Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Rekayasa Industri (JRI), Vol. 5 No.

1 April 2023
p-ISSN: 2714-8882 / e-ISSN: 2714-8874

Perancangan Mesin Perontok Padi Portabel Menggunakan Pendekatan Biomekanika

Suhartono1, Iva Mindhayani2, Ilmardani Rince Ramli3


1,2)
Fakultas Sains Dan Teknologi, Program Studi Teknik Industri, Universitas Widya Mataram
Dalem Mangkubumen KT.III/237 Yogyakarta
Email: sharjosaputro7@gmail.com, ivamindhayani@gmail.com, daniramligallery@gmail.com

ABSTRAK

Mesin perontok padi yang berada di ekowisata Geopark Gunung Sewu Gunung Kidul sebagian besar masih
menggunakan pedal tunggal tradisional yang terbuat dari sepeda atau becak yang tidak terpakai. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya cidera otot ypadaa petani setelah bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi mesin
perontok padi tradisional tersebut agar dapat mengurangi risiko terjadinya cidera otot, dapat meningkatkan produktivitas
dan terlihat menarik oleh pengunjung. Metode penelitian menggunakan analisis biomekanika dari gaya-gaya yang
dihasilkan oleh masing-masing segmen tubuh yang berpengaruh. Hasil penelitian terdapat koreksi desain
mesin pada bentuk dan dimensi mesin antara lain; penambahan pedal, handle, sadel, setang dan roda fleksibel
(yang dapat diatur ke atas dan ke bawah). Berdasarkan analisis fisiologis, energi yang dibutuhkan sebesar
2.633387 Kkal/menit dimana dapat dikategorikan beban ringan dan membutuhkan istirahat 5-6 menit.
Sedangkan hasil analisis biomekanika pada mesin lama menunjukkan berat yang ditanggung oleh kaki
penyangga oleh setiap segmen tubuh adalah 1902.719 N, sedangkan mesin hasil perbaikan memiliki beban
lebih kecil yaitu 974.793 N. Gaya minimum yang terjadi pada setiap segmen adalah 288,907 N pada lengan
dan bahu, 22,171 N pada bagian belakang, 254,541 N pada kaki mengayuh, dan 147,736 N pada pijakan
kaki, sehingga dinyatakan bahwa itu lebih kecil dari standar NIOSH (1981) yang direkomendasikan sebesar
3400 N. Jadi, berdasarkan analisis antropometri, aspek ergonomis, dan biomekanik yang dikoreksi dari mesin
perontok lebih baik dan lebih ergonomis daripada mesin lama. Dengan menggunakan desain mesin ini,
masalah cedera otot dapat diatasi sehingga pekerjaan menjadi lebih aman, nyaman, sehat, efektif, dan efisien.
Wisatawan dapat belajar lebih baik dan lebih banyak orang tertarik untuk mencobanya ketika musim panen
tiba.

Kata kunci: redesain, portable, mesin perontok padi, ergonomis, biomekanik

ABSTRACT

Mostly portable rice threshing machines in the Gunung Sewu Geopark ecotourism (Indonesia)
are traditional single pedals made from unused bicycles or pedicabs. Muscle injuries often occurred
by the farmers after work. This study aims to modify those traditional machines, so that can reduce
muscle injuries, even improve productivity and make them look eye-catching for visitors. The method
used biomechanical analysis using anthropometric properties that were analyzed using a statistical
approach. The results are machine design corrections that occurred in the shape and dimensions, i.e
additions of pedals, handles, saddle, handlebars, and flexible wheels (that can be adjusted up and
down). Based on the physiological analysis, the energy consumption is 2.633387 Kcal/minute which
is categorized as light load and the need for rest time is 5-6 minutes. The biomechanical analysis for
the initial total load using the old machine is 1902.719 N and using the corrected machine is 974.793
N. The minimum force that occurred on each segment is 288.907 N on the arms and shoulders, 22.171
N on the back, 254.541 N on the pedaling leg, and 147.736 N on the footrests, so it is stated that it is
smaller than the recommended NIOSH (1981) standard of 3400 N. So, based on the anthropometric
analysis, the ergonomic aspects, and the corrected biomechanics of the thresher machine are better
and more ergonomic than the old machine. By using this machine design, the problem of muscle
injury can be overcome so that the work becomes safer, more comfortable, healthy, effective, and
efficient. Tourists can learn better and more people are interested in trying it when the harvest season
arrives.

