Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur terhaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah
limpahan kesehatan, kekuatan dan rahmat-Nya sehingga makalah”STANDAR
OPRASIONAL PROSEDUR DAN PENGOLAHAN LIMBAH
LABORATORIUM” ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini bertujuan
dalam pemenuhan tugas mata kuliah Dasar-Dasar Laboratorium. Makalah ini
berisikan tentang standar oprasional prosedur dan pengolahan limbah
laboratorium yang merupakan pedoman dan acuan untuk melaksanakan
praktikum di laboratorium.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dalam
memperlancar dan menyelesaikan makalah ini. Untuk itu ucapan terimakasih
terhadap berbagai pihak karena telah turut serta dalam proses penyelesaian
makalah ini.
Makalah ini juga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, saran,
masukan ataupun tanggapan yang bersifat membangun diharapkan demi
peningkatan isi makalah ini.

Bogor, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
1.1.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Laboratorium adalah suatu tempat yang didalamnya terdapat alat dan bahan
yang dapat digunakan untuk memperjelas sebuah teori. Laboratorium memegang
fungsi layanan, fungsi pengadaan media pembelajaran, fungsi penelitian dan
pengembangan.
Praktikum merupakan suatu pembelajaran dengan mahasiswa melakukan
percobaan dengan mengalami sendiri suatu percobaan. Praktikum memiliki
kelebihan tersendiri dari metode pembelajaran lainnya, salah satu contohnya
adalah mahasiswa langsung memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam
melakukan praktikum.
Pembelajaran dengan praktikum sangat efektif untuk mencapai seluruh
ranah pengetahuan secara bersamaan, diantaranya agar teori dapat diterapkan
dalam kehidupan nyata, melatih perencanaan kegiatan secara mandiri (efektif),
dan melatih penggunaan instrument tertentu.
Kegiatan di laboratorium idealnya berpatokan pada standar oprasional
prosedur (SOP) laboratorium. Standar Oprasional Prosedur laboratorium
mmemuat aturan yang meliputi kegiatan sebelum praktikum, saat praktikum,
setelah praktikum dan peraturan umum lainnya. Standar Oprasional Prosedur di
laboratorium diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja, tidak
tahunya pengolahan limbah dan penyalah gunaan lainnya.
Belakangan ini sering dijumpai kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan
praktikum, penanganan limbah praktikum dan bahkan urusan pinjaman dan
pengembalian alat-alat laboratorium. Apabila para pengguna laboratorium
memahami dan menerapkan praturan penggunaan dan pengelolaan laboratorium
yang tercantum dalam Standar Oprasional Prosedur (SOP) tentunya segala
kegiatan yang berhubungan dengan laboratorium akan berjalan dengan baik.
Selain itu dalam kegiatan praktikum, laboratorium banyak menggunakan
bahan kimia untuk mendukung kegiatan percobaan atau penelitian. Penggunaan
bahan kimia menyebabkan laboratorium menghasilkan limbah yang
dikategorikan sebagai bahan berbahaya dan beracun. Berdasarkan ( Peraturan
Pemerintah No.101 Tahun 2014) tentang Pengelolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan beracun. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa
dari suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya beracun yang karena
sifat atau konsenterasinya atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup, dam dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Pengelolahan limbah B3 memerlukan treatment tersendiri, artinya proses
pengelolahan limbah B3 tidak dapat disamakan dengan limbah padat biasa. Hal
tersebut dikarenakan limbah B3 dapat mencemari lingkungan hidup.
Mengingat pentingnya memahami dan menerapkan praturan penggunaan
dan pengelolaan laboratorium yang tercantum dalam Standar Oprasional
Prosedur (SOP) dan pengelolaan limbah pada laboratorium, makalah ini di susun
untuk membahas lebih lanjut mengenai SOP dan pengelolaan limbah pada
laboratorium

