TENTANG
BUPATI BUOL,
MEMUTUSKAN
PERATURAN INTERNAL
(HOSPITAL BYLAWS/STATUTA)
A. Latar belakang
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol (untuk selanjutnya disebut RSUD
Kab.Buol) adalah Rumah Sakit yang berdiri pada tahun 1990 yang awal mulanya berstatus
Puskesmas perawatan ditingkatkatkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Tipe D di Kabupaten
Buol Toli-Toli dengan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi Sulawesi
Tengah SK : No. 5613/Kanwil/YK/VI/1990.
Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol dalam proses menuju pola
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) .Adanya perubahan paradigma
rumah sakit dari lembaga sosial menjadi lembaga sosio-ekonomik, berdampak pada perubahan
status rumah sakit yang dapat dijadikan sebagai subyek hukum. Oleh karena itu perlu diantisipasi
dengan adanya kejelasan tentang peran dan fungsi dari masing-masing pihak yang
berkepentingan dalam pengelolaan rumah sakit baik Pemilik, Pengelola dan Staf Medis di
Rumah Sakit, yang diatur dalam Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws/Statuta) yang
merupakan konstitusi bagi pengelolaan organisasi.
Hospital Bylaws (Statuta) merupakan salah satu bentuk aturan tertulis yang berlaku di
rumah sakit dengan tujuan untuk melindungi semua pihak yang terkait secara baik dan benar
berdasarkan rasa keadilan. Pengelolaan rumah sakit pada dasarnya ditentukan oleh ketiga
komponen pihak yang berperan besar yaitu Pemilik yang diwakili Dewan Pengawas, Direksi dan
Staf Medis Fungsional yang tergabung dalam Komite Medik. Oleh karena itu dalam Hospital
Bylaws (Statuta) ini akan diatur hubungan, hak dan kewajiban, wewenang dan tanggung jawab
dari Pemilik atau yang mewakili Pemilik, Pengelola atau Direksi dan Staf Medis Fungsional
yang terhimpun dalam Komite Medik di rumah sakit.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang tenaganya multi disiplin sarat
dengan sumber daya, baik dana dan teknologi yang komplek, sehingga tidak menutup
kemungkinan adanya konflik antar pihak yang berkepentingan baik antara pelanggan (Customer)
dengan Pemberi Pelayanan, antara Pemilik dengan Pengelola maupun antara Pengelola dengan
stafnya.
Sedangkan secara khusus, dengan adanya Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital
Bylaws/Statuta) tersebut, diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
kegiatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol baik yang berhubungan dengan
kebijakan teknis operasional maupun pengaturan Staf Medis.
Adapun manfaat dari Peraturan internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws/Statuta), adalah:
1. Sebagai acuan Pemilik (Dewan Pengawas) Pemerintah Daerah
Kabupaten Buol dalam melakukan Pengawasan.
2. Sebagai acuan bagi Direksi dalam mengelola dan menyusun kebijakan
teknis operasional.
3. Sebagai sarana menjamin efektivitas, efisiensi dan mutu.
4. Sebagai sarana dalam perlindungan hukum.
5. Sebagai acuan penyelesaian konflik.
6. Sebagai persyaratan dalam akreditasi.
BUKU I
PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT
(HOSPITAL BY LAWS)
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama
Pasal 1
Nama, Visi, Misi, Falsafah, Tujuan dan Strategi
(1) Nama rumah sakit ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol untuk
selanjutnya disebut RSUD Kabupaten Buol, milik Pemerintah Daerah Kabupaten Buol
(2) Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol adalah: “Menjadi yang Terdepan
dalam Pelayanan Kesehatan demi Terwujudnya Masyarakat Buol yang Madani”.
a. Peduli
Responsif dan peka terhadap keadaan sekitar tanpa melihat status sosial
sehingga menghasilkan tindakan yang pro aktif, cepat dan tepat dalam
memberikan pelayanan.
b. Professional
Melakukan pekerjaan sesuai dengan spesialisasi dan kompetensi masing-masing
dengan sehingga memberikan hasil pelayanan kesehatan yang berkualitas.
c. Harmoni
Menghadirkan keselarasan, kesatuan serta semangat kebersamaan ditengah
keragaman, sehingga dapat menghasilkan kontribusi / pelayanan yang terbaik
untuk masyarakat.
d. Ramah
Memberikan pelayanan dengan senyum dan salam dengan bersahabat.
e. Pelayanan Prima
Pelayanan yang berorientasi pada kepuasan dan keselamatan pasien.
f. Kemandirian
(5) Tujuan yang akan dicapai oleh manajemen RSUD Kab.Buol adalah :
Meningkatkan kepuasan masyarakat Kabupaten Buol dengan cara memberikan
pelayanan kesehatan yang prima dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
Pasal 2
Sejarah Pendirian, Kelas, Alamat
(1) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol (untuk selanjutnya disebut RSUD Kab.Buol)
adalah Rumah Sakit yang berdiri pada tahun 1990 yang awal mulanya berstatus Puskesmas
perawatan ditingkatkatkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Tipe D di Kabupaten Buol
Toli-Toli dengan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi Sulawesi
Tengah SK : No. 5613/Kanwil/YK/VI/1990.
(2) Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Buol adalah Rumah sakit Kelas D Non
Pendidikan
(3) Alamat RSUD Kabupaten Buol Jln. DR.Wahidin Sudirohusodo No.12 Kel.Leok II Kec.
Biau Kabupaten Buol
Bagian Kedua
Pengertian
Pasal 3
Ketentuan Umum
1. Peraturan Internal (Hospital Bylaws/Statuta) adalah aturan dasar yang mengatur tatacara
penyelenggaraan rumah sakit, yang mengatur hubungan antara Pemilik dan/atau Yang
Mewakili Pemilik (dalam hal ini Dewan Pengawas), Pejabat Pengelola dan Staf Medis
Fungsional (yang terhimpun dalam wadah Komite Medik);
3. Pemilik Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol adalah Pemerintah Daerah
Kabupaten Buol
4. Dewan Pengawas adalah Dewan yang mewakili Pemilik, yang terdiri dari
Ketua dan Anggota, yang bertugas melakukan Pengawasan terhadap
pengelolaan Rumah Sakit yang dilakukan oleh Direksi dan memberikan nasihat
kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengelolaan Rumah Sakit;
5. Pejabat Pengelola adalah Pimpinan Rumah Sakit yang bertugas dalam pengelolaan rumah
sakit yang terdiri dari Direktur dan Kepala Bidang serta Kepala Bagian sesuai dengan
bidang tugasnya;
6. Direktur adalah pimpinan tertinggi yaitu seseorang yang diangkat menjadi Direktur
RSUD Kab. Buol oleh Surat Keputusan Bupati Buol;
7. Komite Medik adalah wadah non-struktural yang keanggotaannya berasal dari Ketua-
ketua Staf Medik Fungsional (SMF) atau Yang Mewakili Secara Tetap, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama;
8. Komite Etik dan Hukum adalah wadah non-struktural yang bertugas memberikan
pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal menyusun dan merumuskan
medicoetikolegal dan etika pelayanan rumah sakit, penyelesaian masalah etika rumah sakit
dan pelanggaran terhadap kode etik pelayanan rumah sakit, pemeliharaan etika
penyelenggaraan fungsi rumah sakit, kebijakan yang terkait dengan ”hospital bylaws” dan
”medical staf bylaws”, gugus tugas bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
9. Satuan Pemeriksaan Intern (SPI) adalah wadah non struktural yang bertugas
melaksanakan pemeriksaan intern di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
10. Staf Medik Fungsional (SMF) adalah kelompok dokter dan/atau dokter spesialis serta
dokter gigi dan/atau dokter gigi spesialis yang melakukan pelayanan dan telah disetujui
serta diterima sesuai dengan aturan yang berlaku untuk menjalankan profesi masing-
masing di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
11. Rapat Rutin Dewan Pengawas adalah setiap rapat terjadual yang diselenggarakan oleh
Dewan Penyantun, yang bukan termasuk rapat tahunan dan rapat khusus.
