JAWABAN :
a. Fungsi biaya merupakan formula untuk menentukan seberapa besar sensitivitas biaya.
Format umum dari sebuah fungsi biaya adalah: y = a + bX. Saat ini anda diminta
membuat dan menghitung sebuah fungsi biaya untuk suatu alternatif biaya. Perusahaan
anda mendapat tawaran kerjasama penggunaan listrik dari PLN. Rata-rata penggunaan
listrik perusahaan anda adalah 15.000kwh setiap bualnnya. Anda memiliki 2 (dua)
alternatif:
a) Tidak bekerjasama dengan PLN, membayar tarif per kwh Rp1.400 tanpa beban tetap
bulanan
Tarif biaya alternatif :
y = 1400x
huruf y mewakili penggunaan listrik dan huruf x mewakili jumlah kwh
penggunaan listrik. Setiap kwh yang bertambah satu maka biayapun
akan bertambah sebesar Rp1400.
Dari fungsi biaya tersebut dapat dihitung besar biaya dari alternatif ini
dengan penggunaan rata-rata listrik 15.000kwh
x = 15.000 kwh
y = 1.400x
= 1.400 X 15.000
= Rp21.000.000
Fungsi biaya tersebut dapat digambarkan grafik sebagai berikut :
b. Menerima tawaran kerjasama PLN, beban tetap penggunaan listrik sebesar Rp2.000.000
dan biaya per kwh sebesar Rp1.100.
x = 15.000 kwh
y = 2.000.000+1.100x
= 2.000.000 + (1.100 X 15.000)
= Rp18.500.000
Fungsi biaya tersebut dapat digambarkan grafik sebagai berikut :
Berdasarkan fungsi biaya dari kedua alternatif tersebut, pilihan alternatif terbaik untuk
perusahaan adalah alternatif b yaitu menerima tawaran kerjasama PLN, beban tetap
penggunaan listrik sebesar Rp2.000.000 dan biaya per kwh sebesar Rp1.100. Hal ini
dikarenakan alternative tersebut memiliki biaya yang lebih sedikit dalam penggunaan
listrik yang sama
c. Fungsi biaya (cost function) merupakan suatu bentuk penjelasan atas sensitivitas biaya
terhadap perubahan aktivitas-aktivitas tertentu, yang tersajikan dengan rumus
matematika. Fungsi biaya dapat digunakan untuk melihat besarnya biaya dan perubahan
nilainya. Untuk menentukan fungsi biaya, kita dapat menggunakan cara formal dengan
4 (empat) macam metode. Dapatkah saudara menjabarkan ke empat metode tersebut
beserta kelemahannya!
1. Perbedaan subjek pajak luar negeri dan dalam negeri sebenarnya terletak pada pemenuhan
kewajiban pajak.
Penghasilan yang dikenai pajak dari subjek pajak luar negeri adalah gabungan
pendapatan dari Indonesia dan dari negara lain. Berbeda halnya dengan subjek pajak
dalam negeri yang pajaknya hanya dikenakan atas sumber penghasilan di Indonesia.
Penetapan jumlah pajak untuk subjek pajak dalam negeri adalah berdasarkan
penghasilan bruto dan menggunakan tarif umum. Untuk subjek pajak luar negeri,
jumlah pajak yang harus dibayarkan adalah berdasarkan penghasilan bruto dan tarif
pajaknya sepadan atau tunggal.
Subjek pajak dalam negeri memiliki kewajiban untuk menyampaikan SPT atau Surat
Pemberitahuan Tahunan mengenai pajak penghasilannya. SPT ini merupakan sarana
wajib pajak untuk bisa menetapkan pajak milik mereka yang terutang selama satu tahun
pajak. Sebaliknya, subjek pajak luar negeri tidak memiliki kewajiban untuk
menyampaikan SPT mengenai pajak penghasilan. Pasalnya, kewajiban pajak yang
mereka penuhi akan melalui pemotongan pajak yang bersifat final. Demikian informasi
tentang pengertian subjek pajak luar negeri, dasar hukum, komponen, dan perbedaannya
dengan subjek pajak dalam negeri. Subjek pajak luar negeri adalah mencakup orang
tidak bertempat tinggal di Indonesia atau menetap tidak lebih dari 183 hari dalam 12
bulan. Selain itu, pajak tersebut juga dikenakan pada bisnis yang tidak didirikan di
dalam negeri, namun beroperasi di Indonesia.
2. Bagaimana menghitung PPh 26
1) Tarif Dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 26 20% (dua puluh persen) dari jumlah
penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri berupa:
dividen;
bunga, premium, diskonto, premi swap, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian hutang
royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
hadiah dan penghargaan
pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
keuntungan karena pembebasan utang.
3. Siapa Pemotongnya?
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26, meliputi :
a. pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat
maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai
atau bukan pegawai;
b. bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang
kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah,
instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan
Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan
lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua;
d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan
yang membayar :
1. honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa
dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek
Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas
nama persekutuannya ;
2. honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek
Pajak luar negeri;
3. honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan
magang;
e. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya
yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.
(1) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan
pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah :
a. kantor perwakilan negara asing;
b. organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kuangan;
c. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas.
(2) Dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b, organisasi internasional dimaksud merupakan pemberi kerja
yang berkewajiban melakukan pemotongan pajak.
dividen;
bunga, premium, diskonto, premi swap, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian hutang;
royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
hadiah dan penghargaan
pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
keuntungan karena pembebasan utang.
3. 20% (dua puluh persen) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak
dari suatu BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali
di Indonesia.
4. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara
Indonesia dengan negara pihak pada persetujuan dengan menunjukkan Surat
Keterangan Domisili
5. Tarif PPh Pasal 26 bersifat Final.atau lebih jelas lagi yaitu:
5. Dasar Hukum?
A. UU No 36 Tahun 2008
B. Per 16 Pj tahun 2016
C. KMK 602/KMK.04/1994
D. PMK No 252/PMK.03/2008
LAB. PAJAK PENGHASILAN
I
Instruksi : Mohon jawab pertanyaan dibawah ini
1. Pada Mei 2022 Tn. A memiliki NPWP dengan status Menikah dan mempunyai
tiga anak, Tn. A bekerja (pegawai tetap) di perusahaan PT. Terbuka memperoleh
gaji sebesar Rp 10.000.000 perbulan dan THR sebesar Rp 20.000.000. Perusahaan
mengikuti program BPJS Tenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Perusahaan
membayarkan iuran Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar 3,70% dari gaji, Premi
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar 0,24% dari gaji, Jaminan Kematian (JKM)
sebesar 0,30% dari gaji, dan Jaminan Pensiun (JP) sebesar 2,00% dari gaji.
Sedangkan Tn. A membayar iuran Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar 2,00% dari gaji
dan Jaminan Pensiun (JP) sebesar 1,00% dari gaji. Perusahaan membayarkan juga
premi sebesar 4,00% dari gaji, Sedangkan Tn. A membayar premi sebesar 1,00%
dari gaji.
Hitunglah PPh 21 terutang bulan Mei 2022?
2. Tn. A memiliki NPWP dengan status belum menikah, pada Januari 2022 bekerja
(pegawai tidak tetap) di PT. Terbuka selama 15 hari dan menerima upah harian
sebesar Rp 500.000. Hitunglah PPh 21 terutang hari ke-1 sampai dengan hari ke-
15?