Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

NAMA : MUH ABDUH RAHIM AMIN ILYAS


COURSE : TBU X A
NIT : C1022110365
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri cat adalah salah satu industri tertua di dunia. Sekitar 20.000 tahun lalu, manusia
yang hidup di gua-gua menggunakan cat untuk kegiatan komunikasi, dekorasi dan proteksi.
Mereka menggunakan metrial-material yang tersedia di alam seperti arang (karbon), darah, susu,
dan sadapan dari tanaman-tanaman yang memiliki warna yang menarik. Yang mengejutkan, cat-
cat ini mempunyai keawetan yang baik, seperti yang ditunjukkan pada lukisan gua di Altamira
Spanyol, Lascaux Spanyol, cat batu orang Aborigin di Arnhem Land Australia, dan lukisan-
lukisan prasejarah lainnya yang ditemukan (Anonim, 2007c).

Orang-orang Mesir kuno mengembangkan cat menjadi lebih kaya warna, mereka
menemukan cat warna biru, merah, dan hitam dengan mengambilnya dari akar tanaman tertentu.
Kemudian orang-orang Mesir itu menemukan kasein sebagai perekatnya. Seiring dengan waktu,
manusia mulai menemukan minyak tanaman dan resin dari fosil untuk mengganti darah dan susu
sebagai perekat cat. Saat ini walaupun telah ditemukan perekat/resin yang semakin baik dengan
berkembangnya teknologi kimia, resin-resin natural hingga kini masih banyak dipakai.

Salah satu cara meningkatkan nilai tambah suatu bahan adalah dengan melapisi
permukaan bahan tersebut dengan bahan lain yang lebih lebih tinggi nilainya. Pengetahuan
tentang pelapisan permukaan bahan, secara umum dikenal sebagai surface coating knowledge.
Bagian ini meliputi: metal coating (electro coating, galvanizing), plastic coating, paper coating,
powder coating dan tentang cat itu sendiri. Jadi cat merupakan bagian kecil dari sebuah ilmu
yang jauh lebih besar, yaitu ilmu tentang surface coating.

Setelah dikenakan pada permukaan dan mengering, cat akan membentuk lapisan tipis
yang melekat kuat dan padat pada permukaan tersebut. Pelekatan cat ke permukaan dapat
dilakukan dengan banyak cara: diusapkan (wiping), dilumurkan, dikuas, disemprotkan (spray),
dicelupkan (dipping) atau dengan cara yang lain (Susyanto, 2009b).

Cat adalah istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang digunakan untuk
melindungi dan memberikan warna pada suatu objek atau permukaan dengan melapisinya
dengan lapisan berpigmen. Cat dapat digunakan pada hampir semua jenis objek, antara lain
untuk menghasilkan karya seni (oleh pelukis untuk membuat lukisan), salutan industri (industrial
coating), bantuan pengemudi (marka jalan), atau pengawet (untuk mencegah korosi atau
kerusakan oleh air) (Anonim, 2009).

1.2. Alasan Pemilihan Judul

Adapun alasan pemilihan judul industri cat karena cat adalah suatu cairan yang dipakai
untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan memperindah (decorative), memperkuat
(reinforcing) atau melindungi (protective) bahan tersebut agar dapat digunakan lebih lama (umur
bahan relatif lebih tahan lama dibanding yang tidak dilapisi oleh cat tersebut).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teknologi Pembuatan Cat

Pada dasarnya pembuatan cat menggunakan teknologi yang berkaitan dengan teknologi
kimia organik dan kimia polimer. Prosesnya dengan memanfaatkan kimia antar permukaan,
kimia koloid, elektrokimia dan petrokimia.

Rancangan polimer untuk cat berupa komposit dengan persyaratn tinggi untuk mencapai
tinggi untuk mencapai berbagai fungsi, sebagai aplikasi utama dari kimia polimer. Resin sintetis
untuk cat berupa polimer yang dibuat dengan menggabung beberapa monomer untuk mencapai
berbagai karakteristik. Ada banyak jenis resin seperti resin linier termoplastik, resin
thermosetting yang dapat ditaut silang, resin tak jenuh, dan masih banyak lagi jenis yang lain.
Yang diterapkan terutama teknologi sintetis resin, polimerisasi tambahan dan polimerisasi
kondensasi, sementara teknologi polimerisasi baru lainnya saat ini banyal dikembangkan oleh
para ahli kimia.

Untuk mencapai mutu mendasar sebagai cat, yang sangat penting adalah berbagai faktor
yang terkait dengan kimia antara cat dan substract, kadar basah (wettability) cat, adhesi dan
absorpsi, serta reologi.

Kurang lebih 75% dari bahan utama cat seperti resin, aditif dan pelarut bergantung pada
produk minyak bumi, sehingga petrokimia dan kimia organik sangat terkait erat dengan cat.

Cat didefinisikan sebagai tebaran koloid dari pigmen dalam sarana (resin dan pelarut).
Dengan demikian properti cat sangat tergantung pada ukuran partikel dan permukaan pigmen.

Tebaran pigmen adalah proses untuk membasahi dan melepas partikel utama pigmen dan
menebarkannya ke dalam sarana secara merata. Untuk menghindari koagulasi dan menjaga agar
kondisi tetap stabil, yang sangat penting adalah kontrol yang didasarkan atas kimia koloid dan
kimia antar permukaan. Berbagai properti cat, seperti fluiditas, kehalusan, kilap, kekuatan
menyembunyikan dan stabilitas penyimpanan sangat dipengaruhi oleh penebaran pigmen ini
(Anonim, 2007c).