12. Rapat Tahunan Dewan Pengawas adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pemilik atau
Dewan Pengawas setiap tahun sekali;
13. Rapat Khusus Dewan Pengawas adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pemilik atau
Dewan Penyantun di luar jadual rapat rutin untuk mengambil keputusan hal-hal yang
dianggap khusus;
14. Dokter dan dokter gigi adalah dokter dan/atau dokter spesialis serta dokter gigi dan/atau
dokter gigi spesialis yang melakukan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buol
15. Dokter tetap atau dokter purna waktu adalah dokter dan/atau dokter spesialis serta
dokter gigi dan/atau dokter gigi spesialis yang sepenuhnya bekerja di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Buol;
16. Dokter tidak tetap atau paruh waktu adalah dokter dan/atau dokter spesialis serta dokter
gigi dan/atau dokter gigi spesialis yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buol pada waktu tertentu, yang disepakati bersama antara Komite Medik dan Direksi serta
mendapat izin tertulis dari Direktur untuk melaksanakan pelayanan medis di Rumah Sakit
Umum Daerah Buol
17. Dokter Tamu adalah dokter yang bukan berstatus sebagai pegawai Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Buol, yaitu dokter dan/atau dokter spesialis serta dokter gigi
dan/atau dokter gigi spesialis yang diundang/ditunjuk
karena kompetensinya untuk melakukan atau memberikan pelayanan medis dan tindakan
medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol untuk jangka waktu dan/atau kasus
tertentu;
18. Dokter Kontrak dan/atau Dokter Honorer adalah dokter, baik dokter dan/atau dokter
spesialis serta dokter gigi dan/atau dokter gigi spesialis yang diangkat dengan
status tenaga kontrak dan/atau tenaga honorer di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buol, yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Utama dengan masa kerja untuk jangka
waktu tertentu;
19. Dokter Konsultan adalah Dokter Spesialis tertentu yang karena kompetensinya diminta
membantu pelayanan medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
20. Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) adalah dokter dan dokter gigi
yang sedang mengikuti pendidikan Dokter Spesialis di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Buol;
21. Sub Komite adalah kelompok kerja yang dibentuk oleh Komite Medik, yang bertugas
untuk mengatasi masalah khusus, yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Utama atas
usul Komite Medik;
22. Tim Klinis adalah Tim yang dibentuk oleh Komite Medik, yang bertugas menangani
kasus-kasus pelayanan medik yang memerlukan koordinasi lintas profesi, yang ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Utama atas usul Komite Medik, misalnya Tim Klinis
Penanggulangan Kanker Terpadu; Tim Klinis Pelayanan Jantung Terpadu, dan lain
sebagainya;
23. Hak Klinis Khusus (Clinical Privilege) adalah kewenangan yang diberikan kepada Dokter
dan Dokter Spesialis serta Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis oleh Direktur Utama atas
rekomendasi dari Komite Medik untuk melakukan pelayanan medik di rumah sakit yang
diatur dengan Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol;
BAB II
DEWAN PENGAWAS
Bagian Kesatu
Organisasi
Pasal 4
Organisasi
(1) Dewan Pengawas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol dibentuk dengan
Keputusan Bupati Buol
(2) Jumlah anggota Dewan Pengawas RSUD Kab.Buol sebanyak 3 (Tiga) orang dan seorang
diantara anggota Dewan Penyantun ditetapkan sebagai Ketua Dewan Penyantun.
(3) Anggota Dewan Pengawas RSUD Kab.Buol dapat terdiri dari unsur-unsur ;
a. Pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Buol;
b. Pejabat Pengelola Keuangan ;
c. Pejabat Inspektorat Daerah;
d. Tokoh masyarakat atau tenaga ahli dalam bidang perumah sakitan.
Pasal 5
Pengangkatan dan Pemberhentian
(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun, dan dapat
diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
(2) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan pengangkatan
Direksi, kecuali untuk pengangkatan pertama kali pada waktu pembentukan RSUD
Kab.Buol sebagai BLUD
(3) Anggota Dewan Pengawas diberhentikan sebelum waktunya oleh Surat Keputusan Bupati
Buol atas usulan Direksi RSUD Kab.Buol
(4) Pemberhentian Anggota Dewan Pengawas sebagaiman dimaksud pada ayat (2), apabila :
a. tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
b. tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan;
c. terlibat dalam tindakan yang merugikan; atau
d. dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak pidana dan/atau
kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan atas RSUD
Kab.Buol
Pasal 6
Ketua dan Sekretaris Dewan Pengawas
(1) Ketua Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Bupati Buol atas dasar SK Bupati
Buol;
(2) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua dalam suatu masa kepengurusan Dewan
Pengawas, maka Bupati Buol mengangkat seorang Ketua untuk sisa masa jabatan hingga
selesainya masa jabatan;
(5) Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), bertugas
menyelenggarakan kegiatan administrasi dalam
rangka membantu kegiatan Dewan Pengawas, sedangkan Sekretaris Dewan Pengawas
tidak dapat bertindak sebagai Dewan Pengawas.
Bagian Kedua
Tugas, Kewajiban dan Wewenang
Pasal 7
Tugas dan Kewajiban Dewan Penyantun
(1) Dewan Pengawas, bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap pengurusan Badan
Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol, yang meliputi
pelaksanaan Rencana Bisnis dan Anggaran, Rencana Strategis Bisnis Jangka Panjang
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(3) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
kepada Pemilik secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu semester dan
sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Pasal 8
Wewenang Dewan Pengawas
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Dewan Pengawas mempunyai wewenang sebagai
berikut:
1. Melihat buku-buku, surat-surat serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kas untuk
keperluan verifikasi dan memeriksa kekayaan rumah sakit;
2. Meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Direktur
mengenai segala persoalan yang menyangkut pengurusan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Buol;
5. Memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum
tertentu.
Bagian Ketiga
Rapat-Rapat
Pasal 9
Rapat Rutin
(1) Rapat rutin adalah setiap rapat terjadual yang diselenggarakan Dewan Pengawas yang bukan
termasuk rapat tahunan dan rapat khusus.
(2) Rapat rutin merupakan rapat koordinasi antara Dewan Pengawas dengan Direksi Rumah
Sakit dan Komite Medik serta Pejabat lain yang dianggap perlu untuk mendiskusikan,
mencari klarifikasi atau alternatif solusi berbagai masalah di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Buol
(3) Rapat rutin dilaksanakan paling sedikit sepuluh kali dalam setahun dengan interval tetap
pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas.
(4) Sekretaris Dewan Pengawas menyampaikan undangan kepada setiap anggota Dewan
Penyantun, Direksi, Komite Medik dan pihak lain untuk menghadiri rapat rutin paling
lambat tiga hari sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
(5) Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana
diatur dalam ayat (4) harus melampirkan:
a. 1 (satu) salinan agenda;
b. 1 (satu) salinan risalah rapat rutin yang lalu;
c. 1 (satu) salinan risalah rapat khusus yang lalu (bila ada).
Pasal 10
Rapat khusus
(1) Rapat khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas untuk menetapkan
kebijakan atau hal-hal khusus yang tidak termasuk dalam rapat rutin maupun rapat tahunan.
(3) Undangan rapat khusus disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas kepada peserta rapat
paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum rapat khusus tersebut diselenggarakan.
(4) Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik.
(5) Rapat khusus yang diminta oleh anggota Dewan Pengawas sebagaimana diatur dalam ayat
(2) butir b di atas, harus diselenggarakan paling lambat tujuh hari setelah diterimanya surat
permintaan tersebut.
Pasal 11
Rapat Tahunan
(1) Rapat Tahunan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pengawas setiap tahun, dengan
tujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan operasional rumah sakit.
(3) Dewan Pengawas menyiapkan dan menyajikan laporan umum keadaan Rumah Sakit
Umum daerah Kabupaten Buol, termasuk laporan keuangan yang telah diaudit.
