Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH VARIASI PRODUK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA GROSIR SEMBAKO UD TITIAN

MAS BANJARMASIN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama dalam bidang bisnis.
Bebasnya perdagangan saat ini mengakibatkan perusahaan perusahaan asing bebas masuk ke
Indonesia dan berkembang dengan pesat. Perkembangan yang sangat pesat memberikan
tantangan tersendiri bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Oleh karena itu agar mampu
bersaing perlu melakukan inovasi agar mampu bertahan dalam persaingan bisnis yang ada.
Kebutuhan dan keinginan yang semakin meningkat membuat banyak orang membuka bisnis
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Bisnis semakin meningkat karena banyaknya jenis
produk barang dan jasa yang di butuhkan masyarakat. Melihat kebutuhan konsumen yang
berbagai macam salah satunya ialah kebutuhan sehari-hari yang menjadi kebutuhan wajib bagi
setiap orang menjadikan para pembisnis memiliki peluang yang cukup besar dalam membuka
usaha.
Menurut Kotler (2008:12), kebutuhan adalah syarat hidup manusia. Orang membutuhkan
udara, makanan, air, pakaian dan tempat tinggal untuk dapat bertahan hidup. Orang juga
memiliki kebutuhan yang kuat akan rekreasi, pendidikan, dan hiburan. Permintaan adalah
keinginan akan produk-produk tertentu yang didukung oleh kemampuan untuk membayar. Dan
kebutuhan merupakan keinginan manusia terhadap barang dan jasa yang harus dipenuhi, dan
jika tidak dipenuhi akan berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup manusia.
Dengan melihat kebutuhan kosumen akan permintaan membuat peluang yang besar untuk
para pembisnis. Salah satu usaha yang mampu bertahan ialah usaha dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat yang merupakan kebutuhan seharihari yang wajib dipenuhi yaitu dalam bentuk
konsumsi bahan pokok, banyaknya jenis kebutuhan yang bervariasi membuat keuntungan
tersendiri untuk para pembisnis. Setiap harinya masyarakat mampu mengeluarkan sedikitnya Rp
27.250 untuk membeli sembako menurut kompas.com. Sembilan bahan pokok atau sering kita
singkat menjadi sembako adalah sembilan jenis kebutuhan pokok masyarakat menurut Menteri
Industri dan Perdagangan no. 115/mpp/kep/2/1998 pada tanggal 27 Februari 1998, yaitu terdiri
dari beras, sagu dan jagung, gula pasir, sayursayuran dan buah-buahan, daging sapi, ayam, dan
ikan, minyak goreng dan margarin, susu, telur, minyak tanah atau gas elpiji, garam berlodium dan
bernatrium. Dari rangkaian diatas kita dapat diketahui bahwa sembako merupakan kebutuhan
yang memang harus dipenuhi dari kalangan sosial rendah maupun kekalangan sosial yang tinggi
sekalipun, guna menjalankan roda kehidupan.
Saat membuka bisnis sembako kita juga pasti akan menemui pesaing yang menjual
kebutuhan pokok yang sama seperti bisnis yang dijalankan, hal tersebut dapat meningkatkan
daya saing dalam berbisnis. Untuk itu pembisnis harus menyusun strategi pemasaran agar tetap
bertahan dalam persaingan yang kuat, salah satu jalan yang dapat ditempuh ialah dengan
meningkatkan variasi produk dalam bisnis yang dijalankan. Menurut Kotler (2009:72), yaitu
variasi produk sebagai unit tersendiri dalam suatu merek atau lini produk yang dapat dibedakan
berdasarkan ukuran, harga, penampilan atau ciri-ciri lain. Dengan kata lain variasi produk dapat
di cirikan dengan perbedaan ukuran, perbedaan harga dan perbedaan tampilan. Menyediakan
keberagaman produk yang ditawarkan kepada konsumen, dengan menyediakan pilihan produk
yang berbagai macam diharapkan dapat meningkatkan penjualan dengan banyaknya konsumen
yang datang ke dalam toko.
Pentingnya variasi produk dalam suatu toko membuat peneliti tertarik melakukan penelitian
dimana dengan variasi kita dapat memilih dan membandingkan beberapa barang dan memilih
sesuai kebutuhan yang kita inginkan, dengan demikian konsumen akan memilih untuk datang
berbelanja secara terus-menerus dan memilih tempat yang dapat memenuhi berbagai macam
kebutuhan. Mengingat variasi produk merupakan salah satu daya tarik terpenting dalam
penjualan. Variasi dapat dilihat dari pandangan dimana kita melihat banyaknya jenis produk
maupun ukuran produk yang disediakan, sehingga kita tidak mengambil keputusan secara
terpaksa, dalam arti keputusan secara terpaksa yaitu membeli suatu produk karena tidak
memiliki pilihan untuk membeli jenis produk lainnya, karena barang yang disediakan hanya satu
jenis saja.
Minat beli merupakan perilaku konsumen yang menunjukan keinginan untuk membeli suatu
barang yang dilihat dengan ketertarikan pada barang yang dilihat dan memutuskan untuk
membeli barang tersebut. Minat beli juga dapat meningkat apabila produk yang dilihat sesuai
dengan yang diharapkan oleh konsumen, bahkan konsumen juga akan membeli produk yang
tidak direncanakan sebelumnya karena ketertarikannya melihat produk lain dan berusaha untuk
membelinya. Dengan begitu dapat meningkatkan penjualan karena minat beli konsumen yang
meningkat setelah melihat berbagai macam produk.
Menurut United Nations Statistics Division, "grosir" adalah menjual kembali (menjual tanpa
pengubahan) barang baru kepada pengecer, pengguna industri atau kepada grosir lain.
Penggrosir biasanya mengatur, mengurutkan dan memeringkatkan barang-barang di tempat
luas, jumlah besar, dipakai kembali dan didistribusikan kembali di tempat yang lebih kecil. Setelah
barang berada di sebuah grosir dimana tempat yang menyediakan produk dalam jumlah besar
dan tempat yang memberikan sarana bagi pedagang kecil yang tidak memiliki modal dalam
membeli barang dalam jumlah besar. Untuk itu barang dapat di jual kepada pengecer, pengecer
merupakan organisasi ataupun seseorang yang menjalankan penjualan barang secara langsung
ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis.
Usaha dagang atau yang disingkat dengan (UD) adalah kegiatan membeli atau menjual
kembali barang barang atau jasa dengan tujuan mencari keuntungan termasuk mencari
perantara dari kegiatan tesebut, menurut badanusaha.com. Maka dapat disimpulkan bahwa,
grosir merupakan sebuah usaha yang menyediakan tempat untuk para pedagang kecil yang
menyediakan barang dalam jumlah yang besar, guna memudahkan para pedagang kecil
menjualkan kembali barang kepada konsumen akhir.
Toko grosir sudah banyak kita jumpai dimana saja di kota Banjarmasin, dimana banyaknya
permintaan konsumen dan kebutuhan yang memang harus terpenuhi membuat peluang
tersendiri bagi pengusaha di Banjarmasin untuk membuka toko grosir. Dalam penelitian ini
peneliti tertarik untuk meneliti salah satu toko grosir yang berada di Banjarmasin yaitu toko grosir
Titian Mas, untuk meningkatkan penjualan Titian Mas memiliki tempat yang strategis. Namun tak
hanya tempat yang strategis dapat mempengaruhi minat beli konsumen, dengan menyediakan
variasi produk yang berbeda pula dapat mempengaruhi minat beli konsumen untuk berkunjung
ke UD Titian Mas Banjarmasin.
Berikut data variasi produk sembako pada UD Titian Mas:
Tabel 1.1
Data Variasi Produk Sembako Titian Mas Tahun 2015-2016

