p-ISSN: 0972-6268
Lingkungan Alam dan Teknologi Polusi (Cetak salinan hingga 2016)
Jil. 22 No.2 hal.835-843 2023
Jurnal Ilmiah Triwulanan Internasional
e-ISSN: 2395-3454
ABSTRAK
Nat. Env. & Jajak Pendapat. Teknologi.
Situs web: www.neptjournal.com Logam berat dapat menurunkan jumlah spesies di alam. Penelitian ini bertujuan untuk
Diterima: 20-09-2022 mengetahui hubungan jenis makroinvertebrata yang tertekan logam berat di Kawasan
Revisi: 11-03-2022 Mangrove Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur. Jenis penelitian ini adalah observasional.
Diterima: 11-11-2022 Penentuan stasiun dilakukan dengan menggunakan metode purposive random sampling.
Pengujian kandungan Pb dan Cd dilakukan dengan metode AAS. Pengujian kandungan gizi
Kata Kunci: dilakukan dengan metode AAS dan Kjeldahl. Analisis data disajikan secara deskriptif, dan
Makroinvertebrata analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan Principal Component Analysis (PCA).
Logam berat Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat variasi jenis
Analisis Komponen Utama dan sebaran makroinvertebrata yang tertekan logam berat di kawasan mangrove Surabaya.
Hutan bakau Stasiun 1 didominasi oleh Ocypode ryderi, Stasiun 2 oleh Assiminea sp., Stasiun 3 oleh
Scylla paramamosain, dan Stasiun 4 oleh Cerithidea sp. dengan tingginya kandungan logam
(Cd, Pb), serta unsur hara tanah dan air (Org-C, N) di Stasiun 1, 3, dan 4. Stasiun 2 hanya memiliki Pb. A
(Filum Mollusca) dapat menjadi kandidat bioindikator logam terbaik karena muncul di semua
lokasi yang tanah dan airnya telah terkontaminasi logam Pb dan Cd tanpa mempengaruhi
kehidupannya.
PERKENALAN air tambak di Kawasan Mangrove Wonorejo pada bulan Juli 2018
mengandung Pb sebesar 0,022 ppm dan Cd sebesar 0,087 ppm (Wijaya
Kawasan hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang terletak
et al. 2019a) dibandingkan pada bulan Juni 2019 ditemukan Pb sebesar
pada kawasan peralihan antara ekosistem daratan dan lautan yang
0,304 ppm, dan Cd sebesar 0,047 ppm (Wijaya et al. 2019b) dan pada
mempunyai berbagai peran penting bagi kehidupan (Riry dkk. 2020).
bulan Desember 2021 ditemukan Pb sebesar 0,045 ppm, dan Cd sebesar
Di Surabaya yaitu di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya), terdapat
0,005 ppm (Wijaya & Sanjaya 2021).
Kawasan Hutan Mangrove Wonorejo yang terletak di bagian timur
Kota Surabaya dan berbatasan langsung dengan Selat Madura. Pencemaran logam berat dapat membahayakan lingkungan
Kawasan ini termasuk kawasan muara, muara berbagai sungai di karena tidak terurai, dapat terakumulasi dalam sedimen dan kolom
Surabaya, seperti Sungai Jagir (DAS Brantas) dan saluran Avour air, serta terserap dalam jaringan hidup. Konsentrasi logam berat
(sungai buatan) yang mengalir dari Kecamatan Rungkut hingga yang tinggi dapat mengganggu proses metabolisme dan perubahan
Selat Madura. Sungai-sungai tersebut diketahui melewati kawasan morfologi serta menyebabkan kematian biota (Sari et al. 2017).
industri sehingga berpotensi membawa logam berat ke Kawasan Penelitian yang dilakukan oleh Budijastuti (2016) menunjukkan
Hutan Mangrove Wonorejo (Wijaya & Sanjaya 2021). bahwa keberadaan logam berat Pb dan Cr dapat mempengaruhi
struktur morfometri meliputi panjang, berat, diameter tubuh, dan
ukuran lubang kelamin jantan dan betina pada cacing tanah melalui
Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis
Principal Component Analysis (PCA). ) analisis.
lebih besar dari 5 g.cm-3, seperti Pb dan Cd (Syachroni 2017). Pb
memiliki warna keabu-abuan mengkilat, nomor atom 82, berat atom
207,20, dan titik leleh 1740o C (Mauriza dkk. 2020). Makroinvertebrata merupakan kelompok hewan tanpa tulang
Cd memiliki nomor atom 48, berat atom 112,40, dan titik leleh 321ºC. punggung, dengan ukuran tubuh lebih dari 1 mm (Diantari dkk.
Di air laut, Cd berbentuk CdCl2, sedangkan di air tawar CdCO3 dan 2017), dilengkapi dengan daya adaptasi yang baik pada lingkungan
air payau (muara sungai) jumlah keduanya seimbang (Fatmawati yang tercemar. Dalam ekosistem mangrove, makroinvertebrata
Nur 2013). Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa berperan penting; Mereka dapat membantu mengurangi polutan air,
silvofishery menjadi makanan bagi biota lain, dan menjadi bioindikator kualitas air
Machine Translated by Google
(Riry dkk. 2020). Dua filum yang termasuk dalam makroinvertebrata, untuk makroinvertebrata di substrat. Sampel didokumentasikan dan
seperti Arthropoda dan Moluska, diketahui mempunyai kemampuan disortir, dan setiap spesies dihitung di Laboratorium Taksonomi Jurusan
sebagai bioindikator logam. Filum Arthropoda dapat menjadi pembersih Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya.
lingkungan dan bioindikator pencemaran logam karena kemampuannya
mengakumulasi Pb, Cd, dan Zn (Rohyani & Farista 2013). Selain itu, Sampel tanah dan air diambil dari masing-masing stasiun untuk
filum Moluska khususnya Gastropoda dapat digunakan sebagai dianalisis kandungan logam berat Pb dan Cd, kandungan unsur hara C
bioindikator pencemaran karena mempunyai tingkat toleransi yang luas dan N organik, serta beberapa parameter lingkungan.
terhadap air dan dapat mengakumulasi logam berat (Wulansari & Kandungan logam berat Pb dan Cd dianalisis di Laboratorium Kimia
Kuntjoro 2018).
FMIPA Universitas Negeri Surabaya dengan menggunakan metode
Informasi mengenai jenis-jenis makroinvertebrata yang mengalami Spektrofotometer Serapan Atom. Kandungan zat gizi C dan N organik
cekaman logam berat di Indonesia khususnya di Kawasan Mangrove dianalisis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Wonorejo dan hubungannya dengan logam berat belum diketahui, Analisis kandungan unsur hara C organik menggunakan metode
sehingga penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keterkaitan jenis- Spektrofotometer Serapan Atom, sedangkan analisis kandungan unsur
jenis invertebrata yang mengalami cekaman tersebut. oleh logam berat hara N menggunakan metode Kjeldahl. Pengukuran parameter
di Kawasan Mangrove Wonorejo. lingkungan dilakukan secara in situ, antara lain kelembaban tanah dan
pH tanah menggunakan soil tester, suhu tanah menggunakan
termometer tanah, suhu udara menggunakan termometer, CO2
BAHAN DAN METODE menggunakan CO2 meter, intensitas cahaya menggunakan lux meter,
dan salinitas menggunakan a refraktometer.