Keywords: redesign, portable, thresher machine, ergonomic, biomechanics

19
Jurnal Rekayasa Industri (JRI), Vol. 5 No. 1 April 2023
p-ISSN: 2714-8882 / e-ISSN: 2714-8874

I. PENDAHULUAN
Ilmu ergonomic sangat cepat berkembang sejalan dengan pertumbuhan teknologi dan industry.
Berbagai kajian yang terkait dengan di dalamnya telah dilakukan dengan tujuan membuat nyaman, aman, dan
efisien dalam mendukung penggunaan alat kerja pada industry. Dalam acuannya, mereka menggunakan
NIOSH Lifting Equation (NLE) untuk menilai risiko cedera tulang (Arjmand et al, 2015; Habes and Putz-
Anderson 1985; Nussbaum, et al, 1995). Analisis NIOSH memberikan batas berat yang direkomendasikan
(RWL) gaya kompresi tisak melebihi 3400N (Elfeituri and Taboun, 2002). NLE masih relevan untuk
diterapkan dalam menghitung beban gaya pekerja perempuan, selama beban energi didukung di bawah
ketinggian buku jari (Potvin, 2014).
Negara Indonesia adalah negara agraris, sektor pertanian memegang peranan sangat penting,
sehingga pengembangan alat-alat pertanian mutlak diperlukan. Proses perontokan padi merupakan aktivitas
kerja, sedangkan sebagian besar proses tersebut dikerjakan petani secara manual dengan satu kaki mengayuh.
Dimensi alat perontok padi umumnya terlalu rendah, sehinga punggung dan lutut terasa nyeri, pinggang
pegal-pegal, dan cepat lelah. Mesin perontok padi yang ada belum didesain dengan mempertimbangkan
aspek ergonomi dan belum sesuai postur tubuh petani. Postur tubuh manusia di dunia beragam ada orang
Asia dengan perawakan kecil, Eropa dan Afrika dengan perawakan besar, Melayu, dan Jawa dengan
perawakan lebih kecil dari Asia Timur Raya (Grasgruber and Masanovic, et al. 2022; Grasgruber and
Mašanović, et al. 2022; Suryadarma, 2019).
Mesin perontok padi dibutuhkan petani saat menghadapi masa panen. Meskipun kegiatan panen
merupakan bagian dari paket wisata, namun proses perontokan padi sepenuhnya dilakukan oleh para petani.
Desain mesin yang tidak ergonomis membuat petani merasa sakit pada beberapa bagian tubuh dan mudah
mengalami kelelahan. Ketidakseimbangan antara proses pengambilan dan perontokan dipicu oleh sebagian
besar mesin yang digunakan untuk bekerja secara manual dengan mengayuh tunggal. Rasa sakit yang dialami
oleh petani pada beberapa bagian tubuh seperti pada bagian punggung dan lutut. Oleh sebab itu perlunya
dilakukan redesain mesin perontok padi yang lebih ergonomis. Penelitan sebelumnya telah dilakukan oleh
Heru (2003) yaitu merancang mesin perontok padi dengan memanfaatkan antropometri petani.
Penelitian ini bertujuan untuk mendesain ulang mesin perontok padi berdasarkan pada beban
optimal kaki yang bertumpu. Dalam hal ini gaya dihasilkan dari otot pada masing-masing segmen tubuh.
Analisis dilakukan dengan didasarkan pada biomekanika dan beban kerja fisiologis petani dari besarnya
konsumsi energi. Untuk menentukan kategori beban kerja disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Klasifikasi beban kerja dalam reaksi fisiologis (Broucha, 1986)
Oxygen Energy expenditure Heart rate during
Work Load consumption in in calories per minute work in blats per
liters per minute minute
High 0,5 - 1,0 2,5 - 5,0 60 - 100
Moderate 1,0 - 1,5 5,0 - 7,5 100 - 125
Heavy 1,5 - 2,0 7,5 - 10,0 125 - 150
Very heavy 2,0 - 2,5 10,0 - 12,5 150 - 175