1.2. Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Standar Oprasional Prosedur praktikum ?
2. Bagaimana fungsi Standar Oprasional Prosedur praktikum?
3. Apa tujuan adanya Standar Oprasional Prosedur Praktikum?
4. Apa ruang lingkup Standar Oprasional Prosedur Praktikum?
5. Bagaimana prinsip penyusunan Standar Oprasional Proseur?
6. Apa saja Standar Oprasional Prosedur saat praktikum?
7. Apa pengertian Limbah Laboratorium ?
8. Apa saja jenis-jenis Limbah Laboratorium?
9. Bagaimana cara penanganan Limbah Laboratorium ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Standar Oprasional
Prosedur praktikum.
2. Untuk mengetahui bagaimana fungsi dari Standar Oprasional Prosedur
praktikum.
3. Untuk mengetahui apa tujuan dari Standar Oprasional Prosedur
praktikum .
4. Untuk mengetahui ruang lingkup Standar Oprasional Prosedur
praktikum.
5. Untuk mengetahui prinsip penyusunan Standar Oprasional Prosedur.
6. Untuk mengetahui Standar Oprasional Prosedur saat praktikum.
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Limbah Laboratorium.
8. Untuk mengetahui jenis-jenis Limbah Laboratorium.
9. Untuk mengetahui bagai mana cara penanganan Limbah Laboratorium.

1.4........................................................................................................................................
Manfaat pembuatan makalah
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca
khususnya para mahasiswa memiliki dan mengerti akan wawasan yang utuh,
komprehensif dan mendalam tentang Standar Oprasional Prosedur dan
Pengelolaan Limbah itu sendiri sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
kegiatan pendidikan.

1.5. Metode pembuatan makalah


Kami membuat makalah ini dengan beberapa metode antara lain :
1. Kepustakaan yaiutu mencari buku-buku yang berkaitan dengan
materi yang kami bahas.
2. Pencarian ilmu dan teori yang berkaitan dengan matei yang kami
bahas melalui internet.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Standar Oprasional Prosedur


Standar Oprasional Prosedur (SOP) adalah aturan, tata cara atau
pedoman yang mencakup perihal bagaimana seiap penggunaan
laboratorium harus bersikap selama menjalankan kegiatan di laboratorium,
dan juga digunakan sebagai suatu sarana untuk menciptakan kondisi dan
sistem kerja yang efektif.
Pengertian Standar Oprasional Prosedur (SOP) menurut Dirmania
(2006) yaitu:
1. Suatu standar/pedoman tertulis yang digunakan untuk mendorong dan
menggerakan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
2. SOP merupakan tata cara atau tahapan yang dilakunan dan harus dilalui
untuk menyelesaikan suatu proces kerja tertentu.

Praktikum adalah belajar mengajar dengan tata cara tatap muka antara
dosen dan mahasiswa yang menekankan pada aspek psikomotorik
(keterampilan), kognitif (penegetahuan) dan efektif (sikap) dengan
menggunakan peralatan di laboratorium/kebun percobaan/ laboratorium
lapangan yang dijadwalkan. Termasuk dalam kategori ini adalah response

2.2. Fungsi Standar Oprasional Prosedur Praktikum


Standar Oprasional Prodesur memiliki peranan penting dalam
pelaksanaan kegiatan di laboratorium. Salah satu peran SOP adalah
mengatur segala sesuatu ketika jalannya praktikum. Selain itu SOP juga
berfungsi sebagai dasar hukum bila terjadinya penyimpangan, mengetahui
dengan jelas hambatan-hambatan dan mudah di lacak, mengarahkan
petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja, dan sebagai pedoman
dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

2.3. Tujuan Standar Oprasional Prosedur Praktikum


Adapun tujuan dari adanya Standar Oprasional Prosedur adalah agar
dosen, asisten dan mahasiswa serta pengelola laboratorium dapat
memahami secara jelas:
1. Tentang tata cara pelaksanaan praktikum di jurusan.
2. Sebagai pedoman bagi dosen, asisten dan mahasiswa dalam
menjalankan aktivitas praktikum.
3. Memperjelas alur tugas wewenang dan tanggung jawab dari petugas
yang tertarik.
4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari
malpraktek atau kesalahan, keraguan, duplikasi dan fisiensi.

