Elemen :
Orientasi Dasar Teknik Jaringan
Komputer Dan Telekomunikasi
SMK KELAS X
Kompetensi Keahlian Ahmad Bukhari, S.Pd.
Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi
1 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi
Identitas
Nama Penyusun : Ahmad Bukhari, S.Pd.
Instansi : SMKS Said Naum
Jenjang/Kelas : SMK / X
Mapel : Dasar – dasar Program Keahlian Teknik Jaringan
Komputer dan Telekomunikasi
Alokasi Waktu : 18 JP (3 Pertemuan)
Jumlah Peserta Didik : 36
Fase :E
Kode :
Moda : PJJ Daring/Paduan antara tatap muka dan PJJ
(Blended)
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain:
praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur
dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin), termasuk pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi dan prosedur
kerja di tempat tinggi (pemanjatan).
Tujuan Pembelajaran
TP 17 Peserta didik mampu menjelaskan K3LH dan budaya kerja industri
TP 18 Peserta didik mampu menentukan tujuan K3LH dan budaya kerja industri
TP 19 Peserta didik mampu menjelaskan pengertian praktik - praktik kerja yang
aman
TP 20 Peserta didik mampu mengidentifikasi bahaya - bahaya di tempat kerja
TP 21 Peserta didik mampu menjelaskan prosedur - prosedur dalam keadaan
darurat
TP 22 Peserta didik mampu menerapkan budaya kerja industri (5R)
TP 23 Peserta didik mampu menjelaskan prosedur pencegahan kecelakaan kerja
di tempat tinggi / pemanjatan
TP 24 Peserta didik mampu menjelaskan P3K
TP 25 Peserta didik mampu mengidentifikasi jenis obat - obatan P3K
TP 26 Peserta didik mampu menjelaskan APD (Alat Pelindung Diri)
Pertanyaan Pemantik
Apakah Anda mengetahui K3LH dan Budaya Kerja ?
Sarana Prasarana
Bahan : Modul Ajar dan Video Tutorial
Alat : Laptop/Komputer, HP, dan Jaringan Internet
Media Aplikasi : Whatsapp, Google Classroom, Virtual
Meeting dan Website
Lingkungan Belajar yang dimodifikasi : -
Sarana dan Prasarana Alternatif : Full Body Hernes, P3K, Pelindung Mata,
Tangan, dan Kepala Serta gelang statis
Perkiraan Biaya : Sarana & Prasarana Alternatif + Biaya yang
dikeluarkan Siswa
: Rp. 850.000 + Rp. 50.000
: Rp. 850.000,-
dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), termasuk
pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi dan prosedur kerja di tempat tinggi
(pemanjatan).
Kata Kunci
K3LH, Budaya Kerja Industri, 5R, Pencegahan Kecelakaan Kerja, Prosedur Kerja di
Tempat Tinggi, Alat Pelindung Diri (APD), P3K
Materi Ajar
K3LH dan budaya kerja industry, tujuan K3LH dan budaya kerja industry, pengertian
praktik - praktik kerja yang aman, bahaya - bahaya di tempat kerja, prosedur -
prosedur dalam keadaan darurat, 5R, prosedur pencegahan kecelakaan kerja di
tempat tinggi / pemanjatan, Alat Pelindung Diri (APD), P3K, jenis Obat – Obatan
P3K.
KEGIATAN INTI
A. Orientasi peserta didik pada masalah 235
1. Guru memberikan kepada peserta didik sebuah gambaran menit
atau deskripsi tentang K3LH dan budaya kerja industry, tujuan
KEGIATAN PENUTUP
1. Peserta didik bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil 15 menit
pembelajaran
2. Refleksi
3. Melanjutkan Aktivitas selanjutnya
PERTEMUAN 2
KEGIATAN AWAL
1. Memberi Salam 20 menit
2. Guru meminta peserta didik memimpin doa
3. Guru mengabsen, memeriksa kerapian berpakaian, kebersihan
kelas.
4. Guru menyampaikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran
yang akan dicapai
5. Guru memberikan penjelasan tentang tahapan kegiatan
pembelajaran
6. Guru melakukan apersepsi
7. Guru memberikan pertanyaan arahan (Guide Questions) :
a. Seberapa tahukah kita tentang Budaya 5R dan Alat Pelindung
Diri (APD) ?
b. Apa manfaat dan fungsi belajar Budaya 5R dan Alat Pelindung
Diri (APD) ?
c. Seberapa tahukah kita tentang pentingnya Budaya 5R dan
Alat Pelindung Diri (APD) ?
d. Guru memberi motivasi kepada peserta didik
KEGIATAN INTI
A. Orientasi peserta didik pada masalah 235
KEGIATAN PENUTUP
1. Peserta didik bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil 15 menit
pembelajaran
2. Refleksi
3. Melanjutkan Aktivitas selanjutnya
PERTEMUAN 3
KEGIATAN AWAL
1. Memberi Salam 20 menit
2. Guru meminta peserta didik memimpin doa
3. Guru mengabsen, memeriksa kerapian berpakaian, kebersihan
kelas.
4. Guru menyampaikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran
yang akan dicapai
5. Guru memberikan penjelasan tentang tahapan kegiatan
pembelajaran
6. Guru melakukan apersepsi
7. Guru memberikan pertanyaan arahan (Guide Questions) :
a. Seberapa tahukah kita tentang P3K ?
b. Apa manfaat dan fungsi belajar P3K ?
c. Seberapa tahukah kita tentang pentingnya P3K ?
8. Guru memberi motivasi kepada peserta didik
KEGIATAN INTI
A. Orientasi peserta didik pada masalah 235
1. Guru memberikan kepada peserta didik sebuah gambaran menit
atau deskripsi tentang P3K dan Jenis Obat – Obatan P3K
disertai juga mengajak siswa untuk Tanya jawab terkait
P3K dan Jenis Obat – Obatan P3K.
