Anda di halaman 1dari 15

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 25 TAHUN 2015

TENTANG

PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN (NURSING STAFF


BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN IMANUDDIN
PANGKALAN BUN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan


keperawatan di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
perlu pengaturan internal yang mengatur peran dan
fungsi pemilik, pengelola dan staf keperawatan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a di atas, perlu membentuk Peraturan
Bupati Kotawaringin Barat tentang Peraturan Internal
Staf keperawatan (Nursing Staff ByLaws);
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 tahun
1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di
Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959
Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);

1
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 307, Tambahan Lemabaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5612);
7. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5607);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006
tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah;
10. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit;
11. Keputusan Menteri Kesehatan No 369/MENKES/SK/III/
2007 tentang Standar Profesi Bidan;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 501;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktek Perawat sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri kesehatan No 17
tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 473);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 tahun 2013
tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor
20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun (Lembaran Daerah Kabupaten
Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat
Nomor 5);
16. Peraturan Bupati Kotawaringin Barat Nomor 35 Tahun
2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
(Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat
Tahun 2009, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Kotawaringin Barat Nomor 5).

MEMUTUSKAN :

2
Menetapkan : PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT
TENTANG PERATURAN INTERNAL STAF
KEPERAWATAN (NURSING STAF BYLAWS) RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH SULTAN IMANUDDIN.

MUKADDIMAH

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Penyelenggaraan pelayanan keperawatan dan kebidanan di rumah sakit


ditentukan oleh tiga komponen utama yaitu: jenis pelayanan keperawatan
dan kebidanan yang diberikan, sumber daya manusia tenaga keperawatan
sebagai pemberian pelayaan dan manajemen sebagai tata kelola pemberian
pelayanan.

Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan jenis tenaga kesehatan


terbesar (jumlahnya sekitar antara 50-60%), memiliki jam kerja 24 jam
melalui penugasan shift, serta merupakan tenaga kesehatan yang palimg
dekat dengan pasien melalui hubungan profesional. Tenga keperawatan
memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat sesuai kewenangan dalam
memberikan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan kepada pasien
dan keluarganya.

Diperlukan tenaga keperawatan yang kompeten, mampu berpikir kritis,


selalu berkembang serta memiliki etika profesi sehingga pelayanan
keperawatan dan kebidanan dapat diberikan dengan baik, berkualitas dan
aman bagi pasien dan keluarganya.

Pertumbuhan tenaga keperawatan di Rumah Sakit masih belum optimal,


karena kurangnya komitmen terhadap pertumbuhan profesi, kurangnya
keinginan belajar terus-menerus, dan pengembangan diri belum menjadi
perhatian utama bagi individu tenaga keperawatan dan rumah sakit.

Agar profesionalisme dan pertumbuhan profesi tenaga keperawatan dapat


terjadi dan terus berkembang, maka diperlukan suatu mekanisme dan
sistem pengorganisasian yang terencana dan terarah yang diatur oleh suatu
wadah keprofesian yang sarat dengan aturan dan tata norma profesi
keperawatan dan kebidanan yang diterima oleh pasien, diberikan oleh
tenaga keperawatan dari berbagai jenjang kemampuan atau kompetensi
dengan benar (scientific) dan baik (ethical) serta dituntun oleh etika profesi
keperawatan dan kebidanan. Mekanisme dan sistem pengorganisasian
tersebut adalah komite keperawatan.

Komite keperawatan bertugas membantu direktur rumah sakit dalam


melakukan kredensial, pembinaan disiplin dan etika profesi keperawatan
dan kebidanan serta pengembangan profesional berkelanjutan termasuk
memberi masukan guna pengembangan standar pelayanan dan standar
asuhan keperawatan dan kebidanan.

Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, diperlukan dukungan, kebijakan


internal staf keperawatan, serta dukungan sumber daya dari rumah sakit.
Peraturan internal staf keperawatan sebagai acuan serta dasar hukum yang
sah bagi komite keperawatan dan direktur rumah sakit dalam hal
pengambilan keputusan bahwa hanya staf keperawatan yang kompeten
sajalah yang boleh memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit.

3
Peraturan internal staf keperawatan berbeda untuk setiap rumah sakit dan
tidak mengatur pengelolaan rumah sakit. Pengaturan utamanya tentang
penugasan klinis staf keperawatan, mekanisme mempertahankan dan
pendisiplinan profesi keperawatan.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :


1. Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun adalah
rumah sakit yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Kotawaringin
Barat yang selanjutnya disingkat RSUD;
2. Bupati adalah Bupati kotawaringin Barat;
3. Direktur adalah Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun;
4. Komite Keperawatan adalah wadah non struktural rumah sakit yang
mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan
profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi;
5. Kelompok Staf Keperawatan adalah kelompok staf perawat fungsional
yang dikelompokan berdasarkan lima kelompok besar pasien di RSUD
yaitu Medikal Bedah, Anak, Maternitas, Jiwa dan Perawatan Kritis;
6. Staf Keperawatan adalah seluruh perawat RSUD, termasuk perawat
anastesi, perawat gigi dan bidan;
7. Surat tanda registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah dokumen
yang diberikan oleh konsil keperawatan Indonesia atau lembaga yang
sejenis kepada seorang perawat sesuai kompetensinya;
8. Kewenangan Klinis adalah uraian intervensi keperawatan dan
kebidanan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan sesuai degan area
prakteknya;
9. Penugasan Klinis adalah penugasan yang diberikan oleh Direktur
terhadap staf keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan
atau asuhan kebidanan di RSUD berdasarkan daftar kewenangan
klinis;
10. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf keperawatan untuk
menentukan kelayakan pemberian Kewenangan Klinis;
11. Panitia Ad Hoc adalah panitia yang dibentuk oleh Komite Keperawatan
untuk membantu melaksanakan tugas Komite Keperawatan;
12. Mitra Bestari (Peer Group) adalah sekelompok tenaga keperawatan
dengan reputasi dan kompetensi yang baikuntuk menelaah segala hal
yang terkit dengan tenaga keperawtaan;
13. Rapat Kerja, yaitu rapat yang dilaksanakan 1 (satu) kali dalam setahun
untuk membahas rencana kerja;
14. Rapat Pleno, yaitu rapat koordinasi yang diadakan untuk
mengeluarkan rekomendasi Keperawatan;
15. Rapat Tahunan, yaitu rapat yang dilakukan oleh Keperawatan untuk
melakukan evaluasi terhadap program kerja yang telah dilaksanakan;
16. Rapat Khusus yaitu rapat yang dilakukan sewaktu-sewaktu sesuai

4
kebutuhan;
17. Rapat Pleno yaitu rapat yang dilakukan untuk membahas hasil kerja
dari setiap sub komite;
18. Delegasi Medik adalah suatu pelimpahan wewenang tindakan medik
yang diberikan kepada perawat yang sudah melalui proses kredensial.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Maksud dibuatnya Peraturan Internal Staf Keperawatan adalah agar


Komite keperawatan dapat menyelenggarakan tata kelola klinis yang
baik melalui mekanisme kredensial, peningkatan mutu profesi dan
penegakan disiplin profesi perawat di RSUD.
(2) Tujuan dari Peraturan Internal Staf Keperawatan adalah:
a. Mewujudkan profesionalisme perawat di RSUD;
b. Mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
di RSUD;
c. Menegakan etik dan disiplin profesi perawat di RSUD;
d. Memberikan dasar hukum bagi mitra bestari dalam pengambilan
keputusan profesi melalui Komite Keperawatan.

BAB III
KEWENANGAN KLINIS

Pasal 3

Asuhan Keperawatan hanya boleh dilakukan oleh staf keperawatan yang


telah diberi Kewenangan Klinis melalui proses Kredensial.

Pasal 4

Kewenangan Klinis yang diberikan kepada staf keperawatan disesuaikan


dengan klasifikasi jenjang keperawatan/kebidanan.

Pasal 5

Jenjang Klinis Keperawatan terdiri dari :


(1) Perawat Vokasi;
(2) Perawat Ners.

Pasal 6

Dalam keadaan tertentu Kewenangan Klinis dapat diberikan kepada staf


keperawatan dengan melihat kondisi berupa:
(1) Kewenangan Klinis Sementara;
(2) Kewenangan Klinis dalam keadaan Darurat;
(3) Kewenangan Klinis Bersyarat;

Pasal 7

Penjabaran Kewenangan Klinis seperti tersebut dalam pasal 5 dan pasal 6


diatur dalam buku putih.

5
Pasal 8

Penyusunan Buku Putih Kewenangan Klinis Keperawatan disusun oleh


Panitia Ad Hoc yang Ditetapkan oleh direktur RSUD berdasarkan usulan
Komite Keperawatan RSUD.

