ABSTRAK
Tukad Badung merupakan sungai yang melintasi Kabupaten Badung dan Denpasar. Adapun lokasi yang sering
dimanfaatkan masyarakat untuk memancing yakni Tukad Korea, Taman Pancing, dan Waduk Muara. Tukad
Badung mengandung logam berat Pb dan Cd berdasarkan penelitian sebelumnya. Penelitian ini bersifat
observational deskriptif dengan metode survei lapangan terhadap kandungan logam Pb dan Cd pada ikan yang
ditangkap di Tukad Badung serta survei kebiasaan konsumsi ikan untuk memprediksi risiko kesehatan pada
masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).
Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan teknik purposive sampling dan convenient sampling untuk pemilihan
responden. Ikan yang dipilih berjenis mujair dan nila, dan responden yang dipilih adalah pria dan wanita dewasa
yang mengonsumsi ikan dari Tukad Badung yang ditemui saat memancing. Hasil uji laboratorium menunjukkan
kadar Pb pada mujair berkisar 0,1104-0,5012 ppm, dan pada nila berkisar 0,0928–0,4462 ppm. Rerata timbal pada
kedua jenis ikan tersebut melebihi batas maksimal logam Pb yang diatur dalam PerBPOM No.23 Tahun 2017.
Hasil perhitungan risiko kesehatan, nilai EDI menunjukkan intake harian Pb tergolong berisiko tinggi. Nilai THQ
Pb menunjukkan risiko non-karsiongenik dalam tingkat rendah. TR logam Pb menunjukkan risiko karsinogenik
dalam tingkat rendah. Sedangkan nilai EDI, THQ, dan TR logam Cd tidak dapat dihitung.
Kata Kunci: Timbal, Kadmium, Ikan, Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
ABSTRACT
Tukad Badung is a river that crosses Badung and Denpasar Regencies. 3 locations are often used for fishing,
namely Tukad Korea, Fishing Park, and Muara Dam. Previous research showed that this river polluted by Pb and
Cd. This research is a descriptive observational study with a field survey method on levels of lead and cadmium in
fish that have been caught in Tukad Badung and survey of fish consumption habits to predict public health risks.
This study uses an Environmental Health Risk Analysis (EHRA) approach. Fish samples selection used purposive
sampling and convenient sampling for respondent selection. Laboratory results showed that the levels of Pb in
mujair ranged from 0.1104-0.5012 ppm, and in Tilapia ranged from 0.0928-0.4462 ppm. The average lead in the two
types of fish has exceeded the maximum limit of Pb in fish as regulated in PerBPOM No.23.2017. Health risk
calculations showed the value of EDI show that the daily intake of Pb is classified as high risk. THQ value of Pb
indicates a low level of non-carcinogenic risk. TR value for Pb indicates a low level of carcinogenic risk. Meanwhile,
the value of EDI, THQ, HI and TR of Cd could not be calculated.
Keywords: Lead, Cadmium, Fish, Environmental Health Risk Assessment
33
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
Widihati, 2015) dan Cd (Mahendra, Suyasa, deskriptif dengan metode survei lapangan
Nuarsa, Asy-syakur, & Ernawari, 2015). terhadap kandungan logam berat Pb dan
terhadap ikan bandeng yang ditangkap di Badung serta survei kebiasaan konsumsi
muara sungai Tukad Badung, dimana ikan oleh masyarakat untuk dapat
logam berat Pb dan Cd dapat dilihat dalam dilaksanakan pada bulan Maret 2021
penelitian yang dilakukan di muara sungai hingga bulan Mei 2021. Lokasi studi adalah
Tukad Badung yakni di perairan Teluk Tukad Badung dan dipilih tiga lokasi
adanya kandungan logam berat Pb dan Cd yang dikenal dengan Tukad Korea, Taman
e-mail korespondensi : herrypurnama@unud.ac.id
34
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
yakni dengan cara membeli hasil Estimated Daily Intake (EDI) adalah
ikan, pemilihan responden dilakukan diukur dalam (mg/ kg berat badan/ hari).