KEGIATAN PENUTUP
1. Peserta didik bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil 15 menit
pembelajaran
2. Refleksi
3. Melanjutkan Aktivitas selanjutnya
Asesmen
1. Penilaian (Asesmen individu dan kelompok)
2. Jenis (Performa, tertulis, observasi)
Refleksi Siswa
Aspek Refleksi Peserta DIdik
Perasaan dalam belajar Apa yang menyenangkan dalam kegiatan
pembelajaran hari ini?
Makna Apakah aktivitas pembelajaran hari ini
bermakna dalam kehidupan saya?
Penguasaan materi Saya dapat menguasai materi pelajaran pada
hari ini
a. Baik
b. Cukup
c. kurang
Keaktifan Apakah saya terlibat aktif dalam pembelajaran
hari ini? Apakah saya menyumbangkan ide
dalam proses pembuatan presentasi?
Gotong Royong Apakah saya dapat bekerjasama dengan teman
1 kelompok?
Refleksi Guru
Refleksi Pendidik
Apakah ada kendala dalam pembelajaran?
Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran?
Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada kegiatan
pembelajaran?
Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi
dengan baik?
Apa level pencapaian rata-rata siswa dalam kegiatan pembelajaran ini?
Daftar Pustaka :
https://www.pengelasan.net/k3lh/
https://www.gramedia.com/best-seller/budaya-kerja/#Definisi_budaya_kerja
https://safetysign.co.id/news/365/6-Langkah-Identifikasi-Bahaya-dan-Penilaian-
Risiko-Sesuai-Standar-OSHA
https://media.neliti.com/media/publications/17892-ID-implementasi-budaya-5-r-
sebagai-budaya-kerja-di-pktn.pdf
http://www.pa-purwodadi.go.id/index.php/26-halaman-depan/artikel/271-
implementasi-budaya-kerja-5r-ringkas-rapi-resik-rawat-rajin-dalam-persiapan-
persidangan-di-pengadilan-agama-purwodadi-2
https://andromeda.id/kerja-ketinggian/
https://www.apkpi.co.id/standard-bekerja-di-ketinggian-berdasarkan-permenaker-no-
9-tahun-2016/
http://tecsindonesia.co.id/in/index.php/article/86-materi-mengenai-pengertian-tujuan-
dan-pentingnya-p3k
https://upp.ac.id/blog/pengertian-p3k
https://hellosehat.com/hidup-sehat/pertolongan-pertama/isi-kotak-p3k/
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :
Per.15/Men/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di
Tempat Kerja.
Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Kegiatan 1 :
a. Petunjuk Kerja :
- Buat kelompok yang terdiri dari 3-4 orang
- Siapkan software untuk presentasi
b. Soal :
Buatlah sebuah pemaparan tentang K3LH dan Budaya Kerja yang
diterapkan oleh industri pada bidang Jaringan Komputer dan
Telekomunikasi, pengertian praktik - praktik kerja yang aman, bahaya -
bahaya di tempat kerja, prosedur - prosedur dalam keadaan darurat.
kemudian dipresentasikan
Nama Kelompok :
Waktu Presentasi :
Materi :
Anggota :
Tes Formatif
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang K3LH ! (skor 20)
2. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Budaya Kerja ! (skor 20)
3. Sebutkan bahaya – bahaya di tempat kerja bidang jaringan komputer dan
telekomunikasi ! (skor 20)
4. Jelaskan contoh budaya kerja di PT. Telekomunikasi Indonesia ! (20)
5. Jelaskan prosedur – prosedur dalam keadaan bahaya! (20)
Kegiatan 2 :
a. Petunjuk Kerja :
- Buat kelompok yang terdiri dari 3-4 orang
- Siapkan software untuk presentasi
b. Soal :
Buatlah sebuah pemaparan tentang 5R, prosedur pencegahan kecelakaan
kerja di tempat tinggi / pemanjatan, Alat Pelindung Diri (APD), kemudian
dipresentasikan
Nama Kelompok :
Waktu Presentasi :
Materi :
Anggota :
Tes Formatif
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang 5R! (skor 20)
2. Jelaskan prosedur pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi ! (skor
20)
3. Sebutkan peralatan-peralatan dalam melakukan pemanjatan! (skor 20)
4. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Alat Pelindung Diri (APD) ! (20)
5. Sebutkan alat pelindung diri dalam melakukan pemanjatan tower BTS !
(20)
Kegiatan 3 :
a. Petunjuk Kerja :
- Buat kelompok yang terdiri dari 3-4 orang
- Siapkan software untuk presentasi
b. Soal :
Buatlah sebuah pemaparan tentang P3K, Jenis Obat – Obatan P3K.
kemudian dipresentasikan
Nama Kelompok :
Waktu Presentasi :
Materi :
Anggota :
Tes Formatif
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang P3K ! (skor 20)
2. Jelaskan prosedur pertolongan sesuai kondisi korban ! (skor 20)
3. Sebutkan tujuan P3K ! (20)
4. Sebutkan obat – obatan yang harus ada dalam kotak P3K ! (20)
5. Sebutkan peralatan yang wajib ada dalam kotak P3K ! (20)
Penilaian Sikap
Tanggung
No Nama Siswa Spiritual Jujur Disiplin Kreatif Teliti Cermat Santun
Jawab
1
2
3
4
5
Referensi Lain :
Video :
1. sijay elsyakir youtube channel : https://www.youtube.com/watch?v=usDV8yx_CU0
2. SolusindoSBY youtube channel : https://www.youtube.com/watch?v=Ty03lor9n5k
3. Kacik Denny youtube channel : https://www.youtube.com/watch?v=fNxdlcpcgHU
Pengayaan
1. Membuat Resume dari materi yang sudah dipelajari, kemudian dibuatkan
video singkat dan Upload pada sosial media.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan Budaya
Kerja Industri
K3LH singkatan dari Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup yang
berhubungan dengan keselamatan ketika ia kerja. Para pekerja dan karyawan yang
bekerja di perusahaan besar tentu sudah tidak asing lagi dengan K3LH bukan?
