Anda di halaman 1dari 5

1.

Perbedaan subjek pajak luar negeri dan dalam negeri sebenarnya terletak pada
pemenuhan kewajiban pajak.

1. Perbedaan Berdasarkan Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan yang dikenai pajak dari subjek pajak luar negeri adalah gabungan
pendapatan dari Indonesia dan dari negara lain. Berbeda halnya dengan subjek pajak
dalam negeri yang pajaknya hanya dikenakan atas sumber penghasilan di Indonesia.

2. Perbedaan Berdasarkan Tarif Pajak

Penetapan jumlah pajak untuk subjek pajak dalam negeri adalah berdasarkan penghasilan
bruto dan menggunakan tarif umum. Untuk subjek pajak luar negeri, jumlah pajak yang
harus dibayarkan adalah berdasarkan penghasilan bruto dan tarif pajaknya sepadan atau
tunggal.

3. Kewajiban Penyampaian SPT

Subjek pajak dalam negeri memiliki kewajiban untuk menyampaikan SPT atau Surat
Pemberitahuan Tahunan mengenai pajak penghasilannya. SPT ini merupakan sarana
wajib pajak untuk bisa menetapkan pajak milik mereka yang terutang selama satu tahun
pajak. Sebaliknya, subjek pajak luar negeri tidak memiliki kewajiban untuk
menyampaikan SPT mengenai pajak penghasilan. Pasalnya, kewajiban pajak yang
mereka penuhi akan melalui pemotongan pajak yang bersifat final. Demikian informasi
tentang pengertian subjek pajak luar negeri, dasar hukum, komponen, dan perbedaannya
dengan subjek pajak dalam negeri. Subjek pajak luar negeri adalah mencakup orang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau menetap tidak lebih dari 183 hari dalam 12 bulan.
Selain itu, pajak tersebut juga dikenakan pada bisnis yang tidak didirikan di dalam negeri,
namun beroperasi di Indonesia.

2. Bagaimana menghitung PPh 26

Tarif Dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 26


1. 20% (dua puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri berupa :
a. dividen;
b. bunga, premium, diskonto, premi swap, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian hutang;
c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e. hadiah dan penghargaan
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
h. keuntungan karena pembebasan utang.
2. 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto berupa :
a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;
b. premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun
melalui pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.
c. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (3c)
3. 20% (dua puluh persen) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak
dari suatu BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali
di Indonesia.
4. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara
Indonesia dengan negara pihak pada persetujuan dengan menunjukkan Surat
Keterangan Domisili.
5. Tarif PPh Pasal 26 bersifat Final.
atau lebih jelas lagi yaitu:
a.Dividen = 20 %,dan merupakan pajak Final

b.bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan


pengembalian utang = 20 dan merupakan pajak Final

c. Royalti = 20 %,merupakan pajak Final


d. Sewa = 20 %dan merupakan pajak Final

e.Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta = 20,pajak Final

f. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan=20 %,pajak Final

g. Hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apa pun= 20 %, pajak Final

h. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya= 20 , pajak Final

i.Atas penghasilan dari penjualan harta di Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4
ayat (2)=20 %,pajak Final

j.Premi asuransi dan premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui pialang
kepada perusahaan asuransi di luar negeri=20 %.Diatur dalam KMK :
624/KMK.04/1994.pajak Final

k.Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha (BUT) tetap
di Indonesia kecuali ditanamkan kembali di Indonesia (diatur oleh KMK
602/KMK.04/1994)=20 %,pajak Final

Dalam hal terdapat Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B), Tarif berdasarkan
P3B antara Indonesia dengan negara domisili penerima hasil yang dipergunakan
3. Siapa Pemotongnya?

Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26, meliputi :


      a. pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan,
baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit
yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun,
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
      b. bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk
bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat
termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi
atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya,
dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang
membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan;
      c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun
dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua;
      d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan yang membayar :
        1. honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa dan/atau kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak
dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya
sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya ;
        2. honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan
oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar
negeri;
        3. honorarium atau imbalan lain kepada peserta
pendidikan, pelatihan, dan magang;
      e. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah,
organisasi yang bersifat nasional dan internasional,
perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium,
hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan
suatu kegiatan.
    (2) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai
kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah :
      a. kantor perwakilan negara asing;
      b. organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak
Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Kuangan;
      c. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata
mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan
rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
    (3) Dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, organisasi
internasional dimaksud merupakan pemberi kerja yang
berkewajiban melakukan pemotongan pajak.

4. Objek PPh 26?

Tarif Dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 26


1. 20% (dua puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri berupa :
a. dividen;
b. bunga, premium, diskonto, premi swap, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian hutang;
c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e. hadiah dan penghargaan
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
h. keuntungan karena pembebasan utang.
2. 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto berupa :
a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;
b. premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun
melalui pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.
c. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (3c)
3. 20% (dua puluh persen) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak
dari suatu BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali
di Indonesia.
4. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara
Indonesia dengan negara pihak pada persetujuan dengan menunjukkan Surat
Keterangan Domisili.
5. Tarif PPh Pasal 26 bersifat Final.
atau lebih jelas lagi yaitu:
a.Dividen = 20 %,dan merupakan pajak Final

b.bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian
utang = 20 dan merupakan pajak Final

c. Royalti = 20 %,merupakan pajak Final


d. Sewa = 20 %dan merupakan pajak Final

e.Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta = 20,pajak Final

f. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan=20 %,pajak Final

g. Hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apa pun= 20 %, pajak Final

h. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya= 20 , pajak Final

i.Atas penghasilan dari penjualan harta di Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat
(2)=20 %,pajak Final

j.Premi asuransi dan premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui pialang kepada
perusahaan asuransi di luar negeri=20 %.Diatur dalam KMK : 624/KMK.04/1994.pajak Final

k.Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha (BUT) tetap di
Indonesia kecuali ditanamkan kembali di Indonesia (diatur oleh KMK 602/KMK.04/1994)=20
%,pajak Final

Dalam hal terdapat Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B), Tarif berdasarkan P3B
antara Indonesia dengan negara domisili penerima hasil yang dipergunakan

5. Dasar Hukum?
a. UU No 36 Tahun 2008
b. Per 16 Pj tahun 2016
c. KMK 602/KMK.04/1994
d. PMK No 252/PMK.03/2008

Anda mungkin juga menyukai