
1) Gangguan menstruasi
2) Perut bertumbuh
3) Payudara membesar dan mengencang, perubahan pada putting dan
mungkin produksi ASI
4) Merasakan pergerakan janin
5) Mual dan muntah
6) Kenaikan berat badan. (Sutanto & Fitriana, 2019)
4. Perubahan-perubahan fisiologi kehamilan
Menurut Selvianti & Erli (2021) perubahan – perubahan fisiologi
kehamilan adalah sebagai berikut :
a) Sistem Reproduksi
1) Uterus
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel
otot, sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas. Selama
kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai
persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat

21
70 g dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamian uterus
akan berubah menjadi suatu organ yang mempu menampung
janin, plasenta, dan cairan amnion rata – rata pada akhir kehamilan
volume total mencapai 5 liter bahkan mencapai 20 liter atau lebih
dengan rata – rata 1100 g.

Gambar 1.1 Pembesaran Uterus


2) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi servik akan menjadi lebih lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi
dan terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan denagn
terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar – kelenjar
serviks.
a. Vagina dan Perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan
hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot – otot di
perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat
keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick.
b. Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
menjadi kemerahan, kusam, dan kadang – kadang juga akan
mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal
dengan nama striae gravidarum.
c. Payudara

22
Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukuranya dan vena- vena di bawah kulit akan lebih terlihat.
Putting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak.
d. Sistem Kardiovaskular
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan
perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vascular
sistemik. Selain itu juga terjadi peningkatan denyut jantung.
Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume
plasma sehingga juga terjadi peningkatan preload.
e. Sistem Perkemihan
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih
akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga
menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang
dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar rongga
panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai
turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
f. Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan
membesar ± 135 %. Akan tetapi kelenjar ini tidak mempunyai
arti penting dalam kehamilan. Hormon prolaktin akan
meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm.
1. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan
Menurut Kemenkes RI (2016) tanda bahaya dalam kehamilan adalah:
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan tidak normal yang terjadi pada awal kehamilan
(perdarahan merah, banyak atau perdarahan dengan nyeri),
kemungkinan abortus, mola atau kehamilan ektopik. Perdarahan tidak
normal pada kehamilan lanjut (perdarahan merah, banyak, kadang –
kadang, tidak selalu, disertai rasa nyeri) bisa berarti plasenta previa
atau solusio plasenta.

23
b. Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang.
Sakit kepala yang menunjukkan suatu• masalah yang serius
adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Kadang-kadang hal ini menyebabkan pandangan ibu
menjadi kabur/berbayang. Sakit kepala hebat dan tidak hilang dengan
istirahat adalah gejala preeklampsia.
c. Perubahan visual secara tiba – tiba (pandangan kabur)
Masalah penglihatan pada ibu hamil yang secara ringan dan
tidak mendadak kemungkinan karena pengaruh hormonal. Tetapi
kalau perubahan visual yang mendadak misalnya pandangan kabur
atau berbayang dan disertai sakit kepala merupakan tanda
preeklampsia.
d. Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang tidak ada hubungan dengan persalinan
adalah tidak normal. Nyeri yang tidak normal apabila nyeri yang
hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, hal ini
kemungkinan karena appendisitis, kehamilan ektopik, abortus,
penyakit radang panggul, gastritis, penyakit kantung empedu,
abrupsio plasenta, infeksi saluran kemih, dan lain-lain.
e. Bengkak pada muka atau tangan.
Hampir separuh ibu hamil mengalami bengkak normal pada
kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah
beristirahat atau meninggikan kaki. Bengkak dapat menunjukkan
tanda bahaya apabila muncul pada muka dan tangan dan tidak hilang
setelah beristirahat dan disertai keluhan fisik lain. Hal ini dapat
merupakan tanda anemia, gagal jantung atau preeklampsia.
f. Bayi bergerak kurang dari seperti biasanya
Ibu hamil akan merasakan gerakan janin pada bulan ke 5 atau
sebagian ibu merasakan gerakan janin lebih awal. Jika bayi tidur
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 x

24
dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu
berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan
baik

2. Penatalaksanaan dalam kehamilan


Standar 10 T untuk pelayanan antenatal yaitu:
1) Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Bila tinggi badan < 145cm, maka faktor risiko panggul sempit,
kemungkinan sulit melahirkan secara normal. Penimbangan berat badan
setiap kali perikes, Sejak bulan ke-4 pertambahan BB paling sedikit 1
kg/bulan.
2) Pengukuran tekanan darah (tensi)
Tekanan darah normal 120/80mmHg. Bila tekanan darah lebih besar
atau dengan 140/00mmHg, ada faktor risiko hipertensi (tekanan darah
ting dalam kehamilan.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Bila <23,5cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi
Kronis (Ibu hamil KEK), dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBL)
4) Pengukuran tinggi rahim.
Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin
apakah sesuai dengan usia kehamilan
5) Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan denyut
jantung janin.
Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala
belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada
masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit atau
lebih dari 160 kali menit menunjukkan ada tanda gawat janin, segera
rujuk.

25
6) Penentuan status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Oleh petugas untuk selanjutnya bilamana diperlukan mendapatkan
suntikan tetanus toksoid sesuai anjuran petugas kesehatan untuk
mencegah tetanus pada Ibu dan Bayi.
7) Pemberian tablet tambah darah
Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap
hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum pada malam
hari untuk mengurangi rasa mual.
8) Tes laboratorium:
a) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila
diperlukan.
b) Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ihu kekurangan darah
(Anemia)
c) Tes pemeriksaan urine (air kencing).
d) Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan Sifilis, sementara
pemeriksaan malaria dilakukan di daerah endemis.
9) Konseling atau Penjelasan
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan
kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi
menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif,
Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan
bertahap pada saat kunjungan ibu hamil.
10) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan.
Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil.
1.1.1.2.Persalinan
1. Pengertian persalinan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi,
bila dihitung darisaat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9

26
bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (WHO, 2016).
2. Fisiologi persalinan
Persalinan normal ditandai oleh adanya aktifitas miometrium yang
paling lama dan besar kemudian melemah kearah serviks. Dimana fundus
mengalami perubahan organ yang lunak selama kehamilan menjadi
berkontraksi sehingga dapat mendorong janin keluar melalui jalan lahir
(Cunningham, 2019)
3. Tanda-tanda persalinan
Menurut Rukiyah,dkk 2019 Gejala persalinan jika sudah dekat akan
menyebabkan kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi semakin pendek, dengan terjadi pengeluaran tanda seperti
lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil
pada serviks,terkadang ketuban pecah dengan sendirinya ,pada pemeriksa
dalam didapat perlunakan serviks pendaran serviks dan terjadi
pembukaan serviks.
a) Tanda-tanda permulaan persalinan Sebelum terjadinya persalinan
sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
“bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala
pendahuluan .ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul tertama pada primigravida. Pada
multipara tidak begitu kentara
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri menurun.
3) Perasaan sering kencing atau susah kencing karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin
4) Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya kontraksi-
kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “farse labor

27
pains”
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah bisa bercampur darah (bloody show)
b) Tanda- tanda inpartu Untuk rasa sakit yang dirasakan oleh wanita
pada saat menghadapi persalinan berbeda-beda terganting dari
ambang rasa sakitnya. Akan tetapi secara umum wanita yang akan
mendekati persalinan akan merasakan :
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat ,sering ,dan
teratur
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks, pada pemeriksaan dalam
serviks mendatar dan pembukaan telah ada
3) Pengeluaran lendir dan darah
4) Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendarahan dan pembukaan, pembukaan
menyebakan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas,
terjadinya pendarahan kapiler pembuluh darah pecah.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut (Saragih, 2017), ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses
persalinan normal yang dikenal dengan istilah 5P, yaitu: Power, Passage,
Passenger, Psikis ibu bersalin, dan Penolong persalinan yang dijelaskan
dalam uraian berikut.
1) Power (tenaga)
Power (tenaga) merupakan kekuatan yang mendorong janin
untuk lahir. Dalam proses kelahiran bayi terdiri dari 2 jenis tenaga,
yaitu primer dan sekunder.
a) Primer: berasal dari kekuatan kontraksi uterus (his) yang
berlangsung sejak muncul tanda-tanda persalinan hingga
pembukaan lengkap.
b) Sekunder: usaha ibu untuk mengejan yang dibutuhkan setelah

28
pembukaan lengkap.
2) Passenger (janin)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor
janin, yang meliputi berat janin, letak janin, posisi sikap janin
(habilitus), serta jumlah janin. Pada persalinan normal yang berkaitan
dengan passenger antara lain: janin bersikap fleksi dimana kepala,
tulang punggung, dan kaki berada dalam keadaan fleksi, dan lengan
bersilang di dada. Taksiran berat janin normal adalah 2500-3500
gram dan DJJ normal yaitu 120-160x/menit.
3) Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina).
Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih
berperan dalam proses persalinan. Oleh karena itu, ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

4) Psikis ibu bersalin


Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang
menyertai kehidupan hampir setiap wanita. Pada umumnya
persalinan dianggap hal yang menakutkan karena disertai nyeri hebat,
bahkan terkadang menimbulkan kondisi fisik dan mental yang
mengancam jiwa. Nyeri merupakan fenomena yang subjektif,
sehingga keluhan nyeri persalinan setiap wanita tidak akan sama,
bahkan pada wanita yang samapun tingkat nyeri persalinannya tidak
akan sama dengan nyeri persalinan yang sebelumnya. Sehingga
persiapan psikologis sangat penting dalam menjalani persalinan. Jika
seorang ibu sudah siap dan memahami proses persalinan maka ibu
akan mudah bekerjsama dengan petugas kesehatan yang akan
menolong persalinannya. Dalam proses persalinan normal, pemeran

29
utamanya adalah ibu yang disertai dengan perjuangan dan upayanya.
Sehingga ibu harus meyakini bahwa ia mampu menjalani proses
persalinan dengan lancar. Karena jika ibu sudah mempunyai
keyakinan positif maka keyakinan tersebut akan menjadi kekuatan
yang sangat besar saat berjuang mengeluarkan bayi. Sebaliknya, jika
ibu tidak semangat atau mengalami ketakutan yang berlebih maka
akan membuat proses persalinan menjadi sulit.
5) Penolong persalinan
Orang yang berperan sebagai penolong persalinan adalah
petugas kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong
persalinan, antara lain: dokter, bidan, perawat maternitas dan petugas
kesehatan yang mempunyai kompetensi dalam pertolongan
persalinan, menangani kegawataruratan serta melakukan rujukan jika
diperlukan. Petugas kesehatan yang memberi pertolongan persalinan
dapat menggunakan alat pelindung diri, serta melakukan cuci tangan
untuk mencegah terjadinya penularan infeksi dari pasien.
Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga professional di
masyarakat masih sangat rendah dibandingkan dengan target yang
diharapkan. Pemilihan penolong persalinan merupakan faktor yang
menentukan terlaksananya proses persalinan yang aman (Nurhapipa,
2015).
5. Perubahan dalam proses persalinan
a. Perubahan Fisiologis kala I
1) Uterus
Perubahan pada uterus Uterus terdiri dari dua komponen
fungsional utama myometrium dan serviks. Berikut ini akan
dibahas tentang kedua komponen fungsional dengan perubahan
yang terjadi pada kedua komponen tersebut. Kontraksi uterus
bertanggung jawab terhadap penipisan dan pembukaan servik
dan pengeluaran bayi dalam persalinan. Kontraksi uterus saat

