Anda di halaman 1dari 57

RANGKUMAN MATERI

KONSELING LINTAS BUDAYA

Dosen : Prof. Herman Nirwana,M.Pd.,kons

Oleh :

Sofia amelia litra

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
RANGKUMAN TUGAS 1

KONSELING LINTAS BUDAYA


Ditilik dari berbagai kajian etnobiologi secara lintas budaya di berbagai belahan dunia,
pada umumnya masyarakat tradisional dengan berbekal modal pengetahuan lokalnya, seperti
pengetahuan biologi lokal telah mampu dan berhasil melindungi proses-proses ekologi potensial,
melindungi aneka ragam species atau varietas tumbuhan dan hewan, beserta ekosistemnya, untuk
kepentingan ekonomi lokal mereka secara berkelanjutan. Oleh karena itu, tidaklah heran bahwa
pengetahuan lokal, yang merupakan kajian utama etnobiologi sejak tahun 1990-an, telah banyak
dikaji oleh berbagai kalangan untuk dimanfaatkan bagi berbagai program pembangunan,
misalnya pada bidang peng-obatan, pertanian, peternakan, kehutanan, dan konservasi alam.

Indonesia, selain memiliki keanekaan ekosistem dan keanekaragaman hayati, juga memiliki
keanekaan atau kebinekaan suku bangsa2 dan bahasa. Indonesia telah tercatat memiliki lebih dari
300 kelompok etnik. Aneka ragam kelompok etnik tersebut bermukim di berbagai
lokasi/geografis dan ekosistem, seperti lingkungan pesisir dan pedalam atau perairan daratan.
Sementara itu, berdasarkan bentuk mata pencahariannya berbagai etnik tersebut dapat dibedakan
menjadi lingkungan sosial pemburu-peramu, nelayan, berladang berpindah atau berladang
berotasi, petani menetap, serta industri dan jasa (Purba, 2002: 34). Misalnya, berbagai kelompok
pemburu dan peramu yang hidup di perairan, seperti Orang Laut di perairan sekitar Batam, Irang
Sekak di perairan utara Pulau Bangka, dan Orang Bajau di sepanjang perairan sebelah timur
Pulau Sulawesi. Berbagai kelompok masyarakat nelayan di Indonesia dicatat di berbagai
kawasan pesisir. Contohnya, masyarakat nelayan di Bagan Siapi-api dari suku Cina, nelayan
Marunda, Muara Karang dan Cilincing dari suku bangsa Betawi; nelayan Pelabuhan Ratu masih
bagian dari suku Sunda.

Dibawah ini berikut laporan terkait budaya dan interaksi manusia :

1.masyarakat jawa berbicara kepada orang yg lebih tua menggunakan bahasa krama

2.tradisi lompat batu di Nias

3.orang yang meninggal di bali akan dibakar/ngaben

4.ketika datang ke sekolah kita memberi salam kepada guru

5.untuk mengucap rasa syukur masyarakat jawa mengadakan slametan


6.Masih mempunyai keyakinan yang meliputi adat istiadat,norma dan nilai agama

7.peralatan yg digunakan,mata pencaharian,busana yang dipakainya


RANGKUMAN TUGAS 2

KONSELING LINTAS BUDAYA


Lintas budaya terjadi ketika manusia dengan budayanya berhubungan dengan manusia lain
dari budaya yg berbeda, berinteraksi, saling mempengaruhi, memberikan dampak positif dan
negatif. Adanya perbedaan budaya karena budaya bersifat dinamis dan selalu berevolusi.}Lintas
budaya menciptakan nilai untuk menentukan mana yg tepat dan dapat diterima oleh budaya lain,
sehingga menjadikan manusia dapat berkomunikasi dg baik, mempererat ikatan, memberikan
keunikan, berbagi pengalaman.

Dengan adanya budaya memberkan identitas kepada sekolompok orang tertentu sehingga jika
ingin lebih mudah memahami perbedaan-perbedaan yang dalam setiap budaya tersebut kita harus
mampu untuk mengidentifikasi budaya

Istilah “multibudaya” (multiculture) jika ditelaah asal-usulnya mulai dikenal sejak tahun
1960-an, setelah adanya gerakan hak-hak sipil sebagai koreksi terhadap kebijakan asimilasi
kelompok minoritas terhadap melting potyang sudah berjalan lama tentang ultur dominan
Amerika khususnya di New York dan California (Banks, 1984: 3, 164; Sobol, 1990: 18).
Multicultural Citizenship, bahwa multibudaya merupakan suatu pengakuan, penghargaan, dan
keadilan terhadap etnik minoritas baik yang menyangkut hak-hak universal yang melekat pada
hak-hak individu maupun komunitasnya yang bersifat kolektif dalam mengekspresikan
kebudayaannya (Kymlicka, 2002: 8, 24),. Sedikit berbeda dengan Stavenhagen (1986), yang
memandangnya bahwa konsep “multibudaya” mengandung dua pengertian

Konsep pertama ;ia merupakan realitas sosial dalam masyarakat yang heterogen. Pernyataan
dari segi ini sebanyak 95 % negara-negara di dunia pada dasarnya adalah bersifat multibudaya
mengingat secara etnis dan budaya bersifat plural. Konsep kedua;multibudaya telah diangkat
sebagai suatu keyakinan, ideologi, sikap, maupun kebijakan yang menghargai pluralisme etnik
dan budayanya sebagai sesuatu yang berharga, potensial, yang harus dipelihara dan
ditumbuhkembangka

Yudistira K. Garna (2003; 164), Antropolog Universitas Pajajaran berpendapat bahwa


dalam masyarakat majemuk (plural society), terdapat dua tradisi dalam sejarah pemikiran sosial.
Pertama;bahwa kemajemukan itu merupakan suatu keadaan yang memperlihatkan wujud
pembagian kekuasaan di antara kelompok-kelompok masyarakat yang bergabung atau bersatu,
dan rasa menyatu itu dibangun melalui dasar kesetiaan (cross-cutting) kepemilikan nilai-nilai
bersama dan perimbangan kekuasaan. Kedua; dalam masyarakat majemuk dikaitkan dengan
relasi antar ras/etnik, bahwa masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai
kelompok ras/etnik yang berada dalam satu sistem pemerintahan, oleh karena itu sering
mengalami konflik dan paksaan (Garna, 2003: 164-165).

Berdasarkan hal ini penerpan lintas budaya dalam konseling berupa adanya pemhaman
tentang kebergaman yang ada pada masing-masing daerah, yang dalam hal ini khususnya
konseling harus peka dalam meberikan pelyanan kepada konseli yang memilki kebudayaan yang
berbeda dengan kosnelor
RANGKUMAN TUGAS 3

KONSELING LINTAS BUDAYA


Enkulturasi merupakan istilah yang berasal dari Bahasa Inggris enculturation yang
bermakna pembudayaan dengan dimulai oleh seseorang sejak ia masih kecil di dalam
lingkungan keluarga, tetangga, sudara, teman sepermainan atau di bahkan di dalam sekolah
sekalipun melalui serangkaian proses sosial dan interaksi sosial yang terjadi.

Enkulturasi adalah proses sosial yang dilakukan oleh seorang individu dalam
mempelajari dan menyesuaikan pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem sosial
terkait norma, tatanan sosial, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam sifat
kebudayaannya.Proses enkulturasi terjadi dari mulai bayi baru lahir yang diurus oleh
keluarganya. Kemampuan motorik dan bahasa bayi akan tumbuh sesuai apa yang diajarkan
oleh orang tuanya. Mereka akan tumbuh dengan meniru perilaku dan kebiasaan anggota
keluarga yang serumah. Beranjak ke usia kanak-kanak, mereka akan mulai mempelajari
budaya dari lingkungan tempatnya tinggal seperti sekolah dan tempatnya bermain. Pada masa
ini anak-anak akan mencontoh budaya yang berlaku di kedua tempat tersebut dan
menyesuaikan diri karenanya. Enkulturasi tersebut akan terus berlangsung selama manusia
masih hidup. Mereka akan mempelajari budaya apa yang terjadi di lingkungannya dan
menyesuaikan diri dengan hal tersebut. Mereka menjadi tahu mana hal baik, hal tidak baik,
hal yang melanggar hukum, bagaimana berkomunikasi, berperilaku, dan bagaimana
menyelesaikan suatu permasalahan. Hal tersebut dilakukan semata-mata agar bisa menjalani
hidup dengan baik dan bersosialisasi dengan sekitar.

Beberapa proses enkulturasi , yaitu:

a. Belajar dan Meniru


Proses pertama terkait terjadinya enkulturasi seringkali dimulai dari adanya kegiatan
belajar dengan meniru berbagai bentuk tindakan sosial yang kemudian setelah diterima secara
tidak sadar bisanya membentuk keyakinan untuk mengikuti tindakan tersebut.

b. Internalisasi
Tahapan selanjutnya setelah terjadi tindakan yang di hasilkan dari belajar kemudian
indovidu tersebut melakukan internalisasi atau di masukan dalam kepribadiannya. Dengan
tahaan yang dilakukan berkali-kali, maka tindakan seseorang menjadi suatu pola yang mantap
dan norma sosial yang kemudian mengatur tindakannya dibudayakan.

3.Fungsi enkulturasi
Menurut Fiske (2012) enkulturasi tidak akan lepas dari kehidupan manusia, memiliki dua
fungsi yaitu untuk sosialisasi nilai dan pembentukan identitas sosial.

Enkulturasi disebut sebagai sosialisasi nilai karena enkulturasi mengenalkan budaya yang
berlaku pada seorang individu. Dilansir dari Enculturation, enkulturasi mengenalkan norma,
nilai, dan praktik budaya dari mulai prosedur kelembagaan hingga perilaku sehari-hari.

Fungsi enkulturasi sebagai pembentukan identitas sosial. Pengetahuan akan budaya akan
membentuk karakter dan membentuk identitas diri yang sesuai dengan budaya yang berlaku.
Pembentukan identitas diri akan berlaku bagi kebanyakan individu dalam budaya yang sama
dan membentuk suatu identitas sosial.

a.Kebudayaan
Contoh enkulturasi dalam kebudayaan, misalnya saja adalah prilaku yang dilakukan oleh
Suku Baduy Dalam, yang menutup perkembangan dan pengaruh globalisasi. Mereka banyak
mengangap bahwa pengaruh dunia luar akan dapat memberikan dampak negatif, tidak akan
ada dampak postif yang di dapatkannya.Keadaan ini terus menerus di tanamkan dari generasi
ke genrerasi, maka suatu kewajaran jika kebudayaan tidak menerima perkembangan zaman
inilah menjadi pengaruh besar dalam terbentuknya enkulturasi di dalam masyarakat baduy.

b).Pendidikan
Mengenai enkulturasi dalam pendidikan misalnya saja ketika seseorang sejak kecil
mendapatkan pendidikan untuk mengenal ideologi pancasila, sebagai ideologi negara tanpa
bisa dianggangu gugat. Pengenalan ini kemudian dilakukan secara terus menerus, hingga
akhirnya seseorang dapat mengenai ideologi bangsa Indonesia.

c). Kehidupan Sehari-Hari


Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saja ialah adanya keteraturan sosial yang
dilakukan oleh seseorang untuk tidur di waktu siang hari. Keteraturan tersebut lambat laun
akan menjadi kebiasaan yang terus berlaku dalam keluarganya, bahkan setelah seseorang
berkeluarga.

Akulturasi adalah suatu proses sosial, yang timbul manakala suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Atau bisa juga didefinisikan
sebagai perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung dengan damai dan
serasi. Untuk memahami pengertian akulturasi dalam konteks budaya pertama-tama kita perlu
memahami definisi budaya dan kebudayaan terlebih dahulu.

Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses percampuran antara unsur-unsur kebudayaan


yang satu dengan kebudayaan yang lain, sehingga membentuk kebudayaan baru. Kebudayaan
baru yang merupakan hasil percampuran masing-masing tidak kehilangan ciri khasnya. Oleh
karena itu, untuk dapat berbudaya, masing-masing kebudayaan harus seimbang. Begitu juga
untuk kebudayaan Hindu-Buddha dari India dengan kebudayaan Indonesia asli.

