Anda di halaman 1dari 16

PBAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Balita baru yang diperiksa kesehatannya sekaligus dicek tumbuh kembangnya oleh
Petugas Puskesmas/Puskesmas Pembantu Polindes di dalam maupun diluar Institusi
Kesehatan seperti di Posyandu.
Balita yang naik berat badannya adalah Balita yang pada waktu ditimbang di fasilitas
kesehatan atau posyandu mengalami kenaikan berat badan sesuai pedoman apabila
dibandingkan dengan hasil penimbangan sebelumnya.
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN, dimana
balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang memiliki KMS
(K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang dan naik berat
badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang dimuat di KMS dan
digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI, 2003).

B.     Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Apa itu SKDN
2.      Bagaimana analisis SKDN
3.      Posyandu
4.      KMS
5.      Buku KIA

C.    Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui apa itu SKDN
2.      Mengetahui bagaimana cara kerja Posyandu
3.      Mengetahui apa itu KMS
4.      Mengetahui analisis SKDN
5.      Mengetahui tentang Buku KIA

 
  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    SKDN
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN, dimana
balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang memiliki KMS
(K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang dan naik berat
badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang dimuat di KMS dan
digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI, 2003).

SKDN merupakan hasil kegiatan penimbangan balita yang dilakukan setiap bulan
dalam bentuk histogram sederhana. Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos
Penimbangan Balita menggunakan indiktor-indikator SKDN. SKDN adalah singkatan dari
pengertian kata-katanya yaitu:

1. S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu.
2. K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang mempunyai KMS
(Kartu Menujuh Sehat).
3. D adalah Jumlah Balita yang datang di posyandu atau dikunjungan rumah dan
menimbang berat badannya sesuai atau jumlah seluruh balita yang Ditimbang.
4. N adalah jumlah balita yang ditimbang bebrat badannya mengalami peningkatan bebrat
badan dibanding bulannya sebelumnya dengan garis pertumbuhan.
5. Dan O adalah jumlah anak yang tidak ditimbang bulan lalu.

Berdasarkan SKDN dari bulan ke bulan disimak untuk mengetahui kemajuan


program perbaikan gizi. Naik turunnya D atau S dapat diinterprestasikan sebagai tingkat
partisipasi masyarakat dalam kegiatan di posyandu, sedangkan naik turunnya N terhadap S
dapat diartikan sebagai keberhasilan atau kegagalan mencapai tujuan program dalam
kegiatan UPGK di posyandu (Suhardjo 2003).
Dari uraian SKDN dapat digabungkan satu sama lain sehingga dapat memberikan
informasi tentang perkembangan kegiatan pemantauan pertumbuhan anak di posyandu yaitu :

1.         Indikator K/S


K/S adalah indikator yang menggambarkan jangkauan atau liputan program.
Indikator ini dihitung dengan cara membandingkan jumlah balita yang dapat di
posyandu dan memiliki KMS dengan jumlah balita yang ada di wilayah posyandu
tersebut dikalikan 100%.

2.         Indikator D/S


D/S adalah indikator yang menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan di posyandu.

3.         Indikator N/D


N/D adalah memberikan gambaran tingkat keberhasilan program dalam
kegiatan UPGK di posyandu. Indikator ini lebih spesifik dibanding dengan indikator
lainnya sehingga dapat digunakan sebagai gambaran dasar gizi balita.

4.         Indikator N/S


N/S adalah memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan program di
posyandu. Indikator ini menunjukkan balita yang ditimbang dan naik berat badannya.

B.     Analisis SKDN


Biasanya setelah melakukan kegiatan di posyandu atau di pos penimbangan petugas
kesehatan dan kader Posyandu (Petugas sukarela) melakukan analisis SKDN. Analisisnya
terdiri dari:

1.      Tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita yaitu jumlah balita yang ditimbang
dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah kerja posyandu atau  dengan menggunakan
rumus (D/S x 100%), hasilnya minimal harus capai 80 % apabila dibawah 80 % maka dikatakan
partisipasi mayarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berat badan
sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan
ataupun kader posyandu dan memungkinkan balita ini tidak diketahui pertumbuhan berat
badannya atau pola pertumbuhan berat badannya.
2.      Tingkat Liputan Program  yaitu Jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan Jumlah
seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus (K/S x 100%),
hasil yang ducapai harus 100 %. Alasannya balita-balita yang telah mempunyai KMS (Kartu
Menujuh Sehat ) telah mempunyai alat instrumen untuk memantau berat badannya dan data
pelayanan kesehatan lainnya, Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS maka pada
dasarnya program Posyandu tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau biasa juga
dikatakan  balita yang seharusnya  mempunyai KMS karena memang  mereka (Balita) masih
dalam fase pertumbuhan ini telah kehilangan kesempatan untuk mendapat pelayanan
sebagaimana yang terdapat dalam KMS tersebut. Khusus  untuk Tingkat Kehilangan
Kesempatan ini menggunakan rumus {(S-K)/S x 100%) yaitu jumlah balita yang ada diwilayah
posyandu dikurangi jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita
yang ada, semakin tinggi presentase kehilangan kesempatan maka semakin rendah kemauan
orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KSM sangat baik untuk memantau
pertumbuhan Berat Badan Balita atau juga Pola Pertumbuhan Berat Badan Balita.
3.      Indikator-indikator lainnya adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang Naik Berat Badannya
di bandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya semua balita yang
ditimbang harus memgalami peningkatan berat-badannya.
4.      Indikator lainnya dalam SKDN adalah  Indikator  Drop Out  yaitu balita yang sudah mempunyai
KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di
posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan rumusnya  yaitu jumlah balita yang
telah mendapat KMS dibagi  dengan Jumlah Balita ditimbang hasilnya dibagi dengan Balita
yang punya KMS atau rumusnya adalah  (K-D)/K x 100%.
Dari kesemua indikator tersebut diatas. Indikator yang paling sederhana di posyandu
adalah ANAK SEHAT BERTAMBAH UMUR BERTAMBAH BERAT BADAN.  Dan ini
juga adalah yang menjadi ikon dari keberadaan posyandu (pos penimbangan), sekaligus juga
berlaku sebagai output untuk semua kegiatan di posyandu.

Berikut adalah rumus untuk mencari persentase SKDN:


 

 
Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Dasan Agung yaitu data hasil
rekapitulasi baduta dan balita menunjukkan bahwa dari 4 Lingkungan yang termasuk dalam
wilayah kerja Puskesmas Dasan Agung, hanya 4 Lingkungan yang memenuhi target SPM.
Sementara13 Lingkungan lainnya di bawah target. Dengan target SPM D/S adalah 80 %.

Sementara jumlah balita yang memiliki KMS (K/S) dengan target adalah 100%
menunjukkan hanya mencapai 63 %. Hal ini masih jauh dari target yang ditentukan. Dimana
semua balita harus memiliki KMS.

Berikut dalah data cakupan PWS balita dan perbandingan cakupan SKDN (PWS)
anak balita laki – laki dan perempuan UPTD Puskesmas Dasan Agung Maret 2016.

A.    Pengertian Posyandu


a.         Pengertian
Posyandu adalah singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu. Keterpaduan adalah
penyatuan/ penyerasian dinamis kegiatan dari paling sedikit daua program untuk saling
mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama. Dengan
dinamis dimaksudkan bahwa keterpaduan tersebut dapat berkembang dan meluas.
Keterpaduan dalam aspek sasaran, lokasi kegiatan, petugas penyelenggara, aspek dana
dan lain sebagainya. Kini keterpaduan lebih dikembangkan untuk penyerasian dinamis
berbagai program yang berkaitan dan mempunyai dampak peningkatan taraf kesehatan
dan pembangunan kesejahteraan rakyat pada umumnya (Irwansyah Kapus Dasan Agung).

Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat dalam pemenuhan dasar dan
gizi melalui peran serta masyarakat dan penyediaan pelayanan yang berkualitas.
Posyandu diselenggarakan dan dikelola oleh masyarakat desa dengan bimbingan berkala
dari Puskesmas. Kegiatan posyandu mendapat dukungan teknis dari Departemen
kesehatan, BKKBN, Pertanian, Agama dan bantuan financial dari pemerintah daerah
setempat, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat .

Dalam revitalisasi kegiatannya yaitu pelatihan pelatih dan kader, peningkatan


jangkauan pelayanan, peningkatan peran serta masyarakat dan membangun kemitraan.
Optimalisasi kegiatan posyandu, pelayanan terutama pada Baduta dan memperkuat
dukungan pendampingan dan pembinaan oleh tenaga profesional dan tokoh masyarakat.
Kegiatan utaman yang minimal pada posyandu adalah Kesehatan Ibu dan Anak,
Imunisasi, Gizi dan Penanggulangan diare serta kegiatan pengembangan pilihan lainnya
sesuai dengan wilayahnya.

Stratifikasi Posyandu berdasarkan atas dasar indikator, yang digolongkan menjadi


4 angkatan Kemandirian Posyandu atau stratifikasi yang dijelaskan dalam tabel berikut :

No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri

1 Frekuensi <> >8 >8 >8


Penimbangan

2 Rerata jumlah Kader <> >5 >5 >5


bertugas

3 Rerata cakupan D/S <> <> > 50% > 50%

4 Cakupan Kumulatif <> <> > 50% > 50%


KB

5 Cakupan Kumulatif <> <> > 50% > 50%


KIA

6. Cakupan Kum. <> <> > 50% > 50%


Imunisasi

7 Program Tambahan (-) (-) (+) (+)

8 Cakupan Dana Sehat <> <> > 50% > 50%


Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran,
dalam pelita IV telah dikembangkan pendekatan partisipasi masyarakat berupa Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu tersebut membina masyarakat untuk berusaha
menolong mereka sendiri dalam melaksanakan 5 program prioritas yang mempunyai
dampak besar dalam menurunkan angka kematian bayi bumil dan balita (Anonim, 1998 :
15).

Posyandu sebagai wujud peran serta masyarakat, yang bekerja sama dengan
petugas kesehatan, dilaksanakan setiap bulan dengan cara melaksanakan di posyandu
yaitu dengan menggunakan 5 meja, 4 meja di gunakan oleh kader posyandu, dan 1 meja
digunakan oleh petugas kesehatan.

Selain 5 program posyandu, kegiatan bulanan di posyandu juga merupakan


kegiatan yang bertujuan untuk (Anonim, 2003 : 1) :

1.        Membantu pertumbuhan berat badan bayi dan anak balita dengan menggunakan
Kartu Menuju Sehat (KMS).
2.        Memantau perkembangan dan kesehatan ibu hamil.
3.        Memberikan konseling gizi, memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar, KB,
serta penanggulangan diare.
Untuk tujuan pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan, di dalam KMS berat
badan balita setiap bulan di isikan dengan titik dan dihubungkan garis sehingga
membentuk grafik pertumbuhan anak. Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat di nilai
apakah berat badan anak hasil penimbangan dua bulan berturut-turut naik (N) atau tidak
naik (T) dengan cara ditetapkan dalam buku pada panduan penggunaan KMS bagi
petugas kesehatan. Selain informasi N dan T, dari kegiatan penimbangan di catat pula
pada jumlah anak yang datang ke Posyandu dan ditimbang (D), jumlah anak yang tidak
ditimbang bulan lalu (O), jumlah anak yang baru pertama kali di timbang (B), dan
banyaknya anak yang berat badannya di Bawah Garis Merah (BGM). Catatan lain yang
ada di wilayah kerja posyandu (S), dan jumlah yang memiliki KMS pada bulan yang
bersangkutan (K).

Data yang tersedia di posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai
dengan fungsinya (Anonim, 2003 : 1) yaitu :

a.           Kelompok data yang digunakan untuk penentuan pertumbuhan balita baik untuk
:
1.      penilaian keadaan pertumbuhan individu (N atau T dan BGM) dan
2.      penilaian keadaan pertumbuhan balita di suatu wilayah (% N/D).
b.        Kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolaan program/kegiatan di
posyandu (% D/S dan % K/S).
Posyandu merupakan penyatuan/penyerasian dinamis kegiatan-kegiatan dari
program KIA, KB, Imunisasi, gizi serta penanggulangan Diare, untuk saling
mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama. Posyandu
adalah suatu tempat untuk mengadakan suatu kegiatan pelayanan dan penimbangan
balita.

