Rangkuman Materi
Rangkuman Materi
Oleh :
2021
RANGKUMAN TUGAS 1
Indonesia, selain memiliki keanekaan ekosistem dan keanekaragaman hayati, juga memiliki
keanekaan atau kebinekaan suku bangsa2 dan bahasa. Indonesia telah tercatat memiliki lebih dari
300 kelompok etnik. Aneka ragam kelompok etnik tersebut bermukim di berbagai
lokasi/geografis dan ekosistem, seperti lingkungan pesisir dan pedalam atau perairan daratan.
Sementara itu, berdasarkan bentuk mata pencahariannya berbagai etnik tersebut dapat dibedakan
menjadi lingkungan sosial pemburu-peramu, nelayan, berladang berpindah atau berladang
berotasi, petani menetap, serta industri dan jasa (Purba, 2002: 34). Misalnya, berbagai kelompok
pemburu dan peramu yang hidup di perairan, seperti Orang Laut di perairan sekitar Batam, Irang
Sekak di perairan utara Pulau Bangka, dan Orang Bajau di sepanjang perairan sebelah timur
Pulau Sulawesi. Berbagai kelompok masyarakat nelayan di Indonesia dicatat di berbagai
kawasan pesisir. Contohnya, masyarakat nelayan di Bagan Siapi-api dari suku Cina, nelayan
Marunda, Muara Karang dan Cilincing dari suku bangsa Betawi; nelayan Pelabuhan Ratu masih
bagian dari suku Sunda.
1.masyarakat jawa berbicara kepada orang yg lebih tua menggunakan bahasa krama
Dengan adanya budaya memberkan identitas kepada sekolompok orang tertentu sehingga jika
ingin lebih mudah memahami perbedaan-perbedaan yang dalam setiap budaya tersebut kita harus
mampu untuk mengidentifikasi budaya
Istilah “multibudaya” (multiculture) jika ditelaah asal-usulnya mulai dikenal sejak tahun
1960-an, setelah adanya gerakan hak-hak sipil sebagai koreksi terhadap kebijakan asimilasi
kelompok minoritas terhadap melting potyang sudah berjalan lama tentang ultur dominan
Amerika khususnya di New York dan California (Banks, 1984: 3, 164; Sobol, 1990: 18).
Multicultural Citizenship, bahwa multibudaya merupakan suatu pengakuan, penghargaan, dan
keadilan terhadap etnik minoritas baik yang menyangkut hak-hak universal yang melekat pada
hak-hak individu maupun komunitasnya yang bersifat kolektif dalam mengekspresikan
kebudayaannya (Kymlicka, 2002: 8, 24),. Sedikit berbeda dengan Stavenhagen (1986), yang
memandangnya bahwa konsep “multibudaya” mengandung dua pengertian
Konsep pertama ;ia merupakan realitas sosial dalam masyarakat yang heterogen. Pernyataan
dari segi ini sebanyak 95 % negara-negara di dunia pada dasarnya adalah bersifat multibudaya
mengingat secara etnis dan budaya bersifat plural. Konsep kedua;multibudaya telah diangkat
sebagai suatu keyakinan, ideologi, sikap, maupun kebijakan yang menghargai pluralisme etnik
dan budayanya sebagai sesuatu yang berharga, potensial, yang harus dipelihara dan
ditumbuhkembangka
Berdasarkan hal ini penerpan lintas budaya dalam konseling berupa adanya pemhaman
tentang kebergaman yang ada pada masing-masing daerah, yang dalam hal ini khususnya
konseling harus peka dalam meberikan pelyanan kepada konseli yang memilki kebudayaan yang
berbeda dengan kosnelor
RANGKUMAN TUGAS 3
Enkulturasi adalah proses sosial yang dilakukan oleh seorang individu dalam
mempelajari dan menyesuaikan pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem sosial
terkait norma, tatanan sosial, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam sifat
kebudayaannya.Proses enkulturasi terjadi dari mulai bayi baru lahir yang diurus oleh
keluarganya. Kemampuan motorik dan bahasa bayi akan tumbuh sesuai apa yang diajarkan
oleh orang tuanya. Mereka akan tumbuh dengan meniru perilaku dan kebiasaan anggota
keluarga yang serumah. Beranjak ke usia kanak-kanak, mereka akan mulai mempelajari
budaya dari lingkungan tempatnya tinggal seperti sekolah dan tempatnya bermain. Pada masa
ini anak-anak akan mencontoh budaya yang berlaku di kedua tempat tersebut dan
menyesuaikan diri karenanya. Enkulturasi tersebut akan terus berlangsung selama manusia
masih hidup. Mereka akan mempelajari budaya apa yang terjadi di lingkungannya dan
menyesuaikan diri dengan hal tersebut. Mereka menjadi tahu mana hal baik, hal tidak baik,
hal yang melanggar hukum, bagaimana berkomunikasi, berperilaku, dan bagaimana
menyelesaikan suatu permasalahan. Hal tersebut dilakukan semata-mata agar bisa menjalani
hidup dengan baik dan bersosialisasi dengan sekitar.
b. Internalisasi
Tahapan selanjutnya setelah terjadi tindakan yang di hasilkan dari belajar kemudian
indovidu tersebut melakukan internalisasi atau di masukan dalam kepribadiannya. Dengan
tahaan yang dilakukan berkali-kali, maka tindakan seseorang menjadi suatu pola yang mantap
dan norma sosial yang kemudian mengatur tindakannya dibudayakan.
3.Fungsi enkulturasi
Menurut Fiske (2012) enkulturasi tidak akan lepas dari kehidupan manusia, memiliki dua
fungsi yaitu untuk sosialisasi nilai dan pembentukan identitas sosial.
