Anda di halaman 1dari 23

49

BAB IV

PESAN-PESAN DAKWAH DALAM NOVEL KETIKA CINTA

BERTASBIH KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY

Deskripsi Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El-Shirazy

Sebuah novel pembangun jiwa karya Habiburrahman El-Shirazy yang bertitle

“Ketika Cinta Bertasbih” yang kemudian diangkat ke layar lebar dimana Pengambilan

gambar dilakukan di Mesir tepatnya di Kota Kairo, Sungai Nil, Pyramid, Sphinx, Kota

Alexandria, Laut Mediterania, dan Benteng Qait Bay.

Novel Ketika Cinta Bertasbih ini seolah menjadi sedikit cahaya diantara berbagai

macam cara dan upaya untuk mengantisipasi serta jawaban atas rasa pesimisme anak

muda negeri ini untuk teguh memegang prinsip-prinsip Islami dalam kehidupan mereka.

Dengan bahasa yang lembut dan memikat, penulis mengajak kita semua untuk banyak

merenung, dan kembali melihat betapa indahnya hidup di bawah naungan Al-Qur'an.

Buku ini bukan sekadar novel biasa, tetapi perpaduan antara ilmu agama dengan cerita

fiksi. Karakter tokoh utama sangat kuat yaitu Khairul Azzam. Azzam adalah seorang

pemuda sederhana yang memilih untuk menuntut ilmunya di Kampus Al Azhar, Cairo.

Azzam dikenal sebagai sosok yang tegas dan dewasa. Dia sangat memegang teguh

prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Di kalangan teman-temannya pun

Azzam menjadi panutan dan sosok yang bisa diandalkan.


50

Melaui karakter Azzam serta hal-hal islami lainnya yang disuguhkan di

dalamnya, maka novel islami yang dikenal sebagai novel yang banyak menyampaikan

pesan-pesan atau materi dakwah ini cukup diminati oleh banyak pembaca. Hal ini

dikarenakan novel ini sendiri terlahir dari seorang penulis yang tidak hanya dikenal

sebagai seorang penyair kondang tapi juga da’i. pesan-pesan dakwah disampaikan

dengan sedemikian apik, melalui bahasa yang runtun, manarik serta islami.

Novel ini diawali dengan menceritakan pemandangan Mesir dengan

menggambarkan suasana di pantai Alexandria dan Kemudian disusul rangkaian tempat-

tempat penting disana.

Kisah berlanjut mengenai perjalanan Khairul Azzam (M. Kholidi Asadi Alam),

seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Al Azhar Mesir (dilihat dari

segi nama dalam novelnya dan pemeran/sosok pemeran) dalam filmnya. Dia tidak lulus

selama 9  tahun karena lebih mengutamakan mencari uang daripada kuliah. Ayahnya

meninggal dunia, sehingga dia harus mengidupi dirinya dan keluarganya di Solo. Azzam

berdagang bakso dan tempe yang kenikmatannya terkenal sampai KBRI Mesir. Dimana

dalam ilmunya usaha dagangnya itu akhirnya mempertemukannya dengan Eliana

Pramesti (Alice Norin)  putri Pak Alam (Slamet Rahardjo) Dubes RI di Mesir.

Karena gaya kehidupan Eliana tidak cocok dengan Azzam, maka disarankan oleh Pak

Ali (Didi Petet), untuk melamar Anna Althafunnisa (Oki Setiana), S2 dari Kuliyyatul

Banaat di Alexandria.  Azzam meminta bantuan Ustadz Mujab (Habiburrahman El-

Shirazy) untuk melamarnya. Tapi sayangnya  ternyata Anna sudah dilamar oleh Furqon.
51

Furqon sendiri adalah teman seangkatan Azzam yang lebih dulu akan menyelesaikan

pendidikannya. Sedangkan Furqon pada saat itu akan menyelesaikan ujian akhirnya,

untuk belajar dia memilih menginap dihotel, namun dia dijebak gerombolan pemeras

dan ditulari  AIDS. Hal ini membuat furqon akhirnya merasa khawatir ketika ia

mengetahui kondisinya, karena tidak lama lagi ia akan melangsungkan pernikahannya

dengan Anna.

Selain itu dikisahkan pula mengenai teman-teman kontrakan Azzam. Beragam

cerita cinta yang menggelitik dan membuat haru. Paling sedih adalah saat Fadhil

menyanyikan sebuah lagu di pernikahan Tiara yang dicintainya.

Berlanjut dengan kisah keluarga Azzam di Solo, terutama adiknya yang bernama

Ayatul Husna (Meyda Sefira). Dimana secara kebetulan bertemu dengan Anna yang

pulang ke Indonesia. Furqon bersama keluarganya menemui Anna untuk melamarnya,

Anna akhirnya menerima lamaran Furqon dengan syarat Anna tidak mau dipoligami.

Maka Seyakin mungkin Furqon tetap menikahi Anna walaupun ia menyadari kondisinya

yang tertular virus HIV AIDS. Dan diakhir kisah Azzam-pun pulang ke Indonesia

berbarengan dengan Eliana.

Cerita berlanjut ketika Furqon menyadari bahwa ia tidak bisa menunaikan

kewajibannya secara sempurna sebagai suami Anna dan hal itu akhirnya tersampaikan

pada Anna. Anna sangat kecewa ketika mengetahui bahwa Furqon tertular HIV AIDS

dan saat itu juga mereka bercerai. Sungguh Kuasa Allah telah diperlihatkan dan takdir

yang mengatakan bahwa Jodoh hanya Allah yang tahu benar-benar Anna alami, karena

ternyata perceraiannya membawa ia untuk kembali menemukan cintanya, yaitu Azzam


52

yang ia kenal dengan nama Abdullah (nama perannya dalam film, saat pertemuan

pertama mereka di sebuah bus).

Allah menunjukkan kebesaran-Nya, saat itupun Azzam menemui Ayah Anna

sebagai Pemilik Pondok Pesantren yang tidak jauh dari rumahnya dengan tujuan agar

dipilihkan jodoh untuknya. Serta merta ayah Anna menawarkan seorang Jannah yang

belum disentuh oleh suaminya dan dia adalah Anna. Luar biasa bahagia hati Azzam,

sungguh luar biasa kasih Sayang dan kebesaran Allah ia rasakan, ia akan menerima

wanita tambatan hatinya. Begitupun halnya dengan Anna, ia bersujud dalam

kesyukurannya.

Pernikahan merekapun langsung diselenggarakan pada malam harinya, setelah

magrib. Dengan bereleleran keringat dan berdarah-darah Azzam akhhirnya berhasil

meraih apa yang diikhtiarkannya.

Cinta pun Bertasbih, kedua insan itu bertasbih menyempurnakan ibadah mereka

sebagai hamba-hamba Allah yang mengikuti sunnah para nabi dan rasul yang mulia.

 Pesan-Pesan Dakwah Dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya

Habiburrahman El-Shirazy

Berikut hasil wawancara penulis skripsi ini melalui email dengan Habiburrahman

El-shirazy:
53

Pertanyaan penulis skripsi :

1. Mengapa Habiburrahman El-Shirzy mengangkat tema “cinta” di beberapa


karyanya?, bahkan pada sebagian besar karyanya, tema ini mendominasi setiap
karyanya?
2. Mengapa Habiburrahman El-shirzy berdakwah melalui novel? Sedangkan kita tahu
bahwa media dakwah itu banyak macamnya.
3. Apa saja materi dakwah utama yang ingin disampaikan Habiburrahman El-shirazy
melalui karya-karyanya pada umumnya, dan dalam novel ketika cinta bertasbih?
Karena halayak menanggapi bahwa karya-karya Habiburrahman El-shirazy adalah
novel-novel yang kental dengan nilai-nilai dakwah.
Jawaban Habiburrahman El-shirzy:1
1. Karena cinta adalah kehidupan itu sendiri. Menurut Ibnu Qayyim, cinta adalah
kebutuhan dasar umat manusia, sesungguhnya manusia tidak bisa hidup
selayaknya manusia tanpa cinta, dan islam adalah cinta. Islam diturunkan untuk
menjadi rahmat bagi seluruh alam, rahmatan lil `alamin, itu kata lain dari cinta.
Jadi tema yang saya sampaikan adalah cinta yang memuliakan manusia bukan
yang sebaliknya.
2. Karena masih jarang bedakwah lewat novel. Ini cela kosong yang harus diisi.
Apalagi novel sangat dekat dengan anak muda.
3. Tema utamanya adalah, mengajak pembaca untuk berahklakul karimah pada diri
sendiri, orang lain, alam, dan tentu Allah,SWT. Tema yang lain silahkan
disimpulkan sendiri lewat membaca karya-karya saya. Itu tugas anda sebagai
peneliti.

Pertanyaan Penulis Skripsi : 2

1. Mengapa Habiburrahman El-Shirazy Mengangkat Tema "Cinta" di beberapa


Karyanya ? bahkan pada sebagian besar Karyanya, Tema ini
mendominasinya.
2. Mengapa Habiburrahman El-Shirazy Berdakwah melalui Novel ? sedangkan
kita tahu bahwa media dakwah itu banyak macamnya.
3. Apa saja materi dakwah utama yang ingin disampaikan Habiburrahman El-
Shirazy melalui karya-karyanya pada umumnya dan dalam Novel Ketika
Cinta Bertasbih pada khususnya ? karena khalayak menanggapi bahwa karya-

1
Wawancara kepada Habiburrahman El-Shiraz, pada tangga l 4 November 2010 melalui Email
Wawancara kepada Habiburrahman El-Shiraz, pada tangga l 2 Januari 2011 melalui Telefon
2

Manajemen Resmi Habiburrahman El-Shirazy.


54

karya Habiburrahman adalah novel-novel yang kental dengan nilai-nilai


dakwah.

Jawaban Habiburrahman El-Shirazy :

1. Seperti yang saya utarakan dalam wawancara pertama, bahwa masih


jarangnya da’i yang menggunakan novel sebagai media dakwahnya
disamping juga permasalahan umat yang semakin kompleks seiring
perkembangan zaman. Sehingga muncul hasrat ataupun inspirasi saya untuk
mengisi cela kosong. Dengan sajian pesan-pesan dakwah yang saya kemas
dalam bentuk novel ini, berharap dapat lebih mudah mengajak dan
mengundang umat untuk menuju Rabb.
2. Sasaran utamanya adalah mereka yang suka membaca karya bernama novel
ini, seperti misalnya kaum remaja yang biasanya dekat dengan karya-karya
fiksi maupun non fiksi, salah satunya adalah novel. Namun, tidak terkecuali
juga kalangan dewasa karena ladang dakwah itu sendiri bersifat menyeluruh.
3. Akhlak. Akhlak disini mencakup akhlak terhadap diri ssendiri, dalam
hubungan sesama manusia (hablumminannas), hubungan kepada Allah
hablumminallah), maupun hubungan terhadap makhluk Allah SWT.
Tumbuhan dan hewan. Dalam maupun hubungan ini, akan mencakup
masalah keimanan dan juga syari’at Islam.

Dari hasil wawancara di atas dapat di ambil suatu pemahaman bahwa pesan

dakwah yang utama disampaikan Habiburrahman El-Shirazy melalui karya-karyanya

pada umumnya dan pada novel Ketika Cinta Bertasbih khususnya, yaitu pesan dakwah

bernilai akhlak yang baik (akhlakul karimah) baik terhadap diri sendiri, orang lain, alam,

dan tentu Allah,SWT. Dalam pernyataan yang sama, Habiburrahman juga

menyampaikan bahwa masih ada pesan-pesan dakwah lainnya yang ia hadirkan dalam

karyanya ini walaupun beliau tidak menjelaskan secara detil. Namun secara tersirat

beliau telah menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui novel yang dinilainya sangat

dekat dengan anak muda, hal ini pun sangat di dukung dengan diangkatnya “cinta”

sebagai temanya. Tema ini menciptakan ketertarikan tersendiri pada mad’u karena cinta

adalah kehidupan itu sendiri. Menurut Ibnu Qayyim, cinta adalah kebutuhan dasar umat
55

manusia, sesungguhnya manusia tidak bisa hidup selayaknya manusia tanpa cinta, dan

islam adalah cinta. Islam diturunkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, rahmatan

lil `alamin, itu kata lain dari cinta, cinta juga memuliakan manusia bukan yang

sebaliknya.3 Apalagi pada saat ini belum banyak da’i yang menyampaikan pesan

dakwahnya melalui media novel. Oleh karena itu, Melalui skripsi inilah penulis akan

menguraikan hasil wawancara di atas berdasarkan teori-teori yang ditemui.

Sebelum penulis menguraikan pesan-pesan dakwah dalam novel Ketika Cinta

Bertasbih yang merupakan objek penelitian, kembali di sampaikan bahwa Pesan-pesan

dakwah adalah segala sesuatu yang harus disampaikan oleh subyek kepada obyek

dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada dalam kitabullah maupun dalam

sunnah Rasul-Nya. Pada dasarnya isi pesan dakwah adalah materi dakwah yang berisi

ajaran Islam. Ajaran-ajaran Islam tersebut dibagi menjadi tiga yaitu: masalah keimanan,

masalah hukum Islam dan masalah akhlak.

1. Masalah Keimanan (aqidah)

Kata “Aqidah” berasal dari bahasa arab, yang berarti “ma’uquidaalaihi al-qalb wa

al-dlamir” yakni sesuatu yang ditetapkan atau diyakini oleh hati dan perasaan (hati

nurani). Dan berarti “matadayyana bihi al ihsan wa I’taqadahu’ yakni sesuatu yang

dipegangi dan diyakini (kebenarannya) oleh manusia. Secara etimologis, aqidah berarti

kepercayaan atau keyakinan yang benar-benar menetap dan melekat di hati manusia.

Secara terminologis, Ibnu Taimiyah menjelaskan makna “aqidah” sebagai suatu perkara

3
Wawancara kepada Habiburrahman El-Shiraz, pada tangga l 4 November 2010 melalui Email
56

yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu

menjadi yakin serta mantap tanpa ada keraguan.4

Sedangkan Aqidah dalam Islam beritikad batiniah yang mencakup masalah-

masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Begitu pentingnya iman sehingga

bila di ibaratkan dengan sebuah bangunan rumah, maka iman merupakan pondasinya. Di

bidang aqidah ini pembahasannya bukan saja tertuju pada masalah-masalah yang wajib

diimani, akan tetapi materi dakwah juga meliputi masalah-masalah yang dilarang

sebagai lawannya misalnya syirik atau menyekutukan Tuhan, ingkar dengan adanya

Tuhan dan sebagainya. Dalam masalah aqidah ini antara lain penulis akan membahas

mengenai persoalan sosial keagamaan yang merupakan setting sosiologis dari novel

“Ketika Cinta Bertasbih” antara lain tentang; shalat, percaya kepada Qadha dan Qadar,

dimana Azzam dan Keluarganya terus berikhtiar menjalankan kehidupan dengan

kesederhanaannya dan percaya akan takdir Allah, serta berserah iri atas jodoh yang akan

ia temui.

Shalat adalah ibadah yang ditetapkan Tuhan sebagai pengejawantahan atau

aplikasi dari keyakinan. Karena itu shalat telah menjadi kebutuhan bukannya beban atau

kewajiban. Manusia adalah makhluk yang memiliki naluri cemas dan mengharap. Ia

selalu membutuhkan sandaran kepada Allah terutama pada saat cemas ketika berharap

bukan bersandar pada makhluk karena bersandar kepada makhluk tidak akan

4
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Pustaka pelajar, Surabaya, 2003, Hal.
305.
57

membuahkan hasil yang maksimal. Tidak pernah terbersit untuk berpaling, mendapatkan

pertolongan selain dari Allah bahkan menduainya.

Seperti halnya juga yang menjadi keyakinan dalam diri Azzam, pujian akan

kebesaran Allah tidak henti-hentinya ia ucapkan, kerendahan hati di hadapan Allah

SWT. Akan kasih sayang Maha Kuasa Allah, Maha Sempurna akan ciptaannya dan

seluruh yang ada di muka bumi dan langit serta seluruh isinya. Melalui penggalan novel

ini;

“…laut itu terlihat begitu luas dan kapal itu begitu kecil. Padahal di
dalam kapal itu mungkin ada ratusan manusia. Ia jadi berpikir, alangkah kecilnya
manusia. Dan alangkah Maha Penyayangnya Tuhan yang menjinakkan lautan
sedemikian luas supaya tenang dilalui kapal-kapal berisi manusia. Padahal,
mungkin sekali diantara manusia itu terdapat manusia-manusia yang durhaka
kepada Tuhan. Toh begitu Tuhan masih saja menunjukkan kasih sayangNya. Ia
jinakkan lautan, yang jika Ia kehendaki, Ia bisa menitahkan ombak untuk
menenggelamkan kapal-kapal itu bahkan meluluhlantakkan seluruh isi kota
Alexandria…”5

Sebagaimana Allah berfirman dalam QS Luqman, ayat 31.

          
         
Artinya : Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Sesungguhnya kapal itu berlayar
di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari
tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.(QS.
Luqman: 31)6

5
Habiburrahman El-Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih (Buku 1 Dwilogi Pembangun Jiwa),
(Jakarta; republika, 2008), hal. 39
6
Ibid., Depatemen Agama, hal. 43
58

Masalah keyakinan ini juga terlihat jelas dari novel karya novelis yang kerab

disapa Kang Abik ini. Akan Kemaha-Esaan Tuhan, Allah itu satu dan tidak ada selain

darinya.

Jika Tuhan itu lebih dari satu, bisa saja terjadi pembagian tugas. Ada yang

bertugas menciptakan matahari, ada yang bertugas menciptakan bumi, ada yang bertugas

mencipta langit dan seterusnya. Jika demikian, mereka bukan Tuhan yang Maha Kuasa.

Sebab pembagian tugas itu menunjukkan kelemahan, menunjukkan ketidak-Maha-

Kuasa-an. Tuhan Yang menciptakan alam semesta ini dengan kekuasaan-Nya yang

sempurna. Tuhan Yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dan yang memiliki sifat

Maha Sempurna seperti itu hanya satu, yaitu Allah SWT. Dialah Tuhan yang

sesungguhnya. Sebab tidak ada yang memproklamirkan diri sebagai pencipta alam

semesta ini kecuali hanya Allah SWT.

           
  
Artinya: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah
keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy
daripada apa yang mereka sifatkan. (QS. Al-Anbiya: 22) 7

Pesan-pesan dakwah dalam permasalahan iman lainnya yang diuraikan dalam


novel ini adalah sebagai berikut :

a. Zikir

7
Op., Cit., Departemen Agama, hal. 324
59

Zikir adalah mengingat, yaitu mengingat Allah. Menjadikan Allah sebagai raja di
hatinya.8 Dalam kondisi dan situasi bagaimanapun manusia mengingat Tuhannya bukan
hanya ketika shalat saja akan tetapi dimanapun ia berada ia selalu mengingat Tuhannya
karena orang yang selalu berzikir di kala melakukan aktivitas, akan menimbulkan
ketenangan dan keterikatan batin yang selalu bersandarkan pada kuasa Tuhannya.
Keterlibatan Allah dijadikan sebagai penolong dan pelindung. Tuhan adalah satu dan
manusia yang diciptakan terpadu dan menyatu baik dalam pikir maupun dalam zikir
serta perilaku sehari-hari. Zikirpun selalu dilakukan Azzam, tidak hanya dalam do’a dan
shalatnya, akan tetapi juga berzikir dan bertasbih atas setiap karunia dan ciptaan Allah.
Dalam suatu bait terpapar dengan apik akan kesyukuran Azzam tergambar dalam novel
ini. Begitupun dengan Anna Athofunnisah saat awal pernikahan bahkan disepanjang
hidupnya.

Siang, malam, senja dan pagi bertasbih. Matahari, laut, ombak dan pasir
bertasbih. Semua benda yang ada di dalam semesta ini bertasbih menyucikan
asma Allah. Semua telah mengetahui bagaimana cara melakukan shalat dan
tasbihnya. Dengan sinarnya, matahari bertasbih diperedarannya. Dengan
hembusannya, udara bertasbih dialirannya. Dengan gelombang, ombak
bertasbih di jalannya. Semua telah tahu bagaimana cara menunjukkan tidak ada
Tuhan selain Allah Yang Maha Kuasa.9

b. Tobat

Orang yang taubat kepada Allah adalah orang yang kembali kepada jalan Allah.
Kembali dari sifat tercela menuju sifat-sifat terpuji, kembali dari larangan Allah menuju
perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah
menuju perbuatan yang diredhai-Nya, kembali dari yang bertentangan menuju yang
8
Jalaluddin Rahmad, Mukhtar Ganda Atmaja, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern,
Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993, hlm. 141.
9
Ibid., Habiburrahman, hal. 41
60

menyenangkan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya dan kembali taat


setelah menentang-Nya.

c. Do'a dan Ikhtiar atau usaha

Do'a merupakan hal yang selalu dipanjatkan makhluk terhadap Tuhannya karena

do'a adalah sarana untuk meraih suatu kebutuhan.10 Akan tetapi dalam meraih suatu yang

diinginkan bukan hanya sebatas do'a, tanpa ketabahan dalam usaha, belum menjadi

jaminan terpenuhinya harapan oleh karena itu do'a dan usaha merupakan dua jalan yang

bergandengan atau seiring untuk dijalankan. Oleh karena itu do’a dan usaha merupakan

dua jalan yang bergandengan atau seiring untuk dijalankan. Seperti halnya tokoh utama

novel ini yang di buat shaleh oleh Kang Abik. Setiap muslim, sakit, kesengsaraan,

kelapangan, dan segalanya ia hadapi dengan segala usaha, berikhtiar dan hanya

menyerahkan pada Sang Pencipta. Saat kesulitan ekonomi melandanya, menjadi tulang

punggung keluarga, hingga pendidikannya terpaksa tertunda, segalanya ia emban dengan

segala ketabahan dan ikhtiar yang tiada henti-hentinya. Menjual tempe dan menjajakan

keahlian memasak, serta pengetahuannya menjadi modal utama akan perjalanan

hidupnya.

d. Tawadhu'

Tawadhu' adalah sifat rendah hati lawan dari sombong dan takabur. Orang yang

rendah hati tidak memandang dirinya lebih dari orang lain, ia sadar bahwa apapun yang

10
M. Quraish Shihab, Lentera Hati, Bandung: Mizan, 1994, hlm. 149.
61

ia miliki di dunia ini adalah milik Allah, sementara orang yang sombong menghargai

dirinya secara berlebihan ia tidak sadar apa yang ia miliki merupakan titipan dari Allah

dan suatu saat akan diminta pertanggung jawaban dari apa yang ia miliki. Azzam dengan

segala kemahirannya, tetap merasa rendah hati di hadapan kelangan kecil dan para ustad,

hingga Allah lah yang pada akhirnya memperlihatkan kepandaian itu, mampu membina

dan mengayomi para santri dan membuat takjub orang-orang disekelilingnya.

e. Busana Muslimah

Busana muslimah yaitu pakaian taqwa yang berfungsi untuk menutupi aurat

wanita. Takut akan siksa Allah SWT di akhirat nanti, karena percaya akan balasan yang

akan didapatkan manusia dari setiap perbuatannya. Sebagaimana yang diajarkan,

diwajibkan dan diperintahkan Allah dalam firman-Nya, yang artinya :

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,


dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-
putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur: 31).11

11
Ibid., Departemen Agama, hal. 354
62

2. Masalah Hukum Islam (syari'at)

Hukum-hukum ini merupakan peraturan-peraturan atau sistem yang disyari'atkan

Allah SWT untuk umat manusia, agar hidupnya menjadi teratur dan tertata dengan baik,

seimbang serta sesuai dengan syari’at Allah Swt. Baik secara terperinci maupun pokok-

pokoknya saja. Hukum-hukum ini dalam Islam meliputi ibadah, Hukum keluarga atau

al-Ahwalusyakhsyiyah, hukum ekonomi atau al-Mu'amalatul maaliyah, hukum pidana

dan hukum ketatanegaraan. Dalam novel " Ketika Cinta Bertasbih " masalah hukum

Islam meliputi:

a. Hukum Melamar dan berpoligami dalam percakapan keluarga Furqon dan Anna.

b. Percakapan Azzam dan Eliana tentang kesucian seputar penataan hubunga fisik

antara laki-laki dan wanita dan yang menjadi titik awalnya adalah French Kiss.

c. Tidak adanya berpacaran atau berpegangan tangan, walaupun mereka memerankan

hubungan kakak-adik seperti saat adik Fadil menjenguk Fadil di rumah sakit atau

antara Anna dan Furqon yang sudah berstatus menikah. Bahkan kezaliman bagi

Furqon, jika menyentuh Anna, lantaran dirinya AID.

3. Masalah Akhlak

Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun ( ) yang menurut

bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara etimologis adalah

keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan baik
63

ataupun buruk.12 Sedangkan menurut Al-Ghazali mendefenisikan akhlak sebagai : sifat

yang tertanamdalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah,

dengan tida memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu). 13

Masalah akhlak dalam aktifitas dakwah (sebagai materi dakwah) merupakan

penyempurna untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak

ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting

dibandingkan dengan keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai

penyempurnaan keimanan dan keislaman. Sebab Rasulullah saw sendiri pernah bersabda

yang artinya: “aku (Muhammad) diutus oleh Allah di dunia ini hanyalah untuk

menyempurnakan akhlak”. (Hadits sohih) aplikasi akhlak dalam novel " Ketika Cinta

Bertasbih " meliputi :

a. Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga

Keluarga merupakan amanah dan rahmat dari Allah yang diberikan kepada
makhluknya. Akan tetapi menjaga keharmonisan dalam bahtera rumah tangga bukanlah
suatu hal yang mudah untuk dijalani. Jika melihat perjalanan rumah tangga Rasulullah
SAW dalam membina rumah tangga ada tiga hal yang dilakukan Rasulullah yaitu
kesetiaan, kesabaran dan keadilan Rasulullah SAW. Tiga hal itulah yang paling dominan
dilakukan Rasulullah sebagai acuan keberhasilannya dalam mengarungi rumah tangga.
Dalam hal ini, pondasi yang kokoh telah berhasil ditanamkan orang tua Anna dalam
dirinya. Kesholehan dan kepatuhannya terhadap orang tuanya pun menjadi bukti akan
keberhasilan itu. Tidak terlepas dari itu, dengan semua itu pula Anna mendapatkan

12
Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung, Pustaka Setia, 1997, Hal. 11
13
Ibid., Hal. 12
64

kebahagiaannya. Ia selalu ingat akan pesan orang tuanya, untuk selalu berpegang pada
tali Allah. Bisa menginjakkan kaki di Cairo, menyelesaikan S1 dan pasca sarjananya pun
juga kesuksesan keluarganya. Tidak hanya harmonis, tapi juga meraih prestasi yang
mulia.

Bahkan dikatakan dalam hadits, bahwa seorang suami dalam menghadapi dan
membina rumah tangga harus bersabar atas tabiat buruk istri dan anak-anaknya. Begitu
pula istri harus sabar terhadap keburukan suaminya.

Nabi bersabda. “Janganlah seorang mukmin meninggalkan mukminah apabila ia


membenci sebagian akhlaknya, tentu ia akan ridha pada sebagian yang lain,” (HR.
Muslim)

Hal ini juga disampaikan Kang Abik dalam novelnya dengan Tema Bab, SMS
UNTUK ANNA.

“Begitupun anakku, jika suatu ketika kau dimurkai ibumu misalnya. Carilah
sebab kenapa kau murkai ibumu, Hayati perasaanmu saat itu, saat kau dimurkai. Ibumu
murka kemungkinan besar karena kau melakukan kesalahan, yang karena kesalahan itu
ibumu murka. Dan saat kau dimurkai pastilah kau merasakan kesedihan, bercampur
ketakutan dan juga penyesalan atau kesalahan. Itulah yang kau temui dan kau rasakan,
saa itu. Lalu hayati hal itu sungguh-sungguh, dan hubungkan dengan akhirat. Bagaimana
rasanya jika yang murka kepadamu adalah Allah.14

b. Mengucap Shalawat dan Salam

Shalawat dan salam disamping bukti penghormatan umat kepada Nabi juga untuk

kebaikan umat itu sendiri. Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman

untuk mengucapkan shalawat dan salam kepada nabi, hal ini dianjurkan bukan karena

14
Ibid., Habiburrahman, hal. 45
65

Nabi membutuhkannya. Sebab tanpa do'a dari siapapun beliau pasti akan selamat dan

mendapatkan tempat yang paling mulia disisi Allah SWT.

c. Prasangka

Prasangka baik berupa ajaran moral Islam yaitu meniadakan prasangka buruk

terhadap orang lain.

4. Menuntut ilmu

Ilmu pengetahuan merupakan makanan rohani bagi manusia, disamping

memikirkan keperluan jasmani, sebaiknya juga harus berpikir tentang makanan rohani

dan spritualnya. Islam mewajibkan kepada umat baik pria atau wanita untuk menuntut

ilmu pengetahuan. Nabi bersabda “menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim”. Hal itu

juga yang disampaikan kang Abik melalui karyanya, menuntut ilmu dengan semangat

dan ikhtiar yang terus dan tanpa mengenal putus asa. Demi mendapatkan keridhoan-

Nya. Tidak hanya ilmu bagi diri sendri, tapi dengan segala kesederhanaannya Azzam

terus berusaha membiayai pendidikan adik-adiknya. Tidak berhenti sampai disana,

Azzam pun berkenan membagi ilmunya kepada santri dan orang-orang adalah ilmu yang

membutuhkannya. Karena dikatakan bahwa, ilmu yang berguna adalah ilmu yang

bermanfaat bagi orang lain. Maka, selama ilmu itu bermanfaat bagi orang itu, maka amal

jariyah akan terus mengalir bagi mengajarkannya.


66

5. Qonaah

Qonaah yaitu merasa cukup dengan apa yang telah Allah SWT anugrahi, karena

semuanya adalah cobaan baik saat dalam kesenangan maupun ketika berada dalam

kesulitan. Tokoh utama yang menggambarkan kesederhanaan namun tetap bersahaja.

Tidak pernah mengeluhkan kekurangannya, bahkan merasa kaya dengan karunia yang

ada. Saat senang dan lapang pu bakso, ia tetap mengutamakan kemaslahatan umat,

mengajar mengaji para santri disela-sela kesibukannya sebagai pengusaha bakso sukses,

ya ng berawal dari cemoohan dan celaan dari orang-orang disekitarnya. Bakso cinta,

begitu persis nama usahanya.

Pesan-pesan dakwah berupa akhlak ini juga bisa dilihat langsung dalam isi novel

Ketika Cinta Bertasbih. Beberapa diantara bagian novel yang menggambarkan hal ini

diawali dengan pendapat yang disampaikan Prof. Laode M. Kamaludin, Ph.D dalam

prolog Ketika Cinta Bertasbih.

Perilaku “suci” keseharian yang telah menjadi kebiasaan (biar tampak canggih
dan mentereng boleh dibaca, sebagai habitus) tokoh-tokoh rekaan Kang Abik tersebut,
seperti Azzam dan Fhadil. Tentulah mengingatkan bagaimana perilaku para Nabi dan
orang-orang suci zaman dulu. Perilaku dimana tidak boleh membalas kezaliman dengan
kezaliman, terus bersabar dan bersabar sambil tiada henti selalu meminta pertolongan
kepada Tuhan atas kezaliman yang terus mendera.15

Seperti halnya disampaikan Habiburrahman El-Shirazy, bahwa mengenai sikap

dan akhlak, tokoh Fahri dalam karyanya masih dipandang kurang sempurna.

15
Laode M, Kamaludin, Prolog: Ketika Cinta Bertasbih (Buku 1 Dwilogi Pembangun Jiwa,
jakarta, Republika, 2008). Hal. 13
67

“…bagiku, tokoh Fahri itu justru masih kurang sempurna. Harus aku
sempurnakan lagi. Dia harus lebih berjiwa malaikat ketimbang yang sudah ada.
Kupikir, orang-orang kita bangsa Indonesia ini menilai Fahri terlalu sempurna, karena
selama ini mereka tidak pernah disuguhi tontonan dan bacaan dengan kualitas perilaku
seperti Fahri. Disinilah yang aku sayangkan.

Orang-orang kita selalu dicekoki tokoh-tokoh jahat saja dan tidak diberi
perimbangan. Secara tidak langsung, mereka termakan dengan cekokan itu. Sehingga
seolah-olah di benak mereka tidak ada lagi orang yang baik di dunia ini. Kalau ada
yang baik, sedikit saja, dianggap aneh. Tidak hanya aneh, tapi malah diangga sok suci,
dan munafik. Ada orang yang tidak pacaran dinilai sok suci. Inilah kualitas moral
bangsa saat ini. Aku sangat prihatin kalau memiirkannya.”16

Akhlakul karimah terhadap dirinya sendiri dan orang lain juga diperlihatkan

Kang Abik melalui alur Novel ini, dimana Azzam memiliki ruh dan jiwa enterpreneur

sejati. Kreatif menciptakan dan mengemas ide baru untuk kemakmuran diri dan orang-

orang yang dicintainya (kreatif-inovatif), berani engambil resiko, menyukai tantangan,

memiliki daya tahan hidup yang terbaik, dan memiliki visi yang jauh kedepan. Tidak

takut pada masalah, kesulitan, dan penderitaan. Seperti petuah M. Scott Peck dalam The

Road Less Travelled.

Ketika takut pada masalah, kesulitan, dan penderitaan, maka mental kita
akan rapuh dan jiwa kita akan lemah dan sakit. Dan pada saat itu kita akan
menjadi pecundang dalam mengarungi kehidupan. “The tendency to avoid
problems and emotional suffering in them is primary basis of all human mental
ilness.”17

4. Masalah Ibadah

Masalah ibadah ini sebenarnya digolongkan dalam masalah hukum (syari’at).

Dan ibadah sendiri merupakan aplikasi keimanan seorang hamba kepada Allah dan

16
Habiburrahman El-Shirazy, Pendapat Kang Abik Tentang Sastra: Ketika Cinta Bertasbih
(Buku 1 Dwilogi Pemangun Jiwa, (Jakarta, republika, 2008). Hal. 16
17
Ibid., Laode, hal. 28
68

Rasulnya, yang bermuara pada tingkat keislamannya. Ibadah juga dapat menjadi

barometer untuk mengetahui seberapa tinggi ketakwaan, yang tercermin melalui ibadah-

ibadah yang di sunnahkan oleh Rasulullah SAW. Selain dari itu kita juga dapat

mengartikannya berdasarkan makna iman, berisikan sebuah keyakinan di dalam hati, di

ucapkan dengan lisan serta diaplikasikan ke dalam perbuatan nyata. Dalam hal ini,

ibadah merupakan makna iman dari segi perbuatan. Tanpa iman dibuktikan dengan

suatu perbuatan, maka seseorang dikatakan munafik atau bahkan fasik, karenanya ini

merupakan bukti akan pentingnya dalam kehidupan sehari-hari.

Ibadah wajib maupun sunnah, senantiasa erlihat dari Buku 1 Dwilogi pembangun

Jiwa ini. Aplikasi keimanan itu terlihat jelas dalam diri tokoh-tokohnya, tak ayal lagi

Azzam sebagai tokoh utama mampu memberikan hikmah pada orang lain. Aplikasi

keimanan yang tidak hanya dari shalatnya, tapi juga zikir, tasbih, shodakoh, serta

ibadah-ibadah lainnya ia laksanakan, termasuk juga menuntut ilmu. Bahkan dikatakan,

bahwa setiap sesuatu itu akan bernilai ibadah selama hanya mengharapkan kerhidoan-

Nya jua.

Ibadah juga merupakan aplikasi keimanan seorang hamba kepada Allah dan

Rasulnya, yang bermuara pada tingkat keislamannya. Ibadah juga dapat menjadi

barometer untuk mengetahui seberapa tinggi ketakwaan, yang tercermin melalui ibadah-

ibadah yang dilaksanakannya, mulai dari ibadah-ibadah yang diwajibkan sampai pada

ibadah yang di sunnahkan oleh Rasulullah SAW. selain dari itu kita juga dapat

mengartikannya berdasarkan makna iman, berisikan sebuah keyakinan di dalam hati, di

ucapkan dengan lisan serta diaplikasikan ke dalam perbuatan nyata. Dalam hal ini,
69

ibadah merupakan makna iman dari segi perbuatan. Tanpa iman dibuktikan dengan

suatu perbuatan, maka seseorang dikatakan munafik atau bahkan fasik, karenanya ini

merupakan bukti akan pentingnya ibadah dalam kehidupan ini.

Dari uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa banyak hikmah & pelajaran

terkandung di dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El-Shirazy ini,

semakin diyakinilah bahwa takdir Allah benar-benar kuasa Allah semata dan kita

manusia ini hanya diminta ikhtiar alias usaha keras saja untuk mencapai takdirnya yang

sudah tertulis jelas di catatannya Sang Maha Pencipta yang mana manusia tidak pernah

tahu garis nasibya. Ya, sesuatu yang ghaib yang dimasukkan ke dalam salah satu rukun

Iman dan manusia harus meyakininya untuk menyempurnakan keIslamannya, iman

kepada Qadha & Qadar. Novel ini mengajari dengan alur ceritanya yang sulit ditebak,

bagaimana tokoh-tokoh di dalamnya bermain dengan sejuta rasa mengarungi perjalanan

hidupnya masing-masing.

Penggambaran sebuah usaha yang tak mengenal lelah, mencapai sebuah takdir

dengan penuh ikhlas, sedih dan bahagianya anak manusia. Dalam novel ini juga

tergambar jelas, masalah klasik para pencinta, dimana kita tahu bahwa jodoh sudah ada

yag mengaturnya, jodoh bagai rejeki yang sudah ada takarannya. Kalau tidak berjodoh

mau dikejar sampai ujung dunia pun tidak akan didapat, sebaliknya kalau memang jodoh

ya mau kemana pun jalannya pasti akhirnya ketemu juga.


70

Tergolong “happy ending” walaupun harus melalui perjalanan yang sedemikian

lika-liku untuk menemukan takdir kehidupannya, Khairul Azzam tokoh utama novel ini

sangat mencirikan pejuang yang ulet dalam penggambaran ciri pribadi yang jauh

berbeda dengan tokoh Fahri dalam “Aya-Ayat Cinta” , novel yang dikarang oleh

pengarang yang sama.

Novel ini menggambarkan dengan jelas bagaimana sebuah prestasi yang

sesungguhnya bisa dinilai bukan hanya dari sisi akademik semata. Perjuangan hidup,

sebuah tanggung jawab yang besar, cinta pada orang tua & keluarga, sangat jelas bisa

menggolongkan Khairul Azzam sebagai orang yang punya prestasi jauh lebih hebat dari

prestasi akademik yang selalu menjadi ukuran sebuah prestasi. Azzam telah mempunyai

ijazah berharga yaitu ijazah tak resmi dalam mengarungi kehidupan yang diembannya

penuh aturan yang jelas dari Tuhannya yang Maha Pencipta.

Selain dari itu, ke-orisinil-an cerita serta nilai-nilai Islam yang terjaga, dan

sebagainya. Disitulah letak dakwahnya. Soal nilai kesucian, soal penataan hubungan

(fisik) antara lelaki dan perempuan, seperti yg dimunculkan lewat masalah "French

Kiss" di KCB, atau menjaga agar tidak ada point yang menceritakan adanya kontak fisik

antara pelakunya itu adalah nilai dakwah yang coba dimunculkan. Mungkin masalah

yang lebih penting seperti pendidikan, dan lain-lain lebih banyak. Tapi hal-hal yang

tidak penting seperti itu bisa menjadi penting menentukan "masa depan" kita di akhirat

kelak.
71

Banyak nilai-nilai yang kelihatan sederhana tapi sangat menginspirasi sekali.

Contohnya bagaimana keluarga Azzam saling mendukung satu sama lainnya dan hidup

sederhana meskipun kepala keluarga mereka sudah meninggal dunia. Semuanya

kelihatan bahagia dalam kesederhanaan.

Tentu bukan menafikan permasalahan yang lebih penting seperti pendidikan,

lingkungan hidup, kemiskinan dan lain sebagainya, tapi memulai dari hal kecil yang bisa

menjadi masalah besar di akhirat nanti juga penting. Nilai-nilai kesucian, bagaimanapun

sudah menjadi permasalahan serius karena begitu maraknya aborsi, seks bebas, dan lain-

lain berawal dari ketika meremehkan hal-hal kecil seperti pegangan tangan, french kiss,

dan seterusnya. Karena bicara dakwah, tentu tidak akan lepas dengan tujuan hidup di

akhirat nanti.

Anda mungkin juga menyukai