2.4. Ruang Lingkup Standar Oprasional Prosedur Praktikum


Ruang lingkup SOP ini meliputi :
1. Jenis kegiatan praktikum.
2. Pelaksanaan praktikum.
3. Kelembagaan praktikum.
4. Tata cara pelaksanaan praktikum.
5. Sarana dan prasarana praktikum.

2.5. Prinsip Penyusunan SOP


Berdasarkan Peratuaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2012, yaitu:
1. Kemudahan dan kejelasan. Prosedur-prosedur yang distandarkan
harus dapat dengan mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua
aparatur bahkan bagi seseorang yang sama sekali baru dalam
pelaksanaan tugasnya;
2. Efisiensi dan efektivitas. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus
merupakan prosedur yang paling efisien dan efektif dalam proses
pelaksanaan tugas;
3. Keselarasan. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus selaras
dengan prosedur-prosedur standar lain yang terkait;
4. Keterukuran. Output dari prosedur-prosedur yang distandarkan
mengandung standar kualitas atau mutu baku tertentu yang dapat
diukur pencapaian keberhasilannya;
5. Dinamis. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dengan cepat
dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan
yang berkembang dalam penyelenggaraan administrasi
pemerintahan;
6. Berorientasi pada pengguna atau pihak yang dilayani.
Prosedurprosedur yang distandarkan harus mempertimbangkan
kebutuhan pengguna (customer’s needs) sehingga dapat memberikan
kepuasan kepada pengguna;
7. Kepatuhan hukum. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus
memenuhi ketentuan dan peraturan-peraturan pemerintah yang
berlaku;
8. Kepastian hukum. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus
ditetapkan oleh pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati,
dilaksanakan dan menjadi instrumen untuk melindungi aparatur atau
pelaksana dari kemungkinan tuntutan hukum.