Jumlah Merek Produk Jumlah Kunjungan


Produk Konsumen
2015 2016 2015 2016
Gula Gulaku Gulaku 1095 1825
Beras Ikan Paus Ikan Paus 730 1975
Margarin Blueband Blueband, Palmia, Filma, 290 425
Forvita
Tepung Tepung terigu, Bogasari, Segitiga Biru, 3575 5320
Bogasari Tepung kanji, Tepung sagu
Garam Garam halus, Garam halus, Garam kasar 250 445
Garam kasar
Susu Enaak, Frisian flag Enaak, Frisian flag, 1500 3855
Indomilk, Susu UHT
Telur Telur Ayam Ras, Telur Ayam Ras, Telur 2750 4650
Telur ayam ayam kampong, telur
kampung bebek
Minyak Bimoli Bimoli, Palmia, Sania 1700 3145
Dilihat dari tabel 1.1, kita dapat melihat setiap variasi produk yang ada pada grosir
sembako Titian Mas, membuat pertambahan pembelian konsumen meningkat, dimana
banyaknya pertambahan merek produk yang berbeda disetiap tahunnya membuat peningkatan
penjualan bertambah. Dengan adanya variasi yang disediakan di toko, minat beli konsumen di
Titian Mas. Variasi tersebut berutujuan meningkatkan minat beli konsumen untuk berkunjung ke
toko. Dengan tersedianya variasi produk yang berbeda menjadi daya tarik untuk konsumen
dengan meningkatkan minat beli dari konsumen. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik
melakukan penelitian terkait variasi produk dengan judul: “Pengaruh Variasi Produk Terhadap
Minat Beli Konsumen pada Grosir Sembako UD Titian Mas Banjarmasin” .
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini ialah ”Seberapa besar pengaruh variasi produk terhadap minat beli
konsumen pada grosir sembako UD Titian Mas Banjarmasin?”