2.2. Bahan-Bahan Penyusun Cat

2.2.1. Resin Atau Binder

Resin atau binder merupakan komponen utama dalam cat. Resin berfungsi merekatkan
komponen-komponen yang ada dan melekatkan keseluruhan bahan pada permukaan suatu bahan
(membentuk film). Resin pada dasarnya adalah polymer dimana pada temperatur ruang (atau
temperatur applikasi) bentuknya cair, bersifat lengket dan kental. Ada banyak jenis resin, seperti:
Natural Oil, Alkyd, Nitro Cellulose, Polyester, Melamine, Acrylic, Epoxy, Polyurethane,
Silicone, Fluorocarbon, Venyl, Cellolosic, dll. Resin dibagi berdasarkan mekanisme mengering
atau mengerasnya (pembentukan film).
Tabel 2.1. Pembagian resin berdasarkan mekanisme mengering atau mengerasnya (pembentukan
film)

Mengering atau mengerasnya resin terjadi karena penguapan


solvent yang ada. Bahan yang padat akan tertinggal dan menempel
merata pada seluruh permukaan bahan yang dicat. Selama
solventnya masih ada maka resin ini belum mengeras. Untuk
mempercepat proses menguapnya solvent, biasanya dibantu
dengan pemanasan.
PENGUAPAN SOLVENT

Resin jenis ini secara alamiah polymer-nya sudah cukup besar


(Lacquer dan Duco)
sehingga film yang terbentuk sekalipun tidak terjadi reaksi kimia
sudah cukup kuat dan padat.

Kecepatan mongering, kualitas rata dan kilap dari permukaan film


sangat dipengaruhi oleh pemilihan jenis dan komposisi
solventnya. Contoh resin jenis ini adalah Nitro Cellulosa (NC),
Cellolose Acetate Butyrate (CAB), Chlorinated Rubber, Acrylic
Co-polymer, dll
REAKSI DENGAN Mengering atau mengeras karena ada reaksi kimia antara
UDARA komponen udara (oksigen atau air) dengan resin tersebut
membentuk molekul-molekul baru yang lebih besar dan saling
(Varnish dan Syntetic
berikatan satu sama lain.
Enamel)
Resin Alkyd atau Natural Oil (atau kombinasi keduanya)
mempunyai ikatan rangkap (tak jenuh) dalam struktur
molekulnya, oleh karenanya resin ini bersifat reaktif terhadap
oksigen, namun pada temperatur ruang raktifitasnya masih kurang,
perlu ditingkatkan reaktifitasnya dengan penambahan katalis
(dryer) jika akan dipakai.

Pada resin Prepolymer Polyisocyanate terjadi reaksi “ moisture


cure” antara gugus fungsional yang reaktif dengan air
(kelembaban) di udara.
Ciri utama cat yang mempergunakan Resin jenis ini adalah akan
mudah mengeras pada permukaannya (atau mengulit), bila kena
udara (terbuka kalengnya cukup lama).
REAKSI POLYMERISASI Campuran akan mengeras atau mengering karena terjadi reaksi
kimia antara dua resin yang ada dalam campuran cat, reaksi ini
sering disebut reaksi polymerisasi.

Reaksi polymerisasi (baik kondensasi maupun addisi) dapat


berlangsung karena adanya katalis, tanpa katalis (non katalis),
panas atau radiasi UV.

Hasil reaksinya adalah sebuah campuran polymer yang


mempunyai berat molekul jauh lebih besar dan mempunyai ikatan
tiga demensi (crosslink) yang jauh lebih kuat dibanding reaksi
yang dijelaskan sebelumnya.
Pada suhu ruang, dua pasang resin jenis ini
sudah cukup reaktif untuk memulai reaksi,
maka pasangan resin jenis ini harus
dipisahkan satu sama lain sebelum dipakai,
dicampur satu dengan lainnya jika hanya
akan digunakan.

Tergolong dalam jenis ini adalah resin


Tanpa katalis
Epoxy dengan Polyamide dan Polyol
(2 Pack Enamel) dengan Polyisocyanate. Resin kedua dalam
pasangan tersebut, polyamide atau
polyisocyanate biasa disebut sebagai
“hardener”, karena setelah resin ini
dicampurkan dengan pasangannya akan
terjadi reaksi polymerisasi dimana hasilnya
ditandai dengan mengerasnya campuran
tersebut.
Dengan Katalis Karena pasangan dua resin ini tidak cukup
reactive, maka perlu ditambahkan katalis
untuk memulai reaksinya. Resin jenis ini
bisa dicampur dan disimpan dalam satu
wadah satu dengan lainnya.

Selama katalis belum dicampurkan maka


tidak akan terjadi pengerasan pada bahan-
bahan tersebut. Contoh resin ini adalah resin
amino (melamine) dan alkyd polyol yang
akan bereaksi atau mengeras bila
ditambahkan katalis yaitu berupa asam
organik atau anorganik.
Disamping katalis seperti sudah disebutkan
di atas, panas juga biasa digunakan sebagai
Panas (Stoving
alat untuk mempercepat reaksi kimia.
Contohnya adalah resin amino dan alkyd
Enamel)
polyol yang dipakai pada cat jenis stoving
(pangggang) pada cat-cat mobil.
Beberapa resin tertentu, seperti: Polyester
tidak jenuh, bisa bereaksi satu dengan yang
Radiasi UV lain bila diradiasi dengan sinar UV.
Pengeringan dan pengerasan terjadi setelah
campuran resin dikenai sinar UV.
Setiap jenis resin mempunyai banyak sekali type dan turunanya, bahkan kombinasi antara
satu resin dengan resin yang lain juga menambah perbendaharaan jenis resin baru. Daya tahan,
kekuatan dan karakter cat secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh jenis resin yang dipakai.

Pemilihan resin yang dipakai sangat dipengaruhi oleh banyak pertimbangan diantaranya
adalah sebagai berikut:

 Pemakaian, jika akan digunakan dengan kuas maka sebaiknya dipakai resin yang secara
alami encer dan agak lambat keringnya. Resin yang cocok adalah alkyd dengan kadar oil
yang cukup banyak (alkyd long oil). Resin dengan kekentalan tinggi dan cepat kering
sangat tidak cocok dipakai untuk pemakain dengan kuas, akan menimbulkan permukaan
yang tidak rata setelah cat kering. Begitu juga resin yang encer dan lambat kering sangat
tidak cocok untuk pemakaian dengan spray pada permukaan vertical.
 Kekuatan, jika dibutuhkan cat dengan daya tahan tinggi terhadap sinar matahari, maka
resin yang tepat adalah Acrylic atau Polyurethane, namun jika dibutuhkan cat dengan
kekuatan tinggi terhadap kimia, gesekan, benturan, dll namun untuk pemakian di dalam,
maka resin Epoxy adalah jawabannya.
 Dan pertimbangan-pertimbangan yang lain seperti ongkos/harga, substrat (permukaan
bahan yang akan di cat), lingkungan (berair, kering, korosif,…), dan lain-lain.

