MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
18. Komite mutu adalah panitia yang beranggotakan kelompok fungsional medis, paramedis dan
fungsional lainnya yang mempunya tugas sebagai berikut :
a. rnenyusun strategi peningkatan mutu termasuk peningkatan mutu layanan rumah
sakit, keselamatan pasien rumah sakit, PPI, farmasi dan terapi, K3 RS, kesling
dan pemulasaran jenazah serta rekarn medik)
b. menyusun program kerja komite mutu bersama sub komite;
c. menyusun kebijakan, pedoman, panduan, dan prosedur terkait program kerja
kornite mutu bersama sub. komite;
d. rnelaksanakan sosialisasi program, kebijakan, pedoman, panduan dan prosedur
bersama sub komite;
e. menelaah usulan rencana kerja pengembangan m-utu mengacu program kerja
komite mutu yang diusulkan dari sub komite mutu layanan RS, sub komite
keselamatan pasien, sub komite K3, kesling dan pemulasaraan jenazah, sub komite
PPI, sub komite farmasi dan terapi dan sub komite rekam medik;
f. menelaah usulan RBA pengembangan mutu mengacu program peningkatan
mutu layanan rumah sakit dan keselamatan pasien (K3, kesling dan pemulasaraan
jenazah, PPI, farmasi dan terapi serta rekam medik);
g. melaksanakan koordinasi dengan komite mutu, sub komite keselamatan pasien, sub
komite K3, kesling dan pemulasaraan jenazah, sub komite PPI, sub komite
farmasi dan terapi dan sub komite rekarn medik RS Erba;
h. melaksanakan pembinaan dan penyelenggaraan program
kerja masing-masing sub komite;
i. melaksanakan koordinasi dengan komite medik, komite
keperawatan dan bagian lain yang terkait dalam penyelenggaraan mutu
layanan, keselamatan, PPI, farmasi dan terapi dan rekam medik di RS Erba;
j. menganalisabasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan mutu layanan,
keselamatan, PPI, farmasi dan terapi dan rekam medik dari masing-masing
instalasi terkait;
k. melakukan upaya perbaikan mutu layanan secara
berkelanjutan di RS Erba melalui pendekatan di Rumah Sakit melalui pendekatan
sistem dan siklus P-D-C-A (Plan, Do, Controlling dan Actuating) be
serta mendokumentasi bukti perbaikan tersebut;
l. memberikan informasi ke setiap unit kerja terkait hasil
analisis dari mutu layanan, keselamatan, PPI, farmasi dan terapi dan rekam medik
masing-masing unit kerja terkait;
m. memberikan masukan / rekomendasi kepada Direktur
mengenai mutu layanan rumah sakit, keselamatan pasien, PPI, farmasi
•dan terapi dan rekam medik di RS Erba;
n. melakukan monitoring dan evaluasi serta bertanggung
jawab terhadap sarana prasarana yang meliputi gedung, listrik, air, peralatan
medik dan non medik serta sarana penunjang lain di unit kerjanya;
o. melakukan koordinasi dengan unit terkait untuk
perbaikan dan perawatan sarana dan prasarana di lingkungan unit kerjanya;
p. bertanggung jawab terhadap kebersihan, keindahan,
keamanan dan kenyamanan di lingkungan unit kerjanya;
2) Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Komite KPRS) adalah sub
komite yang bertugassebagai berikut :
• menyusun program keselamatan pasien RS Erba dan berkoordinasi dengan sub
komite lain di komite mutu bes&ata seluruh unit terkait;
• menyusun program budaya keselamatan pasien RS Erba berkoordinasi dengan
seluruh unit terkait;
• menyusun kebijakan, pedoman, panduan dan prosedur terkait program
keselamatan pasien di RS Eta;
• melaksanakan sosialisasi program, kebijakan, pedoman, panduan dan
prosedur terkait keselamatan pasien di RS Erba;
• mela_ksanakan koordinasi dengan unit terkait sekaligus melakukan
pembinaan;
• mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip
keselamatan pasien;
• mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) rumah
sakit dalam bidang keselamatan pasien;
• melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap peiaksanaan SPO (Standar
Prosedur Oprasional) dan pedoman pelayanan lainnya terkait keselamatan
pasien;
• melaksanakan pencatatan dan rekapitulasi insiden, kemudian dievaluasi dan
dianalisis bersama dengan tim keselamatan pasien;
• melakukan pemantauan terhadp upaya penyelesaian insiden beserta
mendokumentasikan bukti perbaikan;
• rnelakukan Root Cause Analysis untuk kejadian tidak diharapkan yang
termasuk dalam kategori high dan extreme serta untuk kejadian sentinel;
• mengembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih arnan;
• mendorong terbentuknya budaya keselamatan pasien;
• melaksanakan pemantauan terhadap budaya keselamatan pasien di
RS Erba secara berkala;
• melakukan edukasi ke instalasi dalam rangka peningkatan keselamatan
pasien;
• membuat pelaporan dari setiap kegiatan;
• memberikan masukan dan pertimbangan kepada ketua komite mutu dalam
rangka penagmbilan kebijakan keselamatan pasien dan manajemen resiko;
• melaksanakan tugas lain yang terkait dengan sub sub komite mutu atas
rekomendasi ketua komite mutu.
19. Staf Media Fungsional (SMF) adalah kelompok dokter dan / atau dokter spesialis yang
melakukan pelayanan dan telah disetujui serta diterima sesuai dengan aturan yang
berlaku untuk menjalankan profesi masing-masing di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan.
20. Rapat Rutin Dewan Pengawas adalah rapat terjadwal yang diselenggarakan oleh
Dewan Pengawas yang bukan termasuk rapat tahunan dan rapat khusus.
21. Rapat Tahunan Dewan Pengawas adalah rapat yang diselenggarakan oleh
pemilik atau Dewan Pengawas setiap tahun sekali.
22. Rapat Khusus Dewap Pengawas adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pemilik atau
Dewan Pengawas di luar jadwal rapat rutin untuk mengambil keputusan terhadap hal-
hal yang dianggap khusus.
23. Dokter adalah dokter dan/atau dokter spesialis yang melakukan pelayanan
di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
24. Dokter tetap atau dokter puma waktu adalah dokter dan/atau dokter spesialis
yang sepenuhnya bekerja di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
25. Dokter tamu adalah dokter yang bukan berstatus sebagai
pegawai Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, yaitu dokter
dan/ atau dokter spesialis yang diundang/ditunjuk karena kompetensinya untuk
melakukan atau memberikan pelayanan medis dan tindakan medis di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Provinsi Selatan untuk jangka waktu dan/atau kasus tertentu.
26. Dokter kontrak dan/ atau Dokter Honorer adalah dokter,
baik dokter dan/atau dokter spesialis yang diangkat dengan status tenaga kontrak dan
atau tenaga honorer di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan,
yang ditetapkan dengan keputusan Direktur dengan masa kerja untuk jangka waktu
tertentu.
27. Sub Komite adalah kelompok kerja yang dibentuk oleh
Komite Rumah Sakit yang bertugas untuk mengatasi masalah khusus,
yang ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan.
