Anda di halaman 1dari 53

Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan

Teknologi Badan Penelitian dan


Pengembangan dan Perbukuan Pusat
Asesmen dan Pembelajaran

Elemen :
Orientasi Dasar Teknik Jaringan
Komputer Dan Telekomunikasi

SMK KELAS X
Kompetensi Keahlian Ahmad Bukhari, S.Pd.
Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi
1 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

INFORMASI UMUM PERANGKAT AJAR DASAR – DASAR TEKNIK JARINGAN


KOMPUTER DAN TELEKOMUNIKASI

Identitas
Nama Penyusun : Ahmad Bukhari, S.Pd.
Instansi : SMKS Said Naum
Jenjang/Kelas : SMK / X
Mapel : Dasar – dasar Program Keahlian Teknik Jaringan
Komputer dan Telekomunikasi
Alokasi Waktu : 18 JP (3 Pertemuan)
Jumlah Peserta Didik : 36
Fase :E
Kode :
Moda : PJJ Daring/Paduan antara tatap muka dan PJJ
(Blended)

Profil Pelajar Pancasila yang Berkaitan


PROFIL PELAJAR
KEGIATAN PRAKTIK INTI
PPANCASILA
Diskusi Mandiri Mengemukakan ide pada
saat diskusi.
Presentasi Kreatif Membuat presentasi hasil
diskusi
Observasi, Diskusi Berfikir Kritis a. Mencari Informasi yang
dapat diperoleh dari
internet
b. Membedakan kalimat
yang bernilai benar dan
salah
Diskusi, Presentasi Bergotong Royong Siswa bersama kelompok
secara sukarela melakukan
kegiatan penyelesaian
tugas dapat dikerjakan dan
berjalan lancar, mudah dan
ringan. Masing-masing
siswa dapat dengan mudah
berkolaborasi, saling peduli
dan berbagi.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


2 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain:
praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur
dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin), termasuk pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi dan prosedur
kerja di tempat tinggi (pemanjatan).

Tujuan Pembelajaran
TP 17 Peserta didik mampu menjelaskan K3LH dan budaya kerja industri
TP 18 Peserta didik mampu menentukan tujuan K3LH dan budaya kerja industri
TP 19 Peserta didik mampu menjelaskan pengertian praktik - praktik kerja yang
aman
TP 20 Peserta didik mampu mengidentifikasi bahaya - bahaya di tempat kerja
TP 21 Peserta didik mampu menjelaskan prosedur - prosedur dalam keadaan
darurat
TP 22 Peserta didik mampu menerapkan budaya kerja industri (5R)
TP 23 Peserta didik mampu menjelaskan prosedur pencegahan kecelakaan kerja
di tempat tinggi / pemanjatan
TP 24 Peserta didik mampu menjelaskan P3K
TP 25 Peserta didik mampu mengidentifikasi jenis obat - obatan P3K
TP 26 Peserta didik mampu menjelaskan APD (Alat Pelindung Diri)

Pertanyaan Pemantik
Apakah Anda mengetahui K3LH dan Budaya Kerja ?

Sarana Prasarana
Bahan : Modul Ajar dan Video Tutorial
Alat : Laptop/Komputer, HP, dan Jaringan Internet
Media Aplikasi : Whatsapp, Google Classroom, Virtual
Meeting dan Website
Lingkungan Belajar yang dimodifikasi : -
Sarana dan Prasarana Alternatif : Full Body Hernes, P3K, Pelindung Mata,
Tangan, dan Kepala Serta gelang statis
Perkiraan Biaya : Sarana & Prasarana Alternatif + Biaya yang
dikeluarkan Siswa
: Rp. 850.000 + Rp. 50.000
: Rp. 850.000,-

Karakter Peserta Didik


Peserta Didik Reguler/tipikal

Target Peserta Didik


Menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang
aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat,

Ahmad Bukhari, S.Pd.


3 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), termasuk
pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi dan prosedur kerja di tempat tinggi
(pemanjatan).

Kata Kunci
K3LH, Budaya Kerja Industri, 5R, Pencegahan Kecelakaan Kerja, Prosedur Kerja di
Tempat Tinggi, Alat Pelindung Diri (APD), P3K

Materi Ajar
K3LH dan budaya kerja industry, tujuan K3LH dan budaya kerja industry, pengertian
praktik - praktik kerja yang aman, bahaya - bahaya di tempat kerja, prosedur -
prosedur dalam keadaan darurat, 5R, prosedur pencegahan kecelakaan kerja di
tempat tinggi / pemanjatan, Alat Pelindung Diri (APD), P3K, jenis Obat – Obatan
P3K.

Kegiatan Pembelajaran Utama


Pengaturan siswa (Individu,Berkelompok) Metode (Diskusi, Presentasi,
Demonstrasi).

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


LANGKAH PEMBELAJARAN
PERTEMUAN 1
KEGIATAN AWAL
1. Memberi Salam 20 menit
2. Guru meminta peserta didik memimpin doa
3. Guru mengabsen, memeriksa kerapian berpakaian, kebersihan
kelas.
4. Guru menyampaikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran
yang akan dicapai
5. Guru memberikan penjelasan tentang tahapan kegiatan
pembelajaran
6. Guru melakukan apersepsi
7. Guru memberikan pertanyaan arahan (Guide Questions) :
a. Seberapa tahukah kita tentang K3LH dan Budaya Kerja ?
b. Apa manfaat dan fungsi belajar K3LH dan Budaya Kerja?
c. Seberapa tahukah kita tentang pentingnya K3LH dan Budaya
Kerja?
8. Guru memberi motivasi kepada peserta didik

KEGIATAN INTI
A. Orientasi peserta didik pada masalah 235
1. Guru memberikan kepada peserta didik sebuah gambaran menit
atau deskripsi tentang K3LH dan budaya kerja industry, tujuan

Ahmad Bukhari, S.Pd.


4 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

K3LH dan budaya kerja industry, pengertian praktik - praktik


kerja yang aman, bahaya - bahaya di tempat kerja, prosedur -
prosedur dalam keadaan darurat disertai juga mengajak
siswa untuk Tanya jawab terkait K3LH dan budaya kerja
industry, tujuan K3LH dan budaya kerja industry, pengertian
praktik - praktik kerja yang aman, bahaya - bahaya di tempat
kerja, prosedur - prosedur dalam keadaan darurat.
2. Peserta didik mendengarkan kalimat yang diutarakan oleh
guru.
3. Peserta didik diminta memberikan tanggapan dan pendapat
terhadap pertanyaan-pertanyaan guru.
4. Guru menugaskan peserta didik agar membentuk kelompok,
tiap kelompok terdiri maksimal 4 orang. Guru membagikan
lembar kerja secara berkelompok yang berisi permasalahan
yang ditetapkan dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dan tugas membuat ringkasan materi untuk dipresentasikan.
Guru membuka akses koneksi internet untuk peserta didik.
5. Peserta didik segera membentuk kelompok sesuai instruksi
dan dalam kelompok masing-masing siswa membaca dan
mengamati aktivitas pembelajaran yang diberikan. Peserta
didik melakukan eksplorasi melalui internet untuk mencari dan
menemukan referensi pendukung.
6. Guru memberikan kesempatan peserta didik bertanya dengan
menanyakan bagian yang belum dipahami pada LKPD
7. Peserta didik bertanya tentang bagian yang belum dipahami.

B. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar


1. Guru memastikan setiap anggota memahami tugas yang ahrus
diselesaikan secara kelompok dengan mandiri, bergotong-
royong, bernalar kritis dan kreatif .
2. Peserta didik dalam kelompok dengan musyawarah mufakat
mennetukan tugas masing-masing anggota kelompok.

C. Membimbing penyelidikan peserta didik secara mandiri


maupun kelompok
1. Guru memantau perkembangan penyelesaian tugas oleh
kelompok peserta didik selama pengerjaan masalah
(penyelidikan) sampai masing-masing kelompok mampu
menyelsaikan tugasnya dengan mandiri, bergotongroyong,
bernalar kritis dan kreatif
2. Peserta didik dapat menunjukan kemandirian dan bergotong
royong dalam mencari sumber-sumber informasi terkait,
bernalar kritis dalam berdiskusi atas kajian berbagai referensi

Ahmad Bukhari, S.Pd.


5 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

yang ditemukan, serta kreatif dalam menyusun bahan


presentasi.
3. Kelompok menentukan atau memutuskan opsi jawaban yang
dianggap paling sesuai dan memliki referensi pendukung
dianggap paling rasional melalui musyawarah mufakat.
4. Hasil dikumpulkan

D. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya


1. Guru menilai hasil sajian setiap kelompok dan melakukan
penyamaan persepsi dengan melakukan tanya jawab kepada
beberapa peserta didik
2. Kelompok menyajikan hasil diskusi dan jawaban beserta
argumen pendukung yang mendasari jawaban.

KEGIATAN PENUTUP
1. Peserta didik bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil 15 menit
pembelajaran
2. Refleksi
3. Melanjutkan Aktivitas selanjutnya

PERTEMUAN 2
KEGIATAN AWAL
1. Memberi Salam 20 menit
2. Guru meminta peserta didik memimpin doa
3. Guru mengabsen, memeriksa kerapian berpakaian, kebersihan
kelas.
4. Guru menyampaikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran
yang akan dicapai
5. Guru memberikan penjelasan tentang tahapan kegiatan
pembelajaran
6. Guru melakukan apersepsi
7. Guru memberikan pertanyaan arahan (Guide Questions) :
a. Seberapa tahukah kita tentang Budaya 5R dan Alat Pelindung
Diri (APD) ?
b. Apa manfaat dan fungsi belajar Budaya 5R dan Alat Pelindung
Diri (APD) ?
c. Seberapa tahukah kita tentang pentingnya Budaya 5R dan
Alat Pelindung Diri (APD) ?
d. Guru memberi motivasi kepada peserta didik

KEGIATAN INTI
A. Orientasi peserta didik pada masalah 235

Ahmad Bukhari, S.Pd.


6 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

1. Guru memberikan kepada peserta didik sebuah gambaran menit


atau deskripsi tentang budaya kerja industri (5R), prosedur
pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi / pemanjatan,
dan Alat Pelindung Diri (APD) disertai juga mengajak siswa
untuk Tanya jawab terkait budaya kerja industri (5R),
prosedur pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi /
pemanjatan, dan Alat Pelindung Diri (APD).
2. Peserta didik mendengarkan kalimat yang diutarakan oleh
guru.
3. Peserta didik diminta memberikan tanggapan dan pendapat
terhadap pertanyaan-pertanyaan guru.
4. Guru menugaskan peserta didik agar membentuk kelompok,
tiap kelompok terdiri maksimal 4 orang. Guru membagikan
lembar kerja secara berkelompok yang berisi permasalahan
yang ditetapkan dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dan tugas membuat ringkasan materi untuk dipresentasikan.
Guru membuka akses koneksi internet untuk peserta didik.
5. Peserta didik segera membentuk kelompok sesuai instruksi
dan dalam kelompok masing-masing siswa membaca dan
mengamati aktivitas pembelajaran yang diberikan. Peserta
didik melakukan eksplorasi melalui internet untuk mencari dan
menemukan referensi pendukung.
6. Guru memberikan kesempatan peserta didik bertanya dengan
menanyakan bagian yang belum dipahami pada LKPD
7. Peserta didik bertanya tentang bagian yang belum dipahami.

B. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar


1. Guru memastikan setiap anggota memahami tugas yang ahrus
diselesaikan secara kelompok dengan mandiri, bergotong-
royong, bernalar kritis dan kreatif .
2. Peserta didik dalam kelompok dengan musyawarah mufakat
mennetukan tugas masing-masing anggota kelompok.

C. Membimbing penyelidikan peserta didik secara mandiri


maupun kelompok
1. Guru memantau perkembangan penyelesaian tugas oleh
kelompok peserta didik selama pengerjaan masalah
(penyelidikan) sampai masing-masing kelompok mampu
menyelsaikan tugasnya dengan mandiri, bergotongroyong,
bernalar kritis dan kreatif
2. Peserta didik dapat menunjukan kemandirian dan bergotong
royong dalam mencari sumber-sumber informasi terkait,
bernalar kritis dalam berdiskusi atas kajian berbagai referensi

Ahmad Bukhari, S.Pd.


7 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

yang ditemukan, serta kreatif dalam menyusun bahan


presentasi.
3. Kelompok menentukan atau memutuskan opsi jawaban yang
dianggap paling sesuai dan memliki referensi pendukung
dianggap paling rasional melalui musyawarah mufakat.
4. Hasil dikumpulkan

D. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya


1. Guru menilai hasil sajian setiap kelompok dan melakukan
penyamaan persepsi dengan melakukan tanya jawab kepada
beberapa peserta didik
2. Kelompok menyajikan hasil diskusi dan jawaban beserta
argumen pendukung yang mendasari jawaban.

KEGIATAN PENUTUP
1. Peserta didik bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil 15 menit
pembelajaran
2. Refleksi
3. Melanjutkan Aktivitas selanjutnya

PERTEMUAN 3
KEGIATAN AWAL
1. Memberi Salam 20 menit
2. Guru meminta peserta didik memimpin doa
3. Guru mengabsen, memeriksa kerapian berpakaian, kebersihan
kelas.
4. Guru menyampaikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran
yang akan dicapai
5. Guru memberikan penjelasan tentang tahapan kegiatan
pembelajaran
6. Guru melakukan apersepsi
7. Guru memberikan pertanyaan arahan (Guide Questions) :
a. Seberapa tahukah kita tentang P3K ?
b. Apa manfaat dan fungsi belajar P3K ?
c. Seberapa tahukah kita tentang pentingnya P3K ?
8. Guru memberi motivasi kepada peserta didik

KEGIATAN INTI
A. Orientasi peserta didik pada masalah 235
1. Guru memberikan kepada peserta didik sebuah gambaran menit
atau deskripsi tentang P3K dan Jenis Obat – Obatan P3K
disertai juga mengajak siswa untuk Tanya jawab terkait
P3K dan Jenis Obat – Obatan P3K.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


8 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

2. Peserta didik mendengarkan kalimat yang diutarakan oleh


guru.
3. Peserta didik diminta memberikan tanggapan dan pendapat
terhadap pertanyaan-pertanyaan guru.
4. Guru menugaskan peserta didik agar membentuk kelompok,
tiap kelompok terdiri maksimal 4 orang. Guru membagikan
lembar kerja secara berkelompok yang berisi permasalahan
yang ditetapkan dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dan tugas membuat ringkasan materi untuk dipresentasikan.
Guru membuka akses koneksi internet untuk peserta didik.
5. Peserta didik segera membentuk kelompok sesuai instruksi
dan dalam kelompok masing-masing siswa membaca dan
mengamati aktivitas pembelajaran yang diberikan. Peserta
didik melakukan eksplorasi melalui internet untuk mencari dan
menemukan referensi pendukung.
6. Guru memberikan kesempatan peserta didik bertanya dengan
menanyakan bagian yang belum dipahami pada LKPD
7. Peserta didik bertanya tentang bagian yang belum dipahami.

B. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar


1. Guru memastikan setiap anggota memahami tugas yang ahrus
diselesaikan secara kelompok dengan mandiri, bergotong-
royong, bernalar kritis dan kreatif .
2. Peserta didik dalam kelompok dengan musyawarah mufakat
mennetukan tugas masing-masing anggota kelompok.

C. Membimbing penyelidikan peserta didik secara mandiri


maupun kelompok
1. Guru memantau perkembangan penyelesaian tugas oleh
kelompok peserta didik selama pengerjaan masalah
(penyelidikan) sampai masing-masing kelompok mampu
menyelsaikan tugasnya dengan mandiri, bergotongroyong,
bernalar kritis dan kreatif
2. Peserta didik dapat menunjukan kemandirian dan bergotong
royong dalam mencari sumber-sumber informasi terkait,
bernalar kritis dalam berdiskusi atas kajian berbagai referensi
yang ditemukan, serta kreatif dalam menyusun bahan
presentasi.
3. Kelompok menentukan atau memutuskan opsi jawaban yang
dianggap paling sesuai dan memliki referensi pendukung
dianggap paling rasional melalui musyawarah mufakat.
4. Hasil dikumpulkan

Ahmad Bukhari, S.Pd.


9 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

D. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya


1. Guru menilai hasil sajian setiap kelompok dan melakukan
penyamaan persepsi dengan melakukan tanya jawab kepada
beberapa peserta didik
2. Kelompok menyajikan hasil diskusi dan jawaban beserta
argumen pendukung yang mendasari jawaban.

KEGIATAN PENUTUP
1. Peserta didik bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil 15 menit
pembelajaran
2. Refleksi
3. Melanjutkan Aktivitas selanjutnya

Asesmen
1. Penilaian (Asesmen individu dan kelompok)
2. Jenis (Performa, tertulis, observasi)

Refleksi Siswa
Aspek Refleksi Peserta DIdik
Perasaan dalam belajar Apa yang menyenangkan dalam kegiatan
pembelajaran hari ini?
Makna Apakah aktivitas pembelajaran hari ini
bermakna dalam kehidupan saya?
Penguasaan materi Saya dapat menguasai materi pelajaran pada
hari ini
a. Baik
b. Cukup
c. kurang
Keaktifan Apakah saya terlibat aktif dalam pembelajaran
hari ini? Apakah saya menyumbangkan ide
dalam proses pembuatan presentasi?
Gotong Royong Apakah saya dapat bekerjasama dengan teman
1 kelompok?

Refleksi Guru
Refleksi Pendidik
Apakah ada kendala dalam pembelajaran?
Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran?
Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada kegiatan

Ahmad Bukhari, S.Pd.


10 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

pembelajaran?
Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi
dengan baik?
Apa level pencapaian rata-rata siswa dalam kegiatan pembelajaran ini?

Daftar Pustaka :
https://www.pengelasan.net/k3lh/
https://www.gramedia.com/best-seller/budaya-kerja/#Definisi_budaya_kerja
https://safetysign.co.id/news/365/6-Langkah-Identifikasi-Bahaya-dan-Penilaian-
Risiko-Sesuai-Standar-OSHA
https://media.neliti.com/media/publications/17892-ID-implementasi-budaya-5-r-
sebagai-budaya-kerja-di-pktn.pdf
http://www.pa-purwodadi.go.id/index.php/26-halaman-depan/artikel/271-
implementasi-budaya-kerja-5r-ringkas-rapi-resik-rawat-rajin-dalam-persiapan-
persidangan-di-pengadilan-agama-purwodadi-2
https://andromeda.id/kerja-ketinggian/
https://www.apkpi.co.id/standard-bekerja-di-ketinggian-berdasarkan-permenaker-no-
9-tahun-2016/
http://tecsindonesia.co.id/in/index.php/article/86-materi-mengenai-pengertian-tujuan-
dan-pentingnya-p3k
https://upp.ac.id/blog/pengertian-p3k
https://hellosehat.com/hidup-sehat/pertolongan-pertama/isi-kotak-p3k/
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :
Per.15/Men/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di
Tempat Kerja.
Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Ahmad Bukhari, S.Pd.


11 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Lembar Kerja Peserta Didik

Kegiatan 1 :
a. Petunjuk Kerja :
- Buat kelompok yang terdiri dari 3-4 orang
- Siapkan software untuk presentasi

b. Soal :
Buatlah sebuah pemaparan tentang K3LH dan Budaya Kerja yang
diterapkan oleh industri pada bidang Jaringan Komputer dan
Telekomunikasi, pengertian praktik - praktik kerja yang aman, bahaya -
bahaya di tempat kerja, prosedur - prosedur dalam keadaan darurat.
kemudian dipresentasikan

c. Rubrik Penilaian Presentasi Kelompok

Nama Kelompok :
Waktu Presentasi :
Materi :
Anggota :

Kurang Cukup Baik Sangat Baik


No Kriteria Penilaian
(20-39) 40-59 60-79 80-100
1 Penguasaaan Materi
Alat Peraga &
2
Presentasi
Kekompakan
3
Pembagaian Kerja
4 Pernyampaian

Tes Formatif
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang K3LH ! (skor 20)
2. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Budaya Kerja ! (skor 20)
3. Sebutkan bahaya – bahaya di tempat kerja bidang jaringan komputer dan
telekomunikasi ! (skor 20)
4. Jelaskan contoh budaya kerja di PT. Telekomunikasi Indonesia ! (20)
5. Jelaskan prosedur – prosedur dalam keadaan bahaya! (20)

Kegiatan 2 :
a. Petunjuk Kerja :
- Buat kelompok yang terdiri dari 3-4 orang
- Siapkan software untuk presentasi

Ahmad Bukhari, S.Pd.


12 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

b. Soal :
Buatlah sebuah pemaparan tentang 5R, prosedur pencegahan kecelakaan
kerja di tempat tinggi / pemanjatan, Alat Pelindung Diri (APD), kemudian
dipresentasikan

c. Rubrik Penilaian Presentasi Kelompok

Nama Kelompok :
Waktu Presentasi :
Materi :
Anggota :

Kurang Cukup Baik Sangat Baik


No Kriteria Penilaian
( 20-39) 40-59 60-79 80-100
1 Penguasaaan Materi
Alat Peraga &
2
Presentasi
Kekompakan
3
Pembagaian Kerja
4 Pernyampaian

Tes Formatif
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang 5R! (skor 20)
2. Jelaskan prosedur pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi ! (skor
20)
3. Sebutkan peralatan-peralatan dalam melakukan pemanjatan! (skor 20)
4. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Alat Pelindung Diri (APD) ! (20)
5. Sebutkan alat pelindung diri dalam melakukan pemanjatan tower BTS !
(20)

Kegiatan 3 :
a. Petunjuk Kerja :
- Buat kelompok yang terdiri dari 3-4 orang
- Siapkan software untuk presentasi

b. Soal :
Buatlah sebuah pemaparan tentang P3K, Jenis Obat – Obatan P3K.
kemudian dipresentasikan

Ahmad Bukhari, S.Pd.


13 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

c. Rubrik Penilaian Presentasi Kelompok

Nama Kelompok :
Waktu Presentasi :
Materi :
Anggota :

Kurang Cukup Baik Sangat Baik


No Kriteria Penilaian
( 20-39) 40-59 60-79 80-100
1 Penguasaaan Materi
Alat Peraga &
2
Presentasi
Kekompakan
3
Pembagaian Kerja
4 Pernyampaian

Tes Formatif
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang P3K ! (skor 20)
2. Jelaskan prosedur pertolongan sesuai kondisi korban ! (skor 20)
3. Sebutkan tujuan P3K ! (20)
4. Sebutkan obat – obatan yang harus ada dalam kotak P3K ! (20)
5. Sebutkan peralatan yang wajib ada dalam kotak P3K ! (20)

Penilaian Sikap

No Aspek yang Dinilai Teknik Waktu Instrumen Penilaian


Penilaian Penilaian
1 a. Spiritual Pengamatan Proses Lembar
b. Jujur pembelajaran pengamatan/penilaian
c. Disiplin
d. Tanggung jawab
e. Kreatif
f. Teliti
g. Cermat
h. Santun

Ahmad Bukhari, S.Pd.


14 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Lembar penilaian sikap

Tanggung
No Nama Siswa Spiritual Jujur Disiplin Kreatif Teliti Cermat Santun
Jawab
1
2
3
4
5

Referensi Lain :
Video :
1. sijay elsyakir youtube channel : https://www.youtube.com/watch?v=usDV8yx_CU0
2. SolusindoSBY youtube channel : https://www.youtube.com/watch?v=Ty03lor9n5k
3. Kacik Denny youtube channel : https://www.youtube.com/watch?v=fNxdlcpcgHU

Pengayaan dan Remidial


 Remedial
1. Membuat Resume dari materi yang sudah dipelajari, kemudian dibuat
poster digital

 Pengayaan
1. Membuat Resume dari materi yang sudah dipelajari, kemudian dibuatkan
video singkat dan Upload pada sosial media.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


15 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan Budaya
Kerja Industri

Ahmad Bukhari, S.Pd.