Proses terjadiny, akulturasi budaya dalam masyarakat biasanya memakan waktu lama,
tetapi ada yang membutuhkan waktu sedikit, semua kondisi akulturasi tersebut tentu saja
bergantung pada persepsi masyarakat setempat terhadap budaya yang masuk.

Akulturasi bisa terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama apabila masuknya melalui
proses pemaksaaan dalam masyarakat, hal ini tentsauaja akan menimbulkan konflik sosial
yang dapat merusak keteraturan dalam kehidupan masyarakat. Akan tetapi jika sebaliknya
masuknya akulturasi ini melalui proses damai, maka akulturasi tersebut akan relatif lebih
cepat

Menurut Koentjaraningrat proses sosialisasi adalah proses belajar kebudayaan dalam


hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses sosialisasi seorang individu dari masa anak-
anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan berbagai individu
di sekelilingnya yang menduduki berbagai peranan sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, individu mulai berhubungan dengan individu lain di sekitar lingkungan
kehidupannya dan belajar bagaimana untuk bertindak atau berbudaya di dalam masyarakat. Di
dalam proses sosialisasi seseorang akan belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan,
dan melaksanakan tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya.

Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang
berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara
turun temurun. Contohnya Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap
keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara
diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harhari

Menurut Koentjaraningrat proses sosialisasi adalah proses belajar kebudayaan dalam


hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses sosialisasi seorang individu dari masa anak-
anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan berbagai individu
di sekelilingnya yang menduduki berbagai peranan sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, individu mulai berhubungan dengan individu lain di sekitar lingkungan
kehidupannya dan belajar bagaimana untuk bertindak atau berbudaya di dalam masyarakat. Di
dalam proses sosialisasi seseorang akan belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan,
dan melaksanakan tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya.
RANGKUMAN TUGAS 4

BUDAYA DAN KOMUNIKASI


Komunikasi dan budaya secara timbal balik saling berpengaruh satu sama lain. Budaya
dimana secara individu-individu disosialisasikan, akan berpengaruh terhadap cara mereka dalam
berkomunikasi. Dan cara bagaimana individu-individu itu berkomunikasi, dapat mengubah
budaya yang mereka miliki dari waktu ke waktu. Hanya saja, kebanyakan analisis tentang
komunikasi antarpribadi mengabaikan hubungan ini dan aspek budaya menjadi kosong dalam
studi komunikasi.Sebaliknya, studi-studi tentang komunikasi lintas budaya, menguji pengaruh
budaya terhadap komunikasi. Kebanyakan analisis tentang komunikasi lintas budaya
membandingkan dan mempertentangkan pola-pola komunikasi dari berbagai macam budaya

Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris “communication”.Secara etimologis


atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber
pada kata communis.Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik
bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi
adalah manusia

Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem
yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyak-sinyal, maupun perilaku atau tindakan.
Komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan.

Guna melihat lebih jauh tentang komunikasi sebagai proses budaya kita perlu mengkaji
secara ringkas Apa itu budaya atau kebudayaan agar mempunyai kerangka pemikiran dan konsep
yang sama. Sebab definisi kebudayaan saangat banyak pernah ada sekitar 179 definisi
kebudayaan.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani.Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Antara komunikasi dan kebudayaan , keduanya tidak dapat dipisahkan, karena antara yang
satu dengan satunya lagi memiliki kaitan yang sangat mendalam.Komunikasi dan budaya
mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang.Budaya menjadi bagian dari
prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall bahwa
komunikasi adalah Budaya dan Budaya adalah komunikasi.

Tidak banyak orang menyadari bahwa bentuk-bentuk interaksi antarbudaya sesungguhnya


secara langsung atau tidak melibatkan sebuah komunikasi.Pentingnya komunikasi antarbudaya
mengharuskan semua orang untuk mengenal panorama dasar-dasar komunikasi antarbudaya
itu.Komunikasi itu muncul, karena adanya kontak, interaksi dan hubungan antar warga
masyarakat yang berbeda kebudayaannya. Jadi sebenarnya tak ada komunitas tanpa kebudayaan,
tidak ada masyarakat tanpa pembagian kerja, tanpa proses pengalihan atau transmisi minimum
dari informasi. Dengan kata lain, tidak ada komunitas, tidak ada masyarakat, dan tidak ada
kebudayaan tanpa komunikasi. Di sinilah pentingnya kita mengetahui komunikasi antarbudaya
itu.

Komunikasi & Budaya, artinya : Jika bukan karena kemampuan manusia untuk berkomunikasi
(menciptakan bahasa simbolik) tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol, nilai-
nilai, aturan dan tata upacara yang memberikan batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan.
Melalui komunikasi kita dapat mewariskan unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi ke
generasi berikutnya serta dari satu tempat ke tempat lain.

Budaya & Komunikasi, artinya : Komunikasi merupakan sarana yang dapat menjadikan individu
sadar akan dan menyesuaikan diri dengan subbudaya-subbudaya atau kebudayaan asing yang
dihadapinya
RANGKUMAN TUGAS 5

KONSELING LINTAS BUDAYA


Kehidupan masyarakat tidaklah pernah dapat dihindari keyataan bahwa budaya sangat
berpengaruh terhadap perilaku, ekspresi emosi, kepribadian, keyakinan, dan kehendak. Budaya
dapat diartikan secara umum sebagai keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia. Defenisi budaya
ialah suatu set dari sikap, perilaku, dan simbol-simbol yang dimilki bersamoleh manusia dan
biasanya dikomikasikan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Budaya dalam kehidupan
individu atau kelompok membuat suatu perbedaan antara sekelompok orang dengan kelompok
lain. Didalam penelitian para ahli dalam psikologi lintas budaya dikemukakan ada dua jenis
ragam budaya yang ada dalam masyarakat yaitu etik dan emik. Salah satu cara utama
mengkoseptualisasikan prinsip-prinsip serta perbedaan budaya, dapat dilakukan melalui
penggunaan istilak etik (etic) dan emik (emics). Kedua istilah ini mengacu pada keunikan yang
bersifat universal dan kekhasan budaya, pengetahuan, dan kebenaran.
Sarwono mengatakan Dalam hal ini etik mengacu pada temuan-temuan yang tampak
konsisten tetap diberbagai budaya dengan kata lain, sebuah etik mengacu pada sebuah kebenaran
atau prinsip-prinsip yang universal. Etik dan emik merupakan konsep-konsep yang kuat (power
full). Kalau kita tahu sesuatu tantang perilaku manusia dan menganggapnya sebagai kebenaran,
dan hal itu adalah suatu etik (universal) maka kebenaran sebagaimana kita ketahui itu adalah
kebenaran bagi semua orang dari budaya lain. Etik merupakan penggunaan sudut pandang orang
luar yang berjarak (dalam hal ini siapa yang mengamati) untuk menjelaskan fenomena dalam
masyarakat.
Penggunaan sudut pandang orang luar yang berjarak (dalam hal inisiapa yang mengamati)
untuk menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat. Etik mengcakup pada temuan-temuan
yang tampak konsisten atau tetap di berbagai budaya, dengan kata lain sebuah etik mengacu pada
kebenaran atau prinsip yang universal.Kalau kita tahu sesuatu tentang prilaku manusia dan
menganggapnya sebagai kebenaran, dan hal kita tahu sesuatu tentang prilaku manusia dan
menganggapnya sebagai kebenaran, dan hal itu adalah suatu etik (alias universal), maka
kebenaran sebagaimana kita ketahui itu adalah juga kebenaran bagi semua orang dari budaya
apa pun maka apa yang kita anggap kebenaran tersebut belum tentu merupakan kebenaran
bagi orang dari budaya lain.
Emik merupakan deskripsi tentang perilaku atau keyakinan. Hampir semua hal dari suatu budaya
dapat memberikan emik. Secara singkat, emik mengacu pada pandangan warga masyarakat yang
dikaji. Konstruksi emik adalah deskripsi dan analisis yang dilakukan dalam konteks skema dan
kategori konseptual yang dianggap bermakna bagi partisipan dalam suatu kejadian atau
situasiyang dideskripsikan dan dianalisis.
Emik (native point of view) misalnya, mencoba menjelaskan suatu fenomena dalam
masyarakat dengan sudut pandang masyarakat itu sendiri. Emik adalah suatu kebenaran yang
hanya diterima dan di akui oleh masyarakat setemapat dan tidak berlaku bagi orang yang berasal
dari budaya yang berbeda. Emik dalam hal ini menawarkan sesuatu yang lebih obyektif. Adanya
emik atau perbedaan cultural, bukan sesuatu yang problematic dalam diri individu/ kelompok
masyarakat. Namun permasalahnya secara potensial akan muncul ketika kita mencoba
menafsirkan alasan yang mendasari atau yang menyebabkan adanya bebagai perbedaan itu.
Budaya bertindak sebagai suatu filter (penyaring), tidak hanya ketika kita memperesepsikan
seseorang, tetapi juga ketika kita berpikir tentang menafsirkan suatu kejadian, kita bisa
menafsirkan perilaku orang lain dari latar belakang cultural kita sendiri dan menarik beberapa
kesimpulan tentang perilaku tersebut berdasarkan keyakinan kita tentang perilaku dan budaya
kita sendiri. Tetapi penafsiran kita bisa salah bila perilaku yang sedang kita nilai berasal dari
suatu orientasi cultural yang berbeda dari budaya kita.
Dalam konseling lintas budaya menggunakan perspektif objektif ini seorang konselor akan
menggunakan dua pendekatan kebudayaan yang berbeda terhadap klien. Penggunaan perbedaan
kebudayaan dilakukan untuk menunjukkan dimensi dan variabilitas kebudayaan dan untuk
menunjukkan bahwa teori-teori komunikasi antar budaya tidak dimaksudkan untuk meneliti
perbedaan budaya. Emik Etik Peneliti mempelajari perilaku manusia dari luar kebudayaan objek
konseling, konselor menguji banyak kebudayaan dan membandingkan kebudayaan tersebut,
Struktur kebudayaan ditemukan sendiri oleh konselor, Struktur diciptakan oleh konselor,
Umumnya kriteria-kriteria yang diterapkan ke dalam karakteristik kebudayaan sangat realtif,
Kriteria-kriteria kebudayaan bersifat mutlak dan berlaku universal. Secara sangat sederhana,
emik mengacu pada pandangan warga masyarakat yang dikaji, sedangkan etik mengacu pada
pandangan si pengamat. Pendekatan emik dalam hal ini memang menawarkan sesuatu yang lebih
obyektif. Karena tingkah laku kebudayaan memang sebaiknya dikaji dan dikategorikan menurut
pandangan orang yang dikaji itu sendiri, berupa definisi yang diberikan oleh masyarakat yang
mengalami peristiwa itu sendiri. Bahwa pengkonsepan seperti itu perlu dilakukan dan ditemukan
dengan cara menganalisis proses kognitif masyarakat yang dikaji dan bukan dipaksakan secara
etnosentrik, menurut pandangan peneliti.
Stereotip merupakan sebuah persepsi, bertujuan untuk mencari gambaran seorang
individu yang berkaitan dengan sebuah kelompok budaya. Menurut Samovar dkk (2010:203)
dalam Wibawa, P. A. (2013) stereotip ialah sebuah persepsi yang bersifat menyamaratakan
gambaran perilaku dari orang-orang tertentu berdasarkan keanggotaannya dalam sebuah
identitas/kelompok budaya. Memilki sifat stereotip merupakan hal yang wajar ketika terdapat
satu situasi dimana seorang individu bertemu dengan orang yang belum dikenal atau masih
terasa asing dalam sebuah interaksi. Stereotip secara sederhana memberikan gambaran perilaku
orangorang berkaitan dengan gambaran perilaku identitas tertentu berdasarkan pengalaman dan
informasi yang sebelumnya telah dipercayai oleh seorang individu.
Stereotip negatif berpotensi memicu berbagai persoalan karena memicu pola
kesalahpahaman dalam mengidentifikasi gambaran suatu identitas, dalam tingkat yang
mengkhawatirkan persepsi stereotip dapat memicu munculnya konflik antar budaya. Ciri utama
dari stereotip ialah mempersempit gambaran dari sifat-sifat identitas teretentu, sehingga stereotip
merupakan salah satu faktor penghambat komunikasi antara budaya.
Stereotip didapatkan oleh manusia melalui proses pembelajaran selama hidupnya, faktor
lingkungan menjadi faktor utama pembentuk persepsi stereotip, persepsi stereotip
disosialisasikan oleh orang-orang terdekat, seperti: orang tua, anggota keluarga, guru, dan teman,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Persepsi stereotip disosialisasikan secara langsung
dapat diartikan bahwa terdapat faktor kesengajaan dari orang-orang terdekat untuk mengajari
seorang individu mengenai persepsi stereotip terhadap identitas tertentu, sedangkan proses
sosialisasi secara tidak langsung dapat diartikan bahwa seorang individu secara aktif
mempelajari persepsi stereotip dari ucapan, tindakan, sifat dan perilaku dari orang-orang
terdekatnya.
Prasangka merupakan salah satu fenomena yang hanya bisa ditemui dalam kehidupan sosial.
Seseorang tidak mungkin berprasangka bila tidak pernah mengalami kontak sosial dengan
individu lain. Prasangka memiliki fungsi heuristik (jalan pintas), yaitu langsung menilai sesuatu
tanpa memprosesnya secara terperinci dalam alam pikiran (kognisi) kita.
Prasangka merupakan sikap negatif yang diarahkan kepada seseorang atas dasar perbandingan
dengan kelompoknya sendiri. Menurut Effendy sebagaimana dikutip Liliweri, bahwa prasangka
merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena orang
yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang
melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas
dasar syakwa sangka, tanpa menggunakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata.
Karena itu, sekali prasangka sudah mencekam, orang tidak akan dapat berfikir objektif dan
segala apa yang dilihatnya selalu akan dinilai secara negatif.
Pada masa kini prasangka gender ini lebih kuat dan nyata dibanding prasangka rasial.
Wanita digambarkan sebagai seorang yang lemah, butuh dilindungi, tidak punya ambisi dan
lainnya. Akbitanya adalah mereka lebih sering dan tepat untuk berperan dalam bidang domistik
rumah tangga dan tidak diruang publik atau bekerja.
prasangka rasial sebagai penilaian negatif terhadap seseorang karena orang tersebut menjadi
anggota kelompok ras atau suku tertentu. Brigham dalam Kuncoro, memasukan juga perbedaan
agama dan nasionalisme kedalam prasangka rasial. Survey yang dilakukan di Amerika pada
tahun 1940 mengenai perlakuan terhadap ras berbeda menunjukan bahwa mayoritas responden
setuju untuk memisahkan bus dan jalan umum antara warga kulit putih dengan kulit hitam. Pada
tahun 1942 hanya kurang dari sepertiga warga kulit putih menyatakan setuju untuk melakukan
intgrasi dengan kaum negro dalam satu sekolah umum.
Agisme sebagai prasangka terhadap orang berusia lanjut (tua). Prasangka ini memang
muncul belakangan setelah berbagai prasangka sebelumnya seperti rasisme, prasangka agama
mulai berkurang seiring perkembangan dan peningkatan pemahaman akan adanya perbedaan.
Orang tua dikonotasikan sebagai orang yang tidak bermanfaat, menjadi beban, lemah, self esteem
rendah, pikun dan sakit-sakitan.
RANGKUMAN TUGAS 6

