Anda di halaman 1dari 13

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.

1, 2021

FORMULASI DAN UJI DAYA HAMBAT SABUN CAIR EKSTRAK


ETANOL SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L) TERHADAP
PERTUMBUHAN Staplylococcus aureus

Rinaldi1*, Fauziah2 , Rizka Mastura3


1,2,3
Akademi Analis Farmasi dan Makanan Banda Aceh, Indonesia

Email korespondensi: erixaza79@gmail.com

ABSTRAK
Serai wangi (Cymbopogon Nardus.L) mengandung senyawa minyak atsiri, saponin,
polifenol dan flavonoid yang bersifat sebagai antibakteri. Pemanfaatan senyawa aktif serai
wangi diformulasikan ke dalam sediaan sabun cair antibakteri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui karakteristik sabun cair dan daya hambat terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus. Penelitian ini bersifat eksperimental untuk memformulasikan
sabun cair yang mengandung ekstrak etanol batang serai wangi pada konsentrasi 9% (F1),
18% (F2) dan 24% (F3). Parameter uji sediaan sabun cair meliputi uji organoleptis (bentuk,
aroma, warna), uji homogenitas, uji pH, uji tinggi busa, uji kestabilan busa, uji alkali bebas
dan uji daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan metode Kirby-
Bauer. Hasil penelitian menunjukan sediaan sabun cair pada formula F1, F2 dan F3
berbentuk cair, aroma khas serai wangi dan berwarna coklat, homogen. Nilai pH, tinggi
busa, stabilitas busa dan kadar alkali bebas sabun cair secara berurutan masing-masingnya
adalah F1 (12; 70 mm; 85,7% dan 0,14%), F2 (11, 80 mm, 87,5% dan 0,10%), F3 (10, 100
mm, 90% dan 0,08%). Diameter zona hambat formula secara berurutan yaitu 32,06 mm,
25,6 mm dan 29,2 mm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik sediaan sabun cair
ekstrak etanol batang Serai Wangi (Cymbopogon Nardus.L) memenuhi persyaratan sebagai
sabun cair. Efektivitas daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus terbesar
adalah formula pada kosentrasi 24% (F3) dengan kategori kuat.

Kata kunci: sabun cair, Formulasi, daya hambat, Staphylococus aureus

45 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.1, 2021

FORMULATION AND INHITION OF LIQUID SOAP ETHANOL


EXTRACT CITRONELLA (Cymbopogon nardus L) ON THE GROWTH
OF Staplylococcus aureus

ABSTRACT
Citronella (Cymbopogon Nardus.L) contains essential oil compounds, saponins,
polyphenols and flavonoids which are antibacterial. The use of active compounds of
Citronella is formulated into antibacterial liquid soap preparations. This study aims to
determine the characteristics of liquid soap and its inhibition against the growth of
Staphylococcus aureus. This research is experimental to formulate liquid soap containing
ethanol extract of lemongrass sticks at concentrations of 9% (F1), 18% (F2) and 24% (F3).
The test parameters for liquid soap preparations include organoleptic test (shape, aroma,
color), homogeneity test, pH test, foam height test, foam stability test, free alkaline test and
inhibition test against the growth of Staphylococcus aureus using the Kirby-Bauer method.
The results showed that the liquid soap preparations in the F1, F2 and F3 formulas were
liquid, had a distinctive aroma of Citronella and were brown in color, homogeneous. The
pH values, foam height, foam stability and free alkaline content of liquid soap were F1 (12;
70 mm; 85.7% and 0.14%), F2 (11. 80 mm, 87.5% and respectively). 0.10%), F3 (10.100
mm, 90% and 0.08%). The formula inhibition zone diameters are 32.06 mm, 25.6 mm and
29.2 mm, respectively. The conclution is the characteristics of the liquid soap with the
ethanol extract of Citronella (Cymbopogon Nardus.L) meet the requirements as liquid
soap. The greatest inhibitory effectiveness on the growth of Staphylococcus aureus was a
formula at a concentration of 24% (F3) with a strong category.