Wilayah Studi dan Pengumpulan Sampel
A. Tanah
Makroinvertebrata dikumpulkan dengan metode hand-collecting ×
Kadar logam (mg.kg-1) = =
dan menggali hingga kedalaman 5 cm
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 214 makroinvertebrata Pada Gambar 3C terlihat bahwa Stasiun 1, 3, dan 4 mempunyai
yang terdiri dari 2 Filum, 6 Kelas, 23 Famili, dan 34 Spesies (Tabel karakteristik tanah mangrove dan air yang kuat serta logam dan
1). unsur hara yaitu Cd (mg.kg-1), C organik (g.100g-1), N (g.100g-1),
Berdasarkan hasil analisis PCA terkait korelasi sebaran Pb (mg.L-1), Cd (mL-1) sedangkan pada Stasiun 2 ciri logam dan
makroinvertebrata pada setiap stasiun berdasarkan Filum, Kelas, unsur hara yang menonjol pada tanah dan air mangrove adalah Pb
Famili, dan Spesies berpusat pada 2 sumbu utama dengan nilai (mg.kg-1).
eigenvalue lebih dari 1 dengan total variansi sebesar 61,698%. Di
Pengukuran Lingkungan Ekologis di Wonorejo
Stasiun 1, makroinvertebrata berdasarkan filum didominasi oleh
Kawasan Mangrove
Arthropoda tetapi juga sejumlah kecil Mollusca (Gambar 2A);
berdasarkan kelas (Gambar 2B) didominasi oleh Crustacea, Berdasarkan hasil analisis PCA (Gambar 4) terlihat adanya korelasi
Insecta, Arachnida, Gastropoda; oleh Keluarga negatif antara ekologi
parameternya yaitu pH tanah dan kelembaban tanah, suhu dan dan suhu udara, intensitas cahaya dan CO2, serta salinitas dan suhu
kelembaban udara, CO2 dan kelembaban udara, intensitas cahaya dan udara.
kelembaban udara, salinitas dan pH tanah, serta salinitas dan kelembaban udara.Pada Gambar 4C, Stasiun 1 memiliki karakteristik ekologi lingkungan
Sedangkan korelasi positif antara suhu udara dan suhu tanah, CO2 dan yang kuat, termasuk pH tanah dan salinitas. Stasiun 2 memiliki
suhu udara, intensitas cahaya dan pH tanah, intensitas cahaya dan suhu karakteristik lingkungan dan ekologi yang menonjol: suhu tanah,
tanah, intensitas cahaya kelembaban udara, suhu udara, CO2, cahaya
Apidae Api sp 1 2 1 4
Vespidae Polistes sp 1 1 2
Pentatomoidae Euthyrhynchus sp 1 2 3
Potamididae Teleskopium 4 3 7
Cerithidea tumpul 5 5
Cerithidea sp 10 10
ÿ 72 82 20 40 214
Gambar 2. Sebaran makroinvertebrata pada 4 stasiun di Kawasan Mangrove Wonorejo berdasarkan : A. Filum, B. Kelas, C. Famili, D. Spesies.
Tabel 2. Rata-rata Hasil Uji Logam dan Unsur Hara pada Air dan Tanah Kawasan Mangrove Wonorejo.
Stasiun Hasil Uji Logam Tanah Hasil Uji Gizi Hasil Uji Logam Air
Catatan: Jogging track Stasiun 1 di tepi sungai; Stasiun 2 makro tepi sungai; stasiun 3 muara; Stasiun 4 kolam
Tabel 3: Rata-rata Data Ekologi Kawasan Mangrove Wonorejo.
Stasiun Kelembaban Tanah pH Suhu Tanah [°C] Kelembaban Suhu Udara [°C] CO2 Intensitas Salinitas [‰]
[%RH] tanah udara [%] [ppm] Cahaya (Lux)
1 10 7 27,8 82% 31.15 472,2 310 10
Catatan: Jogging track Stasiun 1 di tepi sungai; Stasiun 2 makro tepi sungai; stasiun 3 muara; Stasiun 4 kolam
Gambar 3. Grafik PCA sebaran titik-titik stasiun penelitian berdasarkan sifat logam dan hara tanah dan air mangrove: A. Proyeksi titik-titik
stasiun pengamatan terhadap komponen utama; B. Sebaran logam dan unsur hara tanah dan air mangrove pada komponen utama sifat; C.
Klasifikasi stasiun pengamatan berdasarkan sifat logam dan hara tanah dan air mangrove.
Gambar 4. Grafik PCA sebaran titik-titik stasiun penelitian berdasarkan karakteristik ekologi lingkungan: A. Proyeksi titik-titik stasiun pengamatan
pada komponen utama; B. Sebaran ciri-ciri ekologi lingkungan menurut komponen utamanya; C. Klasifikasi titik stasiun pengamatan berdasarkan
karakteristik ekologi lingkungan.
intensitas, pH tanah, dan salinitas. Stasiun 3 mempunyai karakteristik Berdasarkan hasil penelitian, Stasiun 1 didominasi oleh
ekologi lingkungan seperti pH tanah, suhu, suhu udara, CO2, makroinvertebrata dari spesies Ocypode ryderi, Crocothemis selvilia,
intensitas cahaya, dan salinitas. Sedangkan Stasiun 4 mempunyai Leucauge sp, Aspidomorpha deusta, Paraonchidium sp2, dan
karakteristik lingkungan dan ekologi berupa suhu tanah, suhu udara, Cerithidea obtuse dengan sebaran terbesar pada spesies Ocypode
CO2, intensitas cahaya, dan kelembaban udara. ryderi. Ocypode ryderi,
atau Kepiting Hantu, merupakan biota nokturnal yang banyak
ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Memiliki ukuran karapas
DISKUSI berkisar antara 2,375-2,4 cm dan hidup dengan membuat liang di dalam pasir.
Kepiting hantu ini hidup di daerah pasang tertinggi, dan ketika air laut
Kawasan hutan mangrove Wonorejo di Surabaya merupakan
sedang tinggi, mereka dapat mengendalikan air yang masuk ke
kawasan lahan basah yang didominasi oleh hutan mangrove dan
dalam liangnya (Elfandi dkk. 2018).
tambak tradisional dengan potensi keanekaragaman yang tinggi
(Akhadah et al. 2019). Kawasan ini tidak hanya dikelola untuk Keberadaan populasi kepiting ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
Ekowisata Mangrove, kolam silvofishery, dan kolam tradisional pantai yang menjadi habitatnya. Pantai yang masih alami biasanya
(Wijaya & Sanjaya 2021) tetapi juga menjadi lokasi pemijahan, banyak terdapat kepiting hantu karena proses rantai makanannya
pembibitan, dan tempat mencari makan, memijah, membesarkan, masih terjaga. Pantai yang tercemar jarang sekali ditemukan kepiting
dan berlindung beberapa spesies makroinvertebrata. hantu (Elfandi dkk. 2018). Dampak negatif yang ditimbulkan
paparan logam berat pada hewan berupa: gangguan laju makan, di karpus dan dua duri tumpul di sisi kanan chela. Kepiting bakau
pernafasan, proses reproduksi, kelainan morfologi, tingkah laku, dan mempunyai wilayah sebaran yang luas serta mampu bertoleransi dan
fungsi organ tubuh, yang pada akhirnya akan berdampak pada beradaptasi dengan kuat terhadap hutan bakau (Gita,2016).
persebaran suatu spesies (Marbun dkk.2013). Kepiting bakau dapat menjadi bioindikator karena kepiting bakau
mempunyai habitat di daerah pantai yang dangkal dan berlumpur
Berdasarkan hasil penelitian, pada lokasi ditemukannya spesies ini substrat (Susilo dkk. 2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
(Stasiun 1) mempunyai karakteristik Logam dan Unsur Hara Tanah Noviani dkk. (2020), kepiting bakau mampu mengakumulasi logam Pb
serta Air Mangrove yang kuat yaitu Cd (mg.kg-1), C organik (g.100g m 0-0,053 mg.kg-1 sehingga berpotensi menjadi bioindikator
-1), N (g.100g-1), Pb (mg.L-1), Cd (mg.L-1). Namun keberadaan logam pencemaran logam. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa
berat tersebut tidak mempengaruhi persebaran Kepiting Hantu (Ocypode sebaran Scylla paramamosain pada stasiun 3 mempunyai nilai tertinggi
ryderi) karena jumlahnya masih melimpah di stasiun ini, sehingga padahal berdasarkan pengujian logam berat stasiun ini mempunyai
terlihat bahwa spesies ini mampu beradaptasi terhadap cekaman logam karakteristik Logam dan Hara Tanah dan Air Mangrove yang kuat,
berat dan dapat menjadi sumber stres logam berat. bioindikator. Hal ini diantaranya Cd (mg .kg-1), C organik (g.100g-1), N (g.100g-1), Pb
sejalan dengan pernyataan Stelling Wood (2016) yang menyatakan (mg.L-1), Cd (mg.L-1) namun keberadaan logam-logam tersebut tidak
bahwa Kepiting Hantu banyak digunakan sebagai indikator ekologi mempengaruhi mempengaruhi populasi Scylla paramamosain.
lingkungan.
Berdasarkan hasil analisis PCA, Stasiun 1 mempunyai karakteristik Berdasarkan analisis PCA diketahui stasiun 2 dan 3 hampir
ekologi lingkungan yang kuat, antara lain pH tanah dan salinitas, mempunyai kesamaan karakteristik lingkungan dan ekologi dominan
berkorelasi negatif. Artinya semakin tinggi pH tanah maka salinitasnya antara lain suhu tanah, kelembaban udara, suhu udara, CO2, intensitas
semakin rendah. Derajat keasaman (pH) merupakan faktor pembatas cahaya, pH tanah, dan salinitas. Namun karakteristik kelembaban
yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup makroinvertebrata jika udara hanya terdapat pada stasiun 2. Nilai kelembaban udara pada
terlalu asam atau basa. Pada stasiun ini nilai pH tanah adalah 7 dan stasiun ini cukup tinggi yaitu 75%RH. Fatmala dkk. (2017) menyatakan
tergolong pH netral yang cocok untuk kehidupan makroinvertebrata bahwa kelembaban tinggi lebih baik bagi hewan tanah dibandingkan
termasuk moluska dan artropoda. kelembaban rendah.
Hal ini sesuai dengan Fatmala dkk. (2017) menyatakan bahwa artropoda Namun, artropoda permukaan tanah dapat mati atau bermigrasi ke tempat
permukaan tanah dapat hidup dengan baik dan harus berada pada lain dalam kondisi kelembapan yang sangat tinggi. Kelembapan yang rendah
kisaran pH netral antara 6-8 (Fatmala et al. 2017). Selain itu stasiun ini akan merangsang artropoda permukaan tanah untuk berpindah ke tempat
mempunyai nilai salinitas 10‰ yang tergolong baik dan sejalan dengan yang kelembapannya optimal, sehingga memungkinkan terbentuknya kelompok.
pernyataan Riry dkk. (2020) bahwa tingkat salinitas perairan mangrove Selain itu, kelembaban udara berkorelasi negatif dengan suhu udara
(0,5-35 ppt) sehingga dapat menunjang kelangsungan hidup dan CO2. Semakin rendah suhu dan CO2 maka semakin tinggi
makroinvertebrata. kelembapannya, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena
Stasiun 2 dan 3 didominasi oleh spesies yang sama yaitu Scylla suhu yang rendah mengakibatkan aktivitas air di udara semakin tinggi,
paramamosain, Pseudosesarma moeschii, Ocypode mortoni, Oxyopes sehingga kelembapan udara menjadi tinggi.
javanus, Telescopium tele s copium, Echinolittorina sp., Assiminea sp., Stasiun 4 didominasi makroinvertebrata dari Episesarma
dan Perna sp. Namun Stasiun 2 mempunyai sebaran Assiminea sp singaporense, Tubuca, Zizina otis, Acraea violae, Argiope sp, Polistes
yang terbesar. sedangkan Stasiun 3 adalah Scylla paramamosain. sp, Amata huebneri, Euthyrhynchus sp, Cyclopelta obscura, Mantis
Assimine a sp mempunyai ciri-ciri cangkang atas pendek dengan ujung religiosa, dan Cerithidea dengan sebaran spesies Cerithidea sp.
cangkang tumpul, bagian bawah bulat, warna tubuh kemerahan, dengan ditemukan lebih melimpah dibandingkan spesies lain. Cerithidea sp.
ukuran tubuh berkisar 0,5 cm (Achsan 2019). Spesies ini termasuk mempunyai habitat di daerah tropis dengan suhu sedang (28-30 ºC), di
dalam filum moluska yang dapat digunakan sebagai bioindikator kondisi perairan dangkal, dan hidup di dasar substrat berlumpur dan lingkungan
ekosistem mangrove (Sani et al. 2020).
muara. Berdasarkan penelitian Wahyudi dkk. (2015), Cerithidea sp.
dapat mengakumulasi Pb sebesar 1.900 ± 0,393 ppm dan berpotensi
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa sebaran Assiminea sp
sebagai bioakumulator dan bioindikator. Hal ini sesuai dengan hasil
tidak dipengaruhi oleh keberadaan logam berat pada stasiun 2, yang
penelitian di lokasi ditemukannya spesies ini (Stasiun 4) mempunyai
diketahui pada stasiun ini mempunyai sifat Logam dan Nutrisi Tanah karakteristik Logam dan Unsur Hara Tanah dan Air Mangrove yang
dan Air Mangrove yang kuat yaitu Pb. (mg.kg-1).
kuat yaitu Cd (mg.kg-1), C organik (g.100g -1), N (g.100g-1), Pb
(mg.L-1), Cd (mg.L-1). Cerithidea sp. akan mengakumulasi logam-
Scylla paramamosain atau kepiting bakau memiliki ciri karapas logam tersebut seiring dengan masuknya makanan;
berwarna coklat. Chela bagian luar berwarna oranye. Terdapat enam
duri tajam di tepi depan, satu duri tidak tajam
Namun keberadaan logam berat tersebut tidak mempengaruhi Berdasarkan penelitian terlihat bahwa dari seluruh stasiun,
sebaran Cerithidea sp. karena jumlahnya masih melimpah di stasiun Assiminea sp. (filum mollusca) dapat menjadi kandidat terbaik untuk
ini dan stasiun lainnya; terlihat bahwa spesies tersebut mampu bioindikator logam karena kemunculannya di semua lokasi yang
beradaptasi terhadap cekaman logam berat dan dapat menjadi tanah dan airnya telah terkontaminasi logam Pb dan Cd tanpa
bioindikator pencemaran logam. mempengaruhi kehidupannya. Hal ini sesuai dengan Maretta dkk.
Berdasarkan hasil penelitian, Stasiun 4 mempunyai karakteristik (2019) bahwa moluska dapat digunakan sebagai bioindikator logam
lingkungan dan ekologi yang dominan: suhu tanah, suhu udara, berat karena mobilitasnya yang lambat, kecenderungannya untuk
mengendap, dan cara pemberian pakan yang menyaring suspensi
CO2, intensitas cahaya, dan kelembaban. Semua karakteristik ini,
kecuali kelembapan, berkorelasi positif satu sama lain. Artinya sehingga mudah beradaptasi dan menerima setiap perubahan
semakin tinggi suhu tanah maka semakin tinggi pula suhu udaranya, lingkungan yang terjadi.
REFERENSI
Nilai rata-rata karbon dioksida atau CO2 penelitian ini adalah
448,3 ppm, yang masih tergolong baik dan diperbolehkan. Achsan, N. 2019. Kajian Struktur Komunitas Makrobenthos dan Kualitas
Lingkungan Pada Ekosistem Mangrove Pulau Lumpur Sidoarjo Jawa
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurniawan (2019) nilai ambang
Timur. Disertasi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
batas CO2 yang diperbolehkan menurut OSHA adalah 500 ppm.
CO2 tidak menimbulkan efek berbahaya bagi kesehatan jika berada Akhadah, N., Sanora, GD, Nurlaili, RA dan Ambarwati, R. 2019.
pada konsentrasi di atas 550 ppm namun jika di atas 800 ppm, CO2 Keanekaragaman dan kelimpahan burung di kawasan mangrove Wonorejo
Surabaya. biologi. Nat. Sem., 9: 237-242.
dapat mengindikasikan kurangnya udara segar. Budijastuti, W. 2016. Kandidat Jenis Cacing Tanah Berpotensi Sebagai
Populasi makrofauna tanah akan menurun seiring dengan Bioindikator Logam Berat Pb dan Cr Berdasarkan Kelimpahan, Struktur
Morfometri, dan Kandungan Sistein. Diambil dari http://
meningkatnya intensitas cahaya yang masuk. Intensitas sinar
lib.unair.ac.id (Diakses pada 23 Juli 2022).
matahari yang diterima ekosistem merupakan penentu penting Burhanuddin, II, Setyobudiarso, H dan Sudiro. 2019. Kajian Biomonitor
produktivitas primer, yang dapat mempengaruhi keanekaragaman Makroinvertebrata dan Status Kualitas Air Danau Sentani Kabupaten
spesies dan siklus nutrisi. Tinggi rendahnya intensitas sinar matahari Jayapura. Prosiding Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan di Era
Revolusi Industri 4.0, Malang.
dipengaruhi oleh kerapatan kanopi dan letak sudut datang sinar
55-64. [Bahasa Indonesia]
matahari. Semakin tinggi kerapatan kanopi suatu tanaman pelindung Diantari, NPR, Ahyadi, H., Rohyani, IS dan Suana, IW 2017. Keanekaragaman
dan semakin rapat (kerapatan dan besar/lebar) kanopi maka semakin serangga Ephemeroptera, Plecoptera, dan Trichoptera sebagai bioindikator
rendah intensitas sinar matahari yang dapat masuk ke permukaan kualitas air di Sungai Jangkok Nusa Tenggara Barat. J. Entomol., Indo.,
14(3): 135-142.
tanah (Qomariyah dkk. 2021). Nilai rata-rata intensitas cahaya
Elfandi, T., Adi, W. dan Syari, IA 2018. Kepadatan kepiting hantu (Ocypode) di
penelitian ini adalah 768Lux yang masih tergolong intensitas cahaya Pantai Batu Bedaun dan Pantai Air Anyir Bangka.
baik. Akuatik J.Sumb. Per., 12(1): 10-17.
Fatmala, L., Kamal, S. dan Agustina, E. 2017. Keanekaragaman artropoda permukaan Sani, LH, Candri, DA, Ahyadi, H. dan Farista, B. 2020. Struktur komunitas moluska
tanah di bawah tegakan vegetasi pinus (Pinus merkusii) Tahura Pocut Meurah di kawasan alami mangrove dan rehabilitasi pantai selatan Pulau Lombok.
Intan. Melanjutkan. Nat. Biografi. Sem., 63: 2115 J.Trop. Biol., 20(1): 139-147.
Gita, RSD 2016. Keanekaragaman kepiting bakau (Scylla spp.) di Taman Nasional Sari, SHJ, Kirana, JFA dan Guntur. 2017. Analisis logam berat terlarut Hg dan Cu di
Alas Purwo. J.Biol. Pemb. Biol., 1(2): 146-161. Perairan Pantai Wonorejo Pantai Timur Surabaya.
Husamah, R., Sisti, A. dan Hudha, AM 2017. Ekologi Hewan Tanah (Teori dan J.Pend. Geogr., 22(1): 1-9.
Praktek). Penerbit Universitas Muhammadiyah, Malang. Stelling Wood T. 2016. Respon Kepiting Hantu dan Pemulung Lainnya terhadap
Kurniawan, A. 2019. Dasar-Dasar Analisis Kualitas Lingkungan. anggur Modifikasi Habitat Pantai Berpasir Perkotaan. Tesis. Magister Filsafat di Fakultas
Media, Malang. Ilmu Biologi, Bumi dan Lingkungan Universitas New South Wales. Sidney.