KONSELING LINTAS BUDAYA


Komunikasi adalah suatu hubungan yang melibatkan proses ketika informasi dan
pesan dapat tersalurkan dari satu pihak (orang / media ) ke pihak lain.. Komunikasi
berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi
dengan manusia-manusia lainnya. Hampir setiap manusia membutuhkan hubungan sosial
dengan orang lain dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi
sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi.
Pesan muncul lewat perilaku manusia, sebelum perilaku disebut pesan, perilaku harus
memenuhi dua syarat.

Perilaku harus diobservasi oleh seseorang, dan kedua perilaku harus mengandung
makna. Artinya, setiap perilaku yang dapat diartikan atau mempunyai arti adalah suatu
pesan. Kedua, perilaku mungkin disadari ataupun tidak disadari (terutama perilaku
nonverbal), perilaku yang tidak sengaja ini menjadi esan bila seseorang melihatnya dan
menangkap suatu makna dari perilaku itu.

Kepercayaan adalah anggapan subyektif bahwa suatu obyek atau peristiwa punya
ciri atau nilai tertentu, dengan tanpa bukti. Misalnya Tuhan YME, adam adalah manusia
pertama di bumi, AIDS adalah penyakit berbahaya dll. Nilai adalah komponen evaluatif dari
kepercayaan kita, mencakup : kegunaan, kebaikan, estetika, dan kepuasan. Jadi nilai bersifat
normatif, memberitahu suatu anggota buaday mengenai apa yang baik dan buruk, benar dan
salah, siapa yang harus dibela, apa yang garus diperjuangkan dan lain sebagainya.

Orientasi ini paling baik dianggap sebagai suatu rentang: dari being (siapa
seseorang), doing (apa yang dilakukan seseorang), dalam suatu budaya mungkin terdapat
dua kecenderungan ini, namun salah satu biasanya lebih dominan. Dalam buadya-budaya
tertentu, di Timur khususnya, siapa seseorang itu (raja, anak presiden, pejabat, keturunan
ningrat) lebih penting daripada apa yang dilakukannya. Sedangkan di Barat, justru apa yang
sedang atau telah dilakukan seseorang (prestasinya) jauh lebih penting daripada siapa dia.

Komunikasi yang merupakan gabungan anatara perilaku verbal dan non verbal.
Paralinguistik terdiri dari satu unit suara, atau gerakan yang menampilkan maksud tertentu
dengan makna tertentu. Paralinguistik juga berperan besar dalam komunikasi antarbudaya.
Contoh, orang Amerika yang berbicara terlalu keras acapkali oleh orang eropa dipandang
terlalu agresif atau tanda tidak bersahabat. Orang Inggris yang berbicara pelan dan hati-hati
dipahami sebagai sekretif bagi Amerika.

Simbolisme dan komunikasi non verbal yang pasif – beberapa di antarnya adalah
simbolisme warna dan nomor. Di Amerika Utara, AS dan Canada, warna merah
menunjukkan peringatan, daya tarik seks, berduka, merangsang. Sedangkan warna kuning
menggambarkan kesenangan dan kegembiraan. Warna biru berarti adil, warna bisnis
sehingga dipakai di perkantoran. Warna hitam menunjukkan kematian, kesengsaraan, dosa,
kegagalan dalam bisnis dan seksi. Sebaliknya warna merah di Brazil adalah yang
menunjukkan jarak penglihatan, hitam melambangkan kecanggihan, kewenangan, agama
dan formalitas.

Selain bahasa, komunikasi lintas budaya berfokus pada atribut sosial, pola pikir,
dan budaya dari kelompok-kelompok yang berbeda dari orang-orang. Hal ini juga
melibatkan pemahaman budaya yang berbeda, bahasa, dan adat istiadat orang-orang dari
negara-negara lain. Komunikasi lintas budaya berperan dalam ilmu-ilmu sosial seperti
antropologi, studi budaya, linguistik, psikologi dan ilmu komunikasi. Komunikasi lintas
budaya ini juga disebut sebagai dasar untuk bisnis internasional. Ada beberapa penyedia
layanan dari lintas-budaya yang dapat membantu pengembangan keterampilan komunikasi
lintas budaya itu sendiri.

Terdapat hubungan yang sangat erat antara budaya dan komunikasi. Menurut
Edward T. Hall (dalam Mulyana dan Rakhmat, 2000:vi) berpendapat bahwa :“culture is
communication” dan “communication is culture”. Artinya, budaya menjadi bagian dari
perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya. Cara kita berkomunikasi sangat tergantung pada
budaya kita : bahasa, aturan, dan norma kita masing-masing

Model komunikasi yang dapat menggambarkan komunikasi lintasbudaya ini


adalah Model Gudykunst dan Kim (1992:33), bahwa penyandian pesan dan penyandian
balik pesan merupakan suatu proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konseptual
yang dikategorikan menjadi faktor-faktor budaya, sosiobudaya, psikobudaya dan faktor
lingkungan. Dengan demikian proses komunikasi lintasbudaya ini sangat dinamik, berikut
dalam gambar 1 . Dalam komunikasi lintasbudaya, apabila terjadi perbedaan nilai-nilai
budaya, sosiobudaya dan psikobudaya, maka mudah menimbulkan prasangka terhadap etnik
lain. Beberapa kondisi yang tidak menguntungkan yang cenderung memperkuat prasangka
menurut Soeleman (1992) adalah (1) bila situasi kontak menciptakan persaingan di antara
berbagai golongan; (2) bila kontak yang terjadi tidak menyenangkan, dipaksakan, dan
tegang; (3) bila situasi kontak menghasilkan rasa harga diri atau status dari salah satu
golongan direndahkan; 4) bila warga dari suatu golongan atau golongan sebagai keseluruhan
sedang mengalami frustrasi (misalnya baru saja mengalami kegagalan atau musibah, depresi
ekonomi, dan sebagainya), kontak dengan golongan lain bisa membentuk
pengambinghitaman etnis; (5) bila kontak terjadi antara berbagai golongan etnis yang
mempunyai moral atau normanorma yang bertentangan satu sama lain

Menurut Dahrendorf untuk menyelesaikan konflik perlu ada pemaksaan melalui


kesepakatan (konsensus) terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Melalui konsensus nilai-nilai dan norma-norma yang dipaksakan itulah
masyarakat dapat dipersatukan dan dikendalikan sehingga tidak terjadi konflik yang
mengarah kepada kehancuran. Model resolusi konflik Dahrendorf inilah yang kemudian
diadopsi sehinggga melahirkan model resolusi litigasi (hukum), non litigasi (negosiasi,
mediasi, konsiliasi dan arbitrasi) dan pranata adat. Galtung menawarkan cara menyelesaikan
konflik dengan membongkar fondasi dasar penyebab konflik. Itu berarti faktor budaya yang
menjadi fondasi dasar setiap kekerasan harus ditransformasikan ke budaya perdamaian.
Dalam pandangan Galtung menghentikan konflik kekerasan dan konflik struktural sangat
tidak realistik jika tidak mengubah fondasi dasarnya, karena selama fondasinya masih kokoh
(kekerasan kultural) maka kekerasan struktural dan konflik kekerasan itu tetap akan terjadi.
RANGKUMAN TUGAS 7

KONSELING LINTAS BUDAYA


Budaya merupakan sikap, nilai, keyakinan dan perilaku, pemikiran dan atau ide
yang dimiliki oleh sekelompok orang yang akan mengalami perubahan secara kontinu
melalui proses komunikasi (Berger dan Thomas Luckman, 1991). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata “budaya” didefinisikan sebagai akal budi, hal ini mengacu
pada serapan yang diambil dari Bahasa sansekerta “buddayah” yang merupakan bentuk
jamak dari “buddhi” yang berarti akal. KBBI mendefinisikan budaya sebagai sesuatu
yang suddah menjadi kebiasaan dan sukar diubah, dengan demikian jelas bahwa sesuatu
yang disebut sebagai suatu hal yang sudah mengakar pada masyarakatnya yang nilai-
nilainya sulit diubah.
Terdapat beberapa ciri khas budaya yaitu: (1) Budaya sebagai sebuah konsep
abstrak; aspek budaya yang dapat diamati sesungguhnya bukanlah budaya itu sendiri
melainkan perbedaan prilaku manusia dalam aktivitas dan Tindakan, pemikirana, ritual,
tradisi, maupun material sebagai produk dari kelakuan manusia, (2) Budaya sebagai
konseptual kelompok; budaya ada ketika terjadi pertemuan antar manusia, yang di
dalamnya akan membuahkan pola-pola adaptasi dalam perilaku, norma, keyakinan,
maupun pemikiran dan atau ide, dan (3) budaya diinternalisasikan oleh anggota
kelompok.

Kognisi adalah istilah umum yang mencakup seluruh proses mental yang mengubah
masukan-masukan dari indera menjadi salah satu proses dasar kognisi ialah pemberian
kategori pada setiap benda atau obyek atas dasar persamaan dan perbedaan karakternya.
Selain kedua hal di atas, pemberian kategori juga biasanya didasarkan pada fungsi dari
masing-masing obyek tersebut.
Proses-proses mental dari kognisi mencakup persepsi, pemikiran rasional, dan
seterusnya. Ada beberapa aspek kognisi, yaitu kategorisasi (pengelompokan), memori
(ingatan), dan pemecahan masalah (problem solving).

Kognisi berasal dari kata cognoscare yang artinya mengetahui. Aspek kognisi
banyak mempermasalahkan bagaimana cara memperoleh pemahaman tentang dirinya
dan lingkungannya, serta bagaimana dengan kesadaran itu ia berinteraksi dengan
lingkungannya. Setiap perilaku sadar manusia didahului oleh proses kognisi yang
memberi arah terhadap perilaku dan setiap lahiriahnya baik dirasakan maupun tidak
dirasakan.
Selain itu, kognisi adalah istilah ilmiah untuk “proses pikiran” yaitu bagaimana
manusia melihat, mengingat, belajar, dan berpikir tentang informasi. Kognisi terdiri dari
Problem Solving, Atensi, Kreativitas, Intelegensi, Persepsi, dan Memori. Salah satu
contoh Budaya mempengaruhi kognisi yaitu Suku Sasak yang membersihkan lantai
menggunakan kotoran kerbau karena berkeyakinan akan lebih bersih. Namun jika
dilihat dari sudut pandang sudut pandang medis, hal tersebut tidak sehat karena di dalam
kotoran terkandung banyak bakteri yang dapat membahayakan kesehatan. Untuk itu,
peran konselor disinilah sangat di perlukan, bagaimana cara konselor untuk mengubah
dan meyakinkan cara pikir suku sasak tersebut. Konselor harus berperan aktif dalam
mencari informasi mengenai kandungan bakteri yang terdapat di kotoran kerbau.
Pemerintah Indonesia menetapkan suatu kebijakan baru yang disinyalir dapat
menjadi alternatif kemajuan pendidikan nasional, yakni dengan menerbitkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan atau yang disingkat dengan Permendikbud Nomor
23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Adapun kebijakan ini
diimplementasikan dengan ruang kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).Adanya
program gerakan literasi sekolah ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk gemar
membaca, serta dapat meningkatkan kemampuannya dalam memahami isi teks dan tata
bahasa yang ada. Langkah dasar dalam upaya menciptakan busaya membaca adalah
dengan menumbuhkan minat baca.
Pembiasaan keterampilan literasi ini juga dipercaya dapat menumbuhkan rasa
percaya diri yang tinggi dalam kepribadian siswa. Dengan adanya budaya literasi atau
budaya membaca masyarakat Indonesia, khususnya siswa dapat membuka dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan mereka atas literatur-literatur yang tersedia.
Melalui budaya membaca, seseorang dapat mempunyai cara berpikir yang luas
sehingga ia mampu menghubungkan setiap detail permasalahan yang dihadapi untuk
dicarikan solusi yang tepat. semakin tinggi budaya membaca maka semakin meningkat
kemampuan berpikir kritis.
Budaya organisasi adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seorang
karyawan mengenal dan terikat pada perusahaannya. Seorang karyawan yang memiliki
budaya organisasi tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati
organisasi untuk mengabaikan sumber-sumber kekesalan minor pada organisasi, dan
untuk melihat dirinya sendiri menjadi anggota jangka panjang dari organisasi.
Karyawan yang merasa lebih berbudaya organisasi pada organisasi memiliki kebiasaan-
kebiasaan yang bisa diandalkan, berencana untuk tinggal lebih lama di dalam
organisasi, dan mencurahkan lebih banyak upaya dalam bekerja.
Budaya organisasi menekankan pada sifat dan sikap pegawai dalam bekerja, nilai-
nilai dan kesempatan terhadap rencana strategis organisasi. Nilai-nilai ini beragam
tergantung pandangan dari masing-masing, seperti kepribadian yang membentuk
manusia. Budaya organisasi adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota
organisasi yang diterapkan dan dikembangkan secara berkesinambungan yang dapat
dijadikan sebagai acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
Budaya organisasi berkaitan dengan situasi, paradigma, perasaan dan perilaku
karyawan. budaya organisasi meliputi loyalitas serta keterlibatan karyawan terhadap
kesuksesan organisasi. Seseorang yang memiliki budaya organisasi yang tinggi akan
memiliki identifikasi dengan organisasi, terlibat sungguh-sungguh dalam pekerjaan dan
ada loyalitas serta afeksi positif terhadap organisasi.
Budaya organisasi dianggap penting bagi organisasi karena pengaruhnya terhadap
turn over dan hubungan dengan kinerja yang mengasumsikan bahwa individu yang
memiliki budaya organisasi cenderung mengembangkan upaya yang lebih besar pada
pekerjaan
Budaya religius merupakan kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia
dalam bentuk keyakinan sebagai rutinitas yang terwujud dalam ibadah atau pola pikir
dan tingkah laku lahiriyah yang berlandaskan pada nilai-nilai religius (keberagamaan).
Pola pikir dan tingkah laku lahiriyah tersebut merupakan suatu kebijakan yang
dijalankan oleh seluruh warga, sehingga secara sadar maupun tidak sadar mereka akan
melaksanakan ajaran agama penuh dengan budi luhur (al-akhlaq al-karimah), sehingga
akan tertanam budaya religius. budaya religius sangat perlu dilakukan sebagai upaya
pengembangan kecerdasan emosional.
Untuk menciptakan peserta didik yang pandai bukan hanya dari segi Intelegence
melainkan juga dari segi emosional dan berbudi luhur menjadi pelajar yang harus
mampu menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Allah, serta menjadi pelajar
yang baik dalam budaya religius maka pengembangan kecerdasan emosionalnya peserta
didik akan semakin baik. Dalam pendekatan kecerdasan umum dan genetik
epistemologi, cara berpikir seseorang cenderung mengarah pada aspek “bagaimana”
daripada aspek “seberapa banyak” (kemampuan) dalam kehidupan kognitifnya.
Kemampuan kognitif dan model-model kognitif merupakan salah satu cara bagi sebuah
suku dan anggotanya membuat kesepakatan yang efektif terhadap masalah yang
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini mencari poladari aktivitas
kognitif berdasarkan asumsi universal bahwa semua proses berlaku pada semua
kelompok, tetapi pengembangan dan penggunaan yang berbeda akan mengarah pada
pola kemampuan yang berbeda juga. Seorang pengembang dimensi model kognitif FDI
yang bernama Within menyatakan bahwa kemampuan kognitif ini tergantung pada cara
yang ditempuh untuk membuktikan “pola” yang dipilih. Tetapi menjelaskan pola yang
begitu luas cangkupannya daripada kecerdasan umum. Membangun FDI yang dimaksud
adalah memperbesar kepercayaan dari individu tersebut atau menerima lingkungan fisik
atau social yang diberikan, melakukan pekerjaan yang diberikan, melakukan pekerjaan
yang bertolak belakang seperti menganalisi atau membangun.

Locus of control umumnya dibedakan menjadi dua berdasarkan arahnya,


yaituinternal dan eksternal. Individu dengan locus of control eksternal melihat diri
mereka sangat ditentukan oleh bagaimana lingkungan dan orang lain melihat mereka.
Sedangkan locus of control internal melihat independensi yang besar dalam kehidupan
dimana hidupnya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri.
Sebagai contoh adalah penelitian perbandingan antara masyarakat Barat (Eropa-
Amerika) dan masyarakat Timur (Asia). Orang-orang Barat cenderung melihat
melihatdiri mereka dalam kaca mata personal individual sehingga seberapa besar
prestasi yang mereka raih ditentukan oleh seberapa keras mereka mereka bekerja dan
seberapa tinggi tingkat kapasitas mereka. Sebaliknya, orang Asia yang locus of control
kepribadiannya cenderung eksternal melihat keberhasilan mereka dipengaruhi oleh
dukungan oranglain ataupun lingkungan.
Motivasi adalah faktor yang membangkitkan dan menyediakan tenaga bagi perilaku
manusia dan organisme lainnya. Motivasi manusia merupakan konsep yang paling
banyak menarik perhatian dan diteliti dalam kajian psikologi, sekaligus paling
kontroversial karena banyaknya definisi dan pemikiran yang dikembangkan. Teori
motivasi yangn terkenal diantaranya disampaikan oleh Maslow dan Mc-Clelland.
Dalam teori motivasi Maslow, manusia memiliki hierarki kebutuhan dari kebutuhan
paling dasar yaitu fisiologis hingga kebutuhan paling tinggi yaitu aktualisasi diri.
Sementara menurut Mc-clelland, manusia juga dimotivasi oleh dorongan sekunderyang
penuh tenaga yang tidak berbasis kebutuhan, yaitu berprestasi, berafiliasi atau menjalin
hubungan, dan berkuasa.
Dalam tradisi barat, konsep diri bersifat individual, motivasi diasosiasikan sebagai
sesuatu yang personal dan internal, dan kurang terkait dengan konteks social atau pun
interpersonal. Dalam komunitas tradisi timur, konsep diri condong dilihat sebagai
bagian kolektifitas, kesuksesan adalah untuk mencapai tujuan sosial yang lebih luas.
Kesuksesan selalu dipandang terkait dengan kebanggaan dan kebahagiaan oranglain,
terutama orang-orang terdekat.

Memelihara atau meningkatkan harga diri diasumsikan akan memiliki bentuk yang
berbeda pada budaya yang cenderung interdependent. Diantara orang-orang yang datang
dari budaya interdependent, penaksiran atribut internal diri mungkin tidak terkait
dengan harga diri (self esteem) ataupun kepuasan diri (self satisfiaction).Sebaliknya,
harga diri ataupun kepuasan diri terlihat lebih terkait dengan keberhasilan memainkan
perannya dalam kelompok, memelihara harmoni, menjaga ikatan, dan saling membantu.
Bagi orang-orang dri interdependent culture, melihat dirir sebagai unik atau berbeda
malah akan menjadikan ketidakseimbangan psikologis diri. Mereka akan merasa
terlempar dari kelompoknya dan kesepian sebagai manusia.
RANGKUMAN TUGAS 8

KONSELING LINTAS BUDAYA


Sensitifitas budaya adalah pemahaman dan toleransi terhadap semua gaya hidup dan
kebudayaan. Sensitifitas antarbudaya dibentuk oleh berbagai variabel yang kompleks dan
saling berhubungan. Selain keterikatan pada nilai budaya, variabel yang juga akan
berhubungan pada sensitivitas antarbudaya adalah intensitas kontak dengan budaya lain,
serta beberapa kualitas pribadi seperti keterbukaan pada ambiguitas.

Unsur-unsur budaya yang dibawakan oleh organisasi dan lembaga-lembaga sosial


dapat mempengaruhi apa apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh individu. Tingkat
pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang
dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang dimasukinya. Hal ini menimbulkan
tingkat-tingkat perbedaan budaya yang sangat besar.

Budaya merupakan sesuatu yang ada dalam setiap diri individu, tidak ada individu
yang tidak memiliki budaya, oleh karena itu konselor yang peka budaya sangat
dibutuhkan dalam pelayanan konseling. Adapun pengertian dari konselor peka budaya itu
sendiri adalah konselor yang menyadari bahwa secara kultural individu memiliki
karakteristik yang unik dan kedalam proses konseling individu membawa karakteristik
unik tersebut.

Penerapan konseling lintas budaya mengharuskan konselor sensitive atau peka dan
tanggap terhadap adanya keragaman budaya dan adanya perbedaan budaya antara klien
yang satu dengan klien lainnya, dan antara konselor sendiri dengan kliennya. Konselor
harus sadar akan implikasi diversitas budaya terhadap proses konseling. Karena, budaya
yang dianut sangat mungkin menimbulkan masalah dalam interaksi manusia dalam
kehidupan sehari-hari, masalah bisa muncul akibat interaksi individu dengan
lingkungannya, dan sangat mungkin masalah terjadi dalam kaitannya dengan unsur-unsur
kebudayan yaitu budaya yang dianut oleh individu, budaya yang ada di lingkungan
individu, serta tuntutan-tuntutan budaya lain yang ada di sekitar individu.

