Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIKUM 9 :
“IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM
SIMPLISIA DAUN SIRIH”

Nama : Riski
Nim : 22012003
Kelas : B1/Reguler Khusus
Nama Dosen : apt. Eem Masaenah, M.Si.
Hari / Tanggal : Sabtu, 27 Mei 2023

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN
FARMASI
BOGOR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradusional merupakan suatau
produk pelayanan kesehatan yang strategis karena berdampak positif terhadap
tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Tanaman obat dapat memberikan nilai tambah apabila diolah lebih lanjut
menjadi berbagai jenis produk. Tanaman obat tersebut dapat diolah menjadi
berbagai macam produk seperti simplisia (rajangan), serbuk, minyak atsiri,
ekstrak kental, ekstrak kering, instan, sirup, permen, kapsul maupun tablet.
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagi bahan baku obat
yang mengalami pengolahan atau baru dirajang saja, tetapi sudah dikeringkan.
Permintaan bahanbaku simplisia sebagai bahan baku obat-obatan semakin
meningkat dengan bertambahnya industri jamu. Selain itu, efek samping
penggunaan tanaman obat untuk mengobati suatu penyakit lebih kecil
dibandingkan obat sintetis.
Proses pembuatan simplisia diperlukan beberapa tahapan yaitu
pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencuciab, perajangan, pengeringan,
sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan. Agar simplisia memiliki mutu
dan ketahanan kualitas yang baik, selain proses pengumpulan baku, sortasi
basah, pencucian, perajangan, pengeringan dan sortasi kering, juga perlu
diperhatikan proses pengepakan dan penyimpanan karena sangat berpengaruh
pada kandungan kadar zat aktif dalam simplisia, maka dibutuhkan suatu
instrument yang sesuai standar yang digunakan.

1.2. Tujuan Praktikum


Mahasiswa mampu melalukan identifikasi senyawa yang terkandung di dalam
simplisia daun sirih
1.3. Dasar Teori
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat
tradisional yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain merupakan bahan yang kering.
Terdapat 3 jenis simplisia yaitu :
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman
utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara
ketiganya.
b. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat –
zat berguna dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan
kimia murni.
c. Simplisia pelican atau mineral adalah simplisia berupa bahan
pelican atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan
cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni.
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapisan
senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk
mendeteksi senyawa tumbuhanberdasarkan golongannya. Sebagai informasi
awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi
dari suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapat
digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai ekonomi
lain seperti sumber tanin, minyak untuk industri, sumber gum, dan lain – lain.
Metode yang telah dikembangan dapat mendeteksi adanya golongan senyawa
alkaloid, flavonoid, fenolat, tanin, saponin, kumarin, quinon,
steroid/terpenoid.
Skrining fitokimia dilakukan untuk memberikan gambaran tentang
golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang diteliti. Metode
skrining fitokimia dilakukan dengan pengujian warna dengan menggunakan
suatu pereaksi warna. Hal yang berperan penting dalam skrining fitokimia
adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi.
Pemilihan pelarut ekstraksi umumnya menggunakan prinsip like
dissolve like, dimana senyawa yang nonpolar akan larut dalam pelarut