Selain di perusahaan, istilah K3 juga sering dijumpai pada pabrik, rumah sakit, atau
instansi besar lainnya.
Pengertian K3LH
K3LH yaitu mengenai program kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan hidup
suatu instansi atau perusahaan yang memiliki banyak kesehatan kerja atau
karyawan. K3LH juga dapat diartikan sebagai upaya untuk melindungi karyawan
atau tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di
tempat kerja.
Keselamatan untuk ketenagakerjaan tidak hanya tempat kerjanya saja, tetapi proses
produk dapat secara aman dalam memproduksinya. Sehingga tidak membahayakan
kesehatan para pekerja. Tempat yang digunakan untuk bekerja pun bersih, sehat,
aman dan nyaman dimanah mampu meningkatkan semangat ketika bekerja.
Secara keilmuan, K3LH adalah ilmu pengetahuan dan penerapan dalam upaya
mencegah kecelakaan ketika sedang bekerja. K3 juga dapat didefinisikan sebagai
bidang yang berhubungan dengan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan
seseorang yang bekerja pada sebuah perusahaan, instansi maupun proyek.
Secara filosofis, K3LH diartikan sebagai upaya atau pemikiran untuk menjamin
keutuhan dan kemampuan jasmani serta rohani ketika sedang bekerja. Upaya ini
sangat baik untuk tenaga kerja dan masyarakat agar mampu menghasilkan karya
yang bagus dan berkualitas.
Banyak keuntungan yang didapat dengan hadirnya K3LH dimanah para karyawan
akan lebih aman dalam melakukan pekerjaannya. Keuntungannya yaitu mampu
mencegah terjadinya kecelakaan saat bekerja, terserang penyakit, cacat tetap
hingga kematian.
Keuntungan lain yang didapat yaitu material konstruksi pemakaian dalam kerja
merupakan material yang aman. Adanya K3LH juga mampu meningkatkan
konsiditas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan mencegah terjadinya pemborosan
modal, alat, sumber produksi dan tenaga kerja.
Sejarah K3LH :
Sebenarnya, undang-undang di bidang K3LH sudah ada sejak dulu tepatnya pada
tahun 1970 yaitu UU No., 1 Tahun 1970 pada tanggal 12 Januari 1970. Adanya UU
ini setelah Belanda hadir di Indonesia dan adanya permasalahan keselamatan kerja
di lokasi Indonesia. Sehingga mulai terasa untuk melindungi modal yang ditanam
untuk industri.
Namun kehadiran K3 ini baru dikenal banyak orang pada tahun 2000an. Selama 30
tahun lebih K3 tidak berjalan karena kurangnya kesadaran baik dari pengusaha,
pekerja dan Depnakertrans. Kurangnya kesadaran dari berbagai pihak dikarenakan
memang belum adanya insiden kecelakaan ketika bekerja.
Tujuan K3LH :
Ada beberapa tujuan adanya K3LH yaitu melindungi karyawan atau tenaga kerja
atas hak keselamatannya, baik ketika sedang melakukan pekerjaannya maupun
meningkatkan produksi dan produktivitas nasional. Tujuan dari K3LH juga untuk
menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. Selain itu,
pemeliharaan sumber produksi pun dapat digunakan dengan aman dan efisien.
Sasaran K3LH :
1. Mencegah ada atau terkena penyakit di tempat kerja.
2. Mencegah terjadinya kecelakaan ketika sedang bekerja.
3. Mencegah terjadinya kematian di tempat kerja.
4. Mengurangi dan mencegah terjadinya cacat tetap atau permanen.
5. Mencegah pemborosan tenaga kerja, alat, modal maupun sumber-sumber
produksi.
6. Mengamankan material konstruksi pemakaian kerja.
7. Meningkatkan konsiditas kerja tanpa adanya pemerasan tenaga kerja dan
menjamin kehidupan yang lebih produktif.
8. Menjamin tempat kerja yang bersih, sehat, aman dan nyaman sehingga
mampu meningkatkan semangat ketika bekerja.
Syarat-Syarat K3LH :
Syarat-syarat K3LH sudah dituangkan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja. Dalam pasal tersebut terdapat 18 syarat penerapan
keselamatan kerja diantaranya sebagai berikut :
K3LH sangat berguna dan bermanfaat untuk tenaga kerja atau karyawan. Oleh
karena itu, Anda sebagai tenaga kerja harus menanyakan mengenai K3LH oleh
pihak perusahaan. Sehingga dapat dipertanggungjawabkan oleh perusahaan ketika
ada hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
B. Budaya Kerja
Sulakso (2002) mengemukakan bahwa budaya kerja merupakan the way we are
doing here atau sikap dan perilaku pegawai untuk melaksanakan tugas. Maka dari
itu, setiap proses atau fungsi kerja harus memiliki perbedaan dalam bekerja yang
mengakibatkan munculnya keberagaman nilai-nilai yang sesuai untuk diambil, dalam
rangka kerja organisasi.
masyarakat atau organisasi, kemudian cerminan tersebut muncul dari sikap menjadi
perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat serta tindakan yang terwujud sebagai
kerja atau bekerja.
Biech mengemukakan bahwa budaya kerja merupakan semua hal yang memiliki arti
proses panjang yang terus menerus disempurnakan dengan tuntutan dan
kemampuan SDM, kemampuan SDM itu sendiri harus sesuai dengan prinsip
pedoman yang diakui.
Dari beberapa pengertian mengenai budaya kerja di atas, kita dapat menarik benang
merah, bahwa budaya kerja, dapat diartikan sebagai hasil cipta, rasa, dan karsa
manusia yang dikembangkan dalam suatu organisasi, guna menyelaraskan sikap,
perilaku, dan aktivitas yang berlangsung dalam suatu organisasi (lingkungan kerja),
agar terjadi suasana yang mengakar (positif) dalam lingkungan kerja tersebut.