(Susyanto, 2009g).

2.2.2. Pigment Dan Extender (Filler)

Pigment dan dyestuff adalah bagian dari colorant. Dyestuff bersifat larut dalam solvent,
sedang pigment tidak.

Pigment merupakan padatan halus (bubuk) yang ditambahkan ke dalam cat dengan
beberapa fungsi berikut:
Tabel 2.2. Beberapa fungsi pigment

Memberi karakter khas pada penampakan cat tersebut, seperti:


OPTIS
warna, derajat kilap (gloss) maupun daya tutupnya
Memberi nilai tambah pada karakter kekutan cat tersebut,
PROTECTIVE
seperti: kekuatan terhadap cuaca, korosi, panas atau api, dll
Meningkatkan sifat, seperti meningkatkan kekerasan,
REINFORCING
kelenturan, daya tahan terhadap abrasi, dll

Kekuatan, daya tahan dan sifat-sifat lain yang diinginkan dari cat dapat dibentuk atau
diciptakan dengan menambahkan pigment yang tepat dan konsentrasi yang sesuai. Untuk
memilih pigment yang tepat dan benar perlu dipelajari sifat-sifat umum dari pigment itu sendiri.
Sifat-sifat pigment tersebut adalah:

 Warna dasar
 Bentuk dan ukuran partikel
 Berat jenis, density atau specific gravity
 Oil absorption
 Hiding power (refractive index)
 Daya tahan terhadap panas dan asam basa
 PH
 Muatan Listrik
 Bleeding
Secara umum pigment terbagi dalam dua kategori besar berikut:

Tabel 2.3. Pembagian pigment

PIGMENT Pigment yang terbentuk dari senyawa-senyawa organic (karbon)


ORGANIK
Terbentuk dari mineral-mineral atau garam-garaman logam yang terbentuk
PIGMENT secara alami (bahan galian) ataupun dari hasil reaksi kimia di pabrik. Pada
ANORGANIK jenis ini dikenal true pigment (atau disebut sebagai pigment saja) dan extender
atau filler.

Pigment anorganik mempunyai daya tahan solvent, kimia, daya tutup, kemudahan
terdispersi, stabilitas terhadap panas, cahaya dan cuaca yang lebih bagus dibanding pigment
organic. Namun dalam kecerahan dan tinting strength, pigment organic umumnya lebih bagus
dibanding anorganik.

Extender atau filler ditambahkan ke dalam cat dengan tujuan untuk menurunkan harga,
namun dalam hal tertentu extender ditambahkan untuk memberbaiki sifat cat. Extender
umumnya mempunyai refractive index yang kecil (atau rendah daya tutupnya) dibanding
pigment (Susyanto, 2009f).

2.2.3. Solvent

Seperti sudah dijelaskan dalam bagian sebelumnya bahwa masing-masing komponen


penyususun cat mempunyai fungsi dan peran yang berbeda-beda. Resin membentuk film dan
memberi kontribusi terhadap karakter film yang terbentuk, sedang pigment disamping memberi
warna juga berfungsi menambah kekuatan mekanis film.

Bagaimana dengan solvent ? Sekalipun setelah pemakaian solvent akan terbuang ke


lingkungan dan tidak menjadi bagian dari lapisan cat, namun peran solvent selama proses
pembuatan, penyimpanan dan pemakaian cat, memperlihatkan peran yang dominan dibanding
komponen lainnya.
Pada saat pembuatan cat, solvent memberi kontribusi sedemikian rupa sehingga
campuran mempunyai kekentalan yang pas untuk diproses: diaduk, dicampur, digiling dan lain-
lain. Dengan penambahan solvent yang tepat dan cukup akan menurunkan kekentalan dari resin
atau campuran pada suatu titik dimana kekentalannya memenuhi syarat untuk masing-masing
proses.

Demikian halnya pada saat pemakaian cat, dengan penambahan jenis solvent yang tepat
dan dengan takaran pas, maka cat bisa dikuas, dispray atau dilumurkan dengan mudah pada
obyek yang akan dicat. Komposi solvent yang tepat juga memberi pengaruh optimal pula pada
mekanisme penguapan dari solvent-solvent yang ada, sehingga akan membentuk film yang
maksimal karakteristiknya, baik textur permukaannya, sifat kilapnya maupun kecepatan
keringnya.

Cat merupakan sebuah system campuran yang kompleks, ada padatan (solute) yang
terlarut atau terdispersi dalam pelarut cair (solvent), ada juga cairan (solvent active) yang terlarut
dalam cairan lain (diluent). Jadi definisi solvent adalah cairan (biasanya mudah menguap) yang
berperan melarutkan atau mendispersi komponen-komponen pembentuk film (resin, pigment
dan/atau additive) yang akan menguap terbuang ke lingkungan selama proses pengeringan.