nonpolar, sedangkan senyawa yang polar akan larut pada pelarut polar. Ini
mempengaruhi hasil kandungan kimia yang dapat terekstrasi.
Skrining fitokimia serbuk simplisa dan sampel dalam bentuk basah
meliputi pemeriksaan kandungan senyawa alkaloid, flavonoid,
terpenoida/steroida, tanin dan saponin menurut prosedur yang telah dilakukan
Harbone (Harbane, 1987) dan Depkes (Depkes, 1995).
Menurut Harborne (1984) senyawa metabolit sekunder yang umum
terdapat pada tanaman adalah alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, terpenoid,
dan tanin.
A. Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada
semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu
atom nitrogen yang bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik.
Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna, sering kali bersifat optic aktif.
Kebanyakan berbentuk Kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan
pada suhu kamar. Suatu cara mengklasifikasi alkaloid adalah didasarkan
pada jenis cincin heterosiklik nitrogen yang terikat.
B. Tanin
1) Tanin terkondensasi atai flavon
Bila direaksikan dengan saam panas, beberapak ikatan karbon –
karbon penghunbung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer
antosianidin. Kepanyakan proantosianidin adalah prosianidin karena
bila direkasikan sengan asam akan menghasilkan sianidin.
Proantosianidin dapat dideteksi langsung dengan mencelupkan
jaringan tumbuhan kedalam HCl 2 M mendidih selama setengah jam
yang akan menghasilkan warna merah yang dapat dikstraksi dengan
amil atau butyl alkohol. Bila digunakan jaringan kering, hasil tanin
agak berkurang karena terjadinya pelekatan tanin pada tempatnya
didalam sel(Minarno, 2105).
2) Tanin yang ternidrolisis
Pada senyawa ini glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau
lebih. Jenis kedua ini, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat,
yaitu asam heksa hidroksidifenat yang berikatan dengan glukosa. Bila
dihidrolisis menghasilkan asam angelat. Cara deteksi tanin
terhidrolisi adalah dengan mengidentifikasi asam galat / sama elagat
dalam ekstrak eter atau etil asetat yang dipekatkan (Harborne, 1987).
C. Terpenoid/steroid
Terpenoid merupakan komponen – komponen tumbuhan yang
mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan
yang disebut minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada
awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan
perbandingan atom hidrogen dan atom karbon dari senyawa terpenoid
yaitu 8:5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa
senyawa tersebut adalah golongan terpenoid (Minarno, 2015).
Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari
sistem cincin siklopentena prehidrofenantrena. Steroid merupakan
golongan senyawa metabolit sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai
obat. Hormon steroid pada umumnya diperoleh dari senyawa – senyawa
steroid alam terutama dalam tumbuhan (Djamal, 1988).
D. Saponin
Menurut Harborne (1984), saponin adalah glikosida triterpen dan sterol.
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun,
serta dapat dideteksi berdasarkan kemampunannya membentuk busa yang
stabil dalam air dan menghomolisis sel darah merah.
E. Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang
umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang
berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, tetapi ada tiga kelompok yang
umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon.
F. Fenolik
Senyawa fenolik merupakan kelompok senyawa terbesar yang berperan
sebagai antioksidan alami pada tumbuhan.
G. Curcumin
Curcmin adalah senyawa tunggal termasuk golongan polifenol yang
merupakan hasil isolasi dari rimpang empon-empon.
BAB II
PROSEDUR KERJA