30
persalinan sangat unik karena kontraksi ini merupakan kontraksi
otot yang sangat sakit. Kontraksi ini bersifat involunter yang
beketrja dibawah control saraf dan bersifat intermitten yang
memberikan keuntungan berupa adanya periode istirahat/reaksi
diantara dua kontraksi. Terdapat 4 perubahan fisiologi pada
kontraksi uterus yaitu :
a) Fundal dominan atau dominasi
Kontraksi berawal dari fundus pada salah kornu. Kemudian
menyebar ke samping dan kebawah. Kontraksi tersebar dan
terlama adalah dibagian fundus. Namun pada puncak kontraksi
dapat mencapai seluruh bagian uterus.
b) Kontraksi dan retraksi
Pada awal persalinan kontraksi uterus berlangsung setiap 15 – 20
menit selama 30 detik dan diakhir kala 1 setiap 2 – 3 menit
selama 50 – 60 detik dengan intensitas yang sangat kuat. Pada
segmen atas Rahim tidak berelaksasi sampai kembali ke panjang
aslinya setelah kontraksi namun relative menetap pada panjang
yang lebih pendek. Hal ini disebut dengan retraksi.
c) Polaritas
Polaritas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keselarasan saraf – saraf otot yang berada pada dua kutub atau
segmen uterus ketika berkontraksi. Ketika segmen atas uterus
berkontraksi dengan kuat dan berertraksi maka segmen bawah
uterus hanya berkontraksi sedikit dan membuka.
d) Differensisiasi atau perbedaan kontraksi uterus
Selama persalinan aktif uterus berubah menjadi dua bagian yang
berbeda segmen atas uterus yang berkontraksi secara aktif
menjadi lebih tebal ketika persalinan maju. Segmen bawah
uterus dan servik relative pasif dibanding dengan dengan segmen
atas dan bagian ini berkembang menjadi jalan yang berdinding

31
jauh lebih tipis untuk janin. Cincin retraksi terbentuk pada
persambungan segmen bawah dan atas uterus. Segmen bawah
Rahim terbentuk secara bertahap ketika kehamilan bertambah
tua dan kemudian menipis sekali pada saat persalinan.
2) Perubahan serviks
Kala I persalinan dimulai dari munculnya kontraksi persalinan
yang ditandai dengan perubahan serviks secara progesif dan
diakhiri dengan pembukaan servik lengkap, Kala ini dibagi
menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif
a) Fase laten : fase yang dimulai pada pembukaan serviks 0
dan berakhir sampai pembukaan servik mencapai 3 cm. pada
fase ini kontraksi uterus meningkat frekuensi, durasi, dan
intensitasnya dari setiap 10 – 20 menit, lama 15 – 20 detik
dengan intensitas cukup menjadi 5 – 7 menit, lama 30 – 40
detik dan dengan intensitas yang kuat.
b) Fase aktif : fase yang dimulai pada pembukaan serviks 4
dan berakhir sampai pembukaan serviks mencapai 10 cm.
pada fase ini kontraksi uterus menjadi efektif ditandai
dengan meningkatanya frekuensi, durasi dan kekuatan
kontraksi. Tekanan puncak kontraksi yang dihasilkan
mencapai 40 – 50 mmHg. Diakhir fase aktif kontraksi
berlangsung 2 – 3 menit sekali, selama 60 detik dengan
intensitas lebih dari 40 mmHg. Fase aktif dibedakan menjadi
fase akselerasi, fase lereng maksimal dan fase deselarasi.
- Fase akselerasi : dari pembukaan servik 3 menjadi 4 cm.
fase ini merupakan fase persiapan menuju fase berikutnya.
- Fase lereng maksimal : fase ini merupakan waktu ketika
dilatasi servik meningkat dengan cepat. Dari pembukaan 4
cm menjadi 9 cm selama 2 jam. Normalnya pembukaan
servik pada fase ini konstan yaitu 3 cm perjam untuk

32
multipara dan 1.2 cm untuk primipara.
- Fase deselerasi : merupakan akhir fase aktif dimana dilatasi
servik dari 9 cm menuju pembukaan lengkap 10 cm. dilatasi
servik pada fase ini lambat rata – rata 1 cm perjam namun
pada multipara lebih cepat.

Ada 2 proses fisiologi utama yang terjadi pada servik :


a) Pendataran servik
disebut juga penipisan servik pemendekan saluran servik dari 2 cm
menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setiis
kertas. Proses ini terjadi dari atas kebawah sebagai hasil dari aktivitas
myometrium.
Serabut – serabut otot setinggi os servik internum ditarik keatas dan
dipendekkan menuju segmen bawah uterus, sementara os eksternum
tidak berubah
b) Pembukaan servik
Pembukaan terjadi sebagai akibat dari kontraksi uterus serta tekanan
yang berlawanan dari kantong membrane dan bagian bawah janin.
Kepala janin saat fleksi akan membantu pembukaan yang efisien. Pada
primigravida pembukaan didahului oleh pendatara servik. Sedangkan
multi gravida pembukaan servik dapat terjadi bersamaan dengan
pendataran
c) Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk
kedalam system vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatjan curah jantung
meningkat 10% – 15%
d) Perubahan tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (sistolik rata – rata
naik 15 mmHg, diastolic 5 – 10 mmHg), antara kontraksi tekanan

33
darah kembali normal pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut
dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.
e) Perubahan metabolisme
Selama persalinan metabolisme aerob maupun anaerob terus menerus
meningkat seiring dengan kecemasan dan aktivitas otot. Peningkatan
metabolisme ini ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh, nadi,
pernafasan, cardiac output dan kehilangan cairan.
f) Perubahan ginjal
Poliuri akan terjadi selama persalinan selama persalinan. Ini mungkin
disebabkan karena meningkatnya curah jantung selama persalinan dan
meningkatnya filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal.
g) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1.2 gram/100ml selama persalinan dan
akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah
pasca salin kecuali ada perdarahan pot partum.
b. Perubahan Fisiologi kala II
1) Tekanan darah
Tekanan darah dapat meningkat 15 sampai 25 mmHg selama kontraksi
pada kala dua. Upaya mengedan pada ibu juga dapat memengaruhi
tekanan darah, menyebabkan tekanan darah meningkat dan kemudian
menurun dan pada akhirnya berada sedikit diatas normal. Oleh karena
itu, diperlukan evaluasi tekanan darah dengan cermat diantara kontraksi.
Rata – rata peningkatan tekanan darah 10 mmHg di antara kontraksi
ketika wanita telah mengedan adalah hal yang normal.
2) Metabolisme
Peningkatan metabolisme yang terus menerus berlanjut sampai kala dua
disertai upaya mengedan pada ibu yang akan menambah aktivitas otot –
otot rangka untuk memperbesar peningkatan metabolisme.
3) Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi pada setiap kali mengedan. Secara

34
keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama kala dua persalinan
disertai takikardi yang mencapai puncaknya pada saat persalinan.
4) Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat persalinan dan segera
setelahnya. Peningkatan normal adalah 0.5 sampai 1oC
5) Perubahan system pernafasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal diakibatkan
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi
6) Perubahan ginjal
Polyuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan
kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma
ginjal. Polyuria menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena
posisi ini membuat aliran urine berkurang selama kehamilan.
7) Perubahan gastrointestinal
Penurunan motilitas lambung berlanjut saampai kala dua. Muntah
normalnya hanya terjadi sesekali. Muntah yang konstan dan menetap
merupakan hal yang abnormal dan kemungkinan merupakan indikasi
komplikasi obstetric, seperti rupture uterus.

8) Dorongan mengejan
Perubahan fisiologis terjadi akibat montinuasi kekuatan serupa yang
telah bekerja sejak jam – jam awal persalinan , tetapi aktivitas ini
mengalami akselerasi setelah serviks berdilatasi lengkap namun,
akselerasi ini tidak terjadi secara tiba – tiba. Beberapa wanita merasakan
dorongan mengejan sebelum serviks berdilatasi lengkap dan sebagian
lagi tidak merasakan aktivitas ini sebelum sifat ekspulsif penuh
Kontraksi menjadi ekspulsif pada saat janin turun lebih jauh kedalam
vagina. Tekanan dan bagian janin yang berpresentasi menstimulasi

35
reseptor saraf di dasar pelvik (hal ini disebut reflek ferguson) dan ibu
mengalami dorongan untuk mengejan. Reflex ini pada awalnya dapat
dikendalikan hingga batas tertentu, tetapi menjadi semakin kompulsif,
kuat, dan involunter pada setiap kontraksi. Respon ibu adalah
menggunakan kekuatan ekspulsi sekundernya dengan mengontraksikan
otot abdomen dan diafragma
9) Pergeseran jaringan lunak
Saat kepala janin yang keras menurun, jaringan lunak pelvis mengalami
pergeseran. Dari anterior, kandung kemih terdorong keatas kedalam
abdomen tempat risiko cedera terhadap kandung kemih lebih sedikit
selama penurunan janin. Akibatnya, terjadi peregangan dan penipisan
uretra sehingga lumen uretra mengecil. Dari posterior rectum menjadi
rata dengan kurva sacrum, dan tekanan kepala menyebabkan keluarnya
materi fekal residual. Otot levator anus berdilatasi, menipis, dan
bergeser kearah lateral, dan badan perineal menjadi datar, meregang dan
tipis. Kepala janin menjadi terlihat pada vulva, maju pada setiap
kontraksi dan mundur diantara kontraksi sampai terjadinya crowning
10) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata – rata 1.2 gm/ 100 ml selama persalinan
dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama paska
partum jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal.

c. Perubahan fisiologis kala III


Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba
keras dengan fundus uteri diatas pusat beberapa menit kemudian uterus
berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit – 15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran
plasenta, disertai dengan pengeluaran darah. Komplikasi yang dapat

36
timbul pada kala II adalah perdarahan akibat atonia uteri, retensio
plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali pusat. Tempat implantasi
plasenta mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan
kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan
pengumpulan darah pada ruang utero – plasenter akan mendorong
plasenta keluar. Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayinya. Penyusutan
ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan
plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding Rahim, setelah lepas, plasenta akan turun ke
bagian bawah uterus atau kedalam vagina7 d. Perubahan Fisiologis kala
IV Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan berakhir 2
jam kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk mencegah
kematian ibu, terutama kematian disebabkan perdarahan. Selama kala IV,
bidan harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan 30
menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil,
maka ibu harus dipantau lebih sering. Setelah pengeluaran plasenta ,
uterus biasanya berada pada tengah dari abdomen kira – kira 2/3 antara
symphysis pubis dan umbilicus atau berada tepat diatas umbilicus.
6. Penatalaksanaan dalam proses persalinan (pakai langkah- langkah
dalam APN + IMD)
Penatalaksanaan Asuhan Persalinan Normal (APN) menurut Diana (2019)
terdiri dari 60 langkah, sebagai berikut :
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai
2½ ml ke dalam wadah partus set.
3) Memakai celemek plastik.

37
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan degan
sabun dan air mengalir.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah partus set.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan
gerakan vulva ke perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap
dan selaput ketuban sudah pecah).
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% ,membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai
(pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah
merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5– 6 cm.
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.

38
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakankepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah
atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke
arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut
janin).
25) Melakukan penilaian selintas : (a) Apakah bayi menangis kuat dan
atau bernafas tanpa kesulitan? (b) Apakah bayi bergerak aktif?
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi
di atas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus

39
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit
IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelummenyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama.
31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara
2 klem tersebut.
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi
di kepala bayi.
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari
vulva.
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-
hati ke arah dorsokrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).