16 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Materi Pembelajaran Pertemuan 1

A. Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)

K3LH singkatan dari Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup yang
berhubungan dengan keselamatan ketika ia kerja. Para pekerja dan karyawan yang
bekerja di perusahaan besar tentu sudah tidak asing lagi dengan K3LH bukan?
Selain di perusahaan, istilah K3 juga sering dijumpai pada pabrik, rumah sakit, atau
instansi besar lainnya.

Pengertian K3LH
K3LH yaitu mengenai program kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan hidup
suatu instansi atau perusahaan yang memiliki banyak kesehatan kerja atau
karyawan. K3LH juga dapat diartikan sebagai upaya untuk melindungi karyawan
atau tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di
tempat kerja.

Keselamatan untuk ketenagakerjaan tidak hanya tempat kerjanya saja, tetapi proses
produk dapat secara aman dalam memproduksinya. Sehingga tidak membahayakan
kesehatan para pekerja. Tempat yang digunakan untuk bekerja pun bersih, sehat,
aman dan nyaman dimanah mampu meningkatkan semangat ketika bekerja.

Secara keilmuan, K3LH adalah ilmu pengetahuan dan penerapan dalam upaya
mencegah kecelakaan ketika sedang bekerja. K3 juga dapat didefinisikan sebagai
bidang yang berhubungan dengan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan
seseorang yang bekerja pada sebuah perusahaan, instansi maupun proyek.

Secara filosofis, K3LH diartikan sebagai upaya atau pemikiran untuk menjamin
keutuhan dan kemampuan jasmani serta rohani ketika sedang bekerja. Upaya ini
sangat baik untuk tenaga kerja dan masyarakat agar mampu menghasilkan karya
yang bagus dan berkualitas.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


17 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Banyak keuntungan yang didapat dengan hadirnya K3LH dimanah para karyawan
akan lebih aman dalam melakukan pekerjaannya. Keuntungannya yaitu mampu
mencegah terjadinya kecelakaan saat bekerja, terserang penyakit, cacat tetap
hingga kematian.

Keuntungan lain yang didapat yaitu material konstruksi pemakaian dalam kerja
merupakan material yang aman. Adanya K3LH juga mampu meningkatkan
konsiditas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan mencegah terjadinya pemborosan
modal, alat, sumber produksi dan tenaga kerja.

Sejarah K3LH :
Sebenarnya, undang-undang di bidang K3LH sudah ada sejak dulu tepatnya pada
tahun 1970 yaitu UU No., 1 Tahun 1970 pada tanggal 12 Januari 1970. Adanya UU
ini setelah Belanda hadir di Indonesia dan adanya permasalahan keselamatan kerja
di lokasi Indonesia. Sehingga mulai terasa untuk melindungi modal yang ditanam
untuk industri.

Namun kehadiran K3 ini baru dikenal banyak orang pada tahun 2000an. Selama 30
tahun lebih K3 tidak berjalan karena kurangnya kesadaran baik dari pengusaha,
pekerja dan Depnakertrans. Kurangnya kesadaran dari berbagai pihak dikarenakan
memang belum adanya insiden kecelakaan ketika bekerja.

Ciri Ciri K3LH :


1. Memberikan fasilitas kerja seperti seragam dan sepatu keselamatan. Kedua
fasilitas ini untuk dipakai seluruh karyawan atau pekerja yang terlibat dalam
produksi, bengkel dan lapangan.
2. Memasang atribut K3LH di perusahaan atau pabrik. Misalnya membuat
tulisan yang berisi peringatan pekerja agar selalu sadar tentang keselamatan,
kesehatan, dan kebersihan lingkungan perusahaan. Atau bisa juga sebelum
memasuki area produksi, security memeriksa perlengkapan yang dibawa
karyawan.
3. Maksud dari adanya atribut K3LH bertujuan untuk menghindari bahaya atau
kesalahan yang mungkin berakibat fatal. Selain itu, kebersihan lingkungan
perusahaan juga menciptakan suasana yang lebih nyaman, bersih dan sehat.
4. Menerapkan K3LH dalam prosedur dan sistem kerja. Seorang manajemen
dari perusahaan tentu akan mengupayakan atau mengusahakan para
karyawannya sesuai dengan K3LH. Yaitu dengan memberikan petunjuk
tentang K3LH agar pekerja lebih memahami pengertian K3LH dan
menerapkannya.
5. Memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik. Contoh sampah
organik yaitu sampah yang terbuat dari tumbuhan dan kertas. Sedangkan
anorganik seperti sampah plastik.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


18 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Dasar Hukum K3LH :


Dasar Hukum K3LH telah diatur dalam Undang Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Yang diatur dalam UU tersebut adalah segala
tempat kerja baik di darat, tanah, air, permukaan air, dan udara yang berada di
wilayah kekuasaan hukum RI.

Undang Undang K3LH :


Pemerintah telah menetapkan K3LH yang wajib dilaksanakan perusahaan, instansi
dan lembaga. Kegunaannya yaitu untuk meminimalisir kecelakaan di dalam
lingkungan kerja. Undang-undang K3LH terdapat di UU Nomor 1 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja. UU tersebut berisi aturan tentang kewajiban seorang
pimpinan atau pemilik tempat kerja dan tenaga pekerja dalam melaksanakan
keselamatan kerja.

Undang-undang kedua yaitu UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Undang-


undang ini berisi tentang kewajiban perusahaan dalam memeriksakan kesehatan
badan, mental dan kemampuan fisik tenaga kerja yang baru. Undang-undang yang
lain yaitu UU No. 13 Tahun 2003 yang mengatur mengenai segala hal yang
berhubungan dengan ketenagakerjaan.

Tujuan K3LH :
Ada beberapa tujuan adanya K3LH yaitu melindungi karyawan atau tenaga kerja
atas hak keselamatannya, baik ketika sedang melakukan pekerjaannya maupun
meningkatkan produksi dan produktivitas nasional. Tujuan dari K3LH juga untuk
menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. Selain itu,
pemeliharaan sumber produksi pun dapat digunakan dengan aman dan efisien.

Sasaran K3LH :
1. Mencegah ada atau terkena penyakit di tempat kerja.
2. Mencegah terjadinya kecelakaan ketika sedang bekerja.
3. Mencegah terjadinya kematian di tempat kerja.
4. Mengurangi dan mencegah terjadinya cacat tetap atau permanen.
5. Mencegah pemborosan tenaga kerja, alat, modal maupun sumber-sumber
produksi.
6. Mengamankan material konstruksi pemakaian kerja.
7. Meningkatkan konsiditas kerja tanpa adanya pemerasan tenaga kerja dan
menjamin kehidupan yang lebih produktif.
8. Menjamin tempat kerja yang bersih, sehat, aman dan nyaman sehingga
mampu meningkatkan semangat ketika bekerja.

Syarat-Syarat K3LH :
Syarat-syarat K3LH sudah dituangkan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja. Dalam pasal tersebut terdapat 18 syarat penerapan
keselamatan kerja diantaranya sebagai berikut :

Ahmad Bukhari, S.Pd.


19 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja.


2. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
3. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
4. Memberi APD (Alat Pelindung Diri) pada tenaga kerja atau karyawan.
5. Memberi P3K kecelakaan kerja.
6. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
7. Mencegah dan mengendalikan PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan keracunan.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, debu, kotoran,
kelembaban, asap, uap, gas, radiasi, kebisingan dan getaran.
9. Suhu dan kelembapan di lingkungan kerja yang baik.
10. Penerangan yang cukup dan sesuai standar.
11. Menyediakan ventilasi yang cukup di tempat kerja.
12. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan perusahaan.
13. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan manusia, binatang,
tanaman dan barang lainnya.
14. Mengamankan dan memperlancar bongkar muat, perlakuan serta
penyimpanan barang.
15. Menyesuaikan dan menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang resikonya
tinggi.
16. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
17. Keserasian peralatan, lingkungan, tenaga kerja, cara & proses kerja.
18. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

K3LH sangat berguna dan bermanfaat untuk tenaga kerja atau karyawan. Oleh
karena itu, Anda sebagai tenaga kerja harus menanyakan mengenai K3LH oleh
pihak perusahaan. Sehingga dapat dipertanggungjawabkan oleh perusahaan ketika
ada hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

B. Budaya Kerja

Menurut para ahli


Banyak ahli, baik yang berasal dari akademisi, maupun praktisi memberikan definisi
tentang budaya kerja. Di antaranya adalah:

Sulakso (2002) mengemukakan bahwa budaya kerja merupakan the way we are
doing here atau sikap dan perilaku pegawai untuk melaksanakan tugas. Maka dari
itu, setiap proses atau fungsi kerja harus memiliki perbedaan dalam bekerja yang
mengakibatkan munculnya keberagaman nilai-nilai yang sesuai untuk diambil, dalam
rangka kerja organisasi.

Triguno (2003) mengemukakan, bahwa budaya kerja merupakan suatu falsafah


yang berlandaskan pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat,
kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok

Ahmad Bukhari, S.Pd.


20 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

masyarakat atau organisasi, kemudian cerminan tersebut muncul dari sikap menjadi
perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat serta tindakan yang terwujud sebagai
kerja atau bekerja.

Biech mengemukakan bahwa budaya kerja merupakan semua hal yang memiliki arti
proses panjang yang terus menerus disempurnakan dengan tuntutan dan
kemampuan SDM, kemampuan SDM itu sendiri harus sesuai dengan prinsip
pedoman yang diakui.

Mangkunegara (2005) mengemukakan, bahwa budaya kerja merupakan perangkat


asumsi atau sistem keyakinan, nilai, dan norma yang dikembangkan dalam suatu
organisasi yang dapat dijadikan sebagai landasan tingkah laku anggota, untuk
mengatasi masalah adaptasi eksternal maupun integrasi internal.

Dari beberapa pengertian mengenai budaya kerja di atas, kita dapat menarik benang
merah, bahwa budaya kerja, dapat diartikan sebagai hasil cipta, rasa, dan karsa
manusia yang dikembangkan dalam suatu organisasi, guna menyelaraskan sikap,
perilaku, dan aktivitas yang berlangsung dalam suatu organisasi (lingkungan kerja),
agar terjadi suasana yang mengakar (positif) dalam lingkungan kerja tersebut.

Ruang lingkup budaya kerja


Sesuai dengan definisi budaya kerja di atas, berarti budaya kerja memiliki ruang
lingkup terjadinya budaya kerja itu sendiri. Sudah dapat ditebak pula, bahwa budaya
kerja akan terjadi di suatu lingkup yang disebut dengan tempat kerja.

Sebelum era digitalisasi hadir, banyak orang beranggapan bahwa sesuatu yang
disebut sebagai tempat kerja, selalu berupa bangunan permanen, dengan meja
kursi, dengan banyak orang melakukan aktivitas bekerja sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai seorang tenaga kerja. Ruang lingkup ini disebut dengan
ruang lingkup perusahaan konvensional.

Seiring perkembangan industri, guna merespon revolusi industri 4.0, di era


digitalisasi ini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang tidak
menggunakan banyak tenaga kerja, tenaga kerjanya dapat bekerja di mana saja,
teknologi digunakan sebagai pendukung utama aktivitas usahanya. Perusahaan
seperti ini dikenal dengan sebutan startup.

Budaya kerja di perusahaan konvensional


Karena perusahaan konvensional merupakan perusahaan yang yang berfokus pada
penampilan fisik, dan struktur pengorganisasian perusahaan. Maka budaya kerja
yang dibangun pada perusahaan konvensional, setiap sumber daya manusia (SDM)
yang bekerja dalam perusahaan tersebut akan melaporkan pertanggungjawaban
hasil kerjanya, pada SDM yang memiliki jabatan atau kedudukan yang lebih tinggi
daripadanya.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


21 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Sehingga kemapanan instruksinya lebih jelas. Perusahaan konvensional diisi oleh


sumber daya manusia dengan komposisi 30 % merupakan generasi baby boomer,
25% berasal dari Gen X, dan sisanya berasal dari generasi milenial. Perusahaan
konvensional memiliki aturan kerja baku, seperti pemberlakuan jam kerja bagi
sumber daya manusianya, cara berpakaian, sistem penggajian dengan aturan yang
pasti, rutin dan teratur.

Budaya kerja di perusahaan rintisan atau startup


Perusahaan rintisan atau startup merupakan suatu usaha yang memanfaatkan
teknologi digital dalam mencari peluang untuk merespon pasar yang tepat guna.
Perusahaan startup tidak memerlukan sumber daya manusia yang terlalu banyak,
namun dapat menghidupi sumber daya manusia yang banyak.

Hirarki hubungan antara pimpinan dan staf sangat fleksibel, jadi siapapun dapat
melakukan diskusi bersama, saling bertukar ide setiap saat jika diperlukan, dan iklim
kolaboratif sangat kuat menjadi ciri.

Tujuan menghidupkan budaya kerja


Dalam suatu lingkungan tempat kerja, akan selalu melibatkan tenaga kerja. Besar
kecilnya, tergantung dari jenis layanan kerja yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Dapat berupa layanan jasa, perusahaan yang memproduksi suatu barang, atau
suatu layanan jual beli suatu barang. Menghidupkan budaya kerja di lingkungan
kerja memiliki beberapa tujuan, di antaranya adalah.
1. Memberikan pembeda yang jelas antara satu lingkungan kerja dengan
lingkungan kerja yang lain untuk memunculkan ciri khas atau karakteristik
suatu lingkungan kerja.
2. Sebagai bentuk dukungan untuk menyatukan komitmen, agar sesuai dengan
visi dan misi suatu lingkungan kerja, bukan berdasar kepentingan pribadi atau
individu.
3. Agar terjadi keselarasan dalam melaksanakan tugas dan kewenangan dalam
suatu lingkungan kerja.
4. Untuk merekatkan hubungan profesional antara sumber daya manusia yang
satu dengan yang lain.

Jenis-jenis budaya kerja


Setiap lingkungan kerja, memiliki budaya kerja masing-masing sesuai dengan ciri
khas atau karakteristik yang sesuai dengan lingkungan kerja tertentu. Unggul atau
tidaknya budaya kerja yang terbangun dalam suatu lingkungan kerja, merupakan hal
yang relatif, karena lingkungan kerja yang satu dengan yang lain tidak dapat
dibandingkan keunggulannya. Berikut ada beberapa kerangka yang dapat
diterapkan dalam suatu lingkungan kerja tertentu.

1. Budaya hierarki

Ahmad Bukhari, S.Pd.


22 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Budaya hierarki atau sering dikenal dengan hierarchy culture merupakan budaya
yang dibangun berdasar struktur pengorganisasian suatu lingkungan kerja
(perusahaan) yang memiliki sifat kontrol secara vertikal, dari atas ke bawah
(pimpinan kepada staf).

Koordinasi yang dilakukan bersifat instruktif dilakukan oleh atasan. Lingkungan kerja
ini menggunakan prosedur kelembagaan yang bersifat formal dan cenderung kaku.
Budaya hierarki lekat diterapkan di lingkungan militer.

2. Budaya pasar
Budaya pasar atau market culture dibangun berdasarkan dinamika kompetisi serta
kecenderungan yang muncul saat ini. Fokus budaya pasar berorientasi pada posisi
teratas dalam penjualan, dengan pemimpin perusahaan yang tangguh dan selalu
mengharapkan hasil yang baik.

Capaian yang diinginkan perusahaan ini adalah pangsa pasar, jumlah produk yang
terjual dan keuntungan yang tinggi, sehingga dapat menjadi perusahaan yang nomor
satu dalam bidangnya. Budaya pasar sangat pas diterapkan oleh perusahaan
berskala multinasional yang memiliki ribuan sumber daya manusia yang tersebar di
berbagai negara maupun benua.

3. Budaya adhokrasi
Budaya adhokrasi sangat cocok untuk merespon revolusi industri 4.0. Perusahaan
jenis ini akan terus berinovasi dan akan saling berkompetisi untuk membuat
perbaikan struktur hidup manusia di masa mendatang. Budaya adhokrasi
mengedepankan semangat kolaborasi antara sumber daya manusia yang terlibat,
dari atasan hingga staf.

Perusahaan jenis ini akan mendorong sumber daya manusianya untuk selalu
berpikir kreatif dengan menghadirkan ide-ide segar untuk mewujudkan inovasi baru
bagi perusahaan. Budaya seperti ini banyak terjadi pada perusahaan startup hingga
perusahaan selevel unicorn.

4. Budaya kekerabatan
Budaya kekerabatan sering disebut sebagai clan culture, sangat menjunjung tinggi
budaya kolaborasi. Masing-masing sumber daya manusia memiliki posisi yang sama
dan menumbuhkan semangat menjadi bagian dari suatu keluarga besar yang
dinamis, aktif, dan satu dengan yang lain saling memiliki keterkaitan.

Pengorgansasian yang berjalan bersifat terikat oleh komitmen dan tradisi, pimpinan
juga sebagai mentor. Nilai keutamaan yang dihidupi adalah kerjasama dalam tim,
komunikasi, dan konsensus. Budaya kekerabatan ini cocok diterapkan pada
lingkungan kerja yang memiliki sumber daya manusia dengan jumlah tidak lebih dari
lima puluh orang.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


23 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Cara membangun budaya kerja yang positif


Budaya kerja dibangun dan dihidupi oleh suatu lingkungan kerja, agar lingkungan
kerja tersebut memiliki tatanan yang jelas, rapi, teratur dan terstruktur. Seluruh
pembiasaan yang di repetisi diharapkan dapat memperoleh capaian yang baik bagi
suatu lingkungan kerja, menurut perspektif yang terbentuk dalam lingkungan kerja
tersebut. Lalu, bagaimana cara membangun budaya kerja yang positif ini dalam
perusahaan? Simak terus ulasan berikut ini.

1. Menentukan nilai perusahaan sedini mungkin


Ketika membangun sebuah perusahaan, seorang pengusaha harus dapat
menentukan nilai dasar yang akan dibawa oleh suatu perusahaan. Hal ini penting
dilakukan oleh perusahaan, agar perusahaan dan sumber daya manusia yang ada
didalamnya memiliki arah dan tujuan sesuai dengan apa yang ingin dicapai
bersama.

Beberapa nilai yang dapat memberikan kontribusi pada perusahaan agar budaya
kerjanya tumbuh dengan baik adalah nilai keberagaman, kolaborasi, inovasi,
kelincahan, fokus pada pelanggan, integritas dan selalu memberi apresiasi terhadap
sumber daya manusia yang turut berproses bersama perusahaan ini.

2. Mempekerjaan sumber daya manusia yang tepat


Dalam merekrut kandidat sumber daya manusia, bagian perekrutan sumber daya
manusia, harus selektif dalam memilih kandidat. Kandidat yang benar-benar sesuai
dengan budaya sebuah perusahaan, itulah yang akan dipilih.

Proses penyaringan kandidat sumber daya manusia menjadi bagian yang sangat
penting dalam pengadaan sumber daya manusia, untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan yang kemampuannya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan
tersebut.

Cara bersikap seorang kandidat, dalam menghidupi nilai-nilai yang terkandung


dalam suatu perusahaan, juga menjadi penilaian tersendiri bagi perekrut, untuk
menentukan kandidat tersebut layak diterima atau tidak.

Namun demikian, kita perlu mengingat, bahwa membangun budaya kerja dalam
suatu perusahaan bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab bagian sumber
daya manusia, tetapi menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh sumber daya
manusia yang tergabung dalam perusahaan tersebut.

3. Membiasakan berlaku positif dalam lingkungan kerja


Untuk membangun budaya perusahaan yang baik, pengusaha harus memulainya
dengan mendorong perilaku positif di tempat kerja setiap hari. Mulai dari cara
sederhana seperti menunjukkan keramahan, tersenyum, menunjukkan rasa terima

Ahmad Bukhari, S.Pd.


24 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

kasih, hingga menerapkan komunikasi positif sebagai dasar membangun hubungan


antar karyawan.

4. Menjadi bagian dari orang lain


Berusaha menjadi pendengar yang baik merupakan hal positif yang dapat dijadikan
pembiasaan positif oleh seorang pengusaha. Mulai dari mendengar, menganalisa,
mengelola peristiwa, kemudian menyimpulkan, setelah itu baru tindakan, merupakan
hal bijak yang dimiliki oleh seorang pimpinan dalam suatu lingkungan kerja.

Memberikan umpan balik dan memberi apresiasi terhadap ide yang muncul dari staf,
menjadi iklim kerja yang nyaman, sehingga budaya yang muncul selalu menunjuk
pada capaian yang positif, sehingga bila ada permasalahan, akan dapat segera
ditangani, dan evaluasinya dilakukan dengan cara saling melibatkan.

Kondisi ini, secara alami akan menumbuhkan inisiatif dari sumber daya manusianya,
dan mereka secara bersama dapat bertumbuh, selaras dengan kemajuan
perusahaan, karena semua merasa menjadi bagian.

5. Membangun kesadaran sebagai tim kerja


Menjaga diri, menjaga teman, dan menjaga lingkungan, dapat digunakan sebagai
kerangka dalam membangun budaya kerja yang positif. Kerangka ini dipergunakan
agar masing masing sumber daya manusia memiliki kesadaran secara alami
sebagai bagian dari sebuah tim kerja, yang saling melengkapi, membantu satu sama
lain, untuk satu tujuan bersama, yaitu kemajuan perusahaan ke arah yang
diinginkan.

Beberapa penjelasan di atas, kita semakin memahami, betapa pentingnya budaya


kerja yang baik di suatu lingkungan kerja, meski sebenarnya, setiap lingkungan kerja
berkeinginan menerapkan budaya kerja untuk suatu tujuan yang positif.

Pentingnya membangun budaya kerja di lingkungan kerja, tidak boleh diremehkan,


karena lingkungan kerja yang baik dan sehat, akan menciptakan kepuasan,
kenyamanan, dan kebahagiaan bagi seluruh sumber daya manusia yang terlibat di
dalamnya, sehingga perusahaan akan memiliki keuntungan tersendiri jika budaya
kerja ini diterapkan.

Tingkat kepuasan dan kebahagiaan sumber tenaga kerja yang terlibat di dalamnya,
akan menghasilkan kinerja yang berkualitas, dan meminimalkan tindakan-tindakan
negatif yang berpotensi merugikan perusahaan, seperti dijelek-jelekkan, pencurian,
dan penghancuran properti perusahaan.

Tingkat kepuasan yang baik dari sumber daya manusia yang terlibat, akan
menjadikan sumber daya manusia bertindak sebagai brand ambassador bagi
lingkungan kerja yang menaunginya

Ahmad Bukhari, S.Pd.


25 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Budaya kerja yang positif merupakan salah satu penyebab perusahaan memiliki
reputasi yang baik, selain jenjang karir dan keuntungan lain yang diperoleh oleh
sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Maka dari itu, budaya kerja dapat
terbangun dengan baik jika melakukan repetisi terus menerus. Hal ini memerlukan
kerjasama dari seluruh sumber daya manusia yang terlibat.

C. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Salah satu "penyebab utama" kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja adalah
kegagalan untuk mengidentifikasi atau mengenali bahaya yang ada, atau bahaya
yang sebenarnya dapat dicegah di tempat kerja.─ Occupational Safety and Health
Administration (OSHA)

Menurut OSHA, unsur penting dalam setiap program keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) yang efektif adalah melaksanakan identifikasi bahaya dan penilaian risiko
yang proaktif dan berkelanjutan.
Identifikasi bahaya dan penilaian risiko merupakan salah satu tahap perencanaan
dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang
diwajibkan dalam standar ISO 45001:2018 maupun standar PP No.50 Tahun 2012
terkait SMK3.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


26 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Identifikasi bahaya adalah upaya untuk mengetahui, mengenal, dan


memperkirakan adanya bahaya pada suatu sistem, seperti peralatan, tempat kerja,
proses kerja, prosedur, dll.

