Anda di halaman 1dari 66

-1 -

BUPATI NAGEKEO

PERATURAN BUPATI NAGEKEO


NOMOR TAHUN 2022

TENTANG

PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS)


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AERAMO KABUPATEN NAGEKEO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NAGEKEO,
Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 29 Ayat (1) huruf r Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa
rumah sakit berkewajiban menyusun dan melaksanakan
peraturan internal rumah sakit;

b. bahwa untuk mengatur hubungan, hak dan kewajiban,


wewenang dan tanggung jawab dari pemilik rumah sakit
atau yang mewakili, pengelola rumah sakit dan staf medis
fungsional maka perlu dibuatkan Peraturan Internal
(Hospital by Laws) Rumah Sakit sebagai acuan dalam
melaksanakan penyelenggaraan rumah sakit;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Bupati tentang Peraturan Internal (Hospital by Laws)
Rumah Sakit Umum Daerah.
-2 -
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2007 tentang


Pembentukan Kabupaten Nagekeo di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4678);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);

4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5072);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
-3 -
7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 307, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5612);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang


Pengelolaan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Badan layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5340);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang


Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4502);

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018


tentang Badan Layanan Umum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1213);

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 Tahun 2008


tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;

13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008


tentang Rekam Medik;
-4 -
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit;

15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2013 tentang


Komite Keperawatan Rumah Sakit;

16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2014 tentang


Dewan Pengawas Rumah Sakit;

17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang


Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;

18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2014 tentang


Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien;

19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang


Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi;

20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 80 Tahun 2020 tentang


Komite Mutu Rumah Sakit;

21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/ MENKES/ SK/


VI/ 2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit
(Hospital by Laws);

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018


tentang Badan Layanan Umum Daerah ;

23. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/MENKES/


SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah
Sakit (Hospital by Laws);

24. Peraturan Bupati Nagekeo Nomor 55 Tahun 2021 tentang


Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo Tipe C
Kabupaten Nagekeo.
-5 -
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERATURAN INTERNAL
(HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AERAMO
KABUPATEN NAGEKEO.

BUKU KESATU
PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BY LAWS)
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
(1) Daerah adalah Kabupaten Nagekeo.
(2) Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Nagekeo.
(3) Bupati adalah Bupati Nagekeo.
(4) Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo adalah Rumah Sakit Umum Daerah
Aeramo.
(5) Peraturan Internal (Hospital by Laws) adalah aturan dasar yang mengatur
tata cara penyelenggaraan rumah sakit meliputi peraturan internal korporasi
dan peraturan internal staf medis.
(6) Peraturan internal korporasi (Corporate by Laws) adalah aturan yang
mengatur agar tata kelola korporasi (Corporate Governance) terselenggara
dengan baik melalui pengaturan hubungan antara pemilik, pengelola, dan
komite medik di rumah sakit.
(7) Peraturan internal staf medis (Medical Staff by Laws) adalah aturan yang
mengatur tata kelola klinis (Clinical Governance) untuk menjaga
profesionalisme staf medis di rumah sakit.
(8) Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo.
(9) Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah
instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
(10) Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah yang
selanjutnya disingkat PPK–BLUD adalah pola pengelolaan keuangan yang
-6 -
memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-
praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan
keuangan daerah pada umumnya.
(11) Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas merupakan organ rumah sakit
yang bertugas melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan rumah
sakit yang bertanggung jawab kepada pemilik rumah sakit.
(12) Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata
kelola klinis (Clinical Governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga
profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi
medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
(13) Komite Keperawatan adalah wadah non struktural rumah sakit yang
mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan
profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi.
(14) Komite PPA (Profesional Pemberi Asuhan) lainnya adalah himpunan profesi
lain selain medis dan keperawatan yang juga memberikan asuhan kepada
pasien sesuai dengan bidang ilmu.
(15) Komite Mutu atau Komite PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien) adalah unsur organisasi non structural yang membantu Direktur RS
dalam mengelola dan memandu program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien, serta mempertahankan standar pelayanan RS.
(16) Komite PPI (Pengendalian dan Pencegahan Infeksi) adalah suatu wadah
non structural yang dibentuk dan bertanggungjawab langsung kepada
Direktur RS atas semua pengelolaan program PPI di RS.
(17) Satuan Pemeriksaan Internal adalah wadah non struktural yang bertugas
melaksanakan pemeriksaan internal di Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo.
(18) Dokter adalah dokter dan/atau dokter spesialis yang melakukan
pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo.
(19) Dokter tetap atau dokter purna waktu adalah dokter dan/atau dokter
spesialis yang sepenuhnya bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo.
(20) Dokter Tamu adalah dokter yang bukan berstatus sebagai pegawai Rumah
Sakit Umum Daerah Aeramo, yaitu dokter dan/atau dokter spesialis yang
-7 -
diundang/ditunjuk karena kompetensinya untuk melakukan atau
memberikan pelayanan medis dan tindakan medis di Rumah Sakit Umum
Daerah Aeramo untuk jangka waktu dan/atau kasus tertentu.
(21) Dokter Kontrak dan/atau Dokter Honorer adalah dokter, baik dokter
dan/atau dokter spesialis yang diangkat dengan status tenaga kontrak
dan/atau tenaga honorer di Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo, yang
ditetapkan dengan Keputusan Bupati dengan masa kerja untuk jangka waktu
tertentu.
(22) Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) adalah hak khusus seorang staf
medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam
lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan
berdasarkan penugasan klinis (Clinical Appointment).
(23) Penugasan klinis (Clinical Appointment) adalah penugasan Direktur Rumah
Sakit Umum Daerah kepada seorang staf medis untuk melakukan
sekelompok pelayanan medis di Rumah Sakit Umum Daerah berdasarkan
daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.
(24) Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (Clinical Privilege).
(25) Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang telah
memiliki kewenangan klinis (Clinical Privilege) untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis tersebut.
(26) Audit Medis adalah upaya evaluasi secara professional terhadap mutu
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam
medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis.

BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT
Bagian kesatu
Tujuan
Pasal 2
Hospital by Laws ini bertujuan untuk mengatur batas kewenangan, hak
kewajiban dan tanggung jawab Pemilik melalui perwakilannya (Dewan
Pengawas), Pejabat Pengelola dan tenaga kesehatan yang terhimpun dalam
Komite Medik, Komite Keperawatan, Komite PPA dan lainnya sehingga setiap
-8 -
persoalan antar mereka lebih mudah diselesaikan akibat adanya hubungan yang
selaras dan serasi.
Bagian kedua
Manfaat
Pasal 3
Manfaat dari Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital by Laws) ini adalah:
(1) Sebagai acuan Pemilik dalam melakukan pengawasan;
(2) Sebagai acuan bagi Direktur dalam mengelola dan menyusun kebijakan
teknis operasional;
(3) Sebagai sarana menjamin efektivitas, efisiensi dan mutu;
(4) Sebagai sarana dalam perlindungan hukum;
(5) Sebagai acuan penyelesaian konflik; dan
(6) Sebagai persyaratan dalam akreditasi rumah sakit.

BAB III
IDENTITAS
Bagian Kesatu
Nama Rumah Sakit
Pasal 4
Nama Rumah Sakit ialah Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo adalah milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo.

Bagian Kedua
Visi Dan Misi, Nilai, Motto, Tujuan Dan Strategi
Pasal 5
(1) Visi Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo adalah “Menjadi Pusat Pelayanan
Rujukan Bagi Masyarakat Nagekeo dan Kabupaten Tetangga Sekitarnya”.
(2) Misi Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo adalah:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang responsif, ramah, dan
profesional;
2. Meningkatkan jumlah dan mutu Sumber Daya Manusia, sarana dan
prasarana, serta fasilitas penunjang pelayanan prima;
3. Memupuk kerjasama tim yang baik dalam suasana kekeluargaan
(3) Nilai-Nilai: Sikap kerja pegawai rumah sakit dalam melaksanakan tugas
-9 -
didasarkan atas nilai-nilai kerjasama, keterbukaan,bertanggungjawab dan
kekeluargaan
(4) Filosofi Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo adalah menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia yang dilandasi dengan semangat melayani
(5) Motto Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo yaitu: “Bersama Kita Melayani”.
Motto ini mengandung makna bahwa RSUD Aeramo yang merupakan
sebuah organisasi pemberi layanan kesehatan dengan latar belakang
sumber daya yang berbeda harus memberikan kontribusi masing-masing
untuk memberikan pelayanan mencapai misi dan visi organisasi.
(6) Tujuan
Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo adalah menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang memberikan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, gawat darurat, serta pelayanan penunjang lainnya.
(7) Strategi
Strategi Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo adalah mengoptimalkan
potensi Sumber Daya Manusia (SDM), dan sumber daya lain yang dimiliki
yang didukung oleh stakeholders untuk memenuhi standar pelayanan yang
ditentukan sehingga terwujud pelayanan yang bermutu, berkeadilan dan
penuh kasih guna mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan
pelanggan (pasien) yang semakin sadar dan mampu dalam memelihara
kesehatan.
(8) Program
Program-program indikatif sebagai berikut: Program-program indikatif
sebagai berikut:
a. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin meliputi pelayanan
operasi katarak, operasi bibir sumbing, pelayanan sunatan massal, dan
pelayanan kesehatan lainnya.
b. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan meliputi Akreditasi Rumah
sakit, Sistem informansi manajemen Rumah Sakit, penyusunan standar
kesehatan,evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan.
c. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan meliputi
kemitraan asuransi kesehatan masyarakat, pengolahan limbah rumah
sakit, alih teknologi kesehatan dan kedokteran, peningkatan kualitas
dokter spesialis, dokter umum dan tenaga kesehatan lainnya,
-10 -
pengobatan lanjutan bagi pasien rujukan,pengobatan bagi pasien
kurang mampu.
d. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak meliputi
penyuluhan kesehatan,perawatan berkala dan pertolongan persalinan
bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu, penguatan PONEK.
e. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan meliputi perencanaan dan
pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Rumah Sakit.
f. Program Upaya Kesehatan Masyarakat meliputi pemulihan kesehatan,
pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan, peningkatan
pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana, penanggulangan
masalah kesehatan (K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja karyawan).
g. Program Perbaikan Gizi Masyarakat meliputi penanggulangan kurang
energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium,
pelayanan ibu hamil KEK, perawatan anak gizi buruk.
h. Program Pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit
meliputi pembangunan, pengembangan dan rehabilitasi unit unit rumah
sakit,pengadaan perlengkapan, logistik serta pengembangan tipe rumah
sakit
i. Program Pemeliharaan sarana prasarana rumah sakit meliputi
pemeliharaan rutin / berkala kendaraan, gedung dan alat kelengkapan
rumah sakit
j. Program Nasional meliputi menurunan angka kematian ibu dan bayi
dan peningkatan kesehatan ibu dan bayi, penurunan angka kesakitan
HIV/AIDS, penurunan angka kesakitan Tuberkulosis, pengendalian
resistensi antimikroba, pelayanan geriatri, serta penanganan stunting
dan wasting