Keywords: Liquid soap, Formulation, Inhibition, Staphylococus aureus

PENDAHULUAN menimbulkan iritasi pada kulit (BSN,


1996)
Sabun cair merupakan salah satu
sediaan kosmetika berbentuk cair yang Kulit harus dijaga dan dibersihkan
digunakan untuk membersihkan kulit, dari kotoran-kotoran. Kotoran yang
terbuat dari bahan dasar sabun dan melekat pada kulit merupakan media
ditambahkan bahan lainnya seperti yang baik bagi bakteri. Sabun antibakteri
surfaktan, pengawet, penstabil busa, dapat digunakan dan dipercaya dapat
pewangi dan pewarna dan dapat membersihkan kulit sekaligus sebagai
digunakan untuk mandi tanpa pencegahan terjadinya infeksi kulit. Kulit

46 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.1, 2021

merupakan bagian terluar tubuh yang METODE PENELITIAN


secara langsung berkontak dengan
lingkungan. Infeksi pada kulit dapat Penelitian ini bersifat
menyebabkan berbagai penyakit seperti eksperimental untuk memformulasikan
dermatitis, impetigo dan selulitis. Bakteri sabun cair yang mengandung ekstrak
yang umumnya menginfeksi kulit yaitu etanol batang serai wangi pada
Staphylococcus aureus (Tong et al., konsentrasi 9% (F1), 18% (F2) dan 24%
2015). (F3). Sediaan dievaluasi dengan uji
meliputi uji organoleptis (bentuk, aroma,
Pencegahan infeksi pada kulit warna), uji homogenitas, uji pH, uji tinggi
dapat diatasi dengan penggunaan sabun busa, uji kestabilan busa, uji alkali bebas
yang mengandung senyawa bersifat dan uji daya hambat terhadap
sebagai antibakteri. Sabun antibakteri pertumbuhan Staphylococcus aureus
pada umumnya menggunakan bahan dengan metode Kirby-Bauer
kimia antibakteri Triclocarban.
Triclocarban menurut Food and Drug Bahan dan Alat
Association (FDA) dapat menyebabkan Bahan yang digunakan dalam
efek samping resistensi jika digunakan penelitian ini yaitu serai wangi
dalam jangka waktu yang lama (Cymbopogon Nardus L) yang diambil
(Sukawaty et al., 2016). dari desa Lamteuba kecamatan Seulimum
Senyawa antibakteri dari bahan Kabupaten Aceh Besar, suspensi bakteri
alam merupakan sebagai alternatif untuk Staphylacoccus aureus, minyak zaitun,
menghindari efek samping yang kalium hidroksida (KOH), Natrium
ditimbulkan oleh triclocarban. Senyawa karboksil metal selulosa (CMC), Sodium
metabolit sekunder seperti saponin, lauril sulfat, asam stearat, EDTA,
flavonoid, minyak atsiri dan senayawa fenolftalein, etanol 96%, Nutrien Agar
lainnya bersifat sebagai antibakteri (NA), Mueller Hinton Agar (MHA),
dengan daya kerja bakteriostatik atau Barium klorida hidrat (BaCl2 H2O) 1%,
bakteriosida. Asam sulfat (H2SO4) 1%,
Chloramphenichol, NaCl 0,9 %, HCl 0,1
Tanaman serai wangi telah N, kain flannel, kertas ubi dan aluminium
terbukti mempunyai aktifitas antibakteri foil.
terhadap Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus dan diketahui pula Alat yang digunakan dalam
bahwa tanaman serai wangi mengandung penelitian yaitu: pH meter, alat-alat gelas,
flavonoid, polifenol, saponin dan minyak penggaris, jarum ose, pinset timbangan
atsiri (Basuki, 2011) analitik, cawan petri, inkubator, autoklaf,
oven, blender, rotary evaporator,
penangas air.

47 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.1, 2021

Ekstrak etanol serai wangi dengan


konsentrasi ekstrak yang berbeda
PROSEDUR KERJA diformulasikan seperti pada Tabel 1
Formulasi Sabun Cair berikut.

