Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit salura pernapasan ialah salah satu penyebab kesakitan dan

kematian yang sering menyerang anak anak. Ada berbagai macam faktor

yang mempengaruhi perilaku pencegahatn pneumonia, antara lain

pengetahuan ibu, lingkungan fisik, kelembaban rumah dan peran keluarga

merokok (Luma et al., 2021). Penyakit infeksi saluran pernapasan

merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Penuraran infeksi dapat

terjadi antara manusia ataupun hewan yang disebabkan oleh mikroorganisme

seperti virus, bakteri, jamur ataupun parasite. Infeksi pernapasan merupakan

suatu kondisi masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang berkembang

biak dan menimbulkan penyakit. Infeksi saluran pernapasan bawah akut

terdiri dari berbagai bentuk penyakit yang sering disebut dengan pneumonia

(Fathin & Kusumawati, 2022).

Pneumonia adalah infeksi pernapasan yang berbahaya bagi paru paru

yang di sebabkan oleh virus dan jamur. Virus pneumonia biasanya ditularkan

dari orang ke orang atau melalui kontak langsung dengan orang yang

terinfeksi, biasanya melalui tangan atau menghirup udara yang yang

terinfeksi. Adenovirus, rhinivirus, virus influenza, respiratory syncytial virus

(RSV) dan virus parainfluenza adalah virus penyebab pneumonia

(Anwar,2014)
Pneumonia membunuh lebih banyak anak dari pada penyakit

menular lainnya, menurut laporan dari United National International

Children’s Emergensi Fund (UNICEF, 2021) pneumonia ini membunuh

lebih dari 800.000 anak di bawah usia lima tahun setiap tahun, atau sekitar

2.200 jiwa setiap hari. Menurut (UNICEF 2021) terdapat lebih dari 1.400

kasus pneumonia per 100.000 anak di seluruh dunia, atau satu kasus per 71

anak setiap tahunnya. Asia selatan (2.500 kasus per 100.000 anak) dan Afrika

Barat dan Tengah (1.620 kasus per 100.000 anak) yang memiliki angka

kejadian tertinggi.

Menurut Word Health Organisasi (WHO, 2019) 740.180 anak di

bawah usia 5 tahun meninggal karena pneumonia setiap tahun, yang terhitung

14% dari semua kematian pada anak di bawah usia lima tahun dan 22%

kematian pada anak usia 1 hingga 5 tahun, (WHO) menyatakan pneumonia

adalah penyebab utama kematian anak di bawah usia lima tahun, melampaui

penyakit lain seperti campak dan malaria. Kasus terjadi di Negara luar,

misalnya Asia Tenggara sebesar 39% dan Afrika sebesar 30%. Menurut

WHO Indonesia menempati urutan kedelapan dari 15 negara dalam hal

kematian terkait pneumonia pada3 balita.

Menurut Riskesdas (2018) prevalensi pneumonia di Indonesia

sebesar 4.0%. Pneumonia menyerang 4% penduduk Indonesia. Sedangkan

prevalensi pneumonia balita di Indonesia adalah 4,8%. Profil Kesehatan

Indonesia tahun 2020 menunjukkan bahwa 0,16 persen kematian balita akibat

pneumonia. Angka kematian akibat pneumonia pada kelompok bayi dua kali
lebih tinggi dibandingkan pada anak usia 1-4 tahun. Hal ini dikarenakan usia

tersebut merupakan usia rentan (Profil Kesehatan Indonesia, 2020).

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2021

angka kejadian pneumonia pada4 balita tahun 2021 di Provinsi5 Riau

menurun dari tahun 2020 sebanyak 11,8, menjadi 8,8% pada tahun 2021.

Kabupaten Siak, kasus yang paling tinggi. dari tahun 2019-2020, meskipun

telah mengalami penurunan di tahun 2020, dari 100% di tahun 2019

menjadi 48,2% di tahun 2020. Kabupaten/kota lainnya. yang tinggi kasus

pneumonia yaitu Kota Dumai, Kota Pekanbaru, dan Kep.Meranti.

Berdasarkan data kasus pneumonia dari 34 Provinsi di Indonesia, Provinsi

Riau menempati urutan ke 11 kasus terendah dengan presentase 11,9%.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2022 menunjukkan

bahwa angka kejadian pneumonia pada kecamatan tertinggi di Kabupaten

Kuantan Singingi yaitu kecamatan kopah dengan frekuensi 52 kasus.

Berikut ini disajikan angka kejadian pneumonia tertinggi

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi tahun

2022:

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Kasus pneumonia Tertinggi Balita di 6 UPTD


Kesehatan Puskesmas Kabupaten Kuansing Tahun 2022
No Puskesmas Frekuensi Presentase (%)
1 Kopah 52 61,1
2 Sungai buluh 15 17,6
3 Muara lembuh 11 13
4 Cerenti 3 3,5
5 Teluk kuantan 3 3,5
6 Jake 1 1,1
Jumlah 85 99,7
Sumber : Dinas Kesehtan Kabupaten Kuantan singing 2022
Berdasarkan tebel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah kasus tertinggi

terletak di Kecamatan Kopah yaitu sebanyak 52 kasus (61,1%).

Tabel 1.2 Jumlah. Kasus pneumonia di wilayah kerja UPTD Kesehatan


Puskesmas Kopah tahun 2022
No Nama Desa Jumlah balita Kasus Presentase (%)

1 Jaya 300 31 59,6


2 Koto 100 8 15,3
3 Munsalo 125 5 9,6
4 Titian modang 129 5 9,6
5 Pulau baru 150 3 5,7
Jumlah 804 52 100

Sumber :laporan data di puskesmas kopah tahun 2022

Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa 5 desa di wilayah kerja UPTD

Kesehatan Puskesmas Kopah, Desa Jaya menempati urutan tertinggi kasus

pneumonia tahun 2022 sebanyak 31 kasus (59,6%).

Dampak pneumonia pada balita bisa menyebabkan anak bawah

lima tahun mengalami napas cepat atau tidak normal, berat badan menurun,

demam tidak berkurang dan nafsu makan berkurang. Sedangkan pada anak

bayi bisa menyebabkan demam muntah-muntah, tidak berdaya, tidak

berenergi, dan sulit untuk makan beserta minum. apabila masalah tidak

ditangani secara cepat bisa menyebakan kematian (Luma et al., 2021).

Latihan batuk yang efektif merupakan salah satu cara penanganan yang

sportif. Pasien pneumonia akan mengalami pengeluaran dahak yang lebih

cepat jika batuk dengan benar. Cara terpenting untuk menghilangkan

masalah pernapasan yang disebabkan oleh penumpukan sekresi adalah

dengan melakukan latihan batuk yang efektif. Sehingga pasien tidak

kelelahan saat mengeluarkan secret (Sartiwi et al., 2019).


Faktor resiko yang menjadi penyebab kejadian pneumonia yaitu

Usia, jenis kelamin, gizi, status vaksinasi, pemberian ASI dan pemberian

vitamin A merupakan faktor intrinsik. Faktor fisik, social dan biologis

adalah contoh faktor ekstrinsik. Kuman atau mikroorganisme merupakan

faktor biologis, gaya hidup yang tidak sehat merupakan faktor social, dan

rumah yang tidak sehat merupakan faktor fisik. Salah satu faktor yang

berkontribusi terhadap prevalensi kejadian pneumonia adalah lingkungan

dalam rumah seperti kondisi lantai, pencahayaan, kelembaban rumah dan

ruangan, serta kepadatan penghuni rumah.(Mufidatul Khasanah et al.,

2016).

Beberapa penyebab pneumonia pada balita dapat di pengaruhi oleh

berbagai macam faktor seperti Kelembaban di dalam rumah tidak memenuhi

standar kesehatan akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah, hal ini

disebabkan kerena adanya proses sirkulasi udara, sehingga rumah yang

lembab memungkinkan untuk tikus dan kecoa membawa bakteri penyebab

penyakit pneumonia yang dapat berkembang biak didalam rumah. Virus dan

bakteri dapat tumbuh optimal pada suhu di atas 30 derajat dan kelembaban

diatas 60% . Dan Pencemaran lingkungan yang utama berasal dari kegiatan

manusia seperti asap rokok. Asap rokok menjadi salah satu parameter

kualitas kimia pada udara dalam rumah karena asap rokok dapat

menghasilkan gas dan debu yang bisa bertahan dalam rumah dalam langka

waktu yang cukup lama. Kebiasaan merokok didalam rumah yang dilakukan
oleh anggota keluarga dapat berdampak negatif bagi anggota keluarga yg

lain khususnya balita (Mahalastri, 2014).

Kelembaban yang tinggi di dalam rumah dapat mempengaruhi

sistem kekebalan tubuh seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh

terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi. Bakteri dapat bertahan lebih

lama dalam kondisi rumah yang lembab. Kelembaban dikatakan baik jika

40% sampai 60%, dan jika kurang dari 40% atau lebih dari 60%, itu buruk.

Kelembaban rumah adalah banyaknya kandungan uap air dalam massa

uadara. Kelembaban udara dalam rumah dapat ditentukan dengan

menggunakan gygrometer. Rumah dengan kelembaban udara yang tinggi

ataupu rendah dapat menyebabkan adanya jamur, tikus dan kecoa yang

semuanya berperan besar dalam pathogenesis penyakit pernapasan (Usman,

2019).

Menurut Agustyana et al( 2019) Penelitian yang dilakukan di

daerah tegal menunjukan bahwa ada hubungan antara kelembaban rumah

dengan kejadian pneumonia pada anak usia bawah lima tahun (p value

0,041), pada penelitian tersebut balita yang tinggal dirumah dengan

kelembaban tidak memenuhi standar beresiko 4,583 kali terkena pneumonia

dibandingkan dengan balita yang tinggal dirumah dengan kelembaban

memenuhi standar. Menurut peneliti, balita dengan infeksi pneumonia lebih

banyak ditemukan di rumah dengan kelembaban yang tidak memenuhi

standar, karena responden tidak menggunakan ventilasi dengan baik


Menurut penelitian Fatichaturrachma et al., (2016) Menunjukkan

bahwa ada korelasi antara kelembaban dengan risiko pneumonia pada balita,

dengan nilai OR sebesar 3,478, atau 3,4 kali lebih tinggi resiko pada balita.

Hal ini sejalan dengan penelitian Darmawati A.T, dkk (2016) dan Wulandari

I.I, dkk (2016 ) Ada risiko terkena pneumonia pada pada balita 5,9 dan

4,583 kali dengan kelembaban rumah yang tidak sesuai standar. 5-7

kelembaban yang tinggi dapat menjadi sarana berkembangnya mikroba

pathogen. Mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan

merupakan penyebab utama infeksi saluran pernapasan.

Gulungan tembakau seukuran jari kecil disebut rokok. Biasanya

dibungkus dengan daun nipah atau kertas. Perokok aktif dan perokok pasif

adalah dua jenis perokok. Orang yang merokok secara aktif disebut sebagai

perokok aktif, sedangkan orang yang terpapar asap rokok dari orang lain

disebut perokok pasif yang hanya menghirup asap rokok orang lain. Di

Indonesia, masalah yang meresahkan adalah merokok dalam lingkungan

rumah. Anggota keluarga yang merokok berkontribusi terhadap masalah

kesehatan seperti masalah pernapasan dan peningkatan risiko pneumonia,

terutama pada anak balita di lingkungan rumah. Orang tua yang merokok di

dalam rumah lebih beresiko kelurganya terserang penyakit pernapasan

seperti flu, asma, dan radang paru-paru.(Kusuma, 2011)

Asap rokok mengandung partikel-partikel seperti karbon polisikik,

karbon monoksida, nikotin, nitrogen oksida, dan akrolein yang dapat

merusak epitel bersilia, menurunkan klirens mokusiliar dan menekan


aktifitas fagosit dan efek bakterisidal yang akibatnya mengganggu system

pertahanan paru (Rigustia et al., 2019).

Menurut penelitian Wardani (2022) menunjukkan bahwa penyebab

pneumonia pada balita yaitu kebiasaan merokok keluarga serumah atau

disekitar lingkungan balita, karena asap rokok yang bersumber dari keluarga

merupakan pencemaran udara dalam ruangan atau rumah balita, sehingga

paparann asap rokok yang terus menerus akan berdampak kepada saluran

pernapasan. Hal ini sejalan dengan penelitian Alnur (2017) yang

mengatakan Memiliki anggota keluarga yang merokok dapat meningkatkan

terjadinya masalah sistem pernapasan. Pencemaran udara di lingkungan

rumah yang terjadi akibat asap rokok dapat memperparah aliran pernapasan

dan memicu pneumonia pada anak kecil. Dalam penelitian ini peneliti

membahas Jumlah rokok yang biasanya dihisap oleh anggota yang serumah

dengan anak bawah lima tahun. Jumlah nikotin yang menempel pada selaput

paru-paru dan selaput lendir laring di sebabkan oleh jumlah rokok yang

dihisap. Pneumonia disebabkan oleh nikotin yang menempel pada lapisan

paru-paru.

Hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian pneumonia

pada balita yaitu Kelembaban yang tinggi atau rendah di lingkungan rumah

dapat menyebabkan perkembang biangkan mikroorganisme penyebab

pneumonia yang akan tumbuh dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui

udara yang dihirup sehingga menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagi

penghuni rumah terutama balita (Kusumo et al., 2021)


Hubungan antara perilaku merokok di dalam rumah dengan

terjadinya pneumonia pada anak kecil dengan adanya kecenderungan

keluarga merokok didalam rumah dapat meningkatkan risiko mengalami

gangguan pernapasan. Asap rokok berkontribusi terhadap polusi udara

dalam ruangan, yang dapat merusak system pernapasan dan menyebabkan

pneumonia pada anak kecil. Asap tembakau mengandung sekitar 4000

komponen, dan 200 di antaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan,

bahaya mendasar dalam rokok adalah tar, nikotin dan karbon monoksida

(Alnur et al., 2017).

Berdasarkan survey awal yang di lakukan pada tanggal 24 Februari

2023 di Desa Jaya Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Kopah

dengan wawancara 10 rumah balita tentang penderita pneumonia pada

balita, perilaku merokok didalam rumah dan kelembaban rumah didapatkan

hasil bahwa dari 10 rumah terdapat 5 rumah yang mepunyai balita dengan

tanda dan gejala pneumonia, seperti napas cepat, batuk dan demam.

Terdapat 8 rumah dari 10 rumah ibu yang mengatakan bahwa didalam

rumah kepala keluarganya seorang perokok dan beberapa anggota keluarga

yang serumah juga perokok, mereka merokok disaat dekat dengan balita.

Terdapat 6 rumah dari 10 rumah yang memiliki lingkungan fisik yang

lembab karena masih terdapat rumah yang lobang ventilasi masih belum

memenuhi syarat sehingga udara tidak bisa masuk secara maksimal dan

dapat menyebabkan rumah menjadi lembab. Kelemban rumah juga

disebabkan oleh tanah atau semen yang rusak sehingga dapat menimbulkan
debu dan terjadi kelembaban karena uap air dapat keluar melalui tanah atau

pun semen yang rusak, dan dapat menyebabkan kesukaran bernapas.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan mengambil judul “Hubungan kelembaban rumah dan perilaku

merokok di dalam rumah dengan kejadian pneumonia pada balita di Desa

Jaya Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Kopah Tahun 2023.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka di dapatkan

rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah apakah ada “Hubugan

Kelembaban Rumah dan Prilaku Kebiasaan Merokok di Dalam Rumah

Dengan Kejadian pneumonia Pada Balita di Desa Jaya Wilayah Kerja

UPTD Kesehatan Puskesmas Kopah Tahun 2023.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk menganalisis Hubungan Kelembaban Rumah

dan Prilaku Kebiasaan Merokok di Dalam Rumah Dengan

Kejadian pneumonia Pada Balita di Desa Jaya Wilayah Kerja

UPTD Kesehatan Puskesmas Kopah Tahun 2023.


1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Kelembaban

Rumah, Perilaku Merokok di Dalam Rumah dan kejadian

pneumonia pada balita di Desa Jaya Wilayah Kerja

UPTD Kesehatan Puskesmas Kopah Tahun 2023.

b. Untuk mengidentifikasi hubungan Kelembaban rumah

dengan kejadian pneumonia di Desa Jaya Wilayah Kerja

UPTD Kesehatan Puskesmas Kopah Tahun 2023.

c. Untuk mengidentifikasi hubungan perilaku merokok

didalam rumah di Desa Jaya Wilayah Keja UPTD

Kesehatan Puskesmas Kopah Tahun 2023.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

berkaitan dengan penanggulangan pneumonia pada balita yang

berhubungan dengan Kelembaban Rumah serta prilaku kebiasaan

merokok di dalam rumah.

1.4.2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan

pengetahuan serta adanya pengalaman bagi peneliti mengenai


Kelembaban Rumah dan prilaku kebiasaan merokok di dalam

rumah dengan kejadian pneumonia pada balita.

b. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan

pengetahuan sehingga dapat sebagai salah satu upaya untuk

pencegahan pneumonia pada balita di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai