Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN ILMU TASAWUF

Disusun dan Diajukan Untuk Tugas Terstruktur


Dalam Mata Kuliah Tasawuf

Kelompok 10:

1. Eza Adhitya Rizky (23681027)


2. Popi Novita Sari (23681049)

Dosen Pengampuh

Albuhari, M.H.I

MAHASISWA PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH 1B

FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN AJARAN 2023-2024

1
2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji atas kehadirat Allah SWT.. karena berkat rahmat


dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini yang berjudul : Perkembangan dan Pertumbuhan Ilmu
Tasawuf yang dibimbing oleh Bapak Albuhari, M.H.I

Dalam proses penyajiannya, makalah ini berusaha disusun


dengan baik dengan sejumlah sumber yang kami gunakan untuk
membantu dalam memahami materi yang menjadi fokus kajian ini.
Kemudian, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang turut membantu dalam penulisan dan penyusunan makalah ini.
Selain itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
makalah ini kedepannya dan membangun pola pikir yang baik dan
benar Demikianlah makalah ini kami susun. Kami mohon maaf atas
segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Curup, 24 September 2023

Penulis

3
4
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………… 2

DAFTAR
ISI………………………………………………………………….3

BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………….
4

A. Latar
Belakang………………………………………………………
….. 4
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………… 4
C. Tujuan…………………………………………………………
………… 4

BAB II
PEMBAHASAN……………………………………………………....
5

A. Pengertian
Tasawuf……………………………………………………... 5
B. Pengertian Zuhur
……………………………………………………….. 6

5
C. Sejarah Singkat
Tasawuf……………………………………………….. 8
D. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf Dalam
Islam…….. 10
E. Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan
Tasawuf……………… 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………
……….. 16

DAFTAR PUSTAKA .
……………………………………………………… 17

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf merupakan salah satu aspek (esoteris) Islam, sebagai perwujudan dari
ihsan yang berarti kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang
hamba dengan tuhan-Nya. Esensi tasawuf sebenarnya telah ada sejak masa
kehidupan rasulullah saw, namun tasawuf sebagai ilmu keislaman adalah hasil
kebudayaan islam sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti fiqih dan
ilmu tauhid. Pada masa rasulullah belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal
pada waktu itu hanyalah sebutan sahabat nabi.

Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan abad III Hijriyyah
oleh abu Hasyimal-Kufi (w. 250 H.) dengan meletakkan al-Sufi dibelakang
namanya. Dalam sejarah islam sebelum timbulnya aliran tasawuf, terlebih dahulu
muncul aliran zuhud. Aliran zuhud timbul pada akhir abad I dan permulaan abad
II Hijriyyah. Tulisan ini akan berusaha memberikan paparan tentang zuhud dilihat
dari sisi sejarah mulai dari pertumbuhannya e dengan peralihannya ke tasawuf.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Tasawuf?


2. Apa pengertian dari zuhud?
3. Bagaimana Sejarah tasawuf?
4. Bagimana pertumbuhan dan perkembangan tasawuf?
5. Apa tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan
tasawuf?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu tasawuf


2. Mengetahui apa pengertian dari zuhud
3. Mengetahui bagaiamana sejarah Tasawuf

7
4. Mengetahui bagaiamana pertumbuhan dan
perkembangan Tasawuf
5. Mengetahui apa tahap tahap pertumbuhan dan
perkembangan Tasawuf

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf

Secara ethimologi, tasawwuf berasal dari bahasa Arab yaitu kata shuuf yang
berarti bulu. Pada waktu itu para ahli tasawwuf memakai pakaian dari bulu domba
sebagai lambang merendahkan diri.

Sedangkan secara terminology, para

sufi dalam mendefinisikan tasawwuf itu sendiri sesuai dengan pengalaman


batin yang telah mereka rasakan masing-masing. Dan karena dominannya
ungkapan batin ini, maka menjadi beragamnya definisi yang ada. Sehingga sulit
mengemukakan definisi yang menyeluruh. Dari beberapa definisi para sufi, Noer
Iskandar mendefinisikan bahwa tasawwuf adalah kesadaran murni (fitrah) yang
mengarahkan jiwa yang benar kepada amal dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah sedekat mungkin.