Sebelum era digitalisasi hadir, banyak orang beranggapan bahwa sesuatu yang
disebut sebagai tempat kerja, selalu berupa bangunan permanen, dengan meja
kursi, dengan banyak orang melakukan aktivitas bekerja sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai seorang tenaga kerja. Ruang lingkup ini disebut dengan
ruang lingkup perusahaan konvensional.
Hirarki hubungan antara pimpinan dan staf sangat fleksibel, jadi siapapun dapat
melakukan diskusi bersama, saling bertukar ide setiap saat jika diperlukan, dan iklim
kolaboratif sangat kuat menjadi ciri.
1. Budaya hierarki
Budaya hierarki atau sering dikenal dengan hierarchy culture merupakan budaya
yang dibangun berdasar struktur pengorganisasian suatu lingkungan kerja
(perusahaan) yang memiliki sifat kontrol secara vertikal, dari atas ke bawah
(pimpinan kepada staf).
Koordinasi yang dilakukan bersifat instruktif dilakukan oleh atasan. Lingkungan kerja
ini menggunakan prosedur kelembagaan yang bersifat formal dan cenderung kaku.
Budaya hierarki lekat diterapkan di lingkungan militer.
2. Budaya pasar
Budaya pasar atau market culture dibangun berdasarkan dinamika kompetisi serta
kecenderungan yang muncul saat ini. Fokus budaya pasar berorientasi pada posisi
teratas dalam penjualan, dengan pemimpin perusahaan yang tangguh dan selalu
mengharapkan hasil yang baik.
Capaian yang diinginkan perusahaan ini adalah pangsa pasar, jumlah produk yang
terjual dan keuntungan yang tinggi, sehingga dapat menjadi perusahaan yang nomor
satu dalam bidangnya. Budaya pasar sangat pas diterapkan oleh perusahaan
berskala multinasional yang memiliki ribuan sumber daya manusia yang tersebar di
berbagai negara maupun benua.
3. Budaya adhokrasi
Budaya adhokrasi sangat cocok untuk merespon revolusi industri 4.0. Perusahaan
jenis ini akan terus berinovasi dan akan saling berkompetisi untuk membuat
perbaikan struktur hidup manusia di masa mendatang. Budaya adhokrasi
mengedepankan semangat kolaborasi antara sumber daya manusia yang terlibat,
dari atasan hingga staf.
Perusahaan jenis ini akan mendorong sumber daya manusianya untuk selalu
berpikir kreatif dengan menghadirkan ide-ide segar untuk mewujudkan inovasi baru
bagi perusahaan. Budaya seperti ini banyak terjadi pada perusahaan startup hingga
perusahaan selevel unicorn.
4. Budaya kekerabatan
Budaya kekerabatan sering disebut sebagai clan culture, sangat menjunjung tinggi
budaya kolaborasi. Masing-masing sumber daya manusia memiliki posisi yang sama
dan menumbuhkan semangat menjadi bagian dari suatu keluarga besar yang
dinamis, aktif, dan satu dengan yang lain saling memiliki keterkaitan.
Pengorgansasian yang berjalan bersifat terikat oleh komitmen dan tradisi, pimpinan
juga sebagai mentor. Nilai keutamaan yang dihidupi adalah kerjasama dalam tim,
komunikasi, dan konsensus. Budaya kekerabatan ini cocok diterapkan pada
lingkungan kerja yang memiliki sumber daya manusia dengan jumlah tidak lebih dari
lima puluh orang.
Beberapa nilai yang dapat memberikan kontribusi pada perusahaan agar budaya
kerjanya tumbuh dengan baik adalah nilai keberagaman, kolaborasi, inovasi,
kelincahan, fokus pada pelanggan, integritas dan selalu memberi apresiasi terhadap
sumber daya manusia yang turut berproses bersama perusahaan ini.
Proses penyaringan kandidat sumber daya manusia menjadi bagian yang sangat
penting dalam pengadaan sumber daya manusia, untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan yang kemampuannya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan
tersebut.
Namun demikian, kita perlu mengingat, bahwa membangun budaya kerja dalam
suatu perusahaan bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab bagian sumber
daya manusia, tetapi menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh sumber daya
manusia yang tergabung dalam perusahaan tersebut.
Memberikan umpan balik dan memberi apresiasi terhadap ide yang muncul dari staf,
menjadi iklim kerja yang nyaman, sehingga budaya yang muncul selalu menunjuk
pada capaian yang positif, sehingga bila ada permasalahan, akan dapat segera
ditangani, dan evaluasinya dilakukan dengan cara saling melibatkan.
Kondisi ini, secara alami akan menumbuhkan inisiatif dari sumber daya manusianya,
dan mereka secara bersama dapat bertumbuh, selaras dengan kemajuan
perusahaan, karena semua merasa menjadi bagian.
Tingkat kepuasan dan kebahagiaan sumber tenaga kerja yang terlibat di dalamnya,
akan menghasilkan kinerja yang berkualitas, dan meminimalkan tindakan-tindakan
negatif yang berpotensi merugikan perusahaan, seperti dijelek-jelekkan, pencurian,
dan penghancuran properti perusahaan.
Tingkat kepuasan yang baik dari sumber daya manusia yang terlibat, akan
menjadikan sumber daya manusia bertindak sebagai brand ambassador bagi
lingkungan kerja yang menaunginya
Budaya kerja yang positif merupakan salah satu penyebab perusahaan memiliki
reputasi yang baik, selain jenjang karir dan keuntungan lain yang diperoleh oleh
sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Maka dari itu, budaya kerja dapat
terbangun dengan baik jika melakukan repetisi terus menerus. Hal ini memerlukan
kerjasama dari seluruh sumber daya manusia yang terlibat.
Salah satu "penyebab utama" kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja adalah
kegagalan untuk mengidentifikasi atau mengenali bahaya yang ada, atau bahaya
yang sebenarnya dapat dicegah di tempat kerja.─ Occupational Safety and Health
Administration (OSHA)
Menurut OSHA, unsur penting dalam setiap program keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) yang efektif adalah melaksanakan identifikasi bahaya dan penilaian risiko
yang proaktif dan berkelanjutan.
