TENTANG
Menimbang : a. bahwa dengan adanya perubahan paradigma rumah sakit dari lembaga sosial
menjadi lembaga sosio-ekonomik, berdampak pada perubahan status rumah
sakit yang dapat dijadikan subyek hukum, maka dari itu perlu adanya
antisipasi dengan kejelasan tentang peran dan fungsi dari masing-masing
pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan rumah sakit;
b. bahwa untuk mengatur hubungan, hak dan kewajiban, wewenang dan
tanggung jawab dari pemilik rumah sakit, pengelola rumah sakit dan staf
medis fungsional maka perlu dibentuk Peraturan Internal (Hospital
Bylaws) Rumah Sakit sebagai acuan dalam melaksanakan
penyelenggaraan rumah sakit;
c. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 29 ayat (1) huruf r Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit berkewajiban menyusun dan
melaksanakan Peraturan Internal Rumah Sakit; dan
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kabiddokkes tentang
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) Rumah Sakit
Bhayangkara Pontianak Polda Kalbar Polda KalbarPolda Kalbar.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaga Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaga Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502),
sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun
2012 tentang Perubahan Atas peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran negara
Republik Indonesia Nomor 5340);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755 / MENKES / PER / IV / 2011
tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772 / MENKES / SK / VI / 2002
tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws);
10. Peraturan Kapolri Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian Negara Republik Indonesia;
11. Peraturan Kapolri Nomor 11 Tahun 2011 tentang Susunan Organisasi Dan
Tata Kerja Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian Negara Republik Indonesia;
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(1) Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri yang selanjutnya disebut Pusdokkes Polri adalah unsur
pendukung di bidang Kedokteran Kepolisian dan Kesehatan Kepolisian pada tingkat Mabes Polri yang
berada di bawah Kapolri.
(2) Rumah Sakit Bhayangkara yang selanjutnya disebut Rumkit Bhayangkara adalah Rumah Sakit
dilingkungan Polri yang menyelenggarakan kedokteran kepolisian dan kesehatan kepolisian
bagi pegawai negeri pada Polri, keluarganya dan masyarakat umum.
(3) Kedokteran Kepolisian adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran untuk
kepentingan tugas kepolisian.
(4) Kesehatan Kepolisian adalah pelayanan kesehatan kesamaaptaan untuk pegawai negeri pada
Polri, dan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pegawai negeri pada Polri dan
keluarganya.
(5) Unit Pelayanan Teknis yang selanjutnya disebut UPT adalah Orgaisasi yang bersifat mandiri
yang melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dan / atau tugas teknis penunjang
tertentu dari organisasi induknya.
(6) Organisasi yang bersifat mandiri adalah satuan kerja yang diberikan kewenangan mengelola
kepegawaian, keuangan dan perlengkapan sendiri dan tempat kedudukannya terpisah dari
organisasi induk.
(7) Organisasi Induk adalah unit organisasi pada Polri yang membawahkan Rumah Sakit
Bhayangkara sebagai UPT.
(8) Tugas teknis operasional adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis tertentu yang
secara langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat.
(9) Tugas teknis penunjang adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis tertentu dalam
rangka mendukung pelaksanaan tugas organisasi induknya.
(10) Staf Medik Fungsional yang selanjutnya disingkat SMF adalah kelompok dokter/dokter gigi
yang bekerja di bidang medik dalam jabatan fungsional.
(11) Kabiddokkes adalah Fungsi pembina Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak.
(12) Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Milik Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda Kalbar.
(13) Peraturan Internal (Hospital Bylaws) adalah aturan dasar yang mengatur kewajiban, kewenangan,
hak dan tanggung jawab pemilik rumah sakit, dewan pengawas, Kepala dan staf medis dalam
mengelola rumah sakit sehingga dapat efektif, efisien dan berkualitas.
(14) Peraturan internal korporasi (corporate bylaws) adalah aturan yang mengatur agar tata
kelola korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik melalui pengaturan hubungan
antara pemilik, pengelola, dan komite medik di rumah sakit.