Konseling antar budaya akan berhasil apabila telah mengembangkan 3 dimensi


kemampuan yaitu dimensi keyakinan, dan sikap pengetahuan dan keterampilan yang
sesuai dengan klien antar budaya yang akan dilayani. Konselor tidak dipersiapkan secara
khusus untuk menangani klien-klien yang latar belakang budaya, suku atau ras, dan
kelompok- Kelompk sosial ekonomi tertentu, akan tetapi menangani klien yang bersifat
antar budaya atau bahkan multi budaya.

Kebutuhan akan konseling antar budaya di Indonesia makin terasa, mengingat


penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memilki beraneka corak sub-
kultur yang berbeda-beda karakteristik sosial budaya masyarakat yang majemuk itu tidak
dapat diabaikan dalam perencanaan dan penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Pelayanan BK yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan
mutu kehidupan serta martabat manusia Indonesia harus berakar pada budaya bangsa
Indonesia sendiri. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan BK harus dilandasi dan
mempertimbangkan keanekaragaman sosial budaya yang hidup dalam masyarakat,
disamping kesadaran akan dinamika sosial budaya itu menuju masyarakat yang lebih
maju.

Seperti aspek-aspek yang signifikan pada persepsi,ingatan, dan sisa sejarah yang
membisu.Waktu yang mengiris pada sesi konseling akan memperluas horizontally yang
meliputi sejarah dan masa depan klien, serta ketegak lurusan ke penggabungan makna
budaya itu.

Konsep ahirnya adalah mengkritisi komonikasi antar budaya, semenjak di sarankan


empati ketentuan pertalian dan hubungan berdasarkan atas kesamaan antar kedua
partisipan konseling antar budaya, mungkin tidak adanya definisi interaksi yang akurat
secara menyeluruh, semenyak empati, menjelaskan pemahaman orang lain atas kesulitan
bersama, tidak akan terjadi. Sebelum menjauhi kemungkinan konseling antar budaya, kita
selalu melihat kebutuhan yang serupa untuk menompang empati.

Membangun suatu proses berbaris psikologi, budaya belajar ( cultural learning )


mungkin menentukan seprangkat persepsi persamaan yang lebih menemukan
perbedaanya. Jika laboratory ditemukan akan bias memperluas level persepsi social, kita
dapat melakukan hipotesis yaitu sebagian masyarakat Amerika, sebagai contoh, budaya
belajar mendorong persepsi yang sama dengan yang lainya, orang Perancis ( French )
mungkin predisposition untuk menerima suatu perbedaan. Pengamatan secara umum
yang dibutuhkan adalah untuk memperkuat atau juga untuk menolaknya. Menandakan
suatu kondensasi proses konseling pada seluruh pengalaman hidup individu, menekankan
sebagian pengalaman lebih dari yang lain. Situasi konseling adalah “simulacrum” pada
tempat kehidupan klien. Hal tersebut dipersepsikan sebagai suatu yang usang (timeworn)
dan sulit dianalisis, tapi kita telah memiliki saat putaran teknologi dan menggunakan
prinsip-prinsip hologram sebagai model untuk situasi konseling. Dalam informasi
hologram dalam mengamati catatan atas lapisan hologram dalam bentuk campur tangan
yang kompleks, pola-pola yang kelihatan tak berarti. Ketika pola-pola itu diterangi oleh
cahaya yang masuk akal bagaimanapun kesan originalnya adalah direkontruksi proses
yang parallel terhadap rekontruksi dalam interaksi antara konselor dengan klien.

Klarifikasi teoritis dan praktis terhadap empati masih meninggalkan satu


pertanyaan ,yaitu: Bagaimana konselor dapat memiliki suatu pemahaman terhadap
kesadaran pada orang lain ,seperti klien. Untuk menggenggam empati secara natural
suatu pengertian apa yang terjadi terjadi dalam persepsi pada setiap peristiwa itu.

Dari ulasan diatas agar berjalan efektif konselor dalam hal ini dituntut untuk
mempunyai kompetensi atau kemampuan beberapa karakteristik konselor sebagai
berikut:

1). Konselor lintas budaya sadar terhadap nilai-nilai pribadi yang dimilikinya dan
sumsi asumsi terbaru tentang perilaku manusia. Dalam hal ini, konselor yang melakukan
praktik konseling lintas budaya, seharusnya sadar bahwa dia memiliki nilai nilai sendiri
yang harus dijunjung tinggi. Konselor harus sadar bahwa nilai nilai dan norma norma
yang dimilikinya itu akan terus dipertahankan sampai kapanpun juga. Di sisi lain,
konselor harus menyadari bahwa klien yang akan dihadapinya adalah mereka yang
mempunyai nilai nilai dan norma yang berbeda dengan dirinya. Untuk hal itu, maka
konselor harus bisa menerima nilai nilai yang berbeda itu dan sekaligus mempelajarinya.

2). Konselor lintas budaya sadar terhadap karakteristik konseling secara umum.

Konselor dalam melaksanakan konseling sebaiknya sadar terhadap pengertian dan


kaidah dalam melaksanakan konseling. Hal ini sangat perlu karena pengertian terhadap
kaidah kanseling yang terbaru akan membantu konselor dalam memecahkan masalah
yang dihadapi oleh klien. Terutama mengenai kekuatan baru dalam dunia konseling yaitu
konseling lintas budaya.

3). Konselor lintas budaya harus mengetahui pengaruh kesukuan, dan mereka harus
mempunyai perhatian terhadap lingkungannya. Konselor dalam melaksanakan tugasnya
harus tanggap terhadap perbedaan yang berpotensi untuk menghambat proses konseling.
Terutama yang berkaitan dengan nilai nilai atau norma norma yang dimiliki oleh suku
suku tertentu. Terlebih lagi, jika konselor melakukan praktek konseling di indonesia. Dia
harus sadar bahwa Indonesia mempunyai kurang lebih 357 etnis, yang tentu saja
membawa nilai nilai dan norma yang berbeda. Untuk mencegah timbulnya hambatan
tersebut, maka konselor harus mau belajar dan memperhatikan lingkungan di mana dia
melakukan praktik. Dengan mengadakan perhatian atau observasi nilai-nilai lingkungan
di sekitarnya, diharapkan konselor dapat mencegah terjadinya kemandegan atau
pertentangan selama proses konseling.

4). Konselor lintas budaya tidak boleh mendorong seseorang (klien) untuk dapat
memahami budayanya (nilai-nilai yang dimiliki konselor). Untuk hal ini, ada aturan main
yang harus ditaati oleh setiap konselor. Konselor mempunyai kode etik konseling, yang
secara tegas menyatakan bahwa konselor tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada
klien.Hal ini mengimplikasikan bahwa sekecil apapun kamauan konselor tidak bolah
dipaksakan kepada klien.Klien tidak boleh diintervensi oleh konselor tanpa persetujuan
klien.

5). Konselor lintas budaya dalam melaksanakan konseling harus mempergunakan


pendekaten eklektik. Pendekatan eklektik adalah suatu pendekatan dalam konseling yang
mencoba untuk menggabungkan beberapa pendekatan dalam konseling untuk membantu
memecahkan masalah klien. Penggabungan ini dilakukan untuk membantu klien yang
mempunyai perbedaan gaya hidup. Selain itu, konseling eklektik dapat berupa
penggabungan pendekatan konseling yang ada dengan pendekatan yang digali dari
masyarakat pribumi (indegenous).
RANGKUMAN TUGAS 9

KONSELING LINTAS BUDAYA


Komunikasi dan budaya secara timbal balik saling berpengaruh satu sama lain. Budaya
dimana secara individu-individu disosialisasikan, akan berpengaruh terhadap cara mereka dalam
berkomunikasi. Dan cara bagaimana individu-individu itu berkomunikasi, dapat mengubah
budaya yang mereka miliki dari waktu ke waktu. Hanya saja, kebanyakan analisis tentang
komunikasi antarpribadi mengabaikan hubungan ini dan aspek budaya menjadi kosong dalam
studi komunikasi.Sebaliknya, studi-studi tentang komunikasi lintas budaya, menguji pengaruh
budaya terhadap komunikasi. Kebanyakan analisis tentang komunikasi lintas budaya
membandingkan dan mempertentangkan pola-pola komunikasi dari berbagai macam budaya

Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris “communication”.Secara etimologis atau
menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada
kata communis.Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik
bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi
adalah manusia.

Guna melihat lebih jauh tentang komunikasi sebagai proses budaya kita perlu mengkaji
secara ringkas Apa itu budaya atau kebudayaan agar mempunyai kerangka pemikiran dan konsep
yang sama. Sebab definisi kebudayaan sangat banyak.AL Kroeber dan C. Kluckhlon dalam
bukunya Cultural, A Critical Review of Concept and Definition pernah menghitung ada sekitar
179 definisi kebudayaan.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani.Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Antara komunikasi dan kebudayaan , keduanya tidak dapat dipisahkan, karena antara yang
satu dengan satunya lagi memiliki kaitan yang sangat mendalam.Komunikasi dan budaya
mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang.Budaya menjadi bagian dari
prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall bahwa
komunikasi adalah Budaya dan Budaya adalah komunikasi.

Tidak banyak orang menyadari bahwa bentuk-bentuk interaksi antarbudaya sesungguhnya


secara langsung atau tidak melibatkan sebuah komunikasi.Pentingnya komunikasi antarbudaya
mengharuskan semua orang untuk mengenal panorama dasar-dasar komunikasi antarbudaya
itu.Komunikasi itu muncul, karena adanya kontak, interaksi dan hubungan antar warga
masyarakat yang berbeda kebudayaannya. Jadi sebenarnya tak ada komunitas tanpa kebudayaan,
tidak ada masyarakat tanpa pembagian kerja, tanpa proses pengalihan atau transmisi minimum
dari informasi. Dengan kata lain, tidak ada komunitas, tidak ada masyarakat, dan tidak ada
kebudayaan tanpa komunikasi. Di sinilah pentingnya kita mengetahui komunikasi antarbudaya
itu.

Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Komunikasi & Budaya, artinya : melalui komunikasi kita membentuk kebudayaan.

Budaya & Komunikasi, artinya : kebudayaan menentukan aturan & pola-pola komunikasi.
Keseluruhan perilaku komunikasi individu terutama tergantung pada kebudayaannya.

Komunikasi & Budaya, artinya : Jika bukan karena kemampuan manusia untuk berkomunikasi
(menciptakan bahasa simbolik) tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol, nilai-
nilai, aturan dan tata upacara yang memberikan batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan.
Melalui komunikasi kita dapat mewariskan unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi ke
generasi berikutnya serta dari satu tempat ke tempat lain.

Budaya & Komunikasi, artinya : Komunikasi merupakan sarana yang dapat menjadikan individu
sadar akan dan menyesuaikan diri dengan subbudaya-subbudaya atau kebudayaan asing yang
dihadapinya
RANGKUMAN TUGAS 10

KONSELING LINTAS BUDAYA


Alek lapan uang adalah pesta pernikahan yang mempertemukan dua kepala suku atau niniak
mamak kedua mempelai di rumah mempelai perempuan untuk membicarakan tentang kedua
keponakan dari dua kepala suku atau niniak mamak yang akan melaksanakan pesta pernikahan.
Namun, sebelum sampai pada proses alek lapan uang ada beberapa tahapan harus dilaksanakan
masyarakat dalam perkawinan tersebut. Oleh karena itu, perlu diterangkan beberapa proses adat
dalam perkawinan di Nagari Guguak Malalo untuk mendekatkan pemahaman terhadap tradisi
alek lapan uang, berikut penjelasan proses-proses dalam perkawinan secara adat di Nagari
Guguak Malalo. (Soekanto S, 1982, 243). Alek lapan uang sebagai aturan adat dalam tradisi
perkawinan yang diterima masyarakat Guguak Malalo secara turun-temurun merupakan bagian
penting dalam proses perkawinan sehingga alek lapan uang masih bertahan sampai sekarang.
Keberadaan alek lapan uang dalam perkawinan masyarakat Guguak Malalo merupakan
legitimasi niniak mamak terhadap perkawinan yang dilakukan masyarakat, meninggalkan alek
lapan uang berarti mengabaikan niniak mamak sebagai orang yang dihormati dalam ketentuan
adat. (Salim, 2016, 253).