40
38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan danlakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada
fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras).
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput
ketuban sudah lahir lengkap,dan masukan ke dalam kantong plastik
yang tersedia.
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan
secara terbalik danrendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5 %
selama sepuluh menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir, keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang
bersih dan kering. Kemudian pakai sarung tangan untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi.
44) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada
ibu paling sedikit 1 jam.
45) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di
paha kiri anterolateral.
46) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

41
47) Celupkan tangan dilarutan klorin 0,5% ,dan lepaskan secara terbalik
dan rendam,kemudian cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir, keringkan dengan handuk bersih dan pakai sarung
tangan.
48) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
49) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
50) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
51) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pasca persalinan.
52) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik.
53) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah di dekontaminasi.
54) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai
pakaian bersih dan kering.
56) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
58) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf.

42
7. Cantumkan teori persalinan sesuai kasus sesuai kasus yang didapat.
Persalinan normal adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
(Bandiyah, 2012). Persalinan normal adalah proses membuka dan menipisnya
serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-
42 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala, tanpa komplikasi
baik ibu maupun janin (Margareth ZH, 2013). Persalinan merupakan suatu
proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang cukup bulan atau
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyowati &
Nugraheny,2013).
1.1.1.3 Bayi Baru Lahir
1. Pengertian bayi baru lahir
Bayi Baru Lahir adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42
minggu dengan berat lahir normal antara 2500-4000 gram (Sondakh,2013
) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-
4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.(Rukiyah dan
Yulianti,2016)
2. Perubahan fisiologis bayi baru lahir
a. Perubahan sistem pernapasan
Sistem pernapaan merupakan sistem yang paling tertantang ketika
mengalami perubahan dari fase intrauterus meuju ekstrauterus. Bayi
baru lahir harus mulai segera mulai bernapas. (Mutmainah & dkk
2017).
b. Perubahan Sirkulasi Aliran darah dari plasenta berhenti, sistem
sirkulasi bayi baru lahir akan mandiri ,tertutup dan bertekanan tinggi.

43
Oksigen dari napas pertama ini menyebabkan otot-otot vaskular
berelaksasi dan terbuka. (Mutmainah & dkk 2017).
c. Termoregulasi
Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang bersuhu
37˚C.Kemudian bayi masuk kedalam lingkungan. Suhu ruangan
persalinan 25˚C sangat berbeda dengan suhu didalam rahim .bayi baru
lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme(Mutmainah &
dkk 2017) yaitu :
1) Koveksi adalah kehialangan panas tubuh yang terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan
didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan
panas.
2) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh
lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas
dengan cara ini karena bendabenda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi
3) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin ,meja ,tempat
tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh
bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apalgi bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut
4) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas ,kehilangan
panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada
peprmukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah
lahir ,tubuh bayi tidak dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi
karena bayi terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimut (Mutmainah & dkk 2017)
5) Glukosa Sebelum dilahirkan kadar darah janin berkisar 60 – 70%
dari kadar darah ibu. Dalam persiapan untuk kehidupan luar rahim

44
seorang janin yang sehat mencadangkan glukosa sebagai glikogen
terutama didalam hati sebagian penyimpangan glikogen
berlangsung pada trisemester III.
3. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Menurut Rahayu (2017), ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah:
a. Berat badan 2.500 - 4.000 gram
b. Panjang badan 48 – 52 cm
c. Lingkar dada 30 – 38 cm
d. Lingkar kepala 33 -35 cm
e. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
f. Pernafasan ± 40 – 60 kali/menit
g. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
i. Kuku agak panjang dan lemas
j. Genetalia: Perempuan labia mayora sudah menutupi labia mayora.
Laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
k. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
m. Reflek graps atau menggenggam sudah baik
n. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan
4. Tanda-tanda bayi baru lahir tidak normal
a. Tanda – tanda bayi baru lahir tidak normal diantaranya :
b. Lahir dalam masa gestasi < 37 minggu (bayi kurang bulan) atau > 42
minggu (bayi lebih bulan)
c. Lahir dengan berat badan < 2500 gram (berat bayi lahir kurang) atau
> 4000 gram (berat bayi lahir lebih)
d. Suhu tubuh < 36,5C (hipotermia) atau > 37,5C (hipertermia)
e. APGAR Skor < 7 (asfiksia)
Memiliki tanda bahaya pada bayi baru lahir, yaitu :

45
a. Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum
b. Kejang
c. Bayi lemah,bergerak jika dipegang
d. Sesak Nafas
e. Bayi merintih
f. Pusar kemerahan sampai dinding perut
g. Mata bayi bernanah banyak dan dapat menyebabkan bayi buta
h. Bayi diare,mata cekung,tidak sadar,jika kulit perut di cubit akan
kembali lambat
i. Kulit terlihat kuning
5. Penatalaksanaan bayi baru lahir
Tanda – tanda bayi baru lahir tidak normal diantaranya :
a. Lahir dalam masa gestasi < 37 minggu (bayi kurang bulan) atau > 42
minggu (bayi lebih bulan)
b. Lahir dengan berat badan < 2500 gram (berat bayi lahir kurang) atau
> 4000 gram (berat bayi lahir lebih)
c. Suhu tubuh < 36,5C (hipotermia) atau > 37,5C (hipertermia)
d. APGAR Skor < 7 (asfiksia)
Memiliki tanda bahaya pada bayi baru lahir, yaitu :
a. Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum
b. Kejang
c. Bayi lemah,bergerak jika dipegang
d. Sesak Nafas
e. Bayi merintih
f. Pusar kemerahan sampai dinding perut
g. Mata bayi bernanah banyak dan dapat menyebabkan bayi buta
h. Bayi diare,mata cekung,tidak sadar,jika kulit perut di cubit akan
kembali lambat
i. Kulit terlihat kuning
Adapun penatalaksanaan bayi baru lahir menurut JNPK-KR (2013),

46
adalah sebagai berikut:
a. Penilaian Bayi Baru Lahir
Segera setelah bayi lahir, jaga kehangatan bayi dan lakukan
penilaian bayi yaitu bayi lahir apakah langsung menangis, tubuh bayi
kemerahan, bayi bergerak aktif. Berat badan 2500-4000 gram).
b. Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam
minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada
neonatus. Hal yang terpenting dalam perawatan tali pusat adalah
menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci tangan dengan
sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi Baru Lahir sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme
yang terpapar atau terkontaminasi selama persalinan berlangsung
maupun beberapa saat setelah lahir.
d. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada BBL belum
berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya
pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermi. Bayi dengan hipotermia, sangat beresiko tinggi untuk
mengalami sakit berat atau bahkan kematian.
e. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
IMD dilakukan segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat
dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi kontak
ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama
setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri.
Bayi diberi topi dan selimut.
f. Pencegahan Infeksi Mata
Salep mata untuk mencegah infeksi mata diberikan setelah 1 jam
kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi

47
tersebut mengandung antibiotika atau Tetraksiklin 1%. Salep
antibiotika harus tepat diberikan pada waktu 1 jam setelah
kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif bila diberikan
lebih dari 1 jam setelah kelahiran.
g. Pemberian Vitamin K1
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K
(phytomenadione), injeksi 1 mg intramuscular setelah 1 jam kontak
kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan
BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian
BBL.
h. Pemberian Imunisasi Bayi Baru Lahir
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi
hepatitis B pertama dengan dosis 0,5 ml diberikan 1 jam setelah
pemberian vitamin K, pada saat bayi berumur 2 jam. Untuk bayi yang
lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan diberikan BCG dan OPV pada
saat sebelum bayi pulang dari klinik.
i. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting, banyak perubahan
yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di
dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Pemeriksaan BBL bertujuan
untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi.
Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,
sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk
tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
1.1.1.4 Nifas
1. Pengertian nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Walyani,2020). Masa nifas

48
atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari bahasa latin yaitu
dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu
darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan
(Anggraeni, 2010)
2. Fisiologi nifas
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur
kembali keadaan sebelum hamil.Perubahan keseluruhan alat genitalia ini
disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya,
perubahanperubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut. Involusi alat-alat
kandungan :
a. Involusi
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri
dengan cara :
1) Segera setelah persalinan, TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian
kembali 1 cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
2) Pada hari ke dua setelah persalinan TFU 1 cm di bawah pusat. Pada hari
ke 3-4 TFU 2 cm dibawah pusat. Pada hari ke 5-7 TFU setengah pusat
sympisis. Pada hari ke 10 TFU tidak teraba. Bila uterus tidak mengalami
atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut dengan
subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan
tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut.
b. Tahapan Perubahan Lochea
Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas.Lochea
berupa darah dimana di dalamnya mengandung trombosit, sel-sel tua, sisa
jaringan desidua yang nekrotik (sel-sel mati) dari uterus. 10 Proses
keluarnya lochea terdiri atas 4 tahapan:
1) Lochea lubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa - sisa selaput
ketuban, sel - sel desidua, yaitu selaput lendir rahim dalam keadaan
hamil), vernix caseosa (yaitu palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit
atau semacam noda dan sel - sel epitel, yang menyelimuti kulit janin),

49
lanugo(yaitu bulu halus pada anak yang baru lahir), dan meconium
(yaitu isi usus janin cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus
dan air ketuban, berwarna hijau kehitaman), selama 2 hari pasca
persalinan.
2) Locha sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lendir.
Ini terjadi pada hari ke 3 -7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada
hari ke 7 - 14 pasca persalinan.
4) Lochea alba: cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2 minggu.
Lochea mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi. Bau ini
lebih terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga akan semakin lebih
keras jika bercampur dengan keringat dan harus cermat
membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi.
Selain itu, kita juga harus bisa mengenali jika terjadi tanda ketidak
normalan pada lochea yaitu berupa keluarnya cairan seperti nanah dan
berbau busuk, lochea yang seperti ini disebut lochea purulenta
.Locheapurulenta ini muncul jika terjadi infeksi. Di samping lochea
purulenta dapat juga terjadi suatu keadaan dimana pengeluaran lochea
tidak lancar.Lochea ini disebut lochea statis.
3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu nifas
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar. Pada
masa pasca persalinan uterus mengalami involusi. Involusi atau
pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali
ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Uterus
hamil (diluar berat bayi, plasenta, cairan dll) memiliki berat sekitar
1000 gram. Setelah 6 minggu pascapersalinan, beratnya akan
berkurang hingga mendekati ukuran sebelum hamil yaitu sekitar 50-
100 gram. Segera setelah melahirkan, fundus uterine akan teraba

50
setinggi umbilikus. Setelah itu, mengecilnya uterus terutama terjadi
pada 2 minggu pertama pascapersalinan, dimana pada saat itu
uterus akan masuk ke dalam rongga pelvis. Pada beberapa minggu
setelah itu, uterus perlahanlahan akan kembali ke ukurannya
sebelum hamil,
a) Lochea yang awal keluar dikenal sebagai lochea rubra (2 hari
pasca persalinan). Lochea rubra akan segera berubah warna dari
merah menjadi merah kuning berisi darah dan lendir,
b) Lochea sanguinolenta (3 -7 hari), dan akan berubah menjadii
berwarna kuning, tidak berdarah lagi
c) lochea serosa ( 7 -14 hari ) Setelah beberapa minggu,
pengeluaran ini akan makin berkurang dan warnanya berubah
menjadi putih
d) Lochea alba, terjadi setelah 2 minggu Pasca persalinan Periode
pengeluaran lokhia bervariasi, tetapi rata-rata akan berhenti
setelah 5 minggu. Seringkali, seorang ibu mengalami
peningkatan jumlah perdarahan pasca persalinan pada hari ke7-
14.
2) Vulva dan Vagina
Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae
kembali. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke 6-8 setelah
melahirkan. Rugae akan terlihat kembali pada minggu ke 3 atau ke
4.
3) Perineum Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, sehingga
menyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang
memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 minggu.
b. Perubahan Payudara Proses produksi air susu sendiri membutuhkan
suatu mekanisme kompleks. Pengeluaran yang reguler dari air susu