(15) Peraturan internal staf medis (medical staff bylaws) adalah aturan yang mengatur tata kelola klinis
(clinical governance) untuk menjaga profesionalisme staf medis di rumah sakit.
(16) Pemilik Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda Kalbar adalah Kapusdokkes Polri.
(17) Satuan pengawas Internal adalah kelompok jabatan struktural yang bertugas melaksanakan
pengawasan dan monitoring terhadap pengelolaan sumber daya serta pengawasan operasional
pelayanan kesehatan Rumah Sakit.
(18) Direktur atau Kepala adalah pimpinan tertinggi yaitu seseorang yang diangkat menjadi Kepala Rumah
Sakit Bhayangkara Pontianak Polda Kalbar oleh Kapolri melalui Kapolda Kalbar.
(19) Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical governance)
agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan
mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
(20) Staf Medis Fungsional (SMF) adalah kelompok dokter dan/atau dokter spesialis yang melakukan
pelayanan dan telah disetujui serta diterima sesuai dengan aturan yang berlaku untuk menjalankan
profesi masing-masing di Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda Kalbar;
(21) Dokter adalah dokter dan/atau dokter spesialis yang melakukan pelayanan di Rumah Sakit
Bhayangkara Pontianak Polda Kalbar;
(22) Dokter tetap atau dokter purna waktu adalah dokter dan/atau dokter spesialis yang sepenuhnya
bekerja di Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda Kalbar;
(23) Dokter Tamu adalah dokter yang bukan berstatus sebagai pegawai Rumah Sakit Bhayangkara
Pontianak, yaitu dokter dan/atau dokter spesialis yang diundang / ditunjuk karena kompetensinya
untuk melakukan atau memberikan pelayanan medis dan tindakan medis di Rumah Sakit Bhayangkara
Pontianak Polda Kalbar dalam jangka waktu dan/atau kasus tertentu;
(24) Dokter Kontrak dan/atau Dokter Honorer adalah dokter, baik dokter dan/atau dokter spesialis yang
diangkat dengan status tenaga kontrak dan/atau tenaga honorer di Rumah Sakit Bhayangkara
Pontianak Polda Kalbar, yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Rumah Sakit;
(25) Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) adalah hak khusus seorang staf medis untuk melakukan
sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu
yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (clinical appointment).
(26) Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara
Pontianak Polda Kalbar kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan
medis di Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda Kalbar berdasarkan daftar kewenangan klinis
yang telah ditetapkan baginya.
(27) Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan kelayakan diberikan
kewenangan klinis (clinical privilege).
(28) Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang telah memiliki kewenangan klinis
(clinical privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis tersebut.
(29) Sub Komite adalah kelompok kerja di bawah Komite Medis yang dibentuk untuk mengatasi masalah
khusus. Anggota Sub Komite terdiri dari staf medis dan tenaga profesi lainnya secara ex-officio.
(30) Audit Medis adalah upaya evaluasi secara professional terhadap mutu pelayanan medis yang
diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis
(31) Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan kompetensi profesi yang
baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesi medis.
BAB II
PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BY LAWS)
Pasal 2
(1) Nama rumah sakit adalah Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda Kalbar.
(2) Jenis rumah sakit adalah Rumah Sakit Umum.
(3) Kelas rumah sakit adalah Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda Kalbar Kelas C.
(4) Alamat rumah sakit adalah di Jalan K.S. Tubun No.14 Pontianak.
(5) Pemilik rumah sakit adalah Kapusdokkes Polri.
(6) Bentuk badan hukum pemilik rumah sakit adalah rumah sakit milik Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Pasal 3
1. Visi
Terdepan dan Terunggul dalam Pelayanan Kesehatan Dan Kedokteran Kepolisian.
2. Misi
Memberikan Pelayanan Kedokteran Kepolisian, kesehatan kepolisian dengan tanggap, ramah, tulus,
handal dan objektif kepada pasien dinas dan masyarakat umum menyesuaikan perkembangan
pengetahuan, teknologi dan manajerial serta mewujudkan sumber daya manusia pembelajar, bermoral
dan bermatabat sehingga meningkatkan kepuasan pelayanan dengan meminimalisir keluhan dalam
rangka ikut meningkatkan derajat kesehatan.
3. Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda Kalbar Polda Kalbar mempunyai Motto Bersama kita
berubah menuju lebih baik.
(1) Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda kalbar merupakan UPT Pusdokkes Polri yang
berkedudukan di bawah Kapusdokkes Polri selaku Pembina fungsi teknis kedokteran kepolisian
dan kesehatan kepolisian, untuk pelaksanaan teknis operasional dan administratif bertanggung
jawab kepada Kepala Kesehatan Wilayah dan /atau Kepala Unit Organisasi yang bersesuaian.
(2) Pembinaan Operasional dan administrasi Rumah Sakit Bhayangkara dilaksanakan sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda kalbar yang berkedudukan di wilayah berada di bawah
Kapolda melalui Kabiddokkes;
b. Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda kalbar yang berkedudukan di Lemdikpol berada di
bawah Kalemdikpol melalui Gubernue Akpol/Kasespimma/Kapusdik; dan
c. Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda kalbar yang berkedudukan di Korbrimob Polri berada
dibawah Kak orbrimob Polri melalui Kasi Kesjas Korbrimob Polri.
Untuk menjalankan Tugasnya Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda kalbar bertugas
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kedokteran kepolisian untuk mendukung tugas operasional Polri dan
pelayanan kesehatan kepolisian bagi Pegawai Negeri pada Polri dan keluarganya serta masyarakat umum
secara prima.
Dalam melaksanakan Tugas Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda kalbar menyelenggarakan fungsi:
a. Pembinaan pengawasan dan pengendalian kegiatan secara internal pada bidang pengelolaan sumber
daya dan operasional pelayanan sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara;
b. Pembinaan perencanaan dan administrasi Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda kalbar meliputi
bidang personel,materiil,logistic dan keuangan.
c. Pembinaan fungsi pelayanan kesehatan yang meliputi Sistem Informasi Manajemen (SIM), Rekam
Medik (RM), dan pendidikan pelatihan serta penelitian pengembangan;
d. Pelayanan Medik dan keperawatan untuk mewujudkan pelayanan prima dan paripurna;
e. Pelayanan kedokteran kepolisian yang meliputi kegiatan Kedokteran Forensik, Disaster Victim
Identification (DVI) , dan Kesehatan Kamtibmas;
f. Pelayanan penunjang medic dan penunjang medic umum untuk mewujudkan pelayanan prima dan
paripurna; dan
g. Penatausahaan dan urusan dalam kegiatan Rumah Sakit Bhayangkara.
Pasal 5
(1) Kapusdokkes Polri bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup, perkembangan dan kemajuan
rumah sakit sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat.
(2) Kepala Pusat Kedokteran Kepolisian Negara Republik Indonesia bertanggungjawab kepada anggota
Polri dan ASN Polri serta keluarga atas kelangsungan hidup sehat , kelancaran dan perkembangan
rumah sakit.
(3) Kapusdokkes Polri ikut bertanggung gugat atas terjadinya kerugian akibat kelalaian atas kesalahan
dalam pengelolaan rumah sakit.
BAB III
PEMILIK
Pasal 6
Pemilik Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda Kalbar adalah Kapusdokkes Polri dengan susunan
keanggotaan sebagai berikut:
(1) Kepala adalah Kapusdokkes Polri
(2) Wakil Kepala adalah Ses Pusdokkes Polri
(3) Sekretaris adalah Kabiddokkes Polda Kalbar
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Dewan Pengawas
Pasal 10
Untuk Dewan Pengawas pada Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Polda Kalbar masih belum terbentuk,
dan usulan nama – nama calon Dewan Pengawas baru diusulkan kepada Kapusdokkes Polri.