Identifikasi bahaya dan penilaian risiko merupakan salah satu tahap perencanaan
dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang
diwajibkan dalam standar ISO 45001:2018 maupun standar PP No.50 Tahun 2012
terkait SMK3.
Sesuai ISO 45001:2018, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan pengurus
dan pekerja dalam melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko di tempat
kerja, di antaranya:
1. Aktivitas rutin dan non-rutin di tempat kerja
2. Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat kerja termasuk kontraktor,
pemasok, pengunjung, dan tamu
3. Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya
4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja
5. Bahaya yang timbul di tempat kerja, meliputi:
o Infrastruktur, peralatan dan material, baik yang disediakan perusahaan
maupun pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan
o Perubahan pada organisasi, aktivitas atau material yang digunakan
o Perubahan pada sistem manajemen K3 termasuk perubahan yang
bersifat sementara dan berdampak terhadap operasi, proses, dan
aktivitas kerja
o Kewajiban perundangan-undangan terkait penilaian risiko dan tindakan
pengendalian
o Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur
operasional, dan organisasi kerja.
Beberapa bahaya, seperti tata graha dan bahaya tersandung, harus segera
dilakukan tindakan pengendalian ketika bahaya ditemukan. Tindakan pengendalian
ini bertujuan untuk meminimalkan bahaya dan risiko di tempat kerja, serta
memastikan keselamatan dan kesehatan semua orang yang terlibat dalam kegiatan
organisasi.
Lakukan inspeksi rutin terhadap semua operasi kerja, peralatan, area kerja,
dan segala fasilitas yang terdapat di area kerja
Libatkan pekerja untuk ikut berpartisipasi dalam inspeksi dan lakukan diskusi
dengan para pekerja tentang bahaya apa saja yang mereka temukan di
tempat kerja atau yang mereka laporkan
Dokumentasikan setiap inspeksi yang dilakukan untuk mempermudah
verifikasi bahaya yang sudah dikendalikan atau diperbaiki. Hasil dokumentasi
dapat berupa form, foto atau video pada area kerja yang terdapat potensi
bahaya
Inspeksi yang dilakukan mencakup semua bidang dan kegiatan, seperti
penyimpanan dan pergudangan, pemeliharaan fasilitas dan peralatan, dan
kegiatan kontraktor, subkontraktor dan pekerja sementara di tempat kerja
Periksa alat-alat berat/ transportasi yang digunakan secara rutin
Gunakan formulir inspeksi potensi bahaya yang telah disediakan. Inspeksi
biasanya mencakup potensi bahaya yang sering terjadi di area kerja, di
antaranya:
- Tata graha secara umum
- Terpeleset, tersandung, dan jatuh
- Bahaya listrik
- Bahaya dari peralatan
- Kebakaran dan ledakan
- Bahaya dari proses/praktik kerja
- Kekerasan di tempat kerja
- Ergonomi
- Prosedur tanggap darurat yang tidak memadai atau bahkan tidak tersedia.
Catatan:
Banyak bahaya yang dapat diidentifikasi menggunakan metode sederhana. Pekerja
dapat menjadi sumber informasi utama dan sangat berguna dalam identifikasi
bahaya, terutama jika mereka dilatih tentang cara mengidentifikasi bahaya dan
menilai risiko.
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan atau cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan
lainnya.
Risiko adalah kombinasi atau konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan
peluang terjadinya kejadian tersebut.
Potensi bahaya kesehatan tersebut mencakup faktor kimia (pelarut, perekat, cat,
debu beracun, dll.), faktor fisik (kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, dll.),
bahaya biologis (penyakit menular), dan faktor ergonomi (tugas monoton/berulang,
postur canggung, angkat berat, dll.)
akibat bising (GPAB), atau penyakit paru-paru yang terkait dengan paparan di
tempat kerja.
Demikian pula, investigasi kecelakaan yang baik bukan mencari siapa yang
salah dalam insiden, tetapi bagaimana memperbaiki kesalahan tersebut agar
kejadian serupa tidak terulang kembali.
Catatan:
Sesuai regulasi PERMENAKER No. PER.03/MEN/1998 tentang tata cara pelaporan
dan pemeriksaan kecelakaan, laporan kecelakaan kerja dari pimpinan unit
perusahaan selanjutnya disampaikan kepada Departemen Tenaga Kerja setempat
dalam waktu 2x24 jam. Dapat disampaikan secara lisan sebelum dilaporkan secara
tertulis.
Perlu Anda pahami, keadaan darurat dapat menghadirkan bahaya yang bisa
menimbulkan risiko serius bagi pekerja. Aktivitas non-rutin, seperti inspeksi,
pemeliharaan, atau perbaikan juga dapat menghadirkan potensi bahaya. Rencana
dan prosedur perlu dikembangkan untuk merespons secara tepat dan aman
terhadap bahaya yang dapat diduga terkait dengan keadaan darurat dan aktivitas
non-rutin.
Identifikasi kemungkinan bahaya yang dapat timbul dari setiap tahapan aktivitas
ketika keadaan darurat dan aktivitas non-rutin, dengan mempertimbangkan jenis
material dan peralatan yang digunakan serta lokasi kerjanya. Potensi bahaya
biasanya timbul ketika:
o Kebakaran dan ledakan
o Penggunaan bahan kimia berbahaya
o Tumpahan bahan kimia berbahaya
Catatan:
"Risiko" adalah akibat atau konsekuensi dari bahaya dan paparan. Dengan demikian
risiko dapat dikurangi dengan mengendalikan atau menghilangkan bahaya atau
dengan mengurangi paparan yang mengenai pekerja. Penilaian risiko membantu
pengurus memahami bahaya yang ada di tempat kerja mereka dan memprioritaskan
bahaya untuk segera dilakukan pengendalian secara permanen.
Definisi Penerapan Peningkatan Budaya Kerja dalam SOP adalah sebagai proses
perubahan sikap dengan menerapkan penataan dan kebersihan tempat kerja,
kondisi tempat kerja mencerminkan perlakuan seseorang terhadap pekerjaannya
dan perlakuan terhadap pekerjaan ini mencerminkan sikapnya terhadap pekerjaan.
R1 (Ringkas)
Ringkas merupakan prinsip dasar 5R yang pertama. Prinsip kerja ini merupakan
prinsip kerja pemilahan barang. Sering kali kita jumpai suatu lingkungan kerja
dengan kondisi barang yang tidak tertata rapi dan terkesan semrawut. Dalam fase
pertama ini, kita harus memilah antara barang yang masih digunakan, dan yang
tidak. Antara barang yang reject dan yang siap pakai. Barang-barang tersebut harus
dipilah sesuai dengan tempatnya masing-masing agar suasana kerja menjadi lebih
ringkas.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam meringkas adalah sebagai berikut:
1. Frekuensi penggunaan barang (jarang, sering, selalu)
2. Fungsi kerja barang (rusak, perlu perbaikan, bagus)
Dengan melakukan fase yang pertama ini, kita akan mendapatkan keuntungan
antara lain:
1. Area kerja menjadi lebih luas, dan banyak space yang bisa dimanfaatkan.
Apabila kita menggunakan space sewa, kita dapat mengurangi biaya sewa
tersebut
2. Mencegah dis-fungsional dari barang yang ada. Yang seharusnya sudah rusak,
dapat diketahui, dan tidak akan digunakan atau dikirim
3. Mengurangi jumlah penggunaan media penyimpanan dan material handling
tools. Misalnya barang yang tadinya letaknya berjauhan, karena sudah diringkas
menjadi lebih dekat dan mengurangi jarak tempuh. Hal ini akan menghemat
biaya transport. Demikian juga dengan penggunakan media storage seperti
pallet. Pallet akan lebih efisien digunakan setelah prinsip kerja Ringkas
dilakukan.
R2 (Rapi)
Rapi merupakan fase kedua dalam prinsip kerja 5R. Fase ini merupakan kelanjutan
dari fase yang pertama. Setelah barang-barang diringkas, selanjutnya barang
tersebut dirapikan sesuai dengan tempat penyimpanan dan juga standar
penyimpanannya.
Proses me-Rapi-kan ini dapat dikerjakan sesuai dengan metode penyimpanan yang
dilakukan. Misal barang disimpan berdasarkan jenis materialnya, maka barang-
barang tersebut juga harus dirapikan sesuai dengan jenis materialnya. Yang akan
diperoleh jika prinsip yang kedua ini berjalan adalah:
1. Mempermudah pencarian barang karena barang-barang sudah terletak pada
tempatnya
2. Mempermudah stock counting karena barang-barang sudah dirapikan sesuai
dengan standar penyimpanan
3. Kondisi kerja akan terlihat jauh lebih rapi dan sedap dipandang mata
R3 (Resik)
Resik adalah R yang ketiga yang juga kelanjutan dari 2R sebelumnya. Sesuai
dengan namanya, Resik berarti membersihkan. Baik barang maupun lingkungan.
Contoh keadaan yang disebut sebagai Resik antara lain:
1. Tidak ada jaring laba-laba di ruangan kerja
2. Tidak ada coretan tidak perlu di pintu, hand pallet, atau rack
3. Forklift tidak berada dalam kondisi kotor, terutama akibat oli mesin atau debu
Dengan melakukan R yang ketiga ini, akan diperoleh beberapa keuntungan seperti:
1. Lingkungan kerja jauh lebih bersih
2. Meningkatkan mood untuk bekerja karena lingkungan lebih bersih
3. Kualitas barang akan lebih bagus karena tidak kotor, terutama untuk barang
yang sensitif terhadap kotoran seperti gear, seal, dan bracket
R4 (Rawat)
Rawat adalah prinsip ke-4 dalam 5R. Rawat dimaksudkan agar masingmasing
individu dapat menerapkan secara kontinu ketiga prinsip sebelumnya. Dalam fase ini
dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan 3R sebelumnya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membuat checklist terhadap pekerjaan
yang harus dilakukan, terkait dengan 3R sebelumnya. Pelaksanaan fase Rawat ini
akan membuat lingkungan selalu terjaga dalam kondisi 3R secara terus menerus.
R5 (Rajin)
Prinsip yang terakhir adalah Rajin. Fase ini lebih mengarah kepada membangun
kesadaran masing-masing individu untuk secara konsisten menjalankan 4R
sebelumnya.
1. CATAT:
Mencatat/ menginfentarisir barang, alat, bahan, sarana dan dokumen yang ada di
ruang kerja untuk di nilai statusnya masih di pakai atau tak terpakai pada isian form
table yang di buat di masing-masing penanggung jawab ruangan kerjanya,
sarana dan dokumen yang sudah diberi label “TAK TERPAKAI” yang sudah terdata
tersebut pada pada tempat yang bukan pada area ruangan atifitas kerja.
Pelaksanaan dan penerapan budaya 5R yang telah disepakati oleh seluruh unsur
manajemen maka supaya lebih optimal pelaksanaanya maka dibentuklah Komite
GP-5R dan selanjutnya berubah menjadi Tim 5R yang terdiri dari perwakilan setiap
Bidang/Bagian/Unit dengan rincian tugas sebagai berikut:
Membuat perencanaan pelaksanaan penerapan Gerakan 5R unuk setiap
tahapan dan Langkah pelaksanaan 5R di lingkungan pusat Kemitraan Teknologi
Nuklir.
Melakukan pengawasan penerapan gerakan 5R kepada para pelaksana dan
karyawan dilingkungan Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir.
Mengadakan pertemuan satu bulan sekai untuk melakukan koordinasi dengan
bidang/bagian/unit.
Melakukan evaluasi terhadap hasil penerapan gerakan 5R untuk setiap tahapan
5R dan permasalahan yang terjadi.
Mengendalikan pencapaian sasaran yang ditetapkan demi terlaksananya
perbaikan berkelanjutan.
Membuat laporan hasil pelaksanaan penerapan gerakkan 5R kepada Kepala
Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir
Tabel-1
“Bekerja pada ketinggian adalah kegiatan atau aktifitas pekerjaan yang dilakukan
oleh tenaga kerja pada tempat kerja di permukaan tanah atau perairan yang
terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi jatuh yang menyebabkan
Tenaga Kerja atau Orang Lain yang berada di tempat kerja Cidera atau Meninggal
dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda“.
1. Perencanaan (Dilakukan dengan tepat dengan cara yang aman serta diawasi)
2. Prosedur Kerja (Untuk melakukan pekerjaan pada ketinggian)
3. Teknik (tatacara) Bekerja (yang) aman
4. APD, Perangkat Pelindung Jatuh dan Angkur
5. Tenaga Kerja (kompeten dan adanya Bagian K3)
Prosedur Kerja juga wajib ada untuk memberikan panduan kepada pekerja,
prosedur ini harus dipastikan bahwa Tenaga Kerja memahami dengan baik isi yang
ada di dalamnya. Beberapa hal yang harus ada di dalam prosedur bekerja pada
ketinggian meliputi:
Setiap pengusaha dan atau pengurus wajib memastikan bahwa tidak ada benda
jatuh yang dapat menyebabkan cidera atau kematian, membatasi berat barang yang
boleh dibawa tenaga kerja maksimal 5 kilogram diluar APD, berat barang yang lebih
dari 5 kilogram harus dinaik turunkan dengan menggunakan sistem katrol.
Selain itu pengusaha dan/atau pengurus wajib membuat rencana dan melakukan
pelatihan kesiapsiagaan tanggap darurat. Memastikan bahwa langkah pengendalian
telah dilakukan untuk mencegah pekerja jatuh atau mengurangi dampak jatuh dari
ketinggian baik yang dilakukan pada lantai kerja tetap, lantai kerja sementara,
perancah atau scaffolding, bekerja pada ketinggian di alam, pada saat pergerakan
dari satu tempat ke tempat lainnya, bekerja pada akses tali, maupun pada posisi
bidang kerja miring.
Pada pasal 31, Pengusaha dan atau pengurus wajib menyediakan tenaga kerja
yang kompeten yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi dan berwenang di
bidang K3 dalam pekerjaan di ketinggian yang dibuktikan dengan Lisensi K3 yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
Tempat tersebut dapat berada di atas atau dibawah suatu level dasar atau pekerja
untuk naik maupun turun mendapatkan jalan masuk ke (access to) atau jalan keluar
dari (egress from) suatu tempat ketika bekerja, dengan tidak menggunakan tangga
jalan (staircase) yang ada pada bangunan permanen.
Ada beberapa tahapan yang harus di perhatikan ketika mau melakukan pekerjaan
pada ketinggian yaitu sebagai berikut:
Tahapan Persiapan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, pastikan anda telah melakukan analisa
resiko terhadap lokasi dan pekerjaan yang anda lakukan.
2. Pastikan anda menggunakan APD berupa full body harness double lanyard
untuk bekerja di ketinggian.
3. Periksa kesehatan anda dan pastikan anda dalam keadaan fit untuk bekerja
diketinggian.
Ketika Bekerja
1. Ketika bekerja di ketinggian, pastikan anda mengaitkan full body harness
anda pada media yang kokoh.
2. Sisihkan semua peralatan atau material apapun yang menghalangi akses
bekerja.
3. Jika terjadi gerimis dan atau hujan, jangan lanjutkan pekerjaan, segera turun
dan berlindung.
4. Jangan membawa peralatan terlalu banyak ketika baik dan turun tangga.
Setelah Bekerja
1. Ketika selesai bekerja, pastikan lokasi telah bersih dan rapi kembali.
2. Jika memakai perancah segera dibongkar kembali.
3. Jangan lupa untuk melakukan penutupan ijin kerja.
Tindakan P3K
Tindakan pertolongan yang harus dilakukan, meliputi :
Menilai situasi
Perhatikan situasi yang terjadi dengan cepat dan aman. Kenali bahaya yang
mengancam diri sendiri, korban dan orang lain. Perhatikan sumber bahaya yang ada
serta jenis pertolongan yang tepat. Tindakan pertolongan dilakukan dengan tenang.
Perhatikan juga akan adanya bahaya susulan.
Memberikan pertolongan
Yang pertama dilakukan adalah menilai kondisi korban. Ini dapat dilakukan dengan
cara memeriksa kesadaran, pernapasan, sirkulasi darah dan gangguan lokal.
Kemudian tentukan status korban serta prioritas tindakan memberikan pertolongan.
Pemberian pertolongan sesuai status korban, dapat dilakukan dengan cara sbb:
1. Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari tubuhnya
2. Bila ada tanda henti nafas dan jantung, berikan resusitasi jantung paru
3. Selimuti korban
4. Bila luka ringan obati seperlunya
5. Bila luka berat, segera mencari bantuan medis yang tepat
Mencari bantuan
Jika memungkinkan, mencari bantuan orang lain untuk mengamankan tempat
kejadian kecelakaan, menelepon RS/tenaga medis, mengambil alat-alat P3K,
membantu mengatasi perdarahan, atau membantu memindahkan korban.
Fasilitas P3K
Untuk mendukung pelaksanaan P3K dibutuhkan fasilitas P3K, meliputi :
Adapun rasio jumlah petugas P3K di tempat kerja dengan jumlah pekerja
berdasarkan klasifikasi tempat kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini :
25 – 150. 1 orang
Tempat kerja dengan
potensi bahaya
rendah. 1 orang untuk setiap 150 orang
> 150
atau kurang.
Kotak P3K
Bahan kotak P3K harus kuat. Kotak P3K mudah dipindahkan dan diberi label. Kotak
P3K diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan terjangkau. Isi kotak P3K, jumlah
dan jenis kotak P3K diatur berdasarkan Permenakertrans No : Per.15/Men/VIII/2008
tentang P3K di Tempat Kerja.