51
(pengosongan air susu) akan memicu sekresi prolaktin.
c. Perubahan Sistem Perkemihan Terjadi diuresis yang sangat banyak
dalam hari-hari pertama puerperium. Pelebaran (dilatasi) dari pelvis
renalis dan ureter akan kembali ke kondisi normal pada minggu ke
dua sampai minggu ke 8 pasca persalinan.(Kemenkes,2019)
d. Perubahan Sistem Hormonal Terdapat perubahan hormon pada saat
hamil, bersalin dan nifas, dimana hormon- hormon yang berperan
tersebut antara lain (Kemenkes 2019):
1) Hormon Plasenta Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan
hormon yang diproduksi plasenta. Hormon plasenta akan
menurun dengan cepat pasca persalinan.
2) Hormon Pituitary Hormon pituitary Yaitu hormon prolaktin, FSH
dan LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, dan
pada wanita yang tidak menyusui akan menurun dalam waktu 2
minggu.
3) Hormon Hipotalamik pituitary ovarium Hormon ini akan
mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita
menyusui maupun tidak menyusui. Pada wanita menyusui, 16%
wanita akan mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca
persalinan, dan 45% wanita setelah 12 minggu pasca persalinan.
(Kemenkes,2019).
4) Hormon Oksitosin Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar
otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara.Selama kala tiga persalinan, hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi.
5) Hormon estrogen dan progesterone Volume darah normal selama
kehamilan akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi
memperbesar hormon antidiuretik yang dapat meningkatkan
(Kemenkes,2019)
e. Perubahan Psikologis Masa Nifas Fase-fase yang akan dialami oleh

52
ibu pada masa nifas menurut (Walyani dan Purwoastuti, 2020) yaitu
sebagai berikut :
1) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua melahirkan titik pada fase ini Ibu
sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri.
2) Fase Taking Hold
Fase Taking Hold adalah periode yang berlangsung antara 3
sampai 10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya
dalam merawat bayi.
3) Fase Letting Go
Fase Letting Go adalah periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
4. Tanda bahaya masa nifas
Tanda-tanda bahaya postpartum adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama
masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu. Tanda-tanda bahaya postpartum, adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.
a. Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage) adalah
perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir,
atau perdarahan dengan volume seberapapun tetapi terjadi perubahan
keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital sudah menunjukkan analisa
adanya perdarahan. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio placenta,
sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b. Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum Hemorrhage) adalah

53
perdarahan dengan konsep pengertian yang sama seperti perdarahan
postpartum primer namun terjadi setelah 24 jam postpartum hingga masa
nifas selesai. Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi setelah 24 jam,
biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 postpartum. Penyebab utama
adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta.
2. Infeksi
Pada Masa Postpartum Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi
setelah persalinan, Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas ibu. Infeksi alat genital merupakan komplikasi
masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinari, payudara, dan pasca
pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala
umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala
lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara
atau adanya disuria.
3. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa
nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan
lendir 15 waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas
melekatnya atau implantasi placenta).
4. Sub Involusi Uterus (Pengecilan uterus yang terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana
berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg pada
6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di
sebut sub involusi. Faktor penyebab sub involusi, antara lain: sisa
plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri. Pada keadaan
sub involusi, pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan
lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan
berbau, dan tidak jarang terdapat pula perdarahan (wahyuningsih, 2018).
5. Nyeri Pada Perut dan Pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat merupakan tanda dan gejala

54
komplikasi nifas seperti Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada
peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari
seluruh kematian karena infeksi (wahyuningsih, 2018).
6. Pusing dan Lemas yang Berlebihan
Pusing dan lemas yang berlebihan sakit kepala, nyeri epigastrik, dan
penglihatan kabur menurut, pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada
nifas. Pusing bisa disebabkan oleh tekanan darah tinggi (Sistol ≥140
mmHg dan distolnya ≥90 mmHg). Pusing yang berlebihan juga perlu
diwaspadai adanya keadaan preeklampsi/eklampsi postpartum, atau
keadaan hipertensi esensial. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga
disebabkan oleh anemia bila kadar 16 haemoglobin< 10 gr/dl lemas yang
berlebihan juga tanda-tanda bahaya dimana keadaan lemas dapat
disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori
sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah. Upaya
penatalaksanaan pada keadaan ini dengan cara sebagai berikut:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b.Makan dengan makanan seimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter per hari.
d.Minum suplemen zat besi untuk menambah zat besi setidanya selama
40 hari pasca bersalin.
e. Minum suplemen kapsul vitamin A (200.000 IU), untuk meningkatkan
daya taan tubuh, mencegah infeksi, membantu pemulihan keadaan
ibu serta mentransmisi vitamin A kepada bayinya melalui proses
menyusui.
f. Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI dan
memperlambat proses involusi uterus.
7. Suhu Tubuh Ibu > 38°C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit

55
meningkat antara 37,2°C-37,8°C oleh karena reabsorbsi proses perlukaan
dalam uterus. Hal ini adalah peristiwa fisiologis apabila tidak diserta
tanda-tanda infeksi yang lain. Namun apabila terjadi peningkatan
melebihi 38°C berturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genetalia dalam masa nifas (Wahyuningsih, 2018).
8. Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas, dan Terasa Sakit.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh payudara yang tidak disusu secara
adekuat, puting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet
yang kurang baik, kurang istirahat, serta anemia. Keadaan ini juga dapat
merupakan tanda dan gejala adanya komplikasi dan penyulit pada proses
laktasi, misalnya pembengkakan payudara, bendungan ASI, mastitis dan
abses payudara.
5. Penatalaksanaan masa nifas
Penatalaksanaan masa nifas merupakan kelanjutan dari asuhan
kebidanan pada ibu hamil dan bersalin. Asuhan ini juga berkaitan erat
dengan asuhan pada bayi baru lahir, sehingga pada saat memberikan
asuhan, hendaknya seorang bidan mampu melihat kondisi yang dialami
ibu sekaligus bayi yang dimilikinya (Kemenkes RI, 2016).
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk:
a. Memulihkan kesehatan klien
b. Menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan.
c. Mengatasi anemia.
d. Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi.
e. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot (senam
nifas) untuk memperlancar peredaran darah.
f. Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.
g. Mencegah infeksi dan psikologis.
h. Memperlancar pembentukan dan pemberian ASI.

56
i. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai
masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi
dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
j. Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman serta
kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat
pada ibu dan keluarganya melalui KIE.
k. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Kemenkes RI, 2016).
Pada masa nifas, bidan minimal melakukan kunjungan adalah 4 kali.
Berikut ini merupakan aturan waktu dan bentuk asuhan yang wajib
diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas menurut Walyani &
Purwoastuti (2017) :
a. Kunjungan nifas 1 (6-8 jam setelah persalinan).
Tujuannya adalah :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dengan BBL.
6) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermia.
7) Observasi 2 jam setelah kelahiran jika bidan yang menolong
persalinan.
b. Kunjungan nifas 2 (hari ke 6 setelah persalinan).
Tujuannya adalah :
1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, TFU di bawah pusat, tidak ada
perdarahan abnormal.
2) Menilai adanya tanda-tanda infeksi, demam dan perdarahan.

57
3) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cairan serta
istirahat yang cukup.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda-tanda kesulitan menyusui.
5) Memberikan konseling tentang asuhan BBL, perawatan tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan lain-lain.
c. Kunjungan nifas 3 (hari ke 14 setelah persalinan).
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
d. Kunjungan nifas 4 (6 minggu setelah persalinan)
Tujuannya adalah :
1) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa
nifas.
2) Memberikan konseling KB secara dini.

1.1.1.5 Keluarga Berencana


1. Pengertian Keluarga Berencana
Pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu strategi untuk
mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan
mengatur waktu, jarak, jumlah kehamilan, sehingga dapat mencegah atau
memperkecil kemungkinan ibu hamil mengalami komplikasi yang
membahayakan jiwa atau janin (Kemenkes RI, 2014). Keluarga berencana
adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas melalui promosi,
perlindungan dan bantuan dalam hak-hak reproduksi untuk membentuk
keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak kehamilan,
membina ketahanan serta kesejahteraan anak (BKKBN, 2015). Menurut
World Health Organization (2016), Keluarga Berencana (Family Planning)
dapat memungkinkan pasangan usia subur (PUS) untuk mengantisipasi
kelahiran, mengatur jumlah anak yang diinginkan, dan mengatur jarak serta
waktu kelahiran. Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan metode

58
kontrasepsi dan tindakan infertilitas. Jadi, Keluarga Berencana (Family
Planning) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah
dan jarak kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi yang bertujuan
untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia sejahtera.
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu membentuk keluarga kecil sesuai
dengan sosial ekonomi keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak untuk
mewujudkan keluarga bahagia, sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya yaitu
menjarangkan, menunda dan 2 menghentikan kehamilan untuk menurunkan
angka kelahiran, menyelamatkan ibu dan bayi akibat melahirkan pada usia
muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua
(Hartanto, 2015).

2. Macam – macam kontrasepsi dan cara kerjanya


Menurut Handayani (2016) kontrasepsi terbagi menjadi tiga, yaitu :
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
1) Senggama terputus
Senggama terputus adalah suatu tindakan mencabut batang zakar
dari vagina sewaktu akan terjadi pengeluaran sperma (ejakulasi),
sehingga sperma ditumpahkan di luar vagina.
2) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi
sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat
haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan.
Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL dapat dipakai sebagai alat
kontrasepsi bila ibu menyusui secara penuh (full breastfeeding)
artinya bayi hanya mendapat asupan ASI saja; lebih efektif jika

59
pemberian ASI ≥ 8 kali perhari, ibu belum haid (amenorae) dan
usia bayi < 6 bulan. MAL memiliki efektivitas yang tinggi
(keberhasilan 98% pada enam bulan pertama pascapersalinan).
3) Metode Kalender
Metode kalender atau dikenal sebagai metode Knaus Ogino
bergantung pada perhitungan hari untuk memperhitungkan waktu
terjadinya fase subur Wanita harus mengetahui periode menstruasi
sehingga dapat memprediksi waktu akan berovulasi. Metode
kontrasepsi ini tidak bermanfaat jika wanita memiliki siklus
menstruasi yang tidak teratur.
b. Metode Kontrasepsi Non Hormonal
1) Kondom
Kontrasepsi kondom merupakan selubung atau karet yang terbuat
dari berbagai jenis bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil),
atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan. Cara kerja dari kontrasepsi ini adalah mencegah
sperma masuk ke saluran reproduksi wanita dan mencegah
penularan terhadap infeksi menular seksual (IMS).
2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD)
IUD merupakan alat kontrasepsi yang memiliki bentuk
sepertihuruf T. IUD dapat digunakan dengan cara, dimasukkan ke
dalam rongga rahim oleh bidan atau dokter yang terlatih. Dalam
pemasangan IUD, biasanya menyisakan sedikit benang di vagina
untuk menandakan posisi alat ini. IUD tembaga bisa digunakan
dalam jangka waktu yang lama, yakni sekiyat 8-10 tahun. Meski
demikian, pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan karena jika
pemasangan IUD tidak tepat atau posisinya berubah, bisa
memungkinkan terjadinya kehamilan IUD sangat efektif
mencegah kehamilan.
c. Metode Kontrasepsi Hormonal