Tabel 1. Formulasi sabun cair ekstrak etanol serai wangi


Nama Bahan F0 F1 F2 F3
Ekstrak serai 0g 9g 18 g 24 g
Minyak zaitun 30 ml 30 ml 30 ml 30 ml
KOH 40% 16 ml 16 ml 16 ml 16 ml
CMC 1g 1g 1g 1g
SLS 1g 1g 1g 1g
Asam Stearat 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g
EDTA 1g 1g 1g 1g
Parfum 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
Aq. ad 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml

Ket:
F0 = Formula sabun cair yang tidak mengandung ekstrak etanol serai wangi
F1 = Formula sabun cair yang mengandung ekstrak etanol serai wangi 9%
F2 = Formula sabun cair yang mengandung ekstrak etanol serai wangi 18%
F3 = Formula sabun cair yang mengandung ekstrak etanol serai wangi 24%

Pembuatan Ekstrak Etanol Serai selama 18 jam, kemudian diserkai


wangi. dengan kain flanel (Filtrat 1). Melalui
ampasnya ditambahkan pelarut etanol
Ditimbang Serbuk kering serai 96% sebanyak 500 mL, ditutup wadah
wangi sebanyak 50 gram masukkan ke maserasi dengan aluminium foil dan
dalam beaker glass, kemudian ditambah dibiarkan selama 6 jam sambil diaduk
500 mL etanol 96%. Ditutup wadah sesekali, diamkan kembali selama 18
maserasi dengan aluminium foil dan jam kemudian diserkai dengan kain
dibiarkan selama 6 jam pertama sambil flanel (filtrat 2), digabungkan kedua
diaduk sesekali, diamkan kembali filtrat dan diamkan selama 1 jam.

48 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.1, 2021

Dilakukan enap-tuang Lalu diuapkan Erlenmeyer, beaker glass disterilkan


diatas penangas air dengan dengan pemanasan kering di dalam oven
menggunakan cawan porselin hingga pada suhu 180˚C selama 1 jam. Ose bulat
diperoleh ekstrak kental. dipanaskan pada lampu spiritus sampai
pijar. Pinset dipijarkan diatas lampu
Pembuatan Sediaan Formula Sabun spiritus. Media biakan bakteri MHA dan
cair. NA disterilkan dengan autoklaf pada suhu
Semua bahan yang akan 121˚C selama 15 menit.
digunakan ditimbang terlebih dahulu
Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
sesuai dengan takaran yang dianjurkan.
Dimasukkan minyak zaitun sebanyak 30 Ditimbang NA sebanyak 1,4
ml ke dalam gelas kimia, kemudian gram, kemudian dimasukkan kedalam
ditambahkan dengan Kalium hidroksida Erlenmayer, ditambahkan aquadest
40% sebanyak 16 ml sedikit demi sedikit sebanyak 70 ml diaduk rata dan
sambil terus dipanaskan pada suhu 50◦C dipanaskan sampai larut, lalu disterilkan
hingga mendapatkan massa pasta kental. dalam autoclave pada suhu 121˚C selama
Massa pasta ditambahkan dengan kurang 15 menit ditunggu sampai dingin antara
lebih 15 ml aquades, lalu dimasukkan 45˚C. Lalu bagikan ke dalam 3 petridis,
Natrium karboksil metal selulosa (CMC) masing-masing 20 ml. tunggu sampai
yang telah dikembangkan dalam aquades memadat kemudian dibungkus dengan
panas, diaduk hingga homogen. kertas ubi disimpan dalam kulkas
Kemudian ditambahkan asam stearat, sebelum digunakan.
diaduk hingga homogen. Ditambahkan
Sodium lauril sulfat, diaduk hingga Pembuatan Media Mueller Hinton
homogen. Ditambahkan EDTA, lalu Agar (MHA)
diaduk hingga homogen. Dimasukkan Timbang MHA sebanyak 2,38
ekstrak Serai (Cymbopogon nardus L.) gram, dimasukkan kedalam Erlenmeyer,
pada masing-masing formula, pada lalu ditambahkan aquadest sebanyak 70
formula F0 tanpa ekstrak serai, formula ml. diaduk rata dengan batang pengaduk
F1 (9 g) formula F2 (18 g), dan formula dan dipanaskan sampai mendidih.
F3 (24 g) diaduk hingga homogen. Kemudian, disterilkan dalam autoclave
Campuran ditambahkan dengan aquades pada suhu 121˚C selama 15 menit, setelah
hingga volumenya 100 ml, dimasukkan itu dikeluarkan dari autoclave dan biarkan
ke dalam wadah botol bersih yang telah agak dingin pada suhu 45˚C (MHA
disiapkan. didinginkan agar tidak terjadi kondensasi
Sterilisasi alat air pada saat penuangan). Lalu bagikan
kedalam 3 petridis, masing-masing 20 ml.
Alat-alat yang tahan pemanasan
tunggu sampai memadat kemudian
seperti cawan petri, tabung reaksi,

