PENDAHULUAN
Yang dimaksud dengan transmisi pada umumnya adalah suatu mekanisme yang
dipergunakan untuk memindahkan gerakan (putaran) elemen mesin yaitu poros satu ke
poros yang lain.Banyak jenis mekanisme penggerak/penerus daya yang sering ditemui pada
instalasi permesinan.Beberapa diantaranya adalah:
1. Roda gesek (friction wheel),
2. Kopling (coupling and clutch),
3. Rantai (chain),
4. Sabuk (belt),
5. Roda gigi (gear).
Pemakaian roda gigi sebagai alat transmisi daya yang sangat penting,dapat ditemui
pada berbagai alat dengan daya kecil sampai pada alat produksi turbin uap dengan daya
sampai puluhan atau bahkan ratusan megawatt. Hal ini dimungkinkan karena,bilamana
dibandingkan dengan system transmisi daya yang menggunakan rantai atau sabuk,transmisi
daya dengan menggunakan roda gigi jauh lebih ringkas, simple dan kompak serta mampu
meneruskan putaran yang jauh lebih tinggi (efisiensi lebih tinggi).
Keunggulan transmisi yang menggunakan roda gigi dibandingkan dengan
mekanisme transmisi lain :
a. Efisiensi pemindahan daya yang tinggi,
b. Sistem yang kompak dan bebas slip,
c. Kemampuan menerima beban yang tinggi,
d. Ruangan yang ditempatinya relative kecil,
Sebaliknya transmisi roda gigi juga mempunyai kekurangan, antralain yaitu :
a. Tingkat kebisingan yang tinggi,
b. Memerlukan media pelumas yang cukup dan sesuai,
c. Sistem transmisi daya relative kaku,
d. Perlu dilengkapi dengan kopling yang berfungsi untuk mereda beban kejut, sehingga
harganya cukup mahal (dari tinjauan ekonomi).
Akan tetapi, walaupun memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan, roda gigi
tetap lebih disukai sebagai alat transmisi
1. 1.Pembatasan Masalah
Pada perhitungan ulang (recalculation) atau redisain system transmisi roda gigi
Suzuki APV Arena, masalah yang dibahas hanya terbatas pada segi :
1. Rumus-rumus untuk perhitungan kopling plat,
2. Mekanisme kerja roda gigi,
5. Gambar teknik.
1. 2.Sumber Data-data
Data yang dipergunakan untuk menghitung ulang system transmisi Suzuki APV
Arena ini diperoleh dengan :
1. Melakukan pengukuran langsung,
2. Studi lapangan ke work shop di kantor tempat saya bekerja,
3. Memanfaatkan fasilitas internet
1. 3.Sistematika Pembahasan
Sistematika analisa dan penulisan konsep redisan ini adalah sebagai berikut :
a. Bab I
: Pendahuluan,
b. Bab II
c. Bab III
d. Bab IV
: Penutup.
Metoda perhitungan pokok yang diterapkan dalam tugas redisain ini mengacu pada
metoda yang diperoleh dari buku Elemen Mesin karya Sularso dan dari literature
Machine Element, jilid II karya Gustav Niemann serta literature Machine Element karya
Herman Roloff.
BAB II
KOPLING, RODA GIGI DAN SISTEM TRANSMISI
2.1.
Kopling Plat
Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang
dipasang di antara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut sehingga
terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya. Konstruksi kopling ini cukup
sederhana dan dapat dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar. Karena itu
kopling ini sangat banyak dipakai.
Kopling plat dapat dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak, yaitu
berdasarkan atas banyaknya plat gesek yang dipakai. Juga dapat dibagi atas kopling basah
dan kering, serta atas dasar cara pelayanannya (manual, hidrolik, numatik, dan
elektromagnitis). Macam mana yang akan dipilih tergantung pada tujuan, kondisi kerja,
lingkungan, dan sebagainya.
Bentuk kopling plat yang paling sederhana diperlihatkan dalam Gambar 3.4. Badan
A dipasang tetap pada poros sebelah kiri, dan badan B dipasang pada poros di sebelah kanan
serta dapat bergeser secara aksial pada poros tersebut sepanjang pasak luncur. Bidang gesek
C pada bidang B didorong ke badan A hingga terjadi penerusan putaran dari poros
penggerak di sebelah kiri ke poros yang digerakkan di sebelah kanan. Pemutusan hubungan
dapat dilakukan dengan meniadakan gaya dorong hingga gesekan akan hilang.
D 1 adalah
bagian bidang gesek yang terlalu dekat pada sumbu poros hanya mempunyai pengaruh yang
kecil saja pada pemindahan momen, maka besarnya perbandingan D1 / D2 jarang lebih
rendah dari 0,5.
