Anda di halaman 1dari 8

94

PENANGGULANGAN PENULISAN DAN PEMESANAN RESEP


YANG TIDAK TERBACA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


PROSEDUR
TETAP FARMASI
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

1. Penulisan resep artinya mengaplikasikan pengetahuan dokter


dalam memberikan obat kepada pasien melalui kertas resep
Pengertian menurut kaidah dan peraturan yang berlaku, diajukan secara
tertulis.

1. Resep yang tidak terbaca atau kurang jelas penulisannya dapat


segera ditindaklanjuti.
2. Mendapat kejelasan dan penegasan dari Dokter penulis resep,
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat kepada
Tujuan
pasien.
3. Mengurangi terjadi medication error
4. Tercapainya pelayanan kefarmasian yang tepat dosis dan tepat
indikasi
1. Apabila resep bermasalah (penulisan dan pemesanan resep yang tidak
dapat terbaca) maka Apoteker mengkonfirmasi resep ke nurse station
Kebijakan dan selanjutnya dikonfirmasikan kepada dokter yang bersangkutan.
2. Apabila telah mendapat kejelasan dari dokter, maka secepatnya resep
dikembalikan ke apotek untuk segera dilayani dan disiapkan obatnya.
Prosedur 1. Resep yang diterima oleh petugas Apotek dilakukan identifikasi
kelengkapan resep yaitu :
Tanggal resep, nama dokter, nomor resep, nama pasien tanggal
lahir pasien.
Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian) ditulis dengan
jelas.
Resep obat dari golongan Narkotika dan Psikotropika harus
dibubuhi tanda tangan lengkap, alamat dan nomor telepon yang
dapat dihubungi dari dokter yang menuliskan resep.
Tidak menggunakan istilah dan singkatan sehingga mudah dibaca
dan tidak disalahartikan.
2. Resep yang kurang jelas penulisannya didiskusikan terlebih dahulu
bersama staf apotek dan membaca histori pengobatan pasien (MPO).
3. Jika resep belum jelas maka apoteker mengkonfirmasikan ke nurse
station dan meminta perawat yang bertugas menangani pasien
tersebut agar melihat status pemberian obat pasien
4. Jika resep belum jelas maka menghubungi dokter untuk memperoleh
kejelasan resep.
5. Apabila dokter tidak dapat dihubungi maka dapat menghubungi staf
bagian pelayanan medik untuk selanjutnya meneruskan informasi ke
dokter/SMF/dokter jaga apakah resep tersebut obatnya harus diganti.
95

6. Apabila sudah mendapat kejelasan dari dokter, maka perawat


secepatnya mengkonfirmasikan resep ke Instalasi Farmasi untuk
segera dilayani dan disiapkan obatnya.

1. Unit Gawat Darurat (UGD)


Unit Terkait 2. Instalasi Rawat Inap
3. OK
Dokumen Terkait Lembar resep

Lampiran 2. SOP MONITORING EFEK SAMPING OBAT

MONITORING EFEK SAMPING OBAT

PROSEDUR No. Dokumen No. Revisi Halaman


TETAP FARMASI
96

Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh, Direktur Utama

1. Monitoring adalah pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran


tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan berkadar tingkat tinggi
dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang
Pengertian menunjukkan pergerakan ke arah tujuan atau menjauh dari itu.
2. Efek samping adalah suatu dampak atau pengaruh yang merugikan dan
tidak diinginkan, yang timbul sebagai hasil dari suatu pengobatan atau
intervensi lain seperti pembedahan.
1. meningkatkan keselamatan pasien
Tujuan 2. agar pasien memperoleh obat dengan tepat dosis dan tepat indikasi.

1. Standar minimal monitoring obat antara lain :


a. Pemberian obat penahan rasa sakit pada pasien rawat inap
disertai dengan monitoring skala nyeri yang intervalnya
disesuaikan dengan kondisi pasien.
b. Pemberian obat inotropik harus dilakukan dengan monitoring
tanda vital antara lain tekanan darah, denyut jantung dan
saturasi oksigen..
c. Pemberian semua obat intravena harus diikuti pengawasan
dan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya reaksi
anafilaksis.
d. Petugas harus mampu mengidentifikasi reaksi yang tidak
diinginkan akibat pemberian obat anestesi dan sedasi, serta
mampu melakukan penanganan pada saat terjadi hal yang
tidak diinginkan.
Kebijakan
e. Pemberian terapi insulin, terapi trombolitik, terapi obat
kemoterapi harus diberikan oleh dokter yang memiliki
kompetensi di bidangnya
2. Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh
petugas yang menemukan/terlibat langsung dengan kejadian
tersebut atau atasan langsungnya.
3. Laporan dibuat secara tertulis dengan menggunakan format
Laporan Kesalahan Obat yang sudah ditetapkan.
4. Tipe kesalahan yang harus dilaporkan:
a. Kejadian Nyaris Cedera/KNC
b. Kejadian Tidak Cedera/ KTC
c. Kejadian Tidak Diinginkan
Prosedur 1. Menetapkan sistem:
a. Sistem surveilens yang terus-menerus dan secara bersamaan
(selama terapi obat) berdasarkan laporan ESO (suspek) dari
farmasis, dokter, perawat atau pasien.
b. Sistem surveilens secara bersamaan atau prospektif (sebelum terapi
obat) untuk obat atau pasien dengan risiko tinggi ESO.
2. Informasi tentang kecurigaan kejadian ESO harus dilaporkan ke bagian
farmasi untuk pengumpulan data yang lengkap dan analisis, termasuk
nama penyakit, riwayat terapi dan pengobatan, untuk mendiskripsikan
ESO yang dicurigai.
97