Para lama Tasawuf berbeda cara memandang kegiatan Tasawuf, sehingga


mereka merumuskan definisinya juga berbeda. Ada beberapa definisi yang
dikemukakan para ahli antara lain :

1. Imam al-Ghazaly mengemukakan pendapat Abu Bakar al-Kattaany


yang mengatakan :

“Tasawuf adalah budi pekerti; barang siapa yang memberi bekal budi pekerti
atasmu, berarti ia memberi bekal atas dirimu dalam Tasawuf. Maka jiwa yang
menerima (perintah) untuk beramal, Karena sesungguhnya mereka melakukan
suluk dengan Nur (petunjuk Islam). Dan ahli zuhud yang jiwanya , menerima
(perintah) untuk melakukan beberapa akhlaq (terpuji) karena mereka telah
melakukan suluk dengan Nur (petujuk) imannya.

9
2. Asy-Syekh Muhammad Amin al-Qurdy, menyatakan:

‘Tasawuf adalah Suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal kebaikan
dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk dan
mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah
menuju (keridhaan) Allah dan meninggalkan (larangan-Nya) menuju kepada
(perintah-Nya).

Beberapa pendapat bahwa tasawuf bukan berasal dari islam diantaranya:


Sufisme berasal dari bahasa Arab suf, yaitu pakaian yang terbuat dari wol pada
kaum asketen (yaitu orang yang hidupnya menjauhkan diri dari kemewahan dan
kesenangan). Dunia Kristen, neo platonisme, pengaruh Persi dan India ikut
menentukan paham tasawuf sebagai arah asketis-mistis dalam ajaran Islam (Mr.
G.B.J Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De Woestijne).

(Sufisme) yaitu ajaran mistik (mystieke leer) yang dianut sekelompok


kepercayaan di Timur terutama Persi dan India yang mengajarkan bahwa semua
yang muncul di dunia ini sebagai sesuatu yang khayali (als idealish verschijnt),
manusia sebagai pancaran (uitvloeisel) dari Tuhan selalu berusaha untuk kembali
bersatu dengan DIA (J. Kramers Jz).

Tasawuf merupakan salah satu aspek (esoteris) Islam, sebagai perwujudan


dari ihsan yang berarti kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang
hamba dengan tuhan-Nya. Esensi tasawuf sebenarnya telah ada sejak masa
kehidupan rasulullah saw, namun tasawuf sebagai ilmu keislaman adalah hasil
kebudayaan islam sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti fiqih dan
ilmu tauhid. Pada masa rasulullah belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal
pada waktu itu hanyalah sebutan sahabat nabi.

Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan abad III Hijriyyah
oleh Abu Hasyimal-Kufi (w. 250 H.) dengan meletakkan al-Sufi dibelakang
namanya. Dalam sejarah islam sebelum timbulnya aliran tasawuf, terlebih dahulu
muncul aliran zuhud. Aliran zuhud timbul pada akhir abad I dan permulaan abad
II Hijriyyah. Tulisan ini akan berusaha memberikan paparan tentang zuhud dilihat

10
dari sisi sejarah mulai dari pertumbuhannya sampai dengan peralihannya ke
tasawuf

B. Pengertian Zuhud

Zuhud menurut para ahli sejarah tasawuf adalah fase yang mendahului
tasawuf. Menurut Harun Nasution, station yang terpenting bagi seorang calon sufi
ialah zuhd yaitu keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian. Sebelum
menjadi sufi, seorang calon harus terlebih dahulu menjadi zahid. Sesudah menjadi
zahid, barulah ia meningkat menjadi sufi. Dengan demikian tiap sufi ialah zahid,
tetapi sebaliknya tidak setiap zahid merupakan sufi.

Secara etimologis, zuhud berarti raghaba ‘ansyai’in wa tarakahu, artinya tidak


tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya. Zahada fi al-dunya, berarti
mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah.