Dilihat dari dimensi budaya, konsep perkawinan yang ditandai dengan pesta perkawinan
lebih cenderung merupakan kewajiban sosial yang muncul dari manifestasi kehendak setiap
individu. Pesta dalam perkawinan di nilai sebagai “keharusan sosial” yang merupakan warisan
tradisi serta dianggap sebagai suatu yang sakral. Oleh karena itu, mengadakan pesta dalam
perkawinan bukan lagi pilihan hidup yang memberikan kebebasan untuk menerima atau menolak
melainkan kewajiban yang harus dijalani sebagai bagian dari siklus kehidupan dalam perkawinan
(Ismail Kaliki, 2015, 32). Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa, melaksanakan alek lapan
uangmerupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap orang di Nagari Guguak Malalo
yang akan melakukan ikatan perkawinan.

Dengan adanya kewajiban bagi masyarakat untuk melaksanakan alek lapan uang tersebut, maka
bagi yang meninggalkan alek lapan uangmaka akan dijatuhkan sanksi adat, sanksi yang
diterapkan terhadap masyarakat sangat memberatkan dan tidak sebanding antara manfaat dengan
dampak yang ditimbulkan bagi keluarga yang meninggalkan alek lapan uang dari pada manfaat
yang dirasakannya, lebih lanjut Suci menjelaskan unsur negatif yang ditimbulkan bagi orang
yang tidak melaksanakan alek lapan uang, berupa putusnya talisilaturrahmi antara dua keluarga
dan niniak mamak, terjadinya fitnah dikalangan masyarakat dan sanksi tersebut juga akan
berlaku pada keturunnya.

Setelah melakukan perkawinan atau ijab kabul di Nagari Simawang Kabupaten Tanah Datar
ada aturan adat yang harus dilaksankan yaitu tradisi manjampuik nasi sapariuk, manjampuik nasi
sapariuk adalah kebiasaan manjampuik marapulai dengan membawa nasi sapariuk apabila
pasangan tersebut tidak melaksankan walimah, apabila tradisi ini belum dilaksanakan maka
perkawinan bagi pasangan suami istri di dalam adat yang berlaku di Nagari Simawang
Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar termasuk nikah gantuang, maksud dari nikah
gantuang tersebut yaitu suami belum boleh tinggal serumah dengan istri,sahilia samudiak (jalan-
jalan berdua-duaan) dan melakukan hubungan suami istri sampai ia melaksanakan tradisi
manjampuik nasi sapariuk di Nagari Simawang Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar,
apabila kedua pengantin tetap ingin serumah maka pengantin laki-laki akan dianggap sebagai
tamu tak diundang di kediaman keluarga perempuan.

Tradisi batalam ampek sudah ada sejak massa kerajaan pagaruyuang di Minangkabau,
tahun tepatnya belum diketahui secara pasti kapan tradisi ini di mulai dan sampai saat ini tradisi
batalam ampek masih di pertahankan oleh masyarakat lintau Buo Utara. Dahulunya isi talam
ampek ini berisikan siwajik, siputiah, sikunyik, paniaram, dan daun-daunan seperti daun kelapa
dan daun sirih sebagai hiasan, sekarang daun-daunan itu diganti dengan kue-kue kecil.
Perubahan yang lebih dominan terlihat dari cara pembuatannya dahulu isi talam ampek ini
dimasak di rumah orang yang sedang melalukan pernikahan dan sekarang diupahkan dan dibeli.
Proses tradisinya diawali dengan memasak isi talam ampek (siwajik, siputiah, sikunyik,
paniaran) pada hari menjelang baralek pernikahan, setelah itu keesokan harinya dilajutkan
dengan acara penghantaran pengantin wanita ke tempat penganti laki-laki dan sebaliknya dengan
membawah talam ampek, setelah sampai ditempat tujuan melakukan petatah petitih oleh niniak
mamak, kemudian dilanjutkan dengan makan pemboli, dan keluarga mempelai kembali kerumah
masing-masing Makna tradisi batalam ampek ini bagi masyarakat Lintau Buo Utara untuk
menjaga danmempertahankan tradisi yang sudah ada dilaksanakan dari dahulunya, selain itu
salah satu cara untuk menghargai niniak mamak yang ada di setiap nagari. Fungsi dari tradisi ini
untuk memnentukan posisi duduk niniak. mamak laki-laki dan perempuan dan sebagai acara
silahturahmi antara kedua keluarga mempelai.
Besar kecilnya alek yang diselenggarakan sesuai dengan kemampuan ekonomi orang tua.
Jika berasal dari keluarga kaya, sang anak bisa diarak keliling kampung seperti penobatan
seorang bupati. Keluarga yang hidup sederhana setidaknya bisa menggelar pesta kecil dengan
syukuran yang disebut mandoa. Selain itu, menurut adatnya pesta meriah untuk sunat rasul ini
diutamakan untuk anak laki-laki pertama atau anak tunggal. Makna dari tradisi ini lebih karena
kebiasaan yang turun temurun sebagai pembayar hutang orang tua pada anak mereka yang akan
beranjak dewasa.

Ini merupakan tradisi adat di Tanah Datar yang memiliki nilai silaturahmim (jalinan kasih
sayang), khsusnya dengan antara bako si bayi dengan anak pisanganya. Pada saat anak telah
berusia 3 bulan, bako datang menjemput dan membawa bayi ke rumahnya. Biasanya dengan
membawa kain balapak sebagai selimut bayi dan manik-manik dijadikan kalung bayi, sebagi
ungkapan kasih sayang bako terhadap anak pisanganya. Bayi diinapkan di rumah bako 3 (tiga)
hari untuk diperkenalkan dan didekatkan dengan keluarga bapak, khsusnya saudara-saudara
perempuan bapak si bayi. Setelah tiga hari menginap di rumah bako, bayi diantarkan kembali
oleh bako-nya ke rumah ibu sibayi.

Alek dipagadang atau maksudnya adalah upacara manya- ratuih hari yang akan
dilaksanakan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga yang ditinggalkan. Jika
keluarga duka berada pada golongan ekonomi menengah ke atas, maka upacara manyaratuih hari
yang akan dilaksanakan bersifat besar, dan dilaksanakan yang dibutuhkan, dipaketek jika
keluarga duka tidak memiliki cukup uang golongan ekonomi menengah ke bawah, maka upacara
manyaratuih hari yang dilak-sanakan bersifat kecil. Besar atau kecilnya upacara yang
dilaksanakan dapat dilihat dari 3 hal berada pada atau yaitu jenis hewan yang disembelih,
makanan yang dihidangkan serta orang yang akan dipanggia. Untuk alek manyaratuih hari yang
bersifat besar, hewan yang disembelih biasanya adalah sapi atau kerbau, sedangkan untuk alek
manyaratuih hari yang tergolong menengah dan keluarga duka menyembelih kambing kecil,
hanya membeli beberapa atau kilogram daging (Jusmaini, Desember 2019). Dipanggia adalah
digunakan untuk memberitahukan kepada masyarakat agar dapat meng- hadiri pelaksanaan
upacara manya- ratuih hariyang disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut. Orang yang
akan dipanggia disesuaikan dengan jenis alek manyaratuih hariyang dilaksanakan. Kalau alek
manyaratuih hari bersifat besar, maka orang yang akan dipanggia lebih banyak, tidak hanya
masyarakat yang berada di nagari, tetapi kenalan keluarga duka juga diundang untuk menghadiri
cara yang tersebut. Berbeda dengan acara pelaksanaan upacara manyaratuih hari yang bersifat
menengah atau kecil, orang yang akan dipanggia untuk menghadiri alek manyaratuih hari hanya
orang terdekat.

Kancah atau kuali besar sebagai tempat untuk memasak makanan yang akan disajikan
dalam upacara manyaratuih hari. Perleng- kapan makan seperti piring, gelas, sendok, sebagainya
juga dibutuhkan sebagai tempat untuk meletakkan jamuan yang akan dihidangkan. Tikar, kursi
dan meja berfungsi sebagai tempat duduk dan tempat makan masyarakat yang datang. Kapalo
du'a adalah pemberian berbagai alat-alat kebutuhan kepada tuangku. Alat-alat yang diberikan
kepada tuangku yaitu kasur, selimut, bantal, perlengkapan mandi, baju, celana, sandal, peci,
perlengkapan makan seperti piring, gelas, sendok dan sebagainya. Pemberian kapalo du'a kepada
tuangku ini bertujuan untuk membalas budi baik tuangku yang telah datang ke rumah duka untuk
berdo'a, mulai dari empat belas hari sampai seratus sepuluh hari jenazah dike-bumikan. Kapalo
du'a diberikan kepada penyelenggaraan upacara manyaratuih hari. garpu, mangkok dan tuangku
sehari setelah

Bagi keluarga dekat si almarhum/ almarhumah akan membawa beras yang diisi ke dalam
mangkok dan dibungkus dengan sapu tangan, amai atau istri mamak akan membawa talam tinggi
yang berisi 11 macam makanan, sedangkan untuk tetangga sesuku akan membawa rantang yang
berisi beras dan telur, atau beras dengan kue bolu kecil-kecil. Berbeda dengan kaum laki-laki
yang tidak membawa buah tangan seperti kaum ibu-ibu. Acara malam hari dimulai pukul 21.00
WIB. Acara ini dihadiri oleh niniak mamak, tuangku, sumando dan masyarakat yang laki-laki.
Setelah semuanya berkumpul, acara diawali dengan membaca ayat suci Al-Quran bersama-sama,
setelah itu jamuan makan akan dihidangkan oleh sumando.
RANGKUMAN TUGAS 12