60
1) Pil KB
Pil kontrasepsi oral gabungan, sering kali disebut sebagai pil
pengendalian kelahiran atau disingkat "pil", adalah sebuah jenis
pengendalian kelahiran yang dirancang untuk dipakai dengan cara
ditelan lewat mulut atau oral.
a) Pil KB terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
(1) Pil KB kombinasi yang memiliki kandungan progestin dan
estrogen dapat membantu wanita menahan ovarium agar
tidak memproduksi sel telur. (Handayani, 2016).
(2) Mini pil adalah yang hanya mengandung hormon
progesteron dalam dosis rendah. Pil mini atau pil
progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin
yang digunakan 0,03-0,05 mg per tablet.
b) Cara kerja pil KB
(1) Perubahan lendir serviks, yang menggangu motilitas atau
daya hidup spermatozoa
(2) Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi
ovum yang telah dibuahi tidak mungkin terjadi.
2) Suntik Progestin (DMPA)
DMPA merupakan metode kontrasepsi hormonal suntik yang
hanya mengandung progesteron memiliki angka kegagalan <1%
pertahun. Metode ini diberikan secara injeksi intramuskular
setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Cara kerjanya adalah :
a) Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita.
b) Mengentalkan lender mulut rahim, sehingga sel mani tidak
dapat masuk dalam rahim.
c) Menipiskan endometrium.
3) Suntik Kombinasi (Estrogen dan Progesteron)
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang

61
diberikan injeksi IM sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg
Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan
injeksi IM sebulan sekali. Cara kerjanya adalah mencegah
pelepasan sel telur dari indung telur dan mengentalkan lendir
leher rahim sehingga dapat mengganggu pertemuan antara
sperma dan sel telur.
4) Implant
Implant merupakan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), yaitu
alat kontrasepsi yang dimasukkan di bawah kulit. Jenis implant
ada 3 yaitu:
a) Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm, yang diisi
dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b) Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan
panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang diisi
dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c) Jadena dan indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan
75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Mekanisme kerja dari KB implant adalah dengan
dimasukkannya kapsul silastik implant di bawah kulit, maka
setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah levonorgestrel ke
dalam darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang
terbuat dari bahan silastik tersebut. Besar kecilnya
levonorgestrel bergantung kepada besar kecilnya permukaan
kapsul silastik dan ketebalan dari dinding tersebut.
a. Metode Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi
Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metode Operasi
Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan
pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh

62
sperma. Cara kerjanya adalah dengan mengoklusi tuba falopii
(mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
2) Vasektomi
Sterilisasi pada laki-laki disebut vasektomi atau Vas Ligation.
Caranya ialah dengan memotong saluran mani (vas deverens)
kemudian kedua ujungnya diikat, sehingga sel sperma tidak
dapat mengalir keluar penis (urethra). Vasektomi adalah metode
kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin anak lagi. Perlu
prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk
memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan
metode ini
3. Indikasi dan Kontra Indikasi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
1) Senggama Terputus
Indikasi
(1) Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga
berencana
(2) Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan
filosofi untuk tidak memakai metode-metode lain
(3) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
(4) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil
menunggu metode yang lain
(5) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
(6) Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur
Kontra Indikasi
(1) Suami dengan pengalaman ejakulasi dini
(2) Suami yang sulit melakukan senggama terputus
(3) Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis

63
(4) Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
(5) Pasangan yang kurang dapat saling beromunikasi
(6) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus
(Handayani, 2016).
b. Metode Amenore Laktasi (MAL)
a) Indikasi
Menurut Dyah dan Sujiyatini (2015), yang dapat
menggunakan MAL yaitu ibu yang menyusui secara
eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan, dan belum
mendapatkan haid setelah melahirkan.
b) Kontra Indikasi
Menurut Dyah dan Sujiyatini (2015), yang seharusnya tidak
memakai MAL yaitu :
(1) Sudah mendapatkan haid setelh melahirkan
(2) Tidak menyusui secara eksklusif
(3) Bayinya sudh berumur lebih dari 6 bulan
(4) Bekerja dan terpisah dari bayinya lebih lama dari 6 jam
c. Metode Kalender
a) Indikasi
Wanita/Istri memiliki siklus haid yang teratur yaitu 21 – 35
hari.
b) Kontra Indikasi
Wanita/Istri memiliki siklus haid yang tidak teratur
(Handayani, 2016).
d. Metode Kontrasepsi Non Hormonal
1. Kondom
Indikasi
1) Pria yang ingin berpartisipasi dalam program KB.
2) Pria yang ingin segera mendapatkan alat kontrasepsi.
3) Pria yang menginginkan alat kontrasepsi sementara.

64
4) Pria yang menginginkan kontrasepsi tambahan.
5) Pria yang ingin menggunakan alat kontasepsi hanya
akan berhubungan.
6) Pria yang beresiko tertular/menularkan IMS.
Kontra Indikasi
1) Pria yang memiliki pasangan yang beresiko tinggi
apabila terjadi kehamilan.
2) Pria yang memiliki alergi terhadap bahan dasar
kondom.
3) Pria yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang.
4) Pria yang tidak peduli terhadap berbagai
persyaratan kontrasepsi (Handayani, 2016).
e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD)
Indikasi
1) Usia reproduktif
2) Keadaan Nulipara
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Kontra Indikasi
1) Sedang hamil
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat
dievaluasi)
3) Sedang menderita infeksi alat genetal (vaginitis, servisitis)
(Dyah dan Sujiyatini, 2015).
f. Metode Kontrasepsi Hormonal
1) Pil KB
Indikasi
(1) Usia reproduksi.
(2) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak.
(3) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat
efektif selama periode menyusui.

65
(4) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
(5) Pasca keguguran.
(6) Perokok segala usia.
(7) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama <180/110
mmHg) atau dengan masalah pembekuan darah.
(8) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih
senang tidak menggunakan estrogen.
Kontra Indikasi
(1) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya.
(2) Hamil atau diduga hamil
(3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
(4) Menggunakan obat turbekulosis (rifampisin), atau
untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturat).
(5) Kanker payudara atau dengan riwayat kanker
payudara.
(6) Sering lupa minum pil.
(7) Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom
uterus.
(8) Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme
pembuluh darah (Handayani, 2016).
2) Suntik Progestin (DMPA)
Indikasi
(1) Usia reproduksi.
(2) Nulipara dan yang telah memiliki anak.
(3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan
memiliki efektifitas tinggi.
(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
(6) Setelah abortus atau keguguran.

66
(7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki
tubektomi.
(8) Perokok.
(9) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah
gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
(10) Menggunakan obat epilepsy atau obat tuberculosis.
(11) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang
mengandung estrogen.
(12) Sering lupa menggunakan pil progestin.
(13) Anemia defisiensi besi.
(14) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak
boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
Kontra Indikasi
(1) Hamil atau dicurigai hamil.
(2) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya
(3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan
haid, terutama amenorea.
(4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara.
(5) Diabetes mellitus disertai komplikasi (Handayani,
2016).
3) Suntik Kombinasi
Indikasi
(1) Usia reproduksi
(2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki
anak
(3) ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas
tinggi.
(4) Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan.

67
(5) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
(6) Anemia
(7) Nyeri haid hebat.
(8) Haid teratur.
(9) Riwayat kehamilan esktopik.
Kontra Indikasi
(1) Hamil atau diduga hamil.
(2) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan.
(3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya.
(4) Penyakit hati akut (virus hepatitis).
(5) Usia > 35 tahun yang merokok
(6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan
darah tinggi (> 180/110 mmHg).
(7) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing
manis > 20 tahun.
(8) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit
kepala atau migraine.
(9) Keganasan pada payudara (Handayani, 2016).
1) Implant
Indikasi
(1) Usia reproduksi.
(2) Sudah memiliki anak.
(3) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
(4) Pasca persalinan tidak menyusui.
(5) Pasca keguguran.
(6) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak
sterilisasi.
(7) Riwayat kehamilan ektopik.

68
(8) Tekanan darah <180/110 mmHg dengan masalah
pembekuan darah.
(9) Sering lupa menggunakan pil
Kontra Indikasi
(1) Hamil atau diduga hamil.
(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya.
(3) Benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker
payudara.
(4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid.
(5) Miom uterus.
(6) Gangguan toleransi glukosa (Handayani, 2016).
(2) Metode Kontrasepsi Mantap
2) Tubektomi
Indikasi
(1) Usia > 26 tahun
(2) Paritas > 2
(3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai
dengan kehendaknya
(4) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan
yang serius
(5) Pascapersalinan
(6) Pascakeguguran
Kontra Indikasi
(1) Sudah terdeteksi hamil atau dicurigai
(2) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan hingga harus
dievaluasi
(3) Infeksi sistemik atau pelvik yang akuthingga masalah
itu disembuhkan atau dikontrol
(4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan

69
(5) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilisasi di
masa depan
(6) Belum memberikan persetujuan tertulis (Handayani,
2016).

3) Vasektomi
Indikasi
(1) Dari semua usia reproduksi (biasanya < 50)
(2) Tidak ingin anak lagi, menghentikan fertilitas, ingin
metode kontrasepsi yang sangat efektif dan permanen.
(3) Yang istrinya mempunyai masalah usia, paritas atau
kesehatan di mana kehamilan dapat menumbulkan
risiko kesehatan atau mengancam keselamatan
jiwanya.
(4) Yang memahami asas sukarela dan memberi
persetujuan tindakan medic untuk prosedur tersebut.
(5) Yang merasa yakin bahwa mereka telah mendapatkan
jumlah keluarga yang diinginkan.
Kontra Indikasi
(1) Belum menikah
(2) Ingin mempunyai anak lagi
(3) Tidak sukarela
(4) Belum memberikan persetujuan tertulis (Handayani,
2016).
4. Efek Samping Keluarga Berencana
Menurut Handayani (2016) beberapa metode kontrasepsi memiliki
efek samping, yaitu :
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
1) Senggama Terputus
Tidak memiliki efek samping.