Zuhud disini berarti tidak merasa bangga atas kemewahan dunia yang telah
ada ditangan, dan tidak merasa bersedih karena hilangnya kemewahan itu dari
tangannya. Bagi Abu Wafa al-Taftazani, zuhud itu bukanlah kependetaan atau
terputusnya kehidupan duniawi, akan tetapi merupakan hikmah pemahaman yang
membuat seseorang memiliki pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi itu.
Mereka tetap bekerja dan berusaha, akan tetapi kehidupan duniawi itu tidak
menguasai kecenderungan kalbunya dan tidak membuat mereka mengingkari
Tuhannya. Lebih lanjut at-Taftazani menjelaskan bahwa zuhud adalah tidak
bersyaratkan kemiskinan. Bahkan terkadang seorang itu kaya, tapi disaat yang
sama diapun zahid. Ustman bin Affan dan Abdurrahman ibn Auf adalah para
hartawan, tapi keduanya adalah para zahid dengan harta yang mereka miliki.

Zuhud merupakan salah satu maqam yang sangat penting dalam tasawuf. Hal
ini dapat dilihat dari pendapat ulama tasawuf yang senantiasa mencantumkan
zuhud dalam pembahasan tentang maqamat,meskipun dengan sistematika yang
berbeda – beda. Al-Ghazali menempatkan zuhud dalam sistematika : al-taubah, al-
sabr, al-faqr, al-zuhud, al-tawakkul, al-mahabbah, al-ma’rifah dan al-ridla. Al-

11
Tusi menempatkan zuhud dalamsistematika : al-taubah,al-wara’,al-zuhd, al-
faqr,al-shabr,al-ridla,al-tawakkul, dan al-ma’rifah. Sedangkan al-Qusyairi
menempatkan zuhud dalam urutan maqam : al-taubah,al-wara’,al-zuhud, al-
tawakkul dan al-ridla.

Jalan yang harus dilalui seorang sufi tidaklah licin dan dapat ditempuh dengan
mudah. Jalan itu sulit,dan untuk pindah dari maqam satu ke maqam yang lain
menghendaki usaha yang berat dan waktu yang bukan singkat, kadang – kadang
seorang calon sufi harus bertahun – tahun tinggal dalam satu maqam.

Benih – benih tasawuf sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi SAW. Hal ini
dapat dilihat dalam perilaku dan peristiwa dalam hidup, ibadah dan pribadi Nabi
Muhammad SAW. Sebelum diangkat menjadi Rasul, berhari –hari ia berkhalwat
di gua Hira terutama pada bulan Ramadhan. Disana Nabi banyak berdzikir
bertafakur dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Pengasingan diri Nabi di
gua Hira ini merupakan acuan utama para sufi dalam melakukan khalwat. Sumber
lain yang diacu oleh para sufi adalahkehidupan para sahabat Nabi yang berkaitan
dengan keteduhan iman, ketaqwaan, kezuhudan dan budi pekerti luhur. Oleh
sebab itu setiap orang yang meneliti kehidupan kerohanian dalam Islam tidak
dapat mengabaikan kehidupan kerohanian para sahabat yang menumbuhkan
kehidupan sufi di abad – abad sesudahnya.

Setelah periode sahabat berlalu, muncul pula periode tabiin (sekitar abad ke I
dan ke II H). Pada masa itu kondisi sosial-politik sudah mulai berubah darimasa
sebelumnya. Konflik –konflik sosial politik yang bermula dari masa Usman bin
Affan berkepanjangan sampai masa – masa sesudahnya.Konflik politik tersebut
ternyata mempunyai dampak terhadap kehidupan beragama, yakni munculnya
kelompok kelompok Bani Umayyah,Syiah, Khawarij, dan Murjiah.

Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, kehidupan politik berubah total.


Dengan sistem pemerintahan monarki, khalifah – khalifah BaniUmayyah secara
bebas berbuat kezaliman – kezaliman, terutama terhadap kelompok Syiah, yakni
kelompok lawan politiknya yang paling gencar menentangnya.Puncak kekejaman

12
mereka terlihat jelas pada peristiwa terbunuhnya Husein bin Alibin Abi Thalib di
Karbala. Kasus pembunuhan itu ternyata mempunyai pengaruh yang besar dalam
masyarakat Islam ketika itu. Kekejaman Bani Umayyah yang tak henti – hentinya
itu membuat sekelompok penduduk Kufah merasa menyesal karena mereka telah
mengkhianati Husein dan memberikan dukungan kepada pihak yang melawan
Husein. Mereka menyebut kelompoknya itu dengan Tawwabun (kaum Tawabin).
Untuk membersihkan diri dari apa yang telah dilakukan, mereka mengisi
kehidupan sepenuhnya dengan beribadah. Gerakan kaumTawabin itu dipimpin
oleh Mukhtar bin Ubaid as-Saqafi yang terbunuh di Kufah pada tahun 68 H.

Suatu kenyataan sejarah bahwa kelahiran tasawuf bermula dari gerakan zuhud
dalam Islam.Istilah tasawuf baru muncul pada pertengahan abad III Hijriyyah oleh
Abu Hasyim al-Kufy (w.250 H.) dengan meletakkan al-sufy di belakang
namanya. Pada masa ini para sufi telah ramai membicarakan konsep tasawuf yang
sebelumnya tidak dikenal.Jika pada akhir abad II ajaran sufi berupa kezuhudan,
maka pada abad ketiga ini orang sudah ramai membicarakan tentang lenyap dalam
kecintaan (fana fi mahbub), bersatu dalam kecintaan (ittihad fi mahbub), bertemu
dengan Tuhan (liqa’) dan menjadi satu dengan Tuhan (‘ain al jama’). Sejak itulah
muncul karya –karya tentang tasawuf oleh para sufi pada masa itu seperti al-
muhasibi (w. 243 H.), al-Hakim al-Tirmidzi (w. 285 H.), dan al-Junaidi (w. 297
H.). Oleh karena itu abad II Hijriyyah dapat dikatakan sebagai abad mula
tersusunnya ilmu tasawuf

C. Sejarah Singkat Tasawuf

Menurut sejarah, orang yang pertama kali memakai kata “sufi” adalah Abu
Hasyim al Kufi (zahid Irak, w. 150). Sedangkan menurut Abdul Qosim Abdul
Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talha bin Muhammad al Qusyairi (tokoh
sufi dari Iran 376-465 H), istilah ”tasawuf” telah dikenal sebelum tahun 200 H.
Tetapi ajaran pokok yang selanjutnya merupakan inti tasawuf itu baru muncul
secara lengkap pada abad ke 3 Hijriyah. Pada abad ke 2 Hijriyah itu itu belum

13
diketahui adanya orang-orang yang disebut sufi; yang terlihat adalah aliran Zuhud
(penganutnya disebut zahid).

Seperti diketahui dalam sejarah, para zahid besar dalam abad ke 2 H. (seperti
al Hasan al Basri, abu Hasyim al Kufi, Sufyan as Sauri, Fudail bin Iyad, Rabi’ah
al Adawiyah dan Makruf al Karkhi) dan lebih-lebih lagi mereka yang hidup pada
abad2-abad berikutnya (eperti al Bistaami, al Halaj, Junaid al Bagdadi, al Harawi,
al Gazali, Ibn Sab’in, Ibni Arabi, abu al Farid, Jalaluddin ar Rumi) telah mengolah
atau mengembangkan sikap atau emosi agamadalam hati mereka dengan
kesungguhan yang luar biasa. Sebelum munculnya Ar Rabbi’ah al Adawiyah
(w.185 H) tujuan tasawuf yang diupayakan oleh para zahid menurut penilaian
para ahli, tidak lain dari terciptanya kehidupan yang diridhai oleh Tuhan didunia
ini, sehingga di akhirat terlepas dari azab Tuhan (neraka) dan memperoleh surga-
Nya.

Untuk tiba pada identifikasi akhir tasawuf denga thariqah, yang kita ketahui
terjadi pada abad ke 3 H, kita harus meneliti apa yang sebenarnya terjadi dalam
tradisi Islam yang mengakibatkan timbulnya tasawuf. Ada sejumlah peristiwa
yang berlangsung pada masa itu, yang kesemuanya membuat tasawuf
mengemuka: 1) kecenderungan mencampuradukan asketisme dengan jalan itu; 2)
semakin mantapnya aliran-aliran yurisprudensi eksetorik; 3) pernyataan-
pernyataan kaum syi’ah mengenai para imam; 4) munculnya filsafat Islam; 5)
meningkatnya formalism ahli-ahli hokum; dan 6) tuntutan untuk memastikan
bahwa pesan integral dari wahyu, sejak saat itu dikaitkan dengan tasawuf. Jika
diperhatikan keenam hal tersebut, kelihatan kaitan erat dengan kemunculan
tasawuf.

Tasawuf yang sering kita temui dalam khazanah dunia islam, dari segi sumber
perkembangannya, ternyata muncullah pro dan kontra, baik dikalangan muslim
maupun dikalangan non muslim. Mereka yang kontra menganggap bahwa tasawuf
islam merupakan sebuah faham yang bersumber dari agama-agama lain.

14
Pandangan ini kebanyakan diwakili oleh para orientalis dan orang-orang yang
banyak terpengaruh oleh kalangan orientalis ini.

Dengan tidak bermaksud untuk tidak melibatkan diri pada persoalan pro dan
kontra itu, dalam tulisan ini, kami akan mempertengahkan paham tasawuf dalam
tinjauan yang lebih universal karena tentang asal usul atau ajaran tasawuf, kini
semakin banyak orang menelitinya. Kesimpulannya perbedaan paham itu
disebabkan pada asal usul tasawuf tersebut. Sebagian beranggapan bahwa tasawuf
berasal dari masehi (Kristen), sebagian lagi mengatakan dari unsur Hindu-Budha,
Persia, Yunani, Arab, dan sebagainya. Untuk itulah, kami akan menguraikan asal
usul tasawuf dalam konteks kebudayaan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk
melihat apakah tasawuf yang ada di dunia islam terpengaruhi dengan konteks
kebudayaan tersebut atau tidak.

1. Unsur Nasrani (Kristen)

Bagi mereka yang berbbanggpan bahwa tasawuf berasal dari unsur


Nasrani, mendasarkan argumennya pada dua hal. Pertama, adanya
interaksi antara orang Arabdan kaum Nasrani pada masa jahiliyah maupun
zaman islam. Kedua adanya segi-segi kesamaan antara kehidupan para
asketis atau sufi dalam hal ajaran cara mereka melatih jiwa dan
mengasingkan diri dengan kehidupan Al-masih dan ajaran-ajarannya, serta
dengan para rahib ketika sembahyang dan berpakaian.

2. Unsur Hindu Budha

Tasawuf dan system kepercayaan agama Hindu memiliki


persamaan, seperti sikap fakir. Darwis Al-Birawi mencatat adanya
persamaan cara ibadah dan mujahadah pada tasawuf dan ajaran hindu.
Demikian juga pada paham reinkarnasi, cara pelepasan dari dunia versi
Hindu-Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah.

3. Unsur Yunani

15
Kebudayaan Yunani seperti Filsafat, telah masuk ke dunia islam
pada akhir Daulah Amawiyah dan puncaknya pada masa Daulah
Abbasiyah ketika berlangsung zaman penerjemahan filsafat Yunani.

4. Unsur Persia dan Arab

Sebenarnya Arab dan Persia memiliki hubungan sejak lama, yaitu


pada bidang politik, pemikiran, kemasyarakatan dan sastra. Namun belum
ditemukan argumentasi kuat yang menyatakan bahwa kehidupan
kerohanian Arab masuk ke Persia hingga orang-orang Persia itu terkenal
sebagai ahli-ahli tasawuf. Barangkali ada persamaan antara istilah zuhud
di Arab dengan zuhud menurut agama manu dan mazdaq; antara istilah
hakikat Muhammad dan paham Hormuz dalam agama zarathustra.

D. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf Dalam


Islam

1. Pertumbuhan Tasawuf

Jauh sebelum lahirnya agama islam, memang sudah ada ahli Mistik yang
menghabiskan masa hidupnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan-Nya;
antara lain terdapat pada India Kuno yang beragam Hindu maupun Budha. Orang-
orang mistik tersebut dinamakan Gymnosophists oleh penulis barat dan disebut al-
hukama’ul uroh oleh penulis Arab. Yang dapay diartikan sebagai orang-orang
bijaksana yang berpakaian terbuka. Hal tersebut dimaksudkan, karena ahli-ahli
mistik orang-orang India selalu berpakaian dengan menutup separuh badannya.

Selanjutnya dapat dikemukakan beberapa nash yang mengandung ajaran


tasawuf yaitu:

a. Nash-nash al-qur’an, antara lain QS; Al-Ahzab ayat 41-42 yang artinya: : Hai
orang-orang yang beriman berdzikirlah dengan menyebut nama Allah, dzikir
yang sebanyak-banyaknya di waktu pagi dan petang”.

16
b. Nash-nash hadits yang antara lain artinya berbunyi;” Bersabda Rosulullah
saw: takutilah firasat orang-orang mu’min, karena ia dapat memandang
dengan nur (petunjuk Allah). H.R.Bukhary yang bersumber dari Abi Sa’id
Al-Khudriyyi.

Kehidupan Rosulullah saw yang menggambarkan kehidupan sebagai sufi yang


sangat sederhana, karena beliau menjauhkan dirinya dari kehidupan mewah, yang
sebenarnya merupakan amalan zuhud dalam ajaran Tasawuf.

2. Perkembangan Tasawuf

a. Pada abad pertama dan kedua Hijriyah

1) Perkembangan tasawuf pada masa sahabat

Para sahabat juga mencontohi kehidupan rosulullah yang serba


sederhana, dimana hidupnya hanya semata-mata diabdikan kepada
tuhannya.

Beberapa sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, dan


berfungsi sebagai maha guru bagi pendatang dari luar kota Madinah, yang
tertarik kepada kehidupan shufi, para sahabat-sahabat tersebut antara lain,
Khulafaurrasyidin, Salman Al-Farisiy, Abu Dzarr Al-Ghifary, dll.

2) Perkembangan tasawuf pada masa tabi’in

Ulama-ulama sufi dari kalangan tabi’in adalah murid dari ulama-


ulama sufi dari kalangan shahabat. Kalau berbicara tasawuf dan
perkembangannya pada abad pertama, dengan mengemukakan tokoh-
tokohnya dari kalangan shahabat, maka pembicaraan perkembangan
tasawuf pada abad kedua dengan tokoh-tokohnya pula. Tokoh-tokoh
ulama sufi Tabi’in antara lain, Al-Hasan Al-Bashry,Rabi’ah Al-Adawiyah,
Sufyaan bin sa’id Ats-Tsaury, Daud Ath-Thaaiy, dll.

b. Pada abad ketiga dan keempat hijriyyah.

17
1) Perkembangan tasawuf pada abad ketiga hijriyyah

Pada abad ini perkembangan tasawuf pesat, hal ini ditandai dengan
adanya segolongan ahli tasawuf yang mencoba menyelidiki inti ajaran
tasawuf yang berkembang pada masa itu, sehingga mereka membaginya
ke dalam tiga macam, yakni; Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa, ilmu
akhlaq dan Metafisika. Tokoh-tokoh sufi pada masa ini diantaranya; Abu
Sulaiman Ad-Daaraany, Ahmad bin Al-Hawaary Ad-Damasqiy, Abul
Faidh Dzuun Nun bin Ibrahim Al-Mishry, dll.

2) Perkembangan tasawuf pada abad ke empat hijriyyah

Pada abad ini ditamdai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih
pesat dibandingkan dengan kemajuannya di abad ketiga hijriyyah, karena
usaha maksimal para ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran
tasawufnya masing-masing. Tokoh-tokoh sufinya antara lain Musa Al-
Anshaary, Abu Hamid bin Muhammad, Abu Zaid Al-Adamy, Abu Ali
Muhammad bin Abdil Wahhab, dll.

18
c. Pada abad kelima hijriyyah

Disamping adanya pertentangan yang turun temurun antara Ulama sufi


dengan ulama Fiqih, maka pada abad kelima ini, keadaan semakin rawan ketika
berkembangnya mahzab Syi’ah ismaa’iliyah; yaitu suatu mahzab yang hendak
mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keturunan Ali bin Abi Thalib.
Karena menganggapnya bahwa dunia ini harus diatur oleh imam, karena dialah
yang langsung menerima petunjuk dari Rosulullah saw.