Enkulturasi disebut sebagai sosialisasi nilai karena enkulturasi mengenalkan budaya yang
berlaku pada seorang individu. Dilansir dari Enculturation, enkulturasi mengenalkan norma,
nilai, dan praktik budaya dari mulai prosedur kelembagaan hingga perilaku sehari-hari.
Fungsi enkulturasi sebagai pembentukan identitas sosial. Pengetahuan akan budaya akan
membentuk karakter dan membentuk identitas diri yang sesuai dengan budaya yang berlaku.
Pembentukan identitas diri akan berlaku bagi kebanyakan individu dalam budaya yang sama
dan membentuk suatu identitas sosial.
a.Kebudayaan
Contoh enkulturasi dalam kebudayaan, misalnya saja adalah prilaku yang dilakukan oleh
Suku Baduy Dalam, yang menutup perkembangan dan pengaruh globalisasi. Mereka banyak
mengangap bahwa pengaruh dunia luar akan dapat memberikan dampak negatif, tidak akan
ada dampak postif yang di dapatkannya.Keadaan ini terus menerus di tanamkan dari generasi
ke genrerasi, maka suatu kewajaran jika kebudayaan tidak menerima perkembangan zaman
inilah menjadi pengaruh besar dalam terbentuknya enkulturasi di dalam masyarakat baduy.
b).Pendidikan
Mengenai enkulturasi dalam pendidikan misalnya saja ketika seseorang sejak kecil
mendapatkan pendidikan untuk mengenal ideologi pancasila, sebagai ideologi negara tanpa
bisa dianggangu gugat. Pengenalan ini kemudian dilakukan secara terus menerus, hingga
akhirnya seseorang dapat mengenai ideologi bangsa Indonesia.
Akulturasi adalah suatu proses sosial, yang timbul manakala suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Atau bisa juga didefinisikan
sebagai perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung dengan damai dan
serasi. Untuk memahami pengertian akulturasi dalam konteks budaya pertama-tama kita perlu
memahami definisi budaya dan kebudayaan terlebih dahulu.
Proses terjadiny, akulturasi budaya dalam masyarakat biasanya memakan waktu lama,
tetapi ada yang membutuhkan waktu sedikit, semua kondisi akulturasi tersebut tentu saja
bergantung pada persepsi masyarakat setempat terhadap budaya yang masuk.
Akulturasi bisa terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama apabila masuknya melalui
proses pemaksaaan dalam masyarakat, hal ini tentsauaja akan menimbulkan konflik sosial
yang dapat merusak keteraturan dalam kehidupan masyarakat. Akan tetapi jika sebaliknya
masuknya akulturasi ini melalui proses damai, maka akulturasi tersebut akan relatif lebih
cepat
Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang
berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara
turun temurun. Contohnya Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap
keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara
diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harhari
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem
yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyak-sinyal, maupun perilaku atau tindakan.
Komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan.
Guna melihat lebih jauh tentang komunikasi sebagai proses budaya kita perlu mengkaji
secara ringkas Apa itu budaya atau kebudayaan agar mempunyai kerangka pemikiran dan konsep
yang sama. Sebab definisi kebudayaan saangat banyak pernah ada sekitar 179 definisi
kebudayaan.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani.Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Antara komunikasi dan kebudayaan , keduanya tidak dapat dipisahkan, karena antara yang
satu dengan satunya lagi memiliki kaitan yang sangat mendalam.Komunikasi dan budaya
mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang.Budaya menjadi bagian dari
prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall bahwa
komunikasi adalah Budaya dan Budaya adalah komunikasi.
Komunikasi & Budaya, artinya : Jika bukan karena kemampuan manusia untuk berkomunikasi
(menciptakan bahasa simbolik) tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol, nilai-
nilai, aturan dan tata upacara yang memberikan batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan.
Melalui komunikasi kita dapat mewariskan unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi ke
generasi berikutnya serta dari satu tempat ke tempat lain.
Budaya & Komunikasi, artinya : Komunikasi merupakan sarana yang dapat menjadikan individu
sadar akan dan menyesuaikan diri dengan subbudaya-subbudaya atau kebudayaan asing yang
dihadapinya
RANGKUMAN TUGAS 5
Perilaku harus diobservasi oleh seseorang, dan kedua perilaku harus mengandung
makna. Artinya, setiap perilaku yang dapat diartikan atau mempunyai arti adalah suatu
pesan. Kedua, perilaku mungkin disadari ataupun tidak disadari (terutama perilaku
nonverbal), perilaku yang tidak sengaja ini menjadi esan bila seseorang melihatnya dan
menangkap suatu makna dari perilaku itu.
Kepercayaan adalah anggapan subyektif bahwa suatu obyek atau peristiwa punya
ciri atau nilai tertentu, dengan tanpa bukti. Misalnya Tuhan YME, adam adalah manusia
pertama di bumi, AIDS adalah penyakit berbahaya dll. Nilai adalah komponen evaluatif dari
kepercayaan kita, mencakup : kegunaan, kebaikan, estetika, dan kepuasan. Jadi nilai bersifat
normatif, memberitahu suatu anggota buaday mengenai apa yang baik dan buruk, benar dan
salah, siapa yang harus dibela, apa yang garus diperjuangkan dan lain sebagainya.
Orientasi ini paling baik dianggap sebagai suatu rentang: dari being (siapa
seseorang), doing (apa yang dilakukan seseorang), dalam suatu budaya mungkin terdapat
dua kecenderungan ini, namun salah satu biasanya lebih dominan. Dalam buadya-budaya
tertentu, di Timur khususnya, siapa seseorang itu (raja, anak presiden, pejabat, keturunan
ningrat) lebih penting daripada apa yang dilakukannya. Sedangkan di Barat, justru apa yang
sedang atau telah dilakukan seseorang (prestasinya) jauh lebih penting daripada siapa dia.