II. METODE PENELITIAN


Penelitian dilakukan di Eowisata Gunung Sewu Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengumpulan data berasal dari
responden sebanyak 90 orang terdiri dari responden perempuan berjumlah 75 orang, responden laki-laki sebanyak 15
orang.
2.1 Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan antara lain data antropometri (tinggi dan berat badan) serta data biomekanik (jenis kelamin
dan usia).
2.2 Pengolahan data meliputi:
1. Uji kecukupan data
Pengujian kecukupan data dengan syarat N’<N, jika dalam pengambilan data tidak sesuai maka
harus manambahkan data kembali dan melakukan uji kecukupan data dengan persamaan 1:
2
 k 
 s N  X    X 
2 2
 …………………………………….( 1)
N '  
 X 
 
N’= Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan; k= Tingkat Kepercayaan ( 95%, k = 2); s =
Derajat Ketelitian ( 5% ); dan N= Banyak data yang diamati.

20
Jurnal Rekayasa Industri (JRI), Vol. 5 No. 1 April 2023
p-ISSN: 2714-8882 / e-ISSN: 2714-8874

2. Uji keseragaman data


Uji keseragaman data denyut jantung dan antropometri meliputi penentuan batas kontrol (BK).

3. Menghitung jumlah konsumsi energi dan unit kerja fisiologis


Jumlah konsumsi energi dihitung berdasarkan persamaan 2 dan persamaan 3 berikut:
Y = 1,80411 - 0,0229038 X + 4,71733 . 10-4 X2 …………………….(2)
Keterangan :
Y = energi (kilo kalori/menit)
X = kecepatan denyut jantung (denyut/menit)
Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi
untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut:
KE = Et - Ei ………………………………………...……………….. (3)
Keterangan :
KE = konsumsi energi (kilo kalori/menit)
Et = pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilo kalori/menit)
Ei = pengeluaran energi pada saat istirahat (kilo kalori/menit)

Penentuan unit kerja fisiologis yaitu menghitung waktu istirahat. Wignjosoebroto (1995) menyusun
metode untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik seperti
ditunjukkan pada persamaan 4.

T (W  S )
R= ………………………………………………..……(4)
W  1,5
Keterangan :
R: istirahat yang dibutuhkan (menit), T: total waktu kerja (menit),W:= konsumsi energi rata-rata
untuk bekerja (Kkal/menit) dan S = pengeluaran energi rata-rata (Kkal/menit; biasanya 4 atau 5
Kkal/menit). Broucha (1986) menyusun klasifikasi beban kerja dalam reaksi fisiologis, untuk
menentukan berat ringannya suatu pekerjaan seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
4. Menghitung gaya otot yang terjadi pada masing-masing segmen bagian tubuh.
Segmen tubuh petani meliputi segmen tangan dan bahu, punggung, kaki mengayuh, kaki bertumpu
pada hukum Newton pertama yaitu : Fy = 0, Fx = 0, M = 0 (Sears, 1994).
5. Menghitung total beban kaki yang bertumpu dengan menjumlahkan gaya-gaya minimum per segmen,
gaya minimum didapat dengan mengubah-ubah sudut pengerjaan per segmennya.

2.3 Implementasi hasil


Hasil dari pengolahan data digunakan sebagai acuan untuk merancang ulang mesin perontok padi.
Hasilnya diuji secara rinci dan dievaluasi untuk kekurangan, jika lebih baik dengan tingkat peningkatan oleh
angka NIOSH, desain produk mesin baru dapat diimplementasikan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengukuran dilakukan pada dimensi mesin, antropometri pengguna, dan biomekanik pengguna. Data spesifikasi
teknis mesin diukur dalam satuan milimeter. Ini terdiri dari lebar dan tinggi mesin, lebar dan tinggi kotak, lebar dan
tinggi lubang input, tinggi antara poros dan pergelangan kaki, panjang lengan dayung, lebar dan panjang pedal, dan
tinggi antara pedal dan lantai (Gambar 1).
• Tinggi mesin : 550 mm
• Lebar kotak mesin : 650 mm
• Tinggi lubang masuk : 640 mm
• Tinggi antara poros dan kaki : 240 mm
• Panjang lengan dayung : 190 mm
• Tinggi pedal dari tanah : 35 mm
712