35
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
risikonya sedang, dan jika EDI > 10 kali RfD untuk mengevaluasi kemungkinan dampak
maka risikonya tergolong tinggi (Javed & buruk yang ditimbulkan oleh gabungan
Usmani, 2016). beberapa jenis logam akibat mengonsumsi
2. Nilai bahaya target (target hazard makanan yang tercemar. Perhitungan HI
quotients) dilakukan dengan menjumlahkan semua
THQ merupakan perkiraan tingkat nilai THQ dari masing-masing logam yang
risiko non karsinogenik akibat paparan dianalisa (Yap, Cheng, Karami, & Ismail,
polutan (Javed & Usmani, 2016). 2016). Adapun rumus menghitung HI
adalah sebagai berikut.
Keterangan:
THQ : Target Hazard Quotient
EF : (exposure frequency) waktu Nilai HI yang disarankan yaitu < 1
pemaparan sehingga dapat diartikan bahwa ada
Bw : : Berat badan manusia (kg) dampak terhadap kesehatan bagi konsumsi
ED : (exposure duration) durasi ikan jika nilai HI > 1 (Us-Epa, 2000).
pemaparan, disetarakan rata-rata 4. Target Cancer Risk (TR)
umur manusia (70 tahun) Target Cancer Risk (TR) digunakan
IR : Kecepatan pencernaan (ingestion untuk menunjukkan risiko karsinogenik
rate) konsumsi ikan pada orang (Javed & Usmani, 2016). Nilai standar
dewasa (19,5 × 10−3 kg/ hari) untuk TR adalah ≤ 1 x 10-6. Jika hasil
ATn : (averaging exposure time for non- perhitungan TR melebihi nilai standar,
carcinogens) rata-rata waktu maka terdapat risiko karsinogen (Us-Epa,
pemaparan (EF xED) 2007). TR dihitung dengan persamaan
Mc : Konsentrasi logam dalam otot sebagai berikut.
ikan (mg/ kg berat kering)
10-3 : faktor konversi
RfD : (oral reference dose) nilai Keterangan:
perkiraan maksimum harian TR : Target Resiko Kanker
bahan kimia tertentu yang tidak EF : (exposure time) waktu pemaparan
menimbulkan risiko kesehatan ED : durasi pemaparan (exposure
(mg/kg/hari). duration), disetarakan rata-rata
Nilai THQ yang dianjurkan adalah < umur manusia (70 tahun)
1, apabila nilai THQ tersebut diatas 1 maka IR : Kecepatan pencernaan (ingestion
suatu jenis logam berat dapat dikatakan rate) konsumsi ikan pada orang
memiliki risiko menimbulkan dampak dewasa (19,5 × 10−3 kg/ hari)
buruk bagi kesehatan (dengan sifat non Mc : Konsentrasi logam berat pada
karsinogenik) (Javed & Usmani, 2016). makanan (mg/ kg berat basah)
3. Hazard Index (Index bahaya) CSF : Cancer slope factor (mg/kg per hari)
Total Hazard Index (HI) bertujuan Bw : Berat badan manusia (kg)
e-mail korespondensi : herrypurnama@unud.ac.id
36
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
HASIL
1. Karakteristik Responden
37
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
38
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
1 Jenis Ikan
- Mujair 8 40 - 8 40 -
- Nila 12 60 - 12 60 -
2 Cara Menangkap
- Jala 1 5 - 1 5 -
- Pancing 19 95 - 19 95 -
Nila 12 60 - 12 60 -
4 Cara Menyimpan
5 Tujuan
- Dikonsumsi dan 1 5 - 1 5 -
Dijual
- Dikonsumsi saja 10 50 - 11 55 -
- Dikonsumsi dan 9 45 - 8 40 -
Hiburan/ hobi
Responden menangkap 2 jenis ikan ditangkap oleh responden pria dan wanita
yakni ikan mujair dan ikan nila. Dimana 8 memiliki rerata 16,5 cm dengan standar
pria dan 8 wanita menangkap Ikan mujair, deviasi 2,42. Berat ikan mujair yang
sedangkan 12 pria dan 12 wanita ditangkap oleh responden pria dan wanita
menangkap ikan nila. Panjang Ikan mujair memiliki rerata 115 gram dengan standar
yang ditangkap responden pria dan wanita deviasi 66,55. Sedangkan berat Ikan nila
memiliki rerata 16,5 cm dengan standar yang ditangkap responden pria dan wanita
deviasi 3,42. Panjang Ikan nila yang adalah 110 gram dengan standar deviasi
e-mail korespondensi : herrypurnama@unud.ac.id
39
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
46,32. Dilihat dari cara menangkap ikan, 1 menangkap ikan, 1 pria dan 1 wanita
pria dan 1 wanita menggunakan jala, menyatakan ikan dikonsumsi dan dijual, 10
sedangkan 19 pria dan 19 wanita pria dan 11 wanita menyatakan ikan
menggunakan pancing. Berdasarkan cara ditangkap untuk dikonsumsi saja, 9 pria
menyimpan ikan, seluruh responden dan 8 wanita menangkap ikan untuk
membawa ikan dari sungai ke rumah dikonsumsi dan hiburan/hobi.
dengan cara diikat. Dilihat dari tujuan
Tabel 3. Perilaku Konsumsi Ikan Mujair dan Nila Pada Responden Pria
No Indikator Mujair Nila
Tabel 4. Perilaku Konsumsi Ikan mujair dan Nila Pada Responden Wanita
No Indikator Mujair Nila
40
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
Dilihat dari jumlah konsumsi ikan dalam deviasi 1,19. Dilihat dari jumlah konsumsi
satu minggu, pada pria yang mengonsumsi ikan dalam satu minggu, pada wanita yang
Ikan mujair, memiliki rerata konsumsi 2,5 mengonsumsi ikan mujair, memiliki rerata
kali seminggu dengan standar deviasi 2,14. konsumsi 1,375 kali seminggu dengan
Sedangkan untuk pria yang mengonsumsi standar deviasi 0,74. Sedangkan untuk
Ikan nila, memiliki rerata 4,25 kali wanita yang mengonsumsi Ikan nila, rerata
seminggu dan standar deviasi 2,67. 3,75 kali seminggu dan standar deviasi
Ditinjau dari cara mengolah ikan, 5 2,93.
pria yang mengonsumsi ikan mujair dan 11 Ditinjau dari cara mengolah ikan, 5
pria yang mengonsumsi ikan nila wanita yang mengonsumsi ikan mujair dan
mengolah ikan dengan digoreng saja, 1 pria 11 wanita yang mengonsumsi ikan nila
yang mengonsumsi ikan mujair mengolah mengolah ikan dengan digoreng saja, 1
ikan dengan digoreng dan dikukus, 1 pria wanita yang mengonsumsi ikan mujair
yang mengonsumsi ikan mujair dan 1 pria mengolah ikan dengan digoreng dan
yang mengonsumsi ikan nila mengolah dikukus, 1 wanita yang mengonsumsi Ikan
ikan dengan digoreng dan direbus, serta 1 mujair dan 1 wanita yang mengonsumsi
pria yang mengonsumsi ikan mujair Ikan nila mengolah ikan dengan digoreng
mengolah ikan dengan digoreng dan diolah dan direbus, serta 1 wanita yang
asam manis. mengonsumsi ikan mujair mengolah ikan
Pada tabel 4, terdapat 3 indikator dengan digoreng dan diolah asam manis.
untuk melihat perilaku konsumsi ikan
2. Hasil Uji Logam Berat Pb dan Cd
mujair dan ikan nila pada responden
pada Ikan
wanita. Dilihat dari jumlah ikan yang
Hasil uji kandungan logam berat Pb
dikonsumsi, wanita yang mengonsumsi
dan Cd dengan metode Atomic Absorption
Ikan mujair memiliki rerata sekali
Spectrophotometer (AAS) pada sampel ikan
konsumsi 1,875 ekor dengan standar
disajikan dalam tabel berikut.
deviasi 0,99. Sedangkan untuk wanita yang
mengonsumsi ikan nila, memiliki rerata
sekali konsumsi 1,83 ekor dengan standar
Tabel 5. Hasil Uji Logam Berat Pb dan Cd Pada Ikan dengan Metode AAS
Jenis Lokasi Kode Konsenterasi Logam (ppm)
Ikan Sampel Pb Cd
Mujair Tukad Korea IV 0,1104 tidak terdeteksi
Taman Pancing VI 0,3139 *# tidak terdeteksi
VII 0,1267 tidak terdeteksi
VIII 0,2804 * tidak terdeteksi
Waduk XI 0,3191 *# tidak terdeteksi
XII 0,1753 tidak terdeteksi
XIII 0,5012*# tidak terdeteksi
41
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
42
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
responden pria yang mengonsumsi Ikan tidak terdeteksi adanya logam kadmium
nila, dan responden wanita yang (Cd), maka perhitungan risiko kesehatan
mengonsumsi ikan nila. Dikarenakan hanya dilakukan untuk logam timbal (Pb).
dalam sampel daging ikan yang diperiksa
43
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
risiko kesehatan dapat dilakukan (Javed & sungai. Dimana segala aktivitas tersebut
Usmani, 2016). menghasilkan limbah yang secara langsung
a. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Pada dan tidak langsung membebani air Tukad
Ikan yang Ditangkap di Tukad Badung yang akan mempengaruhi kondisi
Badung dan fungsi perairan Tukad Badung
Berdasarkan hasil pemeriksaan, kedepannya. (Mahendra et al., 2015).
terdapat beberapa sampel yang memiliki Diketahui logam timbal banyak ditemukan
konsenterasi logam Pb diatas batas dalam cat/pewarna (termasuk limbah
maksimal yang diatur dalam Peraturan pewarna tekstil) yang tentu sangat
BPOM No. 23 Tahun 2017 (0,20 ppm), serta berbahaya apabila dibuang secara lagsung
batas cemaran logam berat pada makanan ke badan air (Verma & Dwivedi, 2013).
yang diatur dalam SNI 7387:2009 (0,30 Dalam industri tekstil, logam timbal
ppm). Terdapat total 3 sampel ikan yang digunakan sebagai campuran pewarna,
melebihi standar dari BPOM, sedangkan yaitu warna putih dari timbal putih
terdapat 8 sampel yang melebihi standar [Pb(OH)2.2PbCO3] dan warna merah dari
BPOM dan SNI. Adapun rerata dari logam timbal merah (Pb3O4). Pb ini akan
berat Pb pada ikan mujair adalah 0,25 ppm terakumulasi sebagai limbah cair dari
dengan standar deviasi 0,13. Rerata kadar industri tekstil tersebut (Latifah, Ernia,
logam berat Pb pada ikan nila adalah 0,24 Yulianto, & Pramono, 2014).
ppm dengan standar deviasi 0,12. Rerata ini Perpindahan logam berat dari
melebihi standar BPOM yakni 0,20 ppm. lingkungan ke dalam tubuh ikan, melalui
Logam Pb yang ditemukan pada proses ingesti ataupun dapat melalui
ikan mujair maupun ikan nila yang kontak langsung dengan air yang tercemar
ditangkap di Tukad Badung dapat berasal tersebut. Masuknya logam berat ke tubuh
dari air ataupun organisme air yang lebih ikan secara terus menerus yang tidak
kecil (makanan Ikan mujair dan Nila) yang diimbangi kemampuan detoksifikasi dan
terkontaminasi oleh timbal. Sumber utama laju metabolisme ikan menimbulkan
pencemaran logam berat timbal pada penumpukan logam pada jaringan ikan,
lingkungan sungai Tukad Badung adalah termasuk pada otot/ daging ikan. Proses ini
terdapatnya industri tekstil yang disebut bioakumulasi. Selain air,
membuang limbah pewarna tekstil secara kemungkinan ikan mujair dan ikan nila
langsung (tanpa dilakukan pengolahan mendapatkan logam timbal dari makanan
terlebih dahulu) ke dalam aliran sungai. ikan tersebut yang juga terkontaminasi oleh
Pada daerah hulu sungai juga terdapat logam timbal (Lee et al., 2019).