Komunikasi yang merupakan gabungan anatara perilaku verbal dan non verbal.
Paralinguistik terdiri dari satu unit suara, atau gerakan yang menampilkan maksud tertentu
dengan makna tertentu. Paralinguistik juga berperan besar dalam komunikasi antarbudaya.
Contoh, orang Amerika yang berbicara terlalu keras acapkali oleh orang eropa dipandang
terlalu agresif atau tanda tidak bersahabat. Orang Inggris yang berbicara pelan dan hati-hati
dipahami sebagai sekretif bagi Amerika.
Simbolisme dan komunikasi non verbal yang pasif – beberapa di antarnya adalah
simbolisme warna dan nomor. Di Amerika Utara, AS dan Canada, warna merah
menunjukkan peringatan, daya tarik seks, berduka, merangsang. Sedangkan warna kuning
menggambarkan kesenangan dan kegembiraan. Warna biru berarti adil, warna bisnis
sehingga dipakai di perkantoran. Warna hitam menunjukkan kematian, kesengsaraan, dosa,
kegagalan dalam bisnis dan seksi. Sebaliknya warna merah di Brazil adalah yang
menunjukkan jarak penglihatan, hitam melambangkan kecanggihan, kewenangan, agama
dan formalitas.
Selain bahasa, komunikasi lintas budaya berfokus pada atribut sosial, pola pikir,
dan budaya dari kelompok-kelompok yang berbeda dari orang-orang. Hal ini juga
melibatkan pemahaman budaya yang berbeda, bahasa, dan adat istiadat orang-orang dari
negara-negara lain. Komunikasi lintas budaya berperan dalam ilmu-ilmu sosial seperti
antropologi, studi budaya, linguistik, psikologi dan ilmu komunikasi. Komunikasi lintas
budaya ini juga disebut sebagai dasar untuk bisnis internasional. Ada beberapa penyedia
layanan dari lintas-budaya yang dapat membantu pengembangan keterampilan komunikasi
lintas budaya itu sendiri.
Terdapat hubungan yang sangat erat antara budaya dan komunikasi. Menurut
Edward T. Hall (dalam Mulyana dan Rakhmat, 2000:vi) berpendapat bahwa :“culture is
communication” dan “communication is culture”. Artinya, budaya menjadi bagian dari
perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya. Cara kita berkomunikasi sangat tergantung pada
budaya kita : bahasa, aturan, dan norma kita masing-masing
Kognisi adalah istilah umum yang mencakup seluruh proses mental yang mengubah
masukan-masukan dari indera menjadi salah satu proses dasar kognisi ialah pemberian
kategori pada setiap benda atau obyek atas dasar persamaan dan perbedaan karakternya.
Selain kedua hal di atas, pemberian kategori juga biasanya didasarkan pada fungsi dari
masing-masing obyek tersebut.
Proses-proses mental dari kognisi mencakup persepsi, pemikiran rasional, dan
seterusnya. Ada beberapa aspek kognisi, yaitu kategorisasi (pengelompokan), memori
(ingatan), dan pemecahan masalah (problem solving).
Kognisi berasal dari kata cognoscare yang artinya mengetahui. Aspek kognisi
banyak mempermasalahkan bagaimana cara memperoleh pemahaman tentang dirinya
dan lingkungannya, serta bagaimana dengan kesadaran itu ia berinteraksi dengan
lingkungannya. Setiap perilaku sadar manusia didahului oleh proses kognisi yang
memberi arah terhadap perilaku dan setiap lahiriahnya baik dirasakan maupun tidak
dirasakan.
Selain itu, kognisi adalah istilah ilmiah untuk “proses pikiran” yaitu bagaimana
manusia melihat, mengingat, belajar, dan berpikir tentang informasi. Kognisi terdiri dari
Problem Solving, Atensi, Kreativitas, Intelegensi, Persepsi, dan Memori. Salah satu
contoh Budaya mempengaruhi kognisi yaitu Suku Sasak yang membersihkan lantai
menggunakan kotoran kerbau karena berkeyakinan akan lebih bersih. Namun jika
dilihat dari sudut pandang sudut pandang medis, hal tersebut tidak sehat karena di dalam
kotoran terkandung banyak bakteri yang dapat membahayakan kesehatan. Untuk itu,
peran konselor disinilah sangat di perlukan, bagaimana cara konselor untuk mengubah
dan meyakinkan cara pikir suku sasak tersebut. Konselor harus berperan aktif dalam
mencari informasi mengenai kandungan bakteri yang terdapat di kotoran kerbau.
Pemerintah Indonesia menetapkan suatu kebijakan baru yang disinyalir dapat
menjadi alternatif kemajuan pendidikan nasional, yakni dengan menerbitkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan atau yang disingkat dengan Permendikbud Nomor
23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Adapun kebijakan ini
diimplementasikan dengan ruang kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).Adanya
program gerakan literasi sekolah ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk gemar
membaca, serta dapat meningkatkan kemampuannya dalam memahami isi teks dan tata
bahasa yang ada. Langkah dasar dalam upaya menciptakan busaya membaca adalah
dengan menumbuhkan minat baca.
Pembiasaan keterampilan literasi ini juga dipercaya dapat menumbuhkan rasa
percaya diri yang tinggi dalam kepribadian siswa. Dengan adanya budaya literasi atau
budaya membaca masyarakat Indonesia, khususnya siswa dapat membuka dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan mereka atas literatur-literatur yang tersedia.
Melalui budaya membaca, seseorang dapat mempunyai cara berpikir yang luas
sehingga ia mampu menghubungkan setiap detail permasalahan yang dihadapi untuk
dicarikan solusi yang tepat. semakin tinggi budaya membaca maka semakin meningkat
kemampuan berpikir kritis.