Pasal 12
Undangan Rapat
Setiap rapat dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan sesuai aturan, kecuali
seluruh anggota Dewan Pengawas yang berhak memberikan suara menolak undangan tersebut.
Pasal 13
Peserta Rapat
Setiap rapat rutin, selain dihadiri oleh anggota Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas
dan Direktur, juga dihadiri oleh Kepala Bidang dan Bagian, Komite Medik dan pihak lain yang
ada di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol atau dari luar lingkungan Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol apabila diperlukan.
Pasal 14
Pejabat Ketua
(1) Dalam hal Ketua Dewan Pengawas berhalangan hadir dalam suatu rapat, maka bila kuorum
telah tercapai, anggota Dewan Pengawas dapat memilih Pejabat Ketua untuk memimpin
rapat.
(2) Pejabat Ketua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berkewajiban melaporkan hasil
keputusan rapat kepada Ketua Dewan Pengawas pada rapat berikutnya.
Pasal 15
Kuorum
(1) Rapat Dewan Pengawas hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.
(2) Kuorum memenuhi syarat apabila dihadiri oleh 2/3 dari seluruh anggota Dewan Pengawas.
(3) Bila kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah ditentukan,
maka rapat ditangguhkan untuk dilanjutkan pada suatu tempat hari dan jam yang sama
minggu berikutnya.
(4) Bila kuorum tidak juga tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah
ditentukan pada minggu berikutnya, maka rapat segera dilanjutnya dan segala keputusan
yang terdapat dalam risalah rapat disahkan dalam rapat Dewan Pengawas berikutnya.
Pasal 16
Risalah Rapat
(1) Penyelenggaraan setiap risalah rapat Dewan Pengawas menjadi tanggung jawab Sekretaris
Dewan Pengawas.
(2) Risalah rapat Dewan Pengawas harus disahkan dalam waktu maksimal tujuh hari setelah
rapat diselenggarakan, dan segala putusan dalam risalah rapat tersebut tidak boleh
dilaksanakan sebelum disahkan oleh seluruh anggota Dewan Pengawas yang hadir.
Pasal 17
Pemungutan Suara
(3) Setiap masalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam rapat Dewan Pengawas
ditentukan dengan mengangkat tangan atau bila dikehendaki oleh para anggota Dewan
Pengawas, pemungutan suara dapat dilakukan dengan amplop tertutup.
(4) Putusan rapat Dewan Pengawas didasarkan pada suara terbanyak setelah dilakukan
pemungutan suara.
Pasal 18
Pembatalan Putusan Rapat
(1) Dewan Pengawas dapat merubah atau membatalkan setiap putusan yang diambil pada rapat
rutin atau rapat khusus sebelumnya, dengan syarat bahwa usul perubahan atau pembatalan
tersebut dicantumkan dalam pemberitahuan atau undangan rapat sebagaimana ditentukan
dalam Peraturan Internal (Hospital Bylaws/Statuta) ini.
(2) Dalam hal usul perubahan atau pembatalan putusan Dewan Pengawas tidak diterima dalam
rapat tersebut, maka usulan ini tidak dapat diajukan lagi dalam kurun waktu tiga bulan
terhitung sejak saat ditolaknya usulan.
Bagian Keempat
Mekanisme Dewan Pengawas
Pasal 19
(2) Peran terhadap Staf Medis Fungsional (SMF) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ,
dilakukan melalui integrasi dan koordinasi secara terus-menerus dan berkesinambungan.
BAB III
PEJABAT PENGELOLA RUMAH SAKIT
Pasal 21
Pejabat Pengelola
(1) Pengelolaan atau pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Buol dilakukan oleh Pejabat Pengelola.
(2) Pejabat pengelola terdiri dari Pimpinan disebut Direktur dan 1 (satu) Kepala Bagian Tata
Usaha yang merupakan pejabat tehnis keuangan serta 2 (dua) Pejabat tehnis yaitu kepala
Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan dan Kepala Penunjang Medis dan Non Medis.
(4) Pejabat Pengelola bertanggung jawab kepada Pemilik melalui Dewan Pengawas dalam
hal pengelolaan dan Pengawasan rumah sakit beserta fasilitasnya, personil dan sumber
daya terkait.
(5) Pejabat Pengelola bertugas untuk melaksanakan kebijakan pengelolaan Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Buol setelah ditetapkan oleh Dewan Penyantun sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundangan-undangan dan peraturan kebijakan serta segala
ketentuan umum yang berlaku, dan berbagai aturan dalam Peraturan Internal (Hospital
Bylaws/Statuta) ini, serta memperhatikan hasil pelaksanaan tindakan/audit yang
dilaksanakan oleh Komite Medik dan SPI (Satuan Pemeriksaan Intern) di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Buol
(6) Tugas pokok, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Pejabat Pengelola ditentukan oleh
Bupati Buol dan diperinci dalam suatu uraian tugas secara tertulis dalam Struktur
Organisasi dan Tata Laksana Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol atas
rekomendasi Dewan Pengawas.
Pasal 22
Direktur
(1) Direktur mempunyai tugas pokok untuk memimpin pelaksanaan tugas pengelolaan Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Direktur mempunyai
fungsi merumuskan kebijakan operasional, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan di bidang pelayanan medik dan
keperawatan, SDM dan Pendidikan, Keuangan, serta Umum dan Operasional.
(3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur dibantu Kepala
Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang Pelayanan medis dan Keperawatan serta Kepala
Bidang Penunjang Medis dan Non medis.
Pasal 23
Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan
(1) Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan mempunyai tugas memimpin,
mengkoordinasikan dan menyelenggarakan kegiatan dibidang pelayanan meliputi : rawat
jalan, rawat inap, gawat darurat, bedah sentral, perawatan intensif, radiologi, farmasi, gizi,
rehabilitasi medik, patologi klinik, patologi anatomi, pengendali mutu, haemodalisa
kegiatan bidang pelayanan dan keperawatan.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Kepala Bidang Pelayanan
mempunyai fungsi :
1. Pengkoordinasian seluruh kebutuhan pelayanan medik, penunjang non medik
2. Penyelenggaraan pelayanan medis, dan penunjang medik
3. Perencanaan segala kebutuhan, baik administratif medik dan petunjuk pelaksanaan
kerja untuk tenaga medik dan tenaga kesehatan keperawatan
4. Pemantauan, pengawasan, penggunaan fasilitas kegiatan pelayanan medik dan
penunjang medik
5. Pengawasan dan pengendalian penerimaan serta pemulangan pasien
6. Penyelanggaraan asuhan keperawatan
7. Peningkatan etika keperawatan, pengembangan dan pengendalian mutu keperawatan
8. Penyelenggaraan penyuluhan kesehatan.
Pasal 24
Kepala Bidang Penunjang Medis dan Non Medis
(1) Kepala Bidang Penunjang Medis dan Non Medis bertindak sebagai pejabat teknis yang
bertanggungjawab kepada Direktur Rumah Sakit dan berfungsi sebagai penanggung jawab
teknis, secara umum dalam PPK-BLUD tugas Kepala Bidang adalah :
1) Menyusun perencanaan kegiatan teknis
2) Melaksanakan kegiatan teknis sesuai RBA ; dan
3) Mempertanggung jawabkan kinerja operasional .
Pasal 24
Kepala Bagian Tata Usaha
(1). Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai tugas mengkoordinasikan kegiatan kesekretariatan,
perencanaan, rekam medik, keuangan dan instalasi penunjang medik
(2). Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Kepala Bagian Tata Usaha
mempunyai fungsi :
1. Penyelenggaran urusan ketatausahan, kepegawaian, umum, perlengkapan dan rumah
tangga
2. Penyelenggaraan perencanaan dan rekam medik, penyusunan program dan laporan,
hukum dan informasi rumah sakit umum daerah
3. Menyelenggarakan keuangan, penyusunan anggaran dan mobilisasi dana
4. Penyelenggaraan instalasi penunjang non medik, pendidikan dan pelatihan,
pemeliharaan sarana rumah sakit umum daerah, pengelolaan limbah, loundry, boiler
dan genset
Pasal 25
Tugas dan Wewenang
2. Menguasai, memelihara dan mengelola kekayaan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buol
3. Mewakili Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol, baik di dalam dan di luar
Pengadilan.