2.6. Standar Oprasional Prosedur Laboratorium


Standar Operasional Prosedur laboratorium adalah seperangkat aturan
atau tata cara untuk menunjukkan tahapan secara jelas, yang mengatur
kegiatan dan sikap laboran/praktikan agar dapat menjalankan kegiatan di
dalam laboratorium dengan baik. Standar Operasional Prosedur merupakan
aturan yang mengikat dan harus dipatuhi oleh pengguna laboratorium.
Adanya Standar Operasional Prosedur ini membuat kegiatan yang
berlangsung di laboratorium menjadi lebih tertata dan terstruktur.
Standar Operasional Prosedur bekerja di laboratorium berpedoman pada UU
Nomor:20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU RI Nomor:14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, PP Nomor:19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dan Kepmendiknas Nomor 132/D/0/2008 (Halide, 2008: 6).
Standar Operasional bekerja di laboratorium meliputi peraturan
sebelum praktik, selama praktik, selesai praktik dan beberapa peraturan-
peraturan lain. peraturan-peraturan tersebut antara lain:
a.    Sebelum praktikum
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum pelaksanaan praktikum
meliputi prosedur persiapan alat dan tempat kegiatan. Prosedur tersebut
antara lain yaitu :
1. Ketua Program Studi bersama dengan Kepala laboratorium, teknisi,
analis serta laboran mengadakan rapat untuk membahas kesiapan
kegiatan praktik dua pekan sebelum kegiatan tersebut mahasiswa
dilakukan;
2. Kepala Laboratorium bersama dengan teknisi dan laboran mengecek
kesiapan dan kelayakan alat yang akan digunakan dalam praktikum
sejak satu pekan sebelum kegiatan praktikum dimulai;
3. Kepala dan penanggungjawab laboratorium mengecek kesiapan job-
sheet masing- masing laboratorium;
4. Laboran menyerahkan daftar catatan alat kepada mahasiswa untuk di
isi alat apa saja yang akan dipinjam dalam pelaksanaan praktikum;
5. Laboran menyerahkan alat kepada ketua dan anggota kelompok
mahasiswa/dosen terkait;
6.  Mahasiswa atau dosen bersama dengan teknisi,  analis atau laboran
bersama-sama mengecek kelayakan alat yang dipinjam;
7. Jika terjadi ketidaklayakan, alat akan dikembalikan kepada laboran
atau teknisi dan dicatat dalam buku kerusakan alat;
8. Dosen penanggung jawab diwajibkan mengisi Berita Acara Praktikum
yang diketahui oleh penanggung jawab laboratorium sebelum
melakukan praktikum.
b.    Selama praktikum
Setelah dilakukan prosedur persiapan alat dan tempat praktikum saat
sebelum praktikum, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan selama
kegiatan praktikum berlangsung  diantaranya yaitu:
1.Sebelum masuk ke ruangan praktikum,  mahasiswa harus
menggunakan jas praktik sesuai dengan ketentuan dan tidak membawa
tas atau barang bawaan lain yang tidak diperlukan dalam
praktikum  masuk ke laboratorium;
2.  Mahasiswa harus mengisi buku daftar hadir yang telah disiapkan
mulai jam praktik sampai dengan selesainya kegiatan  praktik;
3. Dosen menjelaskan cara penggunaan alat-alat praktikum  kepada
mahasiswa praktikan baik yang standar maupun yang dipinjam sesuai
dengan fungsinya;
4. Mahasiswa menggunakan alat sesuai dengan fungsi dan petunjuk
praktik dengan diamati oleh dosen pembimbing (jobsheet).
c.    Selesai praktikum
Setelah kegiatan praktikum dilaksanakan terdapat hal-hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Sebelum meninggalkan ruangan praktik, mahasiswa atau praktikan
harus membersihkan alat dan bahan yang digunakan dan kemudian
mengembalikannya kepada laboran atau teknisi;
2. Teknisi atau laboran memeriksa kelayakan alat yang dipinjam, jika
rusak/hilang maka teknisi/laboran mencatat sebagai alat yang
ditinggalkan dan harus diganti oleh peminjam.
d.   Peraturan-peraturan lain
Selain peraturan sebelum praktikum, selama praktikum dan selesai
praktikum terdapat hal-hal lain yang perlu diperhatikan. Peraturan-
peraturan ini meliputi peraturan yang mengontrol sikap dan kegiatan
praktikan selama praktikum.
1.Sebelum menggunakan alat-alat praktikum, mahasiswa harus
memahami petunjuk penggunaan alat itu, sesuai dengan petunjuk
penggunaan yang diberikan atau disampaikan oleh penanggung jawab
praktikum;
2. Mahasiswa harus memperhatikan dan mematuhi peringatan (warning)
yang biasa tertera pada badan alat, hal tersebut dimaksudkan agar
mahasiswa waspada dan terhindar dari kecelekaan karena kesalahan
penggunaan alat tersebut.
3. Mahasiswa harus memahami fungsi atau kegunaan alat-alat praktikum
dan hanya menggunakan alat-alat tersebut untuk aktivitas yang sesuai
fungsi atau kegunaannya. Menggunakan alat praktikum diluar fungsi
atau peruntukannya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut
dan membahayakan keselamatan praktikan;
4. Mahasiswa harus memahami rating dan jangkauan kerja alat-alat
praktikum serta  menggunakan alat-alat tersebut sesuai rating dan
jangkauan kerjanya. Menggunakan alat praktikum diluar rating dan
jangkauan kerjanya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut
dan bahaya keselamatan praktikan;
5. Seluruh peralatan praktikum yang digunakan harus dipastikan aman
dari benda/logam tajam, api/panas berlebih atau lainnya yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada alat tersebut;
6. Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan,
goresan atau sejenisnya pada badan alat-alat praktikum yang
digunakan, karena hal tersebut bisa saja merusak fungsi alat tersebut.
2.7. Pengertian Limbah Laboratorium
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karen tidak mempunnyai nilai
ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
berbahaya.
Limbah laboratorium adalah bangan yang berasal dari laboratorium
yamg berupa bahan buangan infeksius maupun non-infeksius yang bersifat
cair (sisa pewarna dan bahan kimia) maupun padat (sampel organ dan
media pertumbuhan bakteri) yang dihasilkan dari kegiatan praktikum atau
penelitian di laboratorium.