Budaya organisasi adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seorang
karyawan mengenal dan terikat pada perusahaannya. Seorang karyawan yang memiliki
budaya organisasi tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati
organisasi untuk mengabaikan sumber-sumber kekesalan minor pada organisasi, dan
untuk melihat dirinya sendiri menjadi anggota jangka panjang dari organisasi.
Karyawan yang merasa lebih berbudaya organisasi pada organisasi memiliki kebiasaan-
kebiasaan yang bisa diandalkan, berencana untuk tinggal lebih lama di dalam
organisasi, dan mencurahkan lebih banyak upaya dalam bekerja.
Budaya organisasi menekankan pada sifat dan sikap pegawai dalam bekerja, nilai-
nilai dan kesempatan terhadap rencana strategis organisasi. Nilai-nilai ini beragam
tergantung pandangan dari masing-masing, seperti kepribadian yang membentuk
manusia. Budaya organisasi adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota
organisasi yang diterapkan dan dikembangkan secara berkesinambungan yang dapat
dijadikan sebagai acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
Budaya organisasi berkaitan dengan situasi, paradigma, perasaan dan perilaku
karyawan. budaya organisasi meliputi loyalitas serta keterlibatan karyawan terhadap
kesuksesan organisasi. Seseorang yang memiliki budaya organisasi yang tinggi akan
memiliki identifikasi dengan organisasi, terlibat sungguh-sungguh dalam pekerjaan dan
ada loyalitas serta afeksi positif terhadap organisasi.
Budaya organisasi dianggap penting bagi organisasi karena pengaruhnya terhadap
turn over dan hubungan dengan kinerja yang mengasumsikan bahwa individu yang
memiliki budaya organisasi cenderung mengembangkan upaya yang lebih besar pada
pekerjaan
Budaya religius merupakan kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia
dalam bentuk keyakinan sebagai rutinitas yang terwujud dalam ibadah atau pola pikir
dan tingkah laku lahiriyah yang berlandaskan pada nilai-nilai religius (keberagamaan).
Pola pikir dan tingkah laku lahiriyah tersebut merupakan suatu kebijakan yang
dijalankan oleh seluruh warga, sehingga secara sadar maupun tidak sadar mereka akan
melaksanakan ajaran agama penuh dengan budi luhur (al-akhlaq al-karimah), sehingga
akan tertanam budaya religius. budaya religius sangat perlu dilakukan sebagai upaya
pengembangan kecerdasan emosional.
Untuk menciptakan peserta didik yang pandai bukan hanya dari segi Intelegence
melainkan juga dari segi emosional dan berbudi luhur menjadi pelajar yang harus
mampu menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Allah, serta menjadi pelajar
yang baik dalam budaya religius maka pengembangan kecerdasan emosionalnya peserta
didik akan semakin baik. Dalam pendekatan kecerdasan umum dan genetik
epistemologi, cara berpikir seseorang cenderung mengarah pada aspek “bagaimana”
daripada aspek “seberapa banyak” (kemampuan) dalam kehidupan kognitifnya.
Kemampuan kognitif dan model-model kognitif merupakan salah satu cara bagi sebuah
suku dan anggotanya membuat kesepakatan yang efektif terhadap masalah yang
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini mencari poladari aktivitas
kognitif berdasarkan asumsi universal bahwa semua proses berlaku pada semua
kelompok, tetapi pengembangan dan penggunaan yang berbeda akan mengarah pada
pola kemampuan yang berbeda juga. Seorang pengembang dimensi model kognitif FDI
yang bernama Within menyatakan bahwa kemampuan kognitif ini tergantung pada cara
yang ditempuh untuk membuktikan “pola” yang dipilih. Tetapi menjelaskan pola yang
begitu luas cangkupannya daripada kecerdasan umum. Membangun FDI yang dimaksud
adalah memperbesar kepercayaan dari individu tersebut atau menerima lingkungan fisik
atau social yang diberikan, melakukan pekerjaan yang diberikan, melakukan pekerjaan
yang bertolak belakang seperti menganalisi atau membangun.
Memelihara atau meningkatkan harga diri diasumsikan akan memiliki bentuk yang
berbeda pada budaya yang cenderung interdependent. Diantara orang-orang yang datang
dari budaya interdependent, penaksiran atribut internal diri mungkin tidak terkait
dengan harga diri (self esteem) ataupun kepuasan diri (self satisfiaction).Sebaliknya,
harga diri ataupun kepuasan diri terlihat lebih terkait dengan keberhasilan memainkan
perannya dalam kelompok, memelihara harmoni, menjaga ikatan, dan saling membantu.
Bagi orang-orang dri interdependent culture, melihat dirir sebagai unik atau berbeda
malah akan menjadikan ketidakseimbangan psikologis diri. Mereka akan merasa
terlempar dari kelompoknya dan kesepian sebagai manusia.
RANGKUMAN TUGAS 8
Budaya merupakan sesuatu yang ada dalam setiap diri individu, tidak ada individu
yang tidak memiliki budaya, oleh karena itu konselor yang peka budaya sangat
dibutuhkan dalam pelayanan konseling. Adapun pengertian dari konselor peka budaya itu
sendiri adalah konselor yang menyadari bahwa secara kultural individu memiliki
karakteristik yang unik dan kedalam proses konseling individu membawa karakteristik
unik tersebut.