28. Kewenangan Klinis (Clinical Previlege) adalah hak khusus seorang staf medis untuk
melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk
suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (clinical
appointment).
29. Penugasan Minis (clinical appointment) adalah penugasan Direktur Rurnah Sakit
Ernaldi Bahar kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan
meclis di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan daftar
kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.
30. Kredensial adalah prosep evaluasi terhadap staf medis untuk
menentukar, kelayakan untuk diberikan kewenangan klinis (clinical previledge).
31. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis
yang telah memiliki kewenangan Minis (clinical previlege) untuk menentukan
kelayakan pemberian kewenangan Minis tersebut.
32. Audit medis adalah upaya evaluasi secara professional terhadap mutupelayanan
medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang
dilaksanakan oleh profesmedis.
33. Pendidikan Sistem Magang adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan di Rumah
Sakit Ernaldi Bahar dengan penekanan pada pelaksanaan pelayanan medis dan juga
tenaga administrasi dimana peserta didik didampingi oleh tenaga Minis dan non klinis;
34. Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan
kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesi
medis.
BAB II
NAMA, VISI DAN MISI, NILAI, MOTTO, TUJUAN,
STRATEGI DAN PROGRAM
Bagian Kesatu
Nama, Visi dan Misi, Nilai dan Motto
Pasal 2
(1) Rumah sakit ini adalah Rumah Sakit Ernaldi Bahar milik Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan.
(2) Visi Rumah Sakit Ernalcli Bahar adalah sebagai pusat rujukan pelayanan dan
pendidikan kesehatan jiwa yang prima dan berdaya swing nasional.
(3) Misi Rumah Sakit Ernaldi Bahar adalah :
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan jiwa;
b. Mengembangkan fasilitas pendidikan dan pelatihan kesehatan jiwa.
Pasal 3
(1) Nilai yang menjiwai pelayanan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar adalah nilai-nilai
kebersamaan yang dijunjung tinggi sesuai dengan kesepakatan bersama yaitu :
a. Memberikan pelayanan secara professional;
b. Inovatif;
c. Berperilaku jujur;
d. Menjunjung tinggi kedisiplinan;
e. Selalu bersikap ramah;
f. Menunjukkan rasa empati;
g. Bersikap bijaksana;
h. Menggalang kebersamaan;
i. Mengembangkan kemitraan seluas-luasnya.
(2) Motto Rumah Sakit Ernaldi Bahar yaitu melayani dengan sepenuh hati.
Bagian Kedua
Tujuan, Strategi dan Program
Pasal 4
(1) Rumah Sakit bertujuan untuk melaksanakan upaya kesehatan mulai dari upaya
promotip, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif berdayaguna dan berhasilguna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilakukan secara serasi,
dengan upaya pengobatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.
(2) Strategi Rurnah Sakit Ernaldi Bahar yaitu mengoptimalkan potensi sumber daya
manusia (SDM) yang didukung oleh stake holder serta status sebagai PPK-
BLUD untuk rnemenuhi standar pelayanan yang telah ditentukan sehingga
terwujud pelayanan yang bermutu, prima dan unggul tuna mempertahankan
dan meningkatkan kepercayaan pelanggari (pasien) yang semakin sadar dan mampu
memelihara kesehatan.
(3) Program-program indikatif Rumah Sakit Ernaldi Bahar yaitu sebagai berikut :
a. Program pelayanan kesehatan jiwa dan kesehatan umum;
b. Program rehabilitasi napza;
c. Program pelayanan pemeriksaan kesehatan jiwa(psikotest);
d. Pendidikan dan pelatihan internal dan eksternal.
Bagian Ketiga
Kelas, Alamat dan Logo
Pasal 5
(1) Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan adalah Rumah Sakit Khusus
Jiwa Kelas A.
(2) Alamat Rumah Sakit Ernaldi Bahar yaitu Jalan Tembus Terminal KM.12 Nomor 02
RT.20 RW.04 Kelurahan Alangalang Lebar Kecamatan Alang-alang Lebar
Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.
(3) Logo Rumah Sakit Ernaldi Bahar
singkatan dari Prof.D r Ernaidi Bahar,PhD
- Angka 33 melambangkan zikir 33 kali, untuk
memperkuat tauhid pada Than YME yang diiambangkan
seberkas sinar keemasan.
- Dua hati melambangkan komitmen untuk bersama
mewujudkan visi Rumah Sakit.
- Kupu-kupu melambangkan proses me tamorfosa
dari Rumah Sakit Jiwa rnenjadi RS Jiwa
dengan pelayanan um um di masa depan.
- Hijau suasana hati yang sejuk, damai dan sejahtera.
- Emas optimisme dari suatu harapan Merah keberanian
menghadapi tantangan dan perubahan.
BAB III
KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT,
SERTA KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
Pasal 6
Kedudukan Rumah Sakit
Rumah Sakit Ernaldi Bahar.berkedudukan sebagai Rumah Sakit milik Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan dan merupakan unsur pendukung atas tugas Gubernur di bidang
pelayanan kesehatan.
Pasal 7
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
(1) Tugas Pokok RS Erba adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna
dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan
serta melaksanakan upaya rujukan.
(2) dalam menunaikan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) RS Erba mempunyai
fungsi sebagai berikut
a. Pelaksanaan kegiatan tata usaha, urusan umum perlengkapan, kepegawaian dan
keuangan;
b. Perumusan kebijakan teknis pelayanan kesehatan;
c. Pembinaan kesehatan masyarakat Sumatera Selatan;
d. Penyelenggaraan kegiatan usaha pelayanan kesehatan jiwa, pencegahan,pemulihan,
rehabilitasi, kemasyarakatan dan sistem rujukan.
Pasal 8
Kewenangan dan Tanggung Jawab
Pemerintah Provinsi
(1) Menetapkan peraturan terttang Pola Tata Kelola, Hospital Bylaws dan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit beserta perubahannya;
(2) Mengangkat dan menetapkan Dewan Pengawas sesuai peraturan perundangan yang
berlaku;
(3) Memberhentikan Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku;
(4) Mengesahkan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) yang disetujui oleh Dewan
Pengawas; dan
(5) Memberikan sanksi kepada pegawai yang melanggar ketentuan yang berlaku
dan memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi.
Pasal 9
Tanggung Jawab Pemerintah Provinsi
(1) bertanggung jawab menutup defisit anggaran RS Erba yang bukan karma kesalahan
dalam pengelolaan dan setelah diaudit secara independen;
(2) bertanggung gugat atas terjadinya kerugian pihak lain, termasuk pasien, akibat
kelalaian dan atau kesalahan dalam pengelolaan Rumah Sakit; dan
(3) bertanggung gugat atas terjadinya kerugian pihak lain termasuk pasien, akibat
kelalaian dan atau kesalahan pengelolaan rumah Sakit.
BAB IV
ORGANISASI
Pasal 10
Dewan Pengawas
(1) Gubernur membentuk Dewan Pengawas Rumah Sakit Ernaldi Bahar dengan Keputusan
Gubernur atas usulanDirektur Rumah Sakit Ernaldi Bahar.
(2) Jumlah anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksudpada ayat (1) ditetapkan
sebanyak 3 (tiga) orang atau 5 (lima) orang dan seorang diantara anggota Dewan
Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas.
