Anda di halaman 1dari 26

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN

POLIT EKN IK NEGERI PONT IAN AK 1


ELEMEN MESIN 2

Bab 1

KOPLING
Pendahuluan
Kopling Kaku
Koping Fleksibel

Hasil Pembalajaran

Tujuan Umum
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mengetahui jenis-
jenis kopling, fungsi utama dari kopling, serta mampu mendesain kopling.

Tujuan Khusus

 Mahasiswa dapat mengetahui jenis dan fungsi kopling dalam bidang


konstruksi teknik mesin
 Mahasiswa mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam
perencanaan sebuah kopling
 Mahasiswa juga diharapkan mampu mendesain sebuah kopling.

POKOK BAHASAN Bab I – K o p l i n g


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKN IK NEGERI PONT IAN AK 2
ELEMEN MESIN 2

1.1.
Pendahuluan
Dalam bidang teknik mesin, untuk menghubungkan dua buah poros
digunakan Kopling (coupling) dan Cluctch. Kopling (coupling) adalah
adalah suatu elemen mesin yang digunakan untuk menghubungkan 2
buah poros secara tetap, dimana hubungan tersebut tidak bisa dilepas
pada waktu poros berputar. Sedangkan clutch adalah elemen mesin
yang digunakan untuk menghubungkan 2 buah poros, tetapi
hubungannya dapat dilepas atau dihubungkan langsung dalam
keadaan poros penggerak berputar.
Pada bab ini akan dibahas kopling yang meliputi kopling kaku (rigid
coupling) dan kopling fleksibel (flexible coupling).
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dari suatu konstruksi kopling
adalah:
 Ringan, dengan diameter sekecil mungkin
 Garis sumbu kedua poros yang dihubungkan harus betul-betul
berimpit, kecuali untuk kopling fleksibel.
 Titik berat dari kopling harus terletak pada sumbu poros, sehingga tidak
timbul eksentrisitas pada perputarannya.
 Kopling harus mudah dipasang dan dilepas.
 Tidak boleh ada bagian-bagian yang menonjol keluar.
Di dalam menentukan pemilihan jenis kopling, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan antara lain:
 Besar torsi yang harus diteruskan
 Hubungan poros tetap atau dapat slip (berubah sumbunya)
 Besar ketidaksenteran yang harus ditolerir poros
 Perlukah dilumasi dan dirawat
 Mudah dibongkar pada pemasangan dan pelepasan kopling
 Kopling bekerja pada keadaan yang kurang baik
 Perkiraan umurnya
 Harganya .

POKOK BAHASAN Bab I – K o p l i n g


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 3
ELEMEN MESIN 2

1.2.
Kopling Kaku (Rigid Coupling)
Kopling kaku (rigid coupling) adalah salah satu jenis kopling yang
menghubungkan dua buah poros secara tetap dan lurus (kedua poros
sumbunya lurus/ sesumbu, dan posisi kedua poros relatif tidak berubah.
Termasuk dalam klasifikasi kopling kaku ini adalah:
1. Sleeve atau muff coupling
2. Clamp atau spli-muff atau compression coupling
3. Flange Coupling
1. Sleeve atau muff coupling
Kopling merupakan jenis kopling kaku yang paling sederhana, dan
biasanya terbuat dari besi tuang (cast iron) dengan geometri berbentuk
silinder berlubang dimana diameter dalamnya sama dengan diameter
poros yang akan dihubungkan.
Adapun dimensi dari Sleeve atau muff coupling adalah sebagai berikut:
 Diameter luar sleeve atau muff coupling , D = 2d + 13 mm
 Panjang sleeve atau muff coupling, L = 3,5 d
Dimana d adalah diameter poros yang akan dihubungkan.

Gambar 1.1. Sleeve atau muff coupling


Dalam mendesain sebuah sleeve atau muff coupling ada beberapa
prosedur yang bisa dilakukan, yaitu:
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 4
ELEMEN MESIN 2

 Desain Sleeve
Sleeve didesaian sebagai sebuah poros berlubang. Dimana torsi yang
ditransmisikannya adalah:

Dimana : T = Torsi yang ditransmisikan (Nmm)


= Tegangan geser ijin dari material sleeve
( besi tuang/cast iron diambil 14 MPa)
 Desain Pasak
Suapaya sleeve tidak bergeser dari kedudukannya maka sebuah
sleeve biasanya dilengkapi dengan pasak, yang mana lebar dan
tebal pasak disesuaikan dengan diameter poros (bisa dilihat pada
tabel 1.) sedangkan panjang pasak dibuat dalam dua bagian untuk
masing-masing poros.

Dimana l adalah panjang pasak untuk masing-masing poros.


Sesudah dimensi pasak untuk masing-masing poros sudah diperoleh,
periksa apakah pasak tersebut aman terhadap geseran dan
tumbukan dengan persamaan:
..................(akibat geseran)

...................(akibat tumbukan)
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 5
ELEMEN MESIN 2

Tabel 1.1. Dimensi standar pasak

Contoh soal 1:
Desain sebuah muff coupling yang digunakan untuk menghubungkan
dua buah poros. yang menstransmisikan daya sebesar 40 kW dengan
putaran poros 350 rpm. Material poros dan pasak terbuat dari baja
karbon dengan tegangan geser ijin 40 MPa dan tegangan tumbuk ijin 80
MPa. Material muff coupling terbuat dari besi tuang dengan tegangan
geser ijin diasumsikan 15 MPa.
Penyelesaian:
Diketahui: P = 40 kW = 40 x 103
N = 350 rpm
= 40 MPa = 40 N/mm2
= 80 MPa = 80 N/mm2
= 15 MPa = 15 N/mm2

 Desain Poros
Torsi yang ditransmisikan poros, muff coupling, dan pasak adalah:
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 6
ELEMEN MESIN 2

Sehingga diameter poros/diameter dalam muff coupling adalah:

 Desain muff
Diameter luar muff adalah:

Panjang muff adalah:

Sekarang kita periksa tegangan geser pada muff, dimana muff


terbuat dari besi tuang dan torsi yang ditransmisikan oleh muff adalah
1100 x 103 Nmm, sehingga:

Tegangan geser yang bekerja pada muff lebih kecil dari tegangan
geser yang diijinkan oleh material muff (besi tuang) yaitu 15 N/mm 2,
sehingga konstruksi muff aman.
 Desain pasak
Dari standar pasak pada tabel 1, untuk poros dengan diameter 55 mm
maka lebar pasak, w = 18 mm dan tebal pasak, t = 18 mm.
Panjang pasak untuk setiap poros adalah:

Periksa dimensi pasak terhadap tegangan geser dan tumbuk dimana


torsi yang ditransmisikan poros, muff, dan pasak 1100x103 Nmm,
sehingga:
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 7
ELEMEN MESIN 2

Tegangan geser yang terjadi pada pasak lebih kecil dari tegangan
geser ijin pasak yaitu 40 N/mm 2.
Dan

Tegangan tumbuk yang terjadi pada pasak lebih kecil dari tegangan
tumbuk ijin pasak yaitu 80 N/mm 2.

2. Clamp atau compression coupling


Clam coupling/compression coupling biasa dikenal juga dengan split muff
coupling, karena terdiri dari dua muff atau sleeve yang dibuat menjadi
dua bagian. Pada saat dipasang untuk menghubungkan kedua poros
kedua bagian tersebut disatukan atau diikat dengan baut. Jumlah baut
yang dipasang tergantung dari besar kecilnya tegangan geser yang
bekerja pada sambungan tersebut. Material yang biasa dipakai untuk
jenis kopling ini adalah besi tuang.
Adapun dimensi dari clamp atau compression coupling, adalah sebagai
berikut:
Diameter muff, D = 2d +13 mm
Panjang muff, L = 3,5 d
Dimana d adalah diameter poros.

Gambar 1.2. Clamp atau compression coupling


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 8
ELEMEN MESIN 2

Adapun prosedur dalam mendesain clamp atau compression coupling


adalah sebagai berikut:
 Desain muff dan pasak
Desain muff dan pasak sama dengan pada sleeve atau muff coupling.
 Desain baut pengikat (clamping bolt)

Gaya yang diterima setiap baut

Gaya yang diterima baut pada tiap sisi poros

Dimana: db = diameter efektif baut (mm)


n = jumlah baut
σt = tegangan tarik ijin material baut (MPa)
Tekanan, p pada poros dan permukaan muff merupakan perbandingan
antara gaya yang diterima baut pada tiap sisi baut dengan luas proyeksi
penampang poros, yang dinyatakan dengan:

Gaya gesek antara tiap poros dan muff, F :

Dan torsi yang dapat ditransmisikan kopling, T:

Dimana: µ = koefisien gesek antara poros dan muff


L = panjang muff (mm)
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 9
ELEMEN MESIN 2

Contoh soal 2:
Desain sebuah clamp coupling yang menstransmisikan daya 30 kW pada
100 rpm. Tegangan geser yang diijinkan pada poros dan pasak 40 MPa
dan jumlah baut yang menghubungkan kedua bagian kopling berjumlah
6 buah. Tegangan tarik ijin material baut 70 MPa. Koefisien gesek antara
muff dan permukaan poros diambil 0,3.
Penyelesaian:
Diketahui: P = 30 kW =30 x 103 W
N = 100 rpm
= 40 MPa = 40 N/mm2
σt = 70 MPa = 70 N/mm 2
n=6
µ = 0,3

 Desain poros
Torsi yang ditransmisikan poros:

Sehingga diameter poros:

 Desain muff
Diameter muff:

Dan panjang muff total:

 Desain pasak:
Lebar dan tebal pasak untuk diameter poros 75 mm, dari tabel 1
diperoleh:
Lebar pasak, w = 22 mm
Tebal pasak, t = 14 mm
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 10
ELEMEN MESIN 2

Sedangkan panjang pasak = panjang muff total = 262,5 mm.


 Desain baut
Diameter efektif baut:

Dari tabel standar baut untuk diameter efektif baut 22,2 mm diperoleh
diameter nominal baut 27 mm (M 27).

3. Kopling Flens (Flange Coupling)


Kopling flens terdiri dari dua buah flens yang mana tiap flens dipasang
pada ujung tiap poros yang mau dihubungkan dan dipasang pasak dan
baut supaya flens tidak bergeser dari porosnya. Selanjutnya kedua
permukaan flens dihubungkan dan diikat dengan sejumlah baut. Adapun
type-type kopling flens adalah:
 Kopling flens tanpa pelindung (unprotected type flange coupling)
 Kopling dengan pelindung (protected type flange coupling)
 Marine type flange coupling

Gambar 1.3. Unprotected type flange coupling


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 11
ELEMEN MESIN 2

Gambar 1.4. Protected type flange coupling

Gambar 1.5. Marine type flange coupling

 Dimensi Kopling
Dimensi unprotected coupling dan protected coupling adalah sama.
Yang membedakannya adalah adanya tambahan protective
circumferential flange (tp) yang besarnya 0,25 diameter poros.
Jika d adalah diameter poros atau diameter dalam hub, maka:
 Diameter luar hub, D = 2d
 Panjang hub, L = 1,5d
 Diameter lingkar pit baut, D1= 3d
 Dimeter luar flens, D2= D1 + (D1 – D) = 2 D1 = 4d
 Tebal flens, tf = 0,5d
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 12
ELEMEN MESIN 2

 Jumlah baut, = 3 buah, untuk d diatas 40 mm


= 4 buah, untuk d diatas 100 mm
= 6 buah, untuk d diatas 180 mm
Sedangkan dimensi untuk marine type flange coupling adalah:
 Tebal flens tf = d/3
 Taper baut = 1in 20 to 1 in 40
 Diameter lingkar pitch baut D1= 1,6 d
 Diameter luar flens D2= 2,2 d

 Desain kopling Flens


 Desain Hub
Hub didesain dalam bentuk poros berlubang. Adapun torsi (T) yang
ditransmisikannya adalah:

Dimana : D = diameter luar hub (mm)


d = diameter poros (mm)
= tegangan geser ijin dari material flens.
 Desain pasak
Dimensi pasak disesuaikan dengan diameter poros, yang besarnya
dapat dilihat pada tabel1. Sedangkan panjang pasak sama dengan
hub. Setelah semua dimensi pasak diperoleh, periksa kembali dimensi
tersebut apakah aman atau tidak terhadap tegangan geser dan
tumbukan.
 Desain flens
Torsi yang ditransmisikan sebuah flens (T):
T = circumference hub x tebal flens x tegangan geser ijin flens x radius hub.

 Desain baut
Beban pada baut akibat pengaruh tegangan geser:
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 13
ELEMEN MESIN 2

Beban tiap baut,

Total beban untuk semua baut,

Torsi yang ditransmisikan,

Beban pada baut akibat pengaruh tumbukan:


Luas daerah yang menerima tumbukan untuk semua baut,

Beban tumbuk yang diterima semua baut,

Torsi,

Dari persamaan-persamaan di atas selanjut diperiksa kembali apakah


dimensi baut sudah aman atau tidak terhadap tegangan geser dan
tumbuk.
Contoh soal 3:
Desain sebuah protective type flange coupling yang terbuat dari material
besi tuang untuk menstransmisikan daya 5 kW pada 900 rpm dari sebuah
motor listrik ke sebuah kompresor. Service factor diasumsikan 1,5.
Tegangan ijin yang boleh digunakan:
 Tegangan geser untuk bahan poros, baut, dan pasak = 40 MPa
 Tegangan tumbuk untuk baut dan pasak = 80 MPa
 Tegangan untuk besi tuang = 8 MPa
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 14
ELEMEN MESIN 2

Penyelesaian:
Diketahui :

 Desain hub
Torsi yang ditransmisikan poros (T) adalah:

Ketika service factor 1,35, maka torsi maksimum (T mak) yang


ditransmisikan poros:

Diameter poros (d):

Diameter luar hub (D):

Panjang Hub (L):

Periksa tegangan geser yang terjadi pada hub dengan material besi
tuang.

Tegangan geser yang terjadi pada hub lebih kecil dari tegangan
geser ijin yaitu 8 MPa, sehingga desain hub dinyatakan aman.
 Desain Pasak
Dari tabel 1, untuk poros dengan diameter 35 mm diperoleh:
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 15
ELEMEN MESIN 2

Lebar pasak (w) = 12 mm


Tebal pasak (t) = 12 mm
Panjang pasak (l) sama dengan panjang hub, yaitu:

Periksa tegangan tegangan geser dan tumbuk pada pasak.


 Pasak pada tegangan geser pada saat bekerja torsi maksimum,

 Pasak pada tegangan tumbuk pada saat bekerja torsi maksimum,

Tegangan geser dan tumbuk yang bekerja pada pasak lebih kecil dari
tegangan ijin material pasak, sehingga pasak dinyatakan aman.
 Desain Flens
Tebal flens (tf) adalah 0,5 d,

Periksa dimensi flens terhadap tegangan geser yang bekerja pada


flens.
Tegangan geser yang terjadi di flens pada torsi maksimum,

Tegangan geser flens lebih kecil dari teganga geser ijin yaitu 8 MPa,
maka flens dinyatakan aman.
 Desain Baut
Untuk diameter poros 35 mm, maka jumlah baut (n) =3 buah.
Dan diameter lingkar pitch baut,
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 16
ELEMEN MESIN 2

Diameter efektif baut pada saat menerima torsi maksimum,

Dari standar baut dengan diameter efektif 6,6 mm diperoleh diameter


nominal baut 8 mm (M8).
Diameter luar flens,

Tebal protective circumferential flange,

1.3.
Kopling Fleksibel (Flexible Coupling)
Kopling fleksibel digunakan untuk menghubungkan 2 buah poros secara
tetap, dimana posisi relatif kedua poros dapat berubah. Perubahan tersebut
disebabkan: adanya kesalahan di dalam pembuatan, adanya fluktuasi suhu,
adanya pergeseran pondasi, maka posisi relatif antara poros-poros yang
dihubungkan tidak dapat teliti sekali, dan untuk menghindarkan kerusakan,
maka digunakan kopling yang fleksibel.
Adapun type-type kopling fleksibel adalah:
 Bushed Pin Flexible coupling
 Odham’s Coupling
 Universal Coupling
 Bushed Pin Flexible coupling
Merupakan modifikasi dari kopling flens, dimana baut pada kopling
merupakan sebuah pin. Rubber dan leather digunakan sebagai bushing
untuk pin. Clearance antara dua permukaan kopling adalah 5 mm.
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 17
ELEMEN MESIN 2

Gambar 1.6. Bushed Pin Flexible coupling


 Desain Bushed Pin Flexible coupling
 Beban yang bekerja tiap pin (W),

 Total beban yang bekerja pada bushing atau pin,

Dimana: pb = tekanan pada bushing atau pin (MPa)


d2 = diameter bush (mm)
l = panjang bushing (mm)
n = jumlah pin
 Torsi yang ditransmisikan kopling (T),

Dimana: D1 = diameter lingkar pitch pin


 Tegangan geser langsung akibat torsi pada bagian kopling,
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 18
ELEMEN MESIN 2

 Momen Bending Maksimum pada pin,

 Tegangan Bending yang terjadi,

Gambar 1.7. Gaya yang menyebabkan momen bending


 Tegangan prinsipal maksimum,

 Tegangan geser maksimum pada pin,

Tegangan prinsipal maksimum bervariasi dari 28 sampai 42 MPa.

Contoh soal 4:
Desain sebuah kopling fleksibel type bushed pin untuk menghubungkan
sebuah poros pompa dengan sebuah poros motor listrik yang
menstransmisikan daya 32 kW pada 960 rpm. Torsi keseluruhan adalh 20%
lebih besar dari torsi rata-rata. Adapun properties material yang
digunakan:
 Tegangan geser ijin dan tumbukan ijin pada material poros dan
pasak 40 MPa dan 80 MPa.
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 19
ELEMEN MESIN 2

 Tegangan geser ijin untuk besi tuang 15 MPa


 Tekanan ijin untuk rubber bush 0,8 N/mm 2
 Material pin sama dengan material poros dan pasak.
Penyelesaian:
Diketahui:

Desain pin dan rubber bush


Torsi rata-rata yang ditransmisikan poros,

Dan torsi maksimum yang ditransmisikan,

Diameter poros pada saat menstransmisikan torsi maksimum,

Untuk diameter poros 40 mm, jumlah baut (n) yang digunakan pada
kopling fleksibel type bushed pin adalah 6 buah, sehingga diameter pin
(d1),

Karena pin menerima tegangan bending yang menyebabkan adanya


penekanan pada rubber bush, maka diameter pin (d1) diambil 20 mm.
Panjang pen harus lebih panjang dari pin dan disini diambil 24 mm.
Sehingga diameter keseluruhan rubber bush (d2),
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 20
ELEMEN MESIN 2

Diameter lingkar pitch pin (D1),

Beban yang bekerja pada tiap pin (W),

Dan torsi maksimum yang ditransmisikan kopling (Tmak),

Tegangan geser langsung akibat torsi pada bagian kopling,

Momen Bending Maksimum pada pin,

Momen tahanan bending pada pin (Z),

Tegangan Bending yang terjadi,

Tegangan prinsipal maksimum,

Tegangan geser maksimum,

Karena tegangan prinsipal dan tegangan geser maksimum lebih kecil dari
batasan yang diijinkan, maka pin dan rubber bush dinyatakan aman.
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 21
ELEMEN MESIN 2

Desain hub
Diameter luar hub (D) dan panjang hub (L),

Periksa dimensi hub terhadap tegangan geser material hub, dimana torsi
maksimum yang ditransmisikannya (Tmak),

Sehingga,

Tegangan geser yang bekerja pada hub lebih kecil dari material hub
yang besarnya 15 MPa, sehingga hub dinyatakan aman.
Desain pasak
Dari tabel 1, untuk diameter poros 40 mm diperoleh:
Lebar pasak, w = 14 mm
Tebal pasak, t = 14 mm
Sedangkan panjang pasak sama dengan panjang hub,

Periksa tegangan yang bekerja pada pasak baik tegangan geser


maupun tumbuk.
Pada tegangan geser, torsi maksimum yang ditransmisikan (Tmak),

Pada tegangan tumbuk, torsi maksimum yang ditransmisikan (Tmak),

Tegangan geser dan tumbuk yang bekerja pada pasak lebih kecil dari
tegangan ijinnya yaitu 40 MPa dan 80 MPa, maka desain pasak
dinyatakan aman.
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 22
ELEMEN MESIN 2

Desain Flens
Tebal flens,

Periksa tegangan geser yang bekerja pada flens, dimana torsi maksimum
yang ditransmisikannya (Tmak),

Tegangan geser yang bekerja pada flens lebih kecil dari 15 MPa, sehingga
desain flens aman.

 Oldham Coupling
Kopling jenis ini berfungsi untuk menghubungkan dua poros yang sumbu
tidak simetris satu sama lain, terdiri dari dua flens A dan B dengan slot dan
central floating, E.

Gambar 1.8. Oldham Coupling

 Universal atau Hooke’s Coupling


Kopling jenis ini untuk menyambung poros yang tidak terletak dalam
sebuah garis lurus dimana garis sumbunya saling memotong.
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 23
ELEMEN MESIN 2

Gambar 1.9. Universal atau hooke’s Coupling


 Desain universal Coupling
Torsi yang ditransmisikan poros,

Tegangan geser yang bekerja pada pin sebesar dua kalinya,


sehingga torsi yang ditransmisikannya,

Dimana : dp = diameter pin (mm)


d = diameter poros (mm)
= tegangan geser material pada poros dan pin (MPa)
Rasio putaran poros penggerak dan poros yang digerakkan
dinyatakan dengan:
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKNIK NEGERI PONT IANAK 24
ELEMEN MESIN 2

Dimana: N = kecepatan sudut poros penggerak (rpm)


N1 = kecepatan sudut poros yang digerakkan(rpm)
α = sudut inklinasi pada poros
ϴ = sudut antara poros penggerak dengan pin
Kecepatan sudut maksimum poros yang digerakkan,

Kecepatan sudut maksimum poros yang digerakkan,

Dari dua persamaan di atas dapat kita simpulkan bahwa putaran


poros yang digerakkan tidak konstan, tapi bervariasi dari putaran
minimum sampai maksimum.
Contoh soal 5:
Sebuah universal coupling digunakan untuk menghubungkan dua buah
poros yang menstransmisikan torsi sebesar 5000 Nm. Tentukan diameter
poros dan pin, jika tegangan geser yang diijinkan poros dan pin masing-
masing 60 MPa dan 28 MPa.
Penyelesaian:
Diketahui:

Diameter poros (d) pada saat menstransmisikan torsi (T) = 5 x 106 Nmm,

Diameter pin (dp) pada saat menstransmisikan torsi (T) = 5 x 106 Nmm,
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKN IK NEGERI PONT IAN AK 25
ELEMEN MESIN 2

Soal Latihan
1. Desainlah sebuah muff coupling yang menghubungkan dua buah poros
yang menstransmisikan daya 40 kW pada 120 rpm. Tegangan geser dan
tumbuk ijin dari material poros dan pasak masing-masing 30 MPa dan 80
MPa. Material muff yang terbuat dari besi tuang memiliki tegangan geser
ijin 15 MPa. Asumsikan torsi maksimum yang ditransmisikan adalah 25%
lebih besar dari torsi rata-rata.
(jawab: d = 90 mm; w = 28 mm; t = 16 mm; l = 157,5 mm; D = 195 mm; L = 315 mm)
2. Desainlah sebuah compression coupling untuk poros yang
menstransmisikan torsi 1300 Nm. Tegangan geser ijin poros dan pasak
40MPa dan jumlah baut untuk menghubungkan kedua bagian kopling
adalah 4 buah. Tegangan tarik ijin dari material baut 70 MPa. Koeefisien
gesek antaramuff dan poros diasumsikan 0,3.
(jawab: d = 55 mm; D = 125 mm; L = 192,5 mm; db = 24 mm)
3. Desainlah sebuah protective flange coupling yang terbuat dari besi
tuang, untuk menghubungkan dua buah poros yang menstransmisikan
daya 7,5 kW pada 720 rpm. Tegangan yang diijinkan adalah:
Tegangan geser ijin material poros, baut, dan pasak = 33 MPa
Tegangan tumbuk ijin material baut dan pin = 60 MPa
Tegangan geser ijin dari besi tuang = 15 MPa
(Jawab: d = 25 mm; D = 50 mm)

POKOK BAHASAN Bab I – K o p l i n g


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - JURUSAN TEKNIK MESIN
POLIT EKN IK NEGERI PONT IAN AK 26
ELEMEN MESIN 2

Daftar Pustaka
R. S. Khurmi & J. K. Gupta, 2005, Machine Design, 14 th revised edition, Eurasia
Publishing House (PVT) LTD, Ram Nagar, New Dehli.
J. E. Shigley & Charles R. Mischke, 2006, Mechanical Engineering Design, 8 th
edition, McGraw-Hill, New York.
Sularso., dan Suga, Kiyokatsu., 1994, Perencanaan Elemen Mesin, Cetakan
Ke Delapan, PT. Pradnya Paramitha, Jakarta

POKOK BAHASAN Bab I – K o p l i n g

Anda mungkin juga menyukai