BAB IV
ORGANISASI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PONTIANAK POLDA KALBAR
Susunan organisasi
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Unsur pembantu pimpinan dan pelaksana staf sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 huruf b terdiri dari:
a. Subbagian Pengawasan Internal ( Subbagwasintern );
b. Subbagian Perencanaan dan Administrasi ( Subbagrenmin ); dan
c. Subbagian Pembinaan Fungsi (Subbagbinfung).
Pasal 14
Unsur pelaksana utama sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 huruf c terdiri dari;
a. Subbidang Pelayanan Medik dan Kedokteran Kepolisian (Subbidyanmeddokpol); dan
b. Subbidang Penunjang Medik dan Umum (Subbidjangmedum).
Pasal 15
Pengangkatan dan Pemberhentian Dalam Struktur Organisasi
Standar Kompetensi
Pasal 16
(3) Kepala Sub bagian Perencanaan Dan Administrasi harus memiliki kompetensi:
a. Seseorang yang memahami pengelolaan keuangan dan admintrasi.
b. Berpangkat AKP untuk anggota Polri dan PNS Gol III c/d.
c. Persyaratan fisik : sehat jasmani dan rohani.
d. Memenuhi syarat administrasi kepegawaian.
(6) Kepala Sub Bidang Pelayanan Medis Kedokteran Kepolisian yang Memiliki kompetensi:
a. Seorang yang memahami tugas menyelenggarakan kegiatan pelayanan medic, pelayanan
keperawatan dan pelayanan kedokteran kepolisian di lingkungan rumkit bhayangkara untuk
mewujudkan pelayanan prima dan paripurna.
b. Berpangkat kompol untuk anggota Polri dan PNS Gol Iva.
c. Persyaratan fisik : sehat jasmani dan rohani.
d. Memenuhi syarat administrasi kepegawaian.
(7) Kepala Sub Bidang Penunjang Medis Umum harus memiliki kompetensi:
a. Seorang yang memahami tugas menyelenggarakan pelayanan penunjang medic dan penunjang
umum untuk mewujudkan pelayanan prima dan paripurna.
b. Berpangkat kompol untuk anggota Polri dan PNS Gol Iva.
c. Persyaratan fisik : sehat jasmani dan rohani.
d. Memenuhi syarat administrasi kepegawaian.
Kewenangan Karumkit
Pasal 17
(1) Karumkit merupakan unsur pimpinan rumah sakit bhayangkara yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Kesatuan wilayah (Kapolda) atau Kepala Unit Organisasi yang
membawahkan Rumah Sakit bhayangkara melalui Kabiddokes Polda.
(2) Menyelanggarakan pengawasan dan pengendalian.
(3) Menyetujui perencanaan administrasi sumber daya rumah sakit bhayangkara.
(4) Mengelolan pembinaan fungsi.
(5) Meningkatkan pelayanan kesehatan prima dan paripurna
(6) Mendukung pelayanan kedokteran kepolisian yang di dukung penunjang medic dan penunjang umum.
(7) Mewujudkan pelayaanan Rumah Sakit Bhayangkara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
(8) Menetapkan kebijakan operasional Rumah Sakit.
(9) Menyusun Rencana Strategis dan Rencana Bisnis Anggaran Tahunan Rumah Sakit.
(10) Membuat pertelaan tugas jabatan serta Hubungan Tata Cara Kerja sesuai dengan Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Rumah Sakit yang ditetapkan dalam Peraturan Kapolda Kalbar.
(11) Menyiapkan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
(12) ?????
Pasal 18
(1) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi atas berbagai
kelompok jabatan fungsional sesuai bidang keahliannya
(2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di lingkungan unit kerja rumah
sakit sesuai dengan kompetensinya.
(3) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana di maksud pada (1) di tentukan berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja.
(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 20
(1) Komite sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a, merupakan wadah non structural bagi tenaga
ahli atau profesi yang dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategi kepada Karumkit
Bhayangkara.