Bagian Ketiga
Sejarah Pendirian, Kelas, Alamat dan Logo
Pasal 6

(1) Sejarah Pendirian


Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo adalah Rumah Sakit milik pemerintah
Kabupaten Nagekeo yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan upaya
-11 -
penyembuhan, pemulihan, peningkatan, pencegahan, pelayanan rujukan, dan
pengembangan serta pengabdian masyarakat.
RSUD Aeramo berdiri pada tanggal 7 Juni 2017 ditetapkan dengan
Keputusan Bupati Nagekeo, Nomor 223/KEP/HK/2017 tentang Izin Mendirikan
Rumah Sakit Daerah Nagekeo Tahun 2017, dan pada tanggal 8 Desember 2017
dilakukan launching Rumah Sakit Daerah oleh Bupati Nagekeo sebagai Rumah
Sakit Kelas D Pratama yang hanya menyediakan pelayanan kelas 3 (tiga).
Rumah Sakit ini terus berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan
Kabupaten Nagekeo. Pada tanggal 17 Desember 2018 berdasarkan Keputusan
Bupati Nagekeo Nomor 464/KEP/HK/2018 tentang Penetapan Kelas Rumah
Sakit, RSUD Aeramo ditetapkan menjadi Rumah Sakit Kelas D.
RSUD Aeramo dalam memberikan pelayanan kesehatan senantiasa
berfokus pada pasien dan keselamatan pasien dengan mengedepankan mutu
yang diartikan sebagai kesesuaian antara pelaksanaan tugas pemberi pelayanan
dengan standar yang sudah dibuat Undang Undang No. 44 th 2009 tentang
Rumah Sakit mengamanatkan bahwa Rumah Sakit harus mengikuti Akreditasi
secara berkala minimal 3 tahun sekali. Untuk memenuhi ketentuan tersebut
Aeramo telah mengikuti Akreditasi Rumah Sakit versi KARS, dimana survei
penilaian telah dilakukan oleh Surveior KARS pada tanggal 19 sampai 21 Mei
2019. Saat ini RSUD Aeramo telah sukses melalui Survei Akreditasi KARS dengan
ditetapkannya RSUD Aeramo sebagai rumah sakit yang telah memenuhi standar
akreditasi. Standar akreditasi ini berlaku selama 3 tahun.
Dukungan dan komitmen pemerintah Kabupaten Nagekeo terhadap
pengembangan pelayanan di RSUD Aeramo sangat tinggi. Hal tersebut terlihat
dari diberikannya RSUD Aeramo menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
berdasarkan Keputusan Bupati Nagekeo Nomor 168/KEP/HK/2020, tentang
Penetapan Penerapan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Daerah
Aeramo Kabupaten Nagekeo.
Berkat kerja keras dan kekompakan dari seluruh karyawan RSUD Aeramo
dan didukung oleh pemerintah Kabupaten Nagekeo maka RSUD Aeramo
terhitung sejak tanggal 16 Desember 2020 telah menjadi rumah sakit kelas C
berdasarkan SK Bupati Nomor 405/KEP/HK/2020 tentang Penetapan Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Nagekeo tahun 2020.
(2) Kelas
-12 -
Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo Kelas C
(3) Alamat
Jln. Prof. W.Z. Yohanes, Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa Kode Pos. 86472
(4) Logo
Logo Rumah Sakit adalah Logo Pemda Kabupaten Nagekeo.

Bagian Keempat
Kedudukan Rumah Sakit
Pasal 7
(1) RSUD Aeramo berkedudukan sebagai unit organisasi bersifat khusus yang
memberikan layanan secara profesional.
(2) Sebagai unit organisasi bersifat khusus, RSUD Aeramo memiliki otonomi
dalam pengelolaan keuangan, barang milik daerah serta bidang
kepegawaian.
(3) RSUD Aeramo dipimpin oleh seorang Direktur yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Pasal 8
(1) Rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan Institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan yang meliputi pelayanan:
a. medik umum;
b. pelayanan gawat darurat;
c. pelayanan keperawatan;
d. pelayanan laboratorium pratama;
e. pelayanan radiologi; dan
f. pelayanan farmasi.
(2) Selain pelayanan medik umum, RSUD Aeramo Kabupaten Nagekeo dapat
memberikan pelayanan spesialistik dasar.
(3) Pelayanan medik spesialistik dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat diberikan oleh dokter spesialis, residen tahap mandiri atau dokter
dengan kewenangan tambahan tertentu sesuai dengan kebutuhan
pelayanan medik spesialistik dasar yang meliputi:
-13 -
a. pelayanan kebidanan dan kandungan;
b. pelayanan kesehatan anak;
c. pelayanan penyakit dalam;
d. pelayanan bedah.
(4) Pelayanan medik spesialistik dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dilakukan melalui kerjasama dengan rumah sakit Pendidikan atau
rumah sakit yang kelasnya lebih tinggi dan berlokasi paling dekat, yang
berperan sebagai rumah sakit pengampu.

Bagian Kelima
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Pasal 9
(1) Tugas:
Tugas pokok RSUD Aeramo adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan dengan upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
pencegahan, pelayanan rujukan.
(2) Fungsi:
Fungsi RSUD Aeramo dalam menunaikan tugas sebagaimana dimaksud
diatas yaitu:
a. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pelayanan kesehatan
perorangan;
b. Pelayanan kesehatan medik dasar, spesialistik dasar dan penunjang;
c. Penyusunan rencana dan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan
di bidang pelayanan kesehatan perorangan;
1. Pelayanan medis;
2. Pelayanan penunjang medis dan non medis;
3. Pelayanan keperawatan;
4. Pelayanan rujukan;
5. Pengelolaan keuangan dan akutansi; dan
6. Pengelolaan urusan kepegawaian, hukum, hubungan masyarakat,
organisasi dan tatalaksana, serta rumah tangga, perlengkapan dan
umum.
-14 -

BAB IV
KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB
PEMERINTAH DAERAH
Bagian Kesatu
Kewenangan Pemerintah Daerah
Pasal 10
(1) Menetapkan peraturan tentang Pola Tata Kelola, Hospital by Laws dan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit beserta perubahannya;
(2) Mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran yang disetujui oleh Kepala
Dinas Kesehatan;
(3) Memberikan sanksi kepada pegawai yang melanggar ketentuan yang
berlaku dan memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi;
dan
(4) Memberhentikan Pejabat Pengelola karena sesuatu hal yang menurut
peraturannya membolehkan untuk diberhentikan.

Bagian Kedua
Tanggung Jawab Pemerintah Daerah
Pasal 11
(1) Pemerintah bertanggung jawab mengalokasikan anggaran yang memadai
untuk operasional rumah sakit; dan
(2) Pemerintah bertanggung gugat atas terjadinya kerugian pihak lain,
termasuk pasien, akibat kelalaian dan atau kesalahan dalam pengelolaan
rumah sakit.

BAB V
SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT, STRUKTUR DAN
TUGAS POKOK DAN FUNGSI STRUKTUR
Bagian Kesatu
Susunan Organisasi
Pasal 12
-15 -
(1) Susunan Organisasi RSUD Aeramo terdiri dari :
a. Direktur;
b. Bagian Tata Usaha, terdiri atas;
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Keuangan; dan
3. Sub Bagian Perencanaan, Evaluai dan Pelaporan.
c. Bidang Pelayanan Medik dan Penunjang Medik, terdiri atas:
1. Seksi Pelayanan Medik; dan
2. Seksi Pelayanan Penunjang Medik.
d. Bidang Keperawatan dan Kebidanan, terdiri atas:
1. Seksi Pelayanan Asuhan Keperawatan; dan
2. Seksi Pelayanan Asuhan Kebidanan.
e. Bidang Non Medik, terdiri atas :
1. Seksi Kefarmasian dan Perbekalan; dan
2. Seksi Penunjang Non Medik.
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Struktur Organisasi RSUD Aeramo sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Bagian Kedua
Tugas Pokok dan Fungsi
Direktur
Pasal 13
(1) Direktur mempunyai tugas pokok memimpin dan menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna melalui
penyelenggaraan pelayanan medik dan penunjang medik, pelayanan
keperawatan dan kebidanan, pelayanan nonmedik, pelayanan
ketatausahaan serta menyelenggarakan upaya kesehatan rujukan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Direktur menyelenggarakan fungsi :
a. pengkoordinasian penyusunan program/kegiatan rumah sakit;
b. perumusan kebijakan teknis/petunjuk teknis penyelenggaraan
pelayanan rumah sakit;
c. pengkoordinasian pelaksanaan tugas dan fungsi unsur organisasi
-16 -
rumah sakit;
d. pelaksanaan pembinaan, pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
tugas dan fungsi unsur organisasi rumah sakit
e. pelaksanaan evaluasi program/ kegiatan rumah sakit; dan
f. pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan oleh atasan.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Direktur memiliki otonomi dalam
pengelolaan keuangan, barang milik daerah dan kepegawaian.
(4) Otonomi dalam pengelolaan keuangan dan barang milik daerah meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan serta
penggunaan dan penatausahaan barang milik daerah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(5) Otonomi dalam bidang kepegawaian dilaksanakan melalui pengusulan
pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Aparatur Sipil
Negara (ASN) kepada pejabat yang berwenang serta pembinaan dan
pengelolaan Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(6) Dalam melaksanakan otonomi dalam pengelolaan keuangan dan barang
milik daerah, Direktur ditetapkan selaku kuasa pengguna anggaran dan
kuasa pengguna barang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.

Bagian Tata Usaha


Pasal 14
(1) Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok membantu Direktur dalam
menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan urusan ketatausahaan
rumah sakit meliputi urusan umum dan kepegawaian, keuangan serta
perencanaan program/kegiatan, evaluasi dan pelaporan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bagian
Tata Usaha melaksanakan fungsi :
a. pengkoordinasian penyusunan program/ kegiatan ketatausahaan
rumah sakit;
b. perumusan kebijkan teknis/ petunjuk teknis di lingkup kerjanya;
c. pengelolaan dan pelayanan urusan ketatausahaan;
d. pengawasan, pelaporan dan evaluasi pelaksanaan urusan
-17 -
ketatausahaan rumah sakit; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diperintahkan oleh Direktur sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
(3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf b angka 1, mempunyai tugas merencanakan,
mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengevaluasi urusan
persuratan, kearsipan, kepegawaian, hubungan masyarakat, protokol,
perlengkapan, rumah tangga dan aset serta urusan umum dan
kepegawaian lainnya.
(4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi :
a. merencanakan urusan persuratan, kearsipan, kepegawaian,
hubungan masyarakat, protokol, perlengkapan, rumah tangga dan
aset serta urusan umum dan kepegawaian lainnya;
b. mengkoordinasikan urusan persuratan, kearsipan, kepegawaian,
hubungan masyarakat, protokol, perlengkapan, rumah tangga dan
aset serta urusan umum dan kepegawaian lainnya;
c. melaksanakan urusan persuratan, kearsipan, kepegawaian,
hubungan masyarakat, protokol, perlengkapan, rumah tangga
dan aset serta urusan umum dan kepegawaian lainnya;
d. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pada sub bagian umum dan
kepegawaian; dan
e. melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan/pimpinan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(5) Sub Bagian Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
angka 2, mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinasikan,
melaksanakan dan mengevaluasi pengelolaan keuangan, penatausahaan
perbendaharaan, akuntansi, verifikasi dan pelaporan keuangan.
(6) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Sub
Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi :
a. merencanakan pengelolaan keuangan, penatausahaan
perbendaharaan, akuntansi, verifikasi dan pelaporan keuangan;
b. mengkoordinasikan pengelolaan keuangan, penatausahaan
perbendaharaan, akuntansi, verifikasi dan pelaporan keuangan;
-18 -
c. melaksanakan pengelolaan keuangan, penatausahaan
perbendaharaan, akuntansi, verifikasi dan pelaporan keuangan;
d. menyusun laporan keuangan RSUD Aeramo;
e. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pada sub bagian keuangan;
dan
f. melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan/pimpinan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(7) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b angka 3, mempunyai tugas merencanakan,
mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
penyusunan dan pelaporan program/kegiatan dan anggaran, standar
pelayanan dan standar operasional prosedur rumah sakit.
(8) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (7) Sub
Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan menyelenggarakan fungsi :
a. merencanakan kegiatan penyusunan dan pelaporan
program/kegiatan dan anggaran, standar pelayanan dan standar
operasional prosedur rumah sakit;
b. mengkoordinasikan kegiatan penyusunan dan pelaporan
program/kegiatan dan anggaran, standar pelayanan dan standar
operasional prosedur rumah sakit;
c. melaksanakan kegiatan penyusunan dan pelaporan
program/kegiatan dan anggaran, standar pelayanan dan standar
operasional prosedur rumah sakit;
d. melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja pelaksanaan
program dan kegiatan dalam unit kerja di lingkungan RSUD Aeramo;
e. menyusun laporan hasil pelaksanaan program dan kegiatan RSUD
Aeramo;
f. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pada sub bagian
perencanaan,evaluasi dan pelaporan; dan
g. melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan/pimpinan
sesuai dengan peraturan yang berlaku

Bidang Pelayanan Medik dan Penunjang Medik


-19 -
Pasal 15
(1) Bidang Pelayanan Medik dan Penunjang Medik mempunyai tugas
membantu Direktur dalam menyelenggarakan pelayanan medik dan
penunjang medik.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Bidang Pelayanan Medik dan Penunjang Medik mempunyai fungsi:
a. penyusunan program/ kegiatan pelayanan medik dan penunjang
medik;
b. perumusan kebijakan teknis/petunjuk teknis bidang pelayanan
medik dan penunjang medik;
c. pengkoordinasian pelaksanaan pelayanan medik dan penunjang
medik;
d. pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya dan keselamatan pasien di
bidang pelayanan medik dan penunjang medik;
e. pelaksanaan pengembangan dan penelitian serta peningkatan mutu
pelayanan medik dan pelayanan penunjang medik RSUD Aeramo;
f. pengawasan dan pemantauan pelayanan medik dan penunjang
medik;
g. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan bidang pelayanan dan
penunjang medik; dan
h. pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Direktur sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
(3) Seksi Pelayanan Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c
angka 1, mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan dan
melaksanakan kebijakan teknis, melaksanaan kegiatan, memantau dan
mengevaluasi bidang pelayanan medik.
(4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Seksi
Pelayanan Medik menyelenggarakan fungsi:
a. menyiapkan bahan penyusunan dan melaksanakan kebijakan teknis
bidang pelayanan medik;
b. melaksanakan kegiatan pelayanan medik yang meliputi pelayanan
medik dasar, pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik
subspesialis;
c. melaksanakan kendali mutu, kendali biaya dan keselamatan pasien
-20 -
di bidang pelayanan medik;
d. melaksanakan pengembangan dan penelitian serta peningkatan mutu
pelayanan medik;
e. melaksanakan monitoring dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
pelayanan medik;
f. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pada seksi pelayanan
medik;dan
g. melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan/pimpinan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(5) Seksi Penunjang Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c
angka 2, mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan dan
melaksanakan kebijakan teknis, melaksanaan kegiatan, memantau dan
mengevaluasi bidang penunjang medik.
(6) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Seksi
Penunjang Medik menyelenggarakan fungsi:
a. menyiapkan bahan penyusunan dan melaksanakan kebijakan teknis
bidang pelayanan penunjang medik;
b. melaksanakan kegiatan pelayanan penunjang medik yang meliputi
pelayanan medik dasar, pelayanan penunjang medik spesialis dan
pelayanan medik canggih;
c. melaksanakan kendali mutu, kendali biaya dan keselamatan pasien
di bidang pelayanan penunjang medik;
d. melaksanakan pengembangan dan penelitian serta peningkatan mutu
pelayanan penunjang medic;
e. melaksanakan monitoring dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
pelayanan penunjang medik;
f. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pada seksi pelayanan
penunjang medik; dan
g. melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan/pimpinan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Bidang Keperawatan dan Kebidanan


Pasal 16
(1) Bidang Keperawatan dan Kebidanan mempunyai tugas pokok
-21 -
pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Bidang Keperawatan dan Kebidanan mempunyai fungsi:
a. penyusunan program/ kegiatan pemberian pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan;
b. perumusan kebijakan teknis/petunjuk teknis bidang keperawatan
dan kebidanan;
c. pengkoordinasian pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan;
d. pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya dan keselamatan pasien di
bidang pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan;
e. pelaksanaan pengembangan dan penelitian serta peningkatan mutu
asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan;
f. pengawasan dan pemantauan pelayanan asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan;
g. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan bidang keperawatan
dan kebidanan; dan
h. pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Direktur sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
(3) Seksi Asuhan Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
d angka 1, mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan dan
melaksanakan kebijakan teknis, melaksanaan kegiatan, memantau dan
mengevaluasi di bidang asuhan keperawatan.
(4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Seksi
Asuhan Keperawatan menyelenggarakan fungsi:
a. menyiapkan bahan penyusunan dan melaksanakan kebijakan teknis
bidang asuhan keperawatan;
b. melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan yang meliputi asuhan
keperawatan generalis dan asuhan keperawatan spesialis;
c. melaksanakan kendali mutu, kendali biaya dan keselamatan pasien
di bidang asuhan keperawatan;
d. melaksanakan pengembangan dan penelitian serta peningkatan mutu
pelayanan asuhan keperawatan;
e. melaksanakan monitoring dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
-22 -
pelayanan asuhan keperawatan;
f. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pada seksi asuhan
keperawatan; dan
g. melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan/pimpinan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(5) Seksi Asuhan Kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d
angka 2, mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan dan
melaksanakan kebijakan teknis, melaksanaan kegiatan, memantau dan
mengevaluasi di bidang asuhan kebidanan.
(6) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Seksi
Asuhan Kebidanan menyelenggarakan fungsi:
a. menyiapkan bahan penyusunan dan melaksanakan kebijakan teknis
bidang asuhan kebidanan;
b. melaksanakan kegiatan asuhan kebidanan;
c. melaksanakan kendali mutu, kendali biaya dan keselamatan pasien
di bidang asuhan kebidanan;
d. melaksanakan pengembangan dan penelitian serta peningkatan mutu
pelayanan asuhan keperawatan;
e. melaksanakan monitoring dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
pelayanan asuhan kebidanan;
f. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pada seksi asuhan kebidanan;
dan
g. melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan/pimpinan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Bidang Non Medik


Pasal 17
(1) Bidang Non Medik mempunyai tugas pokok pelaksanaan pelayanan non
medik yang meliputi pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan
serta penunjang non medik.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Bidang Kefarmasian dan Penunjang mempunyai fungsi:
a. penyusunan program/ kegiatan pemberian pelayanan non medik;
b. perumusan kebijakan teknis/petunjuk teknis bidang non medik;
-23 -
c. pengkoordinasian pelaksanaan pelayanan non medik;
d. pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya dan keselamatan pasien di
bidang non medik;
e. pelaksanaan pengembangan dan penelitian serta peningkatan mutu
bidang non medik;
f. pengawasan dan pemantauan pelayanan non medik;
g. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan bidang non medik; dan
h. pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Direktur sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
(3) Seksi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf e angka 1, mempunyai tugas menyiapkan bahan
penyusunan dan melaksanakan kebijakan teknis, melaksanaan kegiatan,
memantau dan mengevaluasi di bidang kefarmasian dan perbekalan
kesehatan.
(4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Seksi
Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a. menyiapkan bahan penyusunan dan melaksanakan kebijakan teknis
bidang kefarmasian dan perbekalan kesehatan;
b. melaksanakan kegiatan kefarmasian dan perbekalan kesehatan yang
meliputi pengelolaan alat kesehatan dan bahan pakai habis, sediaan
farmasi dan pelayanan farmasi klinik;
c. melaksanakan kendali mutu, kendali biaya dan keselamatan pasien
di bidang kefarmasian dan perbekalan kesehatan;
d. melaksanakan pengembangan dan penelitian serta peningkatan mutu
pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan;
e. melaksanakan monitoring dan mengawasi pengelolaan kefarmasian
dan perbekalan kesehatan;
f. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pada seksi kefarmasian dan
perbekalan kesehatan; dan
g. melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan/pimpinan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(5) Seksi Penunjang Non Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
e angka 2, mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan dan
melaksanakan kebijakan teknis, melaksanaan kegiatan, memantau dan
-24 -
mengevaluasi di bidang penunjang non medik.
(6) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Seksi
Penunjang Non Medik menyelenggarakan fungsi:
a. menyiapkan bahan penyusunan dan melaksanakan kebijakan teknis
bidang bidang penunjang non medik;
b. melaksanakan kegiatan penunjang non yang meliputi pelayanan
rekam medik, sistem informasi manajemen rumah sakit, pelayanan
gizi, pelayanan sterilisasi yang tersentral, pemeliharaan sarana
prasarana sanitasi lingkungan, pemeliharaan alat kesehatan,
pelayanan laundry/binatu, pemulasaraan jenazah, perbengkelan,
oksigen sentral dan pelayanan penunjang non medik lain;
c. melaksanakan kendali mutu, kendali biaya dan keselamatan pasien
di bidang penunjang non medik;
d. melaksanakan pengembangan dan penelitian serta peningkatan mutu
pelayanan penunjang non medik;
e. melaksanakan monitoring dan mengawasi kegiatan pelayanan
penunjang non medik;
f. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pada seksi penunjang non
medik; dan
g. melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan/pimpinan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Bagian Ketiga
Struktur Organisasi
Pasal 18
Struktur Organisasi berdasarkan Peraturan Bupati Nagekeo Nomor 55 Tahun
2022
-25 -

BAB VI
DEWAN PENGAWAS
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, Kewajiban dan Wewenang
Pasal 19
(1) Dewan Pengawas Rumah Sakit adalah suatu unit non struktural yang
bersifat independen dan bertanggung jawab kepada pemilik Rumah Sakit.
(2) Dewan Pengawas Rumah Sakit dibentuk dengan Keputusan Bupati atas
usulan Direktur.
(3) Dewan Pengawas berfungsi sebagai wakil pemilik (governing body) dalam
melakukan pembinaan dan pengawasan nonteknis perumahsakitan secara
internal di Rumah Sakit.

Pasal 20
(1) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 3,
Dewan Pengawas bertugas:
a. menentukan arah kebijakan rumah sakit;
b. menyetujui dan mengawasi pelaksanaan rencana strategis bisnis;
c. menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana bisnis dan anggaran;
d. mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali biaya;
e. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien;
f. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban rumah sakit;
g. mengawasi kepatuhan penerapan etika rumah sakit, etika profesi, dan
peraturan perundang-undangan.
-26 -
h. melakukan pengawasan pengelolaan keuangan BLUD Rumah Sakit;
(2) Selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud ayat (1), Dewan
Pengawas juga menyetujui program upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dewan
Pengawas dapat membentuk Komite Audit atau Tim ad-hoc.

Pasal 21
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Dewan
Pengawas berkewajiban:
a. Memberikan pendapat, saran, nasihat dan arahan kepada Direktur dalam
penyelenggaraan Rumah Sakit;
b. Memberikan pendapat dan saran kepada pemilik Rumah Sakit mengenai
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) yang diusulkan oleh Direktur Rumah
Sakit;
c. Mengikuti perkembangan kegiatan Rumah Sakit, memberikan pendapat dan
saran kepada pemilik mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi
pengurusan Rumah Sakit;
d. Melaporkan dengan segera kepada pemilik apabila terjadi gejala menurunnya
kinerja Rumah Sakit;
e. Melakukan tugas pengawasan lain yang ditetapkan dalam Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital by Laws);
f. Melakukan hal-hal lain yang dianggap perlu sebagaimana diatur dalam
Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Internal Rumah Sakit
(Hospital by Laws).

Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Dewan Pengawas mempunyai
wewenang:
a. menerima dan memberikan penilaian terhadap laporan kinerja dan keuangan
Rumah Sakit dari Direktur Rumah Sakit;
b. menerima laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Satuan Pemeriksa
Internal Rumah Sakit dengan sepengetahuan Direktur Rumah Sakit dan
memantau pelaksanaan rekomendasi tindak lanjut;
-27 -
c. meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat manajemen lainnya
mengenai penyelenggaraan pelayanan di Rumah Sakit dengan sepengetahuan
Direktur Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan Internal Rumah Sakit
(Hospital bylaws) atau Dokumen Pola Tata Kelola (corporate governance);
d. meminta penjelasan dari komite atau unit nonstruktural di Rumah Sakit
terkait pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Pengawas sesuai dengan
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital bylaws) atau Dokumen Pola Tata
Kelola (corporate governance);
e. berkoordinasi dengan Direktur Rumah Sakit dalam menyusun Peraturan
Internal Rumah Sakit (Hospital bylaws) atau Dokumen Pola Tata Kelola
(corporate governance), untuk ditetapkan oleh pemilik; dan
f. memberikan rekomendasi perbaikan terhadap pengelolaan Rumah Sakit.

Pasal 23
Penilaian Kinerja Dewan Pengawas dilakukan oleh Bupati sebagai pemilik, dalam
bentuk laporan Dewan Pengawas setiap 6 bulan (per semester).

Bagian Kedua
Pengangkatan, Pemberhentian dan Penggantian Antar Waktu
Pasal 24
(1) Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Bupati.
(2) Pengangkatan Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak
bersamaan waktunya dengan pengangkatan anggota Direksi.
(3) Masa jabatan Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

Pasal 25
(1) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum habis masa
jabatannya oleh Bupati.
(2) Pemberhentian anggota Dewan Pengawas dilakukan apabila anggota Dewan
Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti:
a. tidak melaksanakan tugasnya dengan baik;
b. tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan;
c. terlibat dalam tindakan yang merugikan rumah sakit;
-28 -
d. mempunyai benturan kepentingan dengan penyelenggaraan rumah sakit;
e. dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana
kejahatan dan/atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya
melaksanakan pengawasan rumah sakit; atau
f. berhalangan tetap.
(3) Dalam hal anggota Dewan Pengawas menjadi tersangka tindak pidana
kejahatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, yang bersangkutan
diberhentikan sementara dari jabatannya oleh Bupati.

Pasal 26
(1) Apabila terdapat anggota Dewan Pengawas yang diberhentikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2), dilakukan penggantian anggota Dewan
Pengawas dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24.
(2) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas pengganti sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan selama sisa masa jabatan anggota Dewan Pengawas
yang diganti.

Bagian Ketiga
Keanggotaan Dewan Pengawas
Pasal 27
(1) Keanggotaan Dewan Pengawas berjumlah paling banyak 3 (tiga) orang terdiri
dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota dan 2 (dua) orang anggota.
(2) Keanggotaan Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari:
a. pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berkaitan dengan
kegiatan BLUD;
b. pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan daerah;
c. tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan BLUD.

Pasal 28
Untuk dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas, setiap calon anggota
Dewan Pengawas harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki integritas, dedikasi, dan memahami masalah yang berkaitan dengan
perumahsakitan, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk
-29 -
melaksanakan tugasnya;
b. mampu melaksanakan perbuatan hukum;
c. tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota direksi
atau komisaris atau dewan pengawas yang dinyatakan bersalah sehingga
menyebabkan suatu badan usaha pailit;
d. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana;
e. tidak mempunyai benturan kepentingan dengan penyelenggaraan Rumah
Sakit; dan
f. persyaratan lain yang ditetapkan oleh pemilik Rumah Sakit.

Pasal 29
Ketua Dewan Pengawas bertugas:
a. Memimpin semua pertemuan Dewan Pengawas;
b. Mengarahkan berbagai hal yang berkaitan dengan prosedur dan tatacara
yang tidak diatur dalam Peraturan Internal Rumah Sakit melalui Rapat
Dewan Pengawas;
c. Bekerja sama dengan Pengelola untuk menangani berbagai hal mendesak
yang seharusnya diputuskan dalam rapat Dewan Pengawas. Bilamana rapat
Dewan Pengawas belum dapat diselenggarakan, maka ketua dapat
memberikan wewenang pada Direktur untuk mengambil segala tindakan
yang perlu sesuai dengan situasi saat itu;
d. Melaporkan pada rapat rutin berikutnya perihal tindakan yang diambil
sebagaimana dimaksud pada huruf c di atas, disertai dengan penjelasan yang
terkait dengan situasi saat tindakan tersebut diambil.

Pasal 30
(1) Kepada Dewan Pengawas diberikan honorarium atau imbalan sesuai
kemampuan keuangan Rumah Sakit.
(2) Segala biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas Dewan
Pengawas dibebankan kepada rumah sakit, dan dimuat dalam Rencana
Strategi Bisnis serta Rencana Bisnis dan Anggaran RSUD Mamuju.

Bagian Keempat
Sekretaris Dewan Pengawas
-30 -
Pasal 31
(1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Pengawas, Direktur
Rumah Sakit dapat mengangkat seorang Sekretaris Dewan Pengawas dengan
persetujuan Dewan Pengawas.
(2) Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
dalam pengelolaan ketatausahaan Dewan Pengawas, antara lain:
a. mengatur dan menyiapkan rapat Dewan Pengawas;
b. membuat risalah rapat Dewan Pengawas;
c. menyebarkan risalah rapat Dewan Pengawas kepada peserta rapat; dan
d. menyiapkan bahan laporan kegiatan Dewan Pengawas.
(3) Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan
merupakan anggota Dewan Pengawas dan tidak dapat bertindak sebagai
Dewan Pengawas.
(4) Masa jabatan Sekretaris Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun
mengikuti masa jabatan Dewan Pengawas dan dapat diangkat kembali
selama memenuhi persyaratan.

Bagian Kelima
Rapat Dewan Pengawas
Pasal 32
(1) Rapat Dewan Pengawas merupakan rapat yang diselenggarakan oleh Dewan
Pengawas untuk membahas hal-hal yang dianggap perlu dalam melakukan
kegiatan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi.
(2) Rapat Dewan Pengawas terdiri dari :
a. Rapat Rutin;
b. Rapat Khusus; dan
c. Rapat Tahunan.

Pasal 33
(1) Rapat rutin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf a
merupakan rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas secara
terjadwal.
(2) Rapat rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rapat
koordinasi antara Dewan Pengawas, Direksi, Komite Medik, Komite
Keperawatan dan/atau pejabat lain yang dianggap perlu untuk
-31 -
mendiskusikan, mencari klarifikasi atau alternatif solusi terhadap berbagai
masalah rumah sakit.
(3) Rapat rutin dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu tahun
dengan interval tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh
Dewan Pengawas;
(4) Sekretaris Dewan Pengawas wajib menyampaikan undangan rapat rutin
kepada peserta rapat paling lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat tersebut
dilaksanakan.
(5) Penyampaian undangan rapat rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
harus melampirkan:
a. 1 (satu) salinan agenda;
b. 1 (satu) salinan risalah rapat rutin yang lalu;
c. 1 (satu) salinan risalah rapat khusus yang lalu (bila ada).

Pasal 34
(1) Rapat khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf b
merupakan rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas untuk
menetapkan kebijakan atau hal-hal khusus.
(2) Rapat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan dalam
hal:
a. adanya permasalahan penting yang harus segera diputuskan;
b. adanya permintaan yang harus ditandatangani oleh paling sedikit tiga
orang anggota Dewan Pengawas.
(3) Dalam hal rapat khusus diselenggarakan karena adanya permintaan yang
harus ditandatangani oleh anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b, rapat khusus harus diselenggarakan paling lambat 7
(tujuh) hari setelah diterimanya surat permintaan tersebut.
(4) Sekretaris Dewan Pengawas wajib menyampaikan undangan rapat khusus
kepada peserta rapat paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum rapat
khusus diselenggarakan.
(5) Peserta rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri dari Ketua,
Sekretaris, Anggota Dewan Pengawas, Direksi, dan/atau pihak lain terkait
baik berasal dari dalam maupun dari luar rumah sakit.
(6) Undangan rapat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
-32 -
mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik.

Pasal 35
(1) Rapat Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf c
merupakan rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas setiap tahun
dengan tujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan operasional rumah
sakit.
(2) Rapat Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan 1
(satu) kali dalam 1(satu) tahun kalender.
(3) Dalam rapat tahunan Dewan Pengawas menyiapkan dan menyajikan laporan
umum keadaan rumah sakit termasuk laporan keuangan yang telah diaudit.

Pasal 36
Setiap rapat Dewan Pengawas dinyatakan sah hanya bila undangan telah
disampaikan sesuai aturan, kecuali seluruh anggota Dewan Pengawas yang
berhak memberikan suara menolak undangan tersebut.

Pasal 37
(1) Rapat Dewan Pengawas hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.
(2) Kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan tercapai apabila
dihadiri oleh 2/3 (dua pertiga) dari jumlah seluruh anggota Dewan Pengawas.

Pasal 38
(1) Dalam hal kuorum telah tercapai dan Ketua Dewan Pengawas berhalangan
hadir, anggota Dewan Pengawas dapat memilih Pejabat Ketua untuk
memimpin rapat.
(2) Pejabat Ketua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib melaporkan hasil
keputusan rapat kepada Ketua Dewan Pengawas pada rapat berikutnya.

Pasal 39
(1) Sekretaris Dewan Pengawas bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
dan pembuatan risalah rapat Dewan Pengawas.
(2) Risalah rapat Dewan Pengawas dinyatakan sah setelah tandatangani oleh
seluruh anggota Dewan Pengawas yang hadir.
(3) Penandatanganan risalah rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
-33 -
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah rapat diselenggarakan.
(4) Segala putusan dalam risalah rapat tidak dapat dilaksanakan sebelum
Risalah rapat Dewan Pengawas dinyatakan sah.

Pasal 40
(1) Pengambilan keputusan rapat dilakukan melalui musyawarah untuk
mencapai mufakat.
(2) Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui
pemungutan suara yang dilaksanakan dengan tata cara sebagai berikut:
a. Setiap masalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam rapat
Dewan Pengawas ditentukan dengan mengangkat tangan atau bila
dikehendaki oleh para anggota Dewan Pengawas, pemungutan suara dapat
dilakukan dengan amplop tertutup;
b. Putusan rapat Dewan Pengawas didasarkan pada suara terbanyak setelah
dilakukan pemungutan suara;
c. Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka ketua
berwenang untuk menyelenggarakan pemungutan suara yang kedua
kalinya;
d. Suara yang dihitungkan hanyalah berasal dari Anggota Dewan Pengawas
yang hadir pada rapat tersebut.
(3) Keputusan Dewan Pengawas bersifat kolektif kolegial.