Membicarakan solvent tidak bisa lepas dari thinner, karena keduanya saling berkaitan
satu dengan yang lain. Thinner adalah campuran beberapa solvent yang dipakai untuk
melarutkan resin di dalam cat atau mengencerkan cat selama penggunaan. Di dalam prakteknya
resin atau cat dilarutkan oleh tidak hanya satu jenis solvent , tetapi oleh beberapa  macam
kategori solvent. Bagaimana dengan cat water base, solvent dan thinner-nya adalah setali tiga
uang atau sama saja, yaitu air. Untuk cat jenis water base dimana air adalah sebagai pelarutnya,
tidak akan dibahas dibagian ini.
Solvent biasanya dibagi berdasarkan struktur kimia atau karakteristik fisikanya.
Penggolongan solvent berdasarkan struktur kimia adalah sebagai berikut:

1. Hidrokarbon

Sesuai namanya maka pada golongan ini terdiri dari solvent-solvent dimana unsur hidrogen
(H) dan carbon (C) menjadi struktur dasarnya. Golongan ini terbagi lagi menjadi tiga sub
golongan, yaitu: aliphatis, aromatis dan halogenated hidrokarbon. Sedang sub golongan aliphatis
dibagi lagi menjadi aliphatis jenuh (saturated) dan tidak jenuh (unsaturated). Solvent-solvent
golongan hidrokarbon hampir seluruhnya berasal dari hasil distilasi minyak bumi yang 
merupakan campuran dari beberapa sub-sub golongan (bukan senyawa murni), sehingga titik
didihnya berupa range dari minimum sampai  maksimum, bukan merupakan titik didih tunggal.

2. Oksigenated Solvent

Oksigenated sovent atau solvent dengan atom oksigen adalah solvent-solvent yang struktur
kimianya mengandung atom oksigen. Termasuk dalam kategori ini adalah golongan ester,  ether,
ketone dan alkohol.

Faktor penting bagaimana solvent menjalankan fungsinga didalam cat adalah kemampuannya
untuk melarutkan resin, kemudian membentuk larutan yang stabil dan homogen. Beberapa
parameter dalam hubungannya terhadap daya larut solvent adalah sebagai berikut:

Solubility Parameter solvent; solvent hidrokarbon mempunyai hubungan yang proporsional


dengan harga Kauri Butanol (KB); semakin besar harga KB-nya, semakin besar solubility
parameternya atau dengan kata lain semakin besar pula daya larut solvent tersebut. Range harga
KB adalah antara 20 -105. Untuk beberapa solvent hidrokarbonn aliphatis berkisar antara 28 –
40, sedang untuk hidrokarbon aromatis lebih besar dari 70. Cara lain untuk menentukan daya
larut solvent-solvent hydrokarbon adalah dengan menentukan Titik Anilin (TA); makin rendah
TA, makin besar daya larut solvent tersebut.

Hidrogen Bonding Index adalah merupakan ukuran kekuatan ikatan antara atom-atom
hidrogen (relatif positif) dan atom-atom negatif seperti oksigen dalam solvent tersebut, harganya
berkisar antara – 15 sampai + 18. Solvent-solvent hidrokarbon mempunyai harga rendah dan
jenis alkohol mempunyai harga yang tinggi, sedang lainnya berkisar di antara dua jenis solvent
tersebut.

Dipole Moment adalah polaritas suatu solvent yang tergantung dengan nilai konstanta
dielektriknya. Pada umumnya makin polar suatu bahan yang dilarutkan akan membutuhkan
semakin polar pula bahan pelarutnya.

Dalam hubungannya dengan resin Nitro Cellulose (NC) ada beberapa istilah yang berkaitan
dengan solvent yang perlu dibahas, yaitu Active Solvent, Latent Solvent dan Diluent. Active
solvent adalah solvent yang secara nyata melarutkan NC, contoh: hampir semua keton (MEK),
ester (ethyl atau butyl acetate) dan ether (aceton). Latent solvent atau juga disebut co-solvent
adalah solvent yang bila sendirian tidak bisa melarutkan NC, tetapi digunakan untuk
meningkatkan daya larut active solventnya. Peningkatan daya larut active solvent dapat dilihat
dari penurunan kekentalan larutan yang cukup besar setelah ditambah latent solvent (dibanding
dengan penambahan yang sama active solvent atau solvent jenis lain), contoh latent solvent
adalah alkohol. Sedang diluent adalah solvent yang dipakai untuk melarutkan kedua jenis
campuran solvent tersebut (thinner), sehingga harganya diharapkan lebih murah, dibanding bila
hanya ada dua jenis solvent tersebut (Susyanto, 2009h).

2.2.4. Additive

Disamping ke tiga komponen seperti sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, yaitu:
resin, pigment dan solvent, ada beberapa komponen lain yang ditambahkan dalam jumlah sangat
sedikit ke dalam cat. Komponen-komponen ini, sekalipun ditambahkan dalam jumlah sedikit,
namun memberi kontribusi yang sangat besar terhadap sifat cat, sehingga cat dapat diproses,
disimpan dan dipakai seperti harapan kita.

Penambahan additive yang ada dalam cat tidaklah serta merta muncul begitu saja,
merupakan suatu proses panjang dari beberapa percobaan atau riset pada cat tersebut. Selama
proses pembuatan, penyimpanan dan pemakaian dinilai kualitasnya secara menyeluruh,
kemudian kelemahan dan masalah yang timbul dicoba untuk diatasi dengan variasi jenis dan
takaran beberapa additive, hingga akhirnya muncul nama jenis dan takaran additive tertentu yang
pas untuk campuran cat tersebut.

Additive ditambahkan ke dalam cat disesuaikan dengan solvent apa yang dipakai (solvent
atau water base), apa jenis resinnya, bagaimana pemakaiannya dan bagaimana mekanisme
pengeringannya. Setiap supplier additive biasanya memberi informasi yang jelas tentang apa dan
bagaimana additive harus digunakan.

Additive biasanya dibagi berdasarkan fungsinya. Berikut ini adalah beberapa additive
yang biasa dipakai dalam industri cat.

Tabel 2.3. Pembagian additive

KATEGORI NAMA KETERANGAN


Mempermudah atau mempercepat
proses penggantian udara dan air oleh
WETTING AGENT
MEMPERCEPAT ATAU resin pada permukaan pigment atau
MEMPERMUDAH extender
PROSES
DISPERSING AGENT Mempermudah distribusi pigment dan
extender ke dalam cairan resin

Mencegah proses pengulitan pada


ANTI SKINNING permukaan cat (oil atau alkyd base
AGENT
resin) selama penyimpanan
Mempertahankan kekentalan cat atau
MENGURANGI AKIBAT THICKENING AGENT melindungi cat selalu dalam kondisi
JELEK SELAMA
koloid
PENYIMPANAN
Mempertahankan pigment selalu
berada pada kondisi dispersi yang
ANTI SETTLING
AGENT stabil dalam campuran, sehingga tidak
mengendap.
MENGURANGI AKIBAT Mencegah turunnya atau melelehnya
ANTI SAGGING
JELEK SELAMA cat jika dipakai pada permukaan tegak
PEMAKAIAN LEVELLING AGENT Meningkatkan kualitas permukaan cat,
sehingga permukaannya rata tidak
bergelombang

Mencegah pemisahan pigment baik


ANTI FLOODING &
secara vertikal maupun horisontal
FLOATING
Mencegah atau menghilangkan
ANTI FOAMING
timbulnya busa pada permukaan cat
Mencegah atau mengurangi timbulnya
ANTI STATIC AGENT
arus listrik static selama pemaikaian
Mempercepat reaksi oksidasi dan
polymerisasi dari ikatan tak jenuh
DRYER
pada cat jenis alkyd atau synthetic
(mengandung drying oil).
Untuk mempercepat reaksi
crosslinking antara resin amino dan
CATALYST alkyd polyol (atau turunannya),
biasanya dipakai senyawa-senyawa
MEMPERBAIKI ATAU
asam organik maupun anorganik
MERUBAH  SIFAT FILM
Meningkatkan fleksibilitas cat,
PLASTICIZER terutama pada cat yang mempunyai
berat molekul yang besar, seperti NC.
Mencegah timbulnya atau melekatnya
ANTI FOULING
tumbuhan air laut pada dasar dinding
AGENT
kapal
Menurunkan derajad kilap lapisan cat
MATTING AGENT (dari gloss ke semi gloss atau dari
semi ke dof/matt)
ANTI FUNGUS Mencegah timbulnya jamur

(Susyanto, 2009a).
Tahapan pembuatan cat sangat dipengaruhi oleh seberapa canggih teknologi yang dipakai
untuk menunjang pembuatan cat tersebut, makin canggih tinggi teknologi yang dipakai maka
makin singkat dan mudah proses pembuatan catnya.

2.3 Proses Produksi Industri Cat

2.3.1 Persiapan

Pada tahap ini dimulai dengan mempersiapkan bahan-bahan baku sesuai dengan formula
atau resep cat yang akan dibuat. Bahan-bahan diambil dari gudang yang sudah teruji kualitasnya,
tidak kedaluwarsa dan tidak pula cacat atau rusak baik fisik maupun kimia (yang ditandai dengan
adanya perubahan bau, warna, bentuk, atau kekentalan pada bahan tersebut).

Mengukur bahan yang akan diproses, bisa dilakukan dengan cara ditimbang beratnya atau
diukur volumenya, tergantung dengan basis apa yang digunakan dalam formula atau resepnya.
Ketelitian dan keakuratan penimbangan merupakan faktor penting terhadap hasil akhir
pembuatan cat, terutama pada penimbangan additive atau pigment.

Bahan-bahan tersebut kemudian diangkut ke area produksi, bisa dilakukan dengan tenaga
manusia biasa, forklif atau melalui sistim pemipaan (untuk bahan cair).

2.3.2 Produksi

Proses produksi cat dibagi menurut jenis cat yang akan dibuat:

Cat Tanpa Pigment, Extender atau Filler

Pembuatannya hanya melibatkan proses penuangan, mixing dan stiring saja, yaitu
menuang bahan-bahan dengan urutan dan cara sesuai dengan jenis cat yang akan dibuat ke dalam
sebuah tangki dengan ukuran pas. Kemudian mencampur bahan-bahan dengan putaran mixer
relatif pelan, hingga diperoleh  suatu campuran yang benar-benar merata  di semua titik. Waktu
stiring dan kecepatan mixer disesuikan dengan jumlah dan kekentalan campuran.

Perlakuan seperti ini juga dipakai untuk membuat thinner, hardener, wood stain (solvent
+ dyestuff) atau campuran bahan lain yang tidak mengandung pigment atau extender asli
(padatan). Namun jika pigment atau extender-nya sudah diproses menjadi bahan setengah jadi
(pasta) terlebih dulu, maka bahan atau campuran ini bisa diproses seperti tersebut di atas.

Cat Dengan Pigment dan/atau Extender.

Proses pembuatan cat jenis ini juga dibagi berdasarkan pada seberapa halus padatan
(pigment atau extender) terdispersi di dalam campuran. Jika diinginkan padatan terdispersi
secara kasar (dengan kehalusan antara 20 – 50 mikron), maka proses yang dibutuhkan adalah
cukup dengan proses dispersi saja; namun jika dikehendaki padatan terdispersi secara halus (5 –
20 micron) maka diperlukan proses penggilingan partikel padat dalam mesin giling. Contoh jenis
cat yang dibuat cukup dengan proses dispersi saja adalah : dempul atau filler, cat primer,
undercoat, intermediate atau tembok dimana kehalusan partikel bukan merupakan sifat yang
harus dicapai.

2.3.3 Proses Dispersi

Tahapan dispersi merliputi:

 Proses pembasahan permukaan partikel-partikel pigment dan/atau extender oleh bahan-


bahan cair (millbase).
 Proses pemecahan secara mekanis terhadap kelompok-kolompok partikel pigment
dan/extender menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil atau partikel-partikel
primernya sesuai dengan derajad kehalusan yang dikehendaki.
 Mempertahan agar supaya kelompok-kelompok partikel yang lebih kecil atau partikel-
partikel primer ini tetap terpisah satu sama lain, tidak bersatu kembali.

Proses dispersi akan mendapatkan hasil optimal bila prinsip-prinsip dispersinya terpenuhi.
Adapun prinsip-prinsip dispersi yang perlu mendapat perhatian adalah: kecepatan peripheral
campuran, bentuk cakram, diameter cakram terhadap tangki, tinggi cakram dari dasar tangki,
diameter tangki, tinggi tangki dan perbandingan padatan dan cairan campuran (kadar padatan =
PVC) serta penambahan secara tepat additive wetting dan dispersingnya.
Jika kondisi ideal terpenuhi, maka akan terbentuk sebuah aliran yang menyerupai donat,
terbentuk “doughnut effect”. Pada kondisi ini diperoleh proses dispersi yang optimal.

2.3.4 Penggilingan

Dengan hanya dispersi, kita belum mendapatkan kehalusan partikel lebih rendah dari 20
mikron, yaitu ukuran rata-rata partikel primer dari pigment dan/atau extender. Untuk itu
diperlukan sebuah tahap lanjutan dimana ikatan fisik partikel-partikel pigment akan dipecahkan
lebih lanjut menjadi patikel-partikel yang lebih kecil lagi. Tahapan ini disebut penggilingan.

Untuk memudahkan dalam pembuatan cat; biasanya pigmen, extender, sebagian resin dan
additive digiling terlebih dahulu untuk dibuat pasta (bahan setengah jadi). Pasta ini bisa disimpan
dalam gudang atau langsung diproses untuk dibuat cat, yaitu hanya dengan proses mixing biasa,
seperti dijelaskan pada proses pembuatan cat tanpa pigment di atas.

Alat dan prinsip penggilingan bermacam-macam, diantaranya adalah:

 Melewatkan millbase diantara dua buah atau lebih silinder yang berhimpitan satu dengan
lainnya, dimana jarak diantara dua buah silinder ini bisa diatur sesuai dengan derajad
kehalusan yang diinginkan.  Contoh dari alat ini adalah Triple roll Mill.

 Melewatkan secara vertical atau horizontal millbase ke dalam mesin giling yang terdiri
dari agitator dan banyak glass bead di dalamnya. Di dalam silinder giling, glass bead
bersama dengan millbase akan diputar oleh agitator pada kecepatan tertentu,
menyebabkan pigment-pigment secara mekanis akan terpecah karena tertumbuk oleh
glass bead secara terus menerus. Millbase melalui saringan akan keluar, sedangkan glass
bead akan tetap tertahan di dalam silinder giling. Sekalipun glass bead terbuat dari bahan
yang keras dan kuat, pada akhirnya juga akan terpecah, ini akan menyebabkan proses
penggilingan akan menurun performance-nya dan glass bead harus diganti dengan yang
baru. kecepatan putar agitator, kekentalan, kadar padatan dan waktu tinggal millbase di
dalam mesin adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitasnya proses penggilingan.
Jika satu tahap proses penggilingan belum mencapai hasil yang diinginkan, millbase
biasanya dikembalikan lagi ke dalam mesin, dilakukan bisa berkali-kali hingga diperoleh
derajad kehalusan yang diinginkan.

2.3.5 Penyelesaian

Seperti sudah dijelaskan pada bagian di atas bahwa proses pembuatan cat dibagi menjadi
dua bagian besar, yaitu proses yang melibatkan dispersi dan/atau penggilingan dan proses yang
hanya melibatkan proses mixing saja. Tahap akhir dari kedua proses ini juga berbeda, pada
proses yang melibatkan dispersi dan/atau penggilingan pigment, maka mengukur derajad
kehalusan dari partikel-partikelnya adalah tahap yang penting guna mengakhiri proses tersebut.

Sedang proses lain, yang hanya melibatkan proses mixing, maka untuk melihat seberapa
jauh campuran sudah tercampur sempurna dan sesuai komposisi yang ditentukan, cukup
mengukur kekentalan atau viskositas campuran tersebut. Namun bila campuran tersebut
mengandung beberapa jenis pasta, maka menyamakan warna (colour matching) campuran cat
secara kasar perlu dilakukan, agar campuran tidak terlalu jauh berbeda dengan warna
standardnya.

Kedua tahapan ini biasanya disebut uji kualitas pendahuluan, yaitu tahapan antara
sebelum cat diuji secara seksama pada tahap paling akhir dari proses pembuatan cat, yaitu tahap
pengujian kualitas cat (Susyanto, 2009e).

2.4 Proses Pembuatan Cat  Secara Umum

Proses produksi cat melalui beberapa proses, yaitu pre-mixing, grinding, let-down,
filtering, color matching, dan packaging. Pre-mixing yaitu proses pencampuran awal dimana
bagian padat dari cat seperti pigmen dan extender/filler didispersikan ke pelarutnya dengan
tambahan aditif yang sesuai seperti dispersing agent dan wetting agent.

Pada proses grinding partikel-partikel pigmen dihaluskan dengan mesin giling/grinder


agar ukuran partikel menjadi lebih kecil dan diperoleh kehalusan dan warna yang diinginkan.
Kemudian selanjutnya adalah proses finishing yang meliputi let-down, filtering, color matching
sampai packaging. Pada proses ini cat diatur kekentalannya, ditambahkan zat aditif, disaring dari
kotoran saat pengadukan, disesuaikan dan dipilah-pilah warnanya, dan pada akhirnya di kemas
(Anonim, 2007a).
BAB III

MANFAAT INDUSTRI CAT

Salah satu cara meningkatkan nilai tambah suatu bahan adalah dengan melapisi
permukaan bahan tersebut dengan bahan lain yang lebih lebih tinggi nilainya. Pengetahuan
tentang pelapisan permukaan bahan, secara umum dikenal sebagai surface coating knowledge.
Bagian ini meliputi: metal coating (electro coating, galvanizing), plastic coating, paper coating,
powder coating dan tentang cat itu sendiri. Jadi cat merupakan bagian kecil dari sebuah ilmu
yang jauh lebih besar, yaitu ilmu tentang surface coating.
BAB VI

KESIMPULAN

1. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan cat adalah sangat banyak dan bervariasi,
tetapi intinya cat terdiri dari Resin Atau Binder, Pigment Dan Extender (Filler), Solvent,
dan Solvent
2. Proses produksi cat melalui beberapa proses, yaitu pre-mixing, grinding, let-down,
filtering, color matching, dan packaging.
3. Untuk mendapatkan kualitas cat seperti yang diharapkan, dilakukan berbagai pengujian
terhadap resin, pigment, extender, solvent dan additive

4.1 Jenis-Jenis Cat

Banyak teori yang berkembang untuk mengelompokan cat, diantaranya adalah berdasarkan
bahan baku utama, mekanisme pengeringan, letak dan dimana cat itu dipakai, kondisi cat, jenis
dan keberadaan solvent, fungsi, methode pengecatan, jenis substratnya dan lain-lain. Tabel
pengelompokan berikut memberi kemudahan dalam kita mempelajari cat.