49 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.1, 2021

dibungkus dengan kertas ubi disimpan Uji Homogenitas


dalam kulkas sebelum digunakan.
Uji homogenitas gel dilakukan
Pembuatan Suspensi Standar Mc dengan mengambil lebih kurang 0,5gram
Farland 0,5 gel pada masing-masing formula.
Kemudian dioleskan pada plat kaca,
Suspensi Mc Farland dibuat diraba dan digosokkan, massa gel harus
dengan mencampurkan 0,05 ml larutan menunjukkan susunan yang homoge
barium klorida hidrat (BaCl2 H2O) 1% dengan indikator tidak terasa adanya
ditambahkan 9,95 ml asam sulfat (H2SO4) bahan padat kasar pada kaca.
1% kemudian dimasukkan kedalam
tabung yang memakai tutup dan ditutup Uji pH
dengan kuat.
Pengukuran pH dilakukan
Pembuatan Kultur Bakteri dengan menggunakan pH meter. Alat
Staphylococcus aureus dicelupkan kedalam sampel gel yang
telah diencerkan dengan akuades,
Biakan bakteri Staphylococcus diamkan beberapa saat dan hasilnya
aureus digoreskan sebanyak satu ose pada dicatat disesuaikan pH kulit. pH sediaan
media Nutrient Agar (NA) secara zig-zag. yang memenuhi kriteria pH kulit yaitu
Kemudian diinkubasi di dalam inkubator dalam interval 4,5 - 6,5.
pada suhu 37˚C selama 24 jam.
Uji Tinggi Busa
Pembuatan Suspensi Bakteri
Staphylococcus aureus Busa merupakan salah satu
parameter yang paling penting dalam
Bakteri Staphylococcus aureus menentukan mutu produk-produk
diambil sedikit demi sedikit dengan kosmetik, terutama sabun. Tujuan
menggunakan ose bulat, kemudian pengujian busa adalah untuk melihat
disuspensikan tabung reaksi yang telah daya busa dari sabun cair. Busa yang
diisi NaCl 0,9% steril, lalu suspensi stabil dalam waktu lama lebih diinginkan
tersebut dibandingkan kekeruhannya karena busa dapat membantu
hingga sama dengan standar Mc.Farland membersihkan tubuh Dimasukkan
0,5. formula sabun ke dalam tabung berskala
Pemeriksaan organoleptik yang berisi 10 ml aquades dan kemudian
di tutup. Tabung dikocok selama 20
Pemeriksaan organoleptik detik dan diukur tinggi busa yang
meliputi bentuk, warna, bau. Pengamatan terbentuk.
dilakukan secara visual terhadap sediaan
sabun cair. Uji Kestabilan Busa

50 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.1, 2021

Stabilitas busa dinyatakan ml aquades dan kemudian di tutup.


sebagai ketahanan gelembung sabun Tabung dikocok selama 20 detik dan
untuk mempertahankan ukuran atau diukur tinggi busa yang terbentuk.,
ketahanan pecahnya lapisan film dari tabung didiamkan selama 5 menit,
gelembung. Stabilitas busa setelah 5 kemudian diukur lagi tinggi busa yang
menit busa harus mampu bertahan antara dihasilkan setelah 5 menit.Kemudian
60-70% dari volume awal. Dimasukkan dicatat dan dihitung.
ke dalam tabung berskala yang berisi 10

Uji Alkali Bebas sekitar 5 g, kemudian dimasukkan ke


dalam gelas piala 250 ml. Selanjutnya
Uji asam lemak bebas atau alkali ditambahkan 100 ml alkohol 96%, batu
bebas bertujuan untuk mengetahui asam didih serta beberapa tetes larutan
lemak bebas yang berada dalam sampel indikator fenolftalein. Lalu dipanaskan
sabun, tetapi tidak terikat sebagai di atas penangas selama 30 menit sampai
senyawa natrium ataupun trigliserida mendidih. Bila larutan berwarna ungu
(lemak mineral). Sedangkan alkali bebas kemudian dititrasi dengan larutan HCl
menunjukkan banyaknya alkali dalam 0,1 N dalam alkohol sampai warna ungu
sabun yang tidak terikat sebagai tepat hilang.
senyawa. Sampel sabun cair ditimbang

Uji Daya Hambat tersebut diletakkan disk yang


sebelumnya telah direndam dengan
Media yang sudah dibuat disweb- larutan kontrol positif Chloramphenichol
kan secara merata suspensi bakteri (K+), kontrol negatif Aquadest (K-) dan
dengan menggunakan lidi kapas steril sampel uji (formula sabun cair ekstrak
dibiarkan agar suspensi terserap pada etanol batang serai wangi) pada F0, F1,
media. Kemudian di dalam cawan petri F2 dan F3 menggunakan pinset steril.

51 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.1, 2021

Perlakuan dilakukan secara triplo untuk stabilitas busa dan kadar alkali bebas
memastikan hasil yang didapat. dapat dilihat pada Tabel 2.
Selanjutnya semua media diinkubasi ke
dalam inkubator suhu 350C selama 24 Uji organoleptis dimaksudkan
jam. Kemudian diukur diameter zona untuk menilai sediaan terhadap
bening yang terbentuk dengan keberterimaan produk pada penampilan
menggunakan penggaris millimeter. fisik sabun. Penilaian tersebut meliputi
Aktivitas antibakteri diperoleh dengan bentuk, warna dan aroma. Sabun
mengukur zona bening pada media dibentuk dari campuran asam lemak
(Surjowardojo et al., 2015). (gliserida) yang terdapat pada minyak
zaitun dengan basa kuat KOH. Reaksi
HASIL DAN PEMBAHASAN yang terjadi disebut sebagai reaksi
penyabuanan atau safonifikasi
Hasil uji organoleptis dan kimia (Widyasanti et al., 2019)
sediaan gel yang meliputi uji
organoleptis (bentuk, warna, dan bau),
uji homogenitas, uji pH, Tinggi busa,

Tabel 2. Hasil evaluasi fisik dan kimia sediaan sabun cair ekstrak etanol serai wangi

No Parameter Uji F0 F1 F2 F3
1 Organoleptis Cair, kuning Cair, cokelat, Cair, Cair, cokelat,
aroma khas aroma khas cokelat, aroma khas
serai serai aroma khas serai
serai
2 Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
3 pH 12 12 11 10
4 Tinggi Busa 55 mm 70 mm 80 mm 100 mm
5 Stabilitas busa 72,72% 85,71% 87,5% 90%
6 Kadar alkali bebas 0,3% 0,14% 0,10% 0,8%

Komposisi yang sesuai (berwarna cokelat). Sesuai dengan


memberikan bentuk sediaan sabun yang parameter fisik sediaan, bahwa formula
baik. Semua formula sediaaan sabun sudah memenuhi persyaratan sebagai
berbentuk cair, berwarna kuning sampai sabun cair. Syarat mutu sabun cair selain
cokelat dan beraroma khas ekstrak serai. kriteria fisik (bentuk, bau dan aroma)
Pada formula F0 bentuknya berbeda adalah derajat keasaman (pH). Nilai pH
dengan formula yang lainnya. Hal ini pada formula berkisar antara pH 10-12.
disebabkan pada formula ini tidak Penetapan nilai pH bertujuan untuk
terdapat ekstrak etanol serai wangi mengetahui tingkat keasaman yang

52 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.1, 2021

dimiliki oleh sabun cair. Secara umum lapisan tanduk kulit membengkak atau
produk sabun cair memiliki pH yang menjadi iritasi akibat kenaikan
cenderung basa (Wasitaatmaja, 1997). permeabilitas kulit dan mempercepat
hilangnya mantel asam lemak pada
Bahan dasar penyusun sabun cair permukaan kulit (Wasitaatmaja, 1997).
tersebut yaitu KOH sehingga
menghasilkan reaksi saponifikasi dengan Parameter lainnya yang
lemak-minyak, atau detergen sintetis dilakukan adalah busa sabun.
yang memiliki nilai pH di atas pH netral. Karakteristik busa sabun dipengaruhi
Permukaan kulit memiliki pH berkisar oleh kandungan bahan aktif sabun atau
antara 5,5-6,0. Nilai ini dipengaruhi surfaktan pada sediaan. Zat pembusa
kadar sel tanduk yang terlepas dan bekerja untuk menjaga agar busa tetap
pengotor lainnya yang melekat pada terbungkus dalam lapisan-lapisan tipis,
kulit. pH sabun yang masih dapat molekul gas terdispersi dalam campuran.
diterima baik oleh kulit berkisar antara Pada formula sabun tinggi busa berkisar
pH 8-11. Pada formula yang dihasilkan antara 55 mm-100 mm. Semakin besar
hanya pada formula F2 dan F3 yang ekstrak etanol serai yang terdapat pada
sesuai standar. Jika pH sabun cair tidak formula maka semaikin tinggi busa yang
sesuai dengan persyaratan yang telah dihasilkan. Seperti pada Gambar 1.
ditetapkan, maka akan menyebabkan

53 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.1, 2021

Perbedaan tinggi busa antara bebas berkisar antara 0,03% - 0,14%.