Penerapan konseling lintas budaya mengharuskan konselor sensitive atau peka dan
tanggap terhadap adanya keragaman budaya dan adanya perbedaan budaya antara klien
yang satu dengan klien lainnya, dan antara konselor sendiri dengan kliennya. Konselor
harus sadar akan implikasi diversitas budaya terhadap proses konseling. Karena, budaya
yang dianut sangat mungkin menimbulkan masalah dalam interaksi manusia dalam
kehidupan sehari-hari, masalah bisa muncul akibat interaksi individu dengan
lingkungannya, dan sangat mungkin masalah terjadi dalam kaitannya dengan unsur-unsur
kebudayan yaitu budaya yang dianut oleh individu, budaya yang ada di lingkungan
individu, serta tuntutan-tuntutan budaya lain yang ada di sekitar individu.
Seperti aspek-aspek yang signifikan pada persepsi,ingatan, dan sisa sejarah yang
membisu.Waktu yang mengiris pada sesi konseling akan memperluas horizontally yang
meliputi sejarah dan masa depan klien, serta ketegak lurusan ke penggabungan makna
budaya itu.
Dari ulasan diatas agar berjalan efektif konselor dalam hal ini dituntut untuk
mempunyai kompetensi atau kemampuan beberapa karakteristik konselor sebagai
berikut:
1). Konselor lintas budaya sadar terhadap nilai-nilai pribadi yang dimilikinya dan
sumsi asumsi terbaru tentang perilaku manusia. Dalam hal ini, konselor yang melakukan
praktik konseling lintas budaya, seharusnya sadar bahwa dia memiliki nilai nilai sendiri
yang harus dijunjung tinggi. Konselor harus sadar bahwa nilai nilai dan norma norma
yang dimilikinya itu akan terus dipertahankan sampai kapanpun juga. Di sisi lain,
konselor harus menyadari bahwa klien yang akan dihadapinya adalah mereka yang
mempunyai nilai nilai dan norma yang berbeda dengan dirinya. Untuk hal itu, maka
konselor harus bisa menerima nilai nilai yang berbeda itu dan sekaligus mempelajarinya.
2). Konselor lintas budaya sadar terhadap karakteristik konseling secara umum.
3). Konselor lintas budaya harus mengetahui pengaruh kesukuan, dan mereka harus
mempunyai perhatian terhadap lingkungannya. Konselor dalam melaksanakan tugasnya
harus tanggap terhadap perbedaan yang berpotensi untuk menghambat proses konseling.
Terutama yang berkaitan dengan nilai nilai atau norma norma yang dimiliki oleh suku
suku tertentu. Terlebih lagi, jika konselor melakukan praktek konseling di indonesia. Dia
harus sadar bahwa Indonesia mempunyai kurang lebih 357 etnis, yang tentu saja
membawa nilai nilai dan norma yang berbeda. Untuk mencegah timbulnya hambatan
tersebut, maka konselor harus mau belajar dan memperhatikan lingkungan di mana dia
melakukan praktik. Dengan mengadakan perhatian atau observasi nilai-nilai lingkungan
di sekitarnya, diharapkan konselor dapat mencegah terjadinya kemandegan atau
pertentangan selama proses konseling.
4). Konselor lintas budaya tidak boleh mendorong seseorang (klien) untuk dapat
memahami budayanya (nilai-nilai yang dimiliki konselor). Untuk hal ini, ada aturan main
yang harus ditaati oleh setiap konselor. Konselor mempunyai kode etik konseling, yang
secara tegas menyatakan bahwa konselor tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada
klien.Hal ini mengimplikasikan bahwa sekecil apapun kamauan konselor tidak bolah
dipaksakan kepada klien.Klien tidak boleh diintervensi oleh konselor tanpa persetujuan
klien.
Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris “communication”.Secara etimologis atau
menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada
kata communis.Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik
bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi
adalah manusia.
Guna melihat lebih jauh tentang komunikasi sebagai proses budaya kita perlu mengkaji
secara ringkas Apa itu budaya atau kebudayaan agar mempunyai kerangka pemikiran dan konsep
yang sama. Sebab definisi kebudayaan sangat banyak.AL Kroeber dan C. Kluckhlon dalam
bukunya Cultural, A Critical Review of Concept and Definition pernah menghitung ada sekitar
179 definisi kebudayaan.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani.Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Antara komunikasi dan kebudayaan , keduanya tidak dapat dipisahkan, karena antara yang
satu dengan satunya lagi memiliki kaitan yang sangat mendalam.Komunikasi dan budaya
mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang.Budaya menjadi bagian dari
prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall bahwa
komunikasi adalah Budaya dan Budaya adalah komunikasi.
Budaya & Komunikasi, artinya : kebudayaan menentukan aturan & pola-pola komunikasi.
Keseluruhan perilaku komunikasi individu terutama tergantung pada kebudayaannya.
Komunikasi & Budaya, artinya : Jika bukan karena kemampuan manusia untuk berkomunikasi
(menciptakan bahasa simbolik) tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol, nilai-
nilai, aturan dan tata upacara yang memberikan batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan.
Melalui komunikasi kita dapat mewariskan unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi ke
generasi berikutnya serta dari satu tempat ke tempat lain.
Budaya & Komunikasi, artinya : Komunikasi merupakan sarana yang dapat menjadikan individu
sadar akan dan menyesuaikan diri dengan subbudaya-subbudaya atau kebudayaan asing yang
dihadapinya
RANGKUMAN TUGAS 10
Dilihat dari dimensi budaya, konsep perkawinan yang ditandai dengan pesta perkawinan
lebih cenderung merupakan kewajiban sosial yang muncul dari manifestasi kehendak setiap
individu. Pesta dalam perkawinan di nilai sebagai “keharusan sosial” yang merupakan warisan
tradisi serta dianggap sebagai suatu yang sakral. Oleh karena itu, mengadakan pesta dalam
perkawinan bukan lagi pilihan hidup yang memberikan kebebasan untuk menerima atau menolak
melainkan kewajiban yang harus dijalani sebagai bagian dari siklus kehidupan dalam perkawinan
(Ismail Kaliki, 2015, 32). Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa, melaksanakan alek lapan
uangmerupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap orang di Nagari Guguak Malalo
yang akan melakukan ikatan perkawinan.