Besarnya tekanan pada permukaan bidang gesek adalah tidak terbagi rata pada
seluruh permukaan tersebut; makin jauh dari sumbu poros, tekanannya semakin kecil. Jika
dalam Gambar 3.4 besarnya tekanan rata-rata pada bidang gesek adalah p (kg/mm), maka
besarnya gaya yang menimbulkan tekanan ini adalah
F=
( D22 D12 ) p
4
(2.1)
Jika koefisien gesek adalah , dan seluruh gaya gesekan dianggap bekerja pada keliling
rata-rata bidang gesek, maka momen gesekan adalah
T F
D1 D2
4
(2.2)
Harga dan harga tekanan yang diijinkan p a (kg/mm) diberikan dalam Tabel 3.1.
Harga-harga koefisien gesek dalam tabel tersebut ditentukan dengan memperhitungkan
keadaan bidang gesek yang sudah agak menurun gesekannya karena telah terpakai beberapa
waktu, serta didasarkan atas harga tekanan yang diijinkan yang dianggap baik.
Selanjutnya harus diperhatikan pula GD 2 dari poros yang digerakkan yang harus
dipercepat pada waktu kopling dihubungkan. Faktor keamanan kopling harus dihitung
dengan memperhatikan macam penggerak mula yang dipakai, variasi beban, besarnya
GD 2 , dan ada tidaknya tumbukan.
Tabel 3.1 Harga dan p a .
Kering
0,10 - 0,20
0,10 - 0,20
0,35 0,65
0,05 0,10
-
Dilumasi
0,08 0,12
0,10 - 0,20
0,05 0,10
0,10 0,35
p a (kg/mm)
0,09 0,17
0,05 0,08
0,007 0,07
0,005 0,03
0,02 0,03
1) Mula-mula ditentukan cara pelayanan pada mesin yang akan dipakai, seperti manual
atau otomatik, langsung atau jarak jauh, serta macam pelayanan seperti: manual,
hidrolik, numatik, atau magnitik [Gambar 3.5(a), (b), (c)].
2) Tentukan macam kopling menurut besarnya momen yang akan diterukan, plat tunggal
atau plat banyak.
3) Perhitungkan macam dan karakteristik momen dari penggerak mula. Jika variasi
momennya besar, suatu kopling kering dapat dipakai dengan plat luar macam roda gigi,
atau kopling basah tanpa bentuk plat luaryang demikian. Jika kopling akan dikenai
beban tumbukan berat, ada baiknya dipakai kpling numatik.
4) Untuk jangka waktu penghubungan sebesar 0,2 sampai 1 detik (s), kopling macam apa
saja dapat dipakai. Namun untuk 0,2 (s) atau kurang. Kopling basah hanya dapat dipakai
untuk kapasitas kecil. Terutama kopling dengan pelayanan hidrolik harus dihindari
karena kerjanya lebih lambat dari pada yang lain.
5) Untuk jumlah penghubung kurang dari 20 kali/menit, semua macam dapat dipakai,
tetapi untuk lebih dari 20 kali/menit, kopling basah tidak cocok.
6) Jika lingkungan kerja tidak baik, pakailah kopling basah, dan jika pemakaian kopling
kering tak dapat dihindari, pasanglah kopling tersebut di dalam kotak yang tertutup rapat
dan kedap.
7) Untuk penempatan yang menyulitkan pemeriksaan dan pemeliharaan, lebih cocok jika
dipakai cara pelayanan hidrolik, numatik, dan elektromagnitik.
8) Jika diingini umur yang panjang, pemakaian kopling basah sangat sesuai.
Rumus-rumus perhitungan kopling plat dapat dikelompokkan menjadi lima: 1.
Momen puntir, 2. Kerja penghubungan, 3. Jangka waktu kerja, 4. Perhitungan panas, dan 5.
Umur plat gesek.
2.1.1. Momen Puntir
i) Momen yang dihitung dari daya penggerak mula. Jika daya penggerak mula
adalah P (kW), faktor koreksi f c , dan putaran poros kopling n 1 (rpm), maka momen puntir
T (kg.m) pada poros kopling adalah
fc P
T=974 n
1
(2.3)
6
Jika P adalah daya nominal motor, f c =1 dapat dipandang cukup karena sudah
mencakup beberapa tambahan.
ii) Momen yang dihitung dari beban. Jika gaya yang ditimbulkan oleh beban adalah
F (kg), kecepatan beban adalah V (m/min), putaran poros kopling adalah n 1 (rpm), dan
efisiensi mekanis adalah , maka momen beban T l (kg.m) dapat dinyatakan oleh:
FV
6120 n1
Tl 974
(2.4)
Momen ini mencakup dua macam beban: pertama, beban berat sejak dari permulaan
seperti pada konveyor; dan kedua, beban ringan pada permulaan seperti pada pemutaran
cekam mesin bubut bersama benda kerjanya dan kemudian beban penuh setelah
pemotongan oleh pahat bubut dimulai.