6. Menyiapkan Rencana Jangka Panjang dan Rencana Bisnis dan Anggaran Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Buol
8. Menetapkan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
lengkap dengan susunan jabatan dan rincian tugasnya setelah disetujui oleh Pemilik/Dewan
Pengawas.
10. Menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban tenaga honorer dan/atau
kontrak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan yang berlaku.
(2) Pejabat Pengelola diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
(8) Jika dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian
pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Bupati Buol tidak memberikan
keputusan pemberhentian Pejabat Pengelola
tersebut, maka rencana pemberhentian tersebut batal.
3. Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau
menjadi Pejabat Pengelola atau Komisaris atau Dewan Penyantun yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu rumah sakit dinyatakan pailit;
4. Berkewarganegaraan Indonesia.
Pasal 28
Rapat Pejabat Pengelola
(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibicarakan hal–hal yang berhubungan
dengan kegiatan RSUD Kab.Buol sesuai dengan tugas, kewenangan dan kewajibannya.
(3) Keputusan Rapat Pimpinan diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(4) Dalam hal tidak tercapai kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak.
(5) Dalam rapat-rapat tertentu yang bersifat khusus, Pimpinan dapat mengundang Dewan
Pengawas, yang disampaikan secara tertulis dalam waktu 48 jam sebelumnya.
(6) Untuk setiap rapat dibuat daftar hadir dan risalah rapat oleh Bagian Umum selaku Notulis.
Pasal 29
(1) Dalam menjalankan tugas-tugas Pejabat Pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25, maka:
(3) Dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak
terjadinya keadaan bagaimana dimaksud dalam ayat (2),
Pemilik dapat menunjuk pejabat pengelola yang baru untuk
memangku jabatan yang terluang sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2).
BAB IV
KOMITE MEDIK
Bagian Pertama
Pasal 30
(1). Nama wadah profesional medis yang anggotanya terdiri dari Ketua dan anggota Staf Medis
Fungsional adalah Komite Medik Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
(2). Komite Medik mempunyai otoritas tertinggi dalam pengorganisasian staf medis.
(3). Susunan kepengerusan Komite Medik terdiri dari :
Bagian Kedua
Pasal 31
Tugas Komite Medik :
1. Membantu Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol menyusun standar
pelayanan medis dan memantau pelaksanaannya.
2. Membantu Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol menyusun Medical Staff
By Laws dan memantau pelaksanaannya.
3. Membantu Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol menyusun kebijakan dan
prosedur yang terkait medico-legal dan etico-legal.
4. Melakukan koordinasi dengan direksi dalam melaksanakan pemantauan dan pembinaan
pelaksanaan tugas SMF.
5. Mengatur kewenangan profesi dan SMF.
6. Melaksanakan pembinaan etika profesi, disiplin profesi dan mutu profesi.
7. Melakukan pemantauan dan evaluasi mutu pelayanan medis.
Pasal 32
Fungsi Komite Medik adalah sebagai pengarah dalam pemberian pelayanan medis, sedangkan
SMF adalah pelaksana pelayanan medis.
Pasal 33
Wewenang Komite Medik :
Pasal 34
Pasal 35
Rapat Komite Medik
(1) Rapat Komite Medik diselenggarakan sekurang–kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibicarakan hal–hal yang berhubungan
dengan Komite Medik sesuaib dengan tugas, kewenangan dan kewajibannya.
(3) Keputusan Komite Medik diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(4) Dalam hal tidak tercapai kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak.
(5) Untuk setiap rapat dibuat daftar hadir dan risalah rapat oleh Sekretaris Komite Medik
selaku Notulis.
BAB V
Pasal 36
(2) Pejabat Pengelola bertanggung jawab kepada Bupati Buol melalui Dewan Pengawas.
(3) Dewan Pengawas melakukan pembinaan dan Pengawasan dalam pengelolaan Rumah Sakit,
dengan menetapkan kebijakan pelaksanaan, baik di bidang pelayanan medis, pendidikan
dan latihan serta penelitian dan pengembangan kesehatan untuk tercapainya visi, misi,
falsafah dan tujuan rumah sakit.
(4) Keberhasilan rumah sakit tergantung dari pengurusan Pejabat Pengelola dan pembinaan
serta Pengawasan dari Pemilik melalui Dewan Pengawasan sehingga dalam
pertanggungjawaban tugas dan kewajiban antara Pengelola dan Pemilik adalah bersifat
tanggung bersama.
Pasal 37
(1) Komite Medik berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur RSUD Kab.Buol;
(2) Pelaksanaan tugas-tugas Komite Medik dilaporkan secara tertulis kepada Direktur dalam
bentuk rekomendasi.
(3) Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah
berdasarkan penugasan dari Direktur.
Pasal 38
b. Membantu Direktur dalam menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait medico-legal
dan etiko-legal.
c. Pemeliharaan etika penyelenggaraan fungsi rumah sakit, yang meliputi kebijakan yang
terkait dengan hospital bylaws dan medical staf bylaws;
d. Gugus bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Buol
(3) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Komite Etik dan
Hukum berfungsi:
a. Menyelenggarakan dan meningkatkan komunikasi medikoetikolegal, baik internal
maupun ekternal RSUD Kab.Buol;
b. Menyelenggarakan dan meningkatkan pengetahuan etika dan hukum bagi petugas di
RSUD Kab.Buol;
c. Menyelenggarakan dan meningkatkan kemampuan risk manajemen terhadap masalah-
masalah etika dan hukum di RSUD Kab.Buol
(4) Tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) disampaikan secara tertulis
kepada Direktur dalam bentuk rekomendasi.
(5) Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), adalah
berdasarkan penugasan dari Direktur.
Pasal 39
(1) Satuan Pemeriksaan Intern berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur RSUD
(2) Tugas pokok Satuan Pemeriksaan Intern adalah melaksanakan Pengawasan dan penilaian
terhadap pelaksanaan kegiatan semua unsur di rumah sakit agar dapat berjalan sesuai dengan
rencana dan ketentuan yang berlaku.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Satuan Pemeriksaan
Intern berfungsi:
a. Melaksanakan pemeriksaan/audit keuangan dan operasional;
b. Merancang dan melaksanakan Pengawasan pelaksanaan pengendalian intern;
c. Melakukan identifikasi risiko;
d. Mencegah terjadinya penyimpangan;
e. Memberikan konsultasi pengendalian intern;
f. Melakukan hubungan dengan Eksternal Auditor;
(4) Tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) disampaikan dalam bentuk
rekomendasi kepada Direktur.
(5) Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), adalah
berdasarkan penugasan dari Direktur.
BUKU II
PERATURAN INTERNAL STAF MEDIK
BAB VI
NAMA DAN TUJUAN
Pasal 40
Nama
(1) Nama kelompok Dokter dan Dokter Spesialis serta Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis
yang berhak memberikan pelayanan medik di rumah sakit ini adalah Staf Medik
Fungsional (SMF) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol.
(2) Pengelompokan anggota SMF adalah berdasarkan keahlian dan/atau spesialisasi yang ada
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol.
(3) Untuk Kelompok Dokter Umum, masuk dalam SMF Dokter Umum dan untuk Kelompok
Dokter Gigi dan Dokter Gigi Speasialis masuk dalam SMF Gigi.
(4) Untuk Kelompok Dokter Spesialis, masuk dalam SMF sesuai dengan bidang
spesialisasinya.
(5) Untuk Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) masuk dalam SMF sesuai
dengan spesialisasi yang sedang diikuti, sebagai anggota tidak tetap.
(6) Nama wadah profesional medis yang keanggotaannya berasal dari Ketua-ketua Staf Medis
Fungsional dan/atau yang mewakili SMF secara tetap adalah Komite Medik Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Buol.