Dengan adanya kewajiban bagi masyarakat untuk melaksanakan alek lapan uang tersebut, maka
bagi yang meninggalkan alek lapan uangmaka akan dijatuhkan sanksi adat, sanksi yang
diterapkan terhadap masyarakat sangat memberatkan dan tidak sebanding antara manfaat dengan
dampak yang ditimbulkan bagi keluarga yang meninggalkan alek lapan uang dari pada manfaat
yang dirasakannya, lebih lanjut Suci menjelaskan unsur negatif yang ditimbulkan bagi orang
yang tidak melaksanakan alek lapan uang, berupa putusnya talisilaturrahmi antara dua keluarga
dan niniak mamak, terjadinya fitnah dikalangan masyarakat dan sanksi tersebut juga akan
berlaku pada keturunnya.
Setelah melakukan perkawinan atau ijab kabul di Nagari Simawang Kabupaten Tanah Datar
ada aturan adat yang harus dilaksankan yaitu tradisi manjampuik nasi sapariuk, manjampuik nasi
sapariuk adalah kebiasaan manjampuik marapulai dengan membawa nasi sapariuk apabila
pasangan tersebut tidak melaksankan walimah, apabila tradisi ini belum dilaksanakan maka
perkawinan bagi pasangan suami istri di dalam adat yang berlaku di Nagari Simawang
Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar termasuk nikah gantuang, maksud dari nikah
gantuang tersebut yaitu suami belum boleh tinggal serumah dengan istri,sahilia samudiak (jalan-
jalan berdua-duaan) dan melakukan hubungan suami istri sampai ia melaksanakan tradisi
manjampuik nasi sapariuk di Nagari Simawang Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar,
apabila kedua pengantin tetap ingin serumah maka pengantin laki-laki akan dianggap sebagai
tamu tak diundang di kediaman keluarga perempuan.
Tradisi batalam ampek sudah ada sejak massa kerajaan pagaruyuang di Minangkabau,
tahun tepatnya belum diketahui secara pasti kapan tradisi ini di mulai dan sampai saat ini tradisi
batalam ampek masih di pertahankan oleh masyarakat lintau Buo Utara. Dahulunya isi talam
ampek ini berisikan siwajik, siputiah, sikunyik, paniaram, dan daun-daunan seperti daun kelapa
dan daun sirih sebagai hiasan, sekarang daun-daunan itu diganti dengan kue-kue kecil.
Perubahan yang lebih dominan terlihat dari cara pembuatannya dahulu isi talam ampek ini
dimasak di rumah orang yang sedang melalukan pernikahan dan sekarang diupahkan dan dibeli.
Proses tradisinya diawali dengan memasak isi talam ampek (siwajik, siputiah, sikunyik,
paniaran) pada hari menjelang baralek pernikahan, setelah itu keesokan harinya dilajutkan
dengan acara penghantaran pengantin wanita ke tempat penganti laki-laki dan sebaliknya dengan
membawah talam ampek, setelah sampai ditempat tujuan melakukan petatah petitih oleh niniak
mamak, kemudian dilanjutkan dengan makan pemboli, dan keluarga mempelai kembali kerumah
masing-masing Makna tradisi batalam ampek ini bagi masyarakat Lintau Buo Utara untuk
menjaga danmempertahankan tradisi yang sudah ada dilaksanakan dari dahulunya, selain itu
salah satu cara untuk menghargai niniak mamak yang ada di setiap nagari. Fungsi dari tradisi ini
untuk memnentukan posisi duduk niniak. mamak laki-laki dan perempuan dan sebagai acara
silahturahmi antara kedua keluarga mempelai.
Besar kecilnya alek yang diselenggarakan sesuai dengan kemampuan ekonomi orang tua.
Jika berasal dari keluarga kaya, sang anak bisa diarak keliling kampung seperti penobatan
seorang bupati. Keluarga yang hidup sederhana setidaknya bisa menggelar pesta kecil dengan
syukuran yang disebut mandoa. Selain itu, menurut adatnya pesta meriah untuk sunat rasul ini
diutamakan untuk anak laki-laki pertama atau anak tunggal. Makna dari tradisi ini lebih karena
kebiasaan yang turun temurun sebagai pembayar hutang orang tua pada anak mereka yang akan
beranjak dewasa.
Ini merupakan tradisi adat di Tanah Datar yang memiliki nilai silaturahmim (jalinan kasih
sayang), khsusnya dengan antara bako si bayi dengan anak pisanganya. Pada saat anak telah
berusia 3 bulan, bako datang menjemput dan membawa bayi ke rumahnya. Biasanya dengan
membawa kain balapak sebagai selimut bayi dan manik-manik dijadikan kalung bayi, sebagi
ungkapan kasih sayang bako terhadap anak pisanganya. Bayi diinapkan di rumah bako 3 (tiga)
hari untuk diperkenalkan dan didekatkan dengan keluarga bapak, khsusnya saudara-saudara
perempuan bapak si bayi. Setelah tiga hari menginap di rumah bako, bayi diantarkan kembali
oleh bako-nya ke rumah ibu sibayi.