KONSELING LINTAS BUDAYA


Jika anak perempuan sudah dianggap layak berkeluarga, maka menjadi tanggung
jawab keluarga untuk memikirkan siapa yang menjadi pasangan anak perempuan
mereka. Pihak keluarga mulai mengamati lelaki yang masih bujang yang layak untuk
dijadikan menantu. Keluarga akan memilih orang yang sesuai dan sehat lahir batin, dan
dilihat asal-usul keturunannya dan yang penting apakah mereka berasal dari keluarga
baik-baik, taat beragama dan tidak bersal dari keturunan yang cacat atau memiliki
penyakit keturunan.
Jika sudah tampak siapa yang akan dijadikan menantu, maka dimulailah
pendekatan, pihak keluarga wanita yang mendatangi pihak keluarga pria untuk
menyampaikan maksud. Biasanya ditanyai apakah calon pria tersebut sudah ada yang
meminang atau belum, biasanya bisa dilakukan dimana saja dan dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dan tidak dihadapan orang ramai. Selanjutnya, perantara pihak
perempuan akan menyampaikan maksud kepada pihak keluarga pria yang akan dpinang.
Apabila ada kesesuaian antara orang tua dan anaknya, maka keluarga laki-laki akan
menyampaikan syarat yang di tentukan oleh pihak laki-laki.
Berkampung
Keluarga perempuan mulai mengundang kerabatnya untuk merundingkan
pinangan yang akan dilakukan pada keluarga lelaki. Yang diundang adalah mamak dan
penghulu adat dalam keluarga untuk membicarakan pinangan. Bapak sebagai sumando
(nama panggilan untuk suami dari keluarga istri) akan membuka pembicaraan kepada
mamak yang hadir. Bapak akan menyerahkan kepada ibu. Selanjutnya, ibu akan
mengutarakan syarat pinangan ditetapkan oleh laki-laki, dan jika setuju maka mamak
dengan bapak si gadis akan berusaha bersama memenuhi syarat pinangan yang
ditetapkan keluarga calon pengantin laki-laki. Dan jika setuju semua keluarga
perempuan, selanjutnya perantara akan menyampaikan kembali keadaan keluarga laki-
laki bahwa keluarga perempuan setuju dengan syarat-syarat yang dimintai laki-laki dan
keluarga peremuan akan datang untuk meminang.
Pinang-meminang
Pinangan resmi merupakan awal kunjungan keluarga perempuan terhadap
keluarga laki-laki, yang pergi meminang yaitu beberapa orang laki-laki dan perempuan
dari keluarga perempuan diantaranya: mamak keluarga, urang sumando, seorang anak
muda untuk membawa carano yang berisi sirih lengka (sirih, kapur sirih, pinang) dan
seorang lelaki dewasa yang pandai bicara persembahan adat. Dan beberapa perempuan
untuk membawakan barang bawaan hantaran makanan, yang terdiri dari pisang, nasi
lemak, apik ayam, ikan dan agar-agar. Di rumah keluarga lelaki akan disambut oleh
pihak lelaki yang terdiri dari: mamak keluarga laki-laki, beberapa orang ibu-ibu atau
bundo kanduang, urang sumando dan tokoh adat serta cerdik pandai dipihak keluarga
laki-laki. Yang datang dan menanti akan duduk bersama, sesuai denga aturan adat dan
carano yang diletakkan di tengah, dan salah seorang anggota keluarga perempuan
mempersilahkan keluarga lelaki untuk menyirih atau mengunyah sirih yang tujuannya
sebagai penghormatan terhadapat keluarga yang datang. Dan barulah pihak perempuan
menyampaikan maksud dari kedatangan mereka.
Rundingan dilakukan dengan tidak berbelit-belit, setelah pinangan diterima
selanjutnya penyerahan bawaan (nasi lemak dan apik ayam) pihak yang meminang
kepada pihak menanti. Rundingan acara pinang-meminang juga menetapkan kapan akan
dilakukan akad nikah serta pelaksanaan upacara adat pernikahan. Pada waktu inilah
semua keputusan penting disepakati oleh kedua belah pihak tentang pelaksanaan
upacara pernikahan yang akan dilaksanakan.
Pertungangan dianggap sah setelah dilakukan pinangan resmi secara adat dan
keluarga perempuan telah memenuhi syarat hantaran pada keluarga calon pengantin
laki-laki, maka kedua calon ini dianggap sah bertunangan.
Mengembalikan piriang
Keluarga perempuan membawa berbagai hantaran termasuk makanan selama
acara melamar. Hantaran makanan dibawa dengan wadah atau piring-piring. Setelah itu,
piring-piring tersebut akan dikembalikan lagi oleh keluarga lelaki ke pihak keluarga
perempuan setelah beberapa hari acara pinang-meminang tersebut. Pihak lelaki akan
menghantarkan piring dengan membawa hantaran yang berupa baju kurung atau
perhiasan benang mas. Dan barang bawaan tersebut yang akan diserahkan kepada calon
pengantin perempuan, berupa kain untuk pakaian, perhiasan dan sebagainya. Dan
keluarga lelaki yang menghantar biasanya yaitu keluarga bako calon pengantin lekaki
dan sanak saudara serta istri mamak.
Bertunangan
Setelah acara pinangan, maka calon pengantin laki-laki dan perempuan sudah
dianggap ada ikatan, dianggap sudah bertunagan. Bertunangan dilakukan dengan
timbang tando atau saluak tando yang disebut dengan tukar cicin. Kedua belah pihak,
baik lelaki maupun perempuan yang sudah bertunangan tidak boleh lagi melirik pada
yang lain atau bergaul bebas dengan orang lain. Hal ini dianggap tabu (terlarang) di
Minangkabau dan apabila orang yang sudah bertunangan masih bergaul bebas dianggap
kurang bermartabat dan tidak menghargai mamak atau penghulu kedua belah pihak.
Menentukan hari
Sebelum masuk pada upacara kenduri pernikahan, kedua belah pihak keluarga
yang akan melangsungkan upacara pernikahan mempersiapkan sematang-matangnya
persiapan upacara pernikahan, karena persiapan sebuah kenduri pernikahan memerlukan
banyak pendapat yang harus disatukan dan dihimpun dalam musyawarah keluarga.
Maka masing-masing keluarga mempersiapkannya dalam rundingan dengan mamak
masing-masing. Mulai dari membicarakan kapan pernikahan, kapan kenduri adat, dan
mempersiapkan sarana dan prasarana, sampai pada perbaikan rumah (kalau diperlukan)
serta biaya kenduri yang akan diadakan. Besar kecilnya kenduri yang diadakan
tergantung kemampuan keluarga si calon pengantin. Biaya pernikahan biasanya
merupakan beban bersama dalam keluarga, mamak akan memberi bantuan sesuai
dengan kemampuannya. Pepatah mengatakan bahwa:
“Barek samo dipikua, ringan samo dijinjing” (berat sama dipikul, ringan sama
dijinjing).
Setelah ada kesepakatan bersama, apabila hari kenduri pernikahan akan
dilangsungkan, maka pihak keluarga perempuan menyampaikan hasil itu kepada pihak
keluarga lelaki. Umumnya pihak keluarga lelaki menerima hari yang telah ditentukan,
karena ketika peminangan resmi mereka juga telah merundingkan hari dan tanggal yang
mungkin untuk pelaksanaan kenduri pernikahan itu.
Menyirih
Menyirih maksudnya adalah mengundang kerabat dan masyarakat kampung dan
sekaligus pemberitahuan kepada orang kampung bahwa akan diadakan kenduri
pernikahan. Menyirih dilakukan seminggu sebelum kenduri berlangsung yang dilakukan
oleh pihak keluarga lelaki atau perempuan yang akan mengadakan kenduri pernikahan.
Yang datang mengundang terdiri dari lelaki dan perempuan. Orang lelaki akan
mengundang pihak lelaki dan yang perempuan mngeundang pihak perempuan juga.
Acara menyirih ada aturannya, seorang yang diutus untuk menyirih orang kampung
tidak boleh menyirih di sembarangan tempat atau di jalan. Orang harus disirih di
rumahnya masing-masing. Orang lelaki yang diutus untuk menyirih orang kampung
biasanya akan menghulurkan rokok kepada tuan rumah yang didatangi. Rokok atau sirih
berfungsi sebagai pembuka kata, kemudian diucapkan kalimat undangan yang meminta
agar yang bersangkutan datang pada hari kenduri pernikahan itu. Perempuan yang
menyirih akan membawa kampit sirih (tas yang berisi sirih) dan menyuguhkannya
kepada tuan rumah sebelum kalimat undangan diucapkan.
Malam bainai
Memberi inai sebagai pemerah kuku calon penganten. Inai dipasang pada kuku
dan tumit calon pengantin. Pada waktu yang bersamaan juga dipasangkan tepung tawar.
Pelaksanaan malam bainai tidak semua orang yang melakukannya, karena malam bainai
merupakan tradisi agung dalam baralek gadang yang dilaksanakan oleh kelas menengah
ke atas. Pada upacara bainai, anak daro duduk di atas kasur yang dialasi dengan
permadani, anak daro memakai sunting kecil dan para kerabat memasangkan inai pada
anak daro. Demikian juga dengan pemasangan tepung tawar, kerabat, bako dan istri
mamak serta orang yang dihormati dalam keluarga dan adat, silih berganti
memasangkan tepung tawar pada pengantin secara simbolis.
Menikah (ijab kabul)
Sesuai dengan prinsip adat Minangkabau yaitu: “adat basandi syarak, syarak
basadi kitabullah”, pernikahan di Minangkabau tidak lepas dari agama Islam. Antara
adat dan agama tidak boleh dipisahkan, acara pernikahan dilakukan sesuai dengan
syariat Islam. Dalam agama Islam, sewaktu melakukan akad nikah, seorang lelaki wajib
membayar mahar kepada perempuan yang dinikahinya. Hal ini juga berlaku di
Minangkabau, mahar diberikan dalam bentuk uang atau barang sesuai dengan
kesepakatannya sebelumnya. Selain mahar syarat sah menikah harus ada rukun nikah.
Rukun nikah yaitu ada calon mempelai lelaki dan perempuan, wali dari calon pengantin
perempuan, dua orang saksi lelaki, ijab dan qabul. Ijab yaitu ucapan penyerahan calon
pengantin perempuan dari walinya kepada calon pengantin lelaki yang dinikahinya,
sedangkan Qabul yaitu ucapan penerimaan pernikahan dari calon pengantin lelaki atau
walinya.
Di rabuik sanjo paja ketek ndak buliah ditinggaan surang, beko dipamenan antu
(Di pergantian sore dan malam hari (waktu maghrib) bayi tidak boleh ditinggalkan
sendirian, nanti diganggu hantu), maka persoalannya bukan pada logis tidaknya tuturan
itu, atau bukan pada soal benar atau salahnya ucapan itu, melainkan pada bagaimana
fungsi sosial yang dapat diperankan dari ungkapan larangan itu. Hal tentang dipatuhinya
untuk tidak meninggalkan bayi sendirian menyebabkan di waktu senja hari itu kondisi
bayi akan terpantau orang tuanya. Orang tua tidak akan melakukan pekerjaan yang lain
selain memantau dan menemani bayinya. Pekerjaan lain pasti telah diselesaikan
sebelum waktu senja hari itu. Ketika semua ibu yang memiliki bayi melakukan
keyakinan untuk tidak meninggalkan bayinya sendirian ketika senja hari itu, di dalam
masyarakat akan terjadi keteraturan dan keharmonisan. Ungkapan larangan itu telah
berfungsi untuk memunculkan sikap saling memperhatikan dan saling menjaga di antara
anggota keluarga (((((Hasanuddin, 2015).
TUGAS 12

KONSELING LINTAS BUDAYA


Orang Melayu merupakan kelompok etnik yang terbesar jumlahnya diantara penduduk
yang bermukim di wilayah propinsi Bengkulu. Alkisah, orang Melayu Bengkulu ini merupakan
percampuran antara suku bangsa asli Bengkulu dengan orang-orang Melayu pendatang dari
Jambi, Riau, Palembang, Minangkabau, dan daerah-daerah lainnya di sebelah selatan.
Asimilasi antar suku bangsa tersebut berlangsung dalam jangka waktu sangat panjang,
sehingga memberi ciri tersendiri bagi orang Melayu Bengkulu. Sebagai suku bangsa mayoritas di
Bengkulu, maka kebudayaan Melayu-lah yang dirasa paling menonjol.
Pada umumnya kelompok-kelompok etnis di Bengkulu terbagi atas beberapa ‘klen’ (sukau)
yang dikepalai oleh ‘ketua sukau’. Dalam satu dusun biasanya ada 2-4 sukau. Klen ini
merupakan himpunan keluarga besar yang masih seketurunan dari satu nenek moyang. Ketua
sukau bersama-sama dengan kepala dusun dan para orang tua yang berhak memutuskan perkara
pelanggaran adat setelah mengadakan mufakat dengan seluruh warga dusun.
Kerajinan tradisional yang ada di Bengkulu adalah kerajinan Batik. Batik yang ada di
Bengkulu ini sama seperti batik-batik yang ada di Jawa dan sekitarnya yang mana menghasilkan
beragam batik dan menjadi ciri khas dari Indonesia.

Upacara Tabot merupakan upacara tradisional masyarakat Bengkulu yang diadakan untuk
mengenang kisah kepahlawan Hussein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW,
yang wafat dalam peperangan di padang Karbala, Irak. Tradisi Tabot dibawa oleh para pekerja
Islam Syi‘ah dari Madras dan Bengali, India bagian selatan, yang dibawa oleh tentara Inggris
untuk membangun Benteng Marlborough (1713—1719). Mereka kemudian menikah dengan
penduduk setempat dan meneruskan tradisi ini hingga ke anak-cucunya.
Upacara Tabot sebenarnya tidak hanya berkembang di Bengkulu saja, namun juga sampai
ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meulaboh, dan Singkil. Dalam
perkembangannya, kegiatan Tabot kemudian menghilang di banyak tempat. Saat ini, hanya ada
dua tempat yang melaksanakan upacara ini, yakni Bengkulu dan Pariaman, Sumatra Barat yang
menyebutnya dengan Tabuik.
Tabot sendiri berasal dari kata Arab, Tabut yang secara harfiah berarti kotak kayu atau peti.
Tabot dikenal sebagai peti yang berisikan kitab Taurat Bani Israil, yang dipercaya jika muncul
akan mendapatkan kebaikan, namun jika hilang akan mendapatkan malapetaka. Saat ini, Tabot
yang digunakan dalam Upacara Tabot di Bengkulu berupa suatu bangunan bertingkat-tingkat
seperti menara masjid, dengan ukuran yang beragam dan berhiaskan lapisan kertas warna warni.
Pembuatan Tabot harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan secara bersama-sama
oleh keluarga pemilik Tabot, keturunan Syekh Burhanudin (Imam Senggolo) yang merupakan
pelopor diperkenalkannya Tabot di wilayah Bengkulu. Terdapat dua kelompok besar keluarga
pemilik Tabot, yakni kelompok Tabot Barkas dan Tabot Bangsal.
Upacara yang pada awalnya digunakan oleh orang-orang Syi‘ah untuk mengenang
gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW ini, sejak penduduk asli Bengkulu (orang Sipai) lepas
dari pengaruh Syi‘ah berubah menjadi sekadar kewajiban keluarga untuk memenuhi wasiat
leluhur mereka. Belakangan, upacara ini juga dijadikan sebagai bentuk partisipasi orang-orang
Sipai dalam pelestarian budaya tradisional Bengkulu. Sejak 1990, upacara ini dijadikan agenda
wisata Kota Bengkulu, dan kini lebih dikenal sebagai Festival Tabot
Upacara perkawinan suku bangsa Lembak secara umum yang berada di Bengkulu dan
khususnya yang bertempat tinggal di Kota Bengkulu pada dasarnya sama, dengan tingkatan urut-
urutan sebagai berikut:
(1) Upacara sebelum perkawinan, kegitatan yang dilakukan mulai dari menindai (melihat
kecocokan), betanye (bertanya), Ngatat Tande atau memadu rasan (berasan), dan Bertunangan
(Makan Ketan),
(2) Upacara Perkawinan (Kerje/Bapelan), merupakan urutan kegiatan mulai memilih
macam bimbang, Arai Pekat (Kenduri Sekulak), Menikah, Malam Napa, Arai Becerita
(Walimahan), dan sampai akhirnya menyalang (nyalang).