2.1. Alat dan Bahan


a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung reaksi
3) Penjepit tabung reaksi
4) Penangas air
5) Pembakar spirtus
6) Kaki tiga dan kawat kasa
7) Pipet volumetri dan pipet tetes
8) Beaker glass dan erlen mayer.
b. Bahan
1) Bahan simplisia
2) Serbuk Mg
3) Alkohol
4) HCl pekat
5) FeCl3 5%
6) HCl 2%
7) Reagen Dragendrof
8) Reagen Mayer
9) Fehling A dan Fehling B
10) NaOH

2.2. Cara Kerja


Persiapan Sampel
1. Ditimbang 15 gram serbuk sampel simplisia kemudian ditambahkan
dengan 100mL air panas.
2. Kemudian dididhkan selama 15 menit dan disaring.
3. Filtrat yang diperoleh digunakan untuk percobaan.
A. Identifikasi Flavonoid
1) Dipipet larutan A sebanyak 5mL ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan
0,1 gram serbuk Mg, 2ml larutan alkohol : asam klorida (1:1) dan
pelarut amil alkohol.
2) Kenudian campuran dikocok dengan kuat, kemudian dibiarkan
memisah.
3) Reaksi positif jika menunjukkan warna merah/kuning/jingga/ pada amil
alkohol.
B. Identifikasi Tanin
1) Dipipet larutan A sebanyak 5ml ditambahkan preaksi FeCl3 5% b/v
akan menghasilkan warna hijau violet.
2) Pengujian lain : larutan uji ditambahkan larutan 10% gelatin akan
timbul endapan putih.
3) Larutan uji ditambahkan larutan NaCl-gelatin (1% gelati dalam larutan
10% NaCl 1:1) akan timbul endapan dan bandingkan dengan hasil yang
diatas.
C. Identifikasi Saponin
1) Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 0,5 gram kemudian dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, tambahkan air panas 10 ml.
2) Didinginkan lalu kocok kuat selama 10 detik. Positif bila terbentuk buih
mantap setinggi 1 sampai 10 cm.
3) Ditambahkan 1 tetes klorida 2N buih tidak hilang.
D. Identifikasi Alkaloid
1) Dimasukkan 5 ml larutan A dalam tabung reaksi, ditambahkan 1,5 ml
HCl 2%. kemudian larutan dibagi menjadi 3 sama banak dalam tabung
reaksi :
a. Tabung I untuk pembanding
b. Tabung II ditambahkan 2-4 tetes reagen Dragendroff menunjukkan
adanya kekeruhan atau endapan coklat.
c. Tabung III ditambahkan 2-4 tetes reagen Meyer menunjukkan
adanya endapan putih kekuningan.
E. Identifikasi Fenolik
1) Dipipet 5 ml larutan A ke dalam tabung reaksi.
2) Kemudian ditanbahkan 5 ml FeCl3 maka akan terbentuk warna ungu.
F. Identifikasi Terpenoid/ Stroid
1) Ditimbang 1 gram serbuk simplisia kemudian diekstraksi dengan etanol
96% 20ml selama 15 menit.
2) Kemudian disaring. 1ml filtrat direaksikan dengan 0,5ml Liebermann-
Burchard akan menghasilkan warna hijau.
3) Identifikasi lain dengan cara penambahan vanilin-H2SO4 akan
menghasilkan warna biru, hijau, merah, dan coklat.
G. Identifikasi Curcumin
1) Diambil serbuk simplisia secukupnya.
2) Kemudian ditambahkan larutan NaOH akan berwarna merah bata.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
a. Tabel Pengamatan
No Jenis Uji Gambar Hasil Keterangan

Tidak
menunjukan
1 Flavonoid Negatif
perubahan
warna.

Tidak timbul
2 Tanin Negatif
endapan putih

Timbul buih
setunggi 1
sampai 10 cm.
Dan setelah
3 Saponin Positif
penambahan
klorida buih
tidak
menghilang

Pada tabung 2
dan 3 tidak
menimbulkan
4 Alkaloid Negatif perubahan yang
sesuai dengan
pereaksi yang
digunakan.
Tidak
menunjukan
perubahan dari
5 Fenolik Negatif
hijau ke
hitaman pekat
menjadi ungu

Menunjukkan
hasil perubahan
6 Triterpenoid/Steroid Positif
warna menjadi
hijau muda

