NOMOR : 028/PER/DIR/XI/2014
TENTANG
PANDUAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS
DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS
Menimbang
Mengingat
Panduan PMKP
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 24 November 2014
DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS
Panduan PMKP
DAFTAR ISI
Tim Penyusun dan Kontributor ........................................................................
Kata Pengantar ................................................................................................
Kata Sambutan Direktur RS Royal Progress ...................................................
Lembar Pengesahan .........................................................................................
Peraturan Direktur RS Royal Progress ............................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................
Bab I Pendahuluan ...........................................................................................
Bab II Latar Belakang ......................................................................................
Bab III Tujuan Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien .............
Bab IV Pengertian Istilah .................................................................................
Bab V Metode Peningkatan Mutu RS...............................................................
Bab VI Metode Program Keselamatan Pasien RS ...........................................
Daftar Pustaka ..................................................................................................
Panduan PMKP
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RS ROYAL PROGRESS
NOMOR 028/PER/DIR/XI/2014
TENTANG PANDUAN
PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah Sakit (RS) Royal Progress adalah suatu institusi pelayanan
kesehatan yang kompleks, padat karya dan padat modal. Kompleksitas ini muncul
karena pelayanan di RS Royal Progress menyangkut berbagai fungsi pelayanan,
serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar RS Royal Progress
mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, harus memiliki sumber
daya manusia yang profesional baik di bidang teknis medis maupun administrasi
kesehatan. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu
pelayanan Rumah Sakit maka fungsi pelayanan RS Royal Progress secara
bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta
memberi kepuasan kepada pasien, keluarga maupun masyarakat.
Mengacu kepada Regulasi yang ada, maka RS Royal Progress harus
merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
KTD, dan melakukan perubahan dalam rangka rnengurangi risiko terhadap pasien
dan staf baik dalam proses klinis maupun lingkungan untuk meningkatkan mutu
dan keselamatan secara keseluruhan. Proses perancangan tersebut harus mengacu
pada visi, misi, dan tujuan RS Royal progress, kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktorfaktor lain yang berpotensi bagi pasien.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
Panduan PMKP
BAB II
LATAR BELAKANG
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sebenarnya bukanlah hal
yang baru. Pada tahun (1820 -1.910) Florence Nightingale seorang perawat dari
Inggris menekankan pada aspek-aspek keperawatan pada peningkatan mutu
pelayanan. Salah satu ajarannya yang terkenal sampai sekarang adalah "hospital
should do the patient no harm", Rumah Sakit jangan sampai merugikan atau
mencelakakan pasien.
Di Amerika Serikat, upaya peningkatan mutu pelayanan medik dimulai
oleh ahli bedah Dr. E.A.Codman dari Boston dalam tahun 1917. Dr.E.A Codman
dan beberapa ahli bedah lain kecewa dengan hasil operasi yang seringkali buruk,
karena seringnya terjadi penyulit. Mereka berkesimpulan bahwa penyulit itu
terjadi karena kondisi yang tidak memenuhi syarat di Rumah Sakit. Untuk itu
perlu ada penilaian dan penyempurnaan tentang segala sesuatu yang terkait
dengan pembedahan. Ini adalah upaya pertama yang berusaha
mengidentifikasikan masalah klinis, dan kemudian mencari jalan keluarnya.
Kelanjutan dari upaya ini pada tahun 1918 The American College of
Surgeons (ACS) menyusun suatu Hospital Standardization Programme. Program
standarisasi adalah upaya pertama yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan
mutu pelayanan. Program ini ternyata sangat berhasil meningkatkan mutu
pelayanan sehingga banyak Rumah Sakit tertarik untuk ikut serta.
Pada tahun 1951 American College of Surgeon. American College of
Physicians, American Hospital Association bekerjasama membentuk suatu Joint
Commision on Accreditation of Hospital (JCAH) suatu badan gabungan untuk
menilai dan mengakreditasi Rumah Sakit.
Pada akhir tahun 1960 JCAH tidak lagi hanya menentukan syarat minimal
dan essensial untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada di Rumah Sakit,
namun telah memacu Rumah Sakit agar memberikan mutu pelayanan yang
setinggi-tingginya sesuai dengan sumber daya yang ada. Untuk memenuhi
tuntutan yang baru ini antara tahun 1953-1965 standar akreditasi direvisi enam
kali, selanjutnya beberapa tahun sekali diadakan revisi.
Panduan PMKP
Sejak tahun 1979 JCAHO membuat standar tambahan, yaitu agar dapat
lulus akreditasi suatu Rumah Sakit harus juga mempunyai program pengendalian
mutu yang dilaksanakan dengan baik.