Pasal 41
(1) Anggota Dewan Pengawas dapat mengusulkan perubahan atau pembatalan
setiap keputusan yang diambil pada rapat rutin atau rapat khusus
sebelumnya.
(2) Usulan perubahan atau pembatalan keputusan pada rapat rutin atau rapat
khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dicantumkan dalam
pemberitahuan atau undangan rapat khusus.
(3) Dalam hal usulan perubahan atau pembatalan keputusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak dapat diterima dalam rapat khusus yang
diselenggarakan, usulan tersebut tidak dapat diajukan lagi dalam kurun
-34 -
waktu 3 (tiga) bulan sejak saat ditolaknya usulan tersebut.

BAB VII
PEJABAT PENGELOLA RUMAH SAKIT
Pejabat Pengelola
Pasal 42
(1) Pejabat Pengelola RSUD Aeramo adalah Direktur, Kepala Tata Usaha,
Kepala Bidang, Kepala Seksi maupun Kepala sub bagian pada RSUD
Aeramo.
(2) Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo dipimpin oleh seorang direktur yang
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Kesehatan.
(3) Direktur RSUD Aeramo merupakan jabatan struktural.
(4) Direktur bertugas menyelenggarakan pelaksanaan Rumah Sakit.

BAB VIII
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 43
(1) Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas dinas sesuai keahlian dan kebutuhan;
(2) Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri
dari sejumlah tenaga jabatan fungsional yang terdapat dalam berbagai
kelompok sesuai dengan bidang keahliannya;
(3) Jumlah dan dana jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja yang diatur sesuai
dengan Peraturan Perundang-Undangan.

BAB IX
KOMITE MEDIK
Bagian Kesatu
-35 -
Organisasi dan Keanggotaan Komite Medik
Pasal 44
(1) Komite Medik merupakan unsur organisasi yang bertanggungjawab untuk
menerapkan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance) dibentuk
oleh dan bertanggungjawab kepada Direktur.
(2) Susunan organisasi Komite Medik terdiri dari:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Sub Komite Kredensial;
d. Sub Komite Mutu Profesi; dan
e. Sub Komite Etika dan Disiplin.
(3) Keanggotaan Komite Medik ditetapkan oleh Direktur dengan
mempertimbangkan sikap profesional, reputasi dan perilaku;
(4) Jumlah keanggotaan Komite Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disesuaikan dengan jumlah staf medik di rumah sakit;

Bagian Kedua
Pemilihan Komite Medik
Pasal 45
(1) Ketua Komite Medik ditetapkan oleh Direktur dengan memperhatikan
masukan dari staf medik yang bekerja di rumah sakit;
(2) Sekretaris Komite Medik ditetapkan oleh Direktur berdasarkan rekomendasi
dari Ketua Komite Medik dengan memperhatikan masukan dari staf yang
bekerja di rumah sakit.
Bagian Ketiga
Tugas dan Fungsi Komite Medik
Pasal 46
(1) Komite Medik bertugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang
bekerja di rumah sakit dengan cara:
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan
pelayanan medis di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi staf medis.
(2) Dalam melaksanakan tugas kredensial Komite Medik memiliki fungsi
-36 -
sebagai berikut:
a. penyusunan dan pengkompilasian daftar Kewenangan Klinis sesuai
dengan masukan dari kelompok staf medis berdasarkan norma
keprofesian yang berlaku;
b. penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:
1. Kompetensi;
2. Kesehatan fisik dan mental;
3. Perilaku;
4. Etika profesi.
c. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran berkelanjutan;
d. wawancara terhadap permohonan Kewenangan Klinis;
e. penilaian dan pemutusan Kewenangan Klinis yang adekuat;
f. pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi
Kewenangan Klinis kepada Komite Medik;
g. melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku
Surat Penugasan Klinis dan adanya permintaan dari Komite Medik;
h. rekomendasi Kewenangan Klinis dan penerbitan Surat Penugasan
Klinis.
(3) Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis Komite
Medik memiliki fungsi sebagai berikut :
a. pelaksanaan audit medis;
b. rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi staf medik;
c. rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan
bagi staf medik rumah sakit.
d. rekomendasi proses pendampingan bagi staf medis yang membutuhkan.
(4) Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi
staf medik Komite Medik memiliki fungsi sebagai berikut :
a. pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran.
b. pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin.
c. rekomendasi pendisiplinan perilaku profesional di rumah sakit.
d. pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis
pada asuhan medis pasien.
-37 -
Bagian Keempat
Wewenang Komite Medik
Pasal 47
(1) Memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis/delineation of clinical
privilege.
(2) Merekomendasikan surat penugasan klinis/clinical appointment.
(3) Memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis/clinical privilege.
(4) Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan
klinis/ delineation of clinical privilege.
(5) Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis.
(6) Memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan.
(7) Memberikan rekomendasi pendampingan/proctoring.
(8) Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

BAB X
KOMITE KEPERAWATAN
Bagian Kesatu
Organisasi dan Keanggotaan Komite Keperawatan
Pasal 48
(1) Komite Keperawatan merupakan unsur organisasi yang mempunyai
tanggung jawab untuk meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
serta mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu pelayanan
keperawatan dan pelayanan kebidanan yang berorientasi pada keselamatan
pasien di rumah sakit lebih terjamin dan terlindungi.
(2) Susunan organisasi Komite Keperawatan terdiri dari:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Sub Komite Kredensial;
d. Sub Komite Mutu Profesi; dan
e. Sub Komite Etika dan Disiplin.
(3) Keanggotaan Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur dengan
memperhatikan masukan dari tenaga keperawatan yang bekerja di Rumah
Sakit Umum Daerah;
(4) Jumlah keanggotaan Komite Keperawatan sebagaimana dimaksud pada
-38 -
ayat (3) disesuaikan dengan jumlah staf keperawatan di rumah sakit;

Bagian Kedua
Tugas, Fungsi dan Kewenangan Komite Keperawatan
Pasal 49
(1) Komite Keperawatan bertugas meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan yang bekerja di rumah sakit dengan cara:
a. melakukan kredensial bagi seluruh tenaga keperawatan yang akan
melakukan pelayanan keperawatan dan kebidanan di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi tenaga keperawatan; dan
c. menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi perawat dan bidan
(2) Dalam melaksanakan fungsi Kredensial, Komite Keperawatan memiliki
tugas sebagai berikut:
a. menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis dan Buku Putih;
b. melakukan verifikasi persyaratan Kredensial;
c. merekomendasikan Kewenangan Klinis tenaga keperawatan;
d. merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis;
e. melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang
ditetapkan;
f. melaporkan seluruh proses Kredensial kepada Ketua Komite
Keperawatan untuk diteruskan kepada kepala/direktur Rumah Sakit;
(3) Dalam melaksanakan fungsi memelihara mutu profesi, Komite Keperawatan
memiliki tugas sebagai berikut:
a. menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik;
b. merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional
berkelanjutan tenaga keperawatan;
c. melakukan audit keperawatan dan kebidanan; dan
d. memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.
(4) Dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin dan etika profesi tenaga
keperawatan, Komite Keperawatan memiliki tugas sebagai berikut:
a. melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan;
b. melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan;
c. merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan
masalah etik dalam kehidupan profesi dan pelayanan asuhan
-39 -
keperawatan dan kebidanan;
d. merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis; dan
e. memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam
asuhan keperawatan dan kebidanan.
(5) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan berwenang:
a. memberikan rekomendasi rincian Kewenangan Klinis;
b. memberikan rekomendasi perubahan rincian Kewenangan Klinis;
c. memberikan rekomendasi penolakan Kewenangan Klinis tertentu;
d. memberikan rekomendasi surat Penugasan Klinis;
e. memberikan rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan dan
kebidanan;
f. memberikan rekomendasi pendidikan keperawatan dan pendidikan
kebidanan berkelanjutan; dan
g. memberikan rekomendasi pendampingan dan memberikan rekomendasi
pemberian tindakan disiplin.

BAB XI
KOMITE PROFESIONAL PEMBERI ASUHAN (PPA) LAINNYA
Bagian Kesatu
Struktur Komite
Pasal 50
(1) Komite professional Pemberi Asuhan (PPA) lainnya adalah
(2) Struktur Komite PPA lainnya terdiri dari
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Sub Komite Kredensial;
d. Sub Komite Mutu Profesi; dan
e. Sub Komite Etik dan Disiplin

(3) Keanggotaan Komite PPA lainnya ditetapkan oleh Direktur dengan


memperhatikan masukan dari tenaga PPA lainnya yang bekerja di Rumah
Sakit Umum Daerah;
-40 -
(4) Jumlah keanggotaan Komite PPA lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) disesuaikan dengan jumlah staf PPA lainnya di rumah sakit;

Bagian Kedua
Tugas dan Fungsi Komite
Pasal 51
(1) Meningkatkan mutu dan profesionalisme tenaga Kesehatan lain yang bekerja di
Rumah Sakit
(2) Melaksanakan kredensial terhadap tenaga Kesehatan lainnya yang bekerja di
Rumah Sakit
(3) Menjaga disiplin, etika dan perilaku tenaga Kesehatan lainnya yang bekerja di
Rumah Sakit

Bagian Ketiga
Wewenang Komite
Pasal 52
(1) Memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis;
(2) Memberikan rekomendasi perubahan rincian kewenangan klinis;
(3) Memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis tertentu;
(4) Memberikan rekomendasi surat penugasan klinis;
(5) Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit;
(6) Memberikan rekomendasi pendidikan tenaga kesehatan berkelanjutan;
(7) Memberikan rekomendasi pendampingan; dan
(8) Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

BAB XII
KOMITE MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Bagian Kesatu
Struktur Komite
Pasal 53
(1) Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) paling sedikit
terdiri dari:
a. Ketua;
b. Sekretaris; dan
c. Sub Komite
-41 -
(2) Sub Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri dari:
a. Sub Komite Mutu;
b. Sub Komite Keselamatan Pasien; dan
c. Sub Komite Manajemen Risiko
(3) Keanggotaan Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diangkat dan diberhentikan oleh
Direktur dengan masa 3 (tiga) tahun.

Bagian Kedua
Tugas Pokok Komite
Pasal 54
Tugas Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien adalah sebagai berikut:
a. Memberikan saran/ pertimbangan strategis mengenai upaya peningkatan
mutu Rumah Sakit dan keselamatan pasien serta upaya meningkatan kinerja
satuan kerja di Rumah Sakit;
b. Melaksanakan perencanaan dan pengembangan, monitoring dan evaluasi
serta upaya perbaikan secara berkesinambungan terhadap pelaksanaan
kegiatan upaya peningkatan mutu Rumah Sakit dan penilaian kinerja satuan
kerja, baik secara periodik maupun insidentil sesuai kebutuhan;
c. Mengusulkan upaya peningkatan kompetensi dan pemberdayaan sumber daya
manusia di bidang mutu serta penilaian kinerja satuan kerja;
d. Mengkoordinasikan upaya peningkatan mutu layanan dan keselamatan pasien
dalam pencapaian akreditasi Rumah Sakit;
e. Merekomendasikan sarana, prasarana dan fasilitas terkait mutu, manajemen
risiko dan penilaian kinerja satauan kerja sesuai perkembangan Iptek terkini.