Jika beban berat sudah bekerja sejak permulaan dan harganya tidak diketahui, maka
momen T (kg.m) yang dihitung dari daya motor nominal dapat dipakai secara efektif. Jika
momen start adalah T l1 (kg.m), maka:
Tl1 T
(2.5)
T=J
f 0
ta
(2.6)
dimana T =momen dari luar (kg.m), J=momen inersia (kg.m.s), g=9,8 (m/s), 0
kecepatan sudut awal (rad/s), f kecepatan sudut akhir (rad/s).
Jika momen percepatan yang diperlukan untuk mencapai jangka waktu
penghubungan yang direncanakan t e (s) adalah Ta (kg.m), maka karena momen luar
T Ta Tl1 ,
4 x9,8 60
60 t e
375t e
Ta
GD 2 nr
Tl1
375t e
(2.7)
(2.8)
Bila GD 2 dan momen beban adalah kecil pada penghubungan, dan momen beban
berat dikenakan setelah terjadi hubungan, serta jika momen beban maksimum adalah T l 2 ,
dimana
Ta
GD 2 n1
1
Tl1 Tl 2
375t e
2
(2.9)
Maka kopling tersebut dapat dianggap bekerja dengan momen gesekan statis. Dalam
keadaan demikian, pilihlah kopling dengan Ts 0 sebagai kapasitas momen gesekan statis
dalam daerah berikut:
Ts 0 Tl 2 f
(2.10)
GD 2 .n1
1
Tl1 Tl 2
375t e
2
(2.11)
dan, bila momen beban berat dikenakan dari permulaan, maka pilihlah kopling dengan Td 0
sebagai kapasitas momen gesekan dinamis dalam daerah berikut:
Td 0 Ta f
(2.12)
Untuk kopling elektromagnit plat tunggal kering (Gambar 3.6) momen gesekan statisnya
diberikan dalam Tabel 3.2, dan momen gesekan dinamisnya dalam Gambar 3.7. Faktor
keamanan f diberikan dalam Tabel 3.3.
menurut jumlah penghubungan dalam jangka waktu tertentu. Jika kerja untuk sekali
penghubungan lebih kecil dari pada kerja penghubungan yang diijinkan, maka dapat
diterima.
1,2
1,2
2,5
2,5
5
5
10
10
20
20
40
40
70
70
100
100
0,0013
0,0022
0,0034
0,0052
0,0089
0,0150
0,0221
0,0322
0,0882
0,1004
0,2192
0,2315
0,4124
0,5036
1,1257
1,0852
15
5x2
20
5x2
25
7x3
30
7x3
40
10x3,5
50
15x5
60
15x5
70
18x6
90
110
140
175
220
260
315
380
144
150
180
205
25
35
42
50
70
85
100
120
60
75
90
115
132
157
168
192
50
60,3
69
85
95,3
109
123
138
0,3
1,5
0,3
2,4
0,3
4,5
0,4
9,0
0,5
16
0,7
25
0,7
38,5
0,8
56
Berat (kg)
i) Pada waktu percepatan. Sekarang akan dicari kerja yang dilakukan bila beban
yang telah berputar dengan putaran n 2 (rpm) dipercepat menjadi n 1 (rpm) setelah
dihubungkan dengan poros penggerakyang mempunyai putaran n 1 (rpm) dalam arah yang
sama. Kerja untuk satu kali hubungan dapat dinyatakan dengan satuan (kg.m/hb).
E= Td 0
1 2
2n1 2n 2 t ae Td 0 .n r
t ae Td 0
t ae
2
60 2
19,1
60
(2.13)
t ae
GD 2 nr
GD 2
n1 n2
Td 0 Tl1 19,6 60
375 Td 0 Tl1
(2.14)
Gbr.3.7 Karakteristik momen puntir gesek dinamis terhadap putaran relatif dari kopling
elektromagnit dengan plat tunggal kering
Motor Listrik.
Turbin.
1,5
Bensin 4-6
silinder. Motor
silinder
1,7
2,1
Macam mesin
Blower, kipas angin,
10
mesin kantor.
Mesin perkakas kecil,
1,7
2,0
2,4
dah.
Frekwensi rendah.
2,0
2,3
2,8
2,4
inersia besar.
2,8
3,4
3,4
berat.
4,0
4,7
Td 0 nr
GD 2 n r
Td 0
GD 2 n r
(kg.m/hb)
7160 Td 0 Tl1
(2.15)
(Td 0 Tl1 )
GD 2 (0 2 )
4g
t1
GD 2 (1 0)
4g
t2
(2.16)
(2.17)
maka,
11
GD 2 n2
GD 2 n1
t1
; t2
375(Td 0 Tl1
375(Td 0 Tl1 )
(2.18)
Besarnya sudut yang ditempuh adalah (( 2 / 2)t1 1t1 (1 / 2)t 2 ) , sehingga
Td 0 n12
T (2n1 n2 )n2
2
t1 1t1 1 t 2 = d 0
2
7160(Td 0 Tl1 ) 7160(Td 0 Tl1 )
2
E Td 0
Td 0 (2n1 n 2 )n2
n12
E
7160 Td 0 Tl1
Td 0 Tl1
(2.19)
(2.20)
t ae
GD 2 n r
375(Td 0 Tl1 )
(2.21)
12
Gbr. 3.8
ii) Bila sisi beban berputar berlawanan dengan arah putaran poros penggerak.
t ae
GD 2
375
n2
n1
Td 0 Tl1 Td 0 Tl1
(2.22)
Waktu yang diambil sejak dari permulaan pelayanan hingga tercapai hubungan
adalah waktu penghubungan yang sesungguhnya t ae seperti tersebut di atas ditambah
waktu t 0 yang diambil sejak operator memulai pelayanan sampai saat gaya mulai bekerja
pada badan kopling. Waktu t 0 mencakup semua waktu di dalam pelayanan yang tergantung
pada macam kopling, dan perbedaan di antara operator dalam hal kopling manual. Besarnya
waktu tersebut adalah penting, meskipun harganya tidak tetap.
13
Kerja penghubungan pada kopling akan menimbulkan panas karena gesekan hingga
temperatur kopling akan naik. Temperatur permukaan plat gesek biasanya naik sampai 200
(C) dalam sesaat. Tetapi untuk seluruh kopling umumnya dijaga agar suhunya tidak lebih
tinggi dari pada 80 (C).
Jika kerja penghubungan untuk satu kali pelayanan direncanakan lebih kecil dari
pada kerja penghubungan yang diijinkan, pada dasarnya pemeriksaan temperatur tidak
diperlukan lagi.
2.1.5. Umur Plat Gesek
1
Umur plat gesek kopling kering adalah lebih rendah dari pada 10
umur kopling
basah. Karena laju keausan plat gesek sangat tergantung pada macam bahan geseknya,
tekanan kontak, kecepatan keliling, temperatur, dll., maka agak sukar untuk menentukan
umur secara teliti. Sekalipun demikian, taksiran kasar dapat diperoleh dari rumus berikut ini.
N mL
L3
Ew
(2.23)
dimana E = kerja penghubungan untuk satu kali hubungan (kg.m/hb), w = laju keausan
permukaan bidang gesek (cm/(kg.m)) (Tabel 3.4), dan L = volume keausan yang diijinkan
dari plat gesek (cm) (Tabel 3.5).
Tabel 3.4 Laju keausan pelat gesek.
Bahan permukaan
Paduan tembaga sinter
w [cm/(kg.m)]
(3-6) x 10 7
(4-8) x 10 7
Setengah logam
(5-10) x 10 7
Damar cetak
(6-12) x 10 7
Tabel 3.5 Batas keausan rem dan kopling elektromagnit plat tunggal kering.
Nomor kopling/rem
Batas keausan
permukaan (mm)
1,2
2,5
10
20
40
70
100
2,0
2,0
2,5
2,5
3,0
3,0
3,5
3,5
14
2.2.
7,4
10,8
22,5
33,5
63,5
91,0
150
210
atau putaran yang dihasilkan oleh mesin dari energi pembakaran bahan baker di dalam
ruang baker. Secara garis besar urutan penyaluran daya dan putaran adalah :
1. Energi eksplosi dari ruang bakar diubah menjadi gerak translasi dengan perantara
torak (piston),
2. Kemudian, gerak translasi diubah menjadi gerak rotasi dengan memakai poros
engkol (crank shaft),
3. Selanjutnya, gerak rotasi tersebut diteruskan ke sistem gerak translasi melalui
kopling,
4. Dan akhirnya, daya dan atau putaran disampaikan ke roda penggerak melalui poros.
Mesin yang handal harus mampu menghasilkan daya untuk menggerakkan body
kendaraan dan factor luar yang dibebankan padanya, sehingga kemampuan kendaraan
tercapai sesuai yang diinginkan. Resistansi terkecil terjadi karena adanya gaya adhesi antara
permukaan ban (roda) dan permukaan jalan, sedangkan resistansi terbesar adalah resistansi
udara (air resistance) dan resistansi gelinding (rolling resistance). Untuk mengantisipasi
resistansi tersebut dan agar mampu meneruskan daya optimal, diperlukan system transmisi
roda gigi dengan perbandingan transmisi tertentu.