• Panjang pedal : 120 mm


640

• Lebar pedal : 75 mm

Gambar 1. Spesifikasi mesin perontok padi manual

21
Jurnal Rekayasa Industri (JRI), Vol. 5 No. 1 April 2023
p-ISSN: 2714-8882 / e-ISSN: 2714-8874

Data antropometri yang dikumpulkan meliputi 15 variabel, yaitu panjang kaki ke lantai, tinggi
lengan berdiri, tinggi siku istirahat, siku ke siku, bahu ke siku, siku ke pangkal tangan, panjang ibu jari,
panjang jari telunjuk, lebar telapak tangan, lebar pinggul, panjang paha atas, tinggi lutut, lutut ke lutut,
panjang kaki, dan lebar kaki. Dimensi pangkal kaki ke lantai digunakan untuk menentukan ketinggian
maksimum sadel/jok bagi operator yang bertugas mengayuh mesin perontok. Rentang adalah data terbesar
dikurangi data terkecil. Dimensi tinggi tangan berdiri untuk menentukan ukuran tinggi lubang input ke kotak
perontokan. Tinggi siku istirahat untuk mengatur ketinggian setang, diukur dari ketinggian sadel sehingga
operator dapat bekerja dengan nyaman. Siku ke siku untuk mengatur lebar setang/pegangan pada perontok
agar operator dapat beroperasi dengan nyaman. Bahu ke siku ditambahkan ke panjang siku ke pergelangan
tangan untuk menentukan jarak maksimum antara sadel dan setang/pegangan sehingga operator tidak terlalu
banyak membungkuk dalam beroperasi. Panjang ibu jari ditambah panjang jari telunjuk digunakan untuk
menentukan diameter maksimum setang/gagang sehingga dalam pengoperasiannya operator dapat
memegangnya dengan sempurna. Lebar telapak tangan digunakan untuk mengatur lebar minimum pegangan
pada setang sehingga operator dapat mencengkeram dengan nyaman. Lebar pinggul digunakan untuk
menentukan lebar minimum sadel yang digunakan, sehingga operator dapat duduk dengan sempurna.
Panjang paha atas digunakan untuk menentukan jarak minimum antara sadel dan setang, jarak antara sadel
dan sumbu pedal serta untuk menentukan jarak antara poros pedal dan sumbu vertikal sadel. Tinggi lutut
untuk menentukan jarak antara sadel dengan sumbu lengan dayung serta untuk menentukan panjang lengan
dayung sehingga gerakan operator dapat dimaksimalkan. Lutut ke lutut untuk menentukan lebar poros
engkol/jarak antar lengan dayung sehingga saat beroperasi posisi kaki tetap sejajar dengan paha atas. Panjang
kaki untuk menentukan panjang pedal. Lebar kaki untuk mengatur lebar pedal.

Tabel 2. Contoh pengukuran antropometri menggunakan analisis Chi Square


Jarak tinggi kaki ke lantai
Tinggi (cm) Frekuensi (Fi)
Frekuensi yang (Fi- Chi
diharapkan (ei) ei)2 Square
93.5-95.05 7 4.67
95.06-96.15 6 6.1 4.97 0.46
96.155-97.25 6 9.1 9.61 1.06
97.255-98.35 10 10.26 0.07 0.006
98.355-99.45 7 9.13 4.54 0.49
99.455-100.55 10 6.07
100.555-101.65 4 4.67 10.62 0.98
Total Nomber 50 2.996
Rata-rata: ¯X = (Ʃxᵢ.ƒᵢ)/N S:
4890/(50 ) = 97,8
2.08

Hasil uji kecukupan data dengan perhitungan manual dinyatakan data cukup dnegan nilai N' < N. hal ini
menunjukkan bahwa data sampel yang diambil untuk penelitian mencukupi. Analisis keseragaman
menggunakan contoh data panjang kaki ke lantai yang diukur. Nilai percaya diri yang digunakan adalah 95%, dengan
nilai K menjadi 2. Hasil perhitungan menunjukkan data panjang kaki ke lantai yang diukur dinyatakan seragam. Data
uji keseragaman data dapat dilihat secara detail pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji keseragaman data antropometri