Penilaian risiko adalah proses penilaian suatu risiko dengan membandingkan


tingkat/kriteria risiko yang telah ditetapkan untuk menentukan prioritas pengendalian
bahaya yang sudah diidentifikasi.

Sesuai ISO 45001:2018, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan pengurus
dan pekerja dalam melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko di tempat
kerja, di antaranya:
1. Aktivitas rutin dan non-rutin di tempat kerja
2. Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat kerja termasuk kontraktor,
pemasok, pengunjung, dan tamu
3. Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya
4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja
5. Bahaya yang timbul di tempat kerja, meliputi:
o Infrastruktur, peralatan dan material, baik yang disediakan perusahaan
maupun pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan
o Perubahan pada organisasi, aktivitas atau material yang digunakan
o Perubahan pada sistem manajemen K3 termasuk perubahan yang
bersifat sementara dan berdampak terhadap operasi, proses, dan
aktivitas kerja
o Kewajiban perundangan-undangan terkait penilaian risiko dan tindakan
pengendalian
o Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur
operasional, dan organisasi kerja.
Beberapa bahaya, seperti tata graha dan bahaya tersandung, harus segera
dilakukan tindakan pengendalian ketika bahaya ditemukan. Tindakan pengendalian
ini bertujuan untuk meminimalkan bahaya dan risiko di tempat kerja, serta
memastikan keselamatan dan kesehatan semua orang yang terlibat dalam kegiatan
organisasi.

KATEGORI A KATEGORI B KATEGORI C KATEGORI D

Potensi bahaya Potensi bahaya


Risiko terhadap
Potensi bahaya yang yang yang
kesejahteraan atau
menimbulkan risiko menimbulkan menimbulkan
kesehatan sehari-
jangka panjang pada risiko langsung risiko pribadi
hari.
kesehatan. pada dan psikologis.
keselamatan.
 Bahaya kimia (debu,  Kebakaran  Air Minum  Pelecehan,
uap, gas, asap) Listrik  Toilet dan termasuk

Ahmad Bukhari, S.Pd.


27 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

 Bahaya biologis  Potensi fasilitas mencuci intimidasi


(penyakit dan bahaya  Ruang makan dan
gangguan oleh virus, mekanik (tidak atau kantin pelecehan
bakteri, binatang dsb.) adanya  P3K di tempat seksual
 Bahaya fisik pelindung kerja  Terinfeksi
(kebisingan, mesin)  Transportasi HIV/AIDS
penerangan, getaran,  Tata graha/  Kekerasan
iklim kerja, terpeleset, housekeeping di tempat
tersandung, dan (penataan dan kerja
jatuh) perawatan  Stres
 Bahaya ergonomi buruk pada  Narkoba di
(posisi duduk, peralatan dan tempat kerja
pekerjaan berulang- lingkungan
ulang, jam kerja yang kerja)
lama)
 Potensi bahaya
lingkungan yang
diakibatkan oleh
polusi/limbah yang
dihasilkan
perusahaan.
Potensi bahaya didasarkan pada dampaknya terhadap pekerja
Sumber: ilo.org

6 Langkah Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Sesuai Standar OSHA


Sistem manajemen K3 yang baik tidak hanya melihat salah satu bahaya dan
pengendalian saja, tapi membuat sebuah sistem atau prosedur yang tepat yang
memungkinkan semua bahaya dan risiko di tempat kerja teridentifikasi dan
pengendaliannya dilaksanakan secara berkelanjutan.
Berikut langkah-langkah identifikasi bahaya dan penilaian risiko berdasarkan standar
OSHA, di antaranya:

1. Kumpulkan semua informasi mengenai bahaya yang ada di tempat kerja


Kumpulkan, atur, dan tinjau segala informasi tentang bahaya di tempat kerja untuk
menentukan potensi bahaya yang mungkin ada atau kemungkinan pekerja terpapar
atau berpotensi terpapar bahaya tersebut.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


28 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Informasi terkait bahaya yang tersedia di tempat kerja biasanya meliputi:


 Panduan manual pengoperasian mesin dan peralatan
 Material Safety Data Sheet (MSDS) yang disediakan oleh produsen bahan
kimia
 Laporan inspeksi langsung di lapangan dan laporan inspeksi dari lembaga
pemerintah atau tim audit
 Catatan kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebelumnya, serta laporan
investigasi kecelakaan kerja
 Catatan dan laporan kompensasi pekerja yang mengalami kecelakaan atau
terkena penyakit akibat kerja
 Pola kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang sering terjadi
 Hasil pemantauan terkait paparan, penilaian kebersihan industri (industrial
hygiene), dan rekam medis pekerja
 Program K3 yang ada mencakup lockout/tagout, ruang terbatas, proses
manajemen keselamatan, alat pelindung diri (APD) dll.
 Saran dan masukan dari pekerja, termasuk survei atau notulen pada
pertemuan komite K3
 Hasil analisis Job Hazard Analysis (JHA), juga dikenal sebagai Job Safety
Analysis (JSA).

2. Lakukan inspeksi secara langsung untuk menemukan potensi bahaya yang


ada di tempat kerja
Kemungkinan besar bahaya akan muncul seiring dengan adanya perubahan
area/proses kerja, mesin atau peralatan tidak memadai, pengabaian tindakan
pemeliharaan/perbaikan, atau tata graha yang tidak terlaksana dengan baik.
Meluangkan waktu untuk memeriksa area kerja secara langsung dan berkala dapat
membantu Anda mengidentifikasi adanya bahaya baru atau bahaya yang timbul
berulang kali, untuk segera dilakukan pengendalian sebelum terjadi kecelakaan
kerja.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


29 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

 Lakukan inspeksi rutin terhadap semua operasi kerja, peralatan, area kerja,
dan segala fasilitas yang terdapat di area kerja
 Libatkan pekerja untuk ikut berpartisipasi dalam inspeksi dan lakukan diskusi
dengan para pekerja tentang bahaya apa saja yang mereka temukan di
tempat kerja atau yang mereka laporkan
 Dokumentasikan setiap inspeksi yang dilakukan untuk mempermudah
verifikasi bahaya yang sudah dikendalikan atau diperbaiki. Hasil dokumentasi
dapat berupa form, foto atau video pada area kerja yang terdapat potensi
bahaya
 Inspeksi yang dilakukan mencakup semua bidang dan kegiatan, seperti
penyimpanan dan pergudangan, pemeliharaan fasilitas dan peralatan, dan
kegiatan kontraktor, subkontraktor dan pekerja sementara di tempat kerja
 Periksa alat-alat berat/ transportasi yang digunakan secara rutin
 Gunakan formulir inspeksi potensi bahaya yang telah disediakan. Inspeksi
biasanya mencakup potensi bahaya yang sering terjadi di area kerja, di
antaranya:
- Tata graha secara umum
- Terpeleset, tersandung, dan jatuh
- Bahaya listrik
- Bahaya dari peralatan
- Kebakaran dan ledakan
- Bahaya dari proses/praktik kerja
- Kekerasan di tempat kerja
- Ergonomi
- Prosedur tanggap darurat yang tidak memadai atau bahkan tidak tersedia.

 Sebelum mengubah operasi, lokasi kerja, atau alur kerja; membuat


perubahan besar pada organisasi; atau memperkenalkan peralatan, material,
atau proses kerja yang baru, sebaiknya diskusikan dengan pekerja dan
lakukan evaluasi perubahan yang direncanakan dengan mempertimbangkan
bahaya dan risiko terkait.

Catatan:
Banyak bahaya yang dapat diidentifikasi menggunakan metode sederhana. Pekerja
dapat menjadi sumber informasi utama dan sangat berguna dalam identifikasi
bahaya, terutama jika mereka dilatih tentang cara mengidentifikasi bahaya dan
menilai risiko.

Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan atau cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan
lainnya.

Risiko adalah kombinasi atau konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan
peluang terjadinya kejadian tersebut.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


30 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

3. Lakukan identifikasi bahaya terhadap kesehatan kerja


Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak dengan sesuatu yang
dapat mengakibatkan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika terjadi paparan yang
berlebihan. Bahaya kesehatan dapat menimbulkan penyakit yang diakibatkan oleh
paparan suatu sumber bahaya di tempat kerja.

Potensi bahaya kesehatan tersebut mencakup faktor kimia (pelarut, perekat, cat,
debu beracun, dll.), faktor fisik (kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, dll.),
bahaya biologis (penyakit menular), dan faktor ergonomi (tugas monoton/berulang,
postur canggung, angkat berat, dll.)

Meninjau rekam medis pekerja dapat membantu Anda dalam mengidentifikasi


bahaya kesehatan yang terkait dengan paparan di tempat kerja.
 Identifikasi bahaya kimia. Lakukan peninjauan pada MSDS dan label produk
untuk mengidentifikasi bahaya bahan kimia yang digunakan di tempat kerja
Anda
 Identifikasi seluruh aktivitas yang dapat mengakibatkan luka pada kulit akibat
paparan bahan kimia berbahaya/ bahan kimia masuk ke dalam tubuh melalui
penyerapan pada kulit
 Identifikasi bahaya fisik. Mengidentifikasi paparan kebisingan yang berlebihan
(di atas 85dB), suhu ekstrem (dalam atau luar ruangan), atau sumber radiasi
(bahan radioaktif, sinar-X, atau radiasi frekuensi radio)
 Identifikasi bahaya biologis. Perhatikan apakah pekerja berpotensi terkena
sumber-sumber penyakit menular, jamur, bersumber dari hewan (bulu atau
kotoran) yang mampu menimbulkan reaksi alergi atau asma akibat kerja
 Identifikasi bahaya ergonomi. Memeriksa seluruh tahapan aktivitas kerja yang
membutuhkan pengangkatan berat, pengangkatan manual, gerakan berulang,
atau tugas yang berpotensi menimbulkan getaran yang signifikan
 Lakukan penilaian paparan secara kuantitatif. Bila memungkinkan, gunakan
pemantauan dan pengukuran paparan secara langsung menggunakan alat
khusus
 Lakukan peninjauan rekam medis untuk mengidentifikasi kasus cedera
pada muskuloskeletal, iritasi kulit atau dermatitis, gangguan pendengaran

Ahmad Bukhari, S.Pd.


31 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

akibat bising (GPAB), atau penyakit paru-paru yang terkait dengan paparan di
tempat kerja.

4. Lakukan investigasi pada setiap insiden yang terjadi


Insiden di tempat kerja ─ termasuk kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, near-
misses dan laporan tentang bahaya lainnya ─ memberikan indikasi yang jelas
tentang di mana bahaya berada.
Dengan menyelidiki insiden dan membuat laporan secara menyeluruh, Anda akan
dengan mudah mengidentifikasi bahaya yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan sesuatu yang fatal di masa mendatang. Tujuan investigasi adalah
untuk menemukan akar penyebab insiden atau faktor-faktor yang memengaruhi
bahaya, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
 Kembangkan rencana dan prosedur yang jelas untuk melakukan investigasi
insiden, sehingga penyelidikan dapat dimulai dengan segera ketika terjadi
insiden. Rencana-rencana tersebut harus mencakup ha-hal seperti:
- Siapa yang akan terlibat
- Bagaimana alur komunikasinya
- Bahan, peralatan, dan perlengkapan apa saja yang dibutuhkan
- Bagaimana dengan formulir dan template laporan investigasinya

 Latih tim investigasi tentang teknik investigasi insiden, pemahaman yang


menekankan objektivitas, dan keterbukaan pikiran selama proses
penyelidikan
 Lakukan investigasi bersama dengan tim yang kompeten, mencakup
perwakilan dari manajemen dan pekerja
 Lakukan investigasi pada setiap near-misses atau kejadian hampir celaka
yang terjadi
 Identifikasi dan analisis akar penyebab untuk mengetahui kelemahan program
K3 yang menjadi dasar kemungkinan terjadinya insiden
 Komunikasikan hasil investigasi kepada manajer, supervisor, dan pekerja
untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali
 Investigasi insiden yang efektif tidak berhenti pada identifikasi satu faktor
pemicu insiden saja. Tim investigasi biasanya akan mengajukan pertanyaan,
"Kenapa?" dan "Apa yang menjadi penyebab insiden?".

Misalnya jika ditemukan akar penyebab kecelakaan ada pada peralatan,


penyelidikan yang baik tentu akan menimbulkan pertanyaan: "Mengapa
peralatan tidak memadai?", "Apakah peralatan dipelihara dengan baik?" dan
"Bagaimana kecelakaan serupa seharusnya dapat dicegah?"

Demikian pula, investigasi kecelakaan yang baik bukan mencari siapa yang
salah dalam insiden, tetapi bagaimana memperbaiki kesalahan tersebut agar
kejadian serupa tidak terulang kembali.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


32 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Catatan:
Sesuai regulasi PERMENAKER No. PER.03/MEN/1998 tentang tata cara pelaporan
dan pemeriksaan kecelakaan, laporan kecelakaan kerja dari pimpinan unit
perusahaan selanjutnya disampaikan kepada Departemen Tenaga Kerja setempat
dalam waktu 2x24 jam. Dapat disampaikan secara lisan sebelum dilaporkan secara
tertulis.

5. Lakukan identifikasi bahaya yang terkait dengan situasi darurat dan


aktivitas non-rutin

Perlu Anda pahami, keadaan darurat dapat menghadirkan bahaya yang bisa
menimbulkan risiko serius bagi pekerja. Aktivitas non-rutin, seperti inspeksi,
pemeliharaan, atau perbaikan juga dapat menghadirkan potensi bahaya. Rencana
dan prosedur perlu dikembangkan untuk merespons secara tepat dan aman
terhadap bahaya yang dapat diduga terkait dengan keadaan darurat dan aktivitas
non-rutin.
Identifikasi kemungkinan bahaya yang dapat timbul dari setiap tahapan aktivitas
ketika keadaan darurat dan aktivitas non-rutin, dengan mempertimbangkan jenis
material dan peralatan yang digunakan serta lokasi kerjanya. Potensi bahaya
biasanya timbul ketika:
o Kebakaran dan ledakan
o Penggunaan bahan kimia berbahaya
o Tumpahan bahan kimia berbahaya

Ahmad Bukhari, S.Pd.


33 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

o Start up (menghidupkan mesin) setelah shut down (mematikan mesin) yang


direncanakan atau tidak direncanakan
o Aktivitas-aktivitas non-rutin, seperti jarang melakukan aktivitas pemeliharaan
o Wabah penyakit
o Keadaan darurat akibat cuaca atau bencana alam
o Darurat medis
o Kekerasan di tempat kerja.

6. Kelompokkan sifat bahaya yang teridentifikasi, tentukan langkah-langkah


pengendalian sementara, dan tentukan prioritas bahaya yang perlu
pengendalian secara permanen
Langkah berikutnya adalah menilai dan memahami bahaya yang teridentifikasi dan
jenis-jenis kecelakaan atau penyakit akibat kerja yang dapat timbul akibat bahaya
tersebut. Informasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan tindakan
pengendalian sementara dan menentukan prioritas bahaya mana saja yang butuh
tindakan pengendalian permanen.
 Evaluasi setiap bahaya dengan mempertimbangkan tingkat keparahan.
Perhatikan apa saja dampak dari paparan bahaya dan jumlah pekerja yang
mungkin terpapar
 Gunakan tindakan pengendalian sementara untuk melindungi pekerja sampai
program pencegahan dan pengendalian bahaya secara permanen dapat
diimplementasikan
 Perhatikan tingkat kemungkinan dan tingkat keparahan bahaya untuk
memprioritaskan bahaya atau risiko mana yang harus ditangani terlebih
dahulu. Dalam hal ini, pengurus memiliki kewajiban untuk mengendalikan
semua bahaya yang dapat menimbulkan dampak serius dalam jangka waktu
yang panjang bagi pekerja.

Catatan:
"Risiko" adalah akibat atau konsekuensi dari bahaya dan paparan. Dengan demikian
risiko dapat dikurangi dengan mengendalikan atau menghilangkan bahaya atau
dengan mengurangi paparan yang mengenai pekerja. Penilaian risiko membantu
pengurus memahami bahaya yang ada di tempat kerja mereka dan memprioritaskan
bahaya untuk segera dilakukan pengendalian secara permanen.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


34 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Materi Pembelajaran Pertemuan 2

D. 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)


Pengertian Budaya 5R Sebagaimana yang telah melatar belakangi bahasan 5R di
atas adalah terdiri dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Kelima kata tersebut
merupakan suatu rangkain urutan dalam membangun budaya kerja seperti hasil
rangkuman buku 5R Seri Budaya Industri Unggulan oleh Kristianto Jahya (2007).

Definisi Penerapan Peningkatan Budaya Kerja dalam SOP adalah sebagai proses
perubahan sikap dengan menerapkan penataan dan kebersihan tempat kerja,
kondisi tempat kerja mencerminkan perlakuan seseorang terhadap pekerjaannya
dan perlakuan terhadap pekerjaan ini mencerminkan sikapnya terhadap pekerjaan.

Menurut Takashi Osada manajemen 5R adalah prinsip manajemen yang merupakan


barometer yang dapat menunjukan bagaimana perusahaan dikelola dan merupakan
tolak ukur bagaimana partisipasi para pekerja secara total. Manajemen 5R
merupakan prototype program partisipasi totalitas pekerja dan perusahaan. Takashi
osada juga mengaskan bahwa manajemen 5R adalah manajemen yang beroperasi
dalam prinsip perbuatan lebih meyakinkan dari pada hanya kata-kata.

R1 (Ringkas)
Ringkas merupakan prinsip dasar 5R yang pertama. Prinsip kerja ini merupakan
prinsip kerja pemilahan barang. Sering kali kita jumpai suatu lingkungan kerja
dengan kondisi barang yang tidak tertata rapi dan terkesan semrawut. Dalam fase
pertama ini, kita harus memilah antara barang yang masih digunakan, dan yang
tidak. Antara barang yang reject dan yang siap pakai. Barang-barang tersebut harus
dipilah sesuai dengan tempatnya masing-masing agar suasana kerja menjadi lebih
ringkas.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam meringkas adalah sebagai berikut:
1. Frekuensi penggunaan barang (jarang, sering, selalu)
2. Fungsi kerja barang (rusak, perlu perbaikan, bagus)

Ahmad Bukhari, S.Pd.


35 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Dengan melakukan fase yang pertama ini, kita akan mendapatkan keuntungan
antara lain:
1. Area kerja menjadi lebih luas, dan banyak space yang bisa dimanfaatkan.
Apabila kita menggunakan space sewa, kita dapat mengurangi biaya sewa
tersebut
2. Mencegah dis-fungsional dari barang yang ada. Yang seharusnya sudah rusak,
dapat diketahui, dan tidak akan digunakan atau dikirim
3. Mengurangi jumlah penggunaan media penyimpanan dan material handling
tools. Misalnya barang yang tadinya letaknya berjauhan, karena sudah diringkas
menjadi lebih dekat dan mengurangi jarak tempuh. Hal ini akan menghemat
biaya transport. Demikian juga dengan penggunakan media storage seperti
pallet. Pallet akan lebih efisien digunakan setelah prinsip kerja Ringkas
dilakukan.

R2 (Rapi)
Rapi merupakan fase kedua dalam prinsip kerja 5R. Fase ini merupakan kelanjutan
dari fase yang pertama. Setelah barang-barang diringkas, selanjutnya barang
tersebut dirapikan sesuai dengan tempat penyimpanan dan juga standar
penyimpanannya.

Proses me-Rapi-kan ini dapat dikerjakan sesuai dengan metode penyimpanan yang
dilakukan. Misal barang disimpan berdasarkan jenis materialnya, maka barang-
barang tersebut juga harus dirapikan sesuai dengan jenis materialnya. Yang akan
diperoleh jika prinsip yang kedua ini berjalan adalah:
1. Mempermudah pencarian barang karena barang-barang sudah terletak pada
tempatnya
2. Mempermudah stock counting karena barang-barang sudah dirapikan sesuai
dengan standar penyimpanan
3. Kondisi kerja akan terlihat jauh lebih rapi dan sedap dipandang mata

R3 (Resik)
Resik adalah R yang ketiga yang juga kelanjutan dari 2R sebelumnya. Sesuai
dengan namanya, Resik berarti membersihkan. Baik barang maupun lingkungan.
Contoh keadaan yang disebut sebagai Resik antara lain:
1. Tidak ada jaring laba-laba di ruangan kerja
2. Tidak ada coretan tidak perlu di pintu, hand pallet, atau rack
3. Forklift tidak berada dalam kondisi kotor, terutama akibat oli mesin atau debu

Dengan melakukan R yang ketiga ini, akan diperoleh beberapa keuntungan seperti:
1. Lingkungan kerja jauh lebih bersih
2. Meningkatkan mood untuk bekerja karena lingkungan lebih bersih
3. Kualitas barang akan lebih bagus karena tidak kotor, terutama untuk barang
yang sensitif terhadap kotoran seperti gear, seal, dan bracket

Ahmad Bukhari, S.Pd.


36 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

4. Meningkatkan image perusahaan di mata orang lain

R4 (Rawat)
Rawat adalah prinsip ke-4 dalam 5R. Rawat dimaksudkan agar masingmasing
individu dapat menerapkan secara kontinu ketiga prinsip sebelumnya. Dalam fase ini
dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan 3R sebelumnya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membuat checklist terhadap pekerjaan
yang harus dilakukan, terkait dengan 3R sebelumnya. Pelaksanaan fase Rawat ini
akan membuat lingkungan selalu terjaga dalam kondisi 3R secara terus menerus.

R5 (Rajin)
Prinsip yang terakhir adalah Rajin. Fase ini lebih mengarah kepada membangun
kesadaran masing-masing individu untuk secara konsisten menjalankan 4R
sebelumnya.

Diharapkan secara disiplin, masing-masing individu dapat menjalankan prinsip kerja


tersebut meski tidak diawasi oleh atasannya. Beberapa hal yang menunjukkan
bahwa seseorang sudah berada di level teratas dalam 5R ini adalah:
1. Membuang sampah pada tempatnya
2. Tidak meludah disembarang tempat
3. Memungut sampah yang berceceran
4. Melaksanakan piket kebersihan tanpa dikomando
5. Merapikan barang tanpa harus ada perintah dari atasan

TATA KERJA DAN TAHAPAN PENERAPAN 5 R


Dengan memprioritaskan 2 R yang pertama yaitu R1 Resik dan R2 Rapi maka
dibuatlah beberapa tahapan/ metode sebagai berikut:

1. CATAT:
Mencatat/ menginfentarisir barang, alat, bahan, sarana dan dokumen yang ada di
ruang kerja untuk di nilai statusnya masih di pakai atau tak terpakai pada isian form
table yang di buat di masing-masing penanggung jawab ruangan kerjanya,

2. LABEL : Menempelkan label (stiker) dengan tulisan “TERPAKAI” dan “TAK


TERPAKAI” pada barang, alat, bahan, sarana dan dokumen yang ada di ruang
kerjanya di masing-masing penanggung jawab ruangan kerja.

3. KELOMPOK: Mengelompokkan; barang, alat, bahan, sarana dan dokumen yang


sudah diberi label “TAK TERPAKAI” yang kemudian di data pada form isian tabel
Barang Tak Terpakai.

4. PENYIMPANAN: Menyimpan Kelompok barang, alat, bahan,

Ahmad Bukhari, S.Pd.


37 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

sarana dan dokumen yang sudah diberi label “TAK TERPAKAI” yang sudah terdata
tersebut pada pada tempat yang bukan pada area ruangan atifitas kerja.

5. LAPOR : Membuat laporan kepada Bagian Perlengkapan untuk dapat menerima


barang, alat, bahan, sarana dan dokumen yang sudah diberi label “TAK TERPAKAI”
dengan membuat Berita Acara Penyerahan Barang.

Contoh Pelaksanaan 5R Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir


Dengan membuat program kegiatan yang dilaksanakan untuk satu tahun diharapkan
dapat terlaksana sesuai agenda dan memudahkan evaluasi dan tindakan yang akan
dilakukan, dituangkan dalam action plan (lihat table-1).

Pelaksanaan dan penerapan budaya 5R yang telah disepakati oleh seluruh unsur
manajemen maka supaya lebih optimal pelaksanaanya maka dibentuklah Komite
GP-5R dan selanjutnya berubah menjadi Tim 5R yang terdiri dari perwakilan setiap
Bidang/Bagian/Unit dengan rincian tugas sebagai berikut:
 Membuat perencanaan pelaksanaan penerapan Gerakan 5R unuk setiap
tahapan dan Langkah pelaksanaan 5R di lingkungan pusat Kemitraan Teknologi
Nuklir.
 Melakukan pengawasan penerapan gerakan 5R kepada para pelaksana dan
karyawan dilingkungan Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir.
 Mengadakan pertemuan satu bulan sekai untuk melakukan koordinasi dengan
bidang/bagian/unit.
 Melakukan evaluasi terhadap hasil penerapan gerakan 5R untuk setiap tahapan
5R dan permasalahan yang terjadi.
 Mengendalikan pencapaian sasaran yang ditetapkan demi terlaksananya
perbaikan berkelanjutan.
 Membuat laporan hasil pelaksanaan penerapan gerakkan 5R kepada Kepala
Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir

Ahmad Bukhari, S.Pd.


38 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Tabel-1

Ahmad Bukhari, S.Pd.


39 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

E. Prodesur Kerja di Tempat Tinggi


Sebelum kita uraikan terkait standard bekerja di ketinggian, perlu kita ketahui terkait
pengertian atau definisi terkait bekerja di ketinggian menurut peraturan baru :

Definisi Bekerja pada Ketinggian Menurut Permenaker 09 Tahun 2016 :

“Bekerja pada ketinggian adalah kegiatan atau aktifitas pekerjaan yang dilakukan
oleh tenaga kerja pada tempat kerja di permukaan tanah atau perairan yang
terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi jatuh yang menyebabkan
Tenaga Kerja atau Orang Lain yang berada di tempat kerja Cidera atau Meninggal
dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda“.

Permenaker No 09 tahun 2016 ini mewajibkan kepada pengusaha dan atau


pengurus untuk menerapkan K3 dalam bekerja di ketinggian. Penerapan K3 dapat
dilakukan dengan memastikan beberapa hal berikut :

1. Perencanaan (Dilakukan dengan tepat dengan cara yang aman serta diawasi)
2. Prosedur Kerja (Untuk melakukan pekerjaan pada ketinggian)
3. Teknik (tatacara) Bekerja (yang) aman
4. APD, Perangkat Pelindung Jatuh dan Angkur
5. Tenaga Kerja (kompeten dan adanya Bagian K3)

Pada tahap Perencanaan harus memastikan bahwa pekerjaan dapat dilakukan


dengan aman dengan kondisi ergonomi yang memadai melalui jalur masuk (access)
atau jalur keluar (egress) yang telah disediakan. Kemudian masih dalam tahap
Perencanaan pihak pengusaha dan atau pengurus wajib :

1. Menyediakan peralatan kerja untuk meminimalkan jarak jatuh atau


mengurangi konsekuensi dari jatuhnya tenaga kerja
2. Menerapkan sistem izin kerja pada ketinggian dan memberikan instruksi atau
melakukan hal lainnya yang berkenaan dengan kondisi pekerjaan

Prosedur Kerja juga wajib ada untuk memberikan panduan kepada pekerja,
prosedur ini harus dipastikan bahwa Tenaga Kerja memahami dengan baik isi yang
ada di dalamnya. Beberapa hal yang harus ada di dalam prosedur bekerja pada
ketinggian meliputi:

1. Teknik dan Cara perlindungan Jatuh


2. Cara pengelolaan peralatan
3. Teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan
4. Pengamanan tempat kerja
5. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


40 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Setiap pengusaha dan atau pengurus wajib memasang perangkat pembatasan


daerah kerja untuk mencegah masuknya orang yang tidak berkepentingan.
Pembagian kategori wilayah meliputi Wilayah Bahaya, Wilayah Waspada dan
Wilayah Aman.

Setiap pengusaha dan atau pengurus wajib memastikan bahwa tidak ada benda
jatuh yang dapat menyebabkan cidera atau kematian, membatasi berat barang yang
boleh dibawa tenaga kerja maksimal 5 kilogram diluar APD, berat barang yang lebih
dari 5 kilogram harus dinaik turunkan dengan menggunakan sistem katrol.

Selain itu pengusaha dan/atau pengurus wajib membuat rencana dan melakukan
pelatihan kesiapsiagaan tanggap darurat. Memastikan bahwa langkah pengendalian
telah dilakukan untuk mencegah pekerja jatuh atau mengurangi dampak jatuh dari
ketinggian baik yang dilakukan pada lantai kerja tetap, lantai kerja sementara,
perancah atau scaffolding, bekerja pada ketinggian di alam, pada saat pergerakan
dari satu tempat ke tempat lainnya, bekerja pada akses tali, maupun pada posisi
bidang kerja miring.

Pada pasal 31, Pengusaha dan atau pengurus wajib menyediakan tenaga kerja
yang kompeten yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi dan berwenang di
bidang K3 dalam pekerjaan di ketinggian yang dibuktikan dengan Lisensi K3 yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal.

Panduan Aman Bekerja Ketinggian


Bekerja di ketinggian adalah bekerja pada suatu tempat yang memiliki potensi
pekerja terjatuh karena perbedaan ketinggian yang dapat menyebabkan cidera atau
kematian.

Tempat tersebut dapat berada di atas atau dibawah suatu level dasar atau pekerja
untuk naik maupun turun mendapatkan jalan masuk ke (access to) atau jalan keluar
dari (egress from) suatu tempat ketika bekerja, dengan tidak menggunakan tangga
jalan (staircase) yang ada pada bangunan permanen.

Ada beberapa tahapan yang harus di perhatikan ketika mau melakukan pekerjaan
pada ketinggian yaitu sebagai berikut:

Tahapan Persiapan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, pastikan anda telah melakukan analisa
resiko terhadap lokasi dan pekerjaan yang anda lakukan.
2. Pastikan anda menggunakan APD berupa full body harness double lanyard
untuk bekerja di ketinggian.
3. Periksa kesehatan anda dan pastikan anda dalam keadaan fit untuk bekerja
diketinggian.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


41 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

4. Pastikan scaffolding yang anda gunakan dalam bekerja diketinggian dalam


kondisi aman dan telah di inspeksi oleh HSE.
5. Jika anda menggunakan scaffolding, berikut panduan bekerja yang aman :
 Pastikan pipa dama flatform scaffolding dalam kondisi baik, dan tidak
retak atau bengkok.
 Pastikan scaffolding didirikan pada lantai atau tanah yang stabil.
 Pastikan sambungan, ikatan, kuncian scaffolding telah kuat.
 Pastikan terpasang tangga dan handrail.
6. Pastikan anda memberi tanda atau informasi bahwa anda sedang ada
pekerjaan di atas.

Ketika Bekerja
1. Ketika bekerja di ketinggian, pastikan anda mengaitkan full body harness
anda pada media yang kokoh.
2. Sisihkan semua peralatan atau material apapun yang menghalangi akses
bekerja.
3. Jika terjadi gerimis dan atau hujan, jangan lanjutkan pekerjaan, segera turun
dan berlindung.
4. Jangan membawa peralatan terlalu banyak ketika baik dan turun tangga.

Setelah Bekerja
1. Ketika selesai bekerja, pastikan lokasi telah bersih dan rapi kembali.
2. Jika memakai perancah segera dibongkar kembali.
3. Jangan lupa untuk melakukan penutupan ijin kerja.

Alat Pelindung Diri


1. Full body harness double book.
2. Hand Gloves
3. Coverall
4. Safety Shoes
5. Safety Glasses
6. Safety Helmet

Ahmad Bukhari, S.Pd.


42 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Ahmad Bukhari, S.Pd.


43 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Materi Pembelajaran Pertemuan 3

F. P3K dan Obat – Obatan P3K


P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) adalah upaya memberikan
pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada pekerja atau orang lain yang
berada di tempat kerja, yang mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.

P3K dilakukan dengan maksud memberikan perawatan darurat pada korban,


sebelum pertolongan yang lebih lengkap diberikan oleh dokter atau petugas
kesehatan lainnya. Adapun tujuan P3K antara lain :
1. Menyelamatkan nyawa
2. Meringankan penderitaan korban, seperti meringankan rasa nyeri
3. Mencegah cedera/penyakit bertambah parah, seperti mencegah perdarahan
4. Mempertahankan daya tahan korban
5. Menunjang upaya penyembuhan
6. Mencarikan pertolongan lebih lanjut

Tindakan P3K
Tindakan pertolongan yang harus dilakukan, meliputi :
Menilai situasi
Perhatikan situasi yang terjadi dengan cepat dan aman. Kenali bahaya yang
mengancam diri sendiri, korban dan orang lain. Perhatikan sumber bahaya yang ada
serta jenis pertolongan yang tepat. Tindakan pertolongan dilakukan dengan tenang.
Perhatikan juga akan adanya bahaya susulan.

Mengamankan tempat kejadian


Perhatikan faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Utamakan keselamatan diri
sendiri. Jauhkan korban dari bahaya dengan cara aman dan memperhatikan
keselamatan diri sendiri (dengan alat pelindung). Singkirkan sumber bahaya
(misalnya putuskan aliran listrik, matikan mesin yang masih beroperasi) dan
hilangkan faktor bahaya (misalnya dengan menghidupkan exhaust fan). Tandai
tempat kejadian sehingga orang lain tahu bahwa di tempat itu ada bahaya.

Memberikan pertolongan
Yang pertama dilakukan adalah menilai kondisi korban. Ini dapat dilakukan dengan
cara memeriksa kesadaran, pernapasan, sirkulasi darah dan gangguan lokal.
Kemudian tentukan status korban serta prioritas tindakan memberikan pertolongan.
Pemberian pertolongan sesuai status korban, dapat dilakukan dengan cara sbb:
1. Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari tubuhnya
2. Bila ada tanda henti nafas dan jantung, berikan resusitasi jantung paru
3. Selimuti korban
4. Bila luka ringan obati seperlunya
5. Bila luka berat, segera mencari bantuan medis yang tepat

Ahmad Bukhari, S.Pd.


44 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Mencari bantuan
Jika memungkinkan, mencari bantuan orang lain untuk mengamankan tempat
kejadian kecelakaan, menelepon RS/tenaga medis, mengambil alat-alat P3K,
membantu mengatasi perdarahan, atau membantu memindahkan korban.

Fasilitas P3K
Untuk mendukung pelaksanaan P3K dibutuhkan fasilitas P3K, meliputi :

Personil atau petugas P3K


Jumlah petugas P3K disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang ada di
perusahaan, faktor risiko di perusahaan dan jumlah shift kerja perusahaan. Untuk
menjadi petugas P3K perlu dilakukan seleksi personil (seleksi
kepribadian,kesehatan jasmani dan rohani, serta ketrampilan). Calon petugas yang
telah diseleksi, harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu sebelum menjalankan
tugasnya.

Adapun rasio jumlah petugas P3K di tempat kerja dengan jumlah pekerja
berdasarkan klasifikasi tempat kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Klasifikasi Tempat Jumlah


Jumlah petugas P3K.
Kerja. Pekerja

25 – 150. 1 orang
Tempat kerja dengan
potensi bahaya
rendah. 1 orang untuk setiap 150 orang
> 150
atau kurang.

< 100 1 orang

Tempat kerja dengan


potensi bahaya tinggi.
1 orang untuk setiap 100 orang
> 100
atau kurang.

Kotak P3K
Bahan kotak P3K harus kuat. Kotak P3K mudah dipindahkan dan diberi label. Kotak
P3K diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan terjangkau. Isi kotak P3K, jumlah
dan jenis kotak P3K diatur berdasarkan Permenakertrans No : Per.15/Men/VIII/2008
tentang P3K di Tempat Kerja.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


45 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Ada beberapa benda wajib yang harus ada dalam kotak P3K dan dibawa saat
bepergian :
1. Kain Kasa
2. Perban
3. Peniti
4. Sarung Tangan Lateks
5. Plester Luka
6. Pinset
7. Gunting
8. Tisu Pembersih Bebas Alkohol
9. Cairan Untuk Membersihkan Benda Asing Pada Luka, Contohnya seperti larutan
garam atau air steril
10. Salep Luka Bakar
11. Krim Dan Salep Antiseptik
12. Larutan Povidone Iodine untuk disinfektan luka
13. Obat Pereda Gatal
14. Obat Anti nyeri
15. Obat Flu Dan Batuk
16. Obat Mata Seperti Insto
17. Termometer

Hal – hal yang harus diketahui tentang kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan) :
1. Selalu periksa tanggal kadaluwarsa obat – obatan yang dibawa di dalam kotak
P3K secara rutin.
2. Ajari semua anggota keluarga cara menggunakan peralatan dan obat – obatan
yang ada di dalam kotak P3K.
3. Pastikan kita juga belajar lebih dalam tentang cara menggunakan peralatan dan
obat – obatan yang ada di dalam kotak P3K.
4. Saat di rumah letakkan kotak P3K di dapur, karena kecelakaan sering terjadi di
dapur dan bisa lebih cepat melakukan pertolongan pertama pada korban.
5. Kotak P3K harus menggunakan kotak kedap air agar peralatan dan obat –
obatan tidak basah saat terendam air.

Ruang P3K
Ruang P3K harus cukup menampung satu tempat tidur pasien dan masih terdapat
ruang gerak bagi seorang petugas P3K serta penempatan fasilitas P3K lainnya.
Kondisi ruang P3K harus bersih, terang dan memiliki ventilasi udara yang baik. Agar
mudah saat memindahkan korban, pintu ruang P3K dibuat cukup lebar. Lokasinya
mudah dijangkau dari tempat kerja, dekat dengan kamar mandi serta jalan keluar
dan tempat parkir. Ruang P3K dilengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan
berikut ini :
1. Wastafel dengan air mengalir
2. Kertas tisue/lap

Ahmad Bukhari, S.Pd.


46 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

3. Usungan/tandu
4. Bidai/spalk
5. Kotak P3K dan isi
6. Tempat tidur dengan bantal dan selimut
7. Tempat menyimpan tandu atau kursi roda
8. Sabun dan sikat
9. Pakaian bersih untuk penolong
10. Tempat sampah dan Kursi tunggu, bila diperlukan

Alat evakuasi dan alat transportasi


Alat evakuasi seperti tandu, kursi roda, dan alat lainnya yang digunakan untuk
memindahkan korban ke tempat yang aman. Alat transportasi dapat berupa mobil
ambulans atau kendaraan lainnya yang digunakan untuk pengangkutan.

Fasilitas tambahan
Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri, peralatan khusus di tempat kerja yang
memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus.

Penjelasan di atas lebih diarahkan untuk tempat kerja dalam lingkup pengawasan
ketenagakerjaan. Namun jika kita lihat manfaat dari pelaksanaan P3K di atas, hal
tersebut dapat diterapkan di mana saja, baik di lingkungan keluarga, lembaga
pemerintah, lembaga masyarakat dsb. Untuk pelaksanaannya pun tentu disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing tempat.

Obat-obatan yang perlu ada di kotak P3K


Berikut ini adalah daftar obat-obatan pelengkap yang sebaiknya Anda siapkan di
dalam isi kotak P3K:
1. obat penghilang rasa sakit dan pereda demam seperti paracetamol,
ibuprofen, atau aspirin,
2. penghilang sakit perut atau obat diare,
3. obat alergi, seperti antihistamin,
4. balsem atau obat gosok,
5. pereda flu dan batuk,
6. obat tetes mata,
7. salep antibiotik untuk luka,
8. obat-obatan pribadi,
9. salep hidrokortison untuk gatal, dan
10. obat maag atau asam lambung, misalnya antasida.

Ketika menyimpan obat-obatan, pastikan Anda memisahkannya dari peralatan lain.


1. Gunakanlah kantong plastik dengan perekat atau kotak obat yang diberi label.
2. Selalu periksa isi kotak P3K secara berkala, pastikan Anda mengganti obat-
obatan yang telah melewati tanggal kedaluwarsa dengan yang baru.

Ahmad Bukhari, S.Pd.


47 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

DAFTAR PUSTAKA

https://www.pengelasan.net/k3lh/
https://www.gramedia.com/best-seller/budaya-kerja/#Definisi_budaya_kerja
https://safetysign.co.id/news/365/6-Langkah-Identifikasi-Bahaya-dan-Penilaian-
Risiko-Sesuai-Standar-OSHA
https://media.neliti.com/media/publications/17892-ID-implementasi-budaya-5-r-
sebagai-budaya-kerja-di-pktn.pdf
http://www.pa-purwodadi.go.id/index.php/26-halaman-depan/artikel/271-
implementasi-budaya-kerja-5r-ringkas-rapi-resik-rawat-rajin-dalam-persiapan-
persidangan-di-pengadilan-agama-purwodadi-2
https://andromeda.id/kerja-ketinggian/
https://www.apkpi.co.id/standard-bekerja-di-ketinggian-berdasarkan-permenaker-no-
9-tahun-2016/
http://tecsindonesia.co.id/in/index.php/article/86-materi-mengenai-pengertian-tujuan-
dan-pentingnya-p3k
https://upp.ac.id/blog/pengertian-p3k
https://hellosehat.com/hidup-sehat/pertolongan-pertama/isi-kotak-p3k/
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :
Per.15/Men/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di
Tempat Kerja.
Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Ahmad Bukhari, S.Pd.


48 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

GLOSARIUM
K3LH : Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup
PAK : Penyakit Akibat Kerja
SDM : Sumber Daya Manusia
Budaya Kerja : Hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang dikembangkan dalam
suatu organisasi, guna menyelaraskan sikap, perilaku, dan
aktivitas yang berlangsung dalam suatu organisasi (lingkungan
kerja), agar terjadi suasana yang mengakar (positif) dalam
lingkungan kerja tersebut.
Repetisi : Pengulangan / kegiatan yang dilakukan berulang kali
OSHA : Occupational Safety and Health Administration
SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
MSDS : Material Safety Data Sheet
APD : Alat Pelindung Diri
JHA : Job Hazard Analysis
JSA : Job Safety Analysis
GPAB : Gangguan Pendengaran Akibat Bising
5R : Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin
Semrawut : Tidak teratur / acak – acakan
Scaffolding : Perancah (suatu struktur sementara yang digunakan untuk
menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau
perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya)
P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Ahmad Bukhari, S.Pd.


49 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Asesmen Diagnostik Non Kognitif

Asesmen non kognitif ditujukan untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi
emosional peserta didik. Asesmen non kognitif lebih mengutamakan pada
kesejahteraan psikologi dan sosial emosi peserta didik.
Asesmen diagnosis non kognitif di awal pembelajaran diberikan pada
siswa untuk mengetahui:
1. Kesejahteraan psikologi dan emosional siswa.
2. Kondisi keluarga siswa.
3. Pergaulan dan pertemanan siswa.
4. Gaya belajar siswa.

Daftar pertanyaan kunci Asesmen Diagnostik Non Kognitif :


1. Bagaimana perasaanmu saat ini? Pilih salah satu emoticon dibawah ini!

2. Apa yg kamu lakukan pada saat sedang marah/senang/sedih?


3. Apa saja hal yg menyenangkan/tidak menyenangkan yg kamu lakukan
selama berada di rumah?
4. Apa yg membuatmu merasa cemas/khawatir?
5. Apa yg membuatmu merasa marah/senang/sedih?
6. Siapa yg dapat membuatmu bahagia/sedih?
7. Bagaimana keadaan hidupmu saat ini? Pilih salah satu emoticon dibawah ini!

8. Apa saja kejadian yg paling menyakitkan/membahagiakan yg terjadi dalam


hidupmu?
9. Apa yg kamu lakukan saat menghadapi masalah?
10. Siapa saja yg kamu ajak bicara saat menghadapi masalah?
11. Bagaimana hubunganmu dengan orangtua?
12. Bagaimana hubunganmu dengan kakak/adik?
13. Siapa saja yg tinggal bersamamu dirumah?
14. Apakah keluargamu sering melakukan kegiatan bersama-sama, seperti
makan dan menonton tv?
15. Apa saja yg orangtuamu diskusikan saat berada dirumah?
16. Seberapa sering kamu bercerita/curhat kepada orangtua/kakak/adik?
17. Bagaimana peranmu didalam keluarga?

Ahmad Bukhari, S.Pd.


50 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

18. Bagaimana keadaan ekonomi keluargamu saat ini? Mapan/sulit?


19. Bagaimana keluargamu menghabiskan waktu libur bersama?
20. Seberapa sering orangtuamu bertengkar jika ada masalah?
21. Kegiatan apa yg sering kamu lakukan bersama teman dan sahabatmu?
22. Berapa banyak teman dan sahabatmu dan seberapa besar pengaruh serta
peran mereka dalam hidupmu?
23. Seberapa sering kamu berdiskusi/curhat kepada teman dan sahabatmu?
24. Bagaimana hubunganmu dengan teman dan sahabatmu saat ini?
25. Apa hal yg tidak kamu sukai sangat menjalin komunikasi bersama teman dan
sahabatmu?

Ahmad Bukhari, S.Pd.


51 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Angket Gaya Belajar

Nama Siswa :
Kelas :

Apa mata pelajaran favoritmu?


Apa hobimu di luar sekolah?

Petunjuk pengisian :
Berilah tanda ceklis pada salah satu jawaban yg menurut anda paling sesuai dengan
keadaan anda untuk setiap pernyataan yg diberikan!

No. Pernyataan SS S TS STS


Apabila materi pelajaran diberikan dalam bentuk
1.
gambar, saya mudah untuk mengingatnya
Jika ada buku pelajaran yg ada gambarnya,
2. saya lebih senang memperhatikan gambarnya
dibandingkan tulisannya
Saya lebih suka membaca buku teks daripada
3.
mendengar penjelasan dari guru atau teman
Saya lebih mudah mengingat materi dengan
4.
mencatat apa yg sudah disampaikan guru
Saya merasa frustasi ketika saya tidak dapat
5.
mencatat apa yg dijelaskan oleh guru
Saya mudah terganggu oleh keributan ketika
6.
saya sedang belajar
Saya dapat memahami pelajaran walaupun
7. tanpa membaca buku asalkan saya
mendengarkan penjelasan guru dengan baik
Saya senang memberikan penjelasan kepada
8.
orang lain
Saya selalu berpartisipasi ketika ada diskusi
9.
kelompok dalam pembelajaran
Saya lebih senang melaporkan tugas yg
10.
diberikan guru secara lisan daripada tertulis
Saya lebih senang mencoba-coba mengerjakan
11. soal yg belum pernah saya kerjakan
sebelumnya
Saya lebih senang cara belajar dengan
12. melakukan sesuatu secara langsung atau
mempraktekkannya sendiri
Saya merasa lebih mudah menghafal materi
13.
belajar ketika saya menghafal sambil berjalan
Saya lebih senang ketika guru meminta saya
14. untuk melakukan demonstrasi bersama di depan
kelas
Ahmad Bukhari, S.Pd.
52 | Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Saya suka menggunakan jari saya untuk


15. menunjuk kata atau kalimat ketika membaca
buku

SS: Sangat setuju


S : setuju
TS : Tidak Setuju
STS: sangat tidak setuju

Ahmad Bukhari, S.Pd.

Anda mungkin juga menyukai