Marbun, LR dan Widyorini, N. 2013. Keanekaragaman dan Kelimpahan Substrat
Makrozoobenthos Berbasis Logam Timbal (Pb) di Pesisir Teluk Jakarta. Jurnal Susilo, A., Setyawati, TR dan Yanti, AH 2017. Morfometri kepiting bakau (Scylla
Pengelolaan Sumber Daya Perairan. 2(2): 54-59. spp.) di kawasan hutan bakau Muara Sungai Mutusan Kabupaten Sambas.
Maretta, L., Widiani, GN dan Septiana, NI 2019. Keanekaragaman Moluska di Pantai Protobion, 6(1): 53-58.
Pasir Putih Lampung Selatan. Biotropika : J.Trop. Biol., 7(3): 87-94. Syachroni, SH 2017. Analisis Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) Pada
Persawahan Kota Palembang. SILVA, 6(1): 23-29
Mauriza, R., Ashari, M. dan Yahya, H. 2020. Uji efektivitas cangkang keong emas Wahyudi, RA, Purnomo, T. dan Ambarwati. R. 2015. Tingkat timbal (Pb) dan
(Pomacea canaliculata L.) sebagai biosorben dalam menyerap logam timbal kepadatan populasi Cerithidea sp. di pantai selatan Bangkalan Madura, Jawa
(Pb). J.Phi Pend. Fisik. Terap., 1(3): 25-32. Timur. LenteraBio, 4(3): 174-179.
Noviani, E., Sulistiono, K. and Samosir, AM 2020. Kadar logam berat (Pb, Hg) pada Wijaya, NI, Sanjaya, R. dan Nuhman. 2019a. Pengaruh Perairan Kolam Silvofishery
kepiting bakau (Scylla serrata) di Perairan Pesisir Cengkok, Teluk Banten, di Mangrove Wonorejo yang Terkontaminasi Logam Berat Pb, Cd, dan Cu
Indonesia. Omni-Akuatika, 16(2): 108-115. terhadap Hewan Budidaya.
Nur, Fatmawati 2013. Fitoremediasi logam berat Kadmium (Cd). Prosiding ke-7 – Seminar Internasional Teknik Kelautan dan Pesisir, Pengelolaan
Biogenesis, 1(1): 74-83. Bencana Lingkungan dan Alam (ISOCEEN). Desember 2019, hlm.207-211.
Qomariyah, N., Nugroho, AS dan Hayat, MS 2021. Makrofauna tanah pada lahan
hortikultura Desa Losari Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Quagga: Wijaya, NI dan Sanjaya, RF 2021. Kepadatan mangrove terhadap kandungan logam
J.Pend. Biol., 13(1): 68-73. Pb, Cu, dan Cd pada daging ikan bandeng (Chanos chanos) di Mangrove
Riry, KZ, Prihatmo, G. and Kisworo, M. 2020 Keanekaragaman Makroinvertebrata Wonorejo, Surabaya. J.Pert.Terp., 9(2): 150-161.
Pada Ekosistem Mangrove di Dusun Lempong Pucung, Kecamatan Kampung Wijaya, NI, Trisyani, N. dan Sulestani, A. 2019b. Potensi pengembangan budidaya
Laut, Kabupaten Cilacap. Prosiding Seminar Nasional Biologi Era Pandemi silvofishery kepiting bakau (Scylla serrata) di Kawasan Mangrove Wonorejo
COVID-19 Gowa, 19 September 2020. Surabaya. J. Res Hutan. Konservasi Alam, 16(2): 173-189.
[Bahasa Indonesia]
Rohyani, IS dan Farista, B. 2013. Keanekaragaman arthropoda tanah di hutan Wulansari, DF dan Kuntjoro, S. 2018. Keanekaragaman Gastropoda dan Perannya
lindung dan taman alam Kerandangan di Lombok Barat. J. Sebagai Bioindikator Logam Berat Timbal (Pb) di Pantai Kenjeran Kecamatan
biologi. Trop., 13(1): 39-44. Bulak Kota Surabaya. LenteraBio, 7(3): 241-247.