Pasal 9

(1) Untuk mendapatkan Kewenangan Klinis, staf keperawatan mengajukan


permohonan secara tertulis kepada direktur melalui Komite
Keperawatan RSUD dengan melampirkan syarat-syarat yang telah
ditentukan;
(2) Direktur memerintahkan komite keperawatan untuk melakukan
kredensial dan rekredensial terhadap pemohon.

Pasal 10

Komite Keperawatan menugaskan kepada Sub Komite Kredensial untuk


melakukan proses kredensial kepada staf keperawatan sebagai dasar
mengeluarkan rekomendasi Kewenangan Klinis staf keperawatan.

Pasal 11

Dalam hal proses kredensial memerlukan tenaga yang banyak, maka Sub
Komite Kredensial mengajukan kepada Ketua Komite Keperawatan agar
dibentuk Panitia Ad Hoc untuk melakukan proses kredensial staf
keperawatan.

Pasal 12

Dalam hal proses kredensial telah selesai, maka Sub Komite Kredensial
mengeluarkan rekomendasi kepada Komite Keperawatan.

Pasal 13

Rekomendasi Sub Komite Kredensial dapat berupa :


(1) Direkomendasikan diberi kewenangan klinis;
(2) Tidak direkomendasikan;
(3) Direkomendasikan dengan syarat.

Pasal 14

Komite Keperawatan mengusulkan kepada direktur pemberian kewenangan


Kewenangan Klinis staf keperawatan atas dasar rekomendasi dari Komite
Kreperawatan.

Bagian Kesatu
Kredensial dan Rekredensial

Pasal 15

(1) Kredensial dilakukan pada seluruh tenaga keperawatan baru yang ingin
mendapatkan kewenangan klinis;
(2) Kewenangan klinis berakhir dengan sendirinya bersamaan dengan
berakhirnya STR;

6
(3) Rekredensial dilakukan pada perawat yang selesai mengikuti
pendidikan lanjutan, pelatihan dan / atau perawat yang mendapat
perpangjangan STR.

BAB IV
PENUGASAN KLINIS

Pasal 16

Komite Keperawatan mengusulkan kepada Direktur agar dikeluarkan


Penugasan Klinis staf keperawatan sesuai dengan Kewenangan Klinis.

Pasal 17

Direktur mengeluarkan Penugasan Klinis kepada staf keperawatan sesuai


dengan masa berlakunya STR.

Pasal 18

Dalam hal tertentu, Direktur dapat mencabut surat Penugasan Klinis


kepada staf keperawatan atas rekomendasi Komite Keperawatan.

BAB V
DELEGASI TINDAKAN MEDIK

Pasal 19
Kewenangan tenaga keperawatan untuk melakukan tindakan medik
merupakan tindakan yang bersifat delegasi yang memerlukan kewenangan
klinis tertentu dan perlu dikredensial.

Pasal 20

Tindakan medik yang bersifat delegasi, tetap menjadi tanggung jawab


tenaga medis yang memberikan delegasi.

BAB VI
KOMITE KEPERAWATAN
Bagian kesatu
Pengorganisasian Komite Keperawatan

Pasal 21

(1). Susunan organisasi Komite Keperawatan terdiri dari :


a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Sub Komite.
(2) Sub Komite terdiri dari :
a. Sub Komite Kredensial;
b. Sub Komite Mutu;
c. Sub Komite Etik dan Disiplin.
(3) Bagan Struktur Organisasi Komite Keperawatan adalah sebagaimana
terlampir.

Bagian kedua
Ketua Komite Keperawatan

7
Pasal 22

(1) Ketua Komite Keperawatan ditunjuk secara langsung oleh Direktur.