Formula disebabkan kandungan senyawa Perbedaan nilai kandungan alkali bebas
saponin pada formula, formula dengan yang terdapat dalam formula sabun cair,
kandungan ekstrak etanol yang tinggi disebabkan karena pada pembuatan basis
menyebabkan secara tidak langsung sabun cair dilakukan pemanasan yang
mengandung saponin yang lebih banyak lama hingga sabun menjadi pasta yang
sehingga busa yang terbetuk semakin kering sehingga kalium hidroksida yang
tinggi. Disamping itu juga stabilitas busa merupakan salah satu pembentukan basis
semakin lebih baik. Busa yang terbentuk sabun sudah bereaksi dengan lemak atau
akan lama bertahan yang pada akhirnya minyak zaitun.
berkurang. Campuran yang mengandung
bahan aktif sabun akan menghasilkan Daya Hambat Sabun Cair
busa yang stabil bila dicampur dengan Formula sediaan sabun cair
air. Gelembung gas yang terbentuk sulit ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon
pecah dikarenakan lapisan tipis terbentuk Nardus. L) dengan kosentrasi yang
dengan kuat (Mumpuni dan Sasongko, berbeda-beda yaitu 0% (F0), 9% (F1),
2017). 18% (F2) dan 24% (F3) dilakukan
Berdasarkan SNI, standar alkali pengujian efektivitas daya hambat
bebas pada sabun cair yaitu maksimal terhadap Staphylacoccus aureus. Hasil
0,1%. Hal ini menunjukan bahwa sabun pengujian efektivitas daya hambat sabun
cair ekstrak etanol serai wangi sesuai cair ekstrak etanol serai wangi dapat
dengan persyaratan yaitu kadar alkali dilihat pada Tabel 3.

No Formula/ perlakuan Rerata Diameter Zona Kategori Zona


Hambat
1 F0 19,6 mm Kuat
2 F1 22,0 mm sangat kuat
3 F2 24,6 mm sangat kuat
4 F3 39,2 mm sangat kuat
5 K+ 41,4 mm sangat kuat
6 K- - -
Keterangan:
F0 (formula koesentrasi 0%),
F1 (formula kosentrasi 9%),
F2 (formula kosentrasi 18%),
F3 (formula kosentrasi 24%),
K+ (kontrol positif)
K- (kontrol negatif)

54 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.1, 2021

Karakteristik zona hambat yang ditandai dengan daerah bersih disekitar


terjadi pada masing masing formula cakram, seperti pada Gambar 2.

dan F3 lebih baik dari F0 karena terdapat


Berdasarkan Tabel 3 hasil yang ekstrak etanol sereh wangi yang terbukti
diperoleh bahwa diameter zona hambat mengandung senyawa sekunder yang
sediaan sabun cair pada formula F0, F1, bersifat sebagai anti bakteri. Adanya
F2 dan F3 mengalami peningkatan. aktivitas antibakteri ditandai dengan
Formula F0 yang tidak mengandung adanya zona atau wilayah transparan
ekstrak etanol sereh wangi memberikan disekitar cakram. Zona yang terbentuk
penghambatan pertumbuhan terhadap berbeda-beda tergantung jenis dan
bakteri, hal ini disebabkan oleh komposisi konsentrasi zat antibakteri pada cakram.
dari formula sabun itu sendiri yang Semakin luas zona yang terbentuk akan
mengandung minyak zaitun. Minyak semakin besar diameter penghambatan
zaitun atau disebut dengan olive oil pada artinya semakin kuat zat antibakterinya
formulasi berfungsi sebagai bahan dasar (Aziz, 2019).
sabun, selain itu senyawa oleoropein
dalam minyak zaitun ternyata efektif SIMPULAN
mengganggu pertumban bakteri.
Oleoropein dapat merusak membran dan Formulasi sabun cair ekstrak etanol
peptidoglikan sel bakteri sehingga serai wangi (Cymbopogon Nardus.L)
pertumbuhan bakteri terhambat (Pratama berdasarkan evaluasi karakteristik sediaan
dan Andi, 2017). sabun cair memenuhi persyaratan sebagai
Hasil formulasi sabun (F1, F2 dan sabun cair dan efektivitas daya hambat
F3) membuktikan bahwa formula sabun terhadap pertumbuhan Staphylococcus
cair yang mengandung ekstrak etanol aureus terbesar adalah formula F3
serai wangi memberikan aktivitas (kosentrasi ekstrak 24%) dengan kategori
antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri kuat.
Staphylococcus aureus. Formula F1, F2