Posyandu adalah forum komunikasi, ahli teknologi dan ahli kelola untuk
upaya-upaya kesehatan kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya sebagai upaya-
upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar hidup sehat. (Sciartino,
1999 dalam Hayati 2005).

a.       Tujuan Posyandu


Tujuan penyelenggaraan posyandu yaitu mempercepat penurunan angka
kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, mempercepat penerimaan Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera NKKBS) dan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain
yang menunjang sesuai dengan kebutuhan. Fungsi posyandu secara umum yaitu
pemenuhan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh informasi dan pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Sedangkan sasaran posyandu yaitu bayi (0 – 1 tahun),
anak Balita (1 – 4 tahun), ibu hamil, melahirkan dan menyusui, PUS (Pasangan Usia
Subur) dan kelompok sasaran lain seperti Wanita Usia Subur, Calon Pengantin, Usila
dan Remaja (Idrus M, 2006 : 3)
b.      Manfaat Posyandu
Manfaat dari posyandu secara umum yaitu :
1.      Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
2.      Memperoleh bantuan sarana professional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
3.      Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain
terkait.
4.      Mendapatkan informasi terdahulu tentyang upaya kesehatan yang terkait
dengan penurunan AKI dan AKB. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya
dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait
dengan penurunan AKI dan AKB.

c.           Indikator Posyandu


Kemajuan kegiatan Posyandu dapat diukur dari aspek input/masukan,
proses, keluaran output dan dampak outcome sebagai berikut :

1.        Masukan (Input)


  Jumlah kader terlatih
  Ketersediaan sarana timbangan, KMS/Buku KIA dan register
posyandu.
  Adanya dukungan pembiayaan dari masyarakat setempat,
pemerintah dan lembaga donor untuk kegiatan posyandu.
2.      Proses
  Frekuensi Posyandu Buka
  Rata-rata Kader
  D/K
  Frekuensi kunjungan petugas ke posyandu
3.      Keluaran (Output)
  Adanya pelayanan kesehatan kegiatan minimal di 5 meja
  Adanya penimbangan
  Adanya penyuluhan
4.      Hasil/Dampak (Outcome)
  Meningkatkan status gizi balita
  Berkurangnya jumlah anak yang berat badannya tidak cukup naik
  Berkurangnya prevalensi penyakit anak (ISPA, Cacingan dll)
  Berkurangnya prevalensi anemia ibu hamil dan menyusui.
  Mantapnya pola pemeliharaan anak secara baik ditingkat keluarga
  Mantapnya kesinambungan posyandu.
   
B.     Pengertian KMS
a.       Pengertian
KMS ialah alat untuk mencatat dan mengamati perkembangan kesehatan anak
yang mudah dilakukan oleh para ibu. Hasil penimbangan anak setiap bulan adalah
pada Kartu Menuju Sehat (KMS), dimana terdapat grafik pertumbuhan (Suhardjo,
2003). Juga dapat diartikan sebagai ”Rapor” kesehatan dan gizi (catatan riwayat
kesehatan dan gizi) balita (Depkes RI, 1996).

KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.
Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu
dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan,
termasuk bidan dan dokter.

KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk
memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau
ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.

KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan
untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi
anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.

KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,


imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan
anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan
anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua
balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI

b.      Tujuan penggunaan KMS adalah :


1)        Tujuan umum
Mewujudkan tumbuh kembang dan status kesehatan balita secara optimal.

2)        Tujuan khusus


Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dalam memantau tingkat
pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal. Sebagai alat bantu dalam
memantau dan menentukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal. Sebagai alat bantu bagi
petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi kepada balita.