(2) Uraian Tugas Ketua Komite Keperawatan.
a. Sebagai unsur pimpinan dalam penyelenggaraan kegiatan Komite
Keperawatan;
b. Menyusun program kerja secara makro bersama-sama dengan
anggota Komite Keperawatan;
c. Bersama anggota Komite Keperawatan memberikan rekomendasi
dan masukan kepada Direktur;
d. Memimpin jalannya rapat Komite Keperawatan;
e. Bersama Anggota Komite Keperawatan mengadakan negosiasi
dengan pihak-pihak terkait dalam masalah pelayanan;
f. Menjalin hubungan kerja dalam bentuk koordinasi yang harmonis
di dalam dan diluar lingkungan RSUD;
g. Mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dilaksanakan kepada
Direktur.
(3) Sekretaris dan Sub Komite diusulkan oleh Ketua Komite Keperawatan
dan ditetapkan oleh Direktur dengan memperhatikan aspirasi dari
tenaga keperawatan yang bekerja di RSUD.
(4) Periode jabatan Ketua Komite Keperawatan adalah 4 tahun dan dapat
ditunjuk kembali untuk maksimal masa jabatan 4 tahun berikutnya.
(5) Masa jabatan sekretaris dan anggota komite keperawatan berakhir
bersamaan dengan berakhirnya jabatan ketua komite keperawatan.

Pasal 23
Sekretaris

(1) Sekretaris ditunjuk oleh ketua komite keperawatan;


(2) Sekretaris komite keperawatan berasal dari PNS;
(3) Uraian Tugas Sekretaris adalah sebagai berikut :
a. Mengatur dan menyiapkan agenda rapat rutin;
b. Mencatat notulen rapat serta absensi peserta rapat;
c. Mendokumentasikan program kerja Komite Keperawatan;
d. Mendokumentasikan semua kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan;
e. Menggantikan tugas-tugas Ketua Komite Keperawatan bila
berhalangan;
f. Mengatur dan menyiapkan kebutuhan perlengkapan
kesekretariatan.

Pasal 24

Personil Komite Keperawatan harus memiliki kompetensi yang tinggi sesuai


jenis pelayanan atau area praktik, mempunyai semangat profesionalisme
serta reputasi baik.

Bagian ketiga
Hubungan Komite Keperawatan dengan Direktur

Pasal 25

(1) Direktur RSUD menetapkan kebijkan, prosedur dan sumber daya yang
diperlukan untuk menjalankan fungsi dan tugas komite keperawatan;
(2) Komite keperawatan bertanggung jawab kepada direktur RSUD;

8
Bagian keempat
Tugas Pokok, Fungsi, Kewenangan

Pasal 26

(1) Komite Keperawatan mempunyai tugas pokok membantu Direktur


dalam melakukan kredensial, pembinaan disiplin dan etika profesi
tenaga keperawatan serta pengembangan profesional berkelanjutan.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), Komite Keperawatan mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan konsultasi keperawatan;
b. penyelenggaraan tukar pendapat, kebijakan, dan pelaksanaan
pelayanan;
c. pemberian motivasi dalam pemecahan masalah profesi
Keperawatan melalui pembelajaran;
d. penggalian inovasi dan ide-ide yang membangun dan
pembaharuan ke arah perbaikan profesi keperawatan;
e. penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran kepada profesi
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki;
f. penyelenggaraan advokasi dengan memberikan perlindungan dan
dukungan kepada profesi dalam menerima hak-haknya termasuk
masalah hukum.

Pasal 27

(1) Tanggung jawab Komite Keperawatan:


a. Komite Keperawatan bertanggung jawab langsung kepada Direktur;
b. Menjaga citra dan nama baik Komite Keperawatan pada khususnya
dan seluruh pelayanan keperawatan di RSUD pada umumnya.
(2) Wewenang Komite Keperawatan:
a. Mengusulkan pembentukan dan pembubaran panitia kegiatan
keperawatan (Panitia Ad Hoc) secara mandiri maupun bersama
Bidang Pelayanan Medik;
b. Mengusulkan rencana kebutuhan tenaga keperawatan dan proses
penempatan tenaga keperawatan berdasar tinjauan profesi;
c. Mengusulkan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
keperawatan;
d. Membimbing perawat dalam kesuksesan kerja dan karir;
e. Memberikan pertimbangan tentang bimbingan dan konseling
keperawatan.

Pasal 28

Dalam melaksanakan fungsinya Komite Keperawatan dibantu oleh Panitia


Ad Hoc yang terdiri dari Mitra Bestari sesuai dengan disiplin/spesifikasi
dan peminatan tenaga keperawatan berdasarkan kebutuhan rumah sakit.

Pasal 29

Komite Keperawatan bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan


Kepala Bidang Pelayanan Medik serta saling memberikan masukan tentang
perkembangan profesi keperawatan dan kebidanan di rumah sakit.