Di Australia, Australian Council on Hospital Standards (ACHS) didirikan
dengan susah payah pada tahun 1971, namun sampai tahun 1981 badan ini baru
berhasil beroperasi dalam 3 Negara bagian. Tetapi lambat laun ACHS dapat
diterima kehadirannya dan diakui manfaatnya dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan sehingga sekarang kegiatan ACHS telah mencakup semua negara
bagian. Pelaksanaan peningkatan mutu di Australia pada dasarnya hampir sama
dengan di Amerika.
Di Eropa Barat perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan sangat
tinggi, namun masalah itu tetap merupakan hal baru dengan yang masih agak
kabur bagi kebanyakan tenaga profesi kesehatan. Sedangkan pendekatan secara
Amerika sukar diterapkan karena perbedaan sistem kesehatan di masing-masing
negara di Eropa.
Pada tahun 1982 kantor regional tersebut telah menerbitkan buku tentang
upaya meningkatkan mutu dan penyelenggaraan simposiumn di Utrecht, negeri
Belanda tentang metodologi peningkatan mutu pelayanan. Dalam bulan Mei 1983
di Barcelona, Spanyol suatu kelompok kerja yang dibentuk oleh WHO telah
mengadakan pertemuan untuk mempelajari peningkatan mutu khusus untuk Eropa
tahun disusun berbagai standar baik menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana
dan prasarana untuk masing-masing kelas Rumah Sakit. Disamping standar,
Departemen Kesehatan juga mengeluarkan berbagai panduan dalam rangka
meningkatkan penampilan pelayanan Rumah Sakit.
Sejak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai
indikator untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan (performance) Rumah
Sakit pemerintah kelas C dan Rumah Sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari
Kesehatan Nasional. Evaluasi penampilan Rumah Sakit ini merupakan langkah
awal dari Konsep Continuous Quality Improvement (CQI). Berbeda dengan
konsep QA tradisional dimana dalam monitor dan evaluasi dititik beratkan kepada
pencapaian standar, maka pada CQI fokus lebih diarahkan kepada penampilan
organisasi melalui penilaian pemilik, manajemen, klinik dan pelayanan
penunjang. Perbedaan yang sangat mendasar yaitu keterlibatan seluruh karyawan.
Panduan PMKP
Sejak awal tahun 1900 institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada 3
(tiga) elemen yaitu input, proses dan output sampai outcome dengan bermacammacam konsep dasar, program regulasi yang berwenang misalnya antara lain
penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, Penerapan Quality Assurance, Total
Quality Management, Countinous Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi,
Kredensialing, Audit Medis, Indikator Klinis, Clinical Governance, ISO, dan lain
sebagainya. Harus diakui program-program tersebut telah meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit baik pada aspek input, proses maupun output dan outcome.
Namun harus diakui, pada pelayanan yang telah berkualitas tersebut masih terjadi
KTD yang tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum. Oleh sebab itu perlu
program untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena KTD sebagian dapat
merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah
melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien
berdasarkan haknya. Program tersebut yang kemudian dikenai dengan istilah
keselamatan pasien (patient safety). Dengan meningkatnya keselamatan pasien
rumah sakit diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit
dapat meningkat. Selain itu keselamatan pasien juga dapat mengurangi KTD,
yang selain berdampak terhadap peningkatan biaya pelayanan juga dapat
membawa rumah sakit ke arena blamming, menimbulkan konflik antara
dokter/petugas kesehatan dan pasien, menimbulkan sengketa medis, tuntutan dan
proses hukum, tuduhan malpraktek, blow-up ke media massa yang akhirnya
menimbulkan opini negatif terhadap pelayanan rumah sakit.
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk
menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira 2400
tahun yang lalu yaitu primum, non nocere (first, do no harm). Namun diakui
dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit - menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan - KTD (adverse event) apabila tidak dilakukan dengan
hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,
banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi
yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat
menyebabkan terjadinya KTD.
Panduan PMKP
Panduan PMKP
BAB III
TUJUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
Panduan PMKP
biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik selalu memerlukan biaya lebih
banyak atau mutu rendah biayanya lebih sedikit.
Berdasarkan hal di atas maka disusunlah definisi dan tujuan dari upaya
peningkatan mutu pelayanan dan program keselamatan pasien RS Royal
Progress:
1. Definisi Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan RS Royal Progress.
Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif
yang menyangkut input, proses, output dan outcome secara objektif,
sistematik dan berlanjut memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan
terhadap pasien, dan memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan
sehingga pelayanan yang diberikan di RS Royal Progress berdaya guna dan
berhasil guna.
2. Definisi Program Keselamatan Pasien RS Royal Progress.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko, Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suuatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
3. Tujuan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien RS
Royal Progress
Umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien RS Royal Progress secara efektif dan
efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Khusus:Tercapainya peningkatan mutu pelayanan RS Royal Progress melalui:
a. Optirnasi tenaga, sarana, dan prasarana.
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan
yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan
kebutuhan pasien.
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan
pelayanan kesehatan.
Panduan PMKP
10
d. Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang bekualitas dan citra yang baik
bagi Royal Progress.
e. Agar seluruh personil rumah sakit memahami tentang tanggung jawab dan
rasa nilai kemanusian terhadap keselamatan pasien di Royal Progress.
f. Dapat meningkatkan kepercayaan antara dokter dan pasien terhadap
g.
h.
i.
j.
Panduan PMKP
11
BAB IV
PENGERTIAN ISTILAH
Agar upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RS Royal
Progress dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya
kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien.
A. Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien RS Royal Progress
1. Pengertian mutu beraneka ragarn dan di bawah ini ada beberapa
pengertian yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (commitment)
yang selalu dicurahkan pada pekerjaan.
Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.
2. Definisi Mutu Pelayanan RS Royal Progress
Adalah derajat kesempurnaan pelayanan RS Royal Progress untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan
menggunakan potensi surnber daya yang tersedia di RS Royal Progress
secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan RS Royal Progress dan
masyarakat konsumen.
3. Pihak
yang
berkepentingan
dengan
mutu.
Banyak
pihak
yang
Panduan PMKP
12
13
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbuhrya risiko, Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Acuan nasional yang digunakan adalah Permenkes 1691/2011 tentang
Keselamatan Pasien RS.
C. SPO Pelayanan Kedokteran
Merupakan panduan bagi seluruh tenaga kesehatan di RS dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan. SPO disusun dalam bentuk Panduan Praktik Minis
(PPK)/Clinical practice guidelines yang dapat dilengkapi dengan alur klinis
(clinical pathway), algoritme, protokol, prosedur atau standing order.
Clinical Pathway adalah sebuah rencana yang menyediakan secara detail
setiap tahap penting dari pelayanan kesehatan, bagi pasien dengan masalah
klinis tertentu, berikut dengan hasil yang diharapkan.
Acuan nasional yang dignnakan adalah Permenkes 1438/2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran.
D. Indikator
Prinsip dasar upaya penmgkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan RS Royal Progress.
Indikator
Ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan.
Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Spesifikasi dan indikator.
Standar :
Panduan PMKP
14
Tingkat kinerja atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung
baik.
Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau
mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus
untuk dimonitor
Didasarkan pada data yang ada.
Panduan PMKP
15
Indikator klinis yang berorientasi pada waktu dan indikator ratio yang
berdasarkan
pada
efektifitas
(effectivenes),
efisiensi
(efficiency),
kebutuhan pasien.
Pelaporan yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
Manajemen risiko
Manajemen penggunaan sumber daya
Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
Harapan dan kepuasan staf
Demografi pasien dan diagnosis klinik
Manajemen keuangan
Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan
darah.
Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
prosedur.
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.
Panduan PMKP
16
Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pelaksanaan
verifikasi
elektrolit konsentrat.
Implementasi kebijakan dan prosedur.
Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
Panduan PMKP
17
pelayanan kesehatan.
Menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan
melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
E. Sentinel
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima seperti: operasi pada bagian tubuh yang salah.
Panduan PMKP
18
Panduan PMKP
19
Panduan PMKP
20
BAB V
METODE PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RS
A. Metode Peningkatan Mutu RS Royal Progress yaitu:
I. Strategi
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan RS Royal Progress
maka disusunlah strategi sebagai berikut :
1. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan
prinsip mutu pelayanan RS Royal Progress sehingga dapat menerapkan
langkah-langkah upaya peningkatan mutu di masing-masing unit
kerjanya.
2. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien di RS Royal
Progress.
3. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya
manusia
di
RS
Royal
Progress,
serta
upaya
meningkatkan
kesejahteraan karyawan.
4. Menciptakan budaya mutu di RS Royal Progress, termasuk
didalamnya menyusun program mutu RS Royal Progress dengan
melakukan analisis pemecahan masalah dan melakukan perbaikan
dengan penekatan PDCA cycle.
5. Menumbuhkan semangat untuk secara aktif melaporkan setiap insiden
yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga,
karena mengandung bahan pelajaran yang penting.
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan RS Royal Progress
diawali dengan penilaian akreditasi RS Royal Progress yang mengukur
dan memecahkan masalah pada tingkat input dan proses. Pada kegiatan ini
RS Royal Progress harus menetapkan standar input, proses, output dan
outcome, serta membakukan seluruh standar prosedur yang telah
ditetapkan. Standar tersebut berlaku di seluruh unit kerja di RS.
RS Royal Progress dipacu untuk dapat menilai diri (self
assessment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentnuan yang
telah ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu
ada latar ukur yang lain, yaitu instrument mutu pelayanan RS Royal
Panduan PMKP
21
Progress yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil (output dan
outcome). Tanpa mengukur hasil kinerja RS Royal Progress tidak dapat
diketahui apakah input dan proses yang baik telah menghasilkan ouput
yang baik pula. Indicator RS Royal Progress disusun dengan tujuan untuk
dapat mengukur kinerja mutu RS Royal Progress secara nyata dan
dikumpulkan oleh seluruh unit kerja.
II. Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus (daur)
yang berkesinambungan. Langkah-langkah dalam siklus ini terdiri dari
adalah :
1. Identifikasi dan analisis masalah
Identifikasi masalah merupakan bagian sangat penting dari seluruh
proses siklus (daur), karena akan menentukan kegiatan-kegiatan
selanjutnya dari pendekatan pemecahan masalah ini. Masalah akan
timbul apabila :
Hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada terdapat
penyimpangan
Merasa tidak puas akan penyimpangan tersebut
Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut
penyebab
masalah
dapat
dilakukan
dengan
ide
pengumpulan
data,
mengenali
penyebab
22
2. Penilaian kembali
Panduan PMKP
23
Panduan PMKP
24
25
itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti
dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti
oleh semua karyawan.
c. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk
standar kerja. Agar dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan
program pelatihan para karyawan untuk memenuhi standar kerja dan
program yang ditetapkan.
d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi
yang dihadapi dan standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti
kondisi yselalu dapat berubah. Oleh karena itu, ketrampilan dan
pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk
mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena
ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.
e. Langkah 5. Memeriksa akibat pelaksanaan Check
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan
dilaksanakan dengan baik atau tidak. Jika segala sesuatutelah sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan dan mengikuti standar kerja, tidak
berarti pemeriksaan dapat diabaikan. Hal yang harus disampaikan
kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan.
Agar dapat dibedakan manakah penyimpangan dan manakah yang
bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan, metode (standar
kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan
maupun oleh manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat
dari akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu
dapat dilihat dari penyebabnya.
f. Langkah 6. Mengambil tindakan yang tepat Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk
menemukan penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan,
maka penyebab timbulnya penyimpangan harus ditemukan untuk
mengambil tindakan yang tepat agar tidak terulang lagi penyimpangan.
Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah mengakibatkan
Panduan PMKP
26
27
RS ROYAL PROGRESS
Program Keselamatan Pasien RSRP mengacu pada Standar Keselamatan Pasien
dan 7 langkah menuju keselamatan pasien RS yang terdapat dalam Permenkes
1691/2011, yaitu :
I.
STANDAR KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani
segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan pasien
rumah sakit yang merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk
melaksanakan kegiatannya. Standar keselamatan pasien wajib diterapkan rumah
sakit dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi
Rumah Sakit.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Para kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :
Standar I. Hak Pasien
Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria :
1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
Panduan PMKP
28
Panduan PMKP
29
Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan
dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien
dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada
seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan
lancar.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk
memfasilitasi
dukungan
keluarga,
pelayanan
keperawatan,
30
4.3. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko
tinggi.
4.4. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja
dan keselamatan pasien terjamin.
Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan "Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit ".
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur
dan
mengkaji
efektifitas
kontribusinya
dalam
Panduan PMKP
31
Panduan PMKP
32
6.1. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
6.2. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam
setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
6.3. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai
keselamatan pasien
Standar:
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan Keselamatan pasien.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi. untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
II. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH
SAKIT
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai
berikut:
1. Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
Panduan PMKP
33
insiden.
Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran-ukuran yang dipakai
di Royal Progress untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka
dan
terjadi
proses
pembelajaran
serta
pelaksanaan
Panduan PMKP
34
Pasien
Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan pentingnya serta
dan
Insiden
Panduan PMKP
35
terjadi insiden.
Seluruh jajaran manajerial harus mampu memberi dukungan, pelatihan
dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien
dan keluarganya.
Panduan PMKP
36
insiden.
Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di
Panduan PMKP
37
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dan sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis,
pelaksanaannya.
Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap tindak
lanjut tentang insiden yang dilaporkan.
Panduan PMKP
38
Panduan PMKP
39
Penetapan Konteks
Asesmen Risiko
Peman
tauan
dan
Riviu
Penetapan Konteks
Analisis Risiko
Evaluasi Risiko
Perlakuan Risiko
Panduan PMKP
40
Panduan PMKP
41