Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmiah Computing Insight Vol.3 No.

1 | 2021

ANALISA FATIGUE PADA CONTROLLABLE PITCH PROPELLER


MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS

Mohammad Mizan Firmansyah1, Dwisetiono2

Program Studi Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan, Universitas Hang Tuah
Surabaya
Email : Mizanfirmansyah782@gmail.com1

ABSTRAK
Propeller adalah salah satu bagian kapal yang digerakkan oleh mesin, yang mempunyai fungsi untuk
mendapatkan gaya dorong bagi laju kapal sehingga propeller harus mampu menahan gaya-gaya yang
bekerja pada blade akibat beban hidrodinamik. Masalah pada KMP. SALINDO MUTIARA 1 ini sering
mengalami kerusakan pada bagian penghubung antara blade dan propeller hub. Propeller sering
mengalami kelelahan/aus dibagian hub propeller. Kerusakan seperti ini terjadi setiap tahun pada KMP.
SALINDO MUTIARA 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur fatigue life dan hotspot stress yg
dialami propeller pada saat beroperasi dan saat pitch mengalami perubahan sudut pitch dengan ukuran
paling kecil sudut 10°, menengah sudut 15°, dan terbesar sudut 20°. Berdasarkan analisa simulasi CFD
yang mendapatkan maximmum pressure adalah pitch 200 sebesar 191.386 Kpa, pada pitch 150 sebesar 167
Kpa dan yang mendapatkan pressure terendah adalah pitch 100 sebesar 135 Kpa. Dari simulasi Ansys static
Structure mendapatkan nilai Stress pada pitch 20o dengan nilai terbesar 30 MPa, pada pitch 150 adalah
sebesar 28,725 Mpa dan yang terendah adalah 10o adalah 27.8 Mpa. Bagian propeller mengalami hotspot
stress adalah bagian depan (face). Setelah didapat semua nilai siklus dan stress, dapat dilakukan
perhitungan fatigue life. Diketahui bahwa umur fatigue life pada pitch 10o,15o,20o adalah 31,30,28 tahun.

Kata kunci : Controllable pitch propeller (CPP), fatigue life, fatigue, pressure

Abstract
The propeller is one part of the ship that is driven by the engine, which has a function to get the thrust for
the speed of the ship so that the propeller must be able to withstand the forces acting on the blade due to
hydrodynamic loads problem KMP. SALINDO MUTIARA 1 is often damaged in the connecting part
between the blade and the propeller hub. Propeller often experiences fatigue wear on the propeller hub
section. This kind of damage occurs every year to KMP. SALINDO MUTIARA 1. This study aims to
determine the age of fatigue life and hotspot stress experienced by the propeller during operation and when
the pitch changes the pitch angle with the smallest size angle of 10°, medium angle of 15°, and the largest
angle of 20°. Based on the CFD simulation analysis, the maximum pressure is 20°. pitch of 191,386 Kpa,
at pitch 15° of 167 Kpa and the lowest pressure is pitch 10° of 135 Kpa. From the simulation, Ansys Static
Structure gets the stress value at a pitch of 20°. with the largest value of 30 MPa, at a pitch of 15° is 28,725
Mpa and the lowest is 10° is 27.8 Mpa. The part of the propeller experiencing hotspot stress is the face.
After all the cycle and stress values are obtained, the fatigue life can be calculated. It is known that the age
of fatigue life at a pitch of 10°, 15°, 20° is 31.30.28 years.

Keywords: Controllable pitch propeller (CPP), fatigue life, fatigue, pressure

I PENDAHULUAN
Pengerak atau propeller kapal penumpang berbagai macam salah satunya tipe controllable
pitch propeller (CPP). Prinsip kerja controllable pitch propeller (CPP) adalah propeler yang
dapat mengubah/ mengatur pitch propelernya. Pitch propeller adalah besaran displacement yang
dibuat oleh propeller dalam satu kali putaran (360°). Hal itu dikarenakan propeller memiliki
blade dengan sudut kemiringan yang tegak lurus dengan sumbu dari rotasi propeller. KMP.
SALINDO MUTIARA 1 menggunakan Controllable pitch propeller (CPP) karena memerlukan
manuver pada saat beroperasi namun controllable pitch propeller (CPP) juga memiliki kerugian
dikarenakan biaya perawatan yg mahal [2].

1 | COMPUTING INSIGHT
Jurnal Ilmiah Computing Insight Vol.3 No.1 | 2021

Namun hal yang harus tetap diperhatikan ialah sebuah propeller harus mampu menahan
gaya-gaya yang bekerja pada daunnya (blade). Gaya-gaya yang bekerja antara lain tekanan
hidrostatik, gaya dorong (thrust force) pada masing-masing daun, torsi (torque) pada masing-
masing daun dan gaya sentifugal. Akibat gaya-gaya yang timbul tersebut, maka material propeller
harus memiliki kekuatan yang cukup sehingga tidak akan melengkung melebihi batas yang
dijinkan [11].
Apabila material mengalami tekanan yang melebihi tegangan maksimum secara terus-
menerus, propeller pun pada akhirnya akan mengalami kelelahan (fatigue). Terjadinya benturan
antara propeller dengan batu karang juga dapat mengakibatkan kerusakan pada propeller.
Propeller bertipe controllable pitch propeller (CPP) pada KMP. SALINDO MUTIARA 1 ini
mengalami kerusakan pada bagian neck blade dan propeller hub. Pada bagian neck blade dan
propeller hub mengalami kelelahan (fatigue).
Analisa Controllable pitch propeller (CPP) dengan jumlah blade tiga dan mengambil sudut
pitch 10°, 15°, 20° menggunakan simulasi Computational Fluid Dynamic (CFD) untuk
mengetahui pressure, digunakan untuk menganalisa fatigue life dan letak dari hotspot stress yang
terjadi pada setiap pitch yang diambil. Sehingga dapat diketahui lifetime (masa kerja)
Controllable pitch propeller (CPP) kapal KMP. Salindo Mutiara 1.

II DASAR TEORI

Controllable Pitch Propeller (CPP)


Controllable Pitch Propeler (CPP) di sisi lain, adalah alternatif untuk peningkatan efisiensi,
terutama dalam kebutuhan berbagai tingkat dorong dan beban, sambil mempertahankan
kecepatan poros yang optimal. Selain itu, ini memungkinkan penghematan ruang dan berat,
karena membalikkan persneling tidak diperlukan. Namun, sistem CPP menyajikan biaya yang
lebih tinggi, karena membutuhkan bagian-bagian khusus seperti poros, hidroliks, dan kontrol
jembatan. Dalam desain CPP, dimungkinkan untuk memutar bilah di sekitar porosnya, dengan
perubahan pada pitch dan kecepatan, dari kecepatan penuh ke depan ke kecepatan penuh ke
belakang [1].

Hidrodinamika Propeller
Dalam membuat bentuk dasar propeller dibutuhkan bentuk yang hidrodinamis yaitu yang
dinamakan hidrofoil dimana menghasilkan suatu lift yang lebih besar dibandingkan dengan
dragnya. Pergerakan dari hidrofoil ini terjadi pada suatu media fluida dengan kecepatan yang
memungkinkan terjadinya hidrodinamika. Hidrodinamika adalah peristiwa dimana kecepatan
antara bagian atas dan bawah hidrofoil terjadi perbedaan. Fluida yang melalui bagian atas airfoil
melaju lebih cepat daripada fluida yang melewati bagian bawah. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan tekanan antara aliran fluida bagian atas dan aliran fluida bagian bawah. Seperti yang
kita ketahui bahwa besarnya tekanan berbanding terbalik terhadap besarnya kecepatan. Sehingga
yang terjadi adalah aliran fluida yang melalui bagian bawah hidrofoil lebih pelan bila
dibandingkan bagian atas hidrofoil, perbedaan tekanan yang terjadi inilah yang kemudian
akhirnya menimbulkan fenomena lift atau gaya angkat itu. Perhitungan kekuatan daun baling
baling bertujuan untuk mengetahui kemampuan daun baling-baling untuk menahan beban dari
gaya-gaya yang bekerja pada daunnya. Pengaruh tipis daun baling-baling sangat mempengaruhi
kekuatan dari daun baling-baling tersebut.

Fatigue
Sebuah beban yang dilakukan berulang-ulang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
atau kegagalan, salah satunya ialah fatigue. Sekitar 90% dari kerusakan pada material yang paling
sering sering terjadi disebabkan oleh kegagalan. Tegangan yang terjadi akibat fatigue dapat
dibedakan menjadi tiga siklus umum, yaitu yang pertama adalah fluktuasi tegangan terjadi mulai

2 | COMPUTING INSIGHT
Jurnal Ilmiah Computing Insight Vol.3 No.1 | 2021

dari tegangan rata-rata nol dengan amplitude yang konstan [14]. Fracture merupakan tahap akhir
dari proses fatigue dimana bahan tidak dapat menahan. tegangan dan regangan yang ada sehingga
patah menjadi dua bagian atau lebih.

Modus kegagalan struktur dibedakan menjadi 2 katagori yaitu:


1) Modus kegagalan quasi statik. Modus kegagalan dinyatakan dengan kekuatan. Jenis-jenis
modus kegagalan statik yaitu:
• Kegagalan akibat tegangan tarik (tensile stress).
• Kegagalan akibat tegangan tekan (compressive stress).
• Kegagalan akibat tegangan geser (shear stress).
2) Modus kegagalan yang tergantung pada waktu. Modus kegagalan dinyatakan dengan umur
atau life time. Jenis-jenis modus kegagalan yang tergantung pada waktu yaitu:
• Kelelahan.
• Mulur.
• Keausan.
• Korosi [11]
Faktor - faktor yang mempengaruhi umur material yaitu :
• Pembebanan (Jenis beban : uniaksial, lentur, puntir), (pola beban : periodik, random),
besar beban (besar tegangan), frekuensi siklus beban.
• Kondisi material (ukuran butir, kekuatan, penguatan dengan larutan padat, penguatan
dengan fasa ke-dua, penguatan regangan, struktur mikro, kondisi permukaan (surface
finish), ukuran komponen).
• Proses pengerjaan (proses pengecoran, proses pembentukan, proses pengelasan, proses
pemesinan, proses perlakuan panas).
• Temperatur operasi.
• Kondisi lingkungan

III METODE PENELITIAN


Berdasarkan alur penelitian, penelitian ini sebagian besar dilakukan dengan menggunakan
simulasi CFD dan Ansys Static Structure terlebih dahulu mempelajari studi literatur terhadap
materi yang terkait.
B

Gambar 1. Diagram alir penelitian

3 | COMPUTING INSIGHT
Jurnal Ilmiah Computing Insight Vol.3 No.1 | 2021

Rumusan masalah

Rumusan Masalah meliputi penelitian dan penyelesaian suatu masalah yang dialami oleh
suatu perusahaan.

Studi Literatur
Tahap ini di lakukan proses studi literatur untuk di jadikan sebagai tinjuan pustaka pada
penelitian serta data yang di ambil,dalam hal ini yang akan di jadikan sumber untuk tinjauan
pustaka dari internet, buku-buku penunjang perancangan,jurnal serta para dosen pembimbing
guna untuk mengumpulkan data dan bahan yang di butuhkan dalam melakukan penelitian.

Pengumpulan Data
Tabel 1. data ukuran utama desain propeller
Ukuran
No Data Propeller Satuan
propeller
1. Diameter Propeller 2000 mm
2. RPM 365 mm
3. Pitch 800 mm
4. Pitch Ratio 0,400 mm
5. Number of Blade 3

IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Model Propeller


Tahap ini, dilakukan dengan pembuatan 3 model propeller Controllable pitch propeller
(CPP) dengan sudut pitch paling kecil sebesar 10º, menengah dengan sudut 15º, dan terbesar
dengan sudut 20º.

Gambar 2. model Propeller Pitch 20o tampak samping

Analisa Pressure Menggunakan Software CFD


Model Controllable pitch propeller (CPP) yang telah dibuat kemudian diimport ke
software Ansys Workbench dan kemudian dibuat suatu boundary building yang berbentuk silinder
sebagai tempat untuk fluida. Inlet adalah tempat masuknya aliran fliuda, Outlet adalah tempat
keluarnya aliran fluida, dan Wall adalah batas aliran disekeliling model yang berbentuk silinder.

4 | COMPUTING INSIGHT
Jurnal Ilmiah Computing Insight Vol.3 No.1 | 2021

Gambar 3. Lokasi inlet dan outlet domain fluida

Tahap selanjutnya adalah meshing pada model. Meshing merupakan tahapan dimana objek
dan boundary buliding dibuat menjadi elemen-elemen kecil. Domain yang dibuat memiliki fitur-
fitur yang sederhana, sehingga dipilih mesh tipe tetrahedral untuk memperoleh hasil yang
memiliki resolusi tinggi, lebih cepat komputasinya serta lebih penggunaan elemennya. Ukuran
mesh dibuat maksimum 100 mm pada seluruh domain.

Gambar 4. Hasil meshing CFD.

Analisa tekanan dilakukan untuk mendapatkan nilai tekanan yang diterima oleh propeller
akibat beban hidrodinamik. Domain fluida yang digunakan adalah water. Berikut adalah kondisi
distribusi aliran yang dilakukan pada penelitian ini.

Tabel 2. Hasil simulasi Distribusi Aliran


No Model Velocity (m/s)
1 Pitch 100 3,08667
2 Pitch 150 3,60111
3 Pitch 200 3,702

5 | COMPUTING INSIGHT
Jurnal Ilmiah Computing Insight Vol.3 No.1 | 2021

Maka hasil dari simulasi velocity aliran tertinggi adalah Pitch 200. Gambar 5 dibawah ini
menunjukkan velocity aliran pada pitch 200.

Gambar 5. Distribusi streamline propeller pitch 20o

Setelah simulasi untuk menentukkan Velocity Aliran pada Boundary Building. Maka pada
tahap ini melakukan proses running untuk mendapatkan nilai contour pressure.

Tabel 3. Hasil simulasi Contour Pressure


Pressure
No Model
(Kpa)
1 Pitch 100 135
2 Pitch 150 167
3 Pitch 200 191.386
Maka hasil dari simulasi Contour pressure tertinggi adalah Pitch 200. Gambar 6 dibawah ini
menunjukkan distribusi Contour pressure pada pitch 200.

Gambar 6. pressure Tertinggi hasil simulasi CFD pada propeller pitch 20o

6 | COMPUTING INSIGHT
Jurnal Ilmiah Computing Insight Vol.3 No.1 | 2021

Analisa Fatigue Pada Propeller

Pada tahap ini dilakukan perhitungan nilai stress, tegangan tertinggi, dan fatigue life dari
material dan mendapatkan letak dari hotspot stress akibat tekanan yang didapatkan pada saat
running pada software CFD (Computational Fluid Dynamics). Pada penelitian kali ini material
yang digunakan ialah material kuningan (Cu-Zn). Sifat material pada kuningan (Cu-Zn) antara
lain:

• Density : 8.400 Kg/m3


• Modulus Elastisity : 10,1 x 104 Mpa
• Shear Modulus : 3,7 x 104 Mpa
• Poisson Ratio : 0,35 [5].

Meshing
Pada tahap selanjutya ialah meshing model. Metode meshing yang disediakan oleh software.
Perbedaannya pada analisa sebelumnya hanya terletak pada boundary building yang pada tahap
ini tidak diperlukan atau hanya model propeller saja. Ukuran mesh dibuat maksimum 100 mm
pada seluruh domain:

Gambar 7. Hasil meshing

Penentuan Boundary Condition

Penentuan boundary condition pada propeller yaitu dengan menjadikan half joint sebagai
fixed support dan full joint sebagai Frictionless supports. Bertujuan tidak bergerak pada saat
model propeller nanti diberikan pembebanan. fixed supports adalah Setingan yang digunakan
untuk membatasi Gerakan dari landasan bending baik translasi maupun rotasi kearah X, Y
maupun Z. Sedangkan Frictionless supports Tumpuan geser yang dapat menerima reaksi beban
ke arah normal terhadap permukaan gesek tetapi dapat terjadi slip ke arah tangensial dengan
permukaan gesek yang digunakan untuk merepresentasikan derajat kebebasan berputar.

Gambar 8. Lokasi Fixed Supports Dan Frictionless Supports

7 | COMPUTING INSIGHT
Jurnal Ilmiah Computing Insight Vol.3 No.1 | 2021

Imported Pressure
Tekanan (Pressure) yang didapatkan dari analisa CFD (Computational Fluid Dynamics)
kemudian di import ke dalam software ANSYS Static Structural. Pada gambar tersebut pressure
tertinggi terletak pada bagian depan (face) dengan nilai pressure tertinggi sebesar 0,0344 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀
sedangkan pressure terendah dengan nilai sebesar -0,08022 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀.

Gambar 9. Import pressure pada propeller blade

Hotspot Stress
Pada tahap ini, akan didapatkan hasil dari running calculation menggunakan Software Ansys
Static Structure untuk mendapatkan nilai distribusi tegangan von mises dan nilai distribusi
deformasi, lokasi tegangan tertinggi dari 3 model propeller Controllable pitch propeller (CPP)
dengan sudut pitch 10º, 15º, 20º.

Tabel 4. Hasil simulasi Tegangan


No Model Tegangan (Mpa)
1 Pitch 100 27,8
2 Pitch 150 28,725
3 Pitch 200 30

Maka hasil dari simulasi Tegangan Von mises tertinggi adalah Pitch 200. Gambar 10 dibawah
ini menunjukkan distribusi tegangan Von mises pada pitch 200.

Gambar 10. Distribusi Tegangan Pada Propeller Pitch 20o

8 | COMPUTING INSIGHT
Jurnal Ilmiah Computing Insight Vol.3 No.1 | 2021

Pada tahap selanjutnya dapat menentukkan Distribusi deformasi. Deformasi dapat terjadi
saat material mengalami fatigue dan mengalami pressure yang besar/tidak beraturan. Nilai
distribusi deformasi diambil dari beban/pressure yang dialami propeller. Maka Hasil dari
simulasi distribusi deformasi adalah :

Tabel 5. Hasil Simulasi Distribusi Deformasi


No Model Deformasi (mm)
1 Pitch 100 1,59
2 Pitch 150 1,638
3 Pitch 200 1,691
Maka hasil nilai dari distribusi deformasi tertinggi adalah Pitch 200. Gambar 11 dibawah ini
menunjukkan distribusi deformasi pada pitch 200.

Gambar 11. Distribusi deformasi pada simulasi propeller dengan pitch 200

Safety Factor
Safety factor merupakan sebuah aspek dalam dunia keteknikan yang digunakan untuk mengukur
atau menilai batas kemampuan suatu bahan akibat beban dari luar (external load) (seperti beban
tekan dan juga beban tarik) yang bekerja terhadapnya. Perhitungan Safety factor digunakan untuk
mengevaluasi hasil hotspot stress pada propeller. Besarnya tegangan yang terjadi harus bernilai
lebih kecil dari pada tegangan yang diijinkan terjadi (allowable stress). Hasil dari perhitungan
safety factor diatas dapat diketahui dengan menggunakan rumus dibawah ini.
𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌𝑌 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
𝐹𝐹𝐹𝐹 = ≥1
𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
Pada perbandingan yang ditunjukkan di atas kemudian dikenal dengan faktor keamanan
(factor of safety) dan diharuskan memiliki nilai lebih besar atau sama dengan satu [8]. Perhitungan
safety factor menggunakan propeller Controllable pitch propeller (CPP) dengan sudut pitch 10º,
15º, 20º.

Tabel 6. Perhitungan Safety Factor


Model Tegangan terjadi (Mpa) Yield Strenght ( Mpa) Safety Factor Keterangan

Pitch 100 27,8 90 3,237 Memenuhi

Pitch 150 28,725 90 3,133 Memenuhi

Pitch 200 30 90 3 Memenuhi

9 | COMPUTING INSIGHT
Jurnal Ilmiah Computing Insight Vol.3 No.1 | 2021

Fatigue Life Analysis


Analisa kelelahan dilakukan untuk menentukan siklus terpendek dari propeller pitch 100,
15 , 200 saat mengalami hotspot stress. Analisa kelelahan menggunakan software ANSYS Static
0

Structural untuk mendapatkan jumlah siklus terpendek dari hotspot stress. Maka Hasil dari
simulasi Fatigue Life adalah :

Tabel 7. Hasil Simulasi Fatigue Life


No Model Fatigue Life (siklus)
1 Pitch 100 9039,6
2 Pitch 15 0
8772,2
3 Pitch 200 8419,4

Maka hasil dari simulasi Fatigue Life dengan nilai tertinggi adalah Pitch 200. Gambar 12
dibawah ini menunjukkan distribusi Fatigue Life pada pitch 200.

Gambar 12. Fatigue Life Dengan Pitch 20o

Perhitungan Fatigue Life


Tahap ini merupakan hasil dari analisa menggunakan software yang nantinya didapatkan
umur material dalam tahun. Setelah dilakukannya perhitungan First-order fatigue cycles dapat
ditentukan nilai siklus terendah fatigue life, maka perkiraan umur material dapat ditentukan
dengan :
First – order fatigue cycle = Rpm x 60minutes x 24hours x operating days one year
Berdasaran rumus diatas, maka :
First-order fatigue cycle = 365 x 60 x 24 x 3600
maka First-order fatigue cycle 25 th berdasarkan total jumlah siklus yang direncanakan.
Tabel 8. Perhitungan First-order fatigue cycle

10 | COMPUTING INSIGHT
Jurnal Ilmiah Computing Insight Vol.3 No.1 | 2021

First-Order fatigue cycle


No Time Number Of cycle
1 1st Hours 5.26 × 105
2 1st Day 6.3 × 106
3 1st Month 1.31 × 107
4 1st Year 1.58 × 108
5 2nd Year 3.15 × 108
6 10th Year 1,58 × 109
7 15th Year 2,37 × 109
8 25th Year 3,94 × 109
Berdasarkan tabel fatigue cycle diatas dan jumlah siklus terendah fatigue life pada penelitian
yang dilakukan adalah 3,94 × 109 siklus, maka perhitungan perkiraan umur material adalah
𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 = x 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦
DM
Dimana :
Desain life : 25 tahun, menurut klasifikasi Common Structural Rules [12].
DM = Cumulative fatigue damage
𝑁𝑁
DM = 𝐿𝐿
𝑁𝑁𝐼𝐼
Dimana :
𝑁𝑁𝐿𝐿 = total jumlah siklus yang direncanakan untuk 25 th
0,85 𝑇𝑇𝐿𝐿
𝑁𝑁𝐿𝐿 =
4𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿
0,85 𝑇𝑇𝐿𝐿
𝑁𝑁𝐿𝐿 =
4𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿
0,85 ×3,94×109
𝑁𝑁𝐿𝐿 =
4𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿

𝑁𝑁𝐿𝐿 = 7234.4563
𝑁𝑁𝐼𝐼 = jumlah siklus hasil analisa
𝑇𝑇𝐿𝐿 = Umur material propeller selama 25 tahun
L = 64,00 M
Perhitungan nilai DM (Cumulative fatigue damage) didapatkan menggunakan rumus
dibawah ini.
𝑁𝑁
DM = 𝐿𝐿
𝑁𝑁𝐼𝐼

Maka perhitungan DM (Cumulative fatigue damage) pada pitch 100, 150, 200 adalah :
Tabel 9. perhitungan DM (Cumulative fatigue damage)
No Model DM
1 Pitch 100 0.80031
2 Pitch 150 0.8247
3 Pitch 200 0,85926
Setelah mendapat nilai DM dapat melakukan perhitungan pada fatigue life. Maka
perhitungan perkiraan umur material menggunakan rumus.
𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 =x 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦
DM
Hasil dari perkiraan umur material dengan menggunakan rumus diatas adalah :

11 | COMPUTING INSIGHT
Jurnal Ilmiah Computing Insight Vol.3 No.1 | 2021

Tabel 10. Perhitungan Fatigue Life


Fatigue Life
No Model
(Tahun)
1 Pitch 100 31,2379
2 Pitch 150 30,31405
3 Pitch 200 28,00807

V KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tentang analisa fatigue pada controllable pitch propeller
menggunakan software ANSYS pada KMP. Salindo Mutiara 1, kesimpulan yang didapatkan
adalah:
1. Dari simulasi CFD didapatkan hasil pressure tertinggi pada pitch 200 dengan maximmum
pressure 191.386 Kpa selanjutnya pitch 150 dengan maximmum pressure 167 Kpa,
selajutnya pitch 100 dengan maximmum pressure 135 Kpa. Terlihat bahwa semakin besar
pitch maka pressure yang dialami propeller juga meningkat.