3. Deskripsi dari tiap ESO yang dicurigai dan outcome-nya harus dicatat di
rekam medik pasien.
4. ESO yang serius dan tidak diharapkan harus dilaporkan ke BPOM dan
pabrik obat tersebut.
5. Semua laporan ESO dikaji dan dievaluasi oleh KFT.
6. Semua informasi tentang ESO harus disebarluaskan kepada semua staf
profesi kesehatan untuk tujuan edukasi. Harus dijaga kerahasiaan
pasien.
7. Program monitoring dan pelaporan ESO harus terintegrasi ke dalam
program organisasi (RS) sebagai kegiatan quality-assurance.
8. Kesalahan kategori KTC dan KTD dilaporkan secara tertulis
dengan menggunakan Formulir Laporan Insiden ke Champion
Keselamatan Pasien RS.UNHAS.
9. Kesalahan obat kategori KTC dan KTD harus dilaporkan
maksimal 2x24 jam setelah ditemukannya insiden.

1. Poliklinik
2. Unit Gawat Darurat (UGD)
Unit Terkait
3. Ruang Perawatan intensive (ICU,HCU)
4. Semua Unit Rawat Inap
1. Lembar resep
Dokumen Terkait
2. Rekam Medis Pa sien/ patient medical record
1. MIMS
2. ISO
Peralatan
3. Formularium RS. UNHAS
4. DPHO ASKES

Lampiran 3. SOP PENGGUNAAN OBAT SAMPEL/ DONASI

PENGGUNAAN OBAT SAMPEL/ DONASI

PROSEDUR No. Dokumen No. Revisi Halaman


TETAP FARMASI
98

Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh, Direktur Utama

Perbekalan donasi adalah perbekalan farmasi yang diberikan dengan secara


cuma-cuma atau gratis dari perusahaan farmasi untuk digunakan di rumah
Pengertian sakit tanpa imbalan apapun. Perbekalan donasi ini dapat dijadikan aset
rumah sakit.

1. Sebagai acuan penggunaan obat sampel/obat donasi.


Tujuan 2. Memastikan efektifitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat
sampel/donasi.
1. Obat sampel/donasi sebelum diuji coba harus mendapat pengesahan
terlebih dahulu dari KFT/komite medic
Kebijakan 2. Perbekalan farmasi obat sampel/donasi harus mendapat pengesahan
dari user, kemudian user mengajukan surat permohonan kepada IFRS.
IFRS akan menindaklanjuti surat tersebut kepada KFT/komite medik.
1. Obat sampel/donasi yang akan diberikan untuk pasien, harus diperiksa
terlebih dahulu (indikasi, kandungan dan hasil penelitian), apakah telah
memperoleh pengesahan dari KFT/komite medik atau belum
2. Apabila obat sampel/donasi belum mendapat pengesahan, maka obat
tersebut belum dapat digunakan sampai keluarnya pengesahans.
3. Obat sampel/donasi yang akan diberikan harus dibuatkan catatan
pemberian obat yang digunakan, sebelum menyiapkan oabt untuk
pasien. Pemberian obat untuk pasien rawat jalan per 3-5 hari setelah
Prosedur
itu pasien kembali ke dokter untuk kontrol. Sedangkan untuk pasien
rawat inap pemberian obat hanya peraturan pakai, setelah itu
dijelaskan efek samping obat kepada pasien. Apabila terjadi efek
samping, maka pasien segera memberitahu dokter
4. Obat donasi diberikan kepada pasien dengan keadaan tertentu
(terinfeksi HIV/AIDS, TB, flu burung atau terkena bencana alam
didaerah tersebut). Sedangkan obat sampel diberikan kepada pasien
berdasarkan instruksi dari user (dokter).
1. KFT
2. Poliklinik
Unit Terkait 3. Unit Gawat Darurat (UGD)
4. Ruang Perawatan intensive (ICU,HCU)
5. Semua Unit Rawat Inap
1. Lembar resep
Dokumen Terkait
2. Rekam Medis Pasien/ patient medical record

Lampiran 4. SOP PENYIMPANAN DAN PENGENDALIAN OBAT SAMPEL/DONASI

PENYIMPANAN DAN PENGENDALIAN OBAT


SAMPEL/DONASI
99

No. Dokumen No. Revisi Halaman


PROSEDUR
TETAP FARMASI
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh, Direktur Utama

1. Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara


dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada
tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang
dapat merusak mutu obat.
2. Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
Pengertian
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan / kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
3. Perbekalan farmasi donasi adalah perbekalan farmasi yang
diberikan secara Cuma-Cuma atau gratis dari perusahaan farmasi
untuk digunakan di rumah sakit tanpa imbalan apapun. Perbekalan
farmasi ini dapat dijadikan aset rumah sakit.