55 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.1, 2021

UCAPAN TERIMAKASIH surakarta. Vol.7, No.1. 2017, Hal.


71-78 ISSN: 2088 4559.
Terima kasih pada keluarga, teman-
teman, dosen, staf sekretariat dan Pratama N dan Andi Ilham. Pengaruh
laboratorium atas masukan dan banyak Kadar Minyak Zaitun dalam Krim
membantu selama proses berlangsung, Ekstrak Daun Camelia Sinensis L
Terhadap Karakteristik Fisik dan
DAFTAR PUSTAKA Aktivitas Antibakteri S.aureus.
Skripsi Program Studi Farmasi
Aziz. Analisis in vitro aktivitas Fakultas Ilmu Kesehatan
antibakteri daun sisik naga Universitas Muhammadiyah
(Drymoglossum pilosellaoides) Malang. 2017.
terhadap bakteri Vibrio harveyi
dan Vibrio parahaemolyticus. Sukawaty Y, Husul W, Ananda VA.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Formulasi sediaan sabun mandi
Kelautan, Universitas Borneo padat ekstrak etanol umbi bawang
Tarakan. 2019. Journal of tiwai (Eleutherine bulbosa (mill.)
Aquaculture and Fish Health Vol. Urb.). Akademi Farmasi
8 No.2. Samarinda. Media Farmasi vol. 13
no. 1. 2016 : 14-22
Badan Standarisasi Nasional. Standar
Nasional Indonesia. Sabun Mandi Surjowardojo P, Tri E.S, Gabriel R.Sirait.
Cair. Jakarta. 1996. Pp 1-10. Daya hambat dekok kulit apel
manalagi (Malus sylvestrs Mill.)
Basuki D. Aktifitas Antibakteri Ekstrak terhadap pertumbuhan
Etil Asetat Tanaman Serai Staphylococcus aureusdan
(Cymbopogon nardus (L.) Rendle) Pseudomonas sp. penyebab
Terhadap Escherichia coli Dan mastitis pada sapi perah. Fakultas
Staphylococcus aureus Peternakan, Universitas
Multiresisten Serta Brawijaya, Malang. 2015. J.
Bioautografinya. Skripsi Jurusan Ternak Tropika Vol. 16, No.2: 40-
Farmasi Fakultas Farmasi 48.
Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2011. Tong, S.Y.T., Davis, J.S., Eichenberger,
E., Holland, T.L., Fowler, F.G.
Mumpuni A.S dan Sasongko Heru.‘Mutu Staphylococcus aureus infections:
Sabun Transparan Ekstrak Etanol Epidemiology, pathophysiology,
Herba Pegagan (Centella asiatica clinical manifestations, and
L.) setelah Penambahan Sukrosa. management. Clinical
Universitas sebelas maret,

56 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.1, 2021

Microbiology Reviews, 2015. Mandi Cair Berbahan baku


28(3), 603-66. Minyak Kelapa Dengan Berbagai
Variasi Konsentrasi Ekstrak Teh
Wasitaatmadja, S.M. Penuntun Ilmu Putih. Departemen Teknik
Kosmetik Medik. Penerbit Pertanian Universitas Padjadjaran,
Universitas Indonesia. Jakarta. Bandung. 2019. Agrointek Vol.13
1997. No.2. DOI:
Widyasanti A, Adryani TW dan http://dx.doi.org/10.21107/agroint
Rosalinda S. Pembuatan Sabun ek.v13i2.5102.

57 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i1.115

Anda mungkin juga menyukai