2.8. Jenis-jenis Limbah Laboratorium


Berdasarkan wujudnya limbah sibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Limbah padat
Limbah padat adalah hasil buangan laboratorium berupa padatan,
lumpur, bubur yang berasal dari sisa kegiatan laboratorium.
2. Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair. Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berasaran
pada:
a. Sifat fisika dan sifat agregat. Keasaman sebagi salah satu contoh
sifat limbah dapat diukur dengan menggunakan metode
titrimetrik.
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan
metoda Biru Indofenol.
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
e. Mikroorganisme contohnya E.Coli dengan metoda MPN. Sifat
khusus contohnya Asam Borat (H3BO3) dengan metoda
Titrimetik.

3. Limbah gas
Limbah gas merupakan bahan sisa berbentuk gas yang dihasilkan
dari proses pembakaran atau pembusukan. Limbah jenis ini dapat kamu
identifikasi melalui bau, rasa dan warna dalam udara.
Secara alamiah udara mengandung unsus kimia seperti O2, N2,
NO2, CO2, H2 dan lain-lain. Penambahan gas ke dalam udara
melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan
kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi
dua bagian yaitu partikel dan gas.
Berdasrkan sifatnya, limbah dibedakan menjadi
1. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 apabila mengandung
bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik
langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan
lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Limbah
beracun dibagi menjadi :
• Limbah mudah meledak
• Limbah mudah terbakar
• Limbah reaktif
• Limbah beracun
• Limbah yang menyebabkan infeksi
• Limbah yang bersifat korosif
2. Limbah Infeksius
Limbah infeksius meliputi limbah laboratorium yang berkaitan
dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan
ruang isolasi penyakit menular.
3. Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio
isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida.

Berdasarkan dasar asalnya, dikelompokan menjadi 2 yaitu:


1. Limbah Organik ( Limbah Biologi )
Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang bersifat organik seperti
dari kegiatan eksperimen atau penelitan yang melibatkan unsur biologi.
Limbah ini juga mudah diuraikan melalui proses yang alami.
2. Limbah Anorganik
Limbah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat
diuraikan dan tidak dapat di perbaharui, misalnya seperti limbah plastik
yang berasal dari alat-alat laboratorium berbahan dasar plastik yang
sudah tidak dipakai lagi.

2.9. Pegolahan Limbah Laboratorium

1. Pengolahan Limbah Padat Secara Umum


a. Penimbunan Terbuka
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu
metode penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary
landfill. Pada metode penimbunan terbuka, . Di lahan penimbunan
terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab penyakit dapat
berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah
organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk
serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengansampah dapat
merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
b. Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang
dialasi iapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah
perembesan limbah ke tanah. Pada landfill yang lebih modern lagi,
biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung – plastik –
lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas
metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut
kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
c. Insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu
alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah
volume sampah berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain
itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan.
d. Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi
bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya
dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan
baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi,
kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan
proses pembuatan barang baru. Untuk meminimalisasi limbah padat
pada pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang menghemat sumber
daya alam dan pembangunan yang memberi nilai tambah pada sumber
daya alam. Maka dari itu, untuk menghemat sumber daya alam tersebut
dilakukan cara 4R yaitu Replace, Reduce, Recycle dan Reuse
1) Replace
Replace adalah usaha mengurangi pencemaran dengan
menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan. Contohnya
memanfaatkan daun sebagai pembungkus dari pada plastik,
mengganti kantong plastik biasa dengan plastic biodegradable atau
plastik ramah lingkungan.
2) Reduce
Reduce adalah usaha untuk mengurangi pencemaran denga
menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan. Contohnya:
membawa tas belanja sendiri saat berbelanja, membeli kemasan isi
ulang deterjen, pelembut pakaian, minyak goreng, membeli
kebutuhan sehari-hari dalam kemasan besar dan lain sebagainya
Contoh Reduse sehari-hari:
1) Membeli kemasan produk yang dapata didaur ulang
2) Menghindari pemakaian produk yang menghasilkan sampah
dalam jumah besar
3) Menggunakan produk yang bisa diisi ulang
4) Menghindari pemakaian barang atau bahan sekali pakai
5) Menggunakan surat elektronik atau email untuk mengirim surat
c. Recycle
Recycle adalah usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan
cara mendaur ulang sampah melalui penanganan dan teknologi
khusus. Proses daur ulang biasanya dilakukan oleh pabrik atau
industri untuk dijadikan produk lain yang dapat dimanfaatkan.
Limbah padat yang dapat di recycle atau daur ulang, diantaranya
plastik bekas yang dapat didaur ulang menjadi ember, gantungan
baju, pot tanaman dan lain sebagainya.
Contoh recycle sehari-hari, diantaranya:
1) Memilih kemasan produk yang dapat didaur ulang dan mudah
terurai.
2) Mengolah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
3) Mengolahan sampah organik menjadi kompos.
4) Mengolahan sampah organik menjadi barang yang bermanfaat
dan bahkan memiliki nilai jual.
5) Mengolah sampah menjadi sumber bahan bakar.
d. Reuse
Reuse adalah usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan
cara menggunakan dan memanfaatkan kembali barang-barang yang
seharusnya sudah dibuang. Seperti memanfaatkan botol atau kaleng
bekas sebagai wadah, memanfaatkan kain perca menjadi keset dan
lain-lain.
Contoh reuse sehari-hari:
1) Menggunakan wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan
beberapa kali atau berulang-ulang. contohnya menggunakan
sapu tangan daripada tissue, menggunakan tas belanja dari kain
daripada kantong plastik.
2) Menggunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat
dihapus dan ditulis kembali.
3) Menggunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.