2. Pada hasil simulasi distribusi tegangan menunjukkan bahwa setiap pitch mengalami
tegangan tertinggi (hotspot stress) yang hampir sama pada bagian depan (face) Propeller.
Sedangkan nilai tegangan tertinggi yang didapat dari hasil simulasi Pada pitch 100
mengalami tegangan sebesar 27,8 Mpa, pitch 150 mengalami peningkatan tegangan sebesar
28,725 Mpa dan pitch 200 mengalami tegangan tertinggi sebesar 30 Mpa.

3. Pada perhitungan fatigue life pada pitch 10o adalah 31 tahun, fatigue life untuk pitch 150
adalah 30 tahun, dan fatigue life pitch 200 adalah 28 tahun. Terlihat terjadi penurunan usia
(life) dengan bertambahnya pitch karena mengalami peningkatan tegangan.

VI SARAN
Dari pembahasan tentang analisa fatigue pada controllable pitch propeller menggunakan
software ANSYS pada KMP. Salindo Mutiara 1 ada saran yang perlu ditindak lanjuti yaitu:

1. Ketelitian yang maksimal dalam analisa kelelahan sebaiknya dilakukan dengan pengujian
contoh spesimen pada menggunakan alat uji/ secara experiment.

2. Menggunakan spesifikasi komputer yang tinggi akan membantu memperlancar proses


simulasi CFD dan bisa menghemat waktu ketika pengerjaan dan running.

DAFTAR PUSTAKA
Araujo, L. S. et al. (2014) ‘Failure of a concentric pipe for a controllable pitch propeller system’,
Journal of Failure Analysis and Prevention, 14(1), pp. 55–60. doi: 10.1007/s11668-013-9761-
7.
Firmansyah, A. D., Santoso, A. and Djatmiko, E. (2012) ‘Perancangan Controllable Pitch
Propeller Pada Kapal Offshore Patroli Vessel 80 (OPV80)’, Jurnal Teknik ITS, 1(1), pp.
G230–G235.
Forsyth, C. (2005) ‘Restorative materials.’, Dental update, 32(2), pp. 350–360.
Hardianto, L. F. and Winarno, A. (2019) ‘Analisa Aliran Air Pada Controllable Pitch Propeller
(Cpp) Kapal Offshore Patroli Vessel 80 (Opv80)’, Prosiding Seminakel, pp. 1–9. Available at:

12 | COMPUTING INSIGHT
Jurnal Ilmiah Computing Insight Vol.3 No.1 | 2021

http://prosidingseminakel.hangtuah.ac.id/index.php/ps/article/view/155.
International, A. (1998) ASM Handbook Vol 15. 9th Editio. ASM International.
Kurniawan. A (2015) Kelelahan Pada Blade Kompresor. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Nur, A. S. M. (2018) Perancangan Mesin-Mesin Industri.
Prodjosoewito, B. D. (2017) ‘No Title’, in Teknologi reparasi Motor Kapal. Surabaya. Surabaya.
Rahmatullah, R. and Ahmad, R. (2018) ‘Analisa Pengujian Lelah Material Bronze Dengan
Menggunakan Rotary Bending Fatigue Machine’, Jurnal Rekayasa Material, Manufaktur dan
Energi, 1(1), pp. 1–11. doi: 10.30596/rmme.v1i1.2430.
Ridho M, Zakki Fauzan Ahmad, manik P. (2015) ‘Fatiguepropeller tugboat’, 3(1), pp. 110–117.
Rules, C. S. (2014) ‘Bulk Carriers and Oil Tankers 1’.
Sagala, R. dan (2016) ‘Landasan Teori’, Landasanteori.Com, (2012), pp. 1–17. Available at:
http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-kreativitas-definisi-aspek.html.
Salam, H. A. H. (2017) ‘Jurnal teknik perkapalan’, 5(1), pp. 243–252.

13 | COMPUTING INSIGHT

Anda mungkin juga menyukai