(3) Pembentukan Dewan Pengawas dan penetapan anggota Dewan Pengawas berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
(1) Dewan Pengawas bertugas melakukan pembinaan danpengawasan terhadap pengelolaan
Rumah Sakit ErnaldiBahar selaku BLUD yang dilakukan Pejabat Pengelola Rumah
Sakit Ernaldi Bahar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
(1) Anggota Dewan Pengawas terdiri dari unsur-unsur :
(2) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan
pengangkatan Pejabat Pengelola Rumah Sakit Ernaldi Bahar.
a. Pejabat SKPD yang berkaitan dengan kegiatan BLUD;
b. Pejabat di lingkungan Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah;
c. Tenaga ahli di bidang BLUD
(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selarna 5 (lima) tahun, dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
(2) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya oleh Gubernur.
(3) Pemberhentian amggota Dewan Pengawas sebelum waktunya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), apabila :
a. Tidak: dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundangan;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD; atau
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak pidana dan/atau kesalahan
yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan atas BLUD.
Pasal 14
(1) Gubernur dapat mengangkat Sekretaris Dewan Pengawas untuk mendukung kelancaran
tugas Dewan Pengawas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bukan merupakan
anggota Dewan Pengawas.
Pasal 15
Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas Dewan Pengawas dan Sekretaris
Dewan Pengawas dibebankan pada Rumah Sakit Ernaldi Bahar selaku BLUD dan dimuat
dalam RBA sesuai ketentuan. perundang-undangan.
Pasal 16
Pejabat Pengelola
Komponen Pejabat Pengelola
Pasal 17
Pengangkatan dan Pemberhentian Pejabat Pengelola
(1) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan pejabat pengelola BLUD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), tetapkan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan
praktek bisnis yang sehat.
(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan kemampuan dan
keahlian yang dimiliki oleh Pejabat Pengelola Rumah Sakit Ernaldi Bahar berupa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan
tugas jabatannya.
(3) Kebutuhan praktek bisnis yang sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan
kepentingan Rumah Sakit Ernaldi Bahar untuk meningkatkan kinerja keuangan dan
non keuangan berdasarkan kaidah-kaidah manajernen yang baik.
(4) Pejabat Pengelola diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur, sesuai
ketentuan peraturan perundangundangan.
(5) Pemimpin Rumah Sakit Ernaldi Bahar bertanggung jawab kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah.
(6) Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis Rumah Sakit Ernaldi Bahar bertanggung jawab
kepada Pemimpin Rumah Sakit Ernaldi Bahar.
(7) Pejabat Pengelola dan Pegawai Rumah Sakit Ernaldi Bahar mempunyai tugas,
kewajiban, dan fungsi sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
(8) Pejabat Pengelola dan Pegawai Rumah Sakit Ernaldi Bahar dari PNS dan/atau Non
PNS yang profesional sesuai dengan kebutuhan.
(9) Pejabat Pengelola dan Pegawai Rumah Sakit Ernaldi Bahar yang berasal dari Non
PNS dapat diperkeijakan secara tetap atau berdasarkan kontrak.
(10) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan
pegawai Rumah Sakit Ernaldi Bahar yang berasal dari PNS disesuaikan dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
(11) Pengangkatan dan pemberhentian Pegawai Rumah Sakit
Ernaldi Bahar yang berasal dari Non PNS dilakukan berdasarkan pada prinsip
efisiensi, ekonomis dan produktif dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan,
serta mempedomami ketentuan peraturan perundang-undangan.
(12) Pemimpin Rumah Sakit Ernaldi Bahar merupakan Pejabat Pengguna Anggaran/Barang
Daerah.
(13) Dalam hal Pemimpin Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagaimana dimaksud pada ayat (12)
berasal dari Non PNS, makes pejabat Keuangan Rumah Sakit Ernaldi Bahar wajib
berasal dari PNS ynag merupakan Pejabat Pengguna Anggaran/Barang Daerah.
(14) Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat Pengelola dan Pegawai Rumah Sakit Ernaldi
Bahar yang berasal dari Non PNS diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Gubernur, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
Direktur
(2) Fungsi representatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah fungsi Kepala
untuk mewakili baik dalam maupun diluar RS Erba, dalam hal :
a. Berkomunikasi dengan pihak luar yang mencakup menerima informasi dari pihak luar
untuk kepentingan dan memberikan informasi tentang rumah sakit kepada pihak luar;
b. Mengadakan, mengembangkan dan mempertahankan hubungan-hubungan dengan pihak
luar dalam rangka mencapai tujuan RS Erba;
c. Melakukan perbuatan perbuatan hukum RS Erba dengan pihak ketiga;
d. Proses peradilan baik untuk kepentingan RS Erba maupun atas gugatan dan tuntutan
pihak lain terhadap RS Erba;
e. Mengikuti kegiatan-kegiatan seremonial dan / atau tugas tugas simbolik yang berkaitan
dengan pihak luar; dan
f. Cerminan nilai-nilai dan citra RS Erba, baik terhadap pihak internal Rumah Sakit
maupun terhadap pihak luar.
(3) Fungsi Manajemen sebagai dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah fungsi direktur
a. Berkomunikasi dengan pihak luar yang mencakup menerima informasi dari pihak luar
untuk kepentingan dan memberikan informasi tentang rumah sakit kepada pihak luar;
b. Mengadakan, mengembangkan dan mempertahankan hubungan-hubungan dengan pihak
luar dalam rangka mencapai tujuan RS Erba;
c. Melakukan perbuatan perbuatan hukum RS Erba dengan pihak ketiga;
d. Proses peradilan baik untuk kepentingan RS Erba maupun atas gugatan dan tuntutan
pihak lain terhadap RS Erba;
e. Mengikuti kegiatan-kegiatan seremonial dan / atau tugas tugas simbolik yang berkaitan
dengan pihak luar; dan
f. Dalam hal Kepala sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e, berasal dari Non PNS,
maka Kepala Sub Bagian Tata Usaha wajib berasal dari PNS yang berfungsi sebagai
pejabat pengguna anggaran/pengguna barang daerah.
(4) Fungsi Kepemimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, adalah fungsi
Direktur untuk mengembangkan arah strategis selain mengembang-kan, mengelola
dan memanfaatkan sumber daya RS Erba untuk mencapai arah strategis yang telah
ditetapkan dengan:
a. Memberikan ketauladanan terhadap pihak internal dalam "pengembangan sikap,
perilaku dan budaya kerja (role model)";
b. Mengembangkan dan menetapkan Visi dan Misi RS Erba meng-komunikasikannya
kepada seluruh jenjang organisasi dan pegawai (inspirator);
c. Mendorong pengembangan visi pribadi dan motivasi pegawai yang sesuai dengan
Visi dan Misi RS Erba (motivator).
(6) Kepala memegang tanggungjawab dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah atas:
a. Tercapainya Tata Kelola yang balk meliputi partisipasi, penegakan hukum transparasi,
kesetaraan, daya tanggap, wawasan ke depan, akuntabilitas, pengawasan, efisien dan
efektifitas serta profesionalitas;
b. Tercapainya pelaksanaan rencana strategi bisnis sesuai dengan waktu yang ditentukan;
c. Kebenaran program kerja, pengendalian, pengawasan dan pelaksanaan serta laporan
kegiatannya;
d. Kelancaran, efektivitas dan efisiensi seluruh kegiatan RS Erba yang diukur dengan tercapainya
indikator kinerja secara menyeluruh;
e. Terwujudnya pengelolaan sumber daya manusia sesuai dengan kompetensi secara
menyeluruh;
f. Terwujudnya keamanan aset dan kerahasiaan dokumen di lingkungan RS Erba sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. Terwujudnya evaluasi dan proses kontrol tepat waktu dan menyeluruh;
h. Terwujudnya tindakan perbaikan terhadap permasalahan layanan dan manajemen secara
menyeluruh;
i. Tercapainya target kepuasan pelanggan; dan
j. Tercapainya target keuangan.
(7) Direktur dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya mempunyai kewenangan sebagai
berikut:
a. Mengusulkan calon pejabat pengelola keuangan dan pejabat teknis kepada Gubernur
sesuai ketentuan ketentuan peraturan perundang -undangan;
b. Menetapkan pejabat lainnya sesuai kebutuhan BLUD selain pejabat yang telah
ditetapkan dengan peraturan perundangan-undangan;
c. Menetapkan kebijakan dan program jangka panjang, menengah, maupun pendek sesuai
dengan kebijakan dan program kesehatan baik tingkat nasional maupun provinsi;
d. Menetapkan peraturan pelaksanaan sebagai dasar pelaksanaan tugas seluruh
pegawai RS Erba;
e. Mengatur pemanfaatan seluruh sumber daya yang tersedia di RS Erba;
f. Menerapkan sistem manajemen dan informasi rumah sakit sesuai dengan situasi dan kondisi
agar dapat mencapai visi, misi dan tujuan RS Erba;
g. Membentuk dan menetapkan satuan-satuan tugas sesuai dengan kebutuhan;
h. Mengambil keputusan dan tindakan atas hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan
RS Erba untuk keperluan di dalara maupun di luar; dan
i. Melakukan pengawasan, penilaian dan pengendalian di seluruh jajaran organisasi RS Erba.
(8) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (7), Direktur dibantu oleh:
a. Wakil Direktur Umum dan Keuangan;
b. Wakil Direktur Medik dan Keperawatan ;
c. Kelompok Jabatan Fungsional;
d. Komi te-komite ; dan
e. Satuan Pengawas Internal (SPI);
Pasal 19
Wakil Direktur Umum dan Keuangan
(1) Wakil Direktur Umum dan Keuangan memegang fungsi sebagai berikut :
a. Penanggung jawab keuangan BLUD.
b. Pejabat pengguna anggaran/barang daerah, apabila Direkturnya berasal dari non PNS,
dengan keharusan bahwa Wakil Direktur Umum dan Keuangan berasal dari PNS.
(2) Wakil Direktur Umum dan Keuangan mempunyai tugas pokok dan kewajiban sebagai
berikut:
a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pengelolaan sumber daya manusia;
b. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pengelolaan kesekretariat-an dan aspek hukum
rumah sakit;
C. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan PPK-I3LUD pada RS Erba;
d. Mengkoordinasikan dan mengendalikan Penyusunan RBA BLUD RS Erba;
e. Menyiapkan DPA-BLUD;
f. Melakukan pengelolaan pendapatan dan biaya;
g. Menyelenggarakan pengelolaan kas;
h. Melakukan pengelolaan utang-piutang;
i. kebijakan pengelolaan barang, aset tetap dan investasi;
j. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pengelolaan sarana dan aset Rumah Sakit;
k. Menyelenggarakan sistim informasi manajernen keuangan;
1. Menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan;
m. Mengkoordinasikan dan mengendalikan implementasi Sistern SIM-RS;
n. Mengkoordinasikan sistem remunerasi yang berkeadilan,
o. Menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidang Diktat clan litbang; dan
p. Mengkoordinasikan kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan
sesuai RBA.
(3) Wakil Direktur Umum dan Keuangan memegang tanggung jawab dan bertanggung jawab
kepada Direktur, atas:
a. Kebenaran pelaksanaan kebijakan SIM-RS, keuangan, akuntansi, rumah tangga,
kesekretariatan, Instalasi Diktat can Litbang
b. Kebenaran rencana kerja bidang keuangan RS Erba;
c. Ketepatan dan kebenaran prosedur kerja bidang keuangan Rumah Sakit;
d. Kelancaran efektifitas dan efisiensi pelayanan keuangan;
e. Ketepatan laporan kegiatan keuangan;
f. Kebenaran dan ketepatan rencana kerja bagian personalia/SDM;
g. Ketepatan dan kebenaran rencana kerja SDM Medis dan Non Medis;
h. Ketepatan dan kebenaran rencana kerja pemasaran;
i. Ketepatan dan kebenaran rencana kerja bagian pengembangan mutu;
j. Ketepatan dan kebenaran rencana kerja organisasi dan tata laksana;
k. Ketepatan dan kebenaran rencana kerja diktat dan litbang;
1. Keobyektifan dan kebenaran nilai SKP atau P2KP Bagian Umum data SDM, Keuangan,
Pengembangan serta Diktat dan Litbang.
(4) Wakil Direktur Umum dan Keuangan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
mempunyai kewenangan sebagai berikut :
a. MenyuStun kebijakan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi untuk disetujui
oleh Direktur;
b. Menerima atau menolak dokumen rencana kerja;
c. Menerima atau menolak dokumen pertanggungjawaban keuangan;
d. Mengizinkan atau menolak permohonan dari stakeholders untuk mengakses
data/informasi rumah sakit baik berkaitan dengan operasional Rumah Sakit maupun
informasi pasien;
e. Melaksanakan kebijakan kepegawaianuntuk ditetapkan oleh Direktur, terutama berkaitan
dengan pembinaan pegawai;
f. Mengusulkan atau menolak pegawai untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
sebelum ditetapkan oleh Direktur;
g. Mengizinkan atau menolak permohonan Institusi pendidikan untuk pemakaian
lahan praktek;
h. Menyusun dan mengusulkan rancangan peraturan
pelaksanaan di lingkungan Wakil Direktur Umum dan Keuangan;
i. Melakukan pengawasan dan pengendalian di lingkungan Wakil Direktur Umum
dan Keuangan; dan
j. Mewakili Direktur sebatas kewenangan yang diberikan,
baik untuk keperluan internal maupun koordinasi dengan instansi di luar RS Erba.
(5) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Wakil Direktur Umum dan
Keuangan dibantu oleh :
a. Bagian Umum dan SDM;
b. Bagian Keuangan; dan
c. Bagian Pengembangan.
Pasal 20
Fungsi. Pendukung dan Penanggung Jawab
Penanggung jawab fungsi pendukung sebagaimana dimaksud ; pada ayat (1), secara teknis
adalah Wakil Direktur Umum clan Keuangan
Wakil Direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melingkupi .fungsi :
a. Pengelolaan administrasi umum yang mcrupakan tugas
pokok pada Bagian Vmum dan SDM;
b. Pengelolaan administrasi keuangan yang merupakan
tugas pokok pada Bagian Keuangan;
c. Pengelolaan perencanaan dan pengembangan RS Erba
merupakan tugas pokok Bagian Pengembangan; dan
d. Pengelolaan penelitian dan pengembangan sumber
daya manusia RS Erba merupakan tugas pokok
Instalasi Diktat dan Litbang.
Pasal 21
Pasal 22
Pengelolaan Administrasi Keuangan
(1) Fungsi pendukung pada aspek pengelolaan administrasi
keuangan sebagaimana. dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf b, merupakan tugas pokok yang
dilaksanakan oleh Bagian Keuangan yang dipimpin oleh Kepala Bagian.
(2) Kepala Bagian Keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), mempunyai tugas membantu dan bertanggung jawab kepada Wakil Direktur
Umum dan Keuangan dalam hal :
a. Mengatur pengendalian penggunaan anggaran serta
mengkoordinasikan penggunaan anggaran;
b. Menyiapkan administrasi keuangan serta meneliti dan
menganalisis keberadaan permintaan keuangan;
c. Mengkoordinasikan kebutuhan mobilitas (Jana,
memantau dana, mengawas dan mengendalikan kegiatan mobilitas dana;
d. Mengkoordinasikan kebutuhan kegiatan akuntansi
keuangan, memanfau, mengawasi dan mengendalikan
kegiatan akuntansi keuangan;
e. Mengkoordinasikan semua kebutuhan, kegiatan
akuntansi manajemen; dan
f. Memeriksa dan meneliti kebenaran permintaan atau
pengeluaran keuangan, serta mengawasi dan
memeriksa bUkti dan dokumen pertanggungjawaban penggunaan atau pengeluaran keuangan.
Pasal 23
Pengembangan Rumah Sakit
(1) Bagian Pengembangan sebagaimana dimaksud pada Pasal
20 ayat (3) huruf c, dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang mempunyai tugas membantu dan
bertanggung jawab kepada Wakil Direktur Umum dan Keuangan dalam hal:
a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh
perencanaan dan pengembangan RS Erba;
b. Penyusunan Perencanaan Anggaran RS Erba;
c. Penyusunan Evaluasi dan Pelaporan; dan
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
-32--
Pasal 24
Wakil Direktur Medik dan Keperawatan
(1) Wakil Direktur Medik dan Keperawatan mempunyai fungsi
sebagai penanggung jawab teknis BLUD dalam pelayanan medik, keperawatan dan Penunjang
Medik, yang dibangun melalui proses:
a. Perencanaan dan pengembangan;
b. Pengkoordinasian peiaksanaan kegiatan;
c. Pembina.an terhadap penyelenggaraan kegiatan; dan
d. Evaluasi
(2) Wakil Direktur Medik Clan Keperawatan mempunyai tugas
pokok dan kewajiban sebagai berikut:
a. Menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidang
pelayanan medik, keperawatan dan penunjang medik;
b. mengkoordinasikankegiatan pelayanan dan
melaksanakan pengawasan pada instalasi, rawat jalan, rawat Map, gawat darurat, perawatan
intensif; dan
c. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di
bidangpya.
(3) Wakil Direktur Medik dan Keperawatan mempunyai
tanggung, jawab dan bertanggung jawab kepada Direktur, atas :
a. Kebenaran rancangan kebijakan pelayanan medik
sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan oleh
menteri kesehatan; .
b. Ketetapan program dan kegiatan pelayanan medik,
keperawatan dan penunjang medik sesuai RAB;
c. Ketetapan tata cara kerja pelayanan medik
keperawatan dan penunjang medik sesuai dengan protap dan peraturan yang terkait;
d. Mutu pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar
pelayanan minimal;
e. Peningkatan kualitas tenaga medis, keperawatan dan
penunjang medik;
-33-
Pasal 26
Bidang Keperawatan
(1) Bidang Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 ayat (5) huruf b, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, mempunyai tugas membantu dan
bertanggung jawab kepada Wakil Direktur Medik dan Keperawatan dalam hal:
a. Mengkoordinasikan semua kebutuhan pelayanan
keperawatan;
b. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan
penggunaan fasilitas, kegiatan pelayanan keperawatan serta pengawasan pengendalian pasien;
-35-
Pasal 27
Penunjang Medik
(1) Bidang Penunjang Medik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (5) huruf c, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, mempunyai tugas membantu
dan bertanggung jawab kepada Wakil Direktur Medik dan Keperawatan dalam hal:
a. Mengkoordinasikan semua kebutuhan pelayanan
penunjang medic;
b. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan
penggunaan fasilitas, kegiatan pelayanan penunjang medik serta pengawasan pengendalian
pasien;
c. Mengendalikan kegiatan-kegiatan pelayanan penunjang
dan menjamin terlaksananya kegiatan peningkatan
mutu berkelanjutan;
d. Pelaksanaan kegiatan kebijakan menejerial tentang
pelayanan instalasi yang berada di bawah Bidang
Penunjang Medik yang dianggap perlu oleh RS Erba;
e. Pelaksanaan kebijakan terhadap pengembangan mutu
berkelanjutan berbasis standar akreditasi; dan
f. Aktivasi pelaksanaan pokja-pokja peningkatan mutu
berkelanjutan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (11 Kepala Bidang Penunjang Medik dibantu oleh masing-masing seorang Kepala Seksi yaitu:
a. Seksi Laboratorium dan Farmasi; dan
b. Seksi Gizi, Sarana ctan. Prasarana.
-36-
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 28
Pembinaan
Pasal 29
Pengawasan
Pasal 30
Pengawas Internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan
a. Keseimbangan antara manfaat dan beban;
b. Kompleksitas manajemen;
c. Volume dan/atau jangkauan pelayanan.
Pasal 31
(11 Internal Auditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
ayat (2),. bersama-sama jajaran manajemen Rumah Sakit Ernaldi Bahar menciptakan dan
meningkatkan pengendalian internal Rumah Sakit Ernaldi Bahar selaku BLUD.
Pasal 32
Pembinaan dan pengawasan terhadap Rumah Sakit Ernaldi Bahar selaku BLVD yang telah
memenuhi persyaratan, selain dilakukan oleh Pejabat Pembina dan Pengawas dapat juga
dibantu oleh )ewan Pengawas sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 33
Pengawasan eksternal terhadap Rumah Sakit Ernaldi Bahar selaku BLVD dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 34
Pembentukan, tugas, fungsi dan kewajiban Komite-komite dan/ atau Organisasi Non Struktural
pada Rumah Sakit Ernaldi Bahar berpedoman pada ketentuan :
a. Undang-undang tentang Rumah Sakit;
b. Peraturan Presiden tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit;
c. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pe nyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit;
d. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Komite Keperawatan
Rumah Sakit.
Pasal 35
Dalam melaksanakan tukasnya, setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Rumah Sakit
Ernaldi Bahar wajib menerapkan prinsip koordinasi, integritas, sinkronisasi dan cros functional
approach secara vertikal dan horizontal, baik di
lingkungannya maupun dengan satuan organisasi lainnya sesuai tugas masing-masing.
-38-
Pasal 36
Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan
bawahan dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannnya.,
Pasal 37
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan
bertanggung jawab kepada atasan serta menyampaikan laporan berkala pada waktunya.
Pasal 38
Setiap laporan yang diterima oleh setiap pimpinan satuan organisasi dari bawahan, wajib
diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan untuk
memberikan petunjuk kepada bawahannya.
Pasal 39
Setiap pejabat/ pimpinan organisasi bawahan wajib
rnenyampaikan laporan berkala kepada pejabatjpin-ipinan atasannya.
Pasal 40
Dalam menyampaikan laporan kepada atasannya, tembusan laporan lengkap dengan semua
lampirannya dapat disampaikan pula kepada satuan organisasi lainnya yang secara fungsional
mempunyai hubungan kerja.
Pasal 41
Dalam rnelaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh pimpinan
satuan organisasi dibawahnya dan pernbirkaan kepada bawahan masing-masing wajib
mengadakan rapat berkala.
Pasal 42
Pejabat Pengelola Rumah Sakir Ernaldi Bahar dalam rangka pengeloaan Rumah Sakit ernladi Bahr
bertangggung jawab kepada Gubernur/Pemerintah Provinsi selaku Pemilik Rumah
Sakit.
-39-
BAB VI
JENIS PELAYANAN, FUNGSI PENYEHATAN LINGKUNGAN
DAN FUNGSI PENDUKUNG
Pasal 43
Jenis Pelayanan
Pasal 44
Pasal 45
(1) Pelayanan Rawat Jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 huruf b meliputi:
a. pelayanan psikiatri anak dan remaja;
b. pelayanan psikiatri dewasa;
c. pelayanan psikiatri forensik;
d. pelayanan Psikogeriatri;
e. pelayanan Gangguan Mental Organik;
f. pelayanan Konseling dan Psikoterapi;
g. pelayanan Psikometri; dan
h. pelayanan tumbuh kembang anak meliputi:
i. terapi wicara;
terapi okupasi domi sensori integrasi;
J •
k. pelayanan spesialis anak;
I. pelayanan spesialis penyakit dalam;
m. pelayanan spesialis mata;
n. pelayanan saraf, pelayanan anestesi;
o. pelayanan spesialis kulit dan kelamin;
p. peIayanan spesialis patologi anatomi; dan
q. pelayanan kesehatan gigi,
r. pelayanan NAPZA terpadu.
-40-
Pasal 46
(1) Pelayanan Rawat Inap sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 huruf c meliputi:
a. rawat Inap Intensif Psikiatri; dan
b. rehabilitasi NAPZA.
(2) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional Pelayanan Medik dan diatur tersendiri dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit.
Pasal 47
Pasal 48
Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit
Pasal 49
Pengembangan Kelembagaan
Pasal 50
Jenis Limbah Rumah Sakit
Pasal 51
Pengelolaan. Limbah
Pasal 52
(5) Pelayanan di Rawat Jalan (Poliklinik)
Ruang lingkup pelayanan di rawat jalan berlaku di semua
poliklinik dengan mekanisme kerja pelayanan di rawat
jalan terdiri atas:
a. Pelayanan pasien umum;
b. Pelayanan pasien BPJS/JKN; dan
c. Pelayanan Pasien Jamsoskes.
Pasien umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, adalah pasien yang mampu untuk membayar
(1) sendiri biaya pelayanan kesehatannya.
Prosedur tetap rawat jalan pasien umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a sebagai berikut:
a. Pasien datang mengambil nomor antri pendaftaran;
b. Setelah dipanggil pasien menuju ke loket pendaftaran
untuk pengisian inde-ntifikasi data pasicn untuk pasicn
bare sedangkan untuk pasien lama langsung
dicetakan bukti pendaftaran berobat;
(2) c. Pasien rnembawa bukti pendaftaran berobat ke kasir;
d. Untuk pasien bare melapor ke Medical Record (MR)
dengan membawa bukti pendaftaran untuk pengisian
status rawat jalan;
(3) e. Untuk pasien lama langsung menunggu di Poliklinik
yang dituju, untuk menunggu panggilan;
-45-
Pasal 53
Pelayanan Gawat Darurat
(IL) Prosedur cetap pelayanan terhadap pasien sebagai
berikut:
(2) Pro sedur tetap pelayanan terhadap pasien yang tidak ada
identitas sebagai berikut:
a. Pasien diterima dan didata seperlunya oleh petugas;
b. Selanjutnya pasien ditangani sebagaimana
penanganan pasien biasa;
c. Pernberian obat yang dibutuhkan pasien disesuaikan
dengan obat persiapan yang disediakan Rumah Sakit;
d. Jika pasien harus dirawat, maka pasien tersebut
dirawat di kelas III; dan
e. Jika pasien tersebut meninggal di IGD, maka rnayat
dibawa ke kamar ruang pemulasaraan jenazah transit
sampai petugas Dinas Kesehatan Kota Palembang
datang untuk mengambil jenazah.
(3) Prosedur tetap pelayanan terhadap pasien tidak ada
identitas (tidak dikenal) dengan tanpa masalah sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, sebagai berikut:
a. Pasien ditangani seperti penanganan pasien biasa;
dan
b. Pasien dengan kondisi tidak bisa diajak
berkomunikasi yang disebabkan penurunan
kesadaran, maka dokter yang bertugas merencanakan transfer pasien ke Rumah Sakit lain yang
memenuhi fasilitas lebih lengkap untuk penanganan terhadap penyakit lebih la.njut.
(4) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (3), dilaksanakan secara terinci sesuai
dengan Prosedur Tetap Instalasi Gawat Darurat yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
BAB VIII
PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP
Pasal 54
Penerimaan Pasien Masuk di Rawat Inap
Pasal 55
Pelayanan Pasien Keluar dari Rumah Sakit
Pasal 56
Pelayanan Penunjang Medik
Pasal 57
Pelayanan Visum et Repertum Psikiatricum
dan Surat Keterangan Kesehatan Jiwa
BAB IX
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA RUMAH SAKIT
Pasal 58
BAB X
REMUNERASI
Pasal 59
Pasal 60
(1) Penetapan remunerasibagi pemimpin BLUD,
mempertimbangkan faktor - faktor sebagai berikut:
a. Ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola,
tingkat pelayanan serta produktivitas Rumah Sakit;
b. Pertimbangan per samaannya dengan industri
pelayanan sejenis;
c. Kemamp-uan pendapatan Rumah Sakit bersangkutan;
dan
d. Kinerja operasional Rumah Sakit yang ditetapkan oleh
Gubernur dengan mempertimbangkan antara lain
indikator keuangan, pelayanan, mutu dan manfaat bagi masyarakat.
Remunerasi pejabat keuangan dan pejabat teknis ditetapkan paling banyak sebesar
90% (sembilan puluh persen) dad remunerasi pemimpin BLUD.
Honorarium dewan pengawas ditetapkan sebagai berikut:
a. Honorarium ketua dewan pengawas paling banyak
sebesar 40% (empat puluh persen) dari gaji pimpinan
BLUD;
b. Honorarium sekretaris dewan pengawas paling
banyak sebesar 15% (lima betas persen) dari gaji
pemimpin BLUD; dan
c. Honorarium anggota dewan pengawas paling banyak
sebesar 36% (tiga puluh enam persen) dari gaji
pemimpin BLUD.