Tabel 4.1. Jenis-jenis cat

DASAR
JENIS DAN KETERANGAN
PENGELOMPOKAN
Berdasarkan jenis resin yang dipakai: cat epoxy, polyurethane,
acrylic, melamine, alkyd, nitro cellulose, polyester, vinyl,
chlorinated rubber, dll
Bahan Baku Berdasarkan ada tidaknya pigment dalam cat tersebut, yaitu
varnish atau lacquer (transparent, tidak mengandung pigment);
duco atau enamel (berwarna dan menutup permukaan bahan,
mengandung pigment).
FUNGSI Cat dempul (filler), anti karat (anti corrosion), anti jamur (anti
fungus), tahan api, tahan panas (heat resistance), anti bocor (water
proofing), decorative, protective, heavy duty, industrial dll.
METHODE PENGECATAN Cat kuas, spray, celup, wiping, elektrostatik, roll, dll.
Cat Primer (sebagai dasar), undercoat, intermediate (ditengah-
tengah), top coat/finishing (pada permukaan paling atas dari
LETAK PEMAKAIAN
beberapa lapisan cat), interior (di dalam tidak terkena secara
langsung sinar matahari) dan exterior (di luar), dll.
Cat besi (metal protective), lantai (flooring systems), kayu (wood
JENIS SUBSTRAT finishing), beton (concrete paint), kapal (marine paint), mobil
(automotive paint, plastik, kulit, tembok, dll.
KONDISI DAN BENTUK
Cat pasta, ready-mixed, emulsi, aerosol, dll.
CAMPURAN
ADA TIDAKNYA
Water base, cat solvent base, tanpa solvent, powder, dll.
SOLVENT
Cat kering udara (varnish dan syntetic enamel), cat stoving
MEKANISME
(panggang), cat UV curing, cat penguapan solvent (lacquer dan
PENGERINGAN
duco), dll.

(Susyanto, 2009c).

4.2 Kualitas Cat

Untuk mendapatkan kualitas cat seperti yang diharapkan oleh pelanggan, berbagai usaha harus
diarahkan untuk mendapatkan kualitas hasil akhir dari setiap proses seoptimal mungkin. Setiap
proses dimulai dari pembelian bahan baku, penyimpanan bahan baku, pemrosesan bahan baku
menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi, penyimpanan bahan jadi dan pengiriman bahan
jadi ke pelanggan harus dikontrol dengan jadwal, pengujian dan pelayanan yang memadai.

Beberapa pengujian harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa resin, pigment, extender, solvent
dan additive yang dibeli dan kemudian disimpan di dalam gudang sesuai spesifikasi, tidak terjadi
salah barang, penyimpangan dan perubahan kualitasnya.
Proses pembuatan pasta menghasilkan pasta yang stabil, tidak gampang mengulit, mengeras dan
dengan dengan derajat kehalusan sesuai kebutuhan.

Proses pembuatan cat menghasilkan cat dan film dengan kualitas seperti yang diharapkan.

Untuk itu harus dilakukan pengujian-pengujian dasar sebagai bertikut:

Tabel 4.2. Uji kualitas cat

KATEGORI JENIS
PENGUJIAN KETERANGAN
BAHAN BAHAN
BAHAN RESIN Membandingkan penampilan, seperti : permukaan,
BAKU bahan asing, endapan, kejernihan, gumpalan dan
warna sample resin dengan standard yang ada.

Penampilan
Untuk warna resin dinyatakan dengan bilangan
Gardner, yaitu menyamakan warna sample dengan
skala warna Gardner. Warna jernih (1) hingga warna
merah pekat (18)
Kekentalan Mengukur waktu yang dibutuhkan untuk
(detik atau menghabiskan seluruh cairan keluar dari sebuah  flow
mPas) cup standard. Nilai kekentalan dibuat atas dasar waktu
yang dibutuhkan dari mulai mengalir sampai putusnya
aliran tersebut. Cara ini efektif jika cairannya dalah
jenis newtonian dan mempunyai range kekentalan
dibawah 200 detik.

Untuk cairan yang sangat kental maka digunakan cara


Gardner, yaitu membandingkan kecepatan naiknya
gelembung udara yang berisi cairan sample dengan
cairan standard dalam tabung dengan ukuran tertentu
dari yang paling encer (A) hingga yang paling kental
(Z6).

Atau bisa dilakukan dengan alat Brokfield dengan


range pengukuran kekentalan antara 10 hingga 8.106
mPas
Membandingkan berat sample terhadap volumenya
Berat Jenis
dengan menggunakan gallon cup pada temperatur
(gram/cm3)
tertentu.
membandingkan berat sample sesudah dikeringkan
(110oC selama 1 jam) dengan sebelum dikeringkan.
Kadar
Biasa disebut dengan NV(non volatile matter) dengan
Padatan (%)
basis v/v atau w/w> basis v/v (volume/volume) lebih
sering dipakai.
mengetahui senyawa asam yang terkandung dalam
Bilangan
resin
Asam
Membandingkan penampilan, seperti: bahan asing,
gumpalan dan warna sample dengan standard yang
ada.