1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini ialah “Untuk menguji
seberapa besar pengaruh variasi terhadap minat beli konsumen pada grosir sembako UD
Titian Mas Banjarmasin.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik pada diri sendiri
maupun orang banyak, dengan demikian manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu membuka wawasan yang lebih luas bagi
peneliti dan mampu mendapatkan pengetahuan dalam mengembangkan usaha dengan teori-
teori yang telah dipelajari dan mampu melaksanakannya di secara langsung.
2. Bagi grosir sembako UD Titian Mas Banjarmasin, wadah untuk mengembangkan pemikiran
dan pengetahuan dari penelitian ini agar mampu meningkatkan minat beli pada grosir
sembako ini.
3. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi refrensi untuk penelitian lain yang memiliki
penelitian tentang variasi produk pada penelitian berikut.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Variasi Produk


Variasi produk sebagai unit tersendiri dalam suatu merek atau lini produk yang dapat
dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan atau ciri-ciri lain, Kotler (2009:72).
Sedangkan menurut Tjiptono (2008:97)yaitu suatu unit khusus dalam suatu merek atau lini
produk yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan atau atribut lainnya.
Dengan kata lain variasi produk merupakan keanekaragaman yang ada pada produk yang
memiliki perbedaan-perbedaan yang dapat dilihat secara langsung dan dapat dibedakan
secara kasat mata. Untuk menciptakan variasi dibutuhkan perbandingan antara satu produk
dengan produk lain secara bersamaan, dimana dapat dilihat perbedaan ukuran dari ukuran
produk yang kecil hingga ukuran produk yang besar sehingga pengguna dapat
membandingkan ukuran yang berbeda dan yang pasti akan mempengaruhi harga jualnya
pula. Variasi juga dapat dilihat dari ketersediaan barang yang di sediakan dan dari jenis
tampilannya. Dimana banyaknya jenis produk yang disediakan akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi setiap individu untuk membeli. Banyak pilihan yang disediakan membuat
konsumen memiliki minat untuk membeli produk di suatu toko dan akan datang kembali
karena kelengkapan produk yang disediakan.

2.1.1 Tujuan variasi produk


Upaya untuk menawarkan produk yang bervariasi kepada konsumen memiliki berbagai
tujuan Variasi dapat meningkatkan hasil penjualan dan nilai tambah bagi konsumen. Hal ini
seperti yang dijelaskan Universitas Sumatera Utara 9 oleh Thostenson et al (2005:32), variasi
produk merupakan nilai tambah yang penting dari segi perspektif pelanggan. Variasi produk
penting bagi pembeli karena variasi produk memberikan kesempatan bagi pembeli untuk
membandingkan, membedakan dan memilih diantara beberapa solusi potensial yang dapat
memenuhi kebutuhan pembeli. Jenis produk yang tidak memiliki variasi cenderung membuat
konsumen merasa jenuh mendatangi toko atau ritel tertentu. Dimana konsumen ingin membeli
produk yang dicari namun cenderung mencari refrensi atau pembanding dari produk tersebut.

2.1.2 Dimensi Variasi Produk


Menurut Kotler & Keller (2008:82) disebutkan secara detail bahwa variasi produk dapat
berupa variasi ukuran, harga, penampilan, dan komposisi (untuk perawatan), berikut yang
merupakan bagian dari variasi produk:
1. Ukuran dapat didefenisikan sebagai bentuk, model, atau struktur fisik dari suatu produk yang
dilihat dengan kasat mata dan dapat diukur. Perusahaan membuat variasi suatu produk tertentu
baik dari ukuran yang kecil hingga ukuran yang besar.
2. Harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk produk atau jasa dan lebih luas lagi harga
adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukarkan konsumen untuk sejumlah barang dan memiliki
manfaat mendapatkan produk atau jasa.
3. Tampilan ialah segala sesuatu yang ada pada produk tersebut, yang menjadi daya tarik yang
dilihat secara langsung yang digunakan untuk menarik minat beli konsumen.

Dan adapun defenisi produk menurut Tjiptono (2008:95) mengemukakan bahwa “Produk
merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk Universitas Sumatera Utara
10 diperhatikan, diminta, dicari dan dibeli digunakan atau konsumsi pasar sebagai pemenuhan
kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Dapat disimpulkan bahwa produk
merupakan sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen yang merupakan keinginan kosumen
akan produk tersebut atau kebutuhan konsumen yang dicari sesuai dengan kebutuhan konsumen
dan menjadi tantangan tersendiri bagi penyedia produk agar dapat memenuhi kebutuhan yang
diinginkan konsumen.

2.2 Produk
Produk merupakan bagian dari pemasaran dan bagian yang berperan penting. Menurut
Ali Hasan (2009:274) “Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan need
(kebutuhan) atau want (keinginan) target pasar”

2.2.1 Tingkatan Produk


Menurut Kotler dan Amstrong (2009:220), terdapat tiga tingkatan produk yaitu: 1. Produk
utama/inti (Core benefit), adalah manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi
oleh pelanggan dari setiap produk.
2. Produk aktual (Actual product), merupakan produk inti yang ditawarkan pada konsumen dalam
berbagai bentuk fisik yang tercermin dalam karakteristik, model, kemasan, nama merek, dan
tingkat kualitas produk.
3. Produk tambahan (Augmented Produk), produk fisik, jasa tambahan yang disertakan pada
penawaran produk untuk memuaskan kebutuhan tambahan.