Alek dipagadang atau maksudnya adalah upacara manya- ratuih hari yang akan
dilaksanakan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga yang ditinggalkan. Jika
keluarga duka berada pada golongan ekonomi menengah ke atas, maka upacara manyaratuih hari
yang akan dilaksanakan bersifat besar, dan dilaksanakan yang dibutuhkan, dipaketek jika
keluarga duka tidak memiliki cukup uang golongan ekonomi menengah ke bawah, maka upacara
manyaratuih hari yang dilak-sanakan bersifat kecil. Besar atau kecilnya upacara yang
dilaksanakan dapat dilihat dari 3 hal berada pada atau yaitu jenis hewan yang disembelih,
makanan yang dihidangkan serta orang yang akan dipanggia. Untuk alek manyaratuih hari yang
bersifat besar, hewan yang disembelih biasanya adalah sapi atau kerbau, sedangkan untuk alek
manyaratuih hari yang tergolong menengah dan keluarga duka menyembelih kambing kecil,
hanya membeli beberapa atau kilogram daging (Jusmaini, Desember 2019). Dipanggia adalah
digunakan untuk memberitahukan kepada masyarakat agar dapat meng- hadiri pelaksanaan
upacara manya- ratuih hariyang disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut. Orang yang
akan dipanggia disesuaikan dengan jenis alek manyaratuih hariyang dilaksanakan. Kalau alek
manyaratuih hari bersifat besar, maka orang yang akan dipanggia lebih banyak, tidak hanya
masyarakat yang berada di nagari, tetapi kenalan keluarga duka juga diundang untuk menghadiri
cara yang tersebut. Berbeda dengan acara pelaksanaan upacara manyaratuih hari yang bersifat
menengah atau kecil, orang yang akan dipanggia untuk menghadiri alek manyaratuih hari hanya
orang terdekat.
Kancah atau kuali besar sebagai tempat untuk memasak makanan yang akan disajikan
dalam upacara manyaratuih hari. Perleng- kapan makan seperti piring, gelas, sendok, sebagainya
juga dibutuhkan sebagai tempat untuk meletakkan jamuan yang akan dihidangkan. Tikar, kursi
dan meja berfungsi sebagai tempat duduk dan tempat makan masyarakat yang datang. Kapalo
du'a adalah pemberian berbagai alat-alat kebutuhan kepada tuangku. Alat-alat yang diberikan
kepada tuangku yaitu kasur, selimut, bantal, perlengkapan mandi, baju, celana, sandal, peci,
perlengkapan makan seperti piring, gelas, sendok dan sebagainya. Pemberian kapalo du'a kepada
tuangku ini bertujuan untuk membalas budi baik tuangku yang telah datang ke rumah duka untuk
berdo'a, mulai dari empat belas hari sampai seratus sepuluh hari jenazah dike-bumikan. Kapalo
du'a diberikan kepada penyelenggaraan upacara manyaratuih hari. garpu, mangkok dan tuangku
sehari setelah
Bagi keluarga dekat si almarhum/ almarhumah akan membawa beras yang diisi ke dalam
mangkok dan dibungkus dengan sapu tangan, amai atau istri mamak akan membawa talam tinggi
yang berisi 11 macam makanan, sedangkan untuk tetangga sesuku akan membawa rantang yang
berisi beras dan telur, atau beras dengan kue bolu kecil-kecil. Berbeda dengan kaum laki-laki
yang tidak membawa buah tangan seperti kaum ibu-ibu. Acara malam hari dimulai pukul 21.00
WIB. Acara ini dihadiri oleh niniak mamak, tuangku, sumando dan masyarakat yang laki-laki.
Setelah semuanya berkumpul, acara diawali dengan membaca ayat suci Al-Quran bersama-sama,
setelah itu jamuan makan akan dihidangkan oleh sumando.
RANGKUMAN TUGAS 12
Upacara Tabot merupakan upacara tradisional masyarakat Bengkulu yang diadakan untuk
mengenang kisah kepahlawan Hussein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW,
yang wafat dalam peperangan di padang Karbala, Irak. Tradisi Tabot dibawa oleh para pekerja
Islam Syi‘ah dari Madras dan Bengali, India bagian selatan, yang dibawa oleh tentara Inggris
untuk membangun Benteng Marlborough (1713—1719). Mereka kemudian menikah dengan
penduduk setempat dan meneruskan tradisi ini hingga ke anak-cucunya.
Upacara Tabot sebenarnya tidak hanya berkembang di Bengkulu saja, namun juga sampai
ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meulaboh, dan Singkil. Dalam
perkembangannya, kegiatan Tabot kemudian menghilang di banyak tempat. Saat ini, hanya ada
dua tempat yang melaksanakan upacara ini, yakni Bengkulu dan Pariaman, Sumatra Barat yang
menyebutnya dengan Tabuik.
Tabot sendiri berasal dari kata Arab, Tabut yang secara harfiah berarti kotak kayu atau peti.
Tabot dikenal sebagai peti yang berisikan kitab Taurat Bani Israil, yang dipercaya jika muncul
akan mendapatkan kebaikan, namun jika hilang akan mendapatkan malapetaka. Saat ini, Tabot
yang digunakan dalam Upacara Tabot di Bengkulu berupa suatu bangunan bertingkat-tingkat
seperti menara masjid, dengan ukuran yang beragam dan berhiaskan lapisan kertas warna warni.
Pembuatan Tabot harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan secara bersama-sama
oleh keluarga pemilik Tabot, keturunan Syekh Burhanudin (Imam Senggolo) yang merupakan
pelopor diperkenalkannya Tabot di wilayah Bengkulu. Terdapat dua kelompok besar keluarga
pemilik Tabot, yakni kelompok Tabot Barkas dan Tabot Bangsal.