70
b. Metode Amenore Laktasi (MAL)
Tidak memiliki efek samping.
c. Metode Kalender
Tidak memiliki efek samping.

d. Metode Kontrasepsi Non Hormonal


1) Kondom
Efek samping dari kondom adalah resiko alergi, terutama terhadap
kondom yang terbuat dari lateks. Reaksi alergi biasanya muncul
pada area kulit yang bersentuhan dengan kondom.
2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD)
Masa haid berubah lama dan banyak Ada kemungkinan terjadi
infeksi panggul.
e. Metode Kontrasepsi Hormonal
1) Pil KB
a) Perubahan pola haid ( haid tidak teratur atau memanjang dalam
3 bulan pertama, haid jarang, tidak teratur atau tidak haid dalam
1 tahun)
b) Mual
c) Sakit kepala atau pusing
d) Kenaikan berat badan
e) Perut kembung atau tidak nyaman
f) Perubahan suasana perasaan
g) Penurunan hasrat seksual
2) Suntik Progestin (DMPA)
a) Perubahan pola haid ( haid tidak teratur atau memanjang dalam
3 bulan pertama, haid jarang, tidak teratur atau tidak haid dalam
1 tahun)
b) Sakit kepala atau pusing

71
c) Kenaikan berat badan
d) Perut kembung atau tidak nyaman
e) Perubahan suasana perasaan
f) Penurunan hasrat seksual
3) Suntik Kombinasi
a) Perubahan pola haid ( haid tidak teratur atau memanjang dalam
3 bulan pertama, haid jarang, tidak teratur atau tidak haid dalam
1 tahun)
b) Produksi ASI berhenti
c) Sakit kepala atau pusing
d) Kenaikan berat badan
e) Perut kembung atau tidak nyaman
f) Perubahan suasana perasaan
g) Penurunan hasrat seksual

4) Implant
Efek samping penggunaannya adalah gangguan siklus menstruasi
(amenorea, spotting), infeksi tempat implantasi, nyeri kepala,
perubahan berat badan, mual, jerawat, dan nyeri payudara. Selain
itu juga penggunaan implant dapat menyebabkan kenaikan berat
badan. Komplikasi yang bisa ditimbulkan dari penggunaan implant
bisa seperti infeksi pada tempat implantasi.
1.1.2 Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney 2007 dan
SOAP
1.1.2.3 Manajemen Asuhan kebidanan pada Kehamilan
1. Pengertian
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider) harus
dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan
manajemen yang baik. Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang

72
manajer, yaitu mengelola atau memanage segala sesuatu tentang kliennya
sehingga tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam mempelajari
manajemen kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar-dasar
manajemen sehingga konsep dasar manajemen merupakan bagian
penting sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang manajemen
kebidanan. (Wikipedia, 2016).
2. Tujuan
Menurut Suryati (2011), Tujuan asuhan kehamilan adalah :
1) Untuk memfasilitasi hamil yang sehat dan positif bagi ibu maupun
bayi dengan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu.
2) Memantau kehamilan dengan memastikan ibu dan tumbuh
kembang anak sehat.
3) Mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa selama hamil
(penyakit umum, keguguran, pembedahan).
4) Mempersiapkan kelahiran cukup bulan dengan selamat, ibu dan
bayi dengan trauma minimal.
5) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan dapat
memberikan asi eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang normal.
7) Membantu ibu mengambil keputusan klinik.
3. Langkah-langkah (7 Langkah Varney dan SOAP )
7 langkah Varney
a) Langkah I : Pengumpulan data dasar
(1) Pengkajian data ibu (data subjektif)
(2) Pemeriksaan pada ibu dan janin (data objektif)
b) Langkah II : Intepretasi data dasar
Setelah data dikumpulkan, teknik yang kedua adalah melakukan
interpretasi terhadap kemungkinan diagnosis dan masalah
kebutuhan pasien hamil. Interpretasi data tersebut sebatas

73
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
atau tata nama diagnosis kebidanan yang diakui oleh profesi dan
berhubungan langsung dengan praktik kebidanan, serta
didukung oleh pengambilan keputusan klinis (clinical judgment)
dalam praktik kebidanan yang dapat diselesaikan dengan
pendekatan manajemen kebidanan.
c) Langkah III : Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah
potensial dan mengantisipasi penangananya.
Cara ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan
diagnosis potensia berdasarkan diagnosis masalah yang sudah
teridentifikasi. Sebagai contoh, siang hari ada seorang wanita
dating ke poli KIA dengan wajah pucat, keringat dingin, tampak
kesakitan, mulas hilang timbul, cukup bulan pemuaian perut
sesuai hamil, maka bidan berpikir: wanita tersebut inpartu,
kehamilan cukup bulan dan adanya anemia.
d) Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
atau masalah potensial.
Cara ini dilakukan setelah masalah dan diagnosis potensial
diidentifikasi. Penetapan ini dilakukan dengan cara
mengantisipasi dan menentukan kebutuhan apa saja yang akan
diberikan pada pasien dengan melakukan konsultasi dan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Sebagai contoh,
pada pemeriksaan antenatal ditemukan kadar Hb 9,5 gr% hamil
16 minggu, nafsu makan kurang, adanya fluor albus banyak,
warna hijau muda, gatal, dan berbau. Data tersebut dapat
menentukan tindakan yang akan dilakukan seperti berkonsultasi
atau berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan persiapan
untuk menentukan tindakan yang tepat.
e) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Cara ini dilakukan dengan menentukan langkah selanjutnya

74
berdasarkan hasil kajian pada langkah sebelumnya dan apabila
dietmukan ada data yang tidak lengkap maka dapat dilengkapi
pada tahap ini. Pembuatan perencanaan asuhan antenatal
memiliki beberapa tujuan antara lain untuk memantau kemajuan
kehamilan; pemantauan terhadap tumbuh kembang janin,
mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan social, deteksi
dini adanya ketidaknormalan, mempersiapkan persalinan cukup
bulan dan selamat agar masa nifas normal dan dapat
menggunakan ASI eksklusif sehingga mampu mempersiapkan
ibu dan keluarga dengan kehadiran bayi baru lahir.
f) Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Merupakan tahap pelaksanaan dari semua bentuk rencana
tindakan sebelumnya. Tindakan yang dapat dilakukan oleh
bidan berdasarkan standar asuhan kebidanan seperti menimbang
berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus
uteri, imunisasi TT, pemberian tablet zat besi, tes terhadap PMS
(Penyakit Menular Seksual) dan konseling untuk persiapan
rujukan.
g) Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini, dievaluasi keefektifan asuhan yang telah
diberikan apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah
teridentifikasi dalam diagnosa maupun masalah (Kemenkes RI,
2016).
1) SOAP
S : Menurut jawaban klien. Data ini diperoleh melalui auto
anamnesa atau allow anamnesa (sebagai langkah I dalam
manajemen Varney).
O : Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostik
dan pendukung lain. Data ini termasuk catatan medis pasien
yang lalu (sebagai langkah I dalam manajemen Varney).

75
A : Analisis/interpretasi berdasarkan data yang terkumpul,
dibuat kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat
teridentifikasi diagnosa/masalah. Identifikasi diagnose /
masalah potensial. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter/konsultasi kolaborasi dan rujukan (sebagai langkah
II, III, IV dalam manajemen Varney).
P : Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan
implementasi dan evaluasi rencana berdasarkan pada
langkah V, VI, VII pada evaluasi dari flowsheet. Planning
termasuk : Asuhan mandiri oleh bidan, kolaborasi atau
konsultasi dengan dokter, tenaga kesehatan lain, tes
diagnostik/laboratorium, konseling/penyuluhan follow up.

1.1.2.4 Manajemen Askeb pada persalinan


1. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 – 42 Minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlagsung selama 18 jam produk
konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering
dan kuat yang nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam
keharmonisan untuk melahirkan bayi (Siwi, 2015). Menurut (Muchtar,
2014), kala persalinan terdiri dari 4 kala yaitu : kala 1 waktu pembukaan
servik hingga pembukaan lengkap, kala 2 kala pengeluaran bayi, kala 3
waktu pengeluaran plasenta, kala 4 pengawasa selama 2 jam post partum
2. Tujuan
Tujuan asuhan persalinan adalah untuk mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya.

76
Hal ini dilakukan melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap,
serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (JNPK-KR, 2013).
3. Langkah-langkah (7 Langkah Varney dan SOAP )
1) 7 langkah Varney
h) Langkah I : Pengumpulan data dasar
(3) Pengkajian data ibu (data subjektif)
(4) Pemeriksaan pada ibu dan janin (data objektif)
i) Langkah II : Intepretasi data dasar
Setelah data dikumpulkan, teknik yang kedua adalah melakukan
interpretasi terhadap kemungkinan diagnosis dan masalah
kebutuhan pasien hamil. Interpretasi data tersebut sebatas
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
atau tata nama diagnosis kebidanan yang diakui oleh profesi dan
berhubungan langsung dengan praktik kebidanan, serta
didukung oleh pengambilan keputusan klinis (clinical judgment)
dalam praktik kebidanan yang dapat diselesaikan dengan
pendekatan manajemen kebidanan.
j) Langkah III : Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah
potensial dan mengantisipasi penangananya.
Cara ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan
diagnosis potensia berdasarkan diagnosis masalah yang sudah
teridentifikasi. Sebagai contoh, siang hari ada seorang wanita
dating ke poli KIA dengan wajah pucat, keringat dingin, tampak
kesakitan, mulas hilang timbul, cukup bulan pemuaian perut
sesuai hamil, maka bidan berpikir: wanita tersebut inpartu,
kehamilan cukup bulan dan adanya anemia.
k) Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
atau masalah potensial.
Cara ini dilakukan setelah masalah dan diagnosis potensial

77
diidentifikasi. Penetapan ini dilakukan dengan cara
mengantisipasi dan menentukan kebutuhan apa saja yang akan
diberikan pada pasien dengan melakukan konsultasi dan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Sebagai contoh,
pada pemeriksaan antenatal ditemukan kadar Hb 9,5 gr% hamil
16 minggu, nafsu makan kurang, adanya fluor albus banyak,
warna hijau muda, gatal, dan berbau. Data tersebut dapat
menentukan tindakan yang akan dilakukan seperti berkonsultasi
atau berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan persiapan
untuk menentukan tindakan yang tepat.
l) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Cara ini dilakukan dengan menentukan langkah selanjutnya
berdasarkan hasil kajian pada langkah sebelumnya dan apabila
dietmukan ada data yang tidak lengkap maka dapat dilengkapi
pada tahap ini. Pembuatan perencanaan asuhan antenatal
memiliki beberapa tujuan antara lain untuk memantau kemajuan
kehamilan; pemantauan terhadap tumbuh kembang janin,
mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan social, deteksi
dini adanya ketidaknormalan, mempersiapkan persalinan cukup
bulan dan selamat agar masa nifas normal dan dapat
menggunakan ASI eksklusif sehingga mampu mempersiapkan
ibu dan keluarga dengan kehadiran bayi baru lahir.
m) Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Merupakan tahap pelaksanaan dari semua bentuk rencana
tindakan sebelumnya. Tindakan yang dapat dilakukan oleh
bidan berdasarkan standar asuhan kebidanan seperti menimbang
berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus
uteri, imunisasi TT, pemberian tablet zat besi, tes terhadap PMS
(Penyakit Menular Seksual) dan konseling untuk persiapan
rujukan.

78
n) Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini, dievaluasi keefektifan asuhan yang telah
diberikan apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah
teridentifikasi dalam diagnosa maupun masalah (Kemenkes RI,
2016).
2) SOAP
S : Menurut jawaban klien. Data ini diperoleh melalui auto
anamnesa atau allow anamnesa (sebagai langkah I dalam
manajemen Varney).
O : Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostik
dan pendukung lain. Data ini termasuk catatan medis pasien
yang lalu (sebagai langkah I dalam manajemen Varney).
A : Analisis/interpretasi berdasarkan data yang terkumpul,
dibuat kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat
teridentifikasi diagnosa/masalah. Identifikasi diagnose /
masalah potensial. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter/konsultasi kolaborasi dan rujukan (sebagai langkah
II, III, IV dalam manajemen Varney).
P : Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan
implementasi dan evaluasi rencana berdasarkan pada
langkah V, VI, VII pada evaluasi dari flowsheet. Planning
termasuk : Asuhan mandiri oleh bidan, kolaborasi atau
konsultasi dengan dokter, tenaga kesehatan lain, tes
diagnostik/laboratorium, konseling/penyuluhan follow up.
1.1.2.5 Manajemen Askeb pada Bayi Baru Lahir
1. Pengertian
Asuhan bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi
baru lahir tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran, dimana
sebagian besar bayi yang baru lahir akan mengalami adaptasi fisiologis
dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus dan akan

79
menunjukkan usaha nafas spontan (Kemenkes RI, 2020).
2. Tujuan
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk
membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi
(Kemenkes RI, 2020).
3. Langkah-langkah (7 Langkah Varney dan SOAP )
1) 7 Langkah Varney
a) Langkah I : Pengumpulan data dasar
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data yang di
butuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir,
pengkajian pada bayi baru lahir dibagi dalam 2 bagian yaitu
pengkajian segera setelah bayi lahir, dan pengkajian keadaan
fisik untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau
mengalami komplikasi. Pengkajian segera setelah bayi baru
lahir bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari
kehidupan dalam uterus yaitu dalam penilaian Apgar. Penilaian
sudah dimulai sejak kepala lahir divulva. Sedangkan pengkajian
keadaan fisik untuk memastikan bayi dalam keadaan normal.
b) Langkah II : Intepretasi data dasar
Melakukan identifikasi secara benar terhadap diagnosa, masalah
dan kebutuhan bayi baru lahir berdasarkan data-data yang telah
di kumpulkan. Contoh diagnosa misalnya bayi cukup bulan
sesuai masa kehamilan dengan hipotermia. Sedangkan masalah
misalnya ibu kurang informasi, ibu tidak PNC, ibu post section
sesarea, ganguan maternal lainnya, untuk kebutuhan seperti
jagalah bayi tetap kering dan hagat, usahakan agar ada kontak
kulit antara ibu dan bayi segera mungkin.
c) Langkah III : Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah
potensial dan mengantisipasi penangananya.

80
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang
mungkin terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah
teridentifikasi. Misalnya untuk diagnosa potensial yang
hipotermi potensial menyebabkan ganguan pernafasan, hipoksia
potensia menyebabkan asidosis, atau hipoglikemia potensial
menyebabkan hipotermi.
d) Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
atau masalah potensial.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter atau untuk di konsultasikan atau di tangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
bayi. Misalnya bila bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik
segera cari bantuan dan mulailah langkah-langkah resusitasi
pada bayi tersebut.
e) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyuluh yang rasional dan sesuai
dengan temuan dari langkah sebelumnya.
f) Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Melaksanakann rencana asuhan pada bayi baru lahir secara
efisien dan aman yaitu misalnya: mempertahankan suhu tubuh
bayi agar tetap hagat, dengan memastikan bayi tetap hangat dan
terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu, ganti kain atau
atau handuk yang basa dan bungkus dengan selimut selimut
yang kering dan bersih.
g) Langkah VII : Evaluasi
Melakukan evaluasi ke efektifan dari asuhan yang di berikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir
bagaimana telah di identifikasi di dalam diagnosa dan masalah
(Kemenkes RI, 2016).

81
1) SOAP
S : Data Subjektif Berisi tentang data dari pasien melalui
anamnesa (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung
seperti menangis atau informasi dari ibu.
O : Data Objektif Data yang didapat dari hasil observasi melalui
pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir.
a) Pemeriksaan Umum, meliputi tanda-tanda vital dan
pemeriksaan antropometri.
b) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan Penunjang/Pemeriksaan Laboratorium
A : Analisis dan interpretasi Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya
tindakan segera.
P : Perencanaan Merupakan rencana dari tindakan yang akan
diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis
atau laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut
(Kemenkes RI, 2016).
4. Manajemen Askeb pada nifas
1. Pengertian
Menurut Sholicah (2017), masa nifas (puerperium) dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Keluarga Berencana (family planning,
planned parenthood) suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan
jumlah da jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
2. Tujuan
Menurut Walyani & Purwoastuti (2017), asuhan yang diberikan
kepada ibu nifas bertujuan untuk:
1) Memulihkan kesehatan klien
a) Menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan.

82
b) Mengatasi anemia.
c) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan
sterilisasi.
d) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot
(senam nifas) untuk memperlancar peredaran darah.
2) Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.
3) Mencegah infeksi dan psikologis.
4) Memperlancar pembentukan dan pemberian ASI.
5) Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai
masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi
dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
6) Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman
serta kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan
bayi sehat pada ibu dan keluarganya melalui KIE.
3. Langkah-langkah (7 Langkah Varney dan SOAP )
1) 7 Langkah Varney
a) Langkah I : Pengumpulan data dasar
Data yang dikumpulkan pada masa postpartum adalah sebagai
berikut: catatan pasien sebelumnya seperti catatan
perkembangan ante dan intranatal, lama postpartum, catatan
perkembangan, suhu, denyut nadi, pernapasan, tekanan darah,
pemeriksaan laboratorium dan laporan pemeriksaan tambahan;
catatan obatobatan, riwayat kesehatan ibu seperti mobilisasi,
buang air kecil, buang air besar, nafsu makan, ketidaknyamanan
atau rasa sakit, kekhawatiran, makanan bayi, reaksi bayi, reaksi
proses melahirkan dan kelahiran, kemudian pemeriksaan fisik
bayi, tanda vital, kondisi payudara, putting susu, pemeriksaan
abdomen, kandung kemih, uterus, lochea mulai warna, jumlah
dan bau; pemeriksaan perineum; seperti adanya edema,

83
inflamasi, hematoma, pus, luka bekas episiotomi, kondisi
jahitan, ada tidaknya hemoroid; pemeriksaan ekstremitas seperti
ada tidaknya varises, refleks, dan lain-lain.
b) Langkah II : Intepretasi data dasar
Interpretasi data dasar yang akan dilakukan adalah beberapa
data yang ditemukan pada saat pengkajian postpartum seperti :
Diagnosis : Postpartum hari pertama
Masalah : Kurang informasi tentang teknik menyusui
Kebutuhan : Memberikan penkes tentang cara menyusui yang
benar yaitu memegang bayi dengan 1 tangan kepala bayi berada
disiku dan telapak tangan kanan memegang bokong bayi,
sebelum menyusui sebaiknya keluarkan air ASI dan aerola
diolesi dengan air susu , kemudian sanggah payudara dengan
tangan kiri dan rangsang mulut bayi dengan cara menempelkan
payudara kemulut bayi pastikan aerola masuk seluruhnya
kemulut bayi, setelah bayi kenyang menyusu sebaiknya bayi
disendawakan.
c) Langkah III : Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah
potensial dan mengantisipasi penangananya.
Beberapa hasil dari interpretasi data dasar dapat digunakan
dalam identifikasi diagnosis atau masalah potensial
kemungkinan sehingga akan ditemukan beberapa diagnosis atau
masalah potensial pada masa postpartum, serta antisipasi
terhadap masalah yang timbul.
d) Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
atau masalah potensial.
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan
konsultasi serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain
berdasarkan kondisi pasien.
e) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

84
Rencana asuhan menyeluruh pada masa postpartum yang dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut:
(1) Manajemen asuhan awal perineum seperti kontak dini
sesering mungkin dengan bayi, mobilisasi di tempat tidur,
diet, perawatan perineum, buang air kecil/kateter, obat
penghilang rasa sakit kalau perlu, obat pencahar dan lain-
lain.
(2) Asuhan lanjutan seperti tambahan vitamin atau zat besi jika
diperlukan, perawatan payudara, rencana KB, pemeriksaan
laboratorium jika diperlukan, dan lain-lain..
f) Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan menyeluruh yang dibatasi oleh standar asuhan
kebidanan pada masa postnatal.
g) Langkah VII : Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi
kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek
asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau
merencanakan kembali asuhan yang belum terlaksana
(Kemenkes RI, 2016).
2) SOAP
S : Data Subjektif Berisi tentang data dari pasien melalui
anamnesis (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung.
O : Data Objektif Data yang didapat dari hasil observasi melalui
pemeriksaan fisik pada masa post partum. Pemeriksaan fisik,
meliputi keadaan umum, status emosional.
A : Analisis Dan Interpretasi Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis/masalah potensial, serta perlu atau tidaknya
tindakan segera.

85
P: Perencanaan Merupakan rencana dari tindakan yang akan
diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis,
atau laboratorium serta konseling untuk tindak lanjut
(Kemenkes RI, 2016).
1.1.2.6 Manajemen Asuhan Akseptor Keluarga Berencana
1. Pengertian
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk serta membentuk keluarga
yang berkualitas (Kemenkes RI, 2016).
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan
program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati,
2013).
2. Tujuan
Tujuan dilaksanakan program KB untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dansejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).
3. Langkah – angkah ( 7 Langkah Varney dan SOAP)
1) 7 Langkah Varney
a) Langkah I : Pengumpulan data dasar
(1) Pengkajian data ibu (data subjektif)
(2) Pemeriksaan pada ibu (data objektif)
b) Langkah II : Intepretasi data dasar
Interpretasi data dasar yang akan dilakukan adalah berasal dari
beberapa data yang ditemukan pada saat pengkajian ibu/akseptor KB.
c) Langkah III : Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah
potensial dan mengantisipasi penangananya.
Beberapa hasil dari interpretasi data dasar dapat digunakan dalam
mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial kemungkinan

86
sehingga ditemukan beberapa diagnosis atau masalah potensial
ibu/akseptor KB seperti ibu ingin menjadi akseptor KB pil dengan
antisipasi masalah potensial seperti potensial terjadinya peningkatan
berat badan, potensial fluor albus meningkat, obesitas, mual dan
pusing.
d) Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau
masalah potensial.
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan
konsultasi dan kolaborasi dengan kesehatan lain berdasarkan kondisi
pasien seperti kebutuhan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi).
e) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan menyeluruh pada ibu/akseptor KB yang dilakukan
sebagaimana contoh berikut: apabila ibu adalah akseptor KB pil,
maka jelaskan tentang pengertian dan keuntungan KB pil, anjurkan
menggunakan pil secara teratur dan anjurkan untuk periksa secara
dini bila ada keluhan.
f) Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Pada tahap ini dilakukan rencana asuhan kebidanan menyeluruh yag
dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada ibu/akseptor KB.
g) Langkah VII : Evaluasi
Melakukan evaluasi ke efektifan dari asuhan yang di berikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan ibu (Kemenkes RI, 2016).
2) SOAP
S : Data subjektif Berisi tentang data dari pasien melalui anamnesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan
atau masalah KB.
O : Data objektif Data yang didapat dari hasil observasi melalui
pemeriksaan fisik sebelum atau selama pemakaian KB.
A : Analisis dan interpretasi Berdasarkan data yang terkumpul

87
kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya tindakan
segera.
P : Perencanaan Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau
laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut (Kemenkes RI,
2016).

2.2 Kerangka Konsep

88
Gambar 1.2 Kerangka Konsep

BAB III

89
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis/ Rancangan Penelitian


Jenis/ rancangan penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan
penelitian atau menguji kesahihan hipotesis. Dalam penelitian Kebidanan yang
sering digunakan adalah desain case study.). Penelitian case study
merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasil penelitian
tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit sosial
tertentu. Subjek yang diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel dan fokus
yang diteliti sangat luas dimensinya (Danim, 2002 ).

3.2 Waktu dan tempat penelitian


Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian, terutama
sekali dalam menangkap fenomena atau penelitian yang sebenarnya terjadi dari
objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan datadata penelitian yang akurat.
Pada penelitian ini dilakukan di Puskesmas Baamang II Kabupaten Kotawaringin
Timur Provinsi Kalimantan Tengah. Waktu Penelitian dilakukan pada bulan
Maret – April 2023.

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,
organisasi, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2016 :68).

3.4 Definis Operasional

90
Menurut Sugiyono (2019), definisi operasional variabel adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya.
No Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor
Operasional Ukur/
Instrumen
1 Asuhan Segala 1. Kunjungan Format Nomina 0=Tidak
Kebidanan sesuatu yang hamil Pengkajian l dilakukan
Pada Ny.S diperoleh kehamilan 1=Dilakukan
Trimester III hasil 2. Pertolongan Kunjungan
Dipuskemas wawancara persalinan
Baamang II dan 3. Kunjungan
Kotawaringin observasi Nifas
Timur pada ibu 4. Kunjungan
hamil Bayi baru
Trimester III lahir.
Sampai 5. Kunjungan
dengan aseptor KB
pelayanan
Kb
Table 1.1 Definisi Operasional

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen Penelitian merupakan alat ukur dan akan memberikan informasi
tentang apa yang kita teliti (Sappaile, 2007). Instrument yang digunakan dalam
pengambilan data untuk kasus ini menggunakan studi dokumentasi dalam bentuk
format pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas ,bayi baru lahir dan KB.

3.6 Subjek Penelitian


Menurut Arikunto (2016) subjek penelitian adalah memberi batasan subjek
penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian
melekat, dan yang dipermasalahkan. Subjek penelitian dalam penelitian ini
adalah Ny. S G3P2A0 Usia 32 Tahun Ibu Hamil Trimester 3, Pekerjaan Ibu
Rumah Tangga, Alamat Baamang Hulu 1.
3.7 Pengumpulan Data
1. Data Primer

91
Data primer di sebut juga data tangan pertama. Data primer di peroleh langsung
dari subjek peneltian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan
data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang di cari. Pada studi
kasus ini, data primer di peroleh dengan cara pemeriksaan fisik, wawancara dan
observasi
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami dengan mengumpulkan data ojektif
dilakukan pemeriksaan terhadap pasien (Walyani, 2015). Pemeriksaan fisik
pada kasus ini dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki, terutama
dilakukan pada payudar untuk mengetahui keadaan payudara Ibu.
b. Wawancara
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara wawancara langsung
responden yang di teliti, sehingga metode ini memberikan hasil secara
langsung. Wawancara dilakukan pada pasien dan keluarga pasien dengan
pedoman wawancara berupa format suhan kebidanan
c. Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan
secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau
hal- hal yang akan diteliti. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi ibu
secara menyeluruh selama kehamilan, bersalin, bayi baru lahir dan nifas.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain. Tidak langsung di
peroleh dari peneliti dari subjek penelitiannya. Biasanya data dokumentasi atau
data laporan yang telah tersedia. Studi dokumentasi semua bentuk informasi
yang berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2012) Pengumpulan data
dimulai dari rekam medik, register ANC di Puskemas Baamang II dan buku
KIA Ibu.

92
3.8 Prosedur Kerja
Merupakan pentahapan dalam suatu penelitian. Pada kerangka kerja disajikan
alur penelitian, terutama variabel yang akan digunakan dalam penelitian.
Kerangka kerja/kerangka operasional adalah pentahapan/langkah-langkah dalam
aktifitas ilmiah yang dilakukan dalam melakukan penelitian (kegiatan sejak awal
sampai akhir penelitian)
Prosedur Kerja :
1) Melakukan Pemilihan/Seleksi subjek penelitian yaitu Ibu hamil Trimester III
Di Ruangan KIA Puskesmas Baamang II
2) Melakukan Pengkajian Pada Ibu Hamil Trimester III
3) Menjelaskan tentang maksud dan tujuan dari studi kasus pada ibu hamil
Trimester III
4) Menanyakan kesedian Ibu Hamil Trimester III untuk menjadi subjek dalam
penelitian
5) Ibu hamil Trimester III mengisi surat persetujuan untuk menjadi subjek
penelitian ( Inform Consent)
6) Melakukan Asuhan Kebidanan Kehamilan Ny.S trimester III Dengan
menggunakan 7 Langkah varney dan SOAP.
7) Melakukan Asuhan Kebidanan Persalinan Ny.S Dengan menggunakan 7
Langkah varney dan SOAP.
8) Melakukan Asuhan Kebidanan Nifas Ny.S dengan menggunakan 7 Langkah
varney dan SOAP.
9) Melakukan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir(BBL) Dengan
menggunakan 7 Langkah Varney dan SOAP.
10) Melakukan Asuhan Kebidanan Aseptor KB Dengan menggunakan 7
Langkah Varney dan SOAP.

93
3.9 Pengolahan Analisis Data
Pengolohan Analisis Data menggunakan Pendokumentasi 7 Varney dan
SOAP secara sistematis dari pengkajian sampai evaluasi yang disusun sesuai
standar asuhan kebidanan.
4. Langkah-langkah (7 Langkah Varney dan SOAP )
7 langkah Varney
1) Langkah I : Pengumpulan data dasar
a) Pengkajian data ibu (data subjektif)
b) Pemeriksaan pada ibu dan janin (data objektif)
2) Langkah II : Intepretasi data dasar
Setelah data dikumpulkan, teknik yang kedua adalah melakukan
interpretasi terhadap kemungkinan diagnosis dan masalah
kebutuhan pasien hamil. Interpretasi data tersebut sebatas lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur atau tata
nama diagnosis kebidanan yang diakui oleh profesi dan
berhubungan langsung dengan praktik kebidanan, serta didukung
oleh pengambilan keputusan klinis (clinical judgment) dalam
praktik kebidanan yang dapat diselesaikan dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
3) Langkah III : Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah
potensial dan mengantisipasi penangananya.
Cara ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan diagnosis
potensia berdasarkan diagnosis masalah yang sudah teridentifikasi.
Sebagai contoh, siang hari ada seorang wanita dating ke poli KIA
dengan wajah pucat, keringat dingin, tampak kesakitan, mulas
hilang timbul, cukup bulan pemuaian perut sesuai hamil, maka
bidan berpikir: wanita tersebut inpartu, kehamilan cukup bulan dan
adanya anemia.
4) Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau
masalah potensial.

94
Cara ini dilakukan setelah masalah dan diagnosis potensial
diidentifikasi. Penetapan ini dilakukan dengan cara mengantisipasi
dan menentukan kebutuhan apa saja yang akan diberikan pada
pasien dengan melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lainnya. Sebagai contoh, pada pemeriksaan antenatal
ditemukan kadar Hb 9,5 gr% hamil 16 minggu, nafsu makan
kurang, adanya fluor albus banyak, warna hijau muda, gatal, dan
berbau. Data tersebut dapat menentukan tindakan yang akan
dilakukan seperti berkonsultasi atau berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain dan persiapan untuk menentukan tindakan yang
tepat.
5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Cara ini dilakukan dengan menentukan langkah selanjutnya
berdasarkan hasil kajian pada langkah sebelumnya dan apabila
dietmukan ada data yang tidak lengkap maka dapat dilengkapi pada
tahap ini. Pembuatan perencanaan asuhan antenatal memiliki
beberapa tujuan antara lain untuk memantau kemajuan kehamilan;
pemantauan terhadap tumbuh kembang janin, mempertahankan
kesehatan fisik, mental, dan social, deteksi dini adanya
ketidaknormalan, mempersiapkan persalinan cukup bulan dan
selamat agar masa nifas normal dan dapat menggunakan ASI
eksklusif sehingga mampu mempersiapkan ibu dan keluarga dengan
kehadiran bayi baru lahir.
6) Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Merupakan tahap pelaksanaan dari semua bentuk rencana tindakan
sebelumnya. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan
berdasarkan standar asuhan kebidanan seperti menimbang berat
badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri,
imunisasi TT, pemberian tablet zat besi, tes terhadap PMS
(Penyakit Menular Seksual) dan konseling untuk persiapan rujukan.

95
7) Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini, dievaluasi keefektifan asuhan yang telah
diberikan apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah
teridentifikasi dalam diagnosa maupun masalah (Kemenkes RI,
2016).
3) SOAP
S : Menurut jawaban klien. Data ini diperoleh melalui auto
anamnesa atau allow anamnesa (sebagai langkah I dalam
manajemen Varney).
O : Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostik
dan pendukung lain. Data ini termasuk catatan medis pasien
yang lalu (sebagai langkah I dalam manajemen Varney).
A : Analisis/interpretasi berdasarkan data yang terkumpul,
dibuat kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat
teridentifikasi diagnosa/masalah. Identifikasi diagnose /
masalah potensial. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter/konsultasi kolaborasi dan rujukan (sebagai langkah
II, III, IV dalam manajemen Varney).
P : Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan
implementasi dan evaluasi rencana berdasarkan pada
langkah V, VI, VII pada evaluasi dari flowsheet. Planning
termasuk : Asuhan mandiri oleh bidan, kolaborasi atau
konsultasi dengan dokter, tenaga kesehatan lain, tes
diagnostik/laboratorium, konseling/penyuluhan follow up.

96
3.10 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian dibuat dalam bentuk matrik, jadwal penelitian memuat point –
point sebagai berikut:

No. Kegiatan Bulan


Maret April Mei Juni Juli
Persiapan
1 Mencari
Literatur
2 Menyusun
proposal
3 Konsultasi

4 Pengetikan

5 Pemyajian
Proposal
Pelaksanaan
1 Pengumpulan
Data
2 Pengolahan data
3 Penyelesaian
Laporan
4 Menyusun KTI
5 Konsultasi
6 Seminar Ujian
7 Perbaikan
Table 1.2 Jadwal Penelitian

97
3.11 Etika penelitian
3.11.1 Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi reponden. Tujuan informed consent
adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya (Hidayat, 2014).
3.11.2 Tanpa nama
Anonymity merupakan pemberian jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur (kusioner) dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan
(Hidayat, 2014).
3.11.3 Kerahasian
Confidentiality merupakan pemberian jaminan kerahasian hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
(Hidayat, 2014).

98
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. A. H. M. Wildan. 2013. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba


Medika.

Alimul, A. A. Hidayat. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis


Data. Jakarta : Salemba Medika.

Ambarwati, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Aminin, Fidyah,Wulandari, Atika, Pratidina Lestari, Ria. 2016. Pengaruh


Kekurangan Energi Kronik dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil.
Jurnal Kesehatan. [Internet]. VOL. 5, No. 2 Hal 167-172. ISSN 2548- 5695.

Astuti H.P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta :
Rohima Press.

Deepublish Hutahaean. 2013. Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis. Yogyakarta

Husanah,Een., 2019. Rujukan Lengkap Konsep Kebidanan, Yogyakarta :

Handoko, Riwidikdo. 2009. Statistik Kesehatan: Belajar Mudah Teknik Analisis Data
Dalam Penelitian Kesehatan Plus Aplikasi Software SPSS. Yogyakarta :
Mitra Cendikia Press.

Kamariyah, dkk. 2014. Buku Ajar Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika. Kemenkes
RI. 2012. Panduan Penyelenggaraan PMT Bagi Balita Gizi Kurang dan Ibu
Hamil KEK. [Internet].

Kusmiyati, Yuni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya.

Nugroho, T., Nurrezki & Warnaliza, D., 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas
(ASKEB 3) 1st ed., Yogyakarta: Nuha Medika.

Profil dinas kesehatan kabupaten Kota Waringin Timur 2021

Saryono. 2010. Perawatan Antenatal Care Jilid II. Yogyakarta : Deepublish Soleha,

S., 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta : Salemba

99
Sukarno, I., 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas dilengkapi dengan Patologi,
Jakarta : Nuha Medika

Varney, H., Kriebes, J.M. & Gregor, C.L., 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 1 4th ed. E. Wahyuningsih et al., eds., Jakarta : EGC.

Varney, helen. 2007. Buku ajar kebidananasuhan kebidanan. Jakarta : EGC

WHO. 2015. Angka Kematian Ibu dan Bayi [Internet]. Tersedia pada
http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/EN_WHO2
015_Full.pdf. [Diakses 8 April 2023].

100
LAMPIRAN 1
Dokumentasi Kunjungan

LAMPIRAN 2
Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil

101
LAMPIRAN 3
Format Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

102
103
Lampiran 3

104
Lampiran 4

105

Anda mungkin juga menyukai