2.2.2 Klasifikasi Produk


Tjiptono (2008:98), mengklasifikasikan produk atas berbagai macam sudut pandang.
Berdasarkan wujud tidaknya produk dibagi kedalam dua kelompok besar yaitu barang dan
jasa.Barang merupakan produk yang berwujud, bisa dilihat, diraba, dirasa, disimpan dan
dipindahkan dengan perlakuan fisik lainnya. Klasifikasi untuk produk barang dibagi menjadi dua
kelompok yaitu berdasarkan sifat dan penggunaannya.
Berdasarkan sifatnya terdapat dua macam barang, yaitu:
a. Barang tahan lama (Durable goods), yaitu barang yang berwujud yang biasanya bisa bertahan
lama dengan banyak sekali pemakaian.
b. Barang tidak tahan lama (Non-durable goods), yaitu barang berwujud yang dikonsumsi satu
atau beberapa kali. Dalam hal ini produk barang yang dijual oleh perusahaan minyak goreng
Bimoli adalah barang yang tidak bertahan lama, karena hanya bisa dipakai beberapa kali dalam
memasak.
Berdasarkan manfaat dan untuk apa produk tersebut dikonsumsi, barang dibagi menjadi:
1. Barang konsumsi
Barang konsumsi adalah barang yang dipergunakan oleh konsumen akhir atau rumah
tangga, dan dipergunakan untuk keperluan konsumsi akhir. Barang konsumsi dibagi menjadi
empat jenis yaitu
a. Barang sehari-hari (convenince product), yaitu barang yang pada umumnya seringkali dibeli,
seketika, hanya sedikit membanding-bandingkan, dan usaha membelinya minimal.
b. Barang belanjaan (shopping product), yaitu barang yang dalam proses memilih dan
membelinya sangat dipengaruhi oleh pengaruh mode dan konsumen membandingkannya
berdasarkan kesesuaian, mutu dan harga.
c. Barang spesial (speciality product), yaitu barang yang memiliki ciri unik dan merek khas dimana
kelompok konsumen bersedia berusaha keras untuk membelinya.
d. Barang tidak dicari (unsought products), yaitu barang dimana konsumen tahu atau tidak tahu
mengenai produknya, tetapi pada umumnya tidak terpikir untuk membelinya.

2. Barang Industri
Barang industri adalah barang-barang yang dibeli untuk diproses lebih lanjut atau
dipergunakan dalam menjalankan bisnis. Artinya barang industri ini adalah diproduksi untuk
membuat barang lain dan dibuat untuk dibisniskan. Barang industri dibagi menjadi tiga jenis
yaitu:
a. Barang dan suku cadang (material and parts), yaitu barang-barang yang seluruhnya masuk
kedalam produk jadi.
b. Barang modal (capital items), yaitu barang-barang berat atau barang modal.
c. Perbekalan dan pelayanan (supplies and service), yang termasuk dalam kelompok ini yaitu
barang-barang tidak tahan lama yang memberikan kemudahan dalam mengembangkan atau
mengelola keseluruhan produk jadi.

2.2.3 Tipe-tipe Produk


Berdasarkan konsumen yang menggunakannya, produk dan jasa dibedakan menjadi dua
yaitu produk konsumen dan produk industri. Secara luas didefinisikan produk juga meliputi
sesuatu yang dapat dipasarkan seperti pengalaman, organisasi, orang, tempat, dan ide.
Produk konsumen adalah semua produk yang dibeli oleh konsumen akhir untuk
dikonsumsi secara pribadi. Para pemasar umumnya mengklasifikasikan produk lebih lanjut
berdasarkan cara konsumen membelinya. Produk-produk tersebut berbeda menurut cara
konsumen membelinya, karena berbeda cara pemasarannnya.
Berikut tabel penjelasan tentang tipe-tipe produk konsumen:

Tabel 2.1
Tipe-tipe Produk Konsumen

Pemasaran Sehari-hari Belanja Khusus Tidak Dicari


Perilaku Frekuensi Frekuensi Loyalitas Kesadaran dan
pembelian pembelian pembelian tidak terhadap merek pengetahuan
konsumen tinggi, sedikit, tinggi, lebih tinggi, usaha akan produk
perencanaan, melakukan pembelian rendah (jika
sedikit perencanaan khusus, sadar, minatnya
perbandingan dan usaha perbandingan kurang atau
dan usaha, pembelian, terhadap merek bahkan kurang)
keterlibatan perbandingan rendah,
pelanggan merek sensitivitas
rendah berdasarkan terhadap harga
harga, kualitas lemah
dan gaya
Harga Harga rendah Lebih tinggi Harga tinggi Harganya
bervariasi
Distribusi Distribusi secara Distribusi hanya Distribusi secara Bervariasi
luas diberbagai dilakukan pada ekslusif hanya
lokasi yang beberapa satu atau
mudah tempat dan beberapa gerai
dijangkau bersifat selektif tertentu pada
tiap area pasar
tertentu
contoh Sabun mandi, Peralatan Barang-barang Donor darah,
pasta gigi, televisi, perlatan mewah, seperti asuransi jiwa
majalah, koran rumah tangga, jam rolex,
pakaian permata