Pasal 41
Tujuan dari pengorganisasian Staf Medis Fungsional (SMF) adalah agar Staf Medis di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol. dapat lebih mengutamakan terhadap kebutuhan pasien,
sehingga menghasilkan pelayanan medis yang berkualitas dan bertanggung jawab.
Pasal 42
Secara administratif manajerial, Staf Medis Fungsional (SMF) berada di bawah Direksi Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol., tetapi secara fungsional sebagai profesi, anggota Staf
Medis Fungsional (SMF) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Komite Medik melalui
Ketua SMF.
BAB VII
Struktur Organisasi
(1). Anggota SMF dikelompokkan dalam masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF)
sesuai dengan profesi dan keahliannya.
(2). Pengelompokan anggota SMF berdasarkan bidang spesialisasi medik yang ada di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol. dengan ketentuan :
Pasal 44
Ketua SMF
(1) Pemilihan Calon Ketua SMF dilakukan dalam rapat pleno SMF dengan prosedur yang
telah ditetapkan oleh Komite Medik.
(2) Ketua SMF yang terpilih disyahkan oleh Direktur Utama atas persetujuan Komite Medik.
(3) Tugas Ketua SMF adalah mengkoordinasikan semua kegiatan anggota SMF
Pasal 45
Sekretaris
(1) Sekretaris dipilih oleh Ketua SMF dari anggota tetap SMF.
(2) Sekretaris SMF bertugas membantu Ketua SMF dalam menjalankan operasionalnya.
Pasal 46
(1) Turut menyusun Standar Prosedur Operasional Pelayanan Medis yang terdiri dari :
a. Standar Prosedur Operasional Pelayanan Medis bidang keilmuan yang terdiri dari
Standar Pelayanan Medis dan Standar Prosedur Operasional di bawah koordinasi
Komite Medik;
b. Standar Prosedur Operasional bidang administrasi/manajerial yang meliputi
pengaturan tugas rawat jalan, rawat inap, pengaturan tugas jaga, rawat intensif,
pengaturan tugas di kamar operasi, kamar bersalin, dan lain sebagainya, pengaturan
visite/ronde, pertemuan klinik, presentasi kasus (kasus kematian, kasus langka, kasus
sulit, kasus penyakit tertentu), prosedur konsultasi dan lain – lain di bawah koordinasi
Direktur Pelayanan.
(2) Turut menyusun indikator kinerja mutu klinis/mutu pelayanan medis yang meliputi
indikator output atau outcome.
(3) Memberikan pelayanan Medik kepada penderita sesuai dengan standar pelayanan medik
yang telah ditentukan oleh SMF dan disahkan oleh Direktur Utama, dan menghormati hak
pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada peserta didik yang ada dalam program SMF
dan Rumah Sakit.
(5) Menjaga nama baik profesi, Rumah Sakit dan teman sejawat
Pasal 47
(1) Menyelesaikan resume medis setelah Pasien pulang dalam tempo 3 x 24 jam hari kerja.
(2) Membuat rekam Medis
(3) Memberikan Informasi Medis
(4) Menjaga Rahasia Medis
(5) Anggota SMF yang bertugas di unit pelayanan yang digunakan dalam proses pendidikan,
bertanggung jawab atas pelayanan medis di unit pelayanan tersebut (koreksi)
Pasal 48
Pasal 49
(1). Kriteria dan syarat-syarat penugasan setiap staf medis ditetapkan oleh Pejabat Pengelola
setelah disepakati oleh Komite Medik, dan akan disampaikan kepada setiap tenaga medis
yang menghendaki penugasan klinis di rumah sakit.
(3). Tenaga medis yang telah mendapat penugasan klinis dirumah sakit dapat berstatus sebagai
dokter tetap atau tidak tetap.
(4). Jangka waktu penugasan tenaga medis adalah 5 tahun, kecuali ditetapkan lain oleh Pejabat
Pengelola dengan memperhatikan kondisi yang akan menyebabkan penugasan dirumah
sakit akan berakhir sebagai berikut apabila:
a. Ijin praktek yang bersangkutan sudah tidak berlaku sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang ada, atau
b. Kondisi fisik atau mental tenaga medis yang bersangkutan tidak mampu lagi melakukan
medis secara menetap, atau
c. Tenaga medis tidak memenuhi ketentuan dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam
kontrak, atau
d. Tenaga medis ditetapkan telah melakukan tindakan yang tidak profesional, kelainan,
atau perilaku meyimpang lainnya sebagaimana ditetapkan oleh Komite Medis, atau
e. Tenaga medis diberhentikan oleh Pejabat Pengelola karena yang bersangkutan
mengakhiri kontrak dengan rumah sakit setelah mengajukan pemberitahuan
sebelumnya.
(5). Penugasan klinis di rumah sakit pada seorang tenaga medis hanya dapat ditetapkan bila
yang bersangkutan menyetujui syarat-syarat sebagai berikut :
a. Memenuhi syarat memiliki STR dan SIP sebagai tenaga medis berdasarkan peraturan
perundang-undangan kesehatan yang berlaku dan ketentuan lain sebagaimana
ditetapkan dalam statuta ini.
b. Menangani pasien dalam batas-batas sebagaimana ditetapkan oleh Pejabat Pengelola
setelah mempertimbangkan daya dukung fasilitas rumah sakit, dan bila diperlukan
rekomendasi dari komite kredensial.
c. Mencatat segala tindakan yang di perlukan untuk menjamin agar rekam medis tiap
pasien yang ditanganinya di rumah sakit terpelihara dengan baik dan rekam medis
dilengkapi dalam waktu yang wajar.
d. Memperhatikan segala permintaan rumah sakit yang dianggap wajar sehubungan
dengan tindakan di rumah sakit dengan mengacu pada ketentuan pelayanan yang
berlaku di rumah sakit.
e. Mematuhi etika kedokteran yang berlaku di Indonesia ,baik yang berkaitan dengan
kewajiban terhadap masyarakat pasien, teman sejawat dan diri sendiri.
f. Memperhatikan syarat-syarat umum praktek klinis yang berlaku di rumah sakit.
Pasal 50
Pasal 51
BAB VIII
Pasal 52
Pasal 54
Staf Medis Fungsional (SMF) diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama dengan
persetujuan Tim Pengawas setelah mendapat rekomendasi Komite Medik, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang–undangan dan peraturan kebijakan yang berlaku serta Peraturan
Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws/Statuta) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
Pasal 55
(1) Apabila seorang anggota SMF dengan alasan tertentu pindah/ cuti diluar tanggungan
negara sehingga tidak bisa menjalankan tugas sebagai anggota SMF, dan yang
bersangkutan akan kembali menjadi anggota SMF maka diharuskan untuk mendaftar ulang
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(2) Bagi anggota SMF yang pensiun bila ingin bekerja kembali di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Buol, maka 6 (enam) bulan sebelum Surat Keputusan pensiun keluar yang
bersangkutan diharuskan untuk mengajukan permohonan untuk bekerja di Rumah Sakit
tersebut sebagai dokter tidak tetap.
Pasal 56
Tenaga Medik anggota Staf Medik Fungsional di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
dapat diberhentikan keanggotaannya oleh Direktur Utama bila:
1. Meninggal dunia.
2. Memasuki masa pensiun
3. Pindah tugas dari lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
4. Telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap Etik Professional, Disiplin di Rumah Sakit
dan sesuai peraturan yang berlaku
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
Masa berlaku
Keanggotaan berlaku sejak keputusan Direktur dikeluarkan sampai seluruh hak klinik anggota
dicabut sesuai dengan kategori keanggotaannya.
KEWENANGAN KLINIS
(CLINICAL PREVILEGES)
Pasal 61
Hak Klinik
(1) Hak Klinik adalah kewenangan dari anggota SMF untuk melaksanakan pelayanan Medik
sesuai dengan profesi dan keahliannya di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
(2) Hak Klinik diberikan oleh Direktur Utama atas Rekomendasi Komite Medik / Sub Komite
Kredensial , sesuai dengan prosedur penerimaan anggota SMF.