Upacara Sebelum Perkawinan


Menindai
Menindai adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak keluarga laki-laki dalam
mengamati dan mengevaluasi bagaimana kecocokan bila anak laki-lakinya nanti menikah
dengan keluarga (anak wanita) yang ingin di nikahinya. Proses ini biasanya yang paling
mudah dilakukan dengan cara bagaimana sikap dan perilaku, melihat kepiawaiannya
dalam memasak, rumahnya apakah selalu bersih dan rapih bahkan rupawan dari wanita
tersebut
Betanye
Betanye merupakan langkah awal bagi pihak laki-laki untuk menyampaikan
hasratnya dan bertanya apakah pihak perempuan (gadis) belum berjanji atau bertunangan
dengan pria lain. Bila seandainya belum maka disampaikanlah maksud/hajad, untuk
mengikat pertunangan dengan anak gadis keluarga yang ditanya. Alat yang dibawa adalah
sekapur sirih lengkap dengan kapur, pinang, dan sebagainya yang dibungkus dengan sapu
tangan terawang putih.
Setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, maka pada kedatangan kedua,
utusan biasanya masih keluarga dekat, yang maksudnya adalah untuk Ngatat tande (Ikatan
pertunangan). Ciri/tanda yang diberi tersebut biasanya dalam dua bentuk, yaitu: berbentuk
uang atau berbentuk barang berharga berupa emas (cincin).

Malam Bertungan/Menarik Rasan


Malam Bertungan/Menarik Rasan, setelah hari dan waktu bertunangan yang
disepakati tiba, maka pihak laki-laki akan datang untuk bertunangan dengan membawa apa
yang telah disepakati (terutama berupa uang, sedangkan barupa barang seperti kerbau dan
pembawaanya) akan diserahkan kapan diminta oleh pihak gadis.
Selain dari mengantarkan persyaratan yang harus dipenuhi, maka pada saat itu
dibicarakan pula kapan jadwal dilakukan pernikahan, untuk penetapan jadwal tersebut pada
saat itu sebagai patokan adalah kapan masa panen.

Makan Ketan
Makan Ketan, setelah diadakan konsultasi dan sepakat tentang hari kerje/bepelan
maka oleh ahli rumah terlebih dahulu biasanya diadakan kesepakatan rapat interen (ngupul
adik sanak) untuk mulai mempersiapkan dan meramu segala sesuatu yang berhubungan
dengan kebutuhan mengangkat pekerjaan seperti: berberas (menumbuk padi untuk
kebutuhan kerje/bepelan, mengumpulan alat-alat untuk pangujung (balai), serta persiapan
seperti pembuatan rumah tanak (tempat berteduh tukang masak air dan nasi).
Selanjutnya pada malam yang telah ditentukan diadakanlah rapat (berasan) dengan
penghulu syara’, adik sanak, kaum kerabat yang biasanya dipimpin oleh penghulu
adat/ketua adat, malam berasan ini dikenal dengan istilah Malam Makan Ketan.

Pembentukan Panitia Kerja


Pembentukan Panitia Kerja, setelah secara resmi acara pertunangan diumumkan,
maka selanjutnya ketua adat membuka acara berasan adik sanak untuk membentuk
kepanitian acara pernikahan pengantin yang dimaksud.
Pembentukan organisasi upacara tersebut sekaligus menunjuk para petugas yang
akan mengambil tanggung jawab pelaksanaan antara lain: tue kerje (Ketua Kerja),
penyambut tamu, tukang sambal (tukang sambal), tukang joda (tukang jauda), Tukang Ayo
(Ahli menyiap air), Tukang nasi (Ahli memasak nasi), ketua jenang yang biasanya ditunjuk
jenang atas pengujung (jenang pucuk) dan jenang belakang (jenang bawah), begitu pula
biasanya ditunjuk Cikidar (jenang perempuan) besarta anggota-anggotanya, serta pada saat
itu biasanya telah ditunjuk juga induk inang (perias pengantin) dan inang (pengapit
pengantin).

Pesta Pernikahan
Pesta Pernikahan, Pelaksanaan perkawinan dalam Bahasa Lembak sering disebur
Kerje atau Bepelan yang merupakan inti atau puncak dalam upacara perkawinan. Kegiatan
itu merupakan rangkaian dari suatu perayaan sebagai pernyataan suka dan rasa syukur
segenap keluarga baik dalam hubungan keluarga dekat mapun keluarga jauh.
Pesta Pernikahan dilaksanakan kedua belah pihak dan berlangaung selama 2 hari 2
malam untuk satu pihak, hari pertama disebut dengan Hari Mufakat (Arai pekat) sedangkan
harl kedua disebut Hari Bercerita (Andun). Pelaksanaan akad nikah biasanya
dilangsungkan pada hari mufakat (Arai pekat), dahulu dilaksanakan pada hari kedua.

Hari Mufakat (Arai Pekat)


Hari Mufakat (Arai Pekat), pada hari mufakat ini mempelai wanita sudah harus dirias
untuk memekai pakaian pengantin (pakaian adat), Untuk merias pengantin pertama kali ini
tidak dilakukan di rumahnya melainkan harus dilakukan di rumah salah seorang kerabatnya
yang di sebut dengan ‘Bakondai’.
Dalam acara bakondai ini harus menyiapkan persyaratan berupa kain penutup
(kelimbung), beras, kelapa, gula kelapa serta pisang mas, perlengkapan ini nantinya akan
diserahkan kepada ‘induk inang (perias pengantin). Setelah pengantin selesai dirias baru
dibawa kerumahnya dan disambut oleh ibunya serta diasap dengan kemenyan.
Malam Napa
Malam Napa, salah satu bagian dari acara perayaan perkawinan adalah Malam Napa.
Pada malam ini sering juga disebut pengantin bercampur atau mulai bersanding setelah
melakukan ijab kabul (Jika belum melakukan ijab kabul, dalam adat Lembak pengantin
tidak boleh disandingkan).
Dalam Malam Napa biasanya kalau akan diadakan adang-adang gala maka pihak
keluarga pengantin perempuan harus melakukan acara penjemputan pengantin lanang yang
dipimpin oleh ketua adat yang diikuti oleh beberapa orang kerabat pengantin perempuan.
Pada acara penjemputan ini pihak pengantin perempuan membawa perelengkapan
pakain adat untuk pengantin lanang, pihak keluarga pengantin lanang juga sudah
menyiapkan panganan/ kue-keu yang sudah dimasak beberapa hari dan disuguhi minuman
teh/kopi yang sering dikenal dengan istilah Neron.
Pada saat itu biasanya juga disampaikan oleh penghulu adat kepada pihak penganting
lanang untuk menyiapkan sejumlah uang untuk acara adang-adang gala tersebut. Uang
yang diberikan pada saat adang-adang gala sering disebut dengan istilah kunci masuk.

Hari bercerita
Hari bercerita, ini merupakan hari puncak pelaksanaan pesta pernikahan tersebut.
Pada saat tamu yang datang baik tamu dari jauh maupun dari dekat, mereka datang
membawa buah tangan pada ahli rumah sebagai tanda ikut bersuka cita atas rahmat yang
diterimanya. Buah tangan tersebut semenjak masyarakat telah mengenal uang sebagai alat
tukar, diberikan dalam bentuk uang, dikenal dengan istileh Jambar real (Jamber real).
Pada hari bercerita ini inti acaranya berupa berzikir/membaca kitab berzanji yang
diringi rebana, walimah dan jamuan dan pada akhir acara tersebut wakil para tamu
menyerahkan jambar uang yang diperoleh kepada pihak tuan rumah dengan
mengumumkan jumlah total penerimaan.
KEPUSTAKAAN :

Adhiputra, A.A Ngurah. (2013). Konseling Lintas Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ahmadi, Abu. (1986). Antropologi Budaya. Surabaya: Pelangi

Ainanur, A., & Tirtayasa, S. (2018). Pengaruh Budaya Organisasi, Kompetensi dan Motivasi
terhadap Kinerja Karyawan. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, 1(1), 1-14.

Berkomunikasi Dengan Orang Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dayakisni, Tri. (2008). Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: UMM Press

Effendy, Onong Uchjana, 2007, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

Efi, A. M. (2015). Pakaian Penganten dalam Perkawinan Masyarakat Minangkabau Padang.


Humaniora.

Garna, Judistira, K. (2003). Ilmu-ilmu Sosial: Dasar-Konsep-Posisi. Bandung: Primaco


Akademika

Hasanuddin, W. S. (2015). Kearifan lokal dalam tradisi lisan kepercayaan rakyat ungkapan
larangan tentang kehamilan, masa bayi, dan kanak-kanak masyarakat Minangkabau wilayah
adat luhak nan tigo. KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya (e-
Journal), 1(2), 198–204.

Kymlicka, Will. (2002). Kewargaan Multikultural, Terjemahan Edlina Hafmini Eddin. Jakarta:
LP3ES

Liliweri, Alo. 2009. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: Remaja

Liliweri,Alo.2003,Dasar-Dasar Komunukasi Antar Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Martis, N. (2005). Eksistensi Budaya Minangkabau dalam Keluarga Muda Minang di Kota
Padang. Balai Bahasa Padang.

Matsumoto, David. (2008). Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Muhammad, E. B., Sholichah, A. S., & Aziz, J. A. (2019). Pengaruh budaya membaca terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa di SMP Islam Al Syukro Universal Ciputat tahun 2019.
Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam, 1(2), 332-343.

Mulyana, Deddy dan Jalaludin Rakhmat. 2000. Komunikasi Antarbudaya Panduan

Novitasari, A. I. (2020). Pengaruh Budaya Religius terhadap Kecerdasan Emosional Peserta


Didik Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Malang.

Nurudin, 2004, Sistem Komunikasi Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta

Nurudin.Sistem Komunikasi Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta. 2004. Hal. 172

Purba, J. (ed). (2002). Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Rosdakarya.

Rotter, J. B. (1966), "Generalized Expectancies for Internal Versus External Control for
Reinforce-ment", Psycological Monographs: General and Applied, whole No. 609, pp. 1-28,
dalam Brownell, P. (1981), "Participation in Budgeting, Locus of Control and
Organizational Ef-fectiveness", The Accounting Review, Vol. LVI, No. 4, October.

Soelaeman, M. Munandar, 1992, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial.Eresco,
Bandung.

Suyomukti, Nurani. 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Syahril. (2018). Konseling Lintas Budaya dalam Perspektif Budaya Indonesia. Psikologi, 04(01),
76–86.

Warren, D.M., L.J. Slikkerveer and D.Brokensha (eds). (1995). The Cultural Dimensions of
Develoment: Indigenous Knowledge Systems. London: Intemediate Technology Publications

Anda mungkin juga menyukai