BAB VI
RAPAT

Pasal 30

9
(1) Rapat Komite keperawatan terdiri dari rapat rutin dan rapat khusus;
(2) Rapat Rutin terdiri dari rapat kerja, rapat mingguan, rapat koordinasi
dan rapat tahunan;
(3) Rapat khusus terdiri dari rapat pleno dan rapat - rapat yang diadakan
secara khusus.

Pasal 31

(1) Rapat Kerja


a. Rapat Kerja Keperawatan dilaksanakan paling lambat satu bulan
setelah pengangkatan dan bersifat terbuka berdasarkan undangan
dari komite keperawatan.
b. Rapat Kerja Keperawatan dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan
atau Kepala Bidang Pelayanan Medik dan dihadiri oleh Sekretaris
Komite Keperawatan, Sub Komite, Kepala seksi rawat inap dan
kepala seksi rawat jalan, Kepala Ruang Keperawatan
c. Agenda rapat kerja adalah membuat rencana kerja keperawatan
dalam 4 (empat) tahun.
(4) Rapat Mingguan:
a. Rapat Mingguan dilaksanakan 1 (satu) kali seminggu diikuti oleh
ketua dan anggota Komite Keperawatan dan Kepala Ruang
Keperawatan.
b. Agenda Rapat Mingguan adalah membahas masalah-masalah
harian Keperawatan.
c. Rapat Mingguan keperawatan dipimpin oleh Ketua Komite
Keperawatan, sekretaris komite keperawatan dan / atau salah satu
anggota komite keperawatan.
(5) Rapat Koordinasi:
a. Rapat koordinasi dilaksanakan minimal sekali dalam 3 bulan
diikuti oleh ketua dan anggota komite keperawatan, kepala bidang
pelayanan medik dan pihak-pihak lain atas undangan ketua
komite keperawatan.
b. Rapat kordinasi dipimpin oleh ketua komite keperawatan atau
kepala bidang pelayanan medik.
(6). Rapat Tahunan:
a. Rapat Tahunan Keperawatan diadakan satu kali dalam setahun.
b. Rapat Tahunan dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan atau
Kepala Bidang Pelayanan Medik dan dihadiri oleh Sekretaris
Komite Keperawatan, Sub Komite, Kepala seksi rawat jalan dan
kepala seksi rawat inap dan Kepala Ruang Keperawatan serta
pihak lain yang diundang oleh komite keperawatan.
c. Agenda Rapat tahunan adalah membuat rencana kerja
keperawatan dalam 1 (satu) tahun dan mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan pada tahun yang telah lalu.
d. Keputusan yang diambil harus disetujui sekurang-kurangnya oleh
2/3 peserta yang hadir.
(5) Rapat Pleno:
a. Rapat Pleno Keperawatan diadakan sewaktu-waktu untuk
membahas hasil rapat sub komite.
b. Rapat Pleno dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan dan dihadiri
oleh Sekretaris Komite Keperawatan dan Sub Komite.
c. Agenda rapat pleno adalah membahas persoalan etik dan disiplin
staf keperawatan
d. Rapat pleno dinyatakan sah apabila dihadiri oleh seluruh anggota
komite keperawatan.

10
e. Dalam hal seluruh anggota komite keperawatan tidak bisa
menghadiri rapat, maka rapat ditunda 7x24 jam dan setelah itu
rapat pleno dapat dilaksanakan dan dinyatakan sah.
(6) Rapat Khusus:
a. dilaksanakan sewaktu waktu sesuai kebutuhan;
b. rapat khusus dipimpin oleh ketua komite keperawatan;
c. peserta rapat khusus adalah undangan.

