Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ILMU MANTIQ

PROPOSISI

Dosen Pengampu :

Mesi Herawati, SE, ME

Disusun Oleh :

Muhammad Dea Elfano (23681042)

Naldo Areas Pratam (23681045)

M Fernando Lendrayana (23681037)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
TAHUN 2023
A. PENGERTIAN PROPOSISI
Sebagaimana yang telah disinggung dalam pendahuluan di atas, bahwa
keputusan adalah pernyataan tentang akal budi tentang sesuai dan tidaknya dua
gagasan. Sementara jika kita menyatakan kegiatan mental melalui kata-kata,
maka secara tidak sadar kita telah membuat suatu proposisi. Jadi yang dimaksud
dengan Proposisi adalah pernyataan atau ekspresi verbal dari sebuah keputusan.
Dengan kata lain, proposisi adalah sebuah pernyataan atau Statemen di mana
suatu hal itu diakui atau diingkari. Artinya, proposisi dapat bersifat mengakui
atau meneguhkan hubungan antar gagasan (afirmatif/afirmasi) dan dapat juga
mengingkari atau menolak hubungan antar gagasan tersebut (negatif/negasi).1
Dalam sebuah proposisi meniscayakan suatu term. Term adalah kata atau
rangkaian kata yang berfungsi sebagai subyek atau prediket dalam suatu
kalimat/proposisi. Dalam ilmu logika, term bisa berbentuk tunggal dan
majemuk. Term tunggal adalah term yang terdiri dari satu kata saja, misal futsall,
volley atau tenis. Sementara term majemuk adalah term yang terdiri dari dua kata
atau lebih, misal lapangan Futsall, tenis meja dan sambal goreng.
Dalam bahasa arab, istilah term majemuk ini biasa disebut dengan “Tarkib
Idhofiy” yakni susunan lafadz yang terdiri dari mudhaf dan mudhaf ilaih (lafadz
yang bersandar dan yang disandarkan), seperti term “cincin besi”.2
Suatu proposisi selalu menyatakan pengakuan atau pengingkaran sesuatu
tentang sesuatu yang lain. Dalam setiap proposisi selalu terdapat tiga unsur
berikut ini: Term subyek adalah hal yang tentangnya pengakuan atau
pengingkaran ditujukan. Term subyek dalam sebuah proposisi disebut subyek
logis. Ada perbedaan antara subyek logis dengan subyek dalam sebuah kalimat.
Tentang subyek logis harus ada penegasan atau pengingkaran sesuatu
tentangnya.Term predikat adalah isi pengakuan atau pengingkaran itu sendiri
(apa yang diakui atau diingkari). Term predikat dalam sebuah proposisi adalah

1E. Sumaryono, Dasar-dasar Logika, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm.56.


2Lihat al-Ghlayiniy dalam Jami’ud Durus al-Arabiyah, hlm. 4.
predikat logis, yaitu apa yang ditegaskan atau diingkari tentang subyek, dan
Kopula adalah penghubung antara term subyek dan term predikat dan sekaligus
memberi bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada hubungan yang terjadi.
Jadi, kopula memiliki tiga fungsi, yakni: menghubungkan subyek dan predikat,
menyatakan bahwa subyek sungguh-sungguh eksis, dan menyatakan cara
keberadaan (eksistensi) subyek. Yang perlu diingat bahwa dalam bahwa dalam
bahasa Indonesia kopula dalam suatu proposisi tidak selalu dinyatakan secara
eksplisit. “Amir nakal” adalah proposisi, karena nakal (term predikat) diakui
tentang Amir (term subyek), meskipun kedua term tersebut tidak dihubungkan
secara eksplisit oleh kopula. Semua proposisi dapat disebut kalimat atau dalam
istilah ilmu bahasa arab (Nahwu) disebut sebagai Kalam.3
B. UNSUR – UNSUR PROPOSISI
Suatu proposisi selalu menyatakan pengakuan atau pengingkaran sesuatu
tentang sesuatu yang lain. Dalam setiap proposisi selalu terdapat tiga unsur
berikut ini:
1. Term subyek: hal yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran
ditujukan. Term subyek dalam sebuah proposisi disebut subyek
logis. Ada perbedaan antara subyek logis dengan subyek dalam
sebuah kalimat. Tentang subyek logis harus ada penegasan atau
pengingkaran sesuatu tentangnya;
2. Term predikat: isi pengakuan atau pengingkaran itu sendiri (apa
yang diakui atau diingkari). Term predikat dalam sebuah proposisi
adalah predikat logis, yaitu apa yang ditegaskan atau diingkari
tentang subyek; dan
3. Kopula: penghubung antara term subyek dan term predikat dan
sekaligus memberi bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada
hubungan yang terjadi. Jadi, kopula memiliki tiga fungsi, yakni:

3Kalam adalah Lafadz (kata) yang memberikan faidah seperti pernyataan “beristiqomalah”.
Lihat selengkapnya pada Hasyiyah Shobban Syarah Alfiyah, juz I, hlm. 56.
(a) menghubungkan subyek dan predikat; (b) menyatakan bahwa
subyek sungguh-sungguh eksis; dan ( c ) menyatakan cara
keberadaan (eksistensi) subyek.

Setiap proposisi selalu mengandung ketiga unsur tersebut di atas. Itulah


sebabnya, meskipun setiap proposisi selalu berupa kalimat, tetapi tidak setiap
kalimat adalah proposisi. Dalam logika sebuah kalimat adalah proposisi apabila
isi kalimat tersebut sanggup menjadi benar atau salah. Dalam contoh “Selamat
Hari Ulang Tahun” dan “Semoga umur panjang”, keduanya adalah kalimat tetapi
bukan proposisi. Alasannya, dari segi isinya, kalimat-kalimat tersebut tidak dapat
dibenarkan. Hal yang sama berlaku juga untuk kalimat perintah atau kalimat
tanya. Jadi, kalimat-kalimat harapan, tanya, perintah, dan keinginan (desideratif)
tidak ada pengakuan atau pengingkaran sesuatu tentang sesuatu yang lain,
karena itu tidak dapat disebut proposisi. Hanya kalimat berita (informatif) yang
digolongkan sebagai proposisi.4

C. BENTUK DAN CONTOH DARI PROPOSISI


1. Dilihat dari segi hubungan antara subyek dan predikat, maka proposisi dibagi
menjadi:
a. Proposisi kategorik (qadiyyah hamliyyah) atau proposisi mutlak atau
proposisi tidak bersyarat, yakni proposisi yang hanya terdiri dari subyek dan
predikat serta kopula (yang sering tidak disebutkan). Contoh: Fuad tidur.
b. Proposisi hipotetik (qadiyyah syartiyyah muttasilah), yakni proposisi yang
hubungan antara subyek dan predikatnya didasarkan pada syarat. Contoh:
Jika Fuad lapar, maka ia akan makan.
Ada dua cara menyusun proposisi hipotetik:
(1. Antecedent (muqaddam) dan konsekuen (tali) masing-masing
memiliki subyek yang sama. Contoh: Jika Fuad mandi, maka
badannya pasti basah. Dalam hal ini, proposisi kedua terjadi

4 Gagas Makna, https://gagasmakna.wordpress.com/2010/03/29/unsur-unsur-proposisi/ di


Akses pada tanggal 07 September 2023.
disebabkan proposisi pertama, sehingga memiliki sifat kepastian
(luzumiyyah).
(2. Antecedent dan konsekuen masing-masing memiliki subyek yang
berbeda. Contoh : Jika Fuad kawin, maka bapaknya gembira.
Dalam hal ini, kedua proposisi bukan merupakan hubungan antara
dua sifat tetapi antara dua pengertian proposisi dan bersifat
kebetulan (ittifaqiyyah).
c. Proposisi disjungtif (qadiyyah syartiyyah munfasilah), yakni proposisi dalam
bentuk perimbangan pertentangan antara antecedent dan konsekuen yang
biasanya dirangkaikan dengan kata “adakalanya”, “atau” sehingga disebut
juga proposisi alternatif. Contoh: angka itu genap atau ganjil, adakalanya
angka itu genap atau ganjil.
Ada dua cara menyusun proposisi disjungtif:
1) Antecedent dan konsekuen masing-masing memiliki subyek yang
sama. Seperti: angka itu genap atau ganjil
2) Antecedent dan konsekuen masing-masing memiliki subyek yang
berbeda. Seperti: adakalanya lembaganya yang baik atau personnya
yang jelek.
d. Dilihat dari modalitasnya, yakni cara menanggap dalam kaitannya dengan
realitas, maka proposisi dibagi menjadi:
1) Proposisi problematik, yakni proposisi yang hubungan antara
subyek dan predikat berdasarkan kemungkinan. Seperti: Mungkin
Fuad tidur, mungkin juga tidak.
2) Proposisi asertorik, yakni proposisi yang hubungan antara subyek
dan predikat berdasarkan kenyataan. Seperti: (menurut
kenyataannya) Fuad tidur.
3) Proposisi apodiktif, yakni proposisi yang predikatnya harus berlaku
bagi subyeknya. Seperti: Jomblo adalah seseorang yang sedang
tidak memiliki pacar.
e. Dilihat dari segi gabungan antara tinjauan kualitas dan kuantitasnya baik
dalam proposisi kategorik, hipotetik, maupun disjungtif, maka ada empat
bentuk standar dalam proposisi:
1) Universal affrimatif (kulliyyah mujabah) dengan simbol “A”.
2) Universal negatif (kulliyyah salibah) dengan simbol “E”.
3) Partikular affirmatif (juz’iyyah mujabah) dengan simbol “I”.
4) Partikular negatif (juz’iyyah salibah) dengan simbol “O”. Simbol
“A” dan “I” berasal dari huruf “a” dan “i” kata “affirmo”
(mengakui), dan simbol “E” dan “O” berasal dari huruf “e” dan “o”
kata “nego” (mengingkari).
f. Empat bentuk standar pada proposisi kategorik, seperti:
1) A: Semua orang ingin punya uang. (S a P)
2) E: Tak ada serupiah pun uang di sakuku. (S e P)
3) I: Sebagian manusia punya uang. (S i P)
4) O: Sebagian manusia tidak punya uang. (S o P)
g. Empat bentuk standar pada proposisi hipotetik, seperti:
1) A: Jika ada yang meminta uang, maka pasti akan saya beri. (S a P)
2) E: Tidak akan terjadi jika bangsa itu bersatu, maka akan terjadi
kerawanan dalam kehidupan. (S e P)
3) I: Kadang-kadang terjadi jika mahasiswa itu tekun belajar, maka ia
akan mendapatkan mahasiswa. (S i P)
O: Kadang-kadang tidak terjadi jika mahasiswa itu tekun belajar,
maka ia akan mendapatkan mahasiswa.
4) (S o P) Empat bentuk standar pada proposisi disjungtif, seperti:
A : Selalu adakalanya udara itu bersih atau kotor. (S a P)
E : Tidak sekali-kali adakalanya mahasiswa dapat mandiri atau
tergantung pada pihak lain. (S e P)
I : Kadang-kadang terjadi adakalanya mahasiswa itu sukses atau
gagal. (S i P)
O : Tidak selalu orang yang sukses dalam hidupnya itu diusahakan
dengan jujur atau curang. (S o P)
Yang perlu diperhatikan pada masing-masing proposisi
adalah keluasan daripada subyek dan predikat: apakah ia
mengandung keseluruhan golongan atau sebagian saja. Dalam hal
ini ada dua macam:
1) Distribusi (mustaghraq), yakni jika semua person dari
term itu terkandung oleh pengertian proposisi.
2) Non distribusi (ghairu mustaghraq), yakni jika hanya
sebagian person dari term yang terkandung oleh
pengertian proposisi. Untuk itu dalam kaitannya dengan
empat bentuk standar proposisi A, E, I, O, adalah:
a) A – ( S a P), Contoh: Semua mahasiswa dapat
belajar mandiri. Subyek “semua mahasiswa” bersifat
distribusi. Sedangkan karena yang “dapat belajar
mandiri” tidak hanya mahasiswa, maka predikatnya
bersifat non distribusi.
b) E – (S e P), Contoh: Tak satupun pelajar adalah
mahasiswa. Subyek “pelajar” dan predikat
“mahasiswa” sama-sama bersifat distribusi. I – (S i
P), Contoh: Sebagian mahasiswa adalah pedagang.
Subyek “sebagian mahasiswa” bersifat non
distribusi. Sedangkan karena yang menjadi
“pedagang” bukan hanya mahasiswa saja, maka
predikatnya bersifat non distribusi.
c) O – (S o P), Contoh: Sebagian mahasiswa bukan
pedagang. Subyek “sebagian mahasiswa” bersifat
non distribusi. Dan predikatnya karena keseluruhan
golongan pedagang dan mengecualikan sebagian
mahasiswa, maka ia bersifat distribusi.5

5 Abiquinsa, https://abiquinsa.blogspot.com/2013/01/ilmu-mantiq-logika-proposisi.html di
akses pada tanggal 07 September 2023
DAFTAR PUSTAKA
Abiquinsa, https://abiquinsa.blogspot.com/2013/01/ilmu-mantiq-logika-
proposisi.html\\
Gagas Makna, https://gagasmakna.wordpress.com/2010/03/29/unsur-unsur-proposisi/
Kalam adalah Lafadz (kata) yang memberikan faidah seperti pernyataan
“beristiqomalah”. Lihat selengkapnya pada Hasyiyah Shobban Syarah
Alfiyah, juz I, hlm. 56
Lihat al-Ghlayiniy dalam Jami’ud Durus al-Arabiyah, hlm. 4.
Sumaryono. E. 2009. Dasar-dasar Logika, (Yogyakarta: Kanisius,)

Anda mungkin juga menyukai