Pasal 61
(1) Remunerasi bagi pegawai Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1), dapat dihitung
berdasarkan indikator penilaian:
a. Pengalaman dan masa kerja (basic index);
b. Ketrarapilan, ilmu pengetahuan dan perilaku
(competency index);
c. Resiko kerja (risk index);
d. Tingkat kegawatdaruratan (emergency index);
e. Jabatan yang disandang (position index); dan
f. Hasilicapaian kinerja (performance index).
(2) Bagi pejabat pengelola dan pegawai Rumah Sakit yang
berstatus PNS, gaji pokok dan tunjangan ditetapkan berdasarKan peraturan perundangan
undangan tentang gaji dan tunjangan PNS serta dapat diberikan tambahan penghasilan sesuai
remunerasi yang ditetapkan oleh Gubernur.
-54-
Pasal 62
BAB XI
ANGGARAN RUMAH SAKIT
Pasal 63
Pengelolaan Keuangan/Barang Daerah pada rumah Sakit Ernaldi Bahar selaku BLUD
dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XII
SURPLUS DAN DEFISIT ANGGARAN
Pasal 64
(1) Surplus anggaran Rumah Sakit merupakan selisih lebih
antara realisasi pendapatan dan realisasi biaya Rumah Sakit pada satu tahun anggaran.
(2) Surplus anggaran Rupiah Sakit dapat digunakan dalam
tahun anggaran berikutnya kecuali atas permintaan Gubernur sesuai kewenangannya
disetorkan sebagian atau seltiruhnya ke kas daerah dengan mempertimbangkan posisi
likuiditas Rumah Rumah Sakit.
-55-
Pasal 65
(1) Defisit anggaran Rumah Sakit merupakan selisih kurang
antara realisasi pendapatan dengan realisasi biaya Rumah Sakit pada satu tahun anggaran.
(2) Defisit anggaran Runlah Sakit dapat diajukan usulan
pembiayaannya pada tahun anggaran berikutnya kepada
PPKD.
BAB XIII
PENYELESAIAN KERUGIAN
Pasal 66
Setiap kerugian daerah pada Rumah Sakit yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau
kelalaian seseorang diselesaikan dengan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai
penyelesaian kerugian daerah.
BAB XIV
PENATAUSAHAA'N
Pasal 67
(1) Ruang lingkup penatausahaan keuangan Rumah Sakit
sekurang-kurangnya memuat
a. pendapatan/ biaya;
b. penerimaan/ pengeluaran;
C. utang/ piutang;
d. persediaan, aset tetap dan investasi; dan
e. ekuitas dana.
(2) Penatausahaan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didasarkan pada prinsip pengelolaan
keuangan bisnis yang sehat.
(3) Penatausahaan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan secara tertib, efektif, efisien, transparan, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
(4) Direktur Rumah Sakit menetapkan kebijakan
penatausahaan keuangan Rumah Sakit.
(5) Penetapan kebijakan penatausahaan sebagaimana
dimaksud-pada ayat (4) disampaikan kepada PPKD.
BAB XV
KEBIJAKAN KEUANGAN
Pasal 68
Tarif Layanan
(1) Rumah Sakit dapat memungut biaya kepada masyarakat
sebagai imbalan atas barangnasa layanan kesehatan yang diberikan.
-56-
Pasal 69
Pendapatan
(1) Pendapatan Rumah Sakit bersumber dari :
a. jasa layanan;
b. hibah;
c. hasil kerja sama dengan pihak lain;
d. APED;
e. APEN;
f. lain--lain pendapatan Rumah Sakit yang sah.
(2) Pendapatan Rtimah Sakit yang bersumber dari jasa
layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa imbalan yang diperoleh clan jasa
iayanan yang diberikan kepada masyarakat.
(3) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari Hibah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat berupa hibah terikat dan hibah tidak
terikat.
(4) Hasil kerjasama Rumah Sakit dengan pihak lain
sebagairnan.a dimaksud pada ayat (1) huruf c, dapat berupa perolehan dari kerja sama
operasional, sewa menyewa dan usaha lainnya yang mendukung tugas dan fungsi Rumah Sakit.
(5) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari APED
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, berupa pendapatan yang berasal dari otorisasi
'credit anggaran pemerintah daerah bukan darn kegiatan pembiayaan
APBD.
-57-
Pasal 70 Biaya
(1) Biaya Rumah Sakit terdiri dari biaya operasional dan non
operasional.
(2) Biaya operasional dan biaya non operasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup seluruh biaya yang menjadi beban Rumah Sakit
dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi.
(3) Biaya non operasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), mencakup seluruh biaya yang menjadi beban Rumah Sakit dalam rangka menunjang
pelaksanaan tugas dan fungsi.
(4) Biaya Ruraah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dialokasikan untuk membiayai program peningkatan
pelayanan, kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung
pelayanan.
(5) Pembiayaan program dan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), dialokasikan sesuai dengan
kelompok, jenis, program dan kegiatan.
(6) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
terdiri dari :
a. biaya pelayanan; dan
b. biaya umum dan administrasi.
(7) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
huruf a, mencakup seluruh biaya operasional yang
berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan.
(8) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat(6) huruf b, mencakup seluruh biaya
operasional yang tidak berhubungan Iangsung dengan kegiatan pelayanan.
(9) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
terdiri dari :
a. Biaya pegawai;
b. Biaya bahan;
c. Biaya jasa pelayanan;
d. Biaya pemeliharaan;
e. Biaya barang dan jasa; dan
f. Biaya pelayanan lain-lain.
Biaya um-um dan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8), terdiri dari:
-59-
a. Biaya pegawai;
b. Biaya administrasi kantor;
c. biaya pemeliharaan;
d. biaya barang dan jasa;
e. biaya promosi; dan
f. biaya umum dan administrasi lain-lain.
(11) Biaya non operasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), terdiri dari:
a. biaya bunga;
b. biaya administrasi bank;
c. biaya kerugian penjualan aset tetap;
d. biaya'keruglan pqrturunan nilai; dan
e. biaya non operasional lain-lain.
Pasal 71
Pertanggungjawaban Biaya
Pasal 72
Fleksibilitas Perigeluaran Biaya
Pasal 73
Ambang Batas RBA
BAB XVI
AKUNTANSI, PEI APORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 74
Akuntansi
Pasal 75
(1) Laporan keuangan RS Erba selaku BLUD, terdiri dari :
a. Ne raca; laporan yang menggambarkan posisi
keuangan suatu entitas pelaporan mengenai asset, kewajiban dan eguitas pada tanggal tertentu.
b. LRA; menyajikan informasi realisasi pendapatan,
belanja, surflus/ defisit, pembiayaan dan sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran dalam setiap priode.
c. LO; menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah eguitas.
d. LAK; menyajikan informasi mengenai sumber
penggunaa, perabahan kas d ais setara kas selama satu priode akuntansi dan saldo kas dan
setara kas pada tanggal pelaporan.
e. LPE; menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan eguitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
f. LP.SAL; menyajikan infoi masi kenaikan/ penurunan
saldo anggaran lebih (SAL) tahun berjaian.
g. Catatan atas LK; berisi penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang tertera dalam laporan
keuangan.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
disertai dengan lapomn kinerja yang berisikan informasi pencapaian hasil/keluaran Rumah Sakit
Ernaldi Bahar selaku BLUD.
(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diaudit oleh Pemeriksa Eksternal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
BAB XVII
Internal Staff Medis
Pasal 76
Tujuan pera.turan internal staf medis (medical staf bylaws) adalah :
(1) Agar komite medik dapat menyelenggarakan tata kelola
klinis yang baik (good clinical governance) melalui
mekanisme kredensial, peningkatan mute profesi, dan penegakan disiplin profesi.
(2) Memberikan dasar hukum bagi mitra bestari (peer group)
dalam pengambilan keputusan profesi melalui komite medik. Putusan itu dilandasi semangat
bahwa hanya staf medis yang kompeten dan berperilaku profesional sajaiah yang boleh melakukan
pelayanan medis dirumah sakit.
-62-
Pasal 77
Kewenangan Klinis
Kewenangan, klinis diberikan oleh Direktur RS kepada dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter
gigi spesialis melalui surat penugasan klinis yang harus diperbarui setiap satu tahun.
Pasai 78
Rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) setiap spesialisa.si di rumah sakit
akan ditetapkan oleh komite medik dengan berpedoman pada norma keprofesian yang telah
ditetapkan oleh kolegium setiap spesialisasi.
Pasal 79
Kewenangan klinis seorang staf medis tidak hanya didasarkan pada kredensial terhadap
kompetensi keilmuan dan keterampilannya saja, akan tetapi juga didasarkan pada kesehatan
fisik, kesehatan mental, dan perilaku (behavior) staf medis tersebm..
Pasal 80
Penugasan Klinis
Pasal 81
Pasal 82
Dalam keadaan darurat kepala/direktur rumah sakit dapat memberikan surat penugasan klinis
(clinical appointment) tanpa rekomendasi komite medik.
Pasal 83
(1) Dalam keadaan tertentu direktur rumah sakit dapat
menerbitkan surat penugasan klinis sementara
(TemporaryClinical Appointment), misalnyauntuk
konsultan. tamu yang diperlukan sementara oleh rumah sakit.
(2) Direktur rumah sakit dapat mengubah, membekukan
untuk waktu tertentu, atau mengakhiri penuga sa_n Minis (Clinical Appointment) seorang staf
medis berdasarkan pertimbangan komite medis atau alasan tertentu.
(3) Dengan d.ibekukan atau diakhirinya penugasan klinis
(Clinical Appointment) seorang staf medis tidak berwenang lagi melakukan pelayanan medis di
rumah sakit.
Pasal 84
Audit Medis
(1) Audit medis yang dilakukan oleh rumah sakit adalah
kegiatan evaluasi profesi secara sistematika yang melibatkan mitra bestari (peergroup),
terdiri dari kegiatan peer-review, surveillance dam assessment terhadap pelayanan
medis di rumah sakit demi
terselenggaranya evaluasi kinerja profesi yang terfokus
(focused professional practice evaluation).
(2) Audit medis dilaksanakan sebagai implementasi fungsi
manajernen klinis dalam rangka penerapan tata kelola klinis yang baik di rumah sakit.
(3) Audit medis tidak digunakan untuk mencari ada atau
tidaknya kesalahan seorang staf medis dalam satu
kasus.
(4) Dalam hal terdapat 1aporan kejadian dengan dugaan
kelalaian seorang ' staf medis, mekanisme yang
digunakan adalah mekanisme disiplin profesi, bukannya mekanisme audit medis.
(5) Audit medis dilakukan dengan mengedepankan respek
terhadap semua staf medis (no blaming culture) dengan tiara tidak menyebutkan nama (no
naming), tidak
mempersalahkan (no blaming), dan tidak
mempermalukan (no shaming).
-64-
Pasal 85
Peran Audit Medis
Pasal 86
f. Menerapkan perbaikan.
Mitra bestari (peer group) melakukan tindakan korektif terhadap kasus defisiensi tersebut secara
kolegial, dan menghindari "blaming culture". Hal ini dilakukan dengan membuat rekomendasi
upaya perbaikannya, cara-cara pencegahan dan penanggulangan; mengadakan program
pendidikan dan latihan, penyusunan dan perbaikan prosedur yang ada dan lain sebagainya.
-66-
g- Rencana reaudit.
Mempelajari lagi topik yang sama di waktu kemudian,misalnya setelah 6 (enam) bulan
kemudian. Tujuan reaudit dilaksanakan adalah untuk mengetahui apakah sudah ada upaya
perbaikan. Hal ini bukan berarti topik audit adalah sama terus menerus, audit yang dilakukan 6
(enam) bulan kemudian ini lebih untuk melihat upaya perbaikan. Namun sarnbil melihat upaya
perbaikan ini, Subkomite mutu profesi atau tim pelaksana audit dan mitra bestari (peer
group) dapat memilih topik yang lain.
Pasal 87
Pasal 88
BAB XVIII
TATA CARA REVIEW DAN PERBAIKAN PERATURAN
INTERNAL STAF MEDIS
Pasal 89
BAB XX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 91
Ketentuan mengenai kedudukan, tugas dan fungsi rumah sakit, dewan pengawas, pejabat
pengelola, pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola, komponen pejabat
pengelola, jenis pelayanan, fungsi penyehatan lingkungari dan fungsi pendukung, mekanisme
kerja pelayanan, pelayanan pasen rawat inap, remunisasi, kebijakan keuangan dan akuntansi
mempedomani Peraturan Gubernur Sumatera.
Selatan Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan (Berita Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016 Nomor 7).
-682
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 92
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 5
Tahun 2008 tanggal 13 Februari 2008 tentang Peraturan Internal Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar
(Hospital By Laws), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 93
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan
pengundangan Peraturan Gubernurini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Ditetapkan di Palembang
Pada tanggal 2017
GUBERNUR SUMATERA SELATAN,
H. ALEX NOERDIN
Diundangkan di Palembang
pada tanggal 2017
Plt. SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI SUMATERA SELATAN,
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 92
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 5
Tahun 2008 tanggal 13 Februari 2008 tentang Peraturan Internal Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar
(Hospital By Laws), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 93
Peraturan Gubernur iii mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar se tia p orang me ngetah uinya me merintahkan
pengundangan Peraturan Gubernurini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Ditetapkan di Palembang
Pada tanggal 2017
GUBERNUR SUMATERA SELATAN,
H. ALEX NOERDIN
Diundangkan di Palembang
pada tanggal 2917
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 92
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 5
Tahun 2008 tanggal 13 Februari 2008 tentang Peraturan Internal Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar
(Hospital By Laws), dicabut dan dinyatakan tidal( berlaku.
Pasal 93
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setIE p orang mengetahuinya memerintahkan
pengundangan Peraturan Gubernurini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Ditetapkan di Palembang
Pada tanggal 2017
GUBERNUR SUMATERA SELATAN,
H. ALEX NOERDIN
Diundangkan di Palembang
pada tanggal 2017
Pit. SEKRETARIS DAERA.H
PROVINSI SUMATERA SELATAN,