Uji keseragaman data Percentile


Variabel Max Min Rata-rat σ BKA BKB Status 5 10 50 90 95
FFL 101 94 97.84 2.03 101.9 93.78 Seragam 94.5 - - - -
SAH 69 58 62.74 3.655 70.05 55.43 Seragam - - - - 68.75
REL 25 20 22.7 1.71 26.12 19.27 Seragam 19.89 - - - -
ETE 55 45 50.24 3.34 56.92 43.56 Seragam - - 50.24 - -
STE 35 30 32.58 1.633 35.85 29.31 Seragam 29.89 - - - -

22
Jurnal Rekayasa Industri (JRI), Vol. 5 No. 1 April 2023
p-ISSN: 2714-8882 / e-ISSN: 2714-8874

Tabel 3. Hasil uji keseragaman data antropometri (lanjutan)

Uji keseragaman data Percentile


Variabel Max Min Rata-rat σ BKA BKB Status 5 10 50 90 95
EBH 27 23 25.03 1.386 27.8 22.26 Seragam 22.75 - - - -
TL 6.4 5 5.64 0.409 6.46 4.82 Seragam 6.31 - - - -
IFL 11.5 9 10.24 0.801 11.84 8.64 Seragam 8.92 - - - -
PW 11.2 9.4 10.33 0.514 11.35 9.29 Seragam - - - - 11.18
HW 35 29 32.06 1.95 35.96 28.16 Seragam - - - - 35.27
ATL 47 40 43.78 2.18 48.14 39.42 Seragam - - - - 47.37
KH 55 45.5 50.3 3.229 56.76 43.84 Seragam 44.99 - - - -
KTK 11 8 9.65 0.934 11.52 7.78 Seragam - - - - -
FL 27 23.5 25.37 1.189 27.75 22.99 Seragam - - - - 27.32
FW 12 10 10.88 0.624 12.12 0.63 Seragam - - - - 11.68

Hasil pengamatan terhadap mesin perontok padi yang digunakan selama ini oleh petani menunjukkan bahwa
desain mesin perontok adi tidak ergonomis. Operator bekerja berdiri dalam durasi lama dengan tumpuan beban pada
kaki kiri, sedangkan kaki kanan mengayuh pedal dan kedua tangan memegang batang padi yang siap di rontokkan
padinya. Hasil pengamatan juga menunjukkan padi yang dihasilkan dengan menggunakan mesin perontok padi manual
sebanyak 80-90 kg/jam. Setiap keluarga umumnya dapat memanen antara 5-10 kuintal padi, sehingga operator mesin
perontok padi membutuhkan waktu 6,5-7 jam. Apabila kondisi tubuh operator tidak baik sehingga energi yang
didistribusikan tidak optimal, hal tersebut tentunya mengakibatkan operator mudah lelah sehingga produktivitas
menurun. Perbandingan mesin manual dan mesih hasil Perancangan ulang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan mesin lama dengan mesih hasil perancangan ulang
Dimension Mesin lama (cm) Redesain mesin (cm)
Meja mesin:
Tinggi lubang masuk 64 69
Lebar meja / box 65 100
Tinggi meja 55 100
Pedal mesin:
Tinggi sadel - 95
Tinggi setang - 114
Lebar sadel - 18
Jarak sadel ke setang - 53
Lebar setang - 50
Lebar gagang - 11
Diameter gagang - 4.8
Paddle-axle - 24
Jarak antara pedal-lengan - 10
Panjang pedal-lengan pedal 19 22
Lebar pedal 7.5 9
Panjang pedal 12 12
Jarak antara pedal dengan lantai 3.5 9

