(FILM)
Disusun Oleh :
Nama : ARIF KURNIAWAN
Kelas : XI MIPA 1
A. Identitas Film
Death on the Nile merupakan film thriller misteri yang disutradarai oleh Kenneth
Branagh dari skenario Michael Green. Film Death on the Nile adalah sekuel dari Murder on
the Orient Express yang diangkat dari novel karya penulis Agatha Christie tahun 1937 dengan
judul sama. Film tersebut juga adaptasi layar ketiga dari novel Christie, setelah film tahun
1978 dan sebuah episode dari serial televisi Agatha Christie's Poirot yang disiarkan pada
tahun 2004.
Film yang diskenario Michael Green ini dibintangi oleh Branagh, Tom Bateman,
Annette Bening dan Russell Brand, Ali Fazal, Dawn French, Gal Gadot, Armie Hammer,
Rose Leslie, Emma Mackey, Sophie Okonedo, Jennifer Saunders, dan Letitia Wright.
Pengambilan gambar utama Death on the Nile dimulai pada September 2019, dengan
pembuatan film berlangsung di Longcross Studios di Inggris dan di lokasi di Maroko, dan
selesai pada bulan Desember itu. Berdurasi 127 menit, film ini akan dirilis secara teatrikal
pada 11 Februari 2022 oleh 20th Century Studios. Rilis film ini telah tertunda beberapa kali
karena pandemi COVID-19 dan tuduhan pelecehan seksual terhadap Hammer, sejak tanggal
rilis aslinya 20 Desember 2019.
C. Sinopsis
Belgia saat Perang Dunia I, sekelompok pasukan yang di dalamnya ada
Hercule Poirot melintasi medan perang untuk mengambil alih jembatan dari
musuhnya. Mereka berhasil membuat serangan kejutan dan memukul mundur
pasukan musuh.
Semua berkat kejelian Poirot dalam melihat gejala pergerakan burung dan arah
angin. Sayang, komandan mereka menginjak ranjau dan meledakkan jembatan. Saat
dirawat di barak militer, Poirot dikunjungi oleh Katherine, istriya. Katherine berjanji
untuk tidak meninggalkan Poirot apapun yang terjadi. Poirot memperlihatkan luka di
wajahnya dan Katherine bilang bahwa Poirot harus menumbuhkan kumis.
Poirot dengan senang hati untuk menghadirinya. Pasangan pengantin baru itu
adalah Simon dan Linnet. Namun, pesta terusik dengan kedatangan Jacqueline.
Keesokan harinya, Linnet dan Simon bertemu Poirot di pasar dan meminta
bantuannya untuk bicara kepada Jacqueline tentang kehadirannya di setiap tempat
mereka berada.
Poirot menolak bayaran yang hendak diberikan, tetapi dia tetap berbicara
kepada Jacqueline dimana wanita itu mencurahkan isi hatinya bahwa dia masih
mencintai Simon dan memperlihatkan pistol kecil di dalam tasnya.
Poirot memberi tahu Linnet dan Simon serta menyarankan mereka mengakhiri
bulan madu dan segera pulang ke rumah demi keamanan mereka. Tapi nyatanya,
Linnet dan Simon malah meneruskan rencana bulan madu mereka dengan
mengundang teman-teman mereka untuk berlayar menyusuri Sungai Nil dengan kapal
Karnak, termasuk Poirot.
Saat sampai di Kuil Abu Simbel, Linnet dan Simon hampir saja tertimpa batu
yang terjatuh dari atas. Setelah berlindung di dalam kuil karena menghindari badai
gurun, mereka kembali ke kapal dan menemukan Jacqueline sudah berada di atasnya.
Kehadiran Jacqueline cukup mengintimidasi Linnet dan Simon, bahkan kemudian
Simon menghardik Jacqueline di bar. Tiba-tiba, Jacqueline menembak Simon dan
melukai kakinya. Jacqueline diamankan dan dijaga oleh perawat ibu baptis Linnet.
Sementara Simon diobati oleh dokter Linus.
Poirot bangun di pagi hari karena teriakan Louise yang menemukan Linnet
tewas dengan luka tembakan di kepalanya. Poirot segera mewawancarai satu persatu
penumpang untuk menemukan petunjuk siapa pelakunya. Investigasi terus berjalan,
muncul lagi satu korban, yaitu Louise yang terjerat di roda pengayuh kapal. Poirot
menemukan bukti beberapa lembar uang di saku baju Louise yang tewas karena luka
di lehernya yang tergorok oleh sebuah pisau bedah.
Dan, Bouc mengetahui siapa pelaku pembunuhan Louise. Saat hendak berkata,
Bouc ditembak dan tewas. Poirot mengejar sang penembak tapi tertinggal, hanya
menemukan pistolnya saja. Dalam perasaan berduka, Poirot mengumpulkan semua
penumpang dalam satu ruangan dan mengunci semua pintu. Poirot membeberkan
semua fakta yang dia temukan dan mengungkap siapa pelaku pembunuhan Linnet,
Louise dan Bouc.
1. Aktor dan aktris film Death On The Nile memberikan usaha untuk
memerankan tokoh dengan baik. Permainan wajah dan emosi setiap
karakter membuat penonton penasaran dan ikut terbawa suasana penuh
misteri dan ketegangan terkait siapa pembunuh di antara mereka.
2. Walaupun tidak syuting langsung di sungai Nil, efek CGI dan
sinematografi yang diberikan film Death On The Nile merupakan suatu
peningkatan dari film pendahulunya Munder on the Orient Express
3. Kualitas editing yang sangat rapi, sehingga bagi penonton yang tidak jeli,
tidak akan tau bahwa film ini tidak di produksi di sungai Nil.
4. Cerita yang diberikan sangat detail, sebagai contoh bentuk kumis dari
Hercule Poirot diambil dari bentuk kami milik kaptennya yang telah gugur
di medan perang demi menghormatinya, namun pada akhir film Poirot
mencukur habis kumisnya demi menghormati temannya Bouc yang
meninggal dalam tragedi Death On the Nile.
F. Kesimpulan
Meskipun tema cerita film ini berada di Mesir sayangnya film ini tidak benar-benar
syuting di negara tersebut. Entah karena faktor biaya atau mungkin karena iklimnya yang
tergolong sangat panas tetap disayangkan landmark bersejarah yang ditunjukan di film harus
ditampilkan menggunakan CGI, walaupun kualitasnya terbilang sangat baik dan rapih. Secara
keseluruhan film ini tetap menjadi rekomendasi bagi penonton terutama yang sudah sangat
merindukan genre murder-mystery kembali ke layar lebar.
Meskipun plot twist-nya tidak seberapa membuat penonton terkejut, atmosfir yang
diciptakan film ini dari awal hingga akhir tetap dapat membuat penonton penasaran dan tidak
mau berdiri dari kursinya sedetikpun bahkan untuk ke kamar mandi. Ditambah dengan visual
CGI yang sangat bagus, bisa dibilang film ini cukup sukses untuk melanjutkan keberhasilan
film pertama.