Upacara yang pada awalnya digunakan oleh orang-orang Syi‘ah untuk mengenang
gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW ini, sejak penduduk asli Bengkulu (orang Sipai) lepas
dari pengaruh Syi‘ah berubah menjadi sekadar kewajiban keluarga untuk memenuhi wasiat
leluhur mereka. Belakangan, upacara ini juga dijadikan sebagai bentuk partisipasi orang-orang
Sipai dalam pelestarian budaya tradisional Bengkulu. Sejak 1990, upacara ini dijadikan agenda
wisata Kota Bengkulu, dan kini lebih dikenal sebagai Festival Tabot
Upacara perkawinan suku bangsa Lembak secara umum yang berada di Bengkulu dan
khususnya yang bertempat tinggal di Kota Bengkulu pada dasarnya sama, dengan tingkatan urut-
urutan sebagai berikut:
(1) Upacara sebelum perkawinan, kegitatan yang dilakukan mulai dari menindai (melihat
kecocokan), betanye (bertanya), Ngatat Tande atau memadu rasan (berasan), dan Bertunangan
(Makan Ketan),
(2) Upacara Perkawinan (Kerje/Bapelan), merupakan urutan kegiatan mulai memilih
macam bimbang, Arai Pekat (Kenduri Sekulak), Menikah, Malam Napa, Arai Becerita
(Walimahan), dan sampai akhirnya menyalang (nyalang).
Makan Ketan
Makan Ketan, setelah diadakan konsultasi dan sepakat tentang hari kerje/bepelan
maka oleh ahli rumah terlebih dahulu biasanya diadakan kesepakatan rapat interen (ngupul
adik sanak) untuk mulai mempersiapkan dan meramu segala sesuatu yang berhubungan
dengan kebutuhan mengangkat pekerjaan seperti: berberas (menumbuk padi untuk
kebutuhan kerje/bepelan, mengumpulan alat-alat untuk pangujung (balai), serta persiapan
seperti pembuatan rumah tanak (tempat berteduh tukang masak air dan nasi).
Selanjutnya pada malam yang telah ditentukan diadakanlah rapat (berasan) dengan
penghulu syara’, adik sanak, kaum kerabat yang biasanya dipimpin oleh penghulu
adat/ketua adat, malam berasan ini dikenal dengan istilah Malam Makan Ketan.
Pesta Pernikahan
Pesta Pernikahan, Pelaksanaan perkawinan dalam Bahasa Lembak sering disebur
Kerje atau Bepelan yang merupakan inti atau puncak dalam upacara perkawinan. Kegiatan
itu merupakan rangkaian dari suatu perayaan sebagai pernyataan suka dan rasa syukur
segenap keluarga baik dalam hubungan keluarga dekat mapun keluarga jauh.
Pesta Pernikahan dilaksanakan kedua belah pihak dan berlangaung selama 2 hari 2
malam untuk satu pihak, hari pertama disebut dengan Hari Mufakat (Arai pekat) sedangkan
harl kedua disebut Hari Bercerita (Andun). Pelaksanaan akad nikah biasanya
dilangsungkan pada hari mufakat (Arai pekat), dahulu dilaksanakan pada hari kedua.
Hari bercerita
Hari bercerita, ini merupakan hari puncak pelaksanaan pesta pernikahan tersebut.
Pada saat tamu yang datang baik tamu dari jauh maupun dari dekat, mereka datang
membawa buah tangan pada ahli rumah sebagai tanda ikut bersuka cita atas rahmat yang
diterimanya. Buah tangan tersebut semenjak masyarakat telah mengenal uang sebagai alat
tukar, diberikan dalam bentuk uang, dikenal dengan istileh Jambar real (Jamber real).
Pada hari bercerita ini inti acaranya berupa berzikir/membaca kitab berzanji yang
diringi rebana, walimah dan jamuan dan pada akhir acara tersebut wakil para tamu
menyerahkan jambar uang yang diperoleh kepada pihak tuan rumah dengan
mengumumkan jumlah total penerimaan.
KEPUSTAKAAN :
Adhiputra, A.A Ngurah. (2013). Konseling Lintas Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ainanur, A., & Tirtayasa, S. (2018). Pengaruh Budaya Organisasi, Kompetensi dan Motivasi
terhadap Kinerja Karyawan. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, 1(1), 1-14.
Effendy, Onong Uchjana, 2007, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Hasanuddin, W. S. (2015). Kearifan lokal dalam tradisi lisan kepercayaan rakyat ungkapan
larangan tentang kehamilan, masa bayi, dan kanak-kanak masyarakat Minangkabau wilayah
adat luhak nan tigo. KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya (e-
Journal), 1(2), 198–204.
Kymlicka, Will. (2002). Kewargaan Multikultural, Terjemahan Edlina Hafmini Eddin. Jakarta:
LP3ES
Liliweri, Alo. 2009. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: Remaja
Martis, N. (2005). Eksistensi Budaya Minangkabau dalam Keluarga Muda Minang di Kota
Padang. Balai Bahasa Padang.
Matsumoto, David. (2008). Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Muhammad, E. B., Sholichah, A. S., & Aziz, J. A. (2019). Pengaruh budaya membaca terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa di SMP Islam Al Syukro Universal Ciputat tahun 2019.
Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam, 1(2), 332-343.
Purba, J. (ed). (2002). Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Rosdakarya.
Rotter, J. B. (1966), "Generalized Expectancies for Internal Versus External Control for
Reinforce-ment", Psycological Monographs: General and Applied, whole No. 609, pp. 1-28,
dalam Brownell, P. (1981), "Participation in Budgeting, Locus of Control and
Organizational Ef-fectiveness", The Accounting Review, Vol. LVI, No. 4, October.
Soelaeman, M. Munandar, 1992, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial.Eresco,
Bandung.
Syahril. (2018). Konseling Lintas Budaya dalam Perspektif Budaya Indonesia. Psikologi, 04(01),
76–86.
Warren, D.M., L.J. Slikkerveer and D.Brokensha (eds). (1995). The Cultural Dimensions of
Develoment: Indigenous Knowledge Systems. London: Intemediate Technology Publications