2.3 Minat Beli


Menurut Kotler dan Keller (2012:181) proses membeli adalah all their experience in
learning, choosing, using, even disposing of a product yaitu pengalaman mereka dalam
memahami, memilih, menggunakan, atau bahkan membuang produk. Minat beli adalah suatu
bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam
jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman
dan Kanuk, 2000:206).
Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan keinginan konsumen yang secara mental
dan psikologi mempertimbangkan dalam pembelian produk. Sebelum membuat keputusan
pembelian konsumen dihadapkan terhadap minat pembelian dimana konsumen memikirkan
apakah produk tersebut akan dibeli ataupun tidak. Sebelum mengambil keputusan konsumen
cenderung memiliki pertimbangan dalam pembelian suatu produk sebelum pada akhirnya
membeli produk tersebut. Produsen cenderung memprediksi variabel minat beli untuk
menerawang bagaimana penjualan produk kedepannya.

2.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen


Swastha dan Irawan (2001) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat
membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas
dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidak puasan
biasanya menghilangkan minat beli.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi minat beli:
1. Faktor Sosial
Masyarakat hidup dengan bersamaan dan saling membutuhkan, sehingga kebutuhan individu
dapat dipengaruhi oleh:
a. Kelompok: Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil yang biasa
disebut kelompok. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh
langsung terhadap orang lain yang disebut membership. Membership group meliputi primary
groups (keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja) (Kotler, Bowen, Makens, 2003:203-204).
b. Keluarga: Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku
pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk dan
servis yang berbeda (Kotler, Bowen, Makens, 2003:204).

2. Faktor Personal
a. Situasi Ekonomi: Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Situasi
ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian
pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006:137).
b. Gaya Hidup: Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan dan
opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial dan pekerjaan yang
sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler, Amstrong, 2006:138).
c. Umur dan Siklus Hidup: Orang-orang merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus
kehidupannya. Rasa makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan
umur. Faktor-faktor penting yang berhubungan dengan umur sering diperhatikan oleh para
pelaku pasar. Ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-
orang yang menentukan strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis.
(Kotler, Bowen, Makens, 2003:205-206).
d. Pekerjaan: Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli, seseorang yang
memiliki tingkat pekerjaan yang lebih baik cenderung lebih memilih barang yang akan dibeli
(Kotler, Bowen,Makens, 2003:207).

3. Faktor Psikologi
a. Motivasi: Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan
dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada
suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak
sampai paling tidak mendesak. Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan,
kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator dan orang tersebut akan kemudian mencoba
untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003:214).
b. Attitudes: Attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang
relatif konsisten dari seseorang pada sebuah ide (Kotler, Amstrong, 2006:145).
c. Kepercayaann: Kepercayaan adalah pemikiran bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Dapat
didasarkan pada pengetahuan asli, opini dan iman (Kotler, Amstrong, 2006:144).

4. Faktor Kebudayaan
Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui
keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006:129). Penentu paling dasar dari
keinginan dan perilaku seseorang. Menunjukkan nilai nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku
yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan. (Kotler, Bowen,
Makens, 2003:201- 202).

5. Kelas Sosial
Pengelompokkan individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok
sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan juga
oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006:132).

2.3.2 Indikator Yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen


Menurut Ferdinand (2002:129), minat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator
sebagai berikut:
a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.
b. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada
orang lain.
c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki
prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi
sesuatu dengan produk prefrensinya.
d. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari
informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung
sifat-sifat positif dari produk tersebut.