Bagian Ketiga
Fungsi Komite
Pasal 55
(1) Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien berfungsi melakukan
kajian khusus mengenai upaya peningkatan mutu Rumah Sakit dan penilaian
kinerja satuan kerja.
(2) Hasil pelaksanaan tugas dan fungsi Komite Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien disampaikan secara tertulis kepada Direktur dalam
-42 -
bentuk laporan dan rekomendasi.

BAB XIII
KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Bagian Kesatu
Struktur Komite
Pasal 56
(1) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (Komite PPI) paling sedikit terdiri
atas Ketua, Sekretaris, dan 3 (tiga) orang anggota.
(2) Keanggotaan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diangkat dan diberhentikan oleh Direktur dengan
masa jabatan 3 (tiga) tahun.

Bagian Kedua
Tugas Komite
Pasal 57
Tugas dari Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah:
a. Melakukan kajian mengenai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit, pengelolaan manajemen risiko (risiko terhadap pasien dan risiko
terhadap institusi/ Rumah Sakit serta upaya penerapan budaya keselamatan
pasien);
b. Memberikan saran/pertimbangan strategis kepada Direktur mengenai upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit berdasarkan risiko
terhadap pasien, petugas, pengunjung dan Rumah Sakit (budaya keselamatan
pasien) dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit;
c. Melaksanakan perencanaan dan pengembangan, monitoring dan evaluasi
serta upaya perbaikan secara berkesinambungan terhadap pelaksanaan
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi, baik secara periodik maupun
-43 -
insidentil sesuai kebutuhan;
d. Mengkoordinasikan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah
Sakit dengan manajemen dan satuan kerja di rumah sakit;
e. Mengusulkan upaya peningkatan kompetensi dan pemberdayaan SDM di
bidang pencegahan dan pengendalian infeksi;
f. Merekomendasikan sarana, prasarana dan fasilitas terkait pencegahan dan
pengendalian infeksi sesuai perkembangan iptek terkini;
g. Mengkoordinasikan dalam rangka Integrasi program pencegahan dan
pengendalian infeksi dengan perbaikan mutu dan keselamatan dalam rangka
menurunkan risiko infeksi pada pasien, staf, dan lain-lain.

Bagian Ketiga
Fungsi Komite
Pasal 58
(1) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berfungsi melaksanakan
kegiatan lintas sektoral dan lintas fungsi dalam hal pencegahan dan
pengendalian infeksi di lingkungan rumah sakit.
(2) Hasil pelaksanaan tugas dan fungsi Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi disampaikan secara tertulis kepada Direktur dalam bentuk laporan
dan rekomendasi.

BAB XIV
KOMITE FARMASI DAN TERAPI
Bagian Kesatu
Struktur Komite
Pasal 59
(1) Komite Farmasi dan Terapi (KFT) paling sedikit terdiri atas Ketua, Sekretaris,
dan 3 (tiga) orang anggota.
(2) Keanggotaan Komite Farmasi dan Terapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diangkat dan diberhentikan oleh Direktur dengan masa jabatan 3 (tiga) tahun.

Bagian Kedua
Tugas Komite
Pasal 60
-44 -
Tugas dari Komite Farmasi dan Terapi adalah:
a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit;
b. Melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium
Rumah Sakit;
c. Mengembangkan standar terapi;
d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat;
e. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional;
f. Mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki;
g. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error;
h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah
Sakit.
Bagian Ketiga
Fungsi Komite
Pasal 61
(1) Komite Farmasi dan Terapi berfungsi melaksanakan pengawasan mutu
penggunaan obat dan alat kesehatan habis pakai dan menetapkan indikator
pencapaian kinerja dan pelaksanaan evaluasi serta tindak lanjut terkait
dengan penggunaan obat rasional.
(2) Hasil pelaksanaan tugas dan fungsi Komite Farmasi dan Terapi disampaikan
secara tertulis kepada Direktur dalam bentuk laporan dan rekomendasi.

BAB XV
SATUAN PEMERIKSAAN INTERNAL (SPI)
Pasal 62
(1) Satuan Pengawasan Internal (SPI) merupakan unsur organisasi yang
bertugas melaksanakan pemeriksaan audit kinerja internal rumah sakit
yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Satuan Pemeriksaan Internal mempunyai fungsi:
a. pemantauan dan evaluasi pelakasanaan manajemen risiko di unit kerja
rumah sakit;
b. penilaian terhadap sistem pengendalian, pengelolaan, dan pemantauan
efektifitas dan efisiensi sistem dan prosedur dalam bidang administrasi
pelayanan, serta administrasi umum dan keuangan;
-45 -
c. pelakasanaan tugas khusus dalam lingkup pengawasan intern yang
ditugaskan oleh Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit;
d. pemantauan pelaksnaan dan ketepatan pelaksanaan tindak lanjut atas
laporan hasil audit; dan
e. pemberian konsultasi, advokasi, pembimbingan dan pendampingan
dalam pelaksanaan kegiatan operasional rumah sakit.

BAB XVI
INSTALASI
Pasal 63
(1) Instalasi dibentuk sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit untuk
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan.
(2) Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo mempunyai instalasi yang terdiri dari :
a. Instalasi Rawat Inap
b. Intensive Care Unit (ICU, PICU dan NICU)
c. Instalasi Rawat Jalan
d. Instalasi Gawat Darurat
e. Instalasi Bedah Sentral
f. Instalasi Laboratorium
g. Instalasi Radiologi
h. Instalasi Fisioterapi
i. Instalasi Farmasi
j. Instalasi Gizi
k. Instalasi Rekam Medik
l. Instalasi CSSD dan Laundry
m. Instalasi Pemeliharaan Sarana & Prasarana RS & Kesling
n. Instalasi Pemulasaran Jenazah
(5) Instalasi dipimpin oleh penanggung jawab instalasi dan atau kepala
ruangan.
(6) Penanggung jawab Instalasi dalam tugasnya dibantu oleh tenaga fungsional
dan atau tenaga non fungsional.
(7) Penanggung jawab Instalasi mempunyai tugas dan kewajiban
merencanakan, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi, serta
-46 -
melaporkan kegiatan pelayanan pada instalasinya masing-masing kepada
Direktur melalui Kepala Seksi masing-masing.

BAB XVII
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Bagian Kesatu
Tujuan Pengelolaan
Pasal 64

Pengelolaan Sumber Daya Manusia merupakan pengaturan dan kebijakan yang


jelas mengenai Sumber Daya Manusia yang berorientasi pada pemenuhan secara
kuantitatif, kualitatif dan penempatan yang sesuai dengan kopentensi untuk
mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien

Bagian Kedua
Pengangkatan Pegawai
Pasal 65
(1) Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo dapat berasal dari Pegawai
Negeri Sipil atau Non Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pengangkatan pegawai Rumah Sakit Umum Daerah yang berasal dari Non
Pegawai Negeri Sipil dilakukan berdasarkan pada prinsip efisiensi,
ekonomis dan produktif dalam rangka peningkatan pelayanan.
(3) Mekanisme pengangkatan pegawai Rumah Sakit Umum Daerah
Aeramosebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Ketiga
Perpindahan Pegawai
Pasal 66
-47 -
(1) Perpindahan Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk peningkatan
kinerja dan pengembangan karir.
(2) Perpindahan dilaksanakan dengan mempertimbangkan :
a. penempatan seseorang pada pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan
dan keterampilannya;
b. masa kerja diunit tertentu;
c. pengalaman pada bidang tugas tertentu;
d. kegunaannya dalam menunjang karir;
e. kondisi fisik dan psikis pegawai.

Bagian Keempat
Pemberhentian Pegawai
Pasal 67
(1) Pemberhentian pegawai berstatus Pegawai Negeri Sipil dilakukan sesuai
dengan peraturan tentang pemberhentian pegawai negeri sipil.
(2) Pemberhentian pegawai berstatus Non Pegawai Negeri Sipil dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. meninggal dunia;
b. atas permintaan sendiri;
c. mencapai batas usia 58 tahun;
d. perampingan organisasi Rumah Sakit;
e. tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan
kewajiban pegawai Non PNS;
f. tidak tersedia anggaran untuk memberi upah pegawai Non PNS.

BUKU KEDUA
PERATURAN INTERNAL STAF MEDIK (MEDICAL STAFF BY LAWS)
BAB XVIII
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 68
(1) Maksud disusunnya Peraturan Internal Staf Medis adalah agar Komite
Medik dapat menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical
Governance) melalui mekanisme kredensial, peningkatan mutu profesi, dan
-48 -
penegakan disiplin profesi.
(2) Tujuan dari Peraturan Internal Staf Medik meliputi:
a. tercapinya kerjasama yang baik antara staf medis dengan pemilik
Rumah Sakit atau yang mewakili diantara staf medis dengan Direktur
Rumah Sakit;
b. tercapainya sinergisme antara manajemen dan profesi medis untuk
kepentingan pasien;
c. terciptanya tanggung jawab staf medis terhadap mutu pelayanan medis
di Rumah Sakit;
d. untuk memberikan dasar hukum bagi mitra bestari (peer group) dalam
pengambilan keputusan profesi melalui Komite Medik yang dilandasi
semangat bahwa hanya staf medik yang kompeten dan berperilaku
profesional saja yang boleh melakukan pelayanan medis di Rumah Sakit.

BAB XIX
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGE)
Bagian Kesatu
Kewenangan Klinis (Clinical Privilege)
Pasal 69
(1) Semua pelayanan medis hanya boleh dilakukan oleh staf medis yang telah
diberi Kewenangan Klinis oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah.
(2) Kewenangan Klinis seperti dimaksud pada ayat (1) adalah berupa Surat
Penugasan Klinis (SPK).
(3) Kewenangan Klinis diberikan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
atas rekomendasi Komite Medik sesuai dengan Prosedur Penerimaan
Anggota SMF.
(4) Kewenangan Klinis diberikan kepada seorang anggota SMF untuk jangka
waktu paling lama 3 (tiga) tahun.
(5) Kewenangan Klinis Sementara (KKS) adalah Kewenangan Klinis yang
diberikan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah berdasarkan Kewenangan
Klinis yang dimiliki di Rumah Sakit asal dengan menyesuaikan kondisi
pelayanan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah kepada Dokter Tamu
yang bersifat sementara.
(6) Pemberian Kewenangan Klinis ulang dapat diberikan setelah yang
-49 -
bersangkutan memenuhi syarat dengan mengikuti prosedur Rekredensial.

Bagian Kedua
Proses Penilaian Kewenangan Klinis
Pasal 70
Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi
Kewenangan Klinis:
a. pendidikan:
1. lulus dari sekolah kedokteran yang terakreditasi;
2. menyelesaikan program pendidikan kedokteran.
b. perizinan (lisensi):
1. memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi;
2. memiliki ijin praktek dari Dinas Kesehatan setempat yang masih berlaku.
c. kegiatan penjagaan mutu profesi:
1. menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian kompetensi bagi
anggotanya;
2. berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis.
d. kualifikasi personal:
1. riwayat disiplin dan etik profesi;
2. keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui;
3. keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan
obat terlarang dan alkohol yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan
terhadap pasien;
4. riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan;
5. memiliki asuransi proteksi profesi.
6. pengalaman di bidang keprofesian:
7. riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi;
8. riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama menjalankan
profesi.

Bagian Ketiga
Pembatasan Kewenangan Klinis
Pasal 71
(1) Komite Medik bila memandang perlu dapat memberi rekomendasi kepada
-50 -
Direktur Rumah Sakit agar Kewenangan Klinis anggota SMF dibatasi
berdasarkan atas keputusan dari Subkomite Kredensial;
(2) Pembatasan Kewenangan Klinis ini dapat dipertimbangkan bila anggota
SMF tersebut dalam pelaksanaan tugasnya di Rumah Sakit Umum Daerah
dianggap tidak sesuai dengan standar pelayanan medis dan standar
prosedur operasional yang berlaku, dapat dipandang dari sudut kinerja
klinik, sudut etik dan disiplin profesi medis dan dari sudut hukum;
(3) Komite Medik membuat rekomendasi pembatasan Kewenangan Klinis
anggota SMF setelah terlebih dahulu:
a. ketua SMF mengajukan surat untuk mempertimbangkan pencabutan
Kewenangan Klinis dari anggotanya kepada Ketua Komite Medik;
b. komite Medik meneliti kinerja klinis, etika dan disiplin profesi medis
anggota SMF yang bersangkutan;
c. komite medik berhak memanggil anggota SMF yang bersangkutan untuk
memberikan penjelasan dan membela diri setelah sebelumnya diberi
kesempatan untuk membaca dan mempelajari buktibukti tertulis
tentang pelanggaran/ penyimpangan yang telah dilakukan;
d. komite medik dapat meminta pendapat dari pihak lain yang terkait.

Bagian Keempat
Pencabutan Kewenangan Klinis
Pasal 72
(1) Pencabutan Kewenangan Klinis dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah atas rekomendasi Komite Medik.
(2) Pencabutan Kewenangan Klinis dilaksanakan apabila:
a. adanya gangguan kesehatan (fisik dan mental);
b. adanya kecelakaan medis yang diduga karena inkompetensi;
c. mendapat tindakan disiplin dari Komite Medik.

Bagian Kelima
Pengakhiran Kewenangan Klinis
Pasal 73
(1) Pengakhiran Kewenangan Klinis dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah atas rekomendasi Komite Medik.
-51 -
(2) Pengakhiran Kewenangan Klinis dilaksanakan apabila Surat Penugasan
Klinis (SPK):
a. habis masa berlakunya;
b. dicabut sesuai pasal 38 ayat (2).

BAB XX
PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMENT)
Pasal 74
(1) Setiap staf medis yang melakukan asuhan medis harus memiliki Surat
Penugasan Klinis (SPK) dari Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
berdasarkan rincian Kewenangan Klinis setiap staf medis yang
direkomendasikan Komite Medik.
(2) Tanpa Surat Penugasan Klinis (SPK) maka seorang staf medis tidak dapat
menjadi anggota kelompok (member) staf medis sehingga tidak boleh
melakukan pelayanan medis di Rumah Sakit Umum Daerah.

BAB XXI
PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA KLINIS
Pasal 75
Untuk melaksanakan tata kelola klinis diperlukan aturan-aturan profesi bagi
staf medis secara tersendiri diluar Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff
Bylaws). Aturan profesi tersebut antara lain:
a. Pemberian pelayanan medis dengan standar profesi, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. Kewajiban melakukan konsultasi dan/atau merujuk pasien kepada dokter,
dokter spesialis dengan disiplin yang sesuai;
c. Kewajiban melakukan pemeriksaan patologi anatomi terhadap semua
jaringan yang dikeluarkan dari tubuh dengan pengecualiannya.

BAB XXII
TATA CARA REVIEW DAN PERBAIKAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS
Pasal 76
-52 -
(1) Perubahan terhadap Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staf By Laws)
dapat dilakukan berdasarkan adanya perubahan peraturan perundang-
undangan yang mendasarinya;
(2) Waktu perubahan peraturan internal staf medis ini dilakukan paling lama
setiap 3 (tiga) tahun;
(3) Perubahan yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Komite Medik
Rumah Sakit Umum Daerah;
(4) Mekanisme perubahan Peraturan Internal Staf Medis dilakukan dengan
melibatkan seluruh staf medis dan staf manajemen terkait melalui
lokakarya dan terakhir disahkan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah.

BAB XXIII
KERAHASIAN INFORMASI MEDIS
Bagian Kesatu
Kerahasian Pasien
Pasal 77
(1) Setiap pegawai rumah sakit wajib menjaga kerahasiaan informasi tentang
pasien;
(2) Pemberian informasi medis yang menyangkut kerahasiaan pasien hanya
dapat diberikan atas persetujuan Direktur/ Kepala Seksi Pelayanan Medis.

Bagian Kedua
Informasi Medis
Pasal 78
(1) Hak-hak pasien yang dimaksud adalah hak-hak pasien sebagaimana yang
terdapat didalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia;
(2) Informasi medis yang harus diungkapkan dengan jujur dan benar adalah
mengenai :
a. keadaan kesehatan pasien;
b. rencana terapi dan alternatifnya;
c. manfaat dan resiko masing-masing alternatif tindakan;
d. prognosis; dan
e. kemungkinan Komplikasi.
-53 -
Bagian Ketiga
Hak dan Kewajiban Pasien
Pasal 79
(1) Hak pasien meliputi :
a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit Umum Daerah;
b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c. memperoleh layanan kesehatan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
dikriminasi;
d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur oparasional;
e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi;
f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapat;
g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
h. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Ijin Praktik (SIP) baik dalam maupun di luar
Rumah Sakit;
i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya;
j. mendapat informasi yang meliputi diagnosa dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan;
k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit;
o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya;
-54 -
p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya;
q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana, dan
r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Kewajiban Pasien meliputi :
a. mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit ;
b. memberikan informasi yang akurat dan lengkap tentang keluhan riwayat
medis yang lalu, hospitalisme medikasi/pengobatan dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan kesehatan pasien;
c. mengikuti rencana pengobatan yang diadviskan oleh dokter termasuk
intruksi para perawat dan profesional kesehatan yang lain sesuai
instruksi dokter;
d. memberlakukan staf rumah sakit dan pasien lain dengan bermartabat
dan hormat serta tidak melakukan tindakan yang mengganggu
pekerjaan rumah sakit;
e. menghormati privasi orang lain dan barang milik rumah sakit;
f. tidak membawa alkohol dan obat-obat yang tidak mendapat
persetujuan/senjata kedalam Rumah Sakit;
g. menghormati bahwa Rumah Sakit adalah area bebas rokok;
h. mematuhi jam kunjungan dari Rumah sakit;
i. meninggalkan barang berharga di Rumah dan membawa hanya
barang-barang yang penting selama tinggal di Rumah Sakit;
j. Memberikan informasi mengenai kemampuan financial dan jaminan
kesehatan yang dimiliki;
k. Melunasi/memberikan imbalan jasa atas pelayanan rumah sakit/dokter;
l. bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya sendiri bila mereka
menolak pengobatan atau advis dokternya; dan
m. memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuat.

Bagian Keempat
-55 -
Hak dan Kewajiban Dokter
Pasal 80
(1) Hak dokter meliputi :
a. hak memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan Standar Profesi dan Standar Prosedur Operasional;
b. hak memberikan pelayanan medis sesuai dengan Standar Profesi dan
Standar Prosedur Operasional;
c. hak memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien; dan
d. hak menerima imbalan jasa sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit Umum Daerah.
(3) Kewajiban Dokter meliputi :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan Standar Profesi dan
Standar Prosedur Operasional serta kebutuhan medis;
b. merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lainnya yang mempunyai
kemampuan yang lebih baik,
apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan/pengobatan,
c. merahasiakan informasi pasien, meskipun pasien sudah meninggal;
d. melakukan pertolongan darurat,atas dasar peri kemanusiaan kecuali
bila ia yakin ada orang lain yang mampu melakukannya.
e. mengikuti perkembangan ilmu kedokteran

Bagian Kelima
Hak dan Kewajiban Rumah Sakit
Pasal 81

(1) Hak Rumah Sakit meliputi :


a. menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai
dengan klasifikasi Rumah Sakit;
b. menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi/jasa
pelayanan, insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c. melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan
pelayanan;
-56 -
d. menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;
f. mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan;
g. memprosmosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Umum
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit
yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan.
(2) Kewajiban Rumah Sakit meliputi :
a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit
kepada masyarakat;
b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi,
dan efektif dengan mengutamakan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit;
c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan dengan kemampuan
pelayanannya;
e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin;
f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa
uang muka, pelayanan ambulans, pelayanan korban bencana dan
kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusian;
g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah sebagai acuan dalam melayani
pasien
h. menyelenggarakan rekam medis;
i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain
sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita
menyusui, anak-anak, lanjut usia;
j. melaksanakan sistem rujukan;
k. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi
-57 -
dan etika serta peraturan perundang-undangan;
l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien;
m. menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
n. melaksanakan etika Rumah Sakit;
o. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
p. melaksanakan program pemerintah dibidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional;
q. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran dan
tenaga kesehatan lainnya;
r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (Hospital
by Laws);
s. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas
Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; dan
t. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa
rokok.

BAB XXIV
KEBIJAKAN, PEDOMAN DAN PROSEDUR
Pasal 82
(1) Kebijakan, Pedoman/Panduan, dan Prosedur merupakan kelompok
dokumen regulasi Rumah Sakit sebagai acuan untuk melaksanakan
kegiatan;
(2) Kebijakan merupakan regulasi tertinggi di Rumah Sakit kemudian diikuti
dengan Pedoman/Panduan dan selanjutnya Prosedur/Standar Prosedur
Operasional (SPO);
(3) Review dan persetujuan atas kebijakan, pedoman/panduan dan prosedur
dalam bidang Administrasi dan Sumber Daya ,yang berwenang sebelum
diterbitkan adalah Kepala Tata Usaha pada Rumah Sakit Umum Daerah;
(4) Review dan persetujuan atas kebijakan, pedoman/panduan dan prosedur
dalam bidang pelayanan yang berwenang sebelum diterbitkan adalah
Kepala Seksi pada Rumah Sakit Umum Daerah;
(5) Proses dan frekuensi review serta persetujuan berkelanjutan atas
kebijakan, pedoman/panduan dan prosedur dilakukan minimal setiap 3
-58 -
(tiga) tahun sekali dan atau bila terdapat perubahan atas Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku;
(6) Pengendalian untuk menjamin bahwa hanya kebijakan, pedoman/panduan
dan prosedur terkini, dengan versi yang relevan tersedia pada unit
pelaksana dilakukan melalui dokumen terkendaliyang dikelola oleh Bagian
Tata Usaha, dan salinan yang berada di unit pelaksana;
(7) Identifikasi perubahan dalam kebijakan, pedoman/ panduan dan prosedur
dilakukan oleh Unit Pelaksana secara berjenjang sesuai hirarkhi struktural;
(8) Pemeliharaan identitas dan dokumen yang bisa dibaca harus diletakkan
ditempat yang mudah dilihat, mudah diambil dan mudah dibaca oleh
pelaksana;
(9) Identifikasi dan penelusuran dari sirkulasi seluruh kebijakan dan prosedur
mempergunakan buku registrasi dan master list yang dikelola oleh Bagian
Tata Usaha.

BAB XXV
KERJASAMA / KONTRAK
Pasal 83
(1) Direktur Rumah Sakit menjamin keberlangsungan pelayanan klinis dan
manajemen yang memenuhi kebutuhan pasien yang dapat dilakukan
dengan jalan melalui perjanjian kerjasama/kontrak;
(2) Para pihak dapat memprakarsai atau manawarkan rencana kerja
sama/kontrak mengenai objek tertentu;
(3) Apabila para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menerima rencana
kerja sama/kontrak tersebut dapat ditingkatkan dengan membuat
kesepakatan bersama dan menyiapkan rancangan perjanjian kerja
sama/kontrak yang paling sedikit memuat:
a. subjek kerja sama/kontrak.
b. objek kerja sama/kontrak.
c. ruang lingkup kerja sama/kontrak.
d. hak dan kewajiban para pihak.
e. jangka waktu kerja sama/kontrak.
f. pengakhiran kerja sama/kontrak.
g. keadaan memaksa.
-59 -
h. penyelesaian perselisihan
(4) Isi materi perjanjian kerja sama/kontrak dikoreksi dan disepakati melalui
pembubuhan paraf para pejabat yang berwenang
(5) Setelah dibubuhi paraf pada kedua belah pihak dan lanjut diberi nomor
oleh para pihak.
(6) Penandatanganan dilakukan oleh Direktur dan para pihak yang berwenang
dengan pemberian materai yang cukup.
(7) Hasil kerja sama/kontrak dapat berupa uang, surat berharga, barang, hasil
pelayanan, pengobatan, laboratorium, jasa lainnya dan atau non material
berupa keuntungan.
(8) Hasil kerja sama/kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (7) berupa
uang harus menjadi pendapatan rumah sakit sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(9) Hasil kerja sama/kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (7) berupa
barang harus dicatat sebagai aset rumah sakit secara proporsional sesuai
peraturan perundangundangan yang berlaku.
(10) Hasil kerja sama/kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (7) berupa hasil
pelayanan, pengobatan, laboratorium dan jasa lainnya harus sesuai dengan
kesepakatan yang tertuang didalam perjanjian kerja sama/kontrak yang
telah ditandatangani atau sesuai hasil addendum.
(11) Evaluasi kerja sama/kontrak dilaksanakan oleh unit pelaksana yang
diketahui secara berjenjang sesuai hirarkhi pejabat yang berwenang.
(12) Bila hasil evaluasi kerja sama/kontrak dinegosiasi kembali atau diakhiri,
unit pelaksana dan para pejabat secara berjenjang menjaga kontinuitas
pelayanan kepada pasien.

BAB XXVI
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Bagian kesatu
Perencaanaan
Pasal 84
(1) Rumah sakit menyusun Rencana Strategis (Renstra) rumah sakit;
(2) Renstra rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup
pernyataan visi misi, program strategis, pengukuran pencapaian kinerja,
-60 -
rencana pencapaian lima tahunan dan proyeksi keuangan lima tahunan
rumah sakit;
(3) Visi sebagaimana dimaksud ayat (2), memuat suatu gambaran yang
menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita-cita yang ingin
diwujudkan;
(4) Misi sebagaimana dimaksud ayat (2), memuat sesuatu yang harus diemban
atau dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan rumah sakit
dapat terlaksana sesuai dengan bidangnya dan berhasil dengan baik;
(5) Program strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memuat program
yang berisi proses kegiatan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai
sampai dengan kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan
memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin
timbul;
(6) Pengukuran pencapaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
memuat pengukuran yang dilakukan dengan menggambarkan pencapaian
hasil kegiatan dengan disertai analisa dan faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi tercapainya kinerja;
(7) Rencana pencapaian lima tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
memuat rencana capaian kinerja pelayanan tahunan selama 5 (lima) tahun;
(8) Proyeksi keuangan lima tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
memuat perkiraan capaian kinerja keuangan tahunan selama 5 (lima)
tahun.

Bagian Kedua
Penganggaran
Pasal 85
(1) Rumah sakit menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang
berpedoman kepada Renstra rumah sakit;
(2) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun berdasarkan prinsip anggaran berbasis kinerja,
perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan, kebutuhan pendanaan
dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari
masyarakat, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, badan lain, dan sumber-sumber
-61 -
pendapatan rumah sakit lainnya yang sah.

Paragraf 2
(1) Rencana Kerja dan Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86,
memuat:
a. kinerja tahunan berjalan;
b. asumsi makro dan mikro;
c. target kinerja;
d. analisis dan perkiraan biaya satuan;
e. perkiraan harga;
f. anggaran pendapatan dan biaya;
g. prognosa laporan keuangan;
h. perkiraan maju (forward astimate);
i. rencana pengeluaran investasi/modal; dan
j. ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan Rencana
Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah/Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
(2) Rencana Kerja dan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1, disertai
dengan usulan program, kegiatan, standar pelayanan minimal dan biaya
dari keluaran yang akan dihasilkan.

Bagian Ketiga
Persetujuan
Pasal 86
(1) Renstra rumah sakit sebagaimana dimaksud Pasal 50 ayat (1) mendapat
persetujuan Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo dan dipergunakan
sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran serta evaluasi
kinerja.
(2) Rencana Kerja dan Anggaran Pasal 51 ayat (1) mendapat persetujuan Dinas
Kesehatan Kabupaten Nangekeo dan merupakan penjabaran lebih lanjut
dari program dan kegiatan rumah sakit dengan berpedoman pada
pengelolaan keuangan rumah sakit.
-62 -

BAB XXVII
AKUNTANSI, PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
Bagian kesatu
Akuntansi
Pasal 87
(1) Rumah Sakit Umum Daerah menerapkan sistem informasi manajemen
keuangan sesuai dengan kebutuhan.
(2) Setiap transaksi keuangan Rumah Sakit Umum Daerah harus dicatat
dalam dokumen pendukung yang dikelola secara tertib.
(3) Rumah Sakit Umum Daerah menyelenggarakan akuntansi dan laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan Pemerintah Daerah.
(4) Penyelengaraan akuntansi dan laporan keuangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan
pendapatan, biaya, aset, kewajiban dan ekuitas dana.
(5) Rumah Sakit Umum Daerah mengembangkan dan menerapkan sistem
akuntansi yang berlaku untuk Rumah Sakit.
(6) Dalam rangka penyelenggaraan akuntansi dan pelaporan keuangan
berbasis akrual, Direktur menyusun kebijakan akuntansi yang berpedoman
pada standar akuntansi sesuai jenis layanannya.
(7) Kebijakan akuntansi Rumah Sakit Umum Daerah digunakan sebagai dasar
dalam pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset,
kewajiban, ekuitas dana, pendapatan dan biaya.

Bagian Kedua
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pasal 88
(1) Laporan keuangan Rumah Sakit Umum Daerah terdiri dari :
a. laporan neraca;
b. laporan operasional;
c. laporan arus kas;
-63 -
d. laporan realisasi anggaran; dan
e. catatan atas laporan keuangan.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disertai dengan
laporan kinerja yang berisikan informasi pencapaian hasil/keluaran rumah
sakit.
(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diaudit oleh
pemeriksa eksternal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Setiap triwulan Rumah Sakit Umum Daerah menyusun dan menyampaikan
laporan operasional dan laporan arus kas kepada Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah.
(5) Setiap semesteran dan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah wajib
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan lengkap yang terdiri dari
laporan operasional, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan disertai laporan kinerja kepada Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah melalui Direktur untuk dikonsolidasikan ke dalam laporan
keuangan pemerintah daerah, sesuai peraturan perundang-undangan.

BAB XXVIII
PEMBINAAN , PENGAWASAN, EVALUASI DAN PENILAIAN KINERJA
Bagian Kesatu
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 89
(1) Pembinaan teknis rumah sakit dilakukan oleh Bupati melalui Kepala Dinas
Kesehatan dan pembinaan keuangan rumah sakit dilakukan oleh Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
(2) Pengawasan operasional rumah sakit dilakukan oleh Satuan Pengawas
Intern sebagai internal auditor yang berkedudukan langsung dibawah
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo.
(3) Pembinaan dan pengawasan terhadap rumah sakit dilakukan oleh Bupati,
PPKD, dan Internal Auditor.

Bagian Kedua
Evaluasi dan Penilaian Kinerja
Pasal 90
-64 -
(1) Visi dan Misi dipergunakan sebagai pedoman untuk membuat perencanaan
pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan penilaian kinerja bagi Rumah
Sakit Umum Daerah. Review/perubahan Visi dan Misi dilakukan akibat
terjadinya perubahan kebijakan Pemerintah Daerah.
(2) Review/perubahan Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo
diajukan oleh Direktur kepada Bupati melalui Dinas Kesehatan sesuai hasil
rapat Tim Evaluasi Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo.
(3) Visi dan misi rumah sakit disahkan melalui Keputusan Bupati dan
dipublikasikan oleh Kepala Tata Usaha Rumah Sakit Umum Aeramo.
(4) Evaluasi dan penilaian kinerja Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Aeramo dilaksanakan berdasarkan Petunjuk Teknis Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil
dilaksanakan melalui SKP (Sasaran Kerja Pegawai Negeri Sipil).
(5) Evaluasi dan penilaian kinerja rumah sakit dilakukan setiap tahun oleh
Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan terhadap aspek keuangan dan non
keuangan.
(6) Evaluasi dan penilaian kinerja dilakukan bertujuan untuk mengukur
tingkat pencapaian hasil pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo
sebagaimana ditetapkan dalam renstra. Sesuai pula yang tercantum dalam
BAB IV Laporan Akuntabilitas Kinerja Pasal 12 Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun
2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, menyebutkan bahwa laporan
Akuntabilitas Kinerja adalah laporan kinerja tahunan yang berisi
pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai
tujuan/sasaran strategis instansi.
(7) Hasil pengukuran kinerja Rumah Sakit Daerah Umum Aeramo
dikonsolidasikan dengan Dinas Kesehatan dalam bentuk Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) setiap tahun
disampaikan kepada Bupati.
(8) LAKIP Dinas Kesehatanberpedoman kepada Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun
2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
-65 -

BAB XXIX
TUNTUTAN UMUM
Pasal 91
(1) Dalam hal pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo dituntut berkaitan
dengan hukum pidana, maka itu didasarkan pada tuntutannya.
(2) Apabila tuntutan yang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan dengan
institusi, maka Rumah Sakit Umum Daerah Aeramobertanggungjawab
selama kesalahan yang dilakukan masih mengikuti aturan atau Standar
Prosedur Operasional (SPO).
(3) Apabila tuntutan yang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan dengan
individu, maka Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo tidak bertanggung
jawab selama kesalahan yang dilakukan tidak mengikuti aturan atau
SPO yang diberlakukan.

BAB XXX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 92
(1) Struktur, nama, jumlah, dan fungsi satuan organisasi fungsional lain
yang tidak tercantum di dalam Hospital by Laws ini ditetapkan dengan
Keputusan Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Perubahan terhadap struktur, nama, jumlah dan fungsi satuan organisasi
fungsional di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah ditetapkan Bupati
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
-66 -

BAB XXXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 93
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati


ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Nagekeo.

Ditetapkan di Mbay
pada tanggal

BUPATI NAGEKEO,

JOHANES DON BOSCO

Diundangkan di Mbay
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NAGEKEO,

Drs. LUKAS MERE

BERITA DAERAH KABUPATEN NAGEKEO TAHUN 2022 NOMOR

Salinan sesuai dengan aslinya.

Anda mungkin juga menyukai