2. Pengolahan Limbah Cair


Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah
domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan
dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang
dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang
bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk
menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama
ini.

Teknik-teknik pengolahan limbah cair telah dikembangkan secara umu


yaitu:
a. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa
proses pengolahan secara fisika:
1) Penyaringa (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan
disaring menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan.
Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
2) Pengolahan Awal  (Pretreatment)
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu
tangki atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel
padat teruspensi lain yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam
bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan
memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh
ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses
selanjutnya.
3) Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan
ke tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah
metode pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan pada
proses pengolahan primer limbah cair. Di    tangki pengendapan,
limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang
tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki.
Enadapn partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian
akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih
lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga metode
pengapungan (Floation).
4) Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa
minyak atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan
menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung
udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara
tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke
permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.  
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat
disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang
telah mengalami proses pengolahan primer tersebut dapat langsung
dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga
mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses
tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan
anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya.
b. Pengolahan Sekunder (Secondary  Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara
biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat
mengurai/ mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang
digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum
digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter),
metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan
(treatment ponds / lagoons) .
1) Metode Trickling Filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi
bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar,
biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan dengan
ketebalan  ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan ke
permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut.
Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam
limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes
sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah
penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses
pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan
mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan
mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air
limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan

2) Metode Activated Sludge


Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair
disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur
dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi
berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu
dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen).
Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi
limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan
untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang
mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti
pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini
dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih
dperlukan.
3) Metode Treatment ponds/ Lagoon
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan
metode yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat.
Pada metode ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam
terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan
berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian
digunakan oleh bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi
bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga
diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan
mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan
terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk
dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut. 
c.  Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan
sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat
berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat
khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang
tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun
sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan
garam- garaman. 
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan
(advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian
proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat
digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal
filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif,
pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas
pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk
melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak
ekonomis.  
d. Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh
atau mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair.
Meknisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan
senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam menentukan
senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu :
1) Daya racun zat
2)  Waktu kontak yang diperlukan
3)  Efektivitas zat
4)  Kadar dosis yang digunakan
5) Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
6) Tahan terhadap air
7)  Biayanya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan
klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon
(Oз).
Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses
pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder
atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan
e. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder,
maupun tersier, akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur.
Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan pelu
diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya
akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion),
kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau
ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar
(incinerated).
3. Pengolahan Limbah Fase Gas (Gas Phase Treatment)
a. Mengontrol Emisi Gas Buang
Emisi gas buang dapat dikurangi dengan mulai menggunakan
sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas
buang yang merupakan polutan.

b. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan


1. Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong
atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya
udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong.
2. Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu /
abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik
yang berdebu.
3. Membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air
dari bagian atas alat, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah
alat.
4. Dengan pengendap elektrostatik, yaitu menggunakan arus listrik
untuk mengionkan limbah. Kotoran udara menjadi ion negatif
sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing
akan menuju ke elektroda yang sesuai.
4. Pengolahan limbah B3
a. Limbah yang tidak saling cocok, disimpan dalam kemasan berbeda.
b. Jumlah pengisian volume limbah harus mempertimbangkan
terjadinya pengembangan volume, pembentukan gas atau kenaikan
tekanan selama penyimpanan.
c. Ganti kemasan yang mengalami kerusakan permanen (korosi atau
bocor) dengan kemasan lain.
d. Kemasan yang telah berisi limbah ditandai sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
e. Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus
dilaporkan sebagai bagian pengelolaan limbah.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Standar Oprasional Prosedur (SOP) adalah aturan, tata cara atau pedoman
yang mencangkup perihal bagaimana setiap penggunaan laboratorium harus
bersikap selama menjalankan kegiatan di laboratorium, dan juga digunakan
sebagai suatu sarana untuk menciptakan kondisi dan sistem keraja yang efektif.
Limbah laboratorium adalah bangan yang berasal dari laboratorium
yamg berupa bahan buangan infeksius maupun non-infeksius yang bersifat
cair (sisa pewarna dan bahan kimia) maupun padat (sampel organ dan
media pertumbuhan bakteri) yang dihasilkan dari kegiatan praktikum atau
penelitian di laboratorium.
Adapun tujuan dari adamya Standar Oprasional Prosedur adalah agar
dosen, asisten dan mahasiswa serta pengelola laboratorium dapat
memahami secara jelas :
1. Tentang tata cara pelaksanaan praktikum di jurusan.
2. Sebagai pedoman bagi dosen, asisten dan mahasiswa dalam
menjalankan aktivitas praktikum.
3. Memperjelas alur tugas wewenang dan tanggung jawab dari petugas
yang tertarik.
4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek
atau kesalahan, keraguan, duplikasi dan fisiensi.

Berdasarkan dasar asalnya, dikelompokan menjadi 2 yaitu:


3. Limbah Organik ( Limbah Biologi )
Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang bersifat organik seperti
dari kegiatan eksperimen atau penelitan yang melibatkan unsur biologi.
Limbah ini juga mudah diuraikan melalui proses yang alami.
4. Limbah Anorganik
Limbah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat
diuraikan dan tidak dapat di perbaharui, misalnya seperti limbah plastik
yang berasal dari alat-alat laboratorium berbahan dasar plastik yang
sudah tidak dipakai lagi.

3.2. Saran
Berdasarkan uraian pada makalah ini, kami tim penyusun menyarankan
kepada pembaca agar memahami dan menerapkan peraturan atau Standar
Oprasional Prosedur saat bekerja di laboratorium. Setelah mengetahui
fungsi, tujuan SOP di Laboratorium pembaca hendaknya menyadari betapa
pentingnya SOP untuk dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar menjamin
keselamatan dan menghindari kecelakan kerja saat melakukan praktikum.
Dan memahami cara pengelolaan limbah laboratorium dan kategori atau
jenis-jenis limbah secara luas.
DAFTAR PUSTAKA

Dirmania, Dicki.2006.pengertian Standar Oprasional

https://salamadian.com/pengertian-limbah/ diakes pada 4 Oktober 2022

https://www.neliti.com/id/publications/281665/pengolahan-limbah-
laboratoriumlingkungan-fakultas-teknik-dengan-kombinasi-prose diakses
pada 4 Oktober 2022

https://www.slideshare.net/yeusongyoussii/pengolahan-limbah-
laboratorium diakses pada 4 Oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai