PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional. Untuk itu
perlu ditingkatkan upaya guna memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya terjangkau.
Peningkatan mutu merupakan prioritas utama di semua rumah sakit. Upaya
tersebut dilaksanakan melalui pembangunan sarana, prasarana, pengadaan peralatan dan
ketenagaan serta perangkat lunak lainnya, sejalan dengan pembangunan rumah sakit
pada umumnya. Namun demikian, disadari pula masih banyak kendala yang dihadapi,
terutama yang berkaitan dengan standar kebutuhan dan tuntutan sistem pelayanan yang
masih belum selaras dengan perkembangan iptek kedokteran yang semakin pesat.
Dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi
masyarakat maka sistem nilai dan orientasi dalam masyarakatpun mulai berubah,
masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih baik, lebih ramah
dan lebih bermutu termasuk pula pelayanan kesehatan.Dengan semakin meningkatnya
tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan tadi maka fungsi pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan dalam rumah sakit secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar
menjadi lebih efektif dan efisien serta memberi kepuasan terhadap pasien, keluarga
maupun masyarakat.
Agar upaya peningkatan mutu rumah sakit dapat seperti yang diharapkan,
perlu disusun buku Panduan Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit yang merupakan
konsep dan prinsip peningkatan mutu rumah sakit, buku panduan ini diharapkan dapat
sebagai acuan bagi rumah sakit dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu
pelayanan di RSUD Demang Sepulau Raya Kabupaten Lampung Tengah.
1
B. DASAR-DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU MEDIS RUMAH SAKIT
1. Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1993 disebutkan bahwa pengelolaan
kesehatan yang terpadu perlu lebih dikembangkan agar dapat mendorong peran
serta masyarakat, termasuk dalam pembangunan kesehatan.
2. Pada Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa dalam waktu dekat harus
ditetapkan cara akreditasi pelayanan rumah sakit, sehingga dapat dilakukan
penilaian terhadap mutu dan jangkauan pelayanan rumah sakit secara berkala, yang
dapat digunakan untuk menetapkan kebijaksanaan pengembangan atau peningkatan
mutu rumah sakit.
3. Tujuan program kesehatan rujukan dan rumah sakit Repelita VI: Peningkatan
kemampuan sarana kesehatan rujukan dan rumah sakit untuk mendukung pelayanan
kesehatan masyarakat melalui peningkatan pemanfaatan sarana dengan memberikan
pelayanan yang lebih luas, bermutu dan efisien.
4. Sarasehan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit tanggal 30 Juli 1991.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1333./MenKes/SK/XII/1999 tahun
1999, tentang Standard Pelayanan Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No 1691/Menkes/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien
rumah sakit.
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Agar buku panduan yang merupakan konsep dasar dan prinsip upaya peningkatan
mutu ini dapat digunakan oleh pimpinan dan pelaksana RSUD Demang Sepulau
Raya sebagai acuan dalam melaksanakan Upaya Peningkatan Mutu RSUD Demang
Sepulau Raya.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Tercapainya satu pengertian tentang Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit di
RSUD Demang Sepulau Raya Kabupaten Lampung Tengah.
b. Mengetahui konsep dasar dan prinsip Upaya Peningkatan Mutu RSUD Demang
Sepulau Raya Kabupaten Lampung Tengah.
c. Mengetahui cara-cara dan langkah-langkah dalam melaksanakan Upaya
Peningkatan Mutu RSUD Demang Sepulau Raya Kabupaten Lampung Tengah
2
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN
UPAYA PENINGKATAN MUTU RUMAH SAKIT
Upaya peningkatan mutu sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada tahun 1820-1910
Florence Nightingale seorang perawat dari Inggris menekankan aspek-aspek keperawatan
pada peningkatan mutu pelayanan. Salah satu ajaranya yang terkenal sampai sekarang adalah
“hospital should do the patient no harm“, rumah sakit jangan sampai merugikan atau
mencelakakan pasien.
Di Amerika Serikat, upaya peningkatan mutu pelayanan medik dimulai oleh ahli
bedah Dr. E.A Codman dari Boston dalam tahun 1917. Dr.E.A Codman dan beberapa ahli
bedah lain kecewa dengan hasil operasi yang seringkali buruk, karena sering terjadinya
penyulit. Mereka berkesimpulan bahwa penyulit itu terjadi karena kondisi yang tidak
memenuhi syarat di rumah sakit. Untuk itu perlu ada penilaian dan penyempurnaan tentang
segala sesuatu yang terkait dengan pembedahan. Ini adalah upaya pertama yang berusaha
mengidentifikasikan masalah klinis, dan kemudian mencari jalan keluarnya.
Kelanjutan dari upaya ini, pada tahun 1918 The American College of Surgeons (ACS)
menyusun suatu Hospital Standardization Programe. Program standarisasi adalah upaya
pertama yang terkoordinasi dengan tujuan meningkatkan mutu medis. Program ini ternyata
sangat berhasil meningkatkan mutu medis sehingga banyak rumah sakit ikut serta. Dengan
berkembangnya ilmu dan teknologi maka spesialisasi ilmu kedokteran diluar bedah cepat
berkembang. Oleh karena itu program standarisasi perlu diperluas agar dapat mencakup
disiplin lain secara umum.
Pada tahun 1951 American College of Surgeon, American College of Physicians,
American Hospital Association, American Medical Association dan Canadian Medical
Association bekerja sama membentuk suatu Joint Commission on Accreditation of Hospital
(JCAH), suatu badan gabungan untuk menilai dan mengakreditasi rumah sakit.
Pada akhir tahun 1960 JCAH tidak lagi hanya menentukan syarat minimal dan
essential untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada di rumah sakit, namun telah
memacu rumah sakit agar memberikan mutu pelayanan yang setinggi-tingginya sesuai
dengan sumber daya yang ada. Untuk memenuhi tuntutan yang baru ini antara tahun 1953-
1965 standar akreditasi di revisi enam kali, selanjutnya beberapa tahun sekali diadakan revisi.
3
Atas keberhasilan JCAH dalam meningkatkan mutu pelayanan, Pemerintah Federal
memberi pengakuan tertinggi dalam mengundangkan “ Medicare ACT “ .Undang-undang ini
mengabsahkan akreditasi rumah sakit menurut standar yang ditentukan oleh JCAH. Sejak
saat itu rumah sakit yang tidak terakreditasi oleh JCAH tidak dapat ikut program asuransi
kesehatan pemerintah federal (medicare), padahal asuransi di Amerika sangat menentukan
utilisasi rumah sakit karena hanya 9,3% biaya rumah sakit berasal dari pembayaran langsung
oleh pasien.
Sejak tahun 1979 JCAH membuat standar tambahan, yaitu agar dapat lulus akreditasi
suatu rumah sakit harus juga membuat program pengendalian mutu yang dilaksanakan
dengan baik.
Di Australia, Australian Council on Hospital Standars (ACHS) didirikan dengan
susah payah pada tahun 1971, namun sampai tahun 1981 badan ini baru berhasil beroperasi
dalam 3 negara bagian. Tetapi lambat laun ACHS dapat diterima kehadirannya dan diakui
manfaatnya dalam upaya peningkatan mutu pelayanan sehingga sekarang kegiatan ACHS
telah mencakup semua negara bagian. Pelaksanaan peningkatan mutu di Australia pada
dasarnya hampir sama dengan di Amerika.
Di Eropa barat perhatian terhadap mutu pelayanan sangat tinggi, namun masalah itu
tetap merupakan hal baru dengan konsepsi yang masih sangat kabur bagi kebanyakan tenaga
profesi kesehatan. Sedangkan pendekatan secara Amerika sukar diterapkan karena perbedaan
sistem kesehatan di masing-masing negara di Eropa. Karena itu kantor regional WHO untuk
Eropa pada awal tahun 1980-an mengambil inisiatif untuk membantu negara-negara Eropa
mengembangkan pendekatan peningkatan mutu pelayanan disesuaikan dengan sistem
pelayanan kesehatan masing-masing.
Pada tahun 1982 kantor regional tersebut telah menerbitkan buku tentang upaya
meningkatkan mutu dan penyelenggaraan simposium di Utrecht, negeri Belanda tentang
Metodologi peningkatan mutu pelayanan. Dalam bulan Mei 1983 di Barcelona, Spanyol
suatu kelompok kerja yang dibentuk oleh WHO telah mengadakan pertemuan untuk
mempelajari peningkatan mutu khusus Eropa. Walaupun secara regional WHO telah
melakukan berbagai upaya, namun pada simposium peningkatan mutu pada bulan Mei 1989
terdapat kesan bahwa secara nasional upaya peningkatan mutu di berbagai Eropa Barat masih
pada perkembangan awal.
4
Di Asia, negara pertama yang mempunyai program peningkatan mutu dan akreditasi
rumah sakit secara nasional adalah Taiwan. Negara ini banyak menerapkan metodologi dari
Amerika. Sedangkan Malaysia mengembangkan mutu pelayanan dengan bantuan konsultan
ahli dari negeri Belanda.
Di Indonesia, langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah dilakukan
Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu penetapan kelas rumah
sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 033/Birhup/1972. Secara
umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap kelas rumah sakit A,B,C dan D. Kriteria
ini kemudian berkembang menjadi standar-standar.Kemudian dari tahun ke tahun disusun
berbagai standar baik menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan prasarana untuk
masing-masing kelas rumah sakit. Disamping standar, Departemen Kesehatan juga
mengeluarkan berbagai pedoman dalam rangka meningkatkan penampilan pelayanan rumah
sakit. Untuk rumah sakit swasta telah keluar Keputusan Menteri Kesehatan No.
806b/SK/XII/87 dimana selain menetapkan kelas rumah sakit, juga dilengkapi dengan standar
berdasarkan kemampuan pelayanan.
Sejak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai indikator
untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan rumah sakit pemerintah kelas C dan rumah
sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari Kesehatan Nasional. Indikator ini setiap dua
tahun ditinjau kembali dan disempurnakan.Evaluasi penampilan untuk tahun 1991 telah
dilengkapi dengan indikator kebersihan dan ketertiban rumah sakit dan yang di evaluasi
selain kelas C juga kelas D dan kelas B serta rumah sakit swasta setara. Sedangkan evaluasi
penampilan tahun 1992 telah dilengkapi pula dengan instrumen mengukur kemampuan
pelayanan. Evaluasi penampilan rumah sakit ini merupakan langkah awal dari konsep
Continuous Quality Improvement (CQI). Berbeda dengan konsep QA tradisional dimana
dalam monitor dan evaluasi dititikberatkan kepada pencapaian standar, maka pada CQI fokus
lebih diarahkan kepada penampilan organisasi melalui penilaian pemilik, manajemen, klinik
dan pelayanan penunjang. Perbedaan yang sangat mendasar yaitu keterlibatan seluruh
karyawan.
5
BAB III
KONSEP DASAR
UPAYA PENINGKATAN MUTU RUMAH SAKIT
RSUD DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Agar upaya peningkatan mutu di RSUD Demang Sepulau Raya dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar
upaya peningkatan mutu . Dalam membahas konsep dasar ini maka akan dibahas dulu tentang
konsep mutu, baru kemudian dibahas tentang konsep upaya peningkatan mutu.
6
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan Profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya
terhadap mutu, karena itu mutu adalah multi dimensional.
4. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah :
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
e. Aspek sosial budaya
5. Mutu Terkait Dengan Struktur, Proses dan Outcome
Mutu suatu rumah sakit adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan yang
rumit antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit sebagai suatu sistem. Aspek
tersebut terdiri dari struktur, proses dan outcome.
Struktur :
Adalah sumberdaya manusia, sumberdaya fisik, sumberdaya keuangan dan
sumberdaya lain-lain pada fasilitas pelayanan kesehatan. Baik tidaknya struktur dapat
diukur dari kewajaran, kuantitas, biaya dan mutu komponen-komponen struktur itu.
Proses :
Adalah apa yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien : evaluasi,
diagnosa, perawatan, konseling, pengobatan, tindakan, penanganan jika terjadi
penyulit, follow up. Baik tidaknya proses dapat diukur dari relevansinya bagi pasien,
efektifitasnya dan mutu proses itu sendiri.
Pendekatan proses adalah pendekatan paling langsung terhadap mutu asuhan.
Outcome :
Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi lain terhadap
pasien dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasannya serta kepuasan
provider. Outcome yang baik sebagian besar tergantung kepada mutu struktur dan
mutu proses yang baik. Sebaiknya outcome yang buruk adalah kelanjutan struktur
atau proses yang buruk.
7
RSUD Demang Sepulau Raya adalah suatu institusi pelayanan kesehatan
yang kompleks, padat karya dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena
pelayanan di RSUD Demang Sepulau Raya menyangkut berbagai fungsi pelayanan,
pendidikan serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar RSUD
Demang Sepulau Raya mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, maka
RSUD Demang Sepulau Raya harus memiliki sumber daya manusia yang profesional
baik di bidang teknis medis maupun administrasi. Untuk menjaga dan meningkatkan
mutu, RSUD Demang Sepulau Raya harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin
peningkatan mutu di semua tingkatan.
Pengukuran mutu medis di RSUD Demang Sepulau Raya sudah diawali
dengan penilaian akreditasi Rumah Sakit RSUD Demang Sepulau Raya yang
mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat struktur dan proses. Pada kegiatan
ini RSUD Demang Sepulau Raya harus melakukan berbagai standar dan prosedur
yang telah ditetapkan. RSUD Demang Sepulau Raya dipacu untuk dapat menilai diri
(self assesment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur
yang lain yaitu instrumen mutu pelayanan RSUD Demang Sepulau Raya yang menilai
dan memecahkan masalah pada hasil (Outcome). Tanpa mengukur hasil kinerja
RSUD Demang Sepulau Raya tidak dapat mengetahui apakah struktur dan proses
yang baik telah menghasilkan outcome yang baik pula. Pelaksanaan indikator mutu
RSUD Demang Sepulau Raya disusun dengan mengacu pada Buku Petunjuk
Pelaksanaan Indikator Mutu Rumah Sakit yang telah diterbitkan oleh World Health
Organization dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Tahun 2001 dan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008.
Upaya peningkatan mutu dapat diartikan keseluruhan upaya dan kegiatan secara
komprehensif dan integratif memantau dan menilai mutu pelayanan Rumah Sakit RSUD
8
Demang Sepulau Raya, memecahkan masalah-masalah yang ada dan mencari jalan
keluarnya, sehingga mutu RSUD Demang Sepulau Raya akan menjadi lebih baik.
Di RSUD Demang Sepulau Raya upaya peningkatan mutu adalah kegiatan yang
bertujuan memberikan asuhan atau pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien. Upaya
peningkatan mutu Rumah Sakit RSUD Demang Sepulau Raya akan sangat berarti dan
efektif bilamana upaya peningkatan mutu menjadi tujuan sehari-hari dari setiap unsur di
RSUD Demang Sepulau Raya termasuk pimpinan, pelaksana pelayanan dan staf
penunjang.
Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau
pelayanan dengan penggunaan sumberdaya secara tepat dan efisien. Walaupun disadari
bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik selalu
memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih rendah.
Berdasarkan hal tersebut diatas disusunlah definisi dan tujuan dari upaya peningkatan
mutu Rumah Sakit RSUD Demang Sepulau Raya .
1. Definisi Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit RSUD Demang Sepulau Raya
Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang
menyangkut struktur, proses dan outcome secara obyektif, sistematik dan berlanjut
memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan
memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang
diberikan RSUD Demang Sepulau Raya berdaya guna dan berhasil guna.
2. Tujuan Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit RSUD Demang Sepulau Raya
Umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu RSUD
Demang Sepulau Raya secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
Khusus : Tercapainya peningkatan mutu RSUD Demang Sepulau Raya melalui :
a. Optimalisasi tenaga, sarana, dan prasarana.
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan.
9
3. Indikator Mutu Rumah Sakit RSUD Demang Sepulau Raya
Pengelompokan Indikator Mutu RSUD Demang Sepulau Raya adalah sebagai berikut:
I. Pelayanan Gawat Darurat
1. Waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat
2. Keterlambatan pelayanan ambulance di rumah sakit
II. Pelayanan Rawat Jalan
1. Waktu Tunggu Di Rawat Jalan
2. Pasien Rawat Jalan Tuberkulosis Yang Ditangani Dengan Strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Shortcourse)
3. Kejadian Infeksi Pasca Operasi atau Surgical Site Infection (SSI)
10
5. Pertolongan Persalinan Melalui Sectio Caesaria
6. Perpanjangan Masa Rawat Inap Ibu Melahirkan
VI. Pelayanan Intensif
1. Rata-Rata Pasien Yang Kembali Ke Perawatan Intensif Dengan Kasus Yang Sama <
72 Jam
2. Kejadian Pneumonia Akibat Pemakaian Ventilator (VAP)
VII. Radiologi
1. Angka Keterlambatan Penerimaan Hasil Foto Pasien Rawat Jalan > 3 Jam
2. Penolakan Expertise
3. Angka Pemeriksaan Ulang Radiologi
4. Angka Kesalahan Penyerahan Hasil Radiologi
VIII. Laboratorium
1. Kesalahan Penyerahan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
2. Angka Ketidaktepatan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
3. Kerusakan Sample Darah
IX. Farmasi
1. Keterlambatan Waktu Penerimaan Obat Non Racikan
2. Keterlambatan Waktu Penerimaan Obat Racikan
3. Angka Kesalahan Penyerahan atau Pemberian Perbekalan Farmasi
XI. Gizi
1. Konsumsi Makan Siang Pasien Non Diit
2. Ketidaksesuaian Makan Siang Pasien Diit
XII.Rekam Medis
1. Penyerahan Berkas Rekam Medis Yang Lengkap < 24 Jam
2. Ketidaklengkapan Informed Consent Setelah Mendapatkan Informasi Yang Jelas
3. Angka Ketidaklengkapan Pengisian Catatan Medis
XIII. Pengolahan Limbah
1. Keberhasilan Pengolahan Limbah Cair
2. Keberhasilan Pengolahan Limbah Padat Berbahaya
XIV. Administrasi dan Manajemen
1. Karyawan Yang Mendapat Pelatihan Minimal 20 Jam Pertahun
2. Keterlambatan Pelayanan Administrasi Keuangan
11
3. Angka Ketidaktepatan Pelayanan Administrasi
XV. Pelayanan Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
1. Keterlambatan Waktu Menangani Kerusakan Alat
XVI. Pelayanan Linen
1. Kejadian Linen Yang Hilang
2. Ketersediaan APD
XVII. Sasaran Keselamatan Pasien
1. Sasaran I : Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Inap
2. Sasaran II : Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Jalan
3. Sasaran III : Komunikasi yang Kurang Efektif
4. Sasaran IV : Keamanan Obat yang kurang diwaspadai
5. Sasaran V : Kejadian Tidak Tepat Lokasi, Prosedur dan Pasien Operasi
6. Sasaran VI : Angka Ketidakpatuhan Cuci Tangan
7. Sasaran VII : Angka Kejadian Pasien Jatuh
4. Strategi
Untuk meningkatkan mutu Rumah Sakit RSUD Demang Sepulau Raya maka
disusunlah strategi sebagai berikut :
a. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu
pelayanan Rumah Sakit RSUD Demang Sepulau Raya sehingga dapat
menerapkan langkah-langkah upaya peningkatan mutu di masing-masing unit
kerjanya.
b. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di
RSUD Demang Sepulau Raya, serta upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan.
c. Menciptakan budaya mutu di RSUD Demang Sepulau Raya , termasuk
didalamnya menyusun program mutu Rumah Sakit RSUD Demang Sepulau Raya
dengan pendekatan PDCA cycle.
5. Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus yang
berkesinambungan. Langkah pertama dalam proses ini adalah identifikasi masalah.
Identifikasi masalah merupakan bagian yang sangat penting dari seluruh proses siklus,
12
karena akan menentukan kegiatan-kegiatan selanjutnya dari pendekatan pemecahan
masalah ini.
Masalah akan timbul apabila:
a. Hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada terdapat penyimpangan.
b. Merasa tidak puas dengan penyimpangan tersebut
c. Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut
Dengan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa dilakukan tindakan
perbaikan. Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas, setelah diadakan tindakan
perbaikan perlu dinilai kembali apakah masih ada yang tertinggal. Dari penilaian
kembali maka akan didapatkan masalah yang telah terpecahkan dan masalah yang
masih tetap merupakan masalah sehingga proses siklus akan berulang mulai tahap
pertama.
13
BAB IV
PRINSIP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU RUMAH SAKIT
RSUD DEMANG SEPULAU RAYA
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit RSUD Demang Sepulau Raya
Indikator :
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik
adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Adalah spesifikasi dari indikator
Standar :
Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang
dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggungjawab untuk
mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu maka harus memperhatikan prinsip dasar
sebagai berikut :
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
e. Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai outcome daripada struktur dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk
perorangan
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar rumah sakit
14
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator,
sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu yang tidak
baik.
4. Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a. Acuan dari berbagai sumber
b. Benchmarking dengan rumah sakit yang setara
c. Berdasarkan tren yang menuju kebaikan
15
BAB V
INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT
16
Numerator Jumlah keterlambatan pelayanan ambulans dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh permintaan ambulans dalam bulan tersebut
Standar 3%
17
diobati dievaluasi secara kohort sesuai dengan penanggulangan
tuberkulosis nasional.
Kriteria inklusi Pasien tuberculosis yang diterapi dengan strategi DOTS
Kriteria eksklusi Pasien tuberculosis yang tidak diterapi dengan strategi DOTS
Jumlah semua pasien rawat jalan tuberkulosis yang ditangani dengan
Numerator
strategi DOTS
Jumlah seluruh pasien rawat jalan tuberculosis yang ditangani di
Denominator
rumah sakit dalam bulan tersebut.
Standar 100%
18
Ruang lingkup Kejadian Infeksi Aliran Darah Perifer
Dimensi mutu Keselamatan, kompetensi
Tergambarnya pelaksanaan pemasangan infus perifer yang sesuai
Tujuan
standar.
Pada daerah bekas tusukan jarum infus ditandai dengan rasa panas,
Kriteria inklusi pengerasan dan kemerahan (kalor, dolor, tumor rubor dan
functiolaesa) dengan atau tanpa nanah ( pus ).
Numerator Jumlah kasus infeksi aliran darah perifer karena jarum infus per bulan
Denominator Jumlah hari pemasangan infus dalam bulan tersebut
Standar 20 %
3. Kejadian ISK
Pada daerah uretra terjadi iritasi, gatal-gatal, rasa sakit atau panas,
Kriteria inklusi
pus, dan urine berwarna merah atau keruh
Jika keadaan tersebut timbul oleh suatu tindakan lain atau oleh
Kriteria eksklusi
karena penyakitnya.
Numerator Jumlah kasus infeksi karena pemasangan kateter per bulan
Denominator Jumlah hari pemasangan kateter dalam bulan tersebut
19
Standar 10 %
Kriteria eksklusi Luka lecet yang terjadi diluar area pada pasien tirah baring
Numerator Jumlah kasus luka dekubitus per bulan
Denominator Jumlah pasien tirah baring pada bulan tersebut
Standar 1%
20
Jumlah pemasangan transfusi darah (kantong darah) dalam bulan
Denominator
tersebut
Standar 0,5 %
6. Kejadian Sepsis
Ruang lingkup Kejadian Sepsis
Dimensi mutu Keselamatan dan kompetensi
Terselenggaranya pelayanan keperawatan sesuai standar prosedur
Tujuan
sehingga tidak terjadi sepsis.
Definisi operasional Sepsis yang terjadi setelah pasien dirawat di rumah sakit
21
Numerator Jumlah kejadian kematian pasien rawat inap dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam satu bulan
Standar 0,5 %
Kriteria inklusi Waktu tunggu operasi elektif tidak lebih dari 24 jam
22
10. Angka Perawatan Ulang
Ruang lingkup Angka Perawatan Ulang
Dimensi mutu Efektifitas dan kompetensi
Tergambarnya efektifitas pelayanan dan kompetensi pelayanan rawat
Tujuan
inap.
Jumlah pasien rawat inap ulang dengan penyakit yang sama dalam
Definisi operasional kurun waktu kurang dari tujuh hari setelah pasien pulang dari rumah
sakit
23
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Numerator Jumlah pasien yang meninggal di kamar operasi dalam satu bulan
Jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan dalam satu
Denominator
bulan
Standar 0,5%
24
Numerator Jumlah ketidaklengkapan laporan operasi pada bulan tersebut
Denominator Jumlah pasien operasi pada bulan tersebut
Standar 1%
Suatu kelainan akut yang terjadi pada wanita hamil, dalam persalinan
Kriteria inklusi atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang-kejang atau
komplikasi
25
Numerator Jumlah ibu meninggal karena eklampsia per bulan
Denominator Jumlah ibu dengan eklampsia pada bulan tersebut
Standar 0,5 %
Numerator Jumlah ibu melahirkan yang meninggal karena perdarahan per bulan
Denominator Jumlah ibu melahirkan dengan perdarahan pada bulan tersebut
Standar 0,5 %
26
Numerator Jumlah Ibu melahirkan yang meninggal karena sepsis per bulan
27
Ruang lingkup Perpanjangan Masa Rawat Inap Ibu Melahirkan
Dimensi mutu Kompetensi
Tergambarnya mutu pertolongan persalinan di rumah sakit yang
Tujuan
sesuai dengan indikasi dan efisiensi
Kriteria eksklusi Untuk partus dengan penyulit : tidak lebih dari 5 hari
Numerator Jumlah ibu sehat yang melahirkan dengan LOS > standar per bulan
Denominator Jumlah ibu yang melahirkan dalam bulan tersebut
Standar 2%
28
Denominator Jumlah seluruh pasien yang dirawat di ruang intensif dalam 1 bulan
Standar 2%
VII. Radiologi
1. Angka Keterlambatan Penerimaan Hasil Foto Pasien Rawat Jalan > 3 Jam
Keterlambatan Penerimaan Hasil Foto Pasien Rawat Jalan Lebih Dari
Ruang lingkup
3 Jam
Dimensi mutu Efektivitas
Tujuan Tergambarnya mutu pelayanan radiologi untuk pasien rawat jalan.
Angka yang menunjukkan keterlambatan penerimaan hasil foto
Definisi operasional
oleh pasien rawat jalan lebih dari tiga jam.
Kriteria inklusi Hasil foto diterima 3 jam setelah dilakukan tindakan Radiografi
Kriteria eksklusi -
Jumlah pasien rawat jalan yang menerima hasil foto lebih dari 3 jam
Numerator
per bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang dilakukan tindakan foto
29
rontgen pada bulan tersebut
Standar 3%
Keterangan: Tidak termasuk foto USG
2. Penolakan Expertise
Ruang lingkup Penolakan Expertise
Dimensi mutu Kompetensi teknis
Tujuan Tergambarnya kompetensi ahli radiologi di Rumah Sakit RS Sehat .
30
Standar 3%
VIII. Laboratorium
1. Kesalahan Penyerahan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tidak Adanya Kesalahan Penyerahan Hasil Pemeriksaan
Ruang lingkup
Laboratorium
Dimensi mutu Keselamatan pasien
Tujuan Tergambarnya ketelitian pelayanan laboratorium
Kesalahan penyerahan hasil laboratorium adalah kesalahan
Definisi operasional
penyerahan hasil laboratorium pada orang lain.
Meliputi kesalahan memasukkan hasil pemeriksaan laboratorium ke
Kriteria inklusi dalam sampul, kesalahan memberikan hasil kepada orang lain,
kesalahan memberikan hasil ke unit lain
Kriteria eksklusi -
Numerator Jumlah pasien yang menerima hasil yang salah
Denominator Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium dalam bulan tersebut
31
Standar 0%
32
misalnya heparin post dialisa
Numerator Jumlah kerusakan sample darah pada bulan tersebut
Denominator Jumlah sample darah pada bulan tersebut
Standar 3%
IX. Farmasi
1. Keterlambatan Waktu Penerimaan Obat Non Racikan
Ruang lingkup Keterlambatan Waktu Penerimaan Obat Non Racikan
Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi
Angka Keterlambatan Waktu penerimaan obat non racikan pada
Definisi operasional pasien rawat jalan > 20 menit setelah diterimanya resep oleh petugas
Instalasi Farmasi
Semua pasien rawat jalan yang menyerahkan resep obat non racikan
Kriteria inklusi
kepada petugas Farmasi
Kriteria eksklusi
Jumlah pasien rawat jalan yang menerima obat non racikan > 20
Numerator
menit per bulan
Jumlah pasien rawat jalan yang menerima obat non racikan dalam
Denominator
bulan tersebut
Standar 3%
33
kepada petugas Farmasi
Kriteria eksklusi -
Jumlah pasien rawat jalan yang menerima obat racikan > 60 menit
Numerator
per bulan
Jumlah pasien rawat jalan yang menerima obat racikan dalam bulan
Denominator
tersebut
Standar 3%
Kesalahan penyerahan
Jenis obat
Kriteria inklusi Dosis
Tujuan/tempat
Jumlah
Kriteria eksklusi -
Numerator Jumlah kesalahan penyerahan perbekalan per bulan
X. Gizi
1. Konsumsi Makan Siang Pasien Non Diit
34
Dimensi mutu Efektivitas
Tujuan Tergambarnya mutu dan efektivitas pelayanan gizi
Jumlah pasien non diit yang menyisakan makan siangnya > setengah
Definisi operasional
porsi
Jumlah pasien non diit yang menyisakan makan siangnya > setengah
Numerator
porsi per bulan
Jumlah pasien non diit rawat inap yang bisa makan siang dalam bulan
Denominator
tersebut
Standar 3%
Dimensi mutu
Tujuan Tergambarnya mutu dan efektivitas pelayanan gizi
Kesesuaian jenis diit antara yang diminta oleh dokter dengan yang
Definisi operasional
disajikan pada saat makan siang
Petugas diit menyajikan makanan yang tidak sesuai dengan jenis diet
Kriteria inklusi
yang diminta pada saat makan siang
Jumlah kejadian ketidaksesuaian jenis diit pada saat makan siang per
Numerator
bulan
Denominator Jumlah pasien diit pada saat makan siang dalam bulan tersebut
Standar 0%
35
Jumlah kalori
Jenis makanan
Volume diit cair
36
akan dilakukan terhadap pasien tersebut
Kriteria inklusi -
Kriteria eksklusi -
Numerator Informed consent yang tidak lengkap dalam satu bulan
Denominator Jumlah pasien yang mendapat tindakan medis dalam bulan tersebut
Standar 0%
Jumlah catatan rekam medis yang belum lengkap dan benar dalam
Numerator
14 hari per bulan
Denominator Jumlah catatan rekam medis pada bulan tersebut
Standar 1%
37
Ruang lingkup Baku Mutu Limbah Cair
38
Standar 100 %
39
Sakit lebih dari 20 menit per bulan
Jumlah pelayanan administrasi keuangan Rumah Sakit dalam bulan
Denominator
tersebut
Standar 3%
40
sampai dengan petugas melakukan pemeriksaan terhadap alat yang
rusak untuk tindak lanjut perbaikan lebih dari 15 menit.
Kriteria inklusi -
Kriteria eksklusi -
Jumlah keterlambatan waktu menangani kerusakan alat dalam satu
Numerator
bulan
Denominator Jumlah seluruh laporan kerusakan alat dalam bulan tersebut
Standar 5%
2. Ketersediaan APD
41
boots dan gaun
Kriteria inklusi -
Kriteria eksklusi -
Numerator Jumlah APD di masing-masing unit
Denominator Jumlah APD di seluruh Rumah Sakit
Standar 100 %
42
datang sampai dengan pasien pulang terhadap semua
pelayanan yang diterima oleh pasien.
Kriteria Inklusi - Ketidaktepatan penulisan identitas (nama, tanggal
lahir, alamat, nomor RM) pada berkas Rekam Medis
- Ketidaktepatan prosedur pemanggilan pasien
(pemanggilan dengan dua nama)
- Ketidaktepatan prosedur konfirmasi identitas pasien
(konfirmasi dengan pertanyaan terbuka)
Kriteria Eksklusi -
Numerator Jumlah ketidaktepatan identifikasi pasien
Denominator Jumlah pasien rawat jalan pada bulan tersebut
Standar 0 %
43
Standar 0
(SBAR: Situation, Background, Assessment, Recommendation)
44
Tujuan Tercapainya keselamatan pasien melalui prosedur tepat
lokasi, prosedur dan pasien operasi.
Definisi Operasional Kesalahan lokasi, kesalahan prosedur operasi dan
kesalahan pasien pada tindakan operasi.
Kriteria Inklusi - Tidak dilakukan penandaan lokasi operasi atau
kesalahan penandaan lokasi operasi
- Tidak dilakukannya checklist keselamatan bedah pada
pasien yang akan dilakukan tindakan operasi
- Tidak dilakukan TIME OUT pada pasien operasi
sebelum dilakukan incisi
- Kesalahan pasien pada tindakan operasi
Kriteria Eksklusi Pasien yang tidak dilakukan tindakan operasi
Numerator Angka kejadian kesalahan yang terkait dengan lokasi,
prosedur dan pasien operasi pada bulan tersebut.
Denominator Jumlah pasien operasi pada bulan tersebut.
Standar 0%
45
Numerator Angka kejadian ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas
kesehatan
Denominator -
Standar 0
BAB VI
PENGENDALIAN KUALITAS MUTU RUMAH SAKIT
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan yang
diproduksi. Pengendalian kualitas mutu pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan
proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan ( quality os customers satisfaction )
yang dilakukan setiap orang dari bagian di RSUD Demang Sepulau Raya.
46
Pengertian pengendalian kualitas mutu di atas mengacu pada siklus pengendalian
(control cycle) dengan memakai siklus “Plan – Do – Check – Action”( P- D – C – A ) =
Relaksasi ( rencanakan – laksanakan – periksa – aksi ). Pola P-D-C-A ini dikenal sebagai
“siklus Shewart”, karena pertama kali dikemukakan oleh Walter Shewart beberapa puluh
tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya, metodologi analisis P-D-C-A lebih sering
disebut “siklus Deming”. Hal ini karena Deming adalah orang yang mempopulerkan
penggunaannya dan memperluas penerapannya. Dengan nama apapun disebut, P-D-C-A
adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus – menerus ( continous
improvement ) tanpa berhenti.
Konsep P-D-C-A tersebut merupakan pedoman bagi setiap manajer untuk proses
perbaikan kualitas (quality improvement) secara terus menerus tanpa berhenti tetapi
meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi, seperti
tampak pada gambar 1.
Dalam gambar 1 tersebut, pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan
pencarian sebab-sebabnya serta penentuan tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan pada
fakta. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur subyektivitas dan
pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang bersifat emosional. Selain
itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan dan sebagai patokan
perbaikan selanjutnya perusahaan harus menetapkan standar pelayanan.
Hubungan pengendalian kualitas medis dengan peningkatan perbaikan berdasarkan
siklus P-D-C-A (Relationship between Control and Improvement under P-D-C-A Cycle)
diperlihatkan dalam gambar 2. Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-C-A hanya
dapat berfungsi jika sistem informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat
dijabarkan dalam enam langkah seperti diperlihatkan dalam gambar 3.
A P dan peningkatan
C D
A P Standar
Pemecahan masalah
C D
Standar dan peningkatan
Gambar 6. 1. Siklus dan Proses Peningkatan PDCA
47
Plan Do
Action
Check
Follow-up
Corrective
Action
Improvement
Mencapai tujuan
Menyelenggarakan
(5)
Pendidikan dan
Memeriksa akibat
pelaksanaan latihan
Check
(4) (3)
Melaksanakan
Do
pekerjaan
48
Gambar 6.3. Siklus PDCA
Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 3 di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Langkah 1. Menentukan tujuan dan sasaran → Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Direktur rumah sakit. Penetapan sasaran
didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi.
Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula diungkapkan dengan
maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat
karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci
informasi.
b. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan →Plan
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa
disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus rasional,
berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk
menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang kan digunakan perlu
pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh
semua karyawan.
c. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan → Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk
memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan →Do
49
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan standar
kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah. Oleh karena itu,
ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk
mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan
standar kerja yang telah ditetapkan.
e. Langkah 5: Memeriksa akibat pelaksanaan →Check
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau
tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan. Hal yang harus
disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar
dapat dibedakan manakah penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan, maka
kebijakan dasar, tujuan, metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan
jelas baik oleh karyawan maupun oleh manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat
dilihat dari akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat
dari penyebabnya.
f. Langkah 6 : Mengambil tindakan yang tepat →Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan
penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak
terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah
mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam pengendalian
kualitas pelayanan.
Konsep PDCA dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan dicapai
diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses. Partisipasi semua
karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan kesungguhan (sincerety), yaitu
sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri atau
menolak cara berfikir dan berbuat yang semata-mata bersifat pragmatis. Dalam sikap
kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan hanya sasaran yang akan dicapai, melainkan
juga cara bertindak seseorang untuk mencapai sasaran tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua
jenis kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas
50
pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas
pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya terhadap output, tetapi terhadap
hasil setiap proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi,
hanya mungkin dapat dicapai jikalau terdapat pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari
proses. Dimana dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama
yang baik antara kelompok karyawan dengan manajemen, sebagai tanggung jawab bersama
untuk menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu proses.
51
Lampiran 1
SENSUS HARIAN
Ruangan : …………………
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
GAWAT DARURAT Bulan : …………………
52
Jumlah seluruh pasien true
emergency dalam bulan tersebut.
2. Jumlah keterlambatan pelayanan
ambulans dalam satu bulan
Jumlah seluruh permintaan
52
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan : ……………………………….. Tanda Tangan : …………………..
53
Lampiran 2
SENSUS HARIAN
53
Ruangan : …………………
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
RAWAT JALAN Bulan : …………………
54
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1. Jumlah pasien rawat jalan yang
menunggu lebih dari 15 menit
Jumlah seluruh pasien rawat jalan
dalam bulan tersebut.
2. Jumlah semua pasien rawat jalan
tuberkulosis yang ditangani dengan
strategi DOTS
54
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan : ……………………………….. Tanda Tangan : …………………..
55
Lampiran 3
SENSUS HARIAN
55
Ruangan : …………………
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
Bulan : …………………
RAWAT INAP
RSUD DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Jumlah Dalam Tanggal
No. Besaran /Variabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. Jumlah pasien yang mengalami
infeksi pasca operasi dalam satu
bulan
Jumlah seluruh pasien yang
dioperasi di RS dalam bulan
tersebut
2. Jumlah Kasus Infeksi Aliran Darah
Perifer karena Jarum Infus Per
Bulan
56
Pemasangan Kateter Per Bulan
57
Jumlah seluruh pasien yang
dirawat dalam satu bulan
9. Jumlah pasien operasi elektif
dengan masa tunggu lebih dari 24
jam per bulan
Jumlah pasien operasi elektif
dalam bulan tersebut
10. Jumlah Pasien Rawat Ulang Per
Bulan
58
Jumlah Hari Pemasangan Infus
Dalam Bulan Tersebut
3. Jumlah Kasus Infeksi Karena
Pemasangan Kateter Per Bulan
59
Jumlah seluruh pasien rawat inap
dalam satu bulan
8. Jumlah pasien pulang paksa dalam
satu bulan
Jumlah seluruh pasien yang dirawat
dalam satu bulan
9. Jumlah pasien operasi elektif dengan
masa tunggu lebih dari 24 jam per
bulan
Jumlah pasien operasi elektif dalam
bulan tersebut
10 Jumlah Pasien Rawat Ulang Per
Bulan
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan : ……………………………….. Tanda Tangan : …………………..
60
Lampiran 4
SENSUS HARIAN
Ruangan : …………………
60
61
Tertunda 30 Menit Per Bulan
62
Tertunda 30 Menit Per Bulan
Tersebut
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan : ……………………………….. Tanda Tangan : …………………..
63
Lampiran 5
63
SENSUS HARIAN
Ruangan : ………………
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
PERSALINAN DAN PERINATOLOGI Bulan : ………………
RSUD DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Jumlah Dalam Tanggal
No. Besaran /Variabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. Jumlah Ibu Meninggal Karena
Eklampsia Per Bulan
64
3. Jumlah Ibu melahirkan yang
meninggal karena sepsis per bulan
65
Jumlah Ibu Dengan Eklampsia Pada
Bulan Tersebut
2. Jumlah Ibu Melahirkan Yang
Meninggal Karena Perdarahan Per
Bulan
66
Bulan Tersebut
67
Per Bulan
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1. Jumlah pasien yang kembali ke
perawatan intensif dengan kasus
yang sama dalam waktu < 72 jam
Jumlah seluruh pasien yang dirawat
di ruang intensif dalam 1 bulan
2. Jumlah Nosokomial Pneumonia Per
Bulan
68
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan : ……………………………….. Tanda Tangan : ………………
68
69
Lampiran 7
SENSUS HARIAN
Ruangan : …………………
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
Bulan : …………………
RADIOLOGI
RSUD DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Jumlah Dalam Tanggal
No. Besaran /Variabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. Jumlah Pasien Rawat Jalan Yang
Menerima Hasil Foto Lebih Dari 3
Jam Per Bulan
70
Jumlah Pasien yang Dilakukan
Pemeriksaan Radiologi Pada Bulan
Tersebut
4. Jumlah Kesalahan Penyerahan
Hasil Radiologi Per Bulan
69
71
Radiologi Per Bulan
4. Jumlah Pasien yang Dilakukan
Pemeriksaan Radiologi Pada Bulan
Tersebut
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan : ……………………………….. Tanda Tangan : …………………..
72
Lampiran 8
71
73
Jumlah Sample Darah Pada Bulan
Tersebut
74
Kepala Ruangan : ……………………………….. Tanda Tangan : …………………..
Lampiran 9
SENSUS HARIAN
Ruangan : …………………
73
75
3. Jumlah Kesalahan Penyerahan
Perbekalan Per Bulan
76
Permintaan Pada Bulan Tersebut
Gunung Sugih, ………………….
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan : ……………………………….. Tanda Tangan : …………………..
Lampiran 10
77
SENSUS HARIAN
Ruangan : …………………
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
Bulan : …………………
GIZI
RSUD DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Jumlah Dalam Tanggal
No. Besaran /Variabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. Jumlah Pasien Non Diit Yang
Menyisakan Makan Siangnya >
Setengah Porsi Per Bulan
77
Jumlah Pasien Diit Pada Saat
Makan Siang Dalam Bulan
Tersebut
78
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan : ……………………………….. Tanda Tangan : …………………..
Lampiran 11
79
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
Ruangan : …………………
REKAM MEDIS
RSUD DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Bulan : …………………
79
3. Jumlah Catatan Rekam Medis
Yang Belum Lengkap dan Benar
dalam 14 hari Per Bulan
Jumlah Catatan Rekam Medis Pada
Bulan Tersebut
80
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan : ……………………………….. Tanda Tangan : …………………
81
81
Lampiran 12
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
Ruangan : …………………
PENGOLAHAN LIMBAH
RSUD DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Bulan : …………………
82
1. Hasil laboratorium pemeriksaan
limbah cair rumah sakit yang sesuai
dengan baku mutu
Jumlah seluruh pemeriksaan limbah
cair
82
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan : ……………………………….. Tanda Tangan : ………………….
83
Lampiran 13
83
SENSUS HARIAN
Ruangan : …………………
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN Bulan : …………………
RSUD DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Jumlah Dalam Tanggal
No. Besaran /Variabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. Jumlah karyawan yang mendapat
pelatihan minimal 20 jam per tahun
Jumlah seluruh karyawan rumah
sakit
2. Jumlah Keterlambatan pelayanan
administrasi keuangan RS lebih
dari 20 menit per bulan
Jumlah pelayanan administrasi
keuangan RS dalam bulan tersebut
3. Jumlah Ketidaktepatan Pelayanan
Administrasi Keuangan RS Per
Bulan
4. Jumlah Pelayanan Administrasi
Keuangan RS Pada Bulan Tersebut
84
No. Jumlah Dalam Tanggal
Besaran /Variabel Total
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
84
Yang melaporkan :
Kepala Ruangan : ……………………………….. Tanda Tangan : ………………….
85
85
Lampiran 14
Ruangan : …………………
SENSUS HARIAN
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN Bulan : …………………
PEMELIHARAAN SARANA
RSUD DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Jumlah Dalam Tanggal
No. Besaran /Variabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. Jumlah keterlambatan waktu
menangani kerusakan alat dalam
satu bulan
Jumlah seluruh laporan kerusakan
alat dalam bulan tersebut
86
Kepala Ruangan : ……………………………….. Tanda Tangan : ………………….
Lampiran 15
86
SENSUS HARIAN
Ruangan : …………………
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
LINEN Bulan : …………………
RSUD DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Jumlah Dalam Tanggal
No. Besaran /Variabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. Jumlah linen yang hilang dalam
satu bulan
Jumlah seluruh linen dalam bulan
tersebut
2. Jumlah APD di masing-masing
unit
Jumlah APD di seluruh RS
87
Jumlah seluruh linen dalam bulan
tersebut
2. Jumlah APD di masing-masing unit
Jumlah APD di seluruh RS
88
Lampiran 16
SENSUS HARIAN
88
Ruangan : …………………
PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN
SASARAN PATIEN SAFETY Bulan : …………………
RSUD DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Jumlah Dalam Tanggal
No. Besaran /Variabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. Jumlah Ketidaktepatan Identifikasi
Pasien Rawat Inap
Jumlah seluruh Ketidaktepatan
Identifikasi Pasien Rawat Inap
pada bulan tersebut
2. Jumlah Ketidaktepatan Identifikasi
Pasien Rawat Jalan
Jumlah seluruh Ketidaktepatan
Identifikasi Pasien Rawat Inap
pada bulan tersebut
3. Jumlah Kejadian Komunikasi yang
Kurang Efektif
Jumlah seluruh Kejadian
89
Komunikasi yang Kurang Efektif
pada bulan tersebut
4. Jumlah kejadian kesalahan yang
terkait dengan obat yang perlu
diwaspadai (high alert
medications)
89
90
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1. Jumlah Ketidaktepatan Identifikasi
Pasien Rawat Inap
Jumlah seluruh Ketidaktepatan
Identifikasi Pasien Rawat Inap pada
bulan tersebut
2. Jumlah Ketidaktepatan Identifikasi
Pasien Rawat Jalan
90
91
5. Jumlah kejadian kesalahan yang
terkait dengan lokasi, prosedur dan
pasien operasi.
Jumlah kejadian kesalahan yang
terkait dengan lokasi, prosedur dan
pasien operasi pada bulan tersebut.
92
92
93