3. Deskripsi dari tiap ESO yang dicurigai dan outcome-nya harus dicatat di
rekam medik pasien.
4. ESO yang serius dan tidak diharapkan harus dilaporkan ke BPOM dan
pabrik obat tersebut.
5. Semua laporan ESO dikaji dan dievaluasi oleh KFT.
6. Semua informasi tentang ESO harus disebarluaskan kepada semua staf
profesi kesehatan untuk tujuan edukasi. Harus dijaga kerahasiaan
pasien.
7. Program monitoring dan pelaporan ESO harus terintegrasi ke dalam
program organisasi (RS) sebagai kegiatan quality-assurance.
8. Kesalahan kategori KTC dan KTD dilaporkan secara tertulis
dengan menggunakan Formulir Laporan Insiden ke Champion
Keselamatan Pasien RS.UNHAS.
9. Kesalahan obat kategori KTC dan KTD harus dilaporkan
maksimal 2x24 jam setelah ditemukannya insiden.
1. Poliklinik
2. Unit Gawat Darurat (UGD)
Unit Terkait
3. Ruang Perawatan intensive (ICU,HCU)
4. Semua Unit Rawat Inap
1. Lembar resep
Dokumen Terkait
2. Rekam Medis Pa sien/ patient medical record
1. MIMS
2. ISO
Peralatan
3. Formularium RS. UNHAS
4. DPHO ASKES
Prosedur
1. Perbekalan farmasi yang disahkan oleh KFT harus memenuhi
persyaratan kelengkapan data antara lain hasil penelitian mengenai
indikasi obat serta kandungan obat tersebut.
Koordinasi obat dan perbekalan kesehatan yang berasal dari
pihak
donor harus diverifikasi oleh:
1) pihak dinas kesehatan kabupaten/kota berkoordinasi dengan
BPBD kabupaten/kota bila obat dan perbekalan kesehatan
langsung dikirim ke kabupaten/kota;
100
1. Apotek
Unit Terkait
2. Gudang farmasi
3. Depo farmasi
1. Kartu stok induk
Dokumen Terkait
2. MPO
101