(2) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Komite Medik (Kommed); dan
b. Komite Keperawatan (Komwat)
(3) Komite dibentuk dan ditetapkan oleh karumkit bhayangkara sesuai kebutuhan rumah sakit dengan
masa kerja paling lama 3 (tiga) tahun.
(4) Komite dipimpin oleh seorang ketua yg di pilih oleh para coordinator kelompok ahli, diusulkan Karumkit
Bhyangakara di Lemdikpol dan Korbrimob Polri serta Keputusan Kapolda untuk Rumkit Bhayangkara
di kewilayahan
(5) Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada karumkit Bhayangkara
Pasal 21
(1) Kommed sebagaimana di maksud dalam pasal 33 ayat (2) huruf a, merupakan wadah non structural
yang bertugas memberikan pertimbangan Bhayangkara guna menentukan standar pelayanan medic
dan meningkatkan pelayanan paramedic.
(2) Kommed sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi :
a. Penerapan Manajement medic
b. Perencanaan dan pelaksanaan audit medic
c. penyusunan dan perumusan standar operasional prosedur
d. perumusan dan pemecahan kasus medic
e. pengaturan tugas dan tanggung jawab anggota SMF, dan
f. pembinaan etika profesi medic
Pasal 22
(1) Komwat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf b, merupakan wadaoh non structural
yang bertugas memberikan pertimbangan kepada Karumkit Bhayangkara gna menentukan standar
asuhan keperawatan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
(2) Komwat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi :
a. penerapan manajement asuhan keperawatan
b. Perencanaan dan pelaksaan audit asuhan keperawatan
c. Penyusunan dan perumusan standar asuhan keperawatan
d. Pengaturan tugas dan tanggung jawab tenaga keperawatan; dan
e. Pembinaan etika profesi keperawatan.
Pasal 23
(1) Instalasi sebagaimana di maksud dalam Pasal 32 huruf b merupakan wadah non struktural yang
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian Rumkit
Bhayangkara
(2) Perubahan jenis instalasi di tetapkan oleh Karumkit Bhayangkara sesuai tingkat dan kemampuan
Rumkit Bhayangakara selah disetujui oleh Kapusdokkes Polri, untuk Rumkit Bhayangkara setelah
disetujuin oleh Kapusdokkes Polri, untuk Rumkit Bhayangakara di jajaran Korbrimob Polri dan
Lemdikpol, serta oleh kabiddokkes Polda untuk Rumkit Bhayangakara di kewilayahan.
(3) Instalasi dipimpin oleh seorang kepada instalasi yang di tetapkan dengan keputusan Kapolri
memalalui Kabiddokkes Polda untuk Rumkit Bhayangkara di kewilayahan
(4) Kepala instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga fungsional dan / atau non
kesehatan.
Tujuan Pengelolaan
Pasal 24
Pengelolaan Sumber Daya Manusia merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas mengenai Sumber
Daya Manusia yang berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif dan kualitatif untuk mendukung
pencapaian tujuan organisasi secara efisien.
Pengangkatan Pegawai
Pasal 25
(1) Pegawai Rumah Sakit dapat berasal dari Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai kontrak dengan perjanjian
kerja sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pengangkatan pegawai Rumah Sakit yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
(3) Pengangkatan pegawai Rumah Sakit yang berasal dari Pegawai kontrak dengan masa kerja lebih dari
lima tahun dan sudah dimasukkan dalam Data Base BAKN yang dapat diangkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil sesuai dengan Peraturan yang berlaku.
Remunerasi
Pasal 26
Remunerasi pada Rumah Sakit Bhayangkara sampai saat ini masih belum diberlakukan, dikarenakan untuk
pelaksanaan Remunerasi masih menunggu perintah lebih lanjut dari Pusdokkes Polri selaku pemilik Rumah
Sakit Bhayangkara.
Pasal 27
Bagi Pejabat Pengelola dan pegawai Rumah Sakit yang berstatus Anggota Polri dan PNS, gaji pokok
dan tunjangan mengikuti peraturan perundang-undangan tentang gaji dan tunjangan Anggota Polri dan PNS
serta dapat diberikan tambahan penghasilan sesuai Keputusan Kapolri.
(1) Untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan umum yang diberikan oleh
Rumah Sakit, Kemenkes menetapkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dengan peraturan
PMK RI NO 56 tahun 2014.
(2) Standar Pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diusulkan oleh Karumkit.
(3) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mempertimbangkan kualitas
layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.
Pasal 29
Pasal 30
(1) Syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 mengandung arti sebagai berikut:
a. Fokus pada jenis pelayanan artinya, mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang
terwujudnya tugas dan fungsi Rumah Sakit.
b. Terukur artinya kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
c. Relevan dan dapat diandalkan artinya kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat dipercaya untuk
menunjang tugas dan fungsi Rumah Sakit.
d. Dapat dicapai artinya kegiatan nyata, dapat dihitung tingkat pencapaiannya, rasional, sesuai
kemampuan dan tingkat pemanfaatannya.
e. Tepat waktu artinya sesuai dengan jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan
Pengelolaan Keuangan
Pasal 31
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, Karumkit Bhayangkara wajib menerapkan prinsip organisasi, integrasi
dan sinkronisasi baik dalam lingkungan sendiri maupun dalam hubungan dengan Instansi pemerintah /
swasta dan lembaga social kemasyarakatan.
Pasal 32
Dilingkungan Rumkit Bhayangkara yang menerapkan tata kelola keuangan badan layanan umum dapat di
bentuk Dewan pengawas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
Tarif Pelayanan
Pasal 33
(1) Rumah Sakit dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang dan/atau
jasa layanan yang diberikan.
(2) Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya satuan per unit layanan atau hasil per
investasi dana.
(3) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa besaran tarif dan/atau pola tarif
sesuai jenis layanan Rumah Sakit.
(4) Tarif layanan Rumah Sakit diusulkan oleh Kepala Rumah Sakit kepada Kapusddokkes Polri untuk
di setujui oleh Kemenkue RI
(5) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kemenkue.
(6) Penetapan tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mempertimbangkan
kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, serta kompetisi yang sehat.
(7) Peraturan Kemenkue mengenai tarif layanan Rumah Sakit dapat dilakukan perubahan sesuai
kebutuhan dan perkembangan keadaan.
(8) Perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara keseluruhan
maupun per unit layanan.
Pendapatan
Pasal 34
(1) Proses Perencanaan dan Penganggaran pendapatan dan biaya dengan menyusun Rencana
Bisnis dan Anggaran dengan mengacu pada Rencana Strategis Bisnis yang disusun berdasarkan
kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya serta Kebutuhan dan
Kemampuan Pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, APBN maupun Non APBN
(2) Pendapatan Rumah Sakit dapat bersumber dari:
a. Jasa layanan;
b. Hasil kerjasama dengan pihak lain;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan
d. Lain-lain pendapatan Rumah Sakit yang sah.
(3) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari jasa layanan dapat berupa imbalan yang
diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat.
(4) Hasil kerjasama dengan pihak lain dapat berupa perolehan dari kerjasama operasional, sewa
menyewa dan usaha lain yang mendukung tugas dan fungsi Rumah Sakit.
(5) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat
berupa pendapatan yang berasal dari Pemerintah dalam rangka pelaksanaan program atau kegiatan
di rumah sakit.
(6) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari Non Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dapat berupa pendapatan yang berasal dari Pelayanan kesehatan.
(7) Lain-lain pendapatan Rumah Sakit yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf d, antara
lain:
a. Hasil pemanfaatan kekayaan.
b. Jasa giro.
Pasal 35
Rumah Sakit dalam melaksanakan anggaran Non APBN, proses pengelolaan keuangan diselenggarakan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan
Pasal 36
(1) Seluruh pendapatan rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, dapat dikelola langsung
untuk membiayai pengeluaran rumah sakit sesuai Dokumen Pelaksanaan Anggaran Rumah
Sakit atau Dokumen Anggaran sejenis lainnya sesuai ketentuan berlaku.
(2) Seluruh pendapatan rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a, huruf b, dan
huruf d dilaksanakan melalui rekening kas BLU dan dicatat dalam kode rekening kelompok
pendapatan asli pada jenis lain-lain pendapatan asli yang sah dengan obyek pendapatan rumah
sakit.
(3) Seluruh pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepada Pejabat Pengelola
Keuangan setiap triwulan.
(4) Format laporan pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Biaya
Pasal 37
(1) Biaya Rumah Sakit merupakan biaya operasional dan biaya non operasional.
(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup seluruh biaya yang menjadi
beban Rumah Sakit dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi.
(3) Biaya non operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup seluruh biaya yang
menjadi beban Rumah Sakit dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi.
(4) Biaya Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dialokasikan untuk membiayai
program peningkatan pelayanan, kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung pelayanan.
(5) Pembiayaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dialokasikan sesuai
dengan kelompok, jenis, program dan kegiatan.
Pasal 38
(1) Biaya operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1), terdiri dari:
a. Biaya pelayanan; dan
b. Biaya umum dan administrasi.
(2) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, mencakup seluruh biaya
operasional yang berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan.
(3) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, mencakup seluruh
biaya operasional yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan.
(4) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri dari:
a. Biaya pegawai;
b. Biaya bahan;
c. Biaya jasa pelayanan;
d. Biaya pemeliharaan;
e. Biaya barang dan jasa; dan
f. Biaya pelayanan lain-lain.
(5) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), terdiri dari:
a. Biaya pegawai;
b. Biaya administrasi kantor;
c. Biaya pemeliharaan;
d. Biaya barang dan jasa;
e. Biaya promosi; dan
f. Biaya umum dan administrasi lain-lain.
Pasal 39
(1) Biaya non operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3) terdiri dari :
a. Biaya administrasi bank;
b. Biaya kerugian penurunan nilai; dan
c. Biaya non operasional lain-lain.
(2) Seluruh pendapatan dan biaya Rumah Sakit yang bersumber sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 dan Pasal 35 dilaporkan kepada Pejabat Kabid Kue Polda Kalbar selanjut untuk di teruskan ke
Puskeu.
(3) Seluruh pendapatan dan pengeluaran biaya Rumah Sakit yang bersumber sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan dengan menerbitkan SP3B BLU yang dilampiri dengan Surat Pernyataan
Tanggung jawab Mutlak.
(4) Format Surat Pernyataan Tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan format
laporan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 40
(1) Pengeluaran biaya Rumah Sakit diberikan fleksibilitas dengan mempertimbangkan volume kegiatan
pelayanan.
(2) Fleksibilitas pengeluaran biaya Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan
pengeluaran biaya yang disesuaikan dan signifikan dengan perubahan pendapatan dalam ambang
batas RBA yang telah ditetapkan secara definitive.
(3) Fleksibilitas pengeluaran biaya rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya berlaku
untuk biaya Rumah Sakit yang berasal dari pendapatan selain dari APBN/ Non APBN.
(4) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, Karumkit mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBN
kepada Kemenkue.
Pasal 41
(1) Ambang batas RBA ditetapkan dengan besaran persentase.
(2) Besaran persentase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan dengan mempertimbangkan
fluktuasi kegiatan operasional Rumah Sakit.
(3) Persentase ambang batas tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kebutuhan yang
dapat diprediksi, dapat dicapai, terukur, rasional dan dapat dipertanggung jawabkan.
Pasal 42
(1) Pengelolaan Sumber daya lain yang terdiri dari sarana, prasarana, gedung dan jalan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
(2) Pengelolaan sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk
kepentingan mutu pelayanan dan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit.
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 43
(1) Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By laws) dilakukan monitoring dan evaluasi setiap 3 (tiga)
tahun sesuai perkembangan rumah sakit;
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh rumah sakit;
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 44
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan Kapolda ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya
akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Rumah Sakit.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 45