Untuk membandingkan warna pigment, sample harus


didispersikan atau digrinding dalam resin tertentu
kemudian ditarik pada kertas rungkut dengan

PIGMENT Penampilan ketebalan 60 micron dan dibandingkan dengan warna


DAN standard

EXTENDER
Untuk dyestuff perlu dilarutkan pada pelarut tertentu
hingga membentuk larutan denga konsentrasi 3 (DZ)
atau 10% (PP), kemudian dicampur dengan resin
tertentu dan dilanjutkan seperti tersebut di atas.
Oil Mengetahui seberapa besar penyerapan pigment atau
Absorption extender terhadap oil atau minyak nabati dalam satuan
ml per 100 g sample.
Membandingkan penampilan, seperti : bahan asing,
Penampilan endapan, kejernihan, gumpalan dan warna sample
dengan standard yang ada.
Mengukur resistivity (tahanan = Mega ohm) suatu
solvent  dengan dua dip elektroda pada jarak tertentu
SOLVENT Resistivity (1 cm). Besaran ini menggambarkan bisa tidaknya
solvent tersebut dipakai dengan spray jenis
elektrostatik
Jenis dan Mengukur derajad kemurnian solvent atau
Komposisi menganalisa jenis dan fraksi komponen-komponen
komponent dalam campuran solvent
Biasanya diuji secara langsung dengan menambahkan pada resep
bahan setengah jadi (pasta) atau cat, diproses dan dipakai dan
ADDITIVE
kemudian dibandingkan dengan additive standard pada semua aspek
pengujian.
Mengamati pengulitan, pengerasan (gelling) dan
Kestabilan
kehalusan secara rutin selama pasta disimpan
Dengan mempergunakan grindo meter kehalusan
pigment atau extender dalam cat dapat ditentukan.
Kehalusan Pasta atau cat ditarik pada parit dengan kedalaman
(mm) berbeda dari paling dalam hingga paling dangkal,
BAHAN
sehingga partikel yang ukuran besar akan terjebak
SETENGAH PASTA
pada posisi sesuai dengan ukuran partikelnya.
JADI
Kadar
Idem di atas
Padatan (%)
Setelah dijadikan cat, dengan mencapur pasta dengan
komponen lain, kemudian ditarik pada kertas rungkut
Warna
dengan ketebalan 60 micron dan dibandingkan dengan
warna standard
CAT TANPA Membandingkan penampilan sampel cat, seperti :
Penampilan
PIGMENT bahan asing, endapan, kejernihan dan gumpalan
Cat
dengan standard yang ada.
Kekentalan Idem di atas
Berat Jenis Idem di atas
Dengan mempergunakan  sentuhan, tempel atau
Waktu
tekanan jari pada cat yang masih basah. Waktu kering
Kering
meliputi : kering sentuh, tekan dan kering sempurna.
Kadar
Idem di atas
Padatan
Resistivity Idem di atas
Pengujian film dilakukan setelah cat dikenakan pada
substrat tertentu dan kemudian mengering. Penampilan
Penampilan
filim meliputi  ada tidaknya: kulit jeruk, gelembung
Film
udara, bercak-bercak, tidak meratanya kilap, lekukan-
lekukan kawah, kerut dan lain-lain.
Daya Kilap Mengukur cahaya yang dipantulkan oleh film. Alat
Film (gloss) yang dipakai adalah Glossmeter atau reflektometer
Film cat kering digores dengan sudut cutter (30-45o)
dan pada kecepatan 0.5 detik per satuan potongan
sehingga didapat 25 kotak dengan jarak pemotongan
Daya Lekat sesuai ketebalan catnya. Kemudian dilekatkan selotip
Film (adhesi) dan ditarik dengan kuat. Dari banyaknya kotak lapisan
cat yang terangkat bisa kita nilai daya lekat film
tersebut ( GT 0, tidak ada  yang terkelupas hingga GT
4, terkelupas > 65%)
Sifat Sifat mekanis film meliputi: daya tahan terhadap
Mekanis impact, kekerasan dan lain-lain. Untuk daya tahan
Film impact diuji dengan impact tester, kekerasan dengan
hardness pendulum tester, hardness Dur-O-Test atau
dengan pencil hardness.
Semua pengujian yang dilakukan pada cat tanpa pigment juga
dilakukan untuk cat dengan pigment dan ditambah beberapa
pengujian berikut
Selama pencocokan warna (colour maching), sample
cat dibandingkan dengan warna standarnya, bisa
dilakukan dengan methoda tersebut di atas (pasta) atau
Penampilan
dengan mempergunakan alat pencari warna (hunter lab
Warna
colour matching), hingga diperoleh hasil selisih antara
DENGAN
warna sample dengan standard sekecil mungkin
PIGMENT
(sesuai spesifikasi).
Kehalusan Idem di atas (pasta)
Merupakan ketebalan minimal film dari cat dimana
pola hitam-putih dari kertas kotak-kotak tidak dapat
kelihatan. Pengujiannya adalah dengan menarik cat
Daya Tutup
basah dengan applikator dimulai ketebalan paling
besar hingga paling kecil, kemudian setelah kering
dinilai daya tutupnya.

Pengujian tersebut di atas bisa juga diperluas atau ditambah sesuai dengan penggunanan cat dan
kebutuhan, seperti : daya tahan terhadap sinar matahari perlu dilakukan untuk jenis cat yang
dipakai di luar terkena sinar matahari, daya tahan terhadap korosi pada cat yang dipakai pada
lingkungan korosif, dan masih banyak pengujian-pengujian yang lain (Susyanto, 2009d).
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007a. Mesin Produksi. http://cattembok.web.id

Anonim, 2007b. Proses Teknologi Pembuatan Cat. http://pengecatan.blogspot.com

Anonim, 2007c. Sejarah Cat. http://cattembok.web.id

Anonim, 2009. Cat. http://id.wikipedia.org

Susyanto, Heri. 2009a. Additive. http://www.geocities.com

Susyanto, Heri. 2009b. Apakah Cat. http://www.geocities.com

Susyanto, Heri. 2009c. Jenis Cat. http://www.geocities.com

Susyanto, Heri. 2009d. Kontrol Kualitas Cat. http://www.geocities.com

Susyanto, Heri. 2009e. Pembuatan Cat. http://www.geocities.com

Susyanto, Heri. 2009f. Pigment Extender. http://www.geocities.com

Susyanto, Heri. 2009g. Resin. http://www.geocities.com

Susyanto, Heri. 2009h. Solvent. http://www.geocities.com

Anda mungkin juga menyukai