(3) Hak Klinik diberikan kepada seorang anggota SMF untuk jangka waktu 5 tahun bagi yang
memiliki STR dan SIP dan sepanjang masa tugas yang diberikan.
(4) Pemberian Hak Klinik ulang dapat diberikan setelah yang bersangkutan mendapat
resertifikasi dari organisasi profesi.
(5) Bagi tenaga medis yang memperoleh penugasan tertentu sesuai aturan yang berlaku
diberikan hak klinis sesuai masa penugasan.
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
BAB X
Pasal 66
Kerahasian Pasien
(1). Pengungkapan kerahasian pasien dimungkinkan pada keadaan :
a. Atas ijin / otorisasi pasien.
b. Menjalankan undang-undang (Pasal 50 KUHP ”Barang siapa melakukan perbuatan untuk
menjalankan peraturan undang-undang tidak boleh dihukum”).
c. Perintah jabatan (Pasal 51 KUHP ayat (1) ”Barang siapa melakukan perbuatan untuk
menjalankan perintah jabatan yang diberikan oleh kuasa yang berhak akan itu, tidak
boleh dihukum”).
d. Bela diri (Pasal 49 KUHP ayat (1) ”Barang siapa melakukan perbuatan, yang terpaksa
dilakukannya untuk mempertahankan dirinya atau diri orang lain, mempertahankan
kehormatan atau harta benda sendiri atau kepunyaan orang lain, dari pada serangan yang
melawan hak dan mengancam dengan segera pada saat itu juga, tidak boleh dihukum”).
e. Daya paksa (Pasal 48 KUHP ”Barang siapa melakukan perbuatan karena terpaksa oleh
sesuatu kekuasaan yang tak dapat dihindarkan tidak boleh dihukum”)
f. Pendidikan dan penelitian untuk kepentingan Negara.
Pasal 67
Informasi Medis
(1). Hak-hak pasien yang dimaksud adalah hak-hak pasien sebagaimana yang terdapat didalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI
(2). Informasi medis yang harus diungkapkan dengan jujur dan benar adalah mengenai :
Pasal 69
BAB XI
PENGELOLAAN
Pasal 71
Pengeloaan Pendapatan
(1) Pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol bersumber dari :
a. APBD;
b. APBN
c. Jasa Layanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol;
d. Hibah;
e. Hasil kerjasama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol dengan pihak ketiga; dan
f. Pendapatan lain Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol yang sah.
(2) Pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol yang bersumber dari APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah pendapatan yang berasal dari
otorisasi kredit anggaran pemerintah daerah bukan dari kegiatan pembiayaan APBD.
(3) Pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol yang bersumber dari jasa
layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah imbalan yang diperoleh dari
layanan yang diberikan.
(4) Pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol yang bersumber dari hibah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berupa hibah terikat dan hibah tak
terikat.
(5) Hibah terikat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah pendapatan yang diperoleh
dari masyarakat atau badan lainnya yang diperlakukan sesuai peruntukan dan dapat
ditunjukan untuk membiayai kegiatan operasional, aset tetap, investasi keuangan
(endowment fund) atau pembebasan kewajiban, tergantung tujuan pemberi hibah.
(6) Hasil kerjasama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d, dapat
berupa perolehan dari kerjasama operasional, sewa menyewa dan usaha lainnya yang
tidak berhubungan langsung dengan tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Buol
(7) Pendapatan lain Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol yang sah sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf e, antara lain :
a. Hasil penjualan kekayaan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol yang tidak
dipisahkan;
b. Hasil pemanfaatan kekayaan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol;
c. Jasa giro;
d. Pendapatan bunga;
e. Tuntutan ganti rugi;
f. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
g. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan /atau
pengadaan barang dan/ atau jasa oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
Pasal 72
2. Gaji
3. Pajak Penghasilan:
Besarnya honorarium yang diterima Pihak Kedua sebagaimana disebut pada ayat 1 diatas
akan selalu diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan Pihak Kedua atas penerimaan
honorarium dimaksud sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Pasal 73
Berhalangan Hadir
(1) Apabila Dokter Spesialis atau Dokter Umum/Gigi yang karena sesuatu sebab tidak bisa atau
berhalangan masuk kerja harusmemberitahukan kepada Direktur secara tertulis, sebaiknya 2
hari sebelumnya kecuali dalam keadaan mendadak cukup secara lisan..
(2) Apabila Apabila Dokter Spesialis atau Dokter Umum/Gigi tidak berada di tempat (keluar
kota/daerah), maka harus ditunjuk salahsatu dokter spesialis sebidang dengan prioritas
dokter spesialis purnawaktu, atau mendekati atau dokter spesialis sebidang tidak ada dan
mempunyai ikatan kerja dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol sebagai
pengganti serta diketahui oleh Direktur RSUD Kabupaten Buol.
(3) Apabila Apabila Dokter Spesialis atau Dokter Umum/Gigi tidak hadir tanpa alasan apapun
maka berlaku pemotongan insentif dengan perhitungan sebagai berikut :
Pasal 74
Remunerasi
(1) Prinsip remunerasi diberikan sebagai bentuk penghargaan kepada seluruh karyawan atas
prestasi, dedikasi, loyalitas dan terpuji dalam aktifitas sesuai dengan tingkat
profesionalisme dan resiko yang harus diemban dalam rangka menjamin keselamatan
pemberi pelayanan pasien dan lingkungan kerja.
(2) Pemberian diberikan berdasarkan nilai komulatif kerja yang ditetapkan berdasarkan
kesepakatan seluruh Stakeholder dengan Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Buol dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Proporsi besaran yang ditetapkan didasarkan alokasi yang disekapati dengan
menjaga harmonisasi untuk mempertahankan mutu pelayanan, operasional dan
pemeliharaan serta investasi jangka pendek.
b. Sumber daya dikelola dalam satu Pos, setiap bulan diberikan tanggal 10 dengan
norma yang dipakai meliputi :
1 Plafon minimum yang harus dipenuhi oleh masing-masing profesi dengan syarat
mengikuti paramater yang ditetapkan
(3) Pengaturan lebih lanjut ditetapkan dengan Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Buol
Pasal 75
Besaran Remunerasi
(1) Direksi, Dewan Penyantun dan pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
mendapatkan remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan
profesionalisme yang diperlukan.
(2) Besaran remunerasi sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan imbalan kerja yang dapat
berupa gaji, honorarium, tunjangan tetap, insentif, bonus atas prestasi, pesangon dan atau
pensiun.
(3) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan kepada Sekretaris
Dewan Penyantun.
Pasal 76
Faktor-Faktor Penggajian
Besaran gaji Direksi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol ditetapkan dengan
mempertimbangkan faktor–faktor sebagai berikut :
1. Proporsionalitas, yaitu pertimbangan atas ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol serta tingkat pelayanan;
4. Kinerja operasional Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol yang ditetapkan oleh
Pemilik mempertimbangkan indikator keuangan, pelayanan mutu dan manfaat bagi
masyarakat.
Pasal 77
Honorarium
a. Honorarium Ketua Dewan Penyantun sebesar 40 % (empat puluh persen) dan gaji Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
b. Honorarium anggota Dewan Penyantun sebesar 36 % (tiga puluh persen) dan gaji Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
c. Honorarium Sekretaris Dewan Penyantun sebesar 15 % (lima belas persen) dari gaji
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
Pasal 78
Pendapatan Lain
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol dapat memberikan tunjangan tetap, insentif,
bonus atau prestasi, pesangon dan atau pensiun kepada Direksi, Dewan Pengawas dan pegawai
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol, dengan memperhatikan kemampuan pendapatan
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
Pasal 79
(1) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol menerapkan sistem informasi manajemen
keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat.
(2) Setiap transaksi keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol harus diakutansikan
dan dokumen pendukungnya dikelola secara tertib.
Pasal 80
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol menyelenggarakan akutansi dan laporan
keuangan berbasis akrual sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan
oleh Asosiasi Profesi Akuntansi Indonesia.
Pasal 81
(1) Prosedur akuntansi pengeluaran kas meliputi serangkai proses manual dan/atau
komputerisasi mulai dari pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan keuangan yang
berkaitan dengan pengeluaran kas
(2) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas/bank
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bersumber dari mengikuti peraturan yang
berlaku.
(4) Bukti transaksi pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bernomor urut
tercetak.
(5) Buku yang digunakan untuk mencatat prosedur akutansi penerimaan kas/bank
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup :
a. Buku jurnal pengeluaran kas/bank.
(6) Secara periodik buku jurnal pengeluaran kas ditutup dan diposting ke Buku besar sesuai
dengan rekening yang terkait .
(7) Setiap akhir periode semua rekening dalam buku besar ditutup sebagai dasar menyusun
neraca saldo.
Pasal 82
Laporan Keuangan
(1) Laporan keuangan intern Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol meliputi :
(2) Laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Buol dikonsolidasikan dalam laporan keuangan Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Buol
(3) Lembar muka laporan keuangan unit-unit pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dimuat sebagai lampiran laporan keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buol
(4) Laporan keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari laporan pertanggung jawaban keuangan SKPD/ Pemilik.
(5) Laporan keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol sebagaimana
pertanggung jawaban dana berupa laporan realisasi anggaran, laporan kinerja
operasional, laporan keadaan kas, laporan pencapaian target RBA Definitif sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB XII
TUNTUTAN UMUM
Pasal 83
(1) Dalam hal warga Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol dituntut berkaitan dengan
hukum pidana, maka itu didasarkan pada tuntutannya .
(2) Apabila tuntutan yang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan dengan institusi , maka
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol bertanggung jawab selama kesalahan yang
dilakukan masih mengikuti aturan / SOP.
(3) Apabila tuntutan yang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan dengan individu,
maka Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol tidak bertanggung jawab selama
kesalahan yang dilakukan tidak mengikuti aturan/ SOP yang diberlakukan .
BAB XIII
KETENTUAN LAIN
Pasal 84
(1) Struktur, nama, jumlah, dan fungsi satuan organisasi fungsional lain yang tidak tercantum
di dalam Hospital Bylaws ini ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Buol sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
(2) Perubahan terhadap struktur, nama, jumlah dan fungsi satuan organisasi fungsional di
lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol ditetapkan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Buol sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
BAB XIV
(1) Dewan Pengawas berhak merubah melalui rapat khusus yang diselenggarakan untuk itu
dan diajukan dan ditetapkan Pemerintah.
(2) Usulan untuk merubah Hospital Bylaws ini hanya dapat dilaksanakan bila pemberitahuan
tertulis untuk maksud tersebut telah disampaikan kepada setiap anggota Dewan Pengawas
paling lambat tiga puluh hari kalender sebelumnya.
BAB XV
KETENTUAN P E N U T U P
Pasal 86
1. Dengan berlakunya Hospital Bylaws ini maka segala Peraturan yang mengatur tentang hal
yang sama dan sederajat yang bertentangan dengan ketentuan ini dinyatakan tidak berlaku.
2. Hospital Bylaws Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
DITETAPKAN DI :
PADA TANGGAL :
Diundangkan di Buol
Pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BUOL
BAB VI
NAMA DAN TUJUAN
Pasal 40
Nama
(1) Nama kelompok Dokter dan Dokter Spesialis serta Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis
yang berhak memberikan pelayanan medik di rumah sakit ini adalah Staf Medik
Fungsional (SMF) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol.
(2) Pengelompokan anggota SMF adalah berdasarkan keahlian dan/atau spesialisasi yang ada
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol.
(7) Untuk Kelompok Dokter Umum, masuk dalam SMF Dokter Umum dan untuk Kelompok
Dokter Gigi dan Dokter Gigi Speasialis masuk dalam SMF Gigi.
(8) Untuk Kelompok Dokter Spesialis, masuk dalam SMF sesuai dengan bidang
spesialisasinya.
(9) Untuk Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) masuk dalam SMF sesuai
dengan spesialisasi yang sedang diikuti, sebagai anggota tidak tetap.
(10) Nama wadah profesional medis yang keanggotaannya berasal dari Ketua-ketua Staf Medis
Fungsional dan/atau yang mewakili SMF secara tetap adalah Komite Medik Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Buol.
Pasal 41
Tujuan dari pengorganisasian Staf Medis Fungsional (SMF) adalah agar Staf Medis di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol. dapat lebih mengutamakan terhadap kebutuhan pasien,
sehingga menghasilkan pelayanan medis yang berkualitas dan bertanggung jawab.
Pasal 42
Secara administratif manajerial, Staf Medis Fungsional (SMF) berada di bawah Direksi Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol., tetapi secara fungsional sebagai profesi, anggota Staf
Medis Fungsional (SMF) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Komite Medik melalui
Ketua SMF.
BAB VII
Pasal 43
Struktur Organisasi
(1). Anggota SMF dikelompokkan dalam masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF)
sesuai dengan profesi dan keahliannya.
(2). Pengelompokan anggota SMF berdasarkan bidang spesialisasi medik yang ada di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol. dengan ketentuan :
Pasal 44
Ketua SMF
(4) Pemilihan Calon Ketua SMF dilakukan dalam rapat pleno SMF dengan prosedur yang
telah ditetapkan oleh Komite Medik.
(5) Ketua SMF yang terpilih disyahkan oleh Direktur Utama atas persetujuan Komite Medik.
(6) Tugas Ketua SMF adalah mengkoordinasikan semua kegiatan anggota SMF
Pasal 45
Sekretaris
(3) Sekretaris dipilih oleh Ketua SMF dari anggota tetap SMF.
(4) Sekretaris SMF bertugas membantu Ketua SMF dalam menjalankan operasionalnya.
Pasal 46
Tugas Staf Medis Fungsional
(1) Turut menyusun Standar Prosedur Operasional Pelayanan Medis yang terdiri dari :
c. Standar Prosedur Operasional Pelayanan Medis bidang keilmuan yang terdiri dari
Standar Pelayanan Medis dan Standar Prosedur Operasional di bawah koordinasi
Komite Medik;
d. Standar Prosedur Operasional bidang administrasi/manajerial yang meliputi
pengaturan tugas rawat jalan, rawat inap, pengaturan tugas jaga, rawat intensif,
pengaturan tugas di kamar operasi, kamar bersalin, dan lain sebagainya, pengaturan
visite/ronde, pertemuan klinik, presentasi kasus (kasus kematian, kasus langka, kasus
sulit, kasus penyakit tertentu), prosedur konsultasi dan lain – lain di bawah koordinasi
Direktur Pelayanan.
(6) Turut menyusun indikator kinerja mutu klinis/mutu pelayanan medis yang meliputi
indikator output atau outcome.
(7) Memberikan pelayanan Medik kepada penderita sesuai dengan standar pelayanan medik
yang telah ditentukan oleh SMF dan disahkan oleh Direktur Utama, dan menghormati hak
pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(8) Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada peserta didik yang ada dalam program SMF
dan Rumah Sakit.
(9) Menjaga nama baik profesi, Rumah Sakit dan teman sejawat
Pasal 47
Tanggung Jawab Staf Medis Fungsional
(6) Menyelesaikan resume medis setelah Pasien pulang dalam tempo 3 x 24 jam hari kerja.
(7) Membuat rekam Medis
(8) Memberikan Informasi Medis
(9) Menjaga Rahasia Medis
(10) Anggota SMF yang bertugas di unit pelayanan yang digunakan dalam proses pendidikan,
bertanggung jawab atas pelayanan medis di unit pelayanan tersebut (koreksi)
Pasal 48
Kewajiban Staf Medis Fungsional
(15) Mentaati Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staf Bylaws).
(16) Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.
(17) Mengindahkan kode etik Kedokteran Indonesia dan Etika Rumah Sakit Indonesia.