1. Penyimpanan dan pengendalian obat sampel/donasi dapat


digunakan dalam rangka promosi kesehatan serta pada kasus
tertentu dimana obat tersebut belum ada di pasaran. Selain itu
Tujuan
juga dapat diberikan pada daerah bencana atau kejadian luar biasa
(KLB)
2. Penyimpanan dan pengendalian obat sampel/donasi dilakukan
secara akurat
1. Apabila pihak rumah sakit memperoleh obat sampel/donasi dari
pihak tertentu maka perbekalan farmasi tersebut wajib
mendapatakan pengesahan dari KFT.
2. Obat yang disediakan untuk keperluan program kesehatan tertentu
hanya boleh dipergunakan bagi pasien tertentu sesuai dengan
kriteria, target dan sasaran program tersebut. Selain itu obat
tersebut tidak boleh diperjualbelikan kepada pasien.
Kebijakan
3. Bantuan perbekalan farmasi sampel/donasi yang diterima pihak
rumah sakit untuk kasus tertentu misalnya kejadian luar biasa
(KLB), maka pihak rumah sakit segera menyalurkan bantuan
tersebut kepada pasien tanpa pungutan biaya.
4. Perbekalan farmasi donasi/sampel dapat dijadikan aset rumah
sakit.

Prosedur
1. Perbekalan farmasi yang disahkan oleh KFT harus memenuhi
persyaratan kelengkapan data antara lain hasil penelitian mengenai
indikasi obat serta kandungan obat tersebut.
Koordinasi obat dan perbekalan kesehatan yang berasal dari
pihak
donor harus diverifikasi oleh:
1) pihak dinas kesehatan kabupaten/kota berkoordinasi dengan
BPBD kabupaten/kota bila obat dan perbekalan kesehatan
langsung dikirim ke kabupaten/kota;
100

2) dinas Kesehatan Provinsi berkoordinasi dengan BPBD Provinsi


bila obat dan perbekalan kesehatan donasi langsung dikirim ke
Provinsi;
3) pihak Kementerian Kesehatan (Ditjen Binfar dan Alkes) bila
obat dan Perbekalan Kesehatan di terima di tingkat Nasional;
4) bila obat dan perbekalan kesehatan diterima oleh BPBD atau
BNPB, maka BPBD atau BNPB memberikan informasi bantuan
ke Dinas Kesehatan Provinsi di tingkat provinsi atau
Kementerian Kesehatan di tingkat nasional.
Berdasarkan hasil verifikasi dapat disimpulkan menerima atau
menolak obat dan perbekalan kesehatan donasi.
2. Persyaratan teknis obat sumbangan, antara lain:
1) masa kadaluarsa obat dan perbekalan kesehatan sumbangan
minimal 2 (dua) tahun pada saat diterima oleh penerima
bantuan. Hal ini dimaksudkan agar obat dan perbekalan
kesehatan tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan
program maupun situasi darurat;
2) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan yang diterima
harus berasal dari sumber resmi dan terdaftar/mempunyai izin
edar di negeri pemberi atau mendapat pengakuan dari WHO atau
lembaga independen lainnya. Hal ini diperlukan untuk menjamin
keamanan dari obat dan perbekalan kesehatan yang akan
diterima;
3) obat yang diterima sebaiknya sesuai dengan DOEN (Daftar
Obat Esensial Nasional), hal ini diperlukan agar tidak mengganggu
Program Penggunaan Obat Esensial di sarana kesehatan);
4) kekuatan/potensi/dosis dari obat sebaiknya sama dengan obat
yang biasa digunakan oleh petugas kesehatan;
5) semua obat dan perbekalan kesehatan menggunakan label
berbahasa Indonesia atau bahasa Inggris;
6) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan sebaiknya
memenuhi aturan internasional pengiriman barang yaitu setiap
obat dan perbekalan kesehatan yang dikirim hendaknya disertai
dengan detail isi karton yang menyebutkan secara spesifik bentuk
sediaan, jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa (expire
date), volume, berat dan kondisi penyimpanan yang khusus;
7) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan donor bisa
mendapat fasilitas pembebasan tarif pajak sesuai ketenyuan
perundangundangan yang berlaku;
8) obat dan perbekalan kesehatan donasi yang rusak/kadaluwarsa
dilakukan pemusnahan sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku.

1. Apotek
Unit Terkait
2. Gudang farmasi
3. Depo farmasi
1. Kartu stok induk
Dokumen Terkait
2. MPO
101

Formularium RS. UNHAS


Farmakope Indonesia
Peralatan
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)

Anda mungkin juga menyukai