Menurut mereka ada 12 imam yang berhak mengatur dunia ini yang
disebut sebagai imam mahdi, yang akan mmenjelma ke dunia dengan membawa
keadilan dan memurnikan agama islam. Kedua belas imam itu adalah:

· Ali bin Abi Thalib


· Hasan bin Ali
· Husein bin Ali
· Ali bin Husein
· Muhammad Al-Baakir bin Ali bin Husein
· Ja’far shadiq bin Muhammad Al Baakir
· Musa Al-Kazhim bin Ja’far Shadiq
· Ali Ridhaa bin Kazhim
· Muhammad Jawwad bin Ali Ridha
· Ali Al-Haadi bin Jawwaad
· Hasan Askary bin Al-Haadi
· Muhammad bin Hasan Al-Mahdi
d. Pada abad keenam, ketujuh dan kedelapan Hijriyyah

1) Perkembangan tasawuf pada abad keenam Hijriyyah; abad ini suasana


kemelut antar ulama syariat dengan ulama Tasawuf memburuk, karena
dihidupkannya lagi pemikiran-pemikiran al-Huluul, Widatul wujud dan Widatul
Adyan oleh kebanyakan ulama Tasawuf. Para ulama yang sangat berpengaruh
pada zaman ini adalah Syihabuddin Abul Futu As-Suhrawardy, Al-Ghaznawy,

19
2) Perkembangan tasawuf pada abad ketujuh Hijriyyah; pada abad ini tercatat
dalam sejarah bahwa masa menurunnya gaerah masyarakat Islam untuk
mempelajari Tasawuf karena :

a). Semakin gencarnya serangan ulama syariat memerangi ahli Tasawuf, yang
diiringi dengan serangan golongan Syiah yang menekuni ilmu kalam dan fiqih

b). Adanya tekat penguasa pada masa itu untuk melenyapkan ajaran Tasawuf di
dunia Islam karena dianggap kegiatan itu menjadi sumber perpecahan umat Islam.
Ada beberapa ahli tasawuf yang berpengaruh di abad ini diantaranya; Umar Abdul
Faridh, Ibnu Sabi’iin, Jalaluddin Ar-Ruumy, dll.

3) Perkembangan Tasawuf pada abad kedelapan Hijriyyah; Perkembangan


Tasawuf abad ini tidak terdengar perkembangannya dan pemikiran baru dalam
Tasawuf, meskipun banyak pengarang kaum shufi yang mengemukakan
pemikiran tentang ilmu Tasawuf, namun kurang mendapat perhatian sungguh-
sungguh dari umat Islam. Sehingga nasib ajaran Tasawuf hampir sama dengan
abad ketujuh.

e. Pada abad kesembilan, kesepuluh Hijriyyah dan sesudahnya.

Dalam beberapa abad ini, betul-betul ajaran tasawuf sangat sunyi di dunia
islam, artinya nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada abad keenam,
ketujuh dan kedelapan Hijriyyah. Factor yang menyebabkan runtuhnya ajaran
tasawuf ini antara lain; ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan di kalangan
masyarakat islam. Serta adanya penjajah bangsa eropa yang beragama Nasrani
ynag menguasai seluruh negeri islam.

E.Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf

Praktik – praktik tasawuf dimulai dari pusat kelahiran dan penyiaran


agama Islam yaitu Makkah dan Madinah, jika kita lihat dari domisili tokoh-tokoh
perintis yang disebutkan di atas. Pertumbuhan dan perkembangan tasawuf di
dunia Islam dapat dikelompokan ke dalam beberapa tahap :

20
i. Tahap Zuhud

Zuhud menurut para ahli sejarah tasawuf adalah fase yang


mendahului tasawuf. Menurut Harun Nasution, station yang terpenting
bagi seorang calon sufi ialah zuhd yaitu keadaan meninggalkan dunia dan
hidup kematerian. Sebelum menjadi sufi, seorang calon harus terlebih
dahulu menjadi zahid. Sesudah menjadi zahid, barulah ia meningkat
menjadi sufi. Dengan demikian tiap sufi ialah zahid, tetapi sebaliknya
tidak setiap zahid merupakan sufi

ii. Tahap Tasawuf Falsafi (Abad ke 6 H)

Pada tahap ini, tasawuf falsafi merupakan perpaduan antara


pencapaian pencerahan mistikal dan pemaparan secara rasional-filosofis.
Ibn Arabi merupakan tokoh utama aliran ini, disamping juga Al Qunawi,
muridnya. Sebagian ahli juga memasukan Al Hallaj dan Abu (Ba) Yazid
Al Busthami dalam aliran ini. Aliran ini kadang disebut juga dengan Irfan
(Gnostisisme) karena orientasinya pada pengetahuan (ma’rifah atau
gnosis) tentang Tuhan dan hakikat segala sesuatu.

iii. Tahap Tarekat (Abad ke 7 dan seterusnya)

Meskipun tarekat telah dikenal sejak jauh sebelumnya, seperti


tarekat Junaidiyyah yang didirikan oleh Abu Al Qasim Al Juanid Al
Baghdadi (w. 297 H) atau Nuriyyah yang didirikan oleh Abu Hasan Ibn
Muhammad Nuri (w. 295 H), baru pada masa-masa ini tarekat
berkembang dengan pesat.

Seperti tarekat Qadiriyyah yang didirikan oleh Abdul Qadir Al


Jilani (w. 561 H) dari Jilan (Wilayah Iran sekarang); Tarekat Rifa’iyyah
didirikan oleh Ahmad Rifai (w. 578 H) dan tarekat Suhrawardiyyah yang
didirikan oleh Abu Najib Al Suhrawardi (w. 563 H). Tarekat
Naqsabandiyah yang memiliki pengikut paling luas, tarekat ini sekarang

21
telah memiliki banyak variasi , pada mulanya didirikan di Bukhara oleh
Muhammad Bahauddin Al Uwaisi Al Bukhari Naqsyabandi.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pertumbuhan Tasawuf Islam dilatar belakangi oleh kegiatan mistik yang


berkembang pada saat itu, yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan
perkembangan Tasawuf dimulai pada masa sahabat sampai pada abad ke empat
hijriyah mengalami perkembangna yang pesat, sehingga pada abad ke tiga dan
keempat hijriyah ajaran Tasawuf dibagi menjagi tiga macam yaitu:

1) Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa

2) Tasawuf yang berintikan ilmu Akhlak

3) Tasawuf yang berintikan ilmu metafisika.

Sedangkan pada abad kelima hijriyah sampai selanjutnya mengalami


penurunan. Zuhud adalah fase yang mendahului tasawuf. Zuhud disini berarti
tidak merasa bangga atas kemewahan dunia yang telah ada ditangan, dan tidak
merasa bersedih karena hilangnya kemewahan itu dari tangannya.

Munculnya aliran –aliran zuhud pada abad I dan II H sebagai reaksi


terhadap hidup mewah khalifah dan keluarga serta pembesar – pembesar negara
sebagai akibat dari kekayaan yang diperoleh setelah Islam meluas ke Syiria,
Mesir, Mesopotamia dan Persia. Orang melihat perbedaan besar antara hidup
sederhana dari Rasul serta para sahabat.

Pada akhir abad ke II Hijriyyah peralihan dari zuhud ke tasawuf sudah


mulai tampak. Pada masa ini juga muncul analisis –analisis singkat tentang
kesufian. Meskipun demikian,menurut Nicholson,untuk membedakan antara
kezuhudan dan kesufian sulit dilakukan karena umumnya para tokoh kerohanian
pada masa ini adalah orang – orang zuhud. Oleh sebab itu menurut at-
taftazani,mereka lebih layak dinamai zahid daripadasebagai sufi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Fauqi H, Muhammad. (2013). Tasawuf Islam dan Akhlak. Jakarta : Amzah.

Mubarok, Achmad. (2001). Psikologi Qur’ani. Jakarta : Pustaka Firdaus.

Munir Amin, Samsul. (2015). Ilmu Tasawuf. Jakarta. Amzah.

Ni’am, Syamsun. (2014). Pengantar Belajar Tasawuf. Jakarta : Ar-ruz Media.

Syukur, Amin. (2002). Menggugat Tasawuf. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Zahri, Mustafa. (1998). Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya : PT. Bina
ilmu.

24

Anda mungkin juga menyukai