2.2.1. Sistem Transmisi Roda Gigi
Sistem transmisi roda gigi yang digunakan pada kendaraan bermotor umumnya
terdiri dari 3 poros, yaitu :
1. Poros utama atau poros input (primary shaft).
Poros input yang selalu berputar sesuai dengan kapasitas daya yang bersumber dari
ruang bakar mesin (engine) terdapat roda gigi IV. Poros input tersebut berhubungan
dengan kopling gesek yang digunakan untuk mengatur system pelepasan dan
pemasukan daya yang kemudian diteruskan pada system transmisi roda gigi.
2. Poros Gigi Susun (lay shaft).
15
Pada poros gigi susun terdapat satuan roda gigi yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainnya. Satuan roda gigi susun selalu bersinggungan dengan pasangan
roda gigi pada poros input dan poros output.
3. Poros Output.
Pada poros output terdapat cincin pengunci, gigi penggerak, speedometer, dan pasak
datar (sunkey), unit selongsong (hub) kopling no 2, cincin sinkronisasi dan gigi
ketiga, bushing, bantalan, gigi no 1, dan cincin sinkronisasi, bola pengunci, satuan
hub koling no 1, gigi kedua dan cincin sinkronisasi.
4. Roda Gigi Pembalik Putaran (gear reversing).
Berfungsi untuk mengubah besar dan arah putaran dari poros input sehingga
menghasilkan arah putaran yang terbalik pada poros output. Roda gigi ini hanya
bekerja bila tongkat pemindah transmisi (versnelling) terletak pada posisi mundur.
Pada posisi R roda gigi pembalik putaran akan menghubungkan gigi R pada poros
output dengan gigi susun bagi posisi mundur (reverse position).
2.2.2. Perancangan Roda Gigi
Pada perancangan elemen mesin, termasuk roda gigi terlibat kuantitas-kuantitas
sebagai :
Beban yang harus didukung oleh elemen mesin, dapat berupa kuantitas-kuantitas
gaya, momen lentur, momen puntir, dll,
Tegangan yang terjadi dalam elemen mesin akibat beban yang diterima,
Geometri dan dimensi elemen mesin,
Kekuatan elemen mesin, yaitu tegangan yang diizinkan terjadi tanpa
menimbulkan kerusakan pada elemen,
Bahan elemen mesin.
Tahap awal proses perencanaan (merancang/designing) setiap elemen mesin
adalah menentukan material (dalam hal ini didasarkan atas pertimbangan kekuatan dan
nilai ekonomis material) serta dimensi elemen mesin yang sudah diketahui fungsinya
(kekuatan elemen mesin). Elemen mesin yang dirancang berdasarkan pertimbangan
kekuatan dan nilai ekonomis tersebut diharapkan tidak akan mengalami kegagalan
ketika dan atau selama beroperasi.
Elemen mesin itu juga harus memenuhi berbagai persyaratan desain, antara lain :
Elemen mesin itu tidak boleh mengalami deformasi permanen,
Elemen mesin tidak boleh mengalami deformasi eksesif, misalnya Buckling,
16
lain yang
bisa diperkirakan jika semua ukuran roda gigi dan jumlah gigi telah diketahui, yakni
kuantitas-kuantitas yang justru hendak ditentukan.
Untuk mengatasi berbagai kesulitan tersebut, harus ada suatu metode sederhana
namun taktis dalam upaya memperoleh kuantitas-kuantitas yang diisyaratkan.
Berdasarkan perkiraan kuantitas-kuantitas tersebut kemudian dilakukan proses
perhitungan berbagai dimensi roda gigi yang melibatkan nilai ekonomi dan kekuatan
bahan dengan menggunakan suatu metoda yang dinamakan proses iterasi (iteration
processes).
Kuantitas-kuantitas yang harus dihasilkan dalam proses perancangan roda gigi
pada konsep redesain ini adalah sebagai berikut :
1. Macam profil, involut, sikloidal, atau wildhaber-novikov,
2. Modul : m,
3. Sudut tekan :
2
sin 2
(2.24)[Lit. 3 ; hal.437]
(2.25)
Z 2 Z 4 Z 2 X Z3
Z1 Z 3 Z1 Z 3
(2.26)
i2
Z 2 Z6 Z 2 X Z5
Z1 Z 5 Z1 Z 5
(2.27)
i3
Z 2 Z8 Z 2 X Z 7
Z1 Z 7 Z1 Z 7
(2.28)
ir
Z 2 Z10 Z11 Z 2 X Z 9
Z1 Z 9 Z10 Z1 Z 9
(2.29)
18
d b mn .Z
(2.30)
d o m.Z
(2.31)
o M o d u l,
mn m. cos o
do
Z
(2.32)
(2.33)
Dari Tabel 22/15, dipilih nilai mn yang sesuai.
Z1 Z 2 .m
(2.34)
Bila dimensi sesungguhnya belum diketahui, diameter lingkaran pitch gigi dihitung
dengan menggunakan persamaan di bawah ini :
20.500 P p i 1
do
p d n
i
3 1
(2.35)[Lit. 3 ; hal.251]
yang mana :
P : Daya yang akan ditransmisikan dalam kW,
p : Kekuatan lelah dalam N.m 2 lihat Tabel A15.2,
i : Rasio roda gigi,
n : Putaran permenit,
d
b
(pada grafik 4.1).
do
b d .d o
(2.36)
tan o 3,5
d g d o cos o
o tan 1
ms
b
tan o
cos o
(2.37)
(2.38)
(2.39)
19
Bx
cos on
a ao
2
1 cos o
ao
bn cos 1
Atau dengan menggunakan Tabel 22/3, tetapi sebelumnya dicari dahulu kuantitaskuantitas sebagai berikut :
sin on
sin o
g cos 1
d
b tan 1 tan o b
do
a ao
cos 2 o
a
Bv
Berdasarkan nilai Bv dan on , maka dari Tabel 22/3 diperoleh nilai Bx dan bn .
Z1n
Z1
cos 2 g cos o
Z 2 n i.Z1n
X1
X1 X 2
i 1
i 1
1 1 0,4.Z 2 n
X 2 X 1 X 2 X 1
Pemilihan nilai X 1 dan X 2 berdasarkan DIN 3992 diambil ketentuan sebagai berikut
:
20
Sistem roda gigi dengan roda gigi yang direncanakan digunakan untuk
mekanisme transmisi relative rendah.
Sistem roda gigi direncanakan dengan kekuatan yang tinggi.
Bila X 1 dan X 2 bernilai positif, maka d1 dan d 2 kedua roda gigi tersebut akan
mempunyai nilai yang besar, sedangkan jarak porosnya tetap sehingga sebagian dari
kepala gigi dipotong agar kelonggaran (clearance) antara kepala gigi dan kaki gigi
pasangan dapat memenuhi batasan yang disyaratkan. Tinggi pemotongan kepala gigi
dinyatakan dengan notasi K.mn dan nilaqinya ditentukan sebagai berikut :
a 0,5 d 01 d 02 X 1 X 2 mn
(2.50)
K. mn X 1 X 2 mn a0 ab
(2.51)
cos o
ab
b cos 1
d k1 d01 21 X 1 mn 2K .mn
d k 2 d02 21 X 2 mn 2K .mn
(2.53)
P1.75.60
n1
(2.55)
21
P1
: Daya (HP) ,
n1
Pada saat titik kontak terjadi di titik pitch dan jika saat itu hanya satu pasang gigi
saja yang berkontak, maka gaya tangensial nominal Fu adalah:
Fu
M
( kg f )
0,5.d o
(2.56)
Fu
( kg f .mm 2 )
b.d b
(2.57)[Lit.
(2.58)[Lit.
hal. 119]
Nilai B juga dapat diperoleh dari hubungan berikut :
2 103 M
2
b d b
hal. 119]
2.2.2.3. Rasio Kontak
Nilai perbandingan (rasio) kontak
kuantitas lain, karena itu disini akan dianalisa cara menghitung rasio kontak. Pada
gambar 22/39 dalam literature karya Niemann dicantumkan diagram untuk
menentukan 1 2 dengan parameter b dan 100
ki
.
d bi
k 0,5 d k d b
Hitung parameter
100
ki
d bi
22
Dengan memanfaatkan parameter tersebut di atas dan sudut pegang b ,maka dapat
dibaca nilai
i .mb
sebagai ordinat diagram tersebut.
ki
Nilai dari diagram diatas juga dapat diperoleh dari rumus berikut :
ki
2. . ki
(2.59)
(2.60)
cos 2 g
(2.61)
dinamis,
CS
CD
CT
CB
A).
dyn
0,3 CS f
1
CS sp 1
CS sp 1
(2.63)
dengan :
23
Fu
b.d bi (kgf .mm 1 )
b
(2.64)
Overlap ratio : sp
b. tan o b.sin o
m.
mn .
(2.65)
Nilai dyn ditentukan dari gambar 22/37 Niemann dengan terlebih dahulu
menghitung dua parameter, yaitu v : kecepatan tangensial dan S 0,26 f .
Di bawah ini dicantumkan rumus-rumus untuk menghitung f e , f R , f Rw
Ketidaktelitian jarak pitch, f e , (DIN 3961) :
f e qe 3 0,3m 0,2 d o
0,5
(2.66)
0,5
(2.67)
B).
(2.68)
C z f RW b
CS C D
(2.69)
CZ
Ada dua macam nilai CT , yaitu nilai linear untuk beban yang terbagi lurus
memanjang di sepanjang lebar gigi, dan nilai parabolic untuk beban yang terbagi
secara parabola ketika proses running-in berlangsung dengan baik.
C).
Nilai C untuk roda gigi miring dengan sudut pegang normal on 20 dapat
Z.q.B
(2.70)
(2.71)
yang mana :
qW qk .q
qk . dapat diperoleh dari gambar 22/40 didalam literature karya Niemann,
q 1
1,4
n 0,4
q 2
1,4
W 0,4
(2.72)
(2.73)
v
mn 4
Dengan W 1 W 1
f
mn
6
(2.74)
i 1
i 1
Y1 B dan K 2
Yc B
i
i
(2.75)
KWi
i 1
YWi BW
i
(2.76)
YW 1.Y
Y
(2.76.a)
YC
1
sin b cos b
(2.76.b)
cos 4 g
sin o
(2.76.c)
Y 1
2
Z1n tan bn
W
1 1n
n
(2.76.d)
Di
Wi
S Bi
(2.77)
(2.78)
YG 1 ;
dalam Tabel 22/25 jika roda gigi pasangannya terbuat dari baja ;
YG 1,5 ; untuk roda gigi yang pasangannya terbuat dari besi cor ;
2,1.E 4
; untuk roda gigi yang pasangannya terbuat dari
2.E
YG 0,5
26
H
YH
HB
YV 0,7
0,6
8
1
V
(2.79)
temperature kerja.
Pedoman untuk nilai viskositas minyak pelumas V 50 (cst pada 50 C), dengan
pasangan roda gigi terletak dalam rumah roda gigi tertutup dan suhu minyak
pelumas 45 sampai 90 C, tercantum pada Tabel 22/28 Niemann.
Nilai K O diambil dari Tabel 22/25 untuk umur Roda gigi yang panjang, atau
diambil dari Gambar 22/41 untuk umur terbatas.
c). Faktor Keamanan Terhadap Scorring
Faktor keamanan terhadap scorring, (S) adalah :
SF
K F K test cos o i
KW
YCYF YW i 1
(2.80)
yang mana :
12,7 i 1
i
d b1
YF
1 0,1.emax mn 0,5
(2.81)
cos o
sin on
27
).
itu lebih
kecil dari pada 1, maka umurnya terbatas.Pada kondisi ini, umur roda gigi ditentukan
sebagai berikut :
LW 167.103 K D 2
Lh
SG ( jam)
n60
n
33.10 5
S B ( jam)
(2.83)
maju dan satu (1) kecepatan mundur. Pada kendaraan tersebut, transmisi yang dipakai
adalah jenis sinkromesh. Mekanisme perbandingan giginya adalah sebagai berikut :
5. Posisi Gigi V
Sedangkan posisi gigi V diperoleh dengan cara menggeser hub penghubung
(5) dari posisi netral ke belakang kemudian ke kanan, maka diperoleh posisi gigi V
terkunci dan roda gigi yang lain bebas berputar.
30
BAB III
PERHITUNGAN KOPLING & RODA GIGI
Dalam perancangan ini, penulis akan menganalisa sistem roda gigi pada mobil
Suzuki APV Arena dengan kapasitas silinder 1493 cc, transmisi manual 5 kecepatan dan
automatic 4 kecepatan, akan tetapi penulis hanya akan membahas untuk manual 5
kecepatan. Pada analisa ini roda gigi lurus menghantarkan daya sebesar 105 HP pada
putaran pinyon (penggerak) 6000 rpm, jumlah kopling (Z) adalah 3 pasang, Radius kopling
(R) adalah 4 kali lebar kopling (b), dengan koefisien gesek () 0,25 dan tekanan maksimum
ijin (p) 0,7 kg/cm, rasio kecepatan 1 : 3, Tegangan statis ijin pinyon 1200 kg/cm dan roda
gigi yang digerakkan1000 kg/cm, jumlah gigi pinyon ( Zp ) adalah 15 dan lebarnya 14 kali
modul.
Dengan data yang ada penulis akan merencanakan torsi kopling, lebar kopling,
diameter (luar & dalam) kopling, modul, lebar roda gigi, diameter roda gigi pinyon
(penggerak), dan diameter roda gigi yang digerakkan.
Perhitungan Kopling
A. Data-data:
Daya (P)
= 105 HP
Putaran (n)
= 6000 rpm
= 3 pasang (3 x 2 = 6)
Koefisien gesek ()
= 0,25
31
B. Perhitungan:
T
2
n rpm
2 .rad / dt n
2 n (kg.m)
rad / dt n
60
4500 P
4500 x105
427500
T ZFR F 2Rbp
R 4b b
T Z 2RbpR Z 2R
R
4
R
2
pR ZpR 3
4
4
R3
1254
760,46 cm
1,649
760,46 9,13cm
R 9,13
= 2,28 cm
4
4
D 2 R = 18,26 cm
b R1 R2
R1 R2
2 R R1 R2
2
2,28
R1 R2
2 x 9,13 = R1 R2
----------------------------------+
2,28 + (2x9,13) = 2 R1
R1
10,27cm D1 2 R1 = 20,54 cm
2
2
b R1 R2
R2 R1 b 10,27 2,28 7,99cm D2 2 R2 = 15,98 cm
P = 105 HP
Putaran pinyon
n1 = 6000 rpm
32
Velocity factor ;
Cv
01 1200 kg cm 2
02 1000 kg cm 2
Rasio kecepatan
CR = 1:3
Z 1 15
Z 2 45
Lebar gigi
Safety factor ;
= 0,154
0,912
Z
3
3v
= 14 m (modul)
fc 1
a. Gigi I
= 4,545
b. Gigi II
= 2,628
c. Gigi III
= 1,865
d. Gigi IV
= 1,241
e. Gigi V
= 1,000
f. Reverse
= 4,431
b. Menentukan Kecepatan
v
100
100
100
m meter/detik
4500 P
fc
v
Karena f c 1 , jadi : FT
4500 x105
167,2
FT
kg
2826m
m
33
y1 0,154
0,912
0,912
0,154
0,154 0,061 0,0932
Z1
15
0,912
0,912
0,154
0,154 0,0203 0,1337
Z2
45
Sehingga :
01 y1 1200 0,0932 111,84
02 y 2 1000 0,1337 113,7
3
untuk v 20m meter dt roda gigi akurat
3v
Cv
3
; b 14m ; y1 0,0932 ; maka:
3 47,1m
FT 01 Cv b. .m. y1
167,2
3
x14 mx3,14 mx 0,0932
1200
m
3
47
,
1
m
m
3 47,1 m
167,2 x 3 47,1 m 1200 x3 x14 mx3,14 mx0,0932 m
= 14749,46 m
3+47,1 m =
14749,46m 3
88,21m 3
167,2
m = modul
33,615
0,381 m
88,21
0,381 0,72
m yang dimisalkan dengan m hasil sama-sama >6 dan <8 ; jadi m=0,75 cm.
Di standart, m = 0,8 cm, Jadi m = 0,8 cm
g. Menentukan Lebar Gigi
34
4500 P
2 .n
d 3
16.T
. 01
4500 105
2 3,14 6000
d 3
16 1254 kgcm
3,14 1200 kg / cm 2
T 125 4 kg.cm
d = 1,75 cm
Pada gigi IV :
DG D1 Gr
DG D1 Gr
DG = 12 cm x 4,545
DG = 12 cm x 1,241
DG = 54,54 cm
DG = 14,89 cm
Pada gigi II :
Pada gigi V :
DG D1 Gr
DG D1 Gr
DG = 12 cm x 2,628
DG = 12 cm x 1,000
DG = 31,54 cm
DG = 12,00 cm
Reverse:
DG D1 Gr
DG D1 Gr
DG = 12 cm x 1,865
DG = 12 cm x 4,431
DG = 22,38 cm
DG = 53,17 cm
35
BAB IV
PENUTUP
Dari data dan analisa yang dilakukan penulis pada mobil Suzuki APV Arena dengan
kapasitas silinder1493cc, transmisi manual 5 kecepatan, penulis mengambil kesimpulan
diantaranya adalah :
A. Untuk Kopling:
1. Torsi
(T)
= 1254 kg.cm
2. Lebar kopling
(b)
= 2,28 cm
3. Diameter kopling
(D)
= 18,26 cm
( D1 ) = 20,54 cm
( D2 ) = 15,98 cm
(v)
= 47,1 m meter/dt
2. Beban tangensial
( FT ) =
( y1 ) =
0,0932
( y2 ) =
0,1337
5. Modul
(m )
0,8 cm
6. Lebar gigi
(b )
= 11,2 cm
( D1 ) = 12 cm
(d )
167,2
kg
m
= 1,75 cm
Gigi I
= 4,545
Gigi II
= 2,628
Gigi III
= 1,865
Gigi IV
= 1,241
36
Gigi V
= 1,000
Reverse
= 4,431
( DG ) = 54,54 cm
( DG ) = 31,54 cm
( DG ) = 22,38 cm
( DG ) = 14,89 cm
( DG ) = 12,00 cm
( DG ) = 53,17 cm
Dalam perencanaan ini penulis hanya dapat menganalisa secara teoritis, sedangkan
perencanaan ini belum diuji kebenarannya dalam praktek maupun keadaan sebenarnya, jika
ada kesalahan dalam penulisan rumus maupun perhitungan penulis berharap agar diberitahu
sebagai masukan untuk penulisan-penulisan makalah berikutnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Niemann, Gustav,.
Machine Element.
Springer Verlag.
Volume I.
Berlin. 1978.
Herman,.
38
LAMPIRAN-LAMPIRAN
39
40