Berdasarkan Tabel 4 diketahui untuk mesin lama jarak pedal dengan lantai terlalu rendah (pendek) yaitu 3.5 cm
menyebabkan kaki operator sering menyentuh lantai saat mengayuh pedal. Maka dari itu, diperlukan evaluasi dengan
menerapkan prinsip ergonomi pada desain mesin perontok padi sehingga keluhan operator bekerja dengan aman,
nyaman, sehat, efektif dan efisien. Hasil redesain mesin perontok padi yaitu dengan menambah satu oedal lagi sehingga
ada dua pedal yang dapat diperasikan 2-3 orang (1 orang mengayuh pedal, 2 orang lainnya memasukkan batang padi).
Badan alat ditambahi peganyan sehingga operator dapat mengayuh lebih kuat, stabil, aman dan nyaman. Tinggi meja
diubah dari 64 cm menjadi 69 cm sesuai dengan antropometri tinggi 23ertical tangan. Lebar meja diubah dari 65 cm
menjadi 100 cm untuk efisiensi, dan rotasi dirancang untuk 2 orang. Jarak pedal dari lantai telah diubah dari 3,5 cm
menjadi 9 cm sehingga kaki dapat bergerak bebas, aman dan nyaman. Selanjutnya, perlu dilakukan uji kesesuaian hasil
desain (Tabel 5).

23
Jurnal Rekayasa Industri (JRI), Vol. 5 No. 1 April 2023
p-ISSN: 2714-8882 / e-ISSN: 2714-8874

Tabel 5. Perbandingan analisis biomekanik antara operator mesin lama dengan mesin hasil redesain
Fm (muscle
No Segmen Sudut Rx (N) Ry (N) Ra (N) Rs (N)
force; N)
Mesin lama
Lengan dan  = 30o; β = 75o 176,378 159,785 325,998 - -
1.
pundak
Tulang  = 65o; β = 25o - -146,039 401,578 302,234 -37,357
2.
belakang
h1 = 25o f1 = 18o 622,654 564,316 883,544
Pedal kaki (kaki h2 = 42o f2 = 35o 151,936 112,910 799,615
3.
mengayuh) h3 = 53o f3 = 47o 79,893 48,080 761,755
h4 = 20o f4 = 13o 809,473 760,600 947,806
4. Kaki berdiri  = 65o 164,003 200,337 69,459 - -
Total beban yang didukung kaki istirahat 1902,719
Mesin hasil redesain
Lengan dan  = 30o; β = 75o 176,378 159,785 34.948 - -
1.
pundak
Tulang  = 65o; β = 25o - -146,039 19.942 302,234 -37,357
2.
belakang
h1 = 25o f1 = 18o 622,654 564,316 861.565
Pedal kaki (kaki h2 = 42o f2 = 35o 151,936 112,910
3.
mengayuh) h3 = 53o f3 = 47o 79,893 48,080
h4 = 20o f4 = 13o 809,473 760,600
4. Kaki berdiri  = 65o 164,003 200,337 58.338 - -
Total beban yang didukung kaki istirahat 974.793 N

Pengeluaran energi adalah energi yang dikeluarkan selama bekerja, dihitung menggunakan data panas rata-
rata (Tabel 4) untuk batas atas (UCL) dan kontrol bawah (LCL). Langkah pertama adalah uji keseragaman data.
Selama bekerja:
UCL = X  2 = 123.375 + 2*(0.724784) = 124.824
LCL = X  2 = 123.375 – 2*(0.724784) = 121.925
Selama pemulihan: Data dinyatakan seragam
UCL = X  2  = 91.50 + 2*(0.724784) = 92.949
LCL = X  2  = 91.50 – 2*(0.724784) = 90.050

Energi yang dikeluarkan:


Selama bekerja:
W = 1.08411 – 0.0229038 ( X ) + 4.71733*10-4 ( X 2)
W= 1.08411 – 0.0229038*(123.375) + 4.71733*10-4 (123.3752)
W= 5.618987 Kkal/menit
Selama waktu pemulihan:
W= 1.08411 – 0.0229038 ( X ) + 4.71733*10-4 ( X 2)
W= 1.08411 – 0.0229038 (91.50) + 4.71733*10-4 (91.502)
W= 2.9856 Kkal/menit
seperti diketahui bahwa 5,618 Kkal/menit dikategorikan sebagai beban kerja sedang menurut klasifikasi
beban kerja oleh Broucha (1986) yang ditunjukkan pada Tabel 1. Konsumsi energi (W) adalah perbedaan
antara energi yang dikeluarkan dan waktu pemulihan. Pengeluaran energi selama mengayuh adalah 5,618987
Kkal/menit dan selama pemulihan adalah 2,9856 Kkal/menit, maka jumlah konsumsi energi (W) adalah
5,618987 - 2,9856 Kkal/menit, yaitu 2,633387 Kkal/menit. Konsumsi energi ini termasuk dalam klasifikasi
beban kerja ringan menurut Broucha (1986). Waktu istirahat (R) dihitung mengacu pada (Wignjosoebroto,

24
Jurnal Rekayasa Industri (JRI), Vol. 5 No. 1 April 2023
p-ISSN: 2714-8882 / e-ISSN: 2714-8874

2007) sebagai kompensasi untuk pekerjaan fisik waktu kerja (T), perbedaan antara konsumsi energi (W) dan
energi rata-rata yang dikeluarkan berbanding terbalik dengan konsumsi energi (W) dapat dihitung:
T ( W  S) 4 (2,633387  4)
R= =  6,55 menit
W  1,5 2,633387  1,5
Sehingga waktu istirahat yang dibutuhkan operator dalam mengayuh adalah 6-7 menit. Sedangkan spesifikasi
mesin yang didesain ulang disajikan oleh Gambar 2.

Gambar 2. Mesin perontok padi hasil redesain

Sistem pertanian pada daerah pegunungan dan perbukitan seperti di kawasan Geopark Gunung Sewu tidak
representatif untuk penerapan mesin perontok dalam pemanenan. Hal itu dikarenakan mesin berat dan geomorfologi
atau kondisi daerah yang sangat bergelombang sehingga dipilih mesin perontok padi tradisional yang lebih mudah
dibawa dalam spesifikasi skala keluarga. Sehingga dilakukan redesain mesin perontok padi tradisional dengan
menambahkan setang, sadel, dan 2 roda pada kaki mesin membuatnya lebih mudah dioperasikan dan dipindahkan.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip antropometri dan analisis biomekanik, maka diperoleh desain mesin yang
fleksibel, portabel dan ergonomis.
Perubahan bentuk dan dimensi telah disesuaikan dengan antropometri petani dan memperhatikan aspek
ergonomi, analisis biomekanik. Perubahan tersebut juga disesuaikan dengan standar NIOSH terkait pembebanan otot
yang aman. Mesin perontok padi lama dioperasikan oleh 1 operator dengan pedal 1, sedangkan mesin hasil redesain
bisa diperasikan 2-3 orang dengan 1 orang sebagai operator pengayuh pedal, 2 orang lainnya memasukkan batang padi
untuk proses perontokan. Dimensi mesin hasil redesain; tinggi saluran masuk padi 69 cm, lebar box 100 cm, tinggi box
100 cm, tinggi sadel 95 cm, tinggi stang 114 cm. lebar sadel 35 cm, jarak sadel ke stang 53 cm, lebar stang 50 cm, lebar
pegangan 11 cm, diameter pegangan 4.8 cm, jarak sadel ke poros pedal 24 cm, jarak antara lengan pedal 10 cm,
panjang lengan pedal 22 cm, lebar pedal 9 cm, panjang pedal 12 cm, dan tinggi pedal dari lantai 9 cm. perubahan
dimensi pada mesin hasil redesain telah mengikuti standar ergonomi yang efisien, sehat, aman dan nyaman.
Fisiologi konsumsi energi di tempat kerja adalah 2,633387 Kkal/menit pada kategori beban ringan, sehingga
membutuhkan waktu istirahat dalam mengayuh 6-7 menit pada setiap pergantian material dalam mesin. Hasil analisis
biomekanik penggunaan mesin lama diketahui total pembeban sebesar 1902.719 N, sedangkan setelah menggunkana
mesih hasil redesain total pembebanan turun menjadi 974.793 N. Dengan distribusi gaya minimum pada tangan dan
bahu sebesar 288,907 N, punggung 22,171 N, kaki mengayuh 254,541 N, dan kaki istirahat sebesar 147,736 N. Total
pembebanan pada kaki menjadi lebih rendah dari yang direkomendasikan oleh NIOSH yaitu 3400 N, sehingga bisa
dikatakan pada kategori aman dan nyaman. Jadi, dapat diartikan bahwa produk mesin perontok sebelumnya tidak
memenuhi kriteria ergonomis, meskipun hanya untuk skala rumah. Produk hasil redesain sesuai dengan dimensi tubuh
petani sehingga redesain dapat diterapkan atau diimplementasikan.

IV. SIMPULAN
Analisis ergonomis menggunakan konsep dasar antropometri dan biomekanik sangat berguna untuk kesehatan di
tempat kerja. Dari hasil analisis ergonomi dihasilkan desain baru mesin perontok beras dengan pedal yang lebih aman,
nyaman, sehat, efektif, dan efisien. Hal ini dilakukan dengan mengubah bentuk dan dimensi yang disesuaikan dengan

25
Jurnal Rekayasa Industri (JRI), Vol. 5 No. 1 April 2023
p-ISSN: 2714-8882 / e-ISSN: 2714-8874

biomekanik tubuh petani Jawa. Hasilnya telah dicocokkan dengan standar NIOSH, dan ternyata kurang dari 3400 N,
sehingga dinyatakan aman, sesuai, dan direkomendasikan.

DAFTAR PUSTAKA
Arjmand, N., Amini, M., Shirazi-Adl, A., Plamondon, A., & Parnianpour, M. (2015). “Revised NIOSH
Lifting Equation May generate spine loads exceeding recommended limits,” Int. J. Ind. Ergon., vol.
47,1–8.
Broucha, L. 1989, Applied Ergonomics Hand Book. London: Butterworth
Elfeituri, F. E., & Taboun, S. M. (2002). An evaluation of the niosh lifting equation: A psychophysical and
biomechanical investigation. International Journal of Occupational Safety and Ergonomics.
https://doi.org/10.1080/10803548.2002.11076527
Grasgruber, P., Mašanović, B., Prce, S., Popović, S., Arifi, F., Bjelica, D., Bokůvka, D., Cacek, J.,
Davidović, I., Gardašević, J., Hrazdíra, E., Hřebíčková, S., Ingrová, P., Potpara, P., Stračárová, N.,
Starc, G., & Mihailović, N. (2022). Correction: Mapping the Mountains of Giants: Anthropometric
Data from the Western Balkans Reveal a Nucleus of Extraordinary Physical Stature in Europe
(Biology, (2022), 11, (786), 10.3390/biology11050786). In Biology.
https://doi.org/10.3390/biology11071050
Grasgruber, P., Masanovic, B., Prce, S., Popovic, S., Arifi, F., Bjelica, D., Bokuvka, D., Cacek, J.,
Davidovic, I., Gardasevic, J., Hrazdira, E., Hrebíckova, S., Ingrova, P., Potpara, P., Stracarova, N.,
Starc, G., & Mihailovic, N. M. (2022). Mapping the Mountains of Giants: Anthropometric Data from
the Western Balkans Reveal a Nucleus of Extraordinary Physical Stature in Europe. Biology.
https://doi.org/10.3390/biology11050786
Habes, D. J., & Putz-Anderson, V. (1985). The NIOSH program for evaluating biomechanical hazards in the
workplace. In Journal of Safety Research. https://doi.org/10.1016/0022-4375(85)90007-6
Heru, D.P, (2003), Perencanaan Ulang Sepeda Perontok Padi dengan memanfaatkan
Anthopometri Petani, (Skripsi S1). Jurusan Teknik Industri ISTA Yogyakarta.
Nussbaum, M. A., Chaffin, D. B., & Page, G. B. (1995). Biomechanical investigation of the asymmetric
multiplier in the revised NIOSH lifting equation. Proceedings of the Human Factors and Ergonomics
Society. https://doi.org/10.1177/154193129503901036
Potvin, J. R. (2014). Comparing the revised NIOSH lifting equation to the psychophysical, biomechanical
and physiological criteria used in its development. International Journal of Industrial Ergonomics.
https://doi.org/10.1016/j.ergon.2013.07.003
Suryadarma, I. G. P. (2019). Biodiversity and ecological phenomena in Pranatamongso calendar: Basic
knowledge and goal for optimizing of crop production in javanese farmers. Journal of Physics:
Conference Series. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1317/1/012183
Wignjosoebroto, S. (1995). Ergonomi Studi Gerak Dan Waktu. Jakarta: PT. Guna Widya

26

Anda mungkin juga menyukai