Ada beberapa benda wajib yang harus ada dalam kotak P3K dan dibawa saat
bepergian :
1. Kain Kasa
2. Perban
3. Peniti
4. Sarung Tangan Lateks
5. Plester Luka
6. Pinset
7. Gunting
8. Tisu Pembersih Bebas Alkohol
9. Cairan Untuk Membersihkan Benda Asing Pada Luka, Contohnya seperti larutan
garam atau air steril
10. Salep Luka Bakar
11. Krim Dan Salep Antiseptik
12. Larutan Povidone Iodine untuk disinfektan luka
13. Obat Pereda Gatal
14. Obat Anti nyeri
15. Obat Flu Dan Batuk
16. Obat Mata Seperti Insto
17. Termometer
Hal – hal yang harus diketahui tentang kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan) :
1. Selalu periksa tanggal kadaluwarsa obat – obatan yang dibawa di dalam kotak
P3K secara rutin.
2. Ajari semua anggota keluarga cara menggunakan peralatan dan obat – obatan
yang ada di dalam kotak P3K.
3. Pastikan kita juga belajar lebih dalam tentang cara menggunakan peralatan dan
obat – obatan yang ada di dalam kotak P3K.
4. Saat di rumah letakkan kotak P3K di dapur, karena kecelakaan sering terjadi di
dapur dan bisa lebih cepat melakukan pertolongan pertama pada korban.
5. Kotak P3K harus menggunakan kotak kedap air agar peralatan dan obat –
obatan tidak basah saat terendam air.
Ruang P3K
Ruang P3K harus cukup menampung satu tempat tidur pasien dan masih terdapat
ruang gerak bagi seorang petugas P3K serta penempatan fasilitas P3K lainnya.
Kondisi ruang P3K harus bersih, terang dan memiliki ventilasi udara yang baik. Agar
mudah saat memindahkan korban, pintu ruang P3K dibuat cukup lebar. Lokasinya
mudah dijangkau dari tempat kerja, dekat dengan kamar mandi serta jalan keluar
dan tempat parkir. Ruang P3K dilengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan
berikut ini :
1. Wastafel dengan air mengalir
2. Kertas tisue/lap
3. Usungan/tandu
4. Bidai/spalk
5. Kotak P3K dan isi
6. Tempat tidur dengan bantal dan selimut
7. Tempat menyimpan tandu atau kursi roda
8. Sabun dan sikat
9. Pakaian bersih untuk penolong
10. Tempat sampah dan Kursi tunggu, bila diperlukan
Fasilitas tambahan
Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri, peralatan khusus di tempat kerja yang
memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus.
Penjelasan di atas lebih diarahkan untuk tempat kerja dalam lingkup pengawasan
ketenagakerjaan. Namun jika kita lihat manfaat dari pelaksanaan P3K di atas, hal
tersebut dapat diterapkan di mana saja, baik di lingkungan keluarga, lembaga
pemerintah, lembaga masyarakat dsb. Untuk pelaksanaannya pun tentu disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing tempat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pengelasan.net/k3lh/
https://www.gramedia.com/best-seller/budaya-kerja/#Definisi_budaya_kerja
https://safetysign.co.id/news/365/6-Langkah-Identifikasi-Bahaya-dan-Penilaian-
Risiko-Sesuai-Standar-OSHA
https://media.neliti.com/media/publications/17892-ID-implementasi-budaya-5-r-
sebagai-budaya-kerja-di-pktn.pdf
http://www.pa-purwodadi.go.id/index.php/26-halaman-depan/artikel/271-
implementasi-budaya-kerja-5r-ringkas-rapi-resik-rawat-rajin-dalam-persiapan-
persidangan-di-pengadilan-agama-purwodadi-2
https://andromeda.id/kerja-ketinggian/
https://www.apkpi.co.id/standard-bekerja-di-ketinggian-berdasarkan-permenaker-no-
9-tahun-2016/
http://tecsindonesia.co.id/in/index.php/article/86-materi-mengenai-pengertian-tujuan-
dan-pentingnya-p3k
https://upp.ac.id/blog/pengertian-p3k
https://hellosehat.com/hidup-sehat/pertolongan-pertama/isi-kotak-p3k/
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :
Per.15/Men/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di
Tempat Kerja.
Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
GLOSARIUM
K3LH : Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup
PAK : Penyakit Akibat Kerja
SDM : Sumber Daya Manusia
Budaya Kerja : Hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang dikembangkan dalam
suatu organisasi, guna menyelaraskan sikap, perilaku, dan
aktivitas yang berlangsung dalam suatu organisasi (lingkungan
kerja), agar terjadi suasana yang mengakar (positif) dalam
lingkungan kerja tersebut.
Repetisi : Pengulangan / kegiatan yang dilakukan berulang kali
OSHA : Occupational Safety and Health Administration
SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
MSDS : Material Safety Data Sheet
APD : Alat Pelindung Diri
JHA : Job Hazard Analysis
JSA : Job Safety Analysis
GPAB : Gangguan Pendengaran Akibat Bising
5R : Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin
Semrawut : Tidak teratur / acak – acakan
Scaffolding : Perancah (suatu struktur sementara yang digunakan untuk
menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau
perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya)
P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Asesmen non kognitif ditujukan untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi
emosional peserta didik. Asesmen non kognitif lebih mengutamakan pada
kesejahteraan psikologi dan sosial emosi peserta didik.
Asesmen diagnosis non kognitif di awal pembelajaran diberikan pada
siswa untuk mengetahui:
1. Kesejahteraan psikologi dan emosional siswa.
2. Kondisi keluarga siswa.
3. Pergaulan dan pertemanan siswa.
4. Gaya belajar siswa.
Nama Siswa :
Kelas :
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda ceklis pada salah satu jawaban yg menurut anda paling sesuai dengan
keadaan anda untuk setiap pernyataan yg diberikan!