Anda di halaman 1dari 29

Kuliah ke 3

Pelajari / baca buku Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen


Mesin oleh: Sularso dan Kiyokatsu Suga.
Kopling tetap terbagi atas:
1. Kopling kaku
Kopling kaku dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan sumbu
segaris, dan dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di pabrik-
pabrik, kopling ini terdiri atas :
a. Kopling bus
b. Kopling flens kaku
c. Kopling flens tempa

2. Kopling luwes
Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan
sumbu poros yang terdiri atas:
a. Kopling flens luwes
b. Kopling karet ban
c. Kopling karet bintang
d. Kopling gigi
e. Kopling rantai
3. Kopling universal
Kopling universal digunakan bila poros penggerak dan poros yang
digerakkan membentuk sudut yang cukup besar, terdiri dari:
a. Kopling universal hook
b. Kopling universal kecepatan tetap

4. Kopling Fluida
Penerusan daya dilakukan oleh fluida sehingga tidak ada
hubungan antara kedua poros. Kopling Fluida sangat cocok untuk
mentransmisikan putaran tinggi dan daya yang besar.
Keuntungannya adalah getaran dari sisi penggerak dan tumbukan
dari sisi beban tidak saling diteruskan. Demikian pula pada waktu
terjadi pembebanan lebih , penggerak mula tidak akan terkena
momen yang akan melebihi batas kemampuan.
Beberapa hal yang menyebabkan kopling tetap banyak
digunakan untuk meneruskan putaran antara lain :
• Pemasangan mudah dan cepat
• Ringkas dan ringan
• Aman pada putaran tinggi, getaran dan tumbukan kecil
• Sedikit tak ada bagian yang menjorok
• Dapat mencegah pembebanan lebih
• Gerakan aksial sekecil mungkin akibat pemuaian pada
kopling akibat panas

Perancangan Kopling Flens Kaku

“Merancang dimensi, bahan dan kekuatan kopling Flens kaku”


Tabel 2.1 Dimensi Kopling Flens Kaku
Mula-mula perlu diketahui besarnya daya dan putaran yang
akan diteruskan poros penggerak.
Jika diameter poros penggerak sudah tertentu seperti pada
poros motor listrik, periksalah diameter tersebut dan ambil
diameter yang sama untuk poros yang digerakkan.
Menurut tata cara dalam Diagram l, periksalah sifat dari daya
(P) yang akan diteruskan, tentukan faktor koreksi (fc) dan daya
rencana (Pd), dan hitunglah momen rencana (T).
Bila bahan poros ditentukan sesuai dengan standar, maka
kekuatannya (σB ) dapat diketahui dengan jelas.
Tetapi jika bahan tersebut ditentukan sebagai baja liat misalnya
maka ambillah harga kadar karbon terendah sebesar 0,2 (%) dari
kadar yang dimungkinkan antara 0,2 dan 0,3 (%), lalu kalikan
dengan 100 dan tambahkan 20 pada hasil perkalian tersebut
untuk memperoleh harga kekuatan tarik σB dari bahan yang
bersangkutan.
Selanjutnya pilih konstanta faktor keamanan Sf1 sebesar 6 atau
5,6, dan tentukan Sf2 dengan memperhatikan apakah ada alur
pasak atau tangga pada poros, untuk memperoleh tegangan
geser yang diizinkan τsa, (kg/mm2).
Keterangan :
ne : jumlah baut efektif yg menanggung beban
db : diameter baut nominal
T : Momen torsi
B : diameter lingkaran baut (jarak antara sumbu baut)
τb : tegangan geser baut
τba : tegangan geser ijin bahan poros, baut, pasak
F = tebal Flens
C = diameter bushing
τF = Tegangan geser flens
τFa = Tegangan geser ijin flens

Untuk kopling yang dipergunakan bagi tugas-tugas penting seperti


menghubungkan turbin dengan generator, pakailah baja tempa untuk
menghindari adanya bagian yang keropok. Untuk pemakaian lain umumnya
dipakai besi cor, dan jika dikehendaki bahan yang agak lebih kuat dipakai baja
cor. Karena bagian yang keropok peka terhadap tumbukan maka faktor
koreksi KF harus diambil sebesar 2 atau 3 dan dikalikan dengan τF.
Kuliah ke 4
Langkah-langkah dan Latihan Perancangan
Kopling Flens Kaku
[Contoh]: Pilihlah suatu kopling flens kaku yang dihubungkan
dengan poros baja liat dengan sebuah pasak untuk meneruskan
daya sebesar 65 (PS) pada 180( rpm), dan periksalah kekuatan
baut dan flens.
IPenyelesaian]:
P = 65 (PS) = 0,735 x 65 = 47,78 (kW), n1 : 180(rpm)
fc = 1,2
Daya rencana Pd = fc x P = 1,2 x 47,78 = 57,34 (kW)
Torsi, T = 9,74 x 105 (Pd / n1) n1 = Putaran (rpm)
5 5
T = 9,74 x 10 x 57,341/180 = 3,10x 10 ( kg.mm)

Dengan mengambil kadar karbon untuk baja liat sebesar


0,20(% ), maka kekuatan tariknya σb adalah
σb = 0,20 x 100 + 20 = 40 (kg/mm2)
Konstanta faktor keamanan Sf1 = 6,0, Sf2 = 2,0
Tegangan geser poros yang diizinkan:
τsa = σb / (Sf1 Sf2 )
τsa = 40/(6,0 x 2,0) = 3,33 (kg/mm2)
Diameter poros kopling:
5,1 1/3
Kt = Konstanta koreksi
ds = Kt Cb T tumbukan (1 – 2)
τsa
Cb = Konstanta lenturan
(0,5 – 1)
Kt = 2,0 Cb = 1,0
ds = [ 5,1/3,33 x 2,0 x 1,0 x 3,10x105]1/3 = 98,2 ( mm)
ds 100(mm)
Dari Tabel 2.1, A : 355 (mm), B : 260(mm), C : 180(mm), L : 125
(mm) a = 25 (mm), n = 8
10. Nilai efektif baut є = 0,5 Jumlah efektif baut ne = 0,5x 8 = 4
Tegangan geser baut:
Kopling Karet Ban
Mesin-mesin yang dihubungkan dengan penggeraknya melalui
kopling flens kaku, memerlukan penyettingan yang teliti agar
kedua sumbu poros yang saling dihubungkan dapat menjadi
satu garis lurus. Selain itu, getaran dan tumbukan yang terjadi
dalam penerusan daya antara mesin penggerak dan yang
digerakkan tidak dapat diredam, sehingga dapat
memperpendek umur mesin serta menimbulkan bunyi berisik.
Untuk menghindari kesulitan-kesulitan di atas dapat
dipergunakan kopling karet ban. Kopling ini dapat bekerja
dengan baik meskipun kedua sumbu poros yang
dihubungkannya tidak benar-benar lurus. Selain itu kopling ini
juga dapat meredam tumbukan dan getaran yang terjadi pada
transmisi.
Karena ,keuntungannya demikian banyak, pemakaian
kopling ini semakin luas.
Meskipun harganya agak lebih tinggi dibandingkan dengan
kopling flens kaku namun keuntungan yang diperoleh dari segi
segi lain lebih besar.
Kopling Fluida
Dalam tahun 1905 oleh Fettinger di Jerman dibuat untuk
pertama kali suatu kopling yang meneruskan daya melalui fluida
sebagai zat perantara. Kopling ini disebut kopling fluida, dimana
antara kedua poros tidak terdapat hubungan mekanis.
Bila suatu impeler pompa dan suatu raner turbin dipasang saling
berhadapan, dimana keduanya berada di dalam ruangan yang
berisi minyak, maka jika poros yang dihubungkan dengan impeler
pompa diputar, minyak yang mengalir dari impeller tersebut akan
menggerakkan raner turbin yang dihubungkan dengan poros
output (Gambar 2.8). Momen puntir yang diteruskan adalah
berbanding lurus dengan pangkat lima dari diameter luar kopling
dgn kuadrat dari putaran. Dalam keadaan bekerja normal,
putaran poros output adalah lebih rendah dari pada putaran
poros input.
Kopling fluida sangat cocok untuk mentransmisikan putaran
tinggi dan daya besar. Keuntungan dari kopling ini adalah bahwa
getaran dari sisi penggerak dan tumbukan dari sisi beban tidak
saling diteruskan. Demikian pula pada waktu terjadi
pembebanan lebih, penggerak mulanya tidak akan terkena
momen yang melebihi batas kemampuan. Oleh karena itu umur
mesin dan peralatan yang dihubungkannya akan menjadi lebih
panjang dibandingkan dengan pemakaian kopling tetap biasa.
Selain hal di atas, diameter poros juga dapat diambil lebih kecil.
Kuliah ke 5
Kopling Tidak Tetap (Clutch)

Perancangan Kopling Gesek (Plat)

Anda mungkin juga menyukai