daerah pertanian dan peternakan, serta b. Kadar Logam Berat Kadmium (Cd)
sepanjang sungai terdapat bengkel, Pada Ikan yang Ditangkap di Tukad
laundry, pasar, rumah sakit, industri Badung
pangan dan kerajinan serta perkantoran. Berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak
Selain itu, terdapat akses secara langsung ditemukan logam kadmium dalam seluruh
dari fasilitas MCK warga menuju air sampel (konsenterasi tidak terdeteksi).
e-mail korespondensi : herrypurnama@unud.ac.id
44
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
45
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
nila memiliki THQ sebesar 2,31 x 10-5. logam yang dapat dianalisis hanyalah
Sedangkan THQ logam Cd tidak bisa timbal (Pb), maka nilai HI tidak dapat
dihitung karena nilai kadar logam dalam dihitung.
ikan yang diperiksa tidak terdeteksi. d. Target Cancer Risk (TR)
Nilai THQ dipengaruhi oleh Target Cancer Risk (TR) digunakan
beberapa faktor yakni durasi paparan (ED = untuk menunjukkan risiko karsinogenik
70 tahun), frekuensi paparan (EF), rata-rata (Zhong et al., 2018). Berdasarkan hasil
waktu paparan (EF x 70 tahun), ingestion perhitungan TR yakni pada responden pria
rate (19,5 x 10-3 kg/hari), Konsentrasi logam yang mengonsumsi ikan mujair memiliki
berat pada otot/daging ikan, nilai Rfd TR sebesar 6,73 x 10-10, responden wanita
logam, dan berat badan (Javed & Usmani, yang mengonsumsi ikan mujair memiliki
2016). Dengan kadar logam berat pada ikan TR 7,21 x 10-10, responden pria yang
yang diperiksa, responden yang tergolong mengonsumsi ikan nila memiliki TR
kategori dewasa dengan rata-rata berat sebesar 6,17 x 10 -10, dan responden wanita
badan pria 62,5 kg - 65,5 kg dan wanita yang mengonsumsi ikan nila memiliki TR
58,375 kg – 58,92 kg masih mampu 6,86 x 10-10. Nilai standar untuk TR adalah ≤
mentoleransi logam berat yang masuk ke 1 x10-6 (Us-Epa, 2007). Seluruh nilai TR
tubuhnya melalui konsumsi (oral/ingesti). yang didapatkan masih berada dibawah
Logam berat tersebut diekskresikan dari nilai standar TR, sehingga dapat dikatakan
tubuh melalui saluran kemih serta organ ikan yang dikonsumsi dari Tukad Badung
pencernaan. Sehingga logam berat tersebut oleh responden menimbulkan risiko
tidak disebarkan lebih lanjut ke seluruh kesehatan khususnya risiko karsinogenik
tubuh oleh darah (Hu, 2002). Sehingga pada tingkat rendah.
logam berat yang terkandung dalam Nilai TR sangat bergantung pada
daging ikan dapat menimbulkan risiko non durasi paparan (70 tahun), frekuensi
karsinogenik yang rendah. paparan (EF), rata-rata waktu paparan (EF
c. Hazard Index (HI) x 70 tahun), ingestion rate (19,5 × 10-3
Hazard Index (HI) merupakan kg/hari), CSF (8,5 x 10-3 mg/kg/hari), berat
gabungan THQ dari beberapa logam berat badan responden, dan kadar logam berat
yang dianalisis dari semua sampel sebagai dalam daging/otot ikan. Dengan nilai EF,
evaluasi dari adanya kemungkinan risiko berat badan, dan kadar logam berat pada
kesehatan yang timbul akibat kombinasi daging/otot ikan yang diperiksa, tubuh
dari akumulasi berbagai jenis logam berat responden masih mampu mentoleransi
(Hosna-Ara et al., 2018). Untuk menilaian logam berat yang masuk ke dalam
risiko dari beberapa logam berat sekaligus tubuhnya sejalan dengan proses
yang terkandung dalam ikan, perhitungan metabolism tubuh responden. Logam berat
untuk HI dilakukan dengan cara tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui
menjumlahkan semua nilai THQ dari saluran pencernaan ataupun saluran
masing-masing logam yang dianalisa kemih. Sehingga logam berat tersebut tidak
(Javed & Usmani, 2016). Dikarenakan disebarkan lebih lanjut ke seluruh tubuh
e-mail korespondensi : herrypurnama@unud.ac.id
46
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
oleh darah (Fu & Xi, 2020). dihitung karena tidak terdeteksi pada ikan.