Interprestasi grafik pertumbuhan dan saran tindak lanjut

Tabel. 2

Interpretasi Pada Sekali Penimbangan

Keadaan berat badan Arti Tindak lanjut

Di Bawah Garis Merah Anak kurang gizi tingkat · Perlu pemberian


sedang dan berat makanan tambahan atau
PMT yang
diselenggarakan oleh
orang tua atau petugas
kesehatan

· Perlu penyuluhan gizi


seimbang

· perlu dirujuk untuk


pemerikasaan dokter
Pada daerah dua pita Anak kurang gizi ringan · Ibu dianjurkan untuk
warna kuning (di atas memberikan PMT pada
garis merah) anak balitanya di rumah

· Perlu penyuluhan gizi


seimbang

Pada dua pita warna hijau Anak dengan berat badan · Beri dukungan pada ibu
muda dan dua warna normal/baik untuk tetap
hijau tua di atas pita memperhatikan dan
kuning mempertahankan status
gizi anak

· Beri penyuluhan gizi


seimbang

Dua pita warna hijau Anak mempunyai · Konsultasi dokter


muda ditambah dua pita kelebihan berat badan · Penyuluhan gizi
warna kuning (paling seimbang
atas) dan selebihnya di
· Konsultasi ke klinik
atas pita warna hijau tua
gizi/pojok gizi di
puskesmas
Tabel. 3

Interprestasi dua kali Penimbangan atau lebih

Keadaan berat badan Arti Tindak lanjut

Berat badan naik atau Anak sehat, gizi cukup · Penyuluhan gizi
meningkat seimbang

· Beri dukungan pada


orang tua untuk
mempertahankan
kondisi anak

Berat badan tetap Kemungkinan terganggu · Pemberian makanan


kesehatannya dan atau tambahan
mutu gizi yang dikonsumsi · Penyuluhan gizi
tidak seimbang seimbang

· Konsultasi ke dokter atau


petugas kesehatan

Berat badan berkurang Kemungkinan terganggu · Pemberian makanan


atau turun kesehatannya dan atau tambahan
mutu gizi yang dikonsumsi · Penyuluhan gizi
tidak seimbang seimbang

· Konsultasi ke dokter atau


petugas kesehatan

Titik berat badan dalam Kurang kesadaran untuk · Penyuluhan dan


KMS terputus-putus berpartisipasi dalam pendekatan untuk
pemantauan tumbuh meningkatkan kesadaran
kembang anak berpartisipasi akatif
dalam pemantauan
tumbuh kembang anak

(Depkes RI, 2000)

Langkah-langkah mencatat Kartu Menuju Sehat yaitu mencatat nama


posyandu, identitas anak dan orang tua pada tabel dalam KMS.

a.       Manfaat KMS (Kartu Menuju Sehat)


Manfaat KMS adalah :
1.      Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
2.      Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
3.      Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
(Depkes RI, 2000)
B.     Buku KIA
Salah satu tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah kemandirian
keluarga dalam memelihara kesehatan Ibu dan Anak. Ibu dan Anak merupakan kelompok
yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi
yang seringkali berakhir dengan kecacatan atau kematian.
Buku KIA merupakan instrumen pencatatan sekaligus penyuluhan (edukasi) bagi ibu
dan keluarganya. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang kesehatan Ibu
dan Anak termasuk gizi, yang dapat membantu keluarga khususnya ibu dalam memelihara
kesehatan dirinya sejak ibu hamil sampai anaknya berumur 5 tahun (Balita). Semua Ibu
Hamil diharapkan memakai buku KIA dan buku ini selanjutnya digunakan sejak anak lahir
hingga berusia 5 tahun. Setiap kali anak datang ke fasilitas kesehatan, baik itu ke Bidan,
Puskesmas, Dokter praktek, klinik atau Rumah Sakit, untuk penimbangan, berobat, kontrol,
atau imunisasi, buku KIA harus dibawa agar semua keterangan tentang kesehatan anak
tercatat pada buku KIA.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN, dimana
balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang memiliki
KMS (K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang dan naik berat
badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang dimuat di KMS dan
digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI, 2003).

Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Meureubo yaitu data hasil rekapitulasi
baduta dan balita menunjukkan bahwa dari 34 desa yang termasuk dalam wilayah kerja
Puskesmas Meureubo, hanya empat desa yang memenuhi target SPM. Sementara 30 desa
lainnya di bawah target. Dengan target SPM D/S adalah 80 %.

Sementara jumlah balita yang memiliki KMS (K/S) dengan target adalah 100%
menunjukkan hanya mencapai 63 %. Hal ini masih jauh dari target yang ditentukan. Dimana
semua balita harus memiliki KMS.

Anda mungkin juga menyukai