BAB VII
SUB KOMITE KREDENSIAL

Pasal 32

(1) Tujuan
a. Memberi kejelasan kewenangan klinis bagi setiap tenaga
keperawatan
b. Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga
keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dan
kebidanan memiliki kompetensi dan kewenangan klinis yang jelas
c. Pengakuan da penghargaan terhadap tenaga keperawatan yang
berada di semua level pelayanan.
(2). Tugas Sub Komite Kredensial sebagaimana dimaksud dalam pasal 21
ayat (2) huruf a bertugas:
a. Menyusun daftar rincian kewenangan klinis;
b. Menyusun buku putih (white paper) yang merupakan dokumen
persyaratan terkait kompetensi yang dibutuhkan melakukan setiap
jenis pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai dengan
standar kompetensinya. Buku putih didukung oleh komite
keperawatan dengan melibatkan Mitra Bestari (peer group) dari
berbagai unsur organisasi profesi keperawatan dan kebidanan,
kolegium keperawatan, unsur pendidikan tinggi keperawatan dan
kebidanan;
c. Menerima hasil verifikasi persyaratan kredensial dari bagian SDM
meliputi:
1) Ijazah;
2) Surat Tanda Registrasi(STR);
3) Sertifikat kompetensi;
4) Logbook yang berisi uraian capaian kerja;
5) Surat pernyataan telah menyelesaikan program orientasi
Rumah Sakit atau orientasi di unit tertentu bagi tenaga
keperawatan baru;
6) Surat hasil pemeriksaan kesehatan sesuai ketentuan.
d. Merekomendasikan tahapan proses kredensial:
1) Perawat dan/atau bidan mengajukan permohonan untuk
memperoleh kewenangan klinis kepada ketua komite
kepeerawatan;
2) Ketua komite kepeerawatan menugaskan subkomite
kredensial untuk melakukan proses kredensial (dapat
dilakukan secara kelompok/individual);
3) Sub komite membentuk panitia adhoc untuk melakukan
review, verivikasi dan evaluasi dengan berbagai metode : porto
folio, asesmen kompetensi;
4) Sub komite memberikan laporan hasil kresdensial bahan
rapat menentukan kewenangan klinis bagi setiap tenaga
keperawatan.
e. Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis bagi setiap
tenaga keperawatan;

11
f. Melakukan kredensial ulang secara berkala;
g. Membuat laporan seluruh proses kredensial kepada Ketua Komite
keperawatan untuk diteruskan kepada Direktur.
(3) Kewenangan:
Sub komite kredensial mempunyai kewenangan memberikan
rekomendasi rincian kewenangan klinis untuk memperoleh surat
penugasan klinis (clinical appointment);
(4) Mekanisme Kerja:
a. Mempersiapkan kewenangan klinis mencakup kompetensi sesuai
area praktik yang ditetapkan oleh rumah sakit
b. Menyusun kewenangan klinis dengan kriteria sesuai dengan
persyaratan kredensial dimaksud.
c. Melakukan asesmen kewenangan klinis dengan berbagai metode
yang disepakati
d. Memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rekomendasi
memperoleh penugasan klinis dari direktur
e. Memberikan rekomendasi kewenangan klinis untuk memperoleh
penugasan klinis dari direktur dengan cara:
1) Tenaga keperawatan mengajukan permohonan untuk
memperoleh kewenangan klinis kepada ketua komite
keperawatan;
2) Ketua komite keperawatan menugaskan sub komite kredensial
untuk melakukan proses kredensial;
3) Sub komite melakukan review, verivikasi dan evaluasi dengan
berbagai metode: portofolio, asesmen kompetensi;
4) Sub komite memberikan laporan hasil kredensial sebagai
bahan rapat menentukan kewenangan klinis bagi setiap
tenaga keperawatan.
f. Melakukan pembinaan dan pemulihan kewenangan klinis secara
berkala;
g. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang
ditetapkan.

BAB VIII
SUB KOMITE MUTU PROFESI

Pasal 33

(1). Sub Komite Mutu Profesi sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat
(2) huruf b bertujuan: memastikan mutu profesi tenaga keperawatan
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan yang
berorientasi kepada keselamatan pasien sesuai kewenangannya.
(2) Tugas:
a. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area
praktik;
b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional
berkelanjutan tenaga keperawatan;
c. Melakukan audit asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan;
d. Memfasilitasi proses pendampingan tenaga keperawatan sesuai
kebutuhan.
(3) Kewenangan:
Subkomite mutu profesi mempunyai kewenangan memberikan
rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan dan kebidanan,
pendidikan keperawatan dan kebidanan berkelanjutan serta
pendampingan
(4) Mekanisme Kerja:

12
a. Koordinasi dengan bidang keperawatan untuk memperoleh data
dasar tentang profil tenaga keperawatan di RS sesuai area
praktiknya berdasarkan jenjang karir;
b. Mengidentifikasi kesenjangan kompetensi yang berasal dari data
subkomite kredensial sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan perubahan standar profesi, hal tersebut menjadi
dasar perencanaan CPD;
c. Merekomendasikan perencanaan CPD kepada unit yang
berwenang;
d. Koordinasi dengan praktisi tenaga keperawatan dalam melakukan
pendampingan sesuai kebutuhan;
e. Melakukan audit keperawatan dan kebidanan dengan cara:
1) Pemilihan topik yang akan dilakukan audit;
2) Penetapan standar dan kriteria;
3) Penetapan jumlah kasus / sampel yang akan diaudit;
4) Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan
pelayanan;
5) Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan
kriteria;
6) Menerapkan perbaikan;
7) Rencana reaudit.
f. Menyusun laporan kegiatan subkomite untuk disampaikan kepada
ketua komite keperawatan.

BAB IX
SUB KOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI

Pasal 34

(1) Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 21 ayat (2) huruf c bertujuan:
a. Agar tenaga keperawatan menerapkan prinsip-prinsip etik dalam
memberikan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan;
b. Melindungi pasien dari pelayanan yang diberikan oleh tenga
keperawatan yang tidak profesional;
c. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan.

(2) Tugas:
a. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan.
b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga
keperawatan;
c. Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan dan kebidanan;
d. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran
disiplin dan masalah-masalah etik dalam kehidupan profesi,
asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan;
e. Merekomendasikan pencabutan kewenangan klinis dan/atau surat
penugasan klinis;
f. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis
dalam asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

(3) Kewenangan:
Subkomite etik dan disiplin profesi mempunyai kewenangan
memberikan usul rekomendasi pencabutan kewenagan klinis (clinical
privilege) tertentu, memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi
rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege), serta
memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

13
(4) Mekanisme kerja :
a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan:
1) Mengidentifikasi sumber laporan kejadian pelanggaran etik
dan disiplin didalam rumah sakit
2) Melakukan telaah atas laporan kejadian pelanggaran etik dan
disiplin profesi
b. Membuat keputusan , pengambilan keputusan pelanggaran etik
profesi dilakukan dengan melibatkan panitia adhoc.
c. Melakukan tindak lanjut keputusan berupa:
1) Pelanggaran etik direkomendasikan kepada organisasi profesi
keperawatan dan kebidanan di rumah sakit melalui ketua
komite
2) Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur
melalui komite keperawatan
3) Rekomendasi pencabutan kewenangan klinis diusulkan
kepada ketua komite keperawatan untuk diteruskan kepada
direktur.
d. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga
keperawatan, meliputi:
1) Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus melekat dalam
pelaksanaan praktik keperawatan dan kebidanan sehari-hari
2) Menyusun program pembinaan, mencakup jadwal,
materi/topik dan metode serta evaluasi
3) Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya,
coaching, simposium, bedside teaching, diskusi refleksi kasus
dan lain-lain disesuaikan dengan lingkup pembinaan dan
sumber yang tersedia.
e. Menyusun laporan kegiatan sub komite untuk disampaikan
kepada ketua komite keperawatan.

BAB X
PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA KLINIS

Pasal 35

(1). Dalam memberikan pelayanan keperawatan dan kebidanan diperlukan


standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional dan
kebutuhan dasar pasien;
(2) Memenuhi kebutuhan sebagaimana tersebut dalam pasal 29 ayat (1),
Komite Keperawatan bersama-sama Bidang Pelayanan Medik
berkewajiban menyusun:
a. Standar profesi keperawatan dan kebidanan;
b. Standar pelayanan keperawatan dan kebidanan;
c. Standar prosedur operasional keperawatan dan kebidanan;
d. Standar kebutuhan dasar pasien.
(3) Dalam keadaan tidak mampu, setiap staf keperawatan berkewajiban
melakukan konsultasi dan/atau merujuk pasien kepada tenaga
keperawatan lain yang dianggap lebih mampu.

BAB XI
TATA CARA DAN REVIEW PERBAIKAN PERATURAN INTERNAL STAF
KEPERAWATAN

Pasal 36

14
(1) Segala sesuatu yang belum diatur dalam peraturan bupati ini, akan
diatur lebih lanjut oleh direktur atas usul komite keperawatan.
(2) Tata cara yang mengatur komite keperawatan secara internal akan
diatur lebih lanjut oleh komite keperawatan.

BAB XII
PENUTUP

Pasal 37

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Peraturan Internal


Keperawatan dilaksanakan dengan berpedoman pada lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.

Pasal 35

Peraturan Internal Keperawatan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Pangkalan Bun


pada tanggal 15 Agustus 2015

Bupati Kotawaringin Barat

BAMBANG PURWANTO

15

Anda mungkin juga menyukai