Target Hazard Quotients (THQ) untuk
Keterbatasan Penelitian logam Pb pada responden pria yang
Keterbatasan dalam penelitian ini mengonsumsi ikan mujair adalah sebesar
adalah dalam pengambilan data hanya 2,26x10-5, responden wanita yang
dilakukan pada 3 titik yakni di Tukad mengonsumsi ikan mujair adalah sebesar
Korea, Taman Pancing, dan Waduk Muara 2,42x10-5, responden pria yang
Tukad Badung. Hasil penelitian akan lebih mengonsumsi ikan nila memiliki THQ
representatif apabila pengambilan sampel 2,07x10-5, dan responden wanita yang
dilakukan pada titik yang lebih banyak dan mengonsumsi ikan nila memiliki THQ
ruas sungai yang lebih sempit. 2,31x10-5. Dapat dikatakan kadar logam
berat Pb pada ikan yang dikonsumsi
SIMPULAN
responden dengan pola makan saat ini,
Kadar logam berat timbal (Pb) yang
menimbulkan risiko kesehatan non
terkandung pada ikan mujair yang
karsinogenik dalam tingkat rendah.
ditangkap di Tukad Badung berkisar antara
Sedangkan THQ logam Cd tidak bisa
0,1104 - 0,5012 ppm (rerata 0,2539125 ppm),
dihitung karena nilai kadar logam dalam
dan pada ikan nila berkisar antara 0,0928 –
ikan yang diperiksa tidak terdeteksi. Hazard
0,4462 ppm (rerata 0,243742 ppm). Rerata
Index (HI) tidak dapat dihitung karena
timbal pada kedua jenis ikan tersebut telah
hanya logam Pb yang terdeteksi.
melebihi batas maksimal logam Pb pada
Target cancer Risk (TR) pada
ikan yang diatur dalam Peraturan BPOM
masyarakat yang mengonsumsi ikan yang
No. 23 Tahun 2017. Sedangkan, logam berat
ditangkap dari Tukad Badung yakni pada
kadmium (Cd) tidak terdeteksi dalam ikan
responden pria yang mengonsumsi ikan
yang diperiksa.
mujair memiliki TR sebesar 6,73 x 10-10,
Estimated daily intake (EDI) untuk
responden wanita yang mengonsumsi ikan
logam Pb pada responden pria yang
mujair memiliki TR 7,21 x 10-10, responden
mengonsumsi ikan mujair adalah sebesar
pria yang mengonsumsi ikan nila memiliki
7,9 x 10-2 mg/kg/hari, responden wanita
TR sebesar 6,17 x 10-10, dan responden
yang mengonsumsi ikan mujair memiliki
wanita yang mengonsumsi ikan nila
EDI sebesar 8,5 x 10-2 mg/kg/hari,
memiliki TR 6,86 x 10-10. Sehingga dapat
responden pria yang mengonsumsi ikan
dikatakan risiko karsinogenik dari
nila memiliki EDI sebesar 7,3 x 10-2
mengonsumsi logam Pb yang berasal dari
mg/kg/hari, dan responden wanita yang
ikan yang ditangkap di Tukad Badung
mengonsumsi ikan nila memiliki EDI
tergolong rendah. Sedangkan TR logam Cd
sebesar 8,1x10-2 mg/kg/hari. Maka dapat
tidak bisa dihitung karena tidak terdeteksi
dikatakan intake harian dari logam berat Pb
dalam ikan yang diperiksa.
pada ikan yang dikonsumsi responden,
menimbulkan risiko kesehatan yang tinggi.
Sedangkan nilai EDI untuk Cd tidak bisa
47
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
48
Arc. Com. Health • April 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 1 : 33 - 49
49