Tidak
menunjukkan
7 Curcumin Negatif perubahan
warna nerah
bata

3.2. Pembahasan
Pada praktikum farmakognosi percobaan ini bertujuan untuk melakukan
identifikasi kandungan senyawa kimia pada simplisia. Simplisia yang digunakan
pada praktikum ini adalah daun sirih hijau (Piper betle L.). Zat aktif yang
diidentifikasi pada simplisia daun sirih hijau adalah alkaloid, flavonoid, saponin,
tanin, fenol, triterpenoid/steroid, dan curcumin.
Sebelum melakukan identifikasi senyawa pada simplisia daun sirih,
dilakukannya pembuatan larutan uji simplisia daun sirih dengan cara timbang
sebanyak 15 gram serbuk simplisisa daun sirih kemudian ditambahkan dengan
100ml ari panas lalu dididihkan selama 15 menit kemudian disaring. Hasil
penyaringan larutan tersebut digunakan untuk identifikasi senyawa kimia pada daun
sirih.
Identifikasi alkaloid dilakukan dengan menambahkan 1,5ml HCl 2% pada 5ml
lartutan uji. Kemudian larutan dibagi 3 sama banyak dalam tabung reaksi, tabung
pertama digunakan sebgai pembanding, tabung kedua ditambahkan reagen
Dragendroff sebanyak 2-4 tetets, tabung ketiga ditambahkan reagen Mayer
sebanyak 2-4 tetes. Dan hasil yang didapatkan negatif, diamana pada tabung 2 dan
3 tidak menunjukkan perubahan yang sesuai dengan literatur yaitu untuk reagen
dragendroff menunnjukkan endapan colklat, sedangakan untuk reagen mayer tidak
menunjukan endapan putih kekuningan.
Identifikasi flavonoid dilakukan dengan penambahan serbuk Mg sebnyak 0,1
gram pada 5ml larutan uji, kemudian ditambahkan juga dengan larutan
alkohol:asam klorida (1:1) dan pelarut amil alkohol. Dan hasil yang didapatkan
negatif tidak terjadi perubahan sesuai dengan literatur yang ada yaiu tidka
menunjukan perubahan warna merah/kuning/jingga pada amil alkohol.
Identifikasi saponin dialakukan dengan 0,5 gram serbuk simplisisa
ditambahkan 10ml air panas pada tabung reaksi kemudian dikocok selama 10 detik.
Dan hasil yang didapatkan positif dimana buih yang timbul setinggi 1 sampai 10
cm walaupun tidak sampai 10 cm tetapi sudah sesuia dengan literatur yang ada.
Identifikasi tanin dialkukan dengan penambahan 10% gelatin pada 5 ml larutan
uji. Dan hasil yang didapatkan negatif diamana pada lautan uji tidak menunjukan
perubahan atau timbulnnya endapan putih yang sesuai denghan literatur.
Identifikasi fenolik dilakukan dengan penambahan 5 ml FeCl3 pada 5 ml
larutan uji. Dan hasil yang dioeroleh negatif dimana tidak menunjukan perubahan
warna ungu, sesuai dengan literatur yang ada.
Identifikasi triterpenoid atau steroid dialakukan dengan pengekstraksian 1
gram serbuk simplisia dengan 20 ml larutan etanol 96% selama 15 menit. Setala 15
menit larutan disaring. 1 ml larutan uji direaksikan dengan 0,5 ml reagen
Liebermann-Burchard. Dah hasil yang diperoleh posistif dengan menunjukanan
perubahan warna hijau, sesuai dengan literatur yang ada.
Identifikasi curcumin dialkukan dengan penambahan NaOh secukupnya pada
larutan uji. Dan hasil yang diperoleh neatif, dikarenakan memang didalam literatur
curcumin merupakan bukan dari bagian senyawa metabulit sekunder pada simplisia
daun sirih.
Dari hasil praktikum diatas menunjukkan bahawa beberapa senyawa yang
seharusnya terkandung dalam daun sirih tidak terbukti adanya pada praktikum kali
ini diakarenakan proses awal pembuatan larutan uji tidak dilakukan dengan benar
atau sesuai dengan prosedur kerja. Jadi hal tersebut mempengaruhi proses
identifikasi senyawa metabolit sekunder padsa simplisisa daun sirih.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Dari hasil praktikum kali ini diperoleh kesimpulan bahwa simplisia daun
sirih mengandung senyawa saponin dan triterpenoid.
2. Dari hasil praktikum diatas menunjukkan bahawa beberapa senyawa yang
seharusnya terkandung dalam daun sirih tidak terbukti adanya pada
praktikum kali ini diakarenakan proses awal pembuatan larutan uji tidak
dilakukan dengan benar atau sesuai dengan prosedur kerja.

4.2. Saran
Diharapkan kepada dosen pembingbing untuk mempertahankan cara
bimbingannya dalam praktikum, dan diharap tuntunannya selalu pada
praktikum selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Yunita, Erma dan Andi Wijaya.2018. Modul Praktikum Fitokimia.


Yogyakarta. Laboratorium Fitokimia Akademi Farmasi Indonesia
Yogyakarta

Minarno, Eko udi. 2015. Skrining Fitokimia dan Kandungan Total Flavonoid
Pada Buah Carica pubescens Lenne&K.Koch di Kawasan Bromo,
Cangar, dan Dataran Tinggi Dieng. El-Hayah. Vol.5 No.2 hal 73-82

Widayanti, M., A.W.Permana, H.D.Kusumaningrum.2009. Kapasitas Kadar


Antosianin Ekstrak Tepung Kulit Buah Manggis (Garciania
mangostana L.) Pada Berbagai Pelarut Dengan Metode Maserasi.
J.Pasca Panen. 6(2):61-68

Harborne.J.B.1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Menganalisis


Tumbuhan. Terjemah Padmawinat Bandung : ITB press
Kontribusi Mahasiswa :
1. Siti Qoryah : 22012001
2. Riski : 22012003
3. Ade Andriansyah : 22012007

Anda mungkin juga menyukai