2.4 Penelitian Terdahulu


Salah satu faktor yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang sudah ada
sebelumnya, dengan pembahasan yang sama, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian oleh B.Lena Nuryanti dan Annisa Yunia Rahman (2008), dengan judul
“Pengaruh Variasi dan Kemasan Produk Terhadap Pembelian Teh Kotak Ultrajaya” (Survei
pada Mahasiswa FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia). Hasil penelitiannya ialah bahwa
Teh Kotak Ultrajaya memiliki harga yang terjangkau dan merupakan bagian dari variasi
produk yang paling penting, karena harga merupakan faktor penentu keputusan
pembelian konsumen. Permasalahan mengenai Teh Kotak Ultrajaya diketahui merupakan
bahan kemasan yang tahan lama, dengan adanya pembungkusan dan pengemasan
barang tetap bersih dan praktis untuk dibawa dan tahan lama. Dan variasi produk yang
dilakukan oleh Teh Kotak Ultrajaya yang terdiri dari ukuran, harga, dan rasa berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian dilihat dari hasil penelitian yaitu
dimensi harga mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 43,75%,
sedangkan rasa merupakan memiliki pengaruh yang terkecil terhadap keputusan
pembelian yaitu 6,21%, untuk pengaruh dimensi ukuran sebesar 11,35%, sehingga total
pengaruh variasi produk keseluruhan sebesar 61,31%, dan dikategorikan memiliki
memiliki korelasi yang kuat dibanding faktor lain yang hanya 38,69%.
2. Penelitian oleh Indra Nurahman dan Rd.Dian Herdiana Utama (2016), “Pengaruh Variasi
Produk Terhadap Keputusan Pembelian” (Survei pada pembeli SmartphoneNokia series X
di BEC Bandung). Hasil penelitiannya ialah hasil Universitas Sumatera Utara 19 penelitian
secara parsial menunjukkan pengaruh antara (X1) terhadap keputusan pembelian sebesar
41,8%, harga (X2) terhadap keputusan pembelian sebesar 12,9%, tampilan (X3) terhadap
keputusan pembelian sebesar 8,5% dan bahanbahan (X4) terhadap keputusan pembelian
sebesar 36,8%. Hasil penelitian menyatakan variasi produk berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian, meskipun sudah mencapai kategori sedang,
maka peneliti merekomendasikan agar smartphone Nokia dapat meningkatkan kembali
keputusan pembelian melalui strategi dimensi variasi produk.
3. Penelitian oleh Hayanto Isqo (2015), “Pengaruh Variasi Produk Terhadap Volume
Penjualan Merek Ako pada Matahari Departemen Store Lembuswana Di Samarinda”.
Hasil penelitian ini menunjukkan analisis dan pembahasan variabel variasi bentuk (X1).
Variasi motif (X3), secara bersama berpengaruh terhadap volume penjualan (Y). Hal
tersebut menunjukkan bahwa hipotesis pertama tentang dugaan adanya pengaruh
bersama dari variabel-varibel bebas (X) tersebut terhadap variabel terikat(Y) diterima.
Berdasarkan hasil penelitian, variabel (X) memiliki pengaruh secara parsial terhadap
volume penjualan (Y). Manajemen sebaiknya mengembangkan variasi produk agar dapat
mempengaruhi peningkatan volume penjualan.
4. Penelitian oleh Isti Faradisa, Leonardo Budi H, Maria M Minarsih (2016), “Analisis
Pengaruh Variasi Produk, Fasilitas, dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Beli Ulang
Konsumen pada Indonesian Coffeeshop Semarang (Icos Cafe)”. Hasil penelitian ini
menunjukkan variabel variasi produk berpengaruh positif terhadap minat beli ulang.
Dimana koefisien regresinya sebesar 0,418 sehingga dapat diasumsikan jika intensitas
bertambahnya variasi produk mengalami kenaikan sebesar 41.8% di I-cos Cafe Tembalang
dengan asumsi varibel lain konstan, maka minat beli ulang akan meningkat sebesar 58,2%.
Variasi produk berpengaruh positif secara langsung terhadap minat beli ulang kosumen
di I-cos Cafe Tembalang. Yakni dapat disimpulkan bahwa semakin banyak variasi produk
yang ada di Icos Cafe Tembalang makan akan semakin tinggi minat beli ulang konsumen
di Icos Cafe Tembalang.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Veri Agus Tomi “Pengaruh Diferensiasi, Variasi, dan Inovasi
Produk Terhadap Kepuasan Konsumen Melalui Keunggulan Bersaing Pada Produk
Edamame PT. Mitratani 27 Jember”. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh yang
signifikan antara variasi produk dengan keunggulan bersaing. Variasi produk yang diwakili
oleh tiga indikator telah memberikan pengaruh yang nyata terhadap e-journal Ekonomi
Bisnis dan Akuntansi, keunggulan bersaing, ketiga indikator tersebut adalah corak,
kualitas, dan desain. Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0.328
dengan nilai C.R sebesar 3.771 dan diperoleh probabilitas signifikansi (p) sebesar 0.438
yang lebih kecil dari taraf signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0,05. Dengan demikian
variasi produk berpengaruh secara langsung pada keunggulan bersaing (Y1) sebesar 0.328
yang berarti semakin tinggi variasi produk semakin tinggi pula keunggulan bersaing. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa variasi produk berpengaruh signifikan terhadap
keunggulan bersaing, hal ini dibuktikan dengan diterimanya hipotesis. Ini menunjukan
bahwa dengan bervariasinya produk edamame pada PT.Mitratani 27 Jember akan
mempengaruhi keunggulan bersaing pada produk edamame pada PT. Mitratani 27
Jember. Variasi produk sendiri dapat diukur dengan memperhatikan beberapa hal, mulai
dari corak yang ada, dapat diterima oleh konsumen, artinya mulai dari ragam produk
hingga warna produk dapat berkenandihati konsumen. Kualitas produk atau mutu juga
dapat diterima konsumen, dalam artian mutu yang baik sesuai dengan harapan
konsumen. Begitu pula dengan bentuk produk yang bisa diterima konsumen. Ketiga poin
diatas merupakan acuan bagi perusahaan untuk meningkatkan variasi produk, yang
nantinya juga berpengaruh terhadap keunggulan bersaing.
2.5 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Variasi Produk (X) Minat Beli (Y)

Sumber: Penulis, 2018


Dari gambar diatas dijelaskan kerangka konseptual peneliti yaitu bagaimana
pengaruh variasi produk (X) terhadap minat beli konsumen (Y).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian


Bentuk Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Dimana, menurut Juliandi (2013:14), penelitian
korelasional bertujuan untuk memahami hubungan antar variabel. Disini yang lebih ditekankan
ialah bagaimana mengetahui seberapa besar pengaruh variasi produk terhadap minat beli
konsumen dan tidak membandingkan mana yang menjadi sebab akibat dari suatu masalah.
Melalui metode ini diharapkan dapat mengetahui fenomena yang terjadi berdasarkan informasi
data yang diperoleh. Data yang akan didapat dari penelitian ini ialah dengan menyebarkan
kuisioner yang akan di diisi oleh responden yang kemudian akan diolah dan hasil data yang
didapat akan menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian ini.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian akan dilakukan pada konsumen di toko UD.Titian Mas dilaksanakan di
kota Banjarmasin, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kelurahan Pemurus Luar, Kalimantan Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Menurut Sukaria Sinulingga (2011:167), populasi adalah keseluruhan anggota atau
kelompok yang membentuk objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti. Adapun populasi yang
akan diambil untuk penelitian ini adalah konsumen yang datang membeli di grosir sembako
UD.Titian Mas sebanyak 2 kali atau lebih yang jumlah nya tidak diketahui secara pasti.

3.3.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2008:116), sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Dapat pula dikatakan sampel merupakan suatu bagian yang dipilih
dengan cara tertentu untuk mewakili keseluruhan kelompok populasi. Teknik yang digunakan
dalam penelitian ini ialah teknik accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sampel
apabila orang yang dijumpai sesuai dengan kriteria peneliti. Dengan ini peneliti mengambil
sampel dimana setiap pembeli yang berkunjung ke UD.Titian Mas lebih dari 2 kali, maka peneliti
menjadikan sebagai sampel penelitian. Ukuran populasi dalam penelitian tidak dapat ditentukan
dan tidak dapat diketahui dengan pasti, maka besar sampel yang digunakan peneliti ialah
menurut Rao Purba (2006) menggunakan rumus sebagai berikut:
Z2
𝑛=
4(𝑀𝑜𝑒)2
Keterangan :
n = Ukuran sampel
Z = 1,96 score pada tingkat signifikan tertentu (derajat keyakinan ditentukan 95%)
Moe = Tingkat kesalahan maksimum adalah 10%
Dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:
(1,96)2
𝑛=
4(10%)2
n = 96,04 =96

Maka sampel penelitian adalah 96 responden, yang merupakan konsumen grosir UD.Titian Mas
Banjarmasin.

3.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, dapat ditarik kesimpulan
untuk jawaban sementara pada penelitian ini, yaitu: H0: tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara variasi produk dengan minat beli konsumen. Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara
variasi produk dengan minat beli konsumen.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini akan sangat mempengaruhi hasil
penelitian karena dengan memilih metode pengumpulan data yang tepat akan memperoleh data
yang akurat. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini ialah:

3.5.1 Pengumpulan Data Primer


Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh
dengan melakukan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian Metode pengumpulan data
primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dengan melakukan penelitian secara
langsung ke lokasi penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti yang dapat dilakukan dengan
penyebaran kuesioner dengan menyebarkan kuesioner kepada sampel penelitian. Alat bantu ini
digunakan untuk mendapatkan jawaban dari para responden yang telah ditetapkan.

3.5.2 Pengumpulan Data Sekunder


Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan studi
kepustakaan untuk mendapatkan data-data tertulis yang berkaitan dengan penelitian melalui
buku-buku, dokumen-dokumen, penelitian terdahulu, hingga internet.

3.6 Defenisi Operasional


Defenisi operasional merupakan uraian dari variabel yang sudah dijabarkan
menjadi indikator. Variabel adalah suatu sifat atau aspek dari orang lain yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi dan kemudian ditarik kesimpulannya,
menurut Sugiono, (2008:38). Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini akan dibahas
dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1
Defenisi Operasional Variabel

Variabel Defenisi Operasional Indikator Item


Variasi Produk (X) Variasi produk Harga Nilai yang dikeluarkan
merupakan jenis untuk suatu produk
produk dalam suatu terjangkau
lini atau merek yang
dapat dibedakan
berdasarkan harga,
ukuran dan tampilan
di toko sembako
UD.Titian Mas
Banjarmasin
Ukuran Daya tarik dari variasi
ukuran yang
disediakan
Tampilan Tampilan susunan
produk menarik dan
rapi
Minat Beli (Y) Minat beli ialah Minat Eksploratif Mencari informasi
keinginan konsumen mengenai produk
yang secara mental
dan psikologi
mempertimbangkan
untuk membeli
produk atau tidak.
Sebelum membuat
keputusan
melakukan
pembelian produk
pada toko UD. Titian
Mas Banjarmasin
Minat Transaksional Bersedia untuk
melakukan
pembelian produk
Minat Referensial Menceritakan produk
kepada orang lain
Minat Prefensial Menjadikan Produk
yang utama

3.7 Skala Pengukuran Variabel


Skala untuk pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan skala likert, skala
ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok (Sugiono,
2012:132).
Dalam skala ini diberi pembagian skor yaitu 1(satu) sampai 5 (lima) dan dijelaskan dibawah ini:
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert

Pilihan Jawaban Skor


Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3.8 Teknik Analisis Data


Setelah data terkumpul, maka selanjutnya akan dilakukan analisis data, dimana
tujuannya ialah untuk menarik kesimpulan dari sejumlah data yang terkumpul. Metode yang
dilakukan ialah dengan menggunakan software SPSS 21 (Statistikal Package for Social Science).
Adapun teknik analisis yang digunakan dalam pengelolaan data penelitian ini ialah:

3.8.1 Uji Instrumen Data


penelitian yang diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk menguji instrumen
pernyataan variabel yang ada pada kuisioner apakah layak untuk dijadikan instrumen penelitian
dengan menggunakan uji validitas dan uji realibilitas. Instrumen yang valid berarti kuisioner yang
digunakan untuk mengumpulkan data itu valid.
3.8.1.1 Uji Validitas
Uji validilitas merupakan tingkat keandalan alat ukur yang digunakan, dimana biasanya
digunakan untuk mengetahui kelayakan dari setiap pertanyaan atau pernyataan yang diajukan.
Selanjutnya akan diolah secara statistik dengan bantuan software statistic.Pengukuran uji
validitas dapat diukur dengan pernyataan sebagai berikut:
1. Jika r hitung> r tabel maka pernyataan dinyatakan valid.
2. Jika r hitung< r tabel maka pernyataan dinyatakan tidak valid. Dimana untuk menentukan r
tabel dapat menggunakan cara (df = N – 2).
Dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 10% dan menggunakan uji dua arah.

3.8.1.2 Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas ialah untuk melihat apakah instrumen penelitian merupakan instrumen
yang handal dan dapat dipercaya (Juliandi, 2013:83). Untuk mengetahui kuisioner reliabel atau
tidak dilakukan pengujian reliabilitas dengan kriteria:
a. Apabila koefisien reliabilitas (alpha) >0,6 atau 60% maka pernyataan tersebut reliabel.
b. Apabila koefisien reliabilitas (alpha)
Tabel 3.3
Kriteria Indeks Koefisien Reliabilitas

Alpha Tingkat Reliabilitas


<0,200 Sangat Rendah
0,2-0,399 Rendah
0,4-0,599 Cukup
0,6-0,799 Tinggi
0,8-1,00 Sangat Tinggi

3.8.2 Uji Asumsi Klasik


3.8.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model dalam regresi, variabel terikat dan
variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan
yaitu sebagai berikut:
1) Nilai Probabilitas> 0.05, maka hal ini bahwa data tersebut berdistribusi normal.
2) Nilai Probabilitas < 0.05, maka hal ini bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal.
3.8.3 Analisa Regresi Linear Sederhana
Metode analisis regresi linear sederhana yang digunakan oleh peneliti ialah agar
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu variasi produk dan variabel terikat
yaitu minat beli konsumen. Untuk memperoleh hasil yang lebih terarah, peneliti menggunakan
bantuan SPSS (Statistic Product and Service Solution. Model regresi sederhana yang digunakan
ialah:
Y= a + bX
Dimana:
Y= Variabel terikat minat beli

X= Variabel bebas variasi produk


a = Konstanta
b = koefisien regresi

3.8.4 Uji Hipotesis


3.8.4.1 Uji Parsial (Uji-t)
Uji parsial pada dasarnya digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan untuk melihat apakah variabel bebas
berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat. Dasar pengambilan kesimpulan uji t parsial
ialah :
a. Apabila thitung>ttabel, maka H0 ditolak, apabila tingkat signifikan 0,05, maka variabel bebas
dan variabel terikat tidak berpengaruh.
b. Apabila thitung>ttabel, maka H0 ditolak, apabila tingkat signifikanmaka variabel bebas dan
variabel terikat berpengaruh.

3.8.4.2 Koefisien Determinasi (R2 )


Koefisien determinasi (R2 ) digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan
model dalam menerangkan variabel terikat. Jika (R2 ) semakin besar atau mendekati 1, maka
dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas variasi produk (X) adalah besar terhadap variabel
terikat minat beli (Y). Hal ini berarti model yang dipergunakan semakin kuat menerangkan
pengaruh variabel bebas yang Universitas Sumatera Utara 30 diteliti terhadap variabel terikat.
Sebaliknya, jika (R2 ) semakin kecil atau mendekati 0, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh
variabel bebas (X) adalah kecil terhadap terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan tidak
kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH VARIASI PRODUK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA TOKO
GROSIR SEMBAKO UD TITIAN MAS DI BANJARMASIN

UNTUK MEMENUHI TUGAS METODE PENELITIAN BISNIS

DOSEN PENGAMPU:
Dr. SALADIN GHALIB, MA

Oleh:
SITI RAHMAH
1610412620028

ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2018

Anda mungkin juga menyukai