(18) Mempunyai surat ijin praktek di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
(19) Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan Standar Operasional
Presedur serta kebutuhan medis pasien.
(20) Mematuhi kebijakan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol tentang penggunaan
obat dan formularium RS, Informed Consent dan Rekam Medis Rumah Sakit
(21) Merujuk ke staf medis yang mempunyai kemampuan/ keahlian yang lebih
(22) baik apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan atau pengobatan.
(23) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia.
(24) Melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
yang bertugas dan mampu melakukannya.
(25) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya secara terus menerus dengan ikut serta
secara aktif dalam program pendidikan, pelatihan, dan penelitian yang berkesinambungan
dan program-program pengembangan medik lainnya yang diatur SMF dan Rumah Sakit.
(26) Membangun dan membina kerjasama yang baik dengan sesama sejawat anggota SMF,
paramedis dan pegawai rumah sakit lain demi kelancaran pelayanan medik.
(27) Bersedia ikut dalam Sub Komite/Panitia di Komite Medik dan Rumah Sakit.
(28) Ikut dan aktif pada penelitian yang diprogram oleh SMF dan Rumah Sakit.
Pasal 49
Penugasan Staf Medis Fungsional (SMF)
(1). Kriteria dan syarat-syarat penugasan setiap staf medis ditetapkan oleh Pejabat Pengelola
setelah disepakati oleh Komite Medik, dan akan disampaikan kepada setiap tenaga medis
yang menghendaki penugasan klinis di rumah sakit.
(3). Tenaga medis yang telah mendapat penugasan klinis dirumah sakit dapat berstatus sebagai
dokter tetap atau tidak tetap.
(4). Jangka waktu penugasan tenaga medis adalah 5 tahun, kecuali ditetapkan lain oleh Pejabat
Pengelola dengan memperhatikan kondisi yang akan menyebabkan penugasan dirumah
sakit akan berakhir sebagai berikut apabila:
f. Ijin praktek yang bersangkutan sudah tidak berlaku sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang ada, atau
g. Kondisi fisik atau mental tenaga medis yang bersangkutan tidak mampu lagi melakukan
medis secara menetap, atau
h. Tenaga medis tidak memenuhi ketentuan dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam
kontrak, atau
i. Tenaga medis ditetapkan telah melakukan tindakan yang tidak profesional, kelainan,
atau perilaku meyimpang lainnya sebagaimana ditetapkan oleh Komite Medis, atau
j. Tenaga medis diberhentikan oleh Pejabat Pengelola karena yang bersangkutan
mengakhiri kontrak dengan rumah sakit setelah mengajukan pemberitahuan
sebelumnya.
(5). Penugasan klinis di rumah sakit pada seorang tenaga medis hanya dapat ditetapkan bila
yang bersangkutan menyetujui syarat-syarat sebagai berikut :
g. Memenuhi syarat memiliki STR dan SIP sebagai tenaga medis berdasarkan peraturan
perundang-undangan kesehatan yang berlaku dan ketentuan lain sebagaimana
ditetapkan dalam statuta ini.
h. Menangani pasien dalam batas-batas sebagaimana ditetapkan oleh Pejabat Pengelola
setelah mempertimbangkan daya dukung fasilitas rumah sakit, dan bila diperlukan
rekomendasi dari komite kredensial.
i. Mencatat segala tindakan yang di perlukan untuk menjamin agar rekam medis tiap
pasien yang ditanganinya di rumah sakit terpelihara dengan baik dan rekam medis
dilengkapi dalam waktu yang wajar.
j. Memperhatikan segala permintaan rumah sakit yang dianggap wajar sehubungan
dengan tindakan di rumah sakit dengan mengacu pada ketentuan pelayanan yang
berlaku di rumah sakit.
k. Mematuhi etika kedokteran yang berlaku di Indonesia ,baik yang berkaitan dengan
kewajiban terhadap masyarakat pasien, teman sejawat dan diri sendiri.
l. Memperhatikan syarat-syarat umum praktek klinis yang berlaku di rumah sakit.
Pasal 50
Kewenangan Staf Medis Fungsional
Pasal 51
Rapat Staf Medis Fungsional
(6) Rapat Staf Medis Fungsional diselenggarakan sekurang–kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
(7) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibicarakan hal–hal yang berhubungan
dengan Staf Medis Fungsional sesuai dengan tugas, kewenangan dan kewajibannya.
(8) Keputusan Staf Medis Fungsional diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(9) Dalam hal tidak tercapai kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak.
(10) Untuk setiap rapat dibuat daftar hadir dan risalah rapat oleh Sekretaris Staf Medis
Fungsional selaku Notulis.
BAB VIII
Pasal 52
Pasal 53
Pasal 54
Pengangkatan Staf Medis Fungsional (SMF)
Staf Medis Fungsional (SMF) diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama dengan
persetujuan Tim Pengawas setelah mendapat rekomendasi Komite Medik, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang–undangan dan peraturan kebijakan yang berlaku serta Peraturan
Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws/Statuta) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
Pasal 55
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
Kategori keanggotaan SMF
Anggota SMF Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol terdiri dari :
3. Anggota tetap SMF, adalah dokter tetap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
4. Anggota tidak tetap SMF adalah dokter tidak tetap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buol
Pasal 60
Masa berlaku
Keanggotaan berlaku sejak keputusan Direktur dikeluarkan sampai seluruh hak klinik anggota
dicabut sesuai dengan kategori keanggotaannya.
KEWENANGAN KLINIS
(CLINICAL PREVILEGES)
Pasal 61
Hak Klinik
(6) Hak Klinik adalah kewenangan dari anggota SMF untuk melaksanakan pelayanan Medik
sesuai dengan profesi dan keahliannya di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
(7) Hak Klinik diberikan oleh Direktur Utama atas Rekomendasi Komite Medik / Sub Komite
Kredensial , sesuai dengan prosedur penerimaan anggota SMF.
(8) Hak Klinik diberikan kepada seorang anggota SMF untuk jangka waktu 5 tahun bagi yang
memiliki STR dan SIP dan sepanjang masa tugas yang diberikan.
(9) Pemberian Hak Klinik ulang dapat diberikan setelah yang bersangkutan mendapat
resertifikasi dari organisasi profesi.
(10) Bagi tenaga medis yang memperoleh penugasan tertentu sesuai aturan yang berlaku
diberikan hak klinis sesuai masa penugasan.
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
BAB X
Pasal 66
Kerahasian Pasien
(1). Pengungkapan kerahasian pasien dimungkinkan pada keadaan :
g. Atas ijin / otorisasi pasien.
h. Menjalankan undang-undang (Pasal 50 KUHP ”Barang siapa melakukan perbuatan untuk
menjalankan peraturan undang-undang tidak boleh dihukum”).
i. Perintah jabatan (Pasal 51 KUHP ayat (1) ”Barang siapa melakukan perbuatan untuk
menjalankan perintah jabatan yang diberikan oleh kuasa yang berhak akan itu, tidak
boleh dihukum”).
j. Bela diri (Pasal 49 KUHP ayat (1) ”Barang siapa melakukan perbuatan, yang terpaksa
dilakukannya untuk mempertahankan dirinya atau diri orang lain, mempertahankan
kehormatan atau harta benda sendiri atau kepunyaan orang lain, dari pada serangan yang
melawan hak dan mengancam dengan segera pada saat itu juga, tidak boleh dihukum”).
k. Daya paksa (Pasal 48 KUHP ”Barang siapa melakukan perbuatan karena terpaksa oleh
sesuatu kekuasaan yang tak dapat dihindarkan tidak boleh dihukum”)
l. Pendidikan dan penelitian untuk kepentingan Negara.
Pasal 67
Informasi Medis
(1). Hak-hak pasien yang dimaksud adalah hak-hak pasien sebagaimana yang terdapat didalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI
(2). Informasi medis yang harus diungkapkan dengan jujur dan benar adalah mengenai :
Pasal 68
Pasal 69
Pasal 70