Anda di halaman 1dari 89

Judul: Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Financial Distress, dan

Opini Audit Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan pada


Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2018-2020
Nama: Anggia Septa Risanty
NPM: 185310449

ABSTRAK

Survei ini dilakukan pada tahun 2022. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, kesulitan keuangan dan opini audit
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan pada industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020. Sampel sebanyak 47 perusahaan
diperoleh selama 3 tahun pengamatan berdasarkan metode pengambilan sampel
dengan metode sampling target. 2018-2018. 141 observasi (pengamatan) pada
tahun 2020. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis statistik deskriptif, analisis regresi logistik, dan pengujian hipotesis
dengan menggunakan program SPSS 25. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan dan kesulitan keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap
ketepatan waktu pelaporan keuangan, sedangkan opini audit berpengaruh
signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan dan ukuran perusahaan,
kesulitan keuangan, dan variabel opini audit. memainkan peran secara bersamaan.
Dampak terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Kata Kunci: Ukuran perusahaan, Financial Distress, Opini Audit, Ketepatan
Waktu Pelaporan Keuangan

xi
ABSTRACT

The survey was conducted in 2022. The purpose of this study is to analyze the
influence of company size, financial difficulties and audit opinions on the
timeliness of financial reporting. The sample used in this study was a company in
the consumer goods industry listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2018-
2020 period. A sample of 47 companies was obtained during 3 years of
observation based on the sampling method with the target sampling method.
2018-2018. 141 observations (observations) in 2020. The data analysis techniques
used in this study are descriptive statistical analysis, logistic regression analysis,
and hypothesis testing using the SPSS 25 program. The results of this study show
that the size of the company and financial difficulties do not have a significant
effect on the timeliness of financial reporting, while audit opinions have a
significant effect on the timeliness of financial reporting and company size,
financial difficulties, and audit opinion variables. plays a role simultaneously.
Impact on the timeliness of financial reporting.

Keywords: Company size, Financial Distress, Audit Opinion, Timeliness of


Financial Reporting

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Selama periode ini, pasar modal berkembang pesat,bisa dilihat dari

meningkatnya jumlah investor di pasar modal dan tentunya dimasa yang akan

datang tingkat persaingan pada pasar modal akan semakin meningkat juga, maka

diperlukanlah upaya dalam penyediaan dan perolehan informasi. Informasi

merupakan hal yang sangat penting, Salah satu informasi terpenting tentang pasar

modal adalah laporan keuangan tahunan semua perusahaan publik. Perusahaan

yang terdaftar secara public atau terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) pasti

memiliki laporan keuangan karena setiap perusahaan yang telah mendaftarkan

sahamnya ke Bursa Efek Indonesia (BEI) berkewajiban dalam menerbitkan

laporan keuangan perusahaan, sebab laporan tersebut merupakan hasil akhir dari

usaha perusahaan dan merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan untuk

memberikan atau menyampaikan informasi tentang kegiatan perusahaan.

Informasi laporan keuangan juga bisa menjadi suatu acuan bagi pihak luar

dalam menilai baik atau tidaknya suatu perusahaan tersebut. Laporan keuangan

juga dapat memberikan informasi penting mengenai perusahaan bagi pihak

internal dan eksternal. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No.1 tahun

2015 disebutkan bahwa tujuan dari disusunnya laporan keuangan adalah untuk

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

perubahan

1
2

posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

dalam pengambilan keputusan.

Adapun beberapa pihak yang membutuhkan laporan keuangan menurut

Ikatan AkuntanIndonesia (IAI) dalam PSAK No. 1 Tahun 2015 yaitu meliputi

investor, pemerintah dan manajemen. Bagi pihak investor laporan keuangan

berguna untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau

menjual investasi mereka. Bagi pihak pemerintah laporan keuangan digunakan

untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan lainnya.

Bagi pihak manajemen laporan keuangan digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam penyusunan rencana kegiatan perusahaan di periode yang akan datang.

Laporan keuangan yang diterbitkan juga harus memenuhi karakteristik

kualitatif laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2015) yaitu dapat dipahami, relevan,

keandalan, dan dapat dibandingkan. Diantara beberapa karakteristik kualitatif

laporan keuangan, informasi laporan keuangan yang diterbitkan perlu mempunyai

karakteristik yang relevan, karakteristik informasi yang relevan harus disajikan

secara tepat waktu. Informasi laporan keuangan berguna ketika informasi

disajikan kepada pengambil keputusan pada waktu yang tepat sebelum informasi

tersebut kehilangan kegunaannya dalam mempengaruhi keputusan investor.

Penyajian laporan keuangan dengan tepat waktu sangat diharapkan agar informasi

dalam laporan tidak kehilangan manfaatnya (Viet et al., 2018).

Ketepatanwaktu (timeliness) adalah rentang waktu antara tanggal laporan

keuangan perusahaan dan informasi yang tersedia siap digunakan sebelum


3

kehilangan kegunaannya bagi mereka yang membutuhkannya, dan kapasitas

pengambilan keputusan tetap tersedia. (Purba, 2020). Penyajian laporan keuangan

yang tepat waktu merupakan aspek yang strategis/penting untuk memperoleh

keunggulan bersaing dalam menunjang keberhasilan perusahaan, terutama agar

citra perusahaan di mata publik menjadi lebih baik, kemudian diharapkan dapat

menimbulkan kepercayaan publik terhadap kualitas informasi yang disajikan oleh

pihak perusahaan. Apabila laporan keuangan perusahaan diterbitkan secara tidak

tepat waktu maka hal ini akan menimbulkan spekulasi buruk bahwa terjadi

masalah pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan sehingga

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menerbitkannya (Dewi &

Dwirandra, 2017). Ketepatanwaktu merupakan indikator yang sangat penting

dalam menyajikan laporan keuangan kepada pihak internal maupun eksternal.

Agar perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia tepat waktu dalam

pelaporan keuangan, maka OJK mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang

Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Perusahaan Terbuka Atas Keputusan

Badan Pengawas Pasar Modal No.: KEP-346/BL/2011 Lampiran Peraturan No.

X.K.2 Laporan Tahunan wajib disajikan dengan perbandingan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya. tahun yang menyatakan tidak akan, laporan tahunan

yang telah diaudit harus dilampirkan dan disampaikan kepada BAPEPAM dan LK

serta diumumkan kepada publik selambat-lambatnya tiga bulan setelah tanggal

laporan keuangan tahunan. Bursa Efek Indonesia juga mengeluarkan peraturan

tentang ketepatan waktu pelaporan keuangan yaitu Tuntutan dan kewajiban

perusahaan dalam penyampaian laporan keuangan baik emiten/perusahaan secara


4

berkala dan tepat waktu yang telah diatur dalam Nomor: Kep-306/BEJ/07-2004

perihal peraturan Nomor I-E mengenai kewajiban penyampaian informasi laporan

keuangan tahunan Nomor: III.1.6.2 dimana laporan keuangan tahunan harus

disampaikan dalam bentuk laporan keuangan auditan,selambat-lambatnya pada

akhir bulan ke-3 (Ketiga) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Tujuan dari

peraturan ini agar investor dapat memperoleh informasi keuangan dengan lebih

cepat sebagai dasar pengambilan keputusan investasi dan beradaptasi dengan

perkembangan pasar modal. Apabila perusahaan terlambat dalam pelaporan

keuangan maka perusahaan akan dikenakan sanksi yang dikeluarkan oleh Bursa

Efek Indonesia (BEI).

Pada tanggal 18 Maret 2020 Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan aturan

terbaru melalui surat Edaran Nomor: S-92/D-04/2020 Melonggarkan kewajiban

penyampaian laporan keuangan sebagai bentuk penyesuaian akibat virus corona di

Indonesia. Melalui surat tersebut diumumkan bahwa publikasi laporan keuangan

tahunan bagi perusahaan dan emiten publik Perpanjangan 2 bulan dari tanggal

kedaluwarsa yang dijadwalkan dari kewajiban penutupan kontrak (selambat-

lambatnya dari 30 Maret hingga 31 Mei) Bisa dikatakan Perusahaan harus

melaporkan laporan keuangan tahunan mereka kepada pengguna informasi secara

tepat waktu. Perusahaan diharapkan tidak menunda publikasi laporan

keuangannya karena informasi yang berguna dapat hilang dari laporan keuangan.

Bagi perusahaan yang telat dalam pelaporan keuangan maka akan diberikan

sanksi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui keputusan

direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep307/BEJ/07-2004 tentang peraturan


5

nomor IH tentang sanksi. Berdasarkan peraturan diatas, maka dapat dilihat bahwa

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat

memperhatikan kepentingan dalam ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Dengan adanya regulasi dan sanksi yang diberlakukan oleh Bursa Efek

Indonesia (BEI), diharapkan perusahaan tidak lagi menunda dalam

mempublikasikan laporan keuangan, namun dari beberapa fenomena yang terjadi

pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih

terdapat perusahaan yang lalai atau terlambat dalam melaporkan laporan keuangan

perusahaan. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan per 29 Juni 2019, ada 10

emiten yang belum menyampaikan laporan keuangan tahunan per 31 Desember

2018. Pada tahun 2020, Bursa Efek Indonesia mencatat hingga 30 Juni 2020,

terdapat 80 emiten yang belum menyampaikan laporan keuangan 2019 secara

detail hingga batas waktu yang ditentukan. dan PT Bursa Efek Indonesia (BEI)

juga menjatuhkan sanksi kepada 53 emiten yang terlambat menyampaikan laporan

keuangan interim yang berakhir 30 september 2020. BEI merinci 52 perusahaan

tercatat yang belum menyampaikan laporan keuangan interim, sementara 1

perusahaan sisanya tercatat terlambat menyampaikan rencana audit oleh akuntan

publik (Gumilar, 2020).

Fenomena yang terjadi pada perusahaan industri barang konsumsi yaitu

masih terdapat perusahaan yang terlambat dalam pelaporan keuangan, salah

satunya yaitu perusahaan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) yang belum

menyampaikan laporan keuangan tahun 2018 dan dikenakan suspensi. PT Tiga

Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) mengatakan masih belum bisa memberikan
6

laporan keuangan karena kendala transisi dari tim manajemen lama yang kini

dirasa kurang memadai ke tim manajemen baru. (Wareza, Monica. 2019).

Tabel 1. 1
Fenomena Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi
NO Nama Perusahaan Keterangan

1 PT Tiga Pilar Sejahtera Belum menyampaikan laporan keuangan auditan


Food Tbk (AISA) 2018, serta belum melakukan pembayaran denda,
maka perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
dikenakan suspensi di seluruh pasar. Dan pada
tahun 2019 PT Tiga Pilar Sejahtera juga tidak
menyampaikan laporan keuangan tahunannya.

2 PT Mustika Ratu Tbk Belum menyampaikan laporan keuangan auditan


(MRAT) pada tahun 2020.

Dari fenomena diatas, masih terdapat keterlambatan penyajian Penyajian

informasi keuangan yang tepat waktu sangat penting, tetapi akuntansi tahunan

Indonesia agar informasi tersebut tidak kehilangan manfaatnya. Adapun beberapa

dampak yang dapat terjadi apabila perusahaan tidak menerbitkan laporan

keuangan secara tepat waktu. Informasi yang disajikan tidak lagi relevan,

dikenakan sanksi administratif atau tertulis, dan hilangnya kepercayaan investor

atau pengguna terhadap informasi tentang perusahaan yang tertinggal. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini, penulis ingin mengkaji dan mengetahui faktor-

faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keterlambatan pelaporan keuangan.

Dilihat dari fenomena yang telah terjadi maka perlu diperhatikan lagi variabel apa

saja yang mempengaruhi suatu perusahaan terlambat dalam pelaporan keuangan.

Penelitian mengenai ketepatan waktu pelaporan keuangan telah banyak dilakukan

dan hasil Penelitian Menunjukkan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan

Terpengaruh beberapa variabel. Diantara variabel-variabel yang mempengaruhi


7

terdapat tiga variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu ukuran

perusahaan, financial distress, dan opini audit.

Variabel yang pertama yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan

merupakan salah satu faktor untuk menunjukkan skala suatu perusahaan. Menurut

Permatasari (2012) Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya

perusahaan yang ditentukan dengan menggunakan skala yang dapat dinilai.

Ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat total aset atau total penjualan

yang dimiliki perusahaan. Perusahaan berusaha menyajikan laporan keuangan

secara tepat waktu karena perusahaan besar mempertahankan citranya dan terus

dipandang superior oleh publik dan investor. (Khasharmeh & Aljifri, 2010).

Terdapat hasil penelitian yang kontradiktif mengenai hubungan ukuran

perusahaan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan. Penelitian yang

dilakukan oleh (Sari, 2018) dan (Asriyatun & Syarifudin, 2020) mengatakan

ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan sedangkan penelitian menurut (Purba, 2020) dan (Supartini et al., 2021)

mengatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan

waktu pelaporan keuangan.

Variabel kedua yang menjadi pertimbangan perusahaan ketika terlambat

dalam penyampaian laporan keuangan adalah financial distress (kesulitan

keuangan). Financial distress (kesulitan keuangan) adalah kondisi keuangan

perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau mengalami kesulitan keuangan Almant

(1968) Dalam (Pratiwi & Suaryana, 2018). Narayana & Yadnyana (2017)

mengemukakan bahwa financial distress merupakan suatu kondisi dimana


8

perusahaan sedang menghadapi masalah kesulitan keuangan dapat diketahui dari

ketidakmampuan perusahaan atau tidak tersedianya dana untuk membayar

kewajiban yang telah jatuh tempo dan hal tersebut dapat membuat kualitas laporan

keuangan suatu perusahaan menjadi buruk, Untuk mengatasi laporan keuangan

yang buruk, perusahaan akan berupaya untuk memperbaiki laporan keuangannya,

sehingga membutuhkan waktu sedikit lebih lama yang membuat perusahaan

terlambat dalam pelaporan keuangan. Pada penelitian yang dilakukan oleh

(Maharani et al., 2018) kesulitan keuangan memiliki dampak yang signifikan

terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.Sementara hasil dari penelitian

yang dilakukan oleh (Narayana & Yadnyana, 2017) menyatakan bahwa financial

distress berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Variabel ketiga yaitu opini audit. Opini audit didefinisikan sebagai

Pernyataan oleh auditor ketika proses audit selesai atau dalam bentuk informasi

keuangan yang disajikan sesuai dengan keadaan sebenarnya.Perusahaan yang

mendapat pendapat unqualified opinion (wajar tanpa pengecualian) cenderung

lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan karena pendapat

unqualified opinion merupakan berita baik dari auditor. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh (Suryani & Pinem, 2018) dan (Videsia et al., 2022)

menyatakan bahwa opini auditor berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan, namun menurut penelitian yang dilakukan oleh (Oktavia & Tanujaya,

2019) bahwa opini auditor tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan.
9

Dari uraian diatas, masih terdapat beberapa hasil penelitian yang berbeda,

sehingga penulis tertarik untuk meneliti kembali mengenai faktor-faktor seperti

ukuran perusahaan, financial distress, dan opini audit yang mempengaruhi

ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan industri barang konsumsi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020. Penelitian ini

merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indah

Suryani dan Dahlia Pinem (2018) pada perusahaan jasa sektor Infrasturktur,

Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di BEI. Persamaan dari penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan Indah Suryani dan Dahlia Pinem adalah

menggunakan Variabel dependen tentang ketepatan waktu pelaporan keuangan

dan satu variabel Independen yang sama yaitu Opini Audit, sedangkan perbedaan

dari penelitian ini dengan Indah Suryani dan Dahlia Pinem adalah penelitian ini

menambahkan variabel independen yaitu ukuran perusahaan dan Financial

Distress serta objek yang digunakan pada penelitian ini yaitu perusahan Industri

barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan

industri barang konsumsi merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

makanan, termasuk juga perusahaan yang relatif lebih besar jika dibandingkan

dengan kelompok industri lain di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang

bergerak dibidang ini cukup diminati oleh para investor sehingga perusahaan yang

bergerak dibidang sektor industri barang konsumsi ini perlu mempublikasikan

laporan keuangan secara tepat waktu. Oleh sebab itu, informasi terkait perusahaan

industri barang konsumsi dirasa berguna bagi investor. Sedangkan tahun 2018
10

sampai 2020 dipilih karena merupakan tahun terbaru, diharapkan hasil dari

penelitian ini dapat mencerminkan kondisi terbaru dari objek yang diteliti.

Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu yang tampak tidak konsisten,

maka penelitian ini ingin meneliti Kembali faktor-faktor yang mempengaruhi

ketepatan waktu pelaoporan keuangan. Penelitian ini mengambil judul Analisis

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Financial distress, dan Opini Audit terhadap

Ketepetan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Indutri Barang

Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2020.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan keterbatasan dan perbedaan pendapat dari beberapa pihak

tentang ketepatan waktu pelaporan keuangan, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah:

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa

Efek Indoneisa (BEI) periode tahun 2018-2020.

2. Apakah financial distress berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa

Efek Indoneisa (BEI) periode tahun 2018-2020.

3. Apakah opini audit berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa

Efek Indoneisa (BEI) periode tahun 2018-2020.

4. Apakah ukuran perusahaan, financial distress, dan opini audit berpengaruh

terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan industri


11

barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun

2018-2020.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan utama yang ingin dicapai

pada penelitian ini adalah untuk:

1. Analisis dampak ukuran perusahaan terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dari tahun 2018 hingga 2020.

2. Analisis dampak keadaan darurat keuangan terhadap ketepatan waktu

pelaporan keuangan perusahaan barang konsumsi yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2018-2020.

3. Analisis dampak laporan audit terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan

bagi perusahaan di industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2018-2020.

4. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, financial distress, dan opini audit

terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan industri

barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun

2018-2020.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi penulis
12

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk mengetahui

pengetahuan tentang pengaruh ukuran perusahaan, financial distress, dan

opini audit terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan (studi kasus pada

perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2018 -2020).

2. Bagi instansi yang bersangkutan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan

kebijakan akuntansi serta dapat memberikan gambaran tentang temuan-

temuan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta referensi dalam

pembuatan topik selanjutnya dengan melibatkan variabel yang sama akan

tetapi dengan menggunakan metode dan analisis yang berbeda.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran secara umum bagian-bagian yang akan

dibahas dalam penelitian ini, maka penulis menguraikan secara ringkas isi

masing-masing BAB dengan sistematis sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang yang berisi

gambaran penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitan,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS


13

Pada bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang melandasi

penelitian dengan masalah yang diteliti, serta menunjukkan

kerangka pemikiran, hipotesis dan model penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang objek penelitian, populasi dan

sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode

penelitan, defenisi operasional, serta model analisis yang

digunakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMAHASAN

Dalam bab ini peneliti menguraikan tentang hasil dan analisis

penelitan data serta pembahasannya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang

berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan


BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Teori Kepatuhan (compliance theory)

Teori kepatuhan dapat diartikan dari penelitian-penelitian sebelumnya

bahwa kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat kepada perintah atau

aturan dan berdisiplin (Annisa, 2018). Teori kepatuhan menurut Martha & Gina

(2021) menyatakan bahwa teori kepatuhan membuat seseorang terpacu untuk

patuh pada kebijakan, ketentuan, aturan, norma dan undang-undang yang telah

berlaku.

Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi

peraturan yang berlaku, sama halnya dengan perusahaan yang berusaha untuk

menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu karena merupakan suatu

kewajiban bagi perusahaan dan juga dapat bermanfaat bagi para pengguna laporan

keuangan (Auwina, 2019).

Tuntutan akan kepatuhan terhadap keketepatan waktu pelaporan keuangan

tahunan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No.8

Tahun 1995 tentang pasar modal. kewajiban penyampaian laporan keuangan

perusahaan publik dalam surat keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor:

KEP-346/BL/2011 lampiran peraturan Nomor X.K.2 menyatakan bahwa laporan

keuangan tahunan wajib disajikan secara perbandingan dengan periode yang sama

14
dengan tahun sebelumnya, wajib disertai dengan laporan keuangan auditan dan

wajib disampaikan kepada BAPEPAM dan LK serta diumumkan kepada

15
15

masyarakat paling lambat pada akhir bulan ke-3 (Tiga) setelah tanggal laporan

keuangan tahunan. Bursa Efek Indonesia juga mengeluarkan peraturan tentang

ketepatan waktu pelaporan keuangan yaitu Tuntutan dan kewajiban perusahaan

dalam penyampaian laporan keuangan baik emiten/perusahaan secara berkala dan

tepat waktu telah diatur dalam Nomor: Kep-306/BEJ/07-2004 perihal peraturan

Nomor: I-E mengenai Kewajiban penyampaian informasi laporan keuangan

tahunan Klausul III.1.6.2 Laporan keuangan tahunan wajib disusun sebagai

laporan keuangan yang telah diaudit pada akhir bulan ketiga (ketiga) sejak tanggal

laporan tahunan, harus disampaikan dalam bentuk.

Bagi perusahaan yang telat dalam pelaporan keuangan maka akan diberikan

sanksi oleh Bursa Efek Indonesia, Dalam keputusan direksi PT Bursa Efek

Indonesia (BEI) Jakarta Nomor: Kep307/BEJ/07-2004, Peraturan Nomor 1-H

tentang sanksi bagi perusahaan terdaftar yang terlambat dalam meyampaikan

laporan keuangan. Peraturan ini secara hukum menyiratkan kepatuhan terhadap

perilaku individu dan organisasi (perusahaan publik) yang terlibat di pasar modal

Indonesia ketika mengajukan laporan keuangan tahunan perusahaan mereka

secara tepat waktu. (Auwina, 2019).

2.1.2 Teori sinyal (signaling theory)

signaling theory menurut Ross (1977) dalam (Mariani & Suryani, 2018)

menyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik

mengenai perusahaan akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut

kepada calon investor agar saham perusahaan meningkat.


16

Teori sinyal dilakukan agar tidak terjadinya asimetri informasi. Asimetri

informasi terjadi ketika manajemen gagal mengkomunikasikan informasi secara

memadai ke pasar modal yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Untuk

menghindari asimetri informasi, perusahaan perlu memberikan informasi sebagai

sinyal kepada investor dan pihak luar. Asimetri Informasi perlu diminimalkan,

sehingga perusahaan go public dapat menginformasikan keadaan perusahaan yang

transparan kepada para investor.

Teori sinyal mengutamakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan

memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa

informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

mewujudkan keinginan pemilik. Sinyal ini berupa promosi atau informasi yang

menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain.

Karena informasi tersebut penting bagi para pengguna informasi agar mengetahui

perusahaan tersebut memberikan informasi sebagai sinyal baik (good news) atau

sinyal buruk (bad news). Perusahaan yang berkualitas baik nantinya akan

memberikan sinyal dengan menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu,

sedangkan perusahaan yang memberikan sinyal tidak baik/ buruk cenderung tidak

tepat waktu dalam pelaporan keuangan (Trisnadevy & Satyawan, 2020).

2.1.3 Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu informasi tentang keuangan dimana

informasi tersebut merupakan pertanggungjawaban perusahaan terhadap kinerja

yang telah dilakukan dan perlu dilaporkan/diberitahukan kepada pihak-pihak yang

membutuhkan informasi dari perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga dapat


17

digunakan untuk memprediksi perusahaan di masa yang akan datang, sehingga

mengetahui kemungkinan yang akan terjadi terhadap perusahaan dan dapat

mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk menghadapi berbagai

permasalahan yang akan terjadi. Laporan keuangan berfungsi juga untuk menjadi

acuan bagi pihak yang bersangkutan untuk pengambilan keputusan.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No.1 tahun 2015 disebutkan

bahwa tujuan dari disusunnya laporan keuangan adalah untuk menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan.

Laporan keuangan juga memiliki karakteristik kualitatif laporan keuangan.

Sebagaimana yang dinyatakan dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(IAI, 2015) yaitu dapat dipahami, Relevan, keandalan, dan dapat dibandingkan.

berikut penjelasan dari karakterisitk kualitatif laporan keuangan:

1. Dapat dipahami
Kualitas pentingnya informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah informasi yang dapat dipahami oleh para pengguna. Para pengguna
diharapkan juga dapat mempunyai pengetahuan yang luas mengenai bisnis dan
ekonomi, akuntasi, serta kemauan untuk mempelajari informasi.
2. Relevan
Agar laporan keuangan bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Infomrasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material dan dapat diandalkan pemakai sebagai penyajian yang tulus dan jujur.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
18

Laporan keuangan yang memiliki karakteristik kualitatif merupakan laporan

yang dapat dijadikan para pengguna informasi dalam pengambilan keputusan.

Salah satunya yaitu laporan keuangan yang relevan, laporan keuangan dapat

dikatakan relevan apabila informasi laporan keuangan tersebut diterbitkan secara

tepat waktu, apabila terdapat penundaan dalam melaporkan laporan keuangan

maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Pelaporan laporan

keuangan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun

1995 tentang pasar modal, yang telah diperbarui dengan peraturan BAPEPAM

Nomor X.K.2, Lampiran keputusan ketua BAPEPAM Nomor: Kep-36/PM/2003

yang berlaku sejak tanggal 30 September 2003 tentang kewajiban penyampaian

laporan keuangan berkala (akhir tahun dan tengan tahunan) yang disusun

berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dari Ikantan Akuntansi

Indonesia.

2.1.4 Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan

Ketepatan waktu merupakan Penggunaan informasi oleh pengambil

keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kemampuannya atau

kemampuannya untuk mengambil keputusan. Ketepatan waktu dalam

penyampaian informasi sangat penting bagi tingkat manfaat dan nilai sebuah

laporan keuangan. Semakin cepat laporan keuangan suatu perusahaan

disampaikan maka laporan tersebut tidak akan kehilangan manfaatnya dalam

pengambilan keputusan (Kurniawan, 2016). Ketepatan waktu pelaporan keuangan

telah diatur dalam pasar modal melalui Undang-Undang No. 8 Tahun 2995

tentang peraturan pasar modal menyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar


19

dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan perusahaan secara

berkala kepada OJK dan mengumumkan laporan kepada masyarat. Menurut

Kartika (2009) dalam (Purba, 2020) manfaat dari laporan keuangan suatu

perusahaan tergantung pada keakuratannya dan ketepatan waktunya.

Informasi yang relevan akan bermanfaat bagi para pemakai apabila tersedia

tepat waktu sebelum pemakai kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk

mempengaruhi keputusan yang diambil. Relevansi dari suatu laporan keuangan

dapat diukur melalui ketepatan waktu atau yang biasa disebut sebagai timeliness

agar informasi tersebut tidak kehilangan kapasitasnya, yaitu mempengaruhi

pengambilan keputusan bagi stakeholders (Kieso et al., 2018). Jika suatu

informasi tentang laporan keuangan tidak diterbitkan secara tepat waktu atau tidak

up to date maka akan mengurangi nilai tambahnya bagi para pengguna informasi

laporan keuangan tersebut. Pelaporan keuangan yang tepat waktu mengurangi

potensi asimetri informasi.

kewajiban penyampaian laporan keuangan perusahaan publik dalam surat

keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-346/BL/2011 lampiran

peraturan Nomor X.K.2 Laporan keuangan tahunan disampaikan kepada

BAPEPAM dan LK dalam rangka pemeriksaan laporan tahunan disertai dengan

laporan hasil pemeriksaan dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya, dan diterbitkan setelah selesainya laporan tahunan. . Tiga bulan

setelah tanggal pembukuan tahunan. Bursa Efek Indonesia juga mengeluarkan

peraturan tentang ketepatan waktu pelaporan keuangan yaitu Tuntutan dan

kewajiban perusahaan dalam penyampaian laporan keuangan baik


20

emiten/perusahaan secara berkala dan tepat waktu telah diatur dalam Nomor:

Kep-306/BEJ/07-2004 perihal peraturan Nomor I-E mengenai Kewajiban

Penyampaian Informasi Laporan Keuangan Tahunan No. III.1.6.2. Apabila

laporan keuangan tahunan diajukan dalam bentuk laporan keuangan yang telah

diaudit, maka akan disampaikan pada akhir bulan ketiga (ketiga) sejak tanggal

laporan keuangan tahunan. Laporan Tahunan. Hal ini memungkinkan perusahaan

untuk menetapkan batas waktu paling awal untuk pengajuan laporan keuangan

tahunan hingga akhir Maret.

Namun pada tanggal 18 Maret 2020 otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan

aturan terbaru melalui surat Edaran Nomor: S-92/D-04/2020 perihal relaksasi atas

kewajiban penyampaian laporan keuangan sebagai bentuk penyesuaian akibat

Virus Corona di Indonesia. Melalui surat tersebut diumumkan bahwa publikasi

laporan keuangan tahunan bagi perusahaan dan emiten publik Batas waktu

penyampaian laporan keuangan yang semula dijadwalkan 30 Maret menjadi 31

Mei 2020 diperpanjang dua bulan. Berdasarkan keputusan direksi PT Bursa Efek

Jakarta Nomor: Kep307/BEJ/07-2004 tentang peraturan nomor IH tentang sanksi,

bahwa perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan auditan

dikenakan sanksi sebagai berikut:

1. Surat teguran tertulis I atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan


tahunan paling lama 30 hari kalender terhitung sejak tanggal pajak terakhir
untuk penyampaian laporan keuangan tahunan.
2. Jika perusahaan tercatat masih tidak memenuhi kewajiban menyampaikan
laporan keuangan atau menyampaikan laporan keuangan dalam waktu 31 hari
sampai dengan 60 hari sejak tanggal penutupan kewajiban menyampaikan
laporan keuangan, surat peringatan kedua dan denda Rp 50.000.000 per tahun
Mengajukan laporan keuangan pernyataan dan membayar denda.
3. Tuntutan Tertulis III dan denda tambahan sebesar Rp150.000.000 - Jika
perseroan berbadan hukum tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian
21

laporan keuangan dalam jangka waktu 61 hari sampai dengan 90 hari sejak
batas waktu penyampaian laporan keuangan atau tetapi tidak memenuhi
kewajibannya untuk membayar denda .
4. Suspensi, jika perusahaan tercatat tidak memenuhi kewajiban penyampaian
laporan keuangan setelah 91 hari kalender sejak batas akhir penyampaian
laporan keuangan, atau jika perusahaan tercatat telah menyampaikan laporan
keuangan tetapi tidak memenuhi kewajiban membayar denda.
2.1.5 Ukuran Perusahaan

Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total penjualan,

total nilai aktiva, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Menurut Purba (2020)

Perusahaan dengan sumber daya (aset) yang besar memiliki sumber informasi

yang lebih banyak, sistem informasi yang lebih canggih, sistem pengendalian

internal yang lebih kuat, pengawasan investor, dan perhatian publik, sehingga

laporan keuangan perusahaan yang diaudit dapat dipublikasikan lebih cepat.

Informasi yang terkandung dalam perusahaan besar sangat penting bagi

masyarakat umum. Semakin besar perusahaan, semakin banyak pemangku

kepentingan yang dimilikinya.

Ukuran perusahaan Ini dapat dinilai dari beberapa aspek seperti ukuran

perusahaan yang dikonversi ke total aset, total pendapatan, kapitalisasi pasar,

jumlah karyawan, dll. (Sari, 2018). Semakin tinggi nilai item, semakin besar

perusahaan. Semakin besar aset, semakin banyak modal yang diinvestasikan,

semakin banyak penjualan, semakin cepat uang bergerak, dan semakin besar

kapitalisasi pasar, semakin umum perusahaan dikenal. Menurut Purba (2020)

Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori, yaitu

perusahaan besar (large firm), perusahaan sedang (medium firm), dan perusahaan

kecil (Small firm).


22

Keputusan oleh Otoritas Jasa Keuangan (2017) Nomor: 53/POJK.04/2017

menyebutkan bahwa perusahaan kecil dan menengah berdasarkan asset (jumlah

kekayaan) adalah suatu badan hukum yang total assetnya tidak lebih atau sama

dari dua ratus lima puluh miliar rupiah, sedangkan perusahaan dengan total asset

lebih dari dua ratus lima puluh miliar rupiah dikategorikan sebagai perusahaan

besar.

Perusahaan yang besar biasanya lebih banyak dilihat oleh masyarakat

dibandingkan perusahaan kecil. Karena perusahaan besar cenderung memiliki

sistem pengendalian intern yang kuat. Dengan demikian, perusahaan besar

cenderung mempertahankan citra mereka di mata publik, dan untuk

mempertahankan citra ini, perusahaan berusaha untuk mengajukan laporan

keuangan pada waktu yang tepat. Perusahaan besar juga mempunyai pengetahuan

lebih tentang peraturan mengenai ketepatan waktu dibandingkan perusahaan kecil.

Maka semakin besar ukuran dari perusahaan tersebut Semakin banyak sumber

daya, staf akuntansi yang lebih besar, sistem informasi yang canggih, dan kontrol

internal yang lebih kuat, semakin cepat laporan keuangan dapat dihasilkan.

2.1.6 Financial Distress

Financial distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan mengalami

kesulitan keuangan. Wruck (1990) dalam (Trisnadevy & Satyawan, 2020)

mengatakan bahwa financial distress (kesulitan keuangan) ialah kondisi dimana

tidak tercukupnya arus kas menutupi kewajiban perusahaan mencakup hutang

yang belum dibayar kepada pemasok dan karyawan, kerusakan aktual, dan
23

melewatkan pembayaran pokok atau bunga berdasarkan perjanjian pinjaman

sehingga menyebabkan kebangkrutan pada perusahaan.

Saleh (2004) dalam (Paulalengan & Dwi Ratnadi, 2019) Kesulitan keuangan

ini, menurutnya, terlihat dalam laporan keuangan dengan membandingkan utang

jangka panjang perusahaan dengan total aset perusahaan.Kami akan berusaha

meningkatkan kualitas laporan keuangan kami.

Menurut Hery (2017) financial distress atau kesulitan keuangan adalah

suatu kondisi dimana sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan untuk

memenuhi kewajiban, dan keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapat

menutupi total biaya dan mengalami kerugian. Kesehatan keuangan suatu

perusahaan menjadi perhatian banyak pemangku kepentingan, bukan hanya

manajemen, karena kelangsungan hidup dan kesehatan keuangan suatu

perusahaan menentukan kemakmuran berbagai pemangku kepentingannya.

Perusahaan yang mengalami kondisi keuangan yang buruk yaitu financial

distress (kesulitan keuangan) cenderung menunda dalam menerbitkan laporan

keuangan, karena financial distress (kesulitan keuangan) merupakan salah satu

berita buruk dalam laporan keuangan, Untuk menghindari kemerosotan kualitas

laporan keuangan yang dihasilkan, perusahaan berusaha untuk memperbaikinya,

namun proses perbaikan laporan keuangan memakan waktu lama dan perusahaan

dapat tertinggal dalam pelaporan keuangan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ilyasa (2018) menyebutkan bahwa

terdapat empat model yang dapat digunakan untuk mengukur kondisi financial

distress perusahaan, antara lain:


24

1. Model Altman (Z-Score)

Altman (1968) menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat

dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang financial

distress dan yang tidak financial distress. variabel-variabel atau rasio-rasio

keuangan yang digunakan dalam analisis diskriminan model altman adalah rasio

modal kerja terhadap total aset, rasio laba ditahan terhadap total aset, rasio EBIT

terhadap total aset, nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku hutang dan rasio

penjualan dari total aset.

2. Model Springate (S-Score)

Studi Springate 1978 dilakukan dengan prosedur yang dimodelkan oleh

Altman. Prosedur ini menggunakan analisis diskriminan berganda bertahap untuk

memilih 4 dari 19 indikator keuangan umum untuk membedakan antara

perusahaan yang berada dalam kesulitan keuangan dan yang tidak. Rasio yang

digunakan yaitu modal kerja dengan total aktiva, jumlah laba bersih sebelum

pajak dibandingkan dengan total aktiva perusahaan, laba sebelum pajak dengan

kewajiban lancar dan penjualan pada total aset. Nilai cut off yang dinyatakan

Springate berlaku dalam model ini adalah 0,862. Hal ini berarti perusahaan yang

memiliki nilai S lebih kecil dari 0,862 diprediksi akan mengalami financial

distress, begitu pula sebaliknya.

3. Model Zmijewski (X-Score)

Dalam penelitian yang dilakukan Zmijewski (1984) menggunakan tiga rasio

keuangan yaitu ROA, Debt Ratio, dan Current Ratio. Ambang batas yang

digunakan dalam model ini adalah 0. Jika X-score lebih besar dari 0, perusahaan
25

akan menghadapi kesulitan keuangan di masa depan, sebaliknya perusahaan yang

memiliki nilai X-Score lebih kecil dari 0 diprediksi tidak akan mengalami

financial distress.

4. Model Internal Growth Rate (IGR-Score)

IGR (Internal Growth Rate) didefinisikan oleh Ross (2009) sebagai tingkat

pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai perusahaan tanpa menggunakan

modal eksternal. Rasio yang digunakan dalam metode IGR ini yaitu ROA dan

retention ration yang termasuk dalam kategori rasio profitabilitas (Ross,2009).

Cut off yang digunakan dalam model ini yaitu 0.238 dan -0.477, dimana

perusahaan memiliki nilai IGR Score besar dari Nilai sebesar 0,238

mengklasifikasikan perusahaan ke dalam kriteria perusahaan tidak sehat.

Sebaliknya jika nilai IGR kurang dari -0,477 maka perusahaan tersebut tergolong

perusahaan yang sehat.

2.1.7 Opini Audit

Opini audit adalah pernyataan dari auditor tentang prinsip materialitas pada

laporan keuangan suatu perusahaan yang wajar atas kecocokan pembuatan

financial statement suatu perusahaan melalui penerapan prinsip-prinsip akuntansi

yang diterima umum (Siswanto & Fatchurrochman, 2021).

Opini auditor menggambarkan kewajaran atas informasi laporan keuangan

suatu perusahaan. semakin tinggi opini auditor yang didapatkan atau perusahaan

yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) maka


26

akan menunjukkan kualitas laporan yang semakin baik sehingga berpengaruh

terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sebaliknya jika suatu perusahaan

mendapat opini tidak wajar maka perusahaan cenderung tidak tepat waktu dalam

penyampaian laporan keuangan. Karena hal tersebut dianggap berita buruk bagi

para pemegang saham atau investor. Dari opini audit itulah bisa dilihat apakah

laporan keuangan perusahaan tersebut wajar atau tidak.

Terdapat 5 jenis opini audit yang dapat diberikan yang dinyatakan dalam

Standar Audit (SA), jenis opini audit tersebut adalah sebagai berikut:

1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified opinion)


Opini ini menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar
dalam semua hal yang material serta telah sesuai dengan prinsi akuntasi yang
berlaku umum
2. Opini Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas (unqualified
opinion with explanatory paragraph)
Opini ini diberikan oleh auditor atas dasar keadaan tertentu yang tidak
memiliki dampak secara langsung terhadap opini wajar namun terdapat
paragraf penjelas yang diberikan oleh auditor berdasarkan keadaan tertentu
yang dialami perusahaan.
3. Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Opini ini dinyatakan oleh auditor ketika setelah pemerolehan bukti audit yang
cukup dan tepat namun ditemukan kesalahan penyajian yang material tetapi
tidak bersifat pervasif terhadap laporan keuangan.
4. Opini tidak wajar (adverse opinion)
Opini ini diberikan oleh auditor jika setelah melakukan pemeriksaan dalam
memperoleh bukti ditemukan kesalahan dalam penyajian dan tidak sesuai
dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
5. Opini tidak memberikan pendapat (Disclaimer of opinion)
Opini ini diberikan oleh audit jika terdapat penyimpangan material dari
prinsip akuntasi yang berlaku umum, hal ini disebabkan pula oleh pembatasan
lingkup audit yang dilakukan oleh klien.
27

2.2 Penelitian terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji bagaimana ukuran

perusahaan, kesulitan keuangan, dan opini audit mempengaruhi ketepatan waktu

pelaporan keuangan.

Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
NO Penulis dan Judul Metode Hasil
Tahun penelitian
1. Yessicha Pengaruh Analisis Profitabilitas dan
Videsia, R. Ery Profitabilitas Deskriptif Opini Audit
Wibowo dan Opini Kuantitatif Berpengaruh positif
Agung, Audit Terhadap terhadap ketepatan
Nurcahyono Ketepatan waktu pelaporan
Nurcahyono Waktu keuangan.
(2022) Pelaporan
Keuangan.
2. Ni Made Pengaruh Analisis Likuiditas dan
Supartini, I Likuiditas, Deskriptif Ukuran perusahaan
Dewa Made Ukuran Kuantitatif tidak berpengaruh
Endiana, Putu Perusahaan, terhadap ketepatan
Diah Umur waktu publikasi
Kumalasari Perusahaan, laporan keuangan
(2021) dan Umur perusahaan
Kepemilikan berpengaruh negatif
Publik terhadap ketepatan
Terhadap waktu publikasi
Ketepatan laporan keuangan
Waktu Kepemilikan publik
Publikasi berpengaruh positif
Laporan terhadap ketepatan
Keuangan. waktu publikasi
laporan keuangan.
28

3. Imelda Purba Analisa Faktor Analisis Profitabilitas dan


(2020) Yang Deskriptif kesulitan keuangan
Mempengaruhi Kuantitatif mempengaruhi
Ketepatan ketepatan waktu
Waktu pengumuman hasil
Penyampaian tahunan.
Laporan Ukuran dan umur
Keuangan perusahaan tidak
mempengaruhi
ketepatan waktu
penyampaian
laporan keuangan.

4. Tiara Dewi Analisis Analisis Financial Distress


Maharani, Ni determinan Deskriptif dan Opini audit
Putu Eka Ketepatan Kuantitatif berpengaruh
Widiastuti, Waktu signifkan terhadap
Andy Setiawan Penyampaian Ketepatan Waktu
(2020) Laporan Penyampaian
Keuangan Laporan Keuangan.
Audit Tenure tidak
berpengaruh
terhadap ketepatan
waktu penyampaian
laporan keuangan.
5. Dini Mauli Pengaruh Analisis Financial Distress
Trisnadevy, Financial Deskriptif Berpengaruh
made Dudy Distress, Audit Kuantitatif negatif terhadap
Satyawan Tenure, dan ketepatan waktu
(2020) Umur publikasi laporan
Perusahaan keuangan
terhadap Umur perusahaan
Ketepatan dan Audit Tenure
Waktu tidak berpengatuh
Publikasi terhadap ketepatan
Laporan waktu publikasi
keuangan laporan keuangan.
29

6. Novi Analisa faktor- Analisis Ukuran perusahaan


Asriyatun, faktor yang Deskriptif mempengaruhi
Akhmad mempengaruhi Kuantitatif ketepatan waktu
Syarifudin Ketepatan pelaporan keuangan
(2020) waktu Solvabilitas,
pelaporan profitabilitas,
keuangan pada likuiditas dan
perusahaan reputasi KAP tidak
manufaktur mempengaruhi
yang terdaftar ketepatan waktu
di Bursa Efek pelaporan
Indonesia keuangannya.

7. Mari Oktavia, Analisa Faktor- Analisis Usia perusahaan


Kennardi Faktor yang Deskriptif dan laporan audit
Tanujaya Mempengaruhi Kuantitatif memiliki dampak
(2019) Ketepatan positif yang jelas
Waktu terhadap ketepatan
Pelaporan waktu pelaporan
Keuangan keuangan
Perusahaan Ukuran perusahaan,
yang Terdaftar profitabilitas,
di Bursa Efek leverage, laporan
Indonesia audit, komite audit,
(BEI) jenis auditor, dan
rotasi auditor tidak
berpengaruh secara
material terhadap
ketepatan waktu
pelaporan
keuangan.
30

8. Dhea Auwina Pengaruh Analisis Struktur


(2019) Struktur Deskriptif kepemilikan dan
Kepemilikan, Kuantitatif kualitas auditor
Ukuran berdampak negatif
Perusahaan, terhadap ketepatan
dan Kualitas waktu pelaporan
Auditor keuangan dan tidak
terhadap material
Ketepatan Ukuran perusahaan
Waktu berpengaruh negatif
Pelaporan signifikan terhadap
Keuangan ketepatan waktu
Produsen pelaporan keuangan
Barang
Konsumsi
Yang Terdaftar
di BEI 2015-
2017

9. Indah Suryani, Pengaruh Analisis Profitabilitas dan


Dahlia Pinem Profitabilitas, Deskriptif struktu kepemilikan
(2018) Opini Auditor Kuantitatif tidak berpengaruh
dan Struktur terhadap ketepatan
Kepemilikan waktu penyampaian
Terhadap laporan keuangan
Ketepatan Opini audit
Waktu berpengaruh
Pneyampaian terhadap ketepatan
Laporan waktu penyampaian
Keuangan laporann keuangan
10. Fuji Windiya Analisa Faktor- Analisis Ukuran perusahaan
Sari (2018) Faktor yang Deskriptif Berpengaruh
Mempengaruhi Kuantitatif terhadap ketepatan
Ketepatan waktu
Waktu penyamapaian
Pelaporan laporan keuangan.
Keuangan Likuiditas dan
Perusahaan Profitabilitas tidak
yang Terdaftar berpengaruh
di Bursa Efek terhadap ketepatan
Indonesia waktu penyampaian
(BEI) laporan keuangan
11. Dewa Gede Pengaruh Analisis Struktur
Agus Struktur Deskriptif kepemilikan
31

Narayana, I Kepemilikan, Kuantitatif berpengaruh positif


ketut Financial terhadap aktualitas
Yadnyana Distress, dan penerbitan laporan
(2017) Audit Tenure keuangan tahunan
pada Keadaan darurat
Ketepatwaktua keuangan akan
n Publikasi berdampak buruk
Laporan pada publikasi
keuangan laporan keuangan
yang tepat waktu
Audite Tenure tidak
dapat mengontrol
keakuratan
publikasi laporan
keuangan.

2.3 Model Penelitian

Sebuah model penelitian dibuat untuk menunjukkan hubungan efek dari

masing-masing variabel dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah,

landasan teoritis dan review penelitian terdahulu, dan rumusan hipotesis diatas

maka model penelitian digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. 1
Model Penelitian
Variabel Independen

Ukuran Perusahaan (X1) Variabel Dependen

Ketepatan Waktu
Financial Distress (X2) Pelaporan keuangan
(Y)
Opini Audit (X3)

2.4 Hipotesis Penelitian

2
32

2.1

2.2

2.4.1 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan

Besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditentukan oleh besar kecilnya aset

yang dimilikinya. Menurut Permatasari (2012) Ukuran perusahaan merupakan

gambaran kecil dari perusahaan yang ditentukan berdasarkan ukuran yang dapat

diperkirakan. Ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total pendapatan, total

aset, jumlah karyawan, dll.. Semakin besar nilai aset suatu perusahaan, maka akan

semakin cepat dalam menyampaikan laporan keuangan sedangkan semakin kecil

asset suatu perusahaan maka akan lama dalam menyampaikan laporan keuangan.

Perusahaan yang besar biasanya akan lebih dilirik oleh masyarakat karena

perusahaan tersebut memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, sehingga

perusahaan besar akan menjaga image perusahaan salah satunya dengan cara tepat

waktu dalam pelaporan keuangan. Menurut Purba (2020) Pada dasarnya ukuran

perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm),

perusahaan sedang (medium firm), dan perusahaan kecil (Small firm).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asriyatun & Syarifudin

(2020) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu

pelaporan keuangan hal tersebut karena Semakin besar perusahaan, semakin tepat

waktu perusahaan tersebut menyampaikan laporan keuangannya. Karena semakin

banyak sumber daya yang Anda miliki, semakin canggih staf akuntansi dan sistem

informasi Anda, dan semakin kuat pengendalian internal Anda, semakin cepat
33

Anda dapat menyiapkan laporan keuangan Anda menggunakan hal-hal di atas.

Penjelasan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian awal ini adalah:

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan

2.4.2 Pengaruh financial distress terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan

Semua perusahaan pasti mengalami financial distress (kesulitan keuangan)

terutama jika situasi ekonomi negara tempat perusahaan beroperasi sedang

mengalami krisis ekonomi. Financial distress (kesulitan keuangan) merupakan

suatu peristiwa turunnya kinerja keuangan perusahaan secara terus menerus dalam

jangka waktu tertentu. Bagi perusahaan, kesulitan keuangan merupakan salah satu

penyebab kebangkrutan yang paling sering terjadi. Apabila suatu perusahaan

mengalami kesulitan keuangan dalam jangka waktu pendek dan bisa mengatasi

situasi tersebut, maka kesulitan keuangan dalam hal ini tidak akan menyebabkan

kebangkrutan. Namun, apabila perusahaan yang tidak mengalami kesulitan

keuangan dalam jangka waktu yang pendek tetapi mengalami kesulitan keuangan

jangka Panjang, maka kondisi ini dapat memungkinkan terjadinya kebangkrutan

atau likuidasi (Purwanti, 2019).

Julien (2013) menyatakan financial distress (kesulitan keuangan)

perusahaan akan menjadi berita buruk sehingga dapat mempengaruhi kondisi

perusahaan di mata publik. Maka akan memyebabkan manajemen cenderung

menunda pelaporan keuangan. Untuk menghindari kualitas laporan keuangan

yang buruk, perusahaan akan mencoba untuk memperbaiki laporan keuangan


34

tersebut, dan hal itu memakan waktu yang cukup lama sehingga menyebabkan

keterlambatan dalam menerbitkan laporan keuangan. hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Maharani et al., 2018) Kesulitan keuangan

memiliki dampak yang signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Artinya perusahaan dengan catatan financial distress sering berusaha untuk

memperbaiki laporan keuangannya, sehingga proses perbaikan laporan keuangan

tersebut berarti perusahaan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyusun

laporan keuangannya. sebagai perusahaan yang sehat. Oleh karena itu, hipotesis

kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H2: financial distress berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan

2.4.3 Pengaruh opini audit terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan

Pendapat merupakan tanggung jawab auditor dan tanggung jawab

manajemen ketika auditor menyatakan pendapat atas kecukupan laporan keuangan

yang disusun oleh manajemen., dijelaskan dalam Agoes, sukrisno (2012, hlm74)

dalam (Suryani & Pinem, 2018). Opini auditor ini menggambarkan tentang

kewajaran dari laporan keuangan suatu perusahaan. Opini auditor dapat

mempengaruhi keputusan investor dalam pengambilan keputusan dan

mempengaruhi ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan suatu perusahaan.

Sebuah perusahaan yang menerima opini audit wajar tanpa pengecualian

(unqualified audit opinion) biasanya tepat waktu dalam pelaporan keuangannya

karena opini audit yang dikeluarkan oleh auditor merupakan kabar baik bagi

investor dan pengguna saham. Teori sinyal kabar baik menyatakan bahwa dalam
35

hal ini, laporan auditor mendorong perusahaan untuk segera mengumumkannya

kepada publik melalui rilis laporan keuangannya. Di sisi lain, perusahaan yang

mencari opini selain Konfirmasi Wajar Tanpa Pengecualian cenderung menunda

laporan keuangannya, dan karena konfirmasi oleh auditor buruk atau mengandung

berita buruk (bad news), perusahaan Menunda atau menunda penyampaian

laporan keuangan. Menurut Suryani & Pinem (2018) perusahaan yang

mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) maka

perusahaan akan tepat waktu dalam pelaporan keuangan sedangkan perusahaan

yang mendapat opini selain wajar tanpa pengecualian (Unqualifie Opinion) akan

menunda atau memperlambat dalam pelaporan keuangan. Hal ini menunjukkan

bahwa opini Unqualified Opinion dari KAP mendorong perusahaan untuk tepat

waktu dalam menyapaikan laporan keuangan, karena manajemen melihat bahwa

hasil opini audit Unqualified Opinion sebagai sebuah opini yang baik atas

kewajaran laporan keuangan hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Videsia et al., 2022) dengan adanya penjelasan diatas maka hipotesis ketiga

yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3: Opini audit berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan.

2.4.4 Pengaruh ukuran perusahaan, financial distress, dan opini audit

terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Ukuran perusahaan merupakan Sebuah skala yang dapat diklasifikasikan

sebagai besar atau kecil. Ukuran perusahaan dapat dinilai dari total aset, total

pendapatan, kapitalisasi pasar, dan total tenaga kerja. Karena perusahaan besar
36

memiliki sistem pengendalian internal yang kuat, mereka cenderung menjadi

sasaran pengawasan publik yang lebih banyak, dan perusahaan besar

mempertahankan citra perusahaan mereka, termasuk pelaporan keuangan yang

tepat waktu. Sedangkan dalam kesulitan keuangan, kita dapat mengatakan bahwa

perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau perusahaan dalam kesulitan keuangan.

Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan cenderung terlambat dalam

menyampaikan laporan keuangannya karena kualitas laporan keuangannya yang

kurang baik. Opini audit merupakan pernyataan yang dikeluarkan pihak auditor

berupa pernyataan informasi keuangan yang disajikan perusahaan sudah wajar

atau belum. Perusahaan yang mendapat pendapat unqualified cenderung lebih

cepat dalam pelaporan keuangan karena berita tersebut merupakan sinyal baik

bagi perusahaan, sebaliknya perusahaan yang mendapat opini selain unqualified

cenderung telat dalam pelaporan keuangan karena berita tersebut dianggap sinyal

buruk bagi perusahaan. Dari uraian diatas maka hipotesis keempat yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4: Ukuran perusahaan, financial distress, dan opini audit masing-masing

berpengaruh secara simultan terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan.
38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian dengan pengujian hipotesis yang

bertujuan untuk menguji hipotesis yang menjelaskan fenomena dalam bentuk

variabel. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dengan menggunakan metode. penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang

menganalisis suatu data berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

3.2 Objek Penelitian

Survei tersebut menargetkan perusahaan-perusahaan di industri barang

konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari 2018 hingga 2020.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi variabel penelitian merupakan penjelasan mengenai variabel serta

tata cara dan indikator yang digunakan untuk menentukan variabel yang ada pada

penelitian ini. Penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu ketepetan waktu

pelaporan keuangan (Y) serta variabel Independen yaitu Ukuran perusahaan (X 1),

Financial Distress (X2), Opini Audit (X3)

3.3.1 Variabel Dependen / Variabel Terikat (Y)

Variabel dependen adalah variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi

karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel dependen yang

digunakan adalah ketepatan waktu pelaporan keuangan. Mata uang pelaporan

keuangan adalah periode antara tanggal laporan keuangan perusahaan


39

31/12 tutup. Tanggal penandatanganan oleh auditor eksternal akan

dicantumkan sampai auditor menyelesaikan proses audit. H. Semakin cepat

auditor menandatangani laporan keuangan, semakin cepat laporan keuangan akan

diajukan (Jayanti, 2018). Ketepatan waktu pelaporan keuangan diukur dengan

menggunakan variabel dummy, dengan kategori yaitu bagi perusahaan yang tepat

waktu atau sesuai dengan peraturan BAPEPAM X.K.2 selambat-lambatnya

diakhir bulan ke-3 (tiga) atau 90 (Sembilan puluh) hari setelah tanggal

berakhirnya laporan keuangan yaitu pada 30 Maret. Untuk mengantisipasi

pandemi virus corona (Covid-19) yang melanda Indonesia, OJK dan BEI telah

mengeluarkan surat keputusan pelonggaran tenggat waktu penyampaian laporan

tahunan 2019 dan 2020. Anda harus mengajukan laporan keuangan Anda antara

30 Maret dan 31 Mei.

Hasil tahunan 2018 dianggap tepat waktu jika perusahaan mengajukan hasil

tahunannya pada akhir bulan ketiga (ketiga) setelah tanggal hasil tahunan.

Kirimkan hasil tahunan pada akhir bulan ketiga, diperpanjang dua bulan di luar

batas waktu yang ditetapkan. Dengan kata lain, diperpanjang dua bulan dari 30

Maret hingga 31 Mei. Jika perusahaan melaporkan laporan keuangan secara tepat

waktu maka diberi kategori 1 (satu). Bagi perusahaan yang telat dalam

menyapaikan laporan keuangan yaitu sebelum tanggal yang telah ditentukan maka

akan di beri kategori 0 (Nol).

3.3.2 Variabel Independen (X)


40

Variabel Independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel-variabel independen

terdiri dari faktor-faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi ketepatan waktu

pelaporan keuangan pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel independen dalam penelitian ini antara lain

ukuran perusahaan, financial distress, dan opini audit. Definisi operasioanl

variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ukuran Perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan dapat dinilai berdasarkan beberapa aspek seperti ukuran

perusahaan yang tercermin dari total aset, total pendapatan, kapitalisasi pasar,

jumlah karyawan, dll. (Sari, 2018). Semakin tinggi nilai item, semakin besar

perusahaan. Semakin besar aset, semakin banyak modal yang diinvestasikan,

semakin banyak penjualan, semakin cepat uang bergerak, dan semakin besar

kapitalisasi pasar, semakin dikenal perusahaan secara umum.

Ukuran perusahaan = Ln Total Aset

Sumber: (Sari, 2018)

2. Financial Distress (X2)

Financial distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan sedang

menghadapi masalah kesulitan keuangan dapat diketahui dari ketidakmampuan

perusahaan atau tidak tersediannya suatu dana untuk membayar kewajibannya

yang telah jatuh tempo, (Narayana & Yadnyana, 2017). Financial distress

diberikan dalam bentuk variabel dummy dengan nilai 1 untuk perusahaan yang
41

mengalami financial distress dan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak mengalami

financial distress. Variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan model

prediksi Springate. Model prediksi Springate merupakan pengembangan dari

model prediksi Altman Z-score. Pengukuran yang digunakan dalam model

prediksi Springate yang digunakan untuk menghasilkan score pada model prediksi

sebagai berikut:

S-Score = 1,03X1 + 3,07X2 + 0,66X3 + 0,4X4

Dimana:

X1 = Modal Kerja Bersih / Total Aktiva

X2 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva

X3 = Laba Sebelum Pajak /Total Kewajiban Lancar

X4 = Penjualan / Total Aset

Metode Springate ini mengklasifikasin perusahaan dengan skor S > 0,862

merupakan perusahaan yang tidak berpotensi bangkrut, sedangkan jika perusahaan

memiliki skor S < 0,862 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang tidak sehat dan

berpotensi bangkrut.

3. Opini Audit (X3)

Opini audit dapat dikatakan sebagai Pernyataan auditor setelah proses audit

selesai atau berupa informasi keuangan yang disajikan sesuai dengan keadaan

yang sebenarnya (Oktavia & Tanujaya, 2019). Opini audit menggambarkan

kewajaran atas informasi laporan keuangan suatu perusahaan, semakin tinggi

opini audit yang didapatkan atau perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa
42

pengecualian (unqualified opinion) maka akan menunjukkan kualitas laporan

keuangan yang semakin baik sehingga berpengaruh terhadap ketepatan waktu

pelaporan keuangan.

Variabel ini menggunakan variabel dummy. Menurut Suryani & Pinem (2018)

Nilai dummy 1 diberikan untuk kategori perusahaan yang mendapat opini audit

wajar tanpa pengecualian (unqualified audit opinion), dan nilai dummy 1

diberikan untuk kategori perusahaan yang mendapat opini audit wajar tanpa

pengecualian (unqualified audit opinion). ). Nilai dummy 0 telah ditetapkan.

Laporan keuangan perusahaan di bagian laporan audit;

a. Opini wajar tanpa pengecualian. 1


b. Opini wajar tanpa pengecualian dengan kalimat penjelas. 0
c. Opini wajar dengan pengecualian . 0
d. Opini tidak wajar. 0
e. Pernyataan tidak memberikan pendapat. 0

Tabel 3. 1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasioanal Indikator Skala
43

Ketepatan Mata uang pelaporan Untuk periode 2018, jika Dumm


waktu keuangan adalah periode dari perusahaan mengajukan y
pelaporan tanggal laporan keuangan laporan keuangan tahunannya
keuangan perusahaan ditutup (31 pada akhir bulan ketiga
(Y) Desember) sampai dengan (ketiga) sejak tanggal laporan
tanggal auditor eksternal keuangan tahunan, itu tepat
menyelesaikan proses audit waktu dan untuk laporan
yang ditetapkan pada tanggal keuangan berikutnya, itu
yang ditandatangani oleh berarti aktif. Jika perusahaan
auditor eksternal. H. Semakin mengajukan laporan keuangan
cepat auditor menandatangani tahunan sebelum akhir tahun,
laporan keuangan, semakin ia akan melakukannya paling
cepat diterbitkan. (Jayanti, lambat selama tiga bulan,
2018) memperpanjang batas waktu
yang ditetapkan dua
bulan.Perusahaan yang tepat
waktu = 1
Perusahaan yang tidak tepat
waktu = 0

Sumber: (Nababan, 2021)

Ukuran Menurut Sari (2018) Ukuran


Perusahaan perusahaan dapat dinilai
(X1) berdasarkan beberapa aspek Ukuran Perusahaan = Ln Rasio
seperti ukuran perusahaan Total Aset
yang tercermin dari total aset,
total pendapatan, kapitalisasi Sumber: (Sari, 2018)
pasar, jumlah karyawan, dll.

Financial Financial distress merupakan Model Springate Dumm


Distress suatu kondisi dimana y
(X2) perusahaan sedang S-Score = 1,03X1 + 3,07X2 +
mengalami masalah kesulitan 0,66X3 + 0,4X4
keuangan, dapat diketahui Sumber: (Ilyasa, 2018)
dari ketidakmampuan
perusahaan atau tidak Financial distress
tersediannya suatu dana untuk diberikan dalam bentuk
membayar kewajiban yang variabel dummy dengan
telah jatuh tempo, nilai 1 untuk perusahaan
Narayana dan Yadnyana yang mengalami financial
(2017) distress dan nilai 0 untuk
perusahaan yang tidak
mengalami financial
distress.
Opini Opini audit didefiniskan Perusahaan yang mendapat Dumm
44

Audit (X3) sebagai Pernyataan yang opini wajar tanpa y


dibuat oleh Pemeriksa Statuta pengecualian (unqualified
pada saat proses pemeriksaan opinion) dari auditor diberi
selesai atau berupa laporan nilai dummy 1 dan kategori
keuangan yang disampaikan perusahaan yang mendapt
adalah benar dan opini selain wajar tanpa
wajar.Oktavia dan Tanujaya pengecualian (Unqualified
(2019). Opinion) diberi nilai dummy
0.

Sumber: (Suryani & Pinem,


2018)

3.4 Populasi dan sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah objek dari penelitian yang berguna sebagai sasaran untuk

mendapatkan dan mengumpulkan data. Populasi yang digunakan pada penelitian

ini yaitu perusahaan sektor industri barang konsumsi yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2018-2020, yang datanya diambil melalui situs resmi dari

Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id Populasi penelitian ini adalah

Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2018-2020 yang berjumlah 64 (Enam Puluh empat) perusahaan

(www.eddyelly.com).

3.4.2 Sampel

Sugiyono (2018) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Metode pengambilan sampel dengan

menggunakan purposive sampling yaitu tipe pemilihan tidak secara acak yang

informasinya di peroleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu dan

umumnya disesuaikan dengan tujuan/ masalah penelitian. Karena populasi yang


45

dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel

tertentu. Kriteria - kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sebuah perusahaan di industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dari 2018 hingga 2020.

2. Perusahaan di industri barang konsumsi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia

(BEI) berturut-turut dari 2018 hingga 2020.

3. Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan keuangan tahunan audited

Tabel berikut ini menyajikan hasil seleksi sampel dengan menggunakan

metode purposive sampling:

Tabel 3. 2
Hasil Purposive Sampling
NO Keterangan Jumlah

1 Sebuah perusahaan di industri barang konsumsi yang terdaftar 64


di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari 2018 hingga 2020.
2 Perusahaan di industri barang konsumsi yang belum tercatat (14)
secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak
2018 hingga 2020
3 Perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa (3)
Efek Indonesia (BEI) yang belum mempublikasikan laporan
keuangan tahunan yang telah diaudit tahun 2018-2020
Sampel yang digunakan 47
Jumlah data observasi periode 2018-2020 (3 tahun) 141
Sumber: www.idx.co.id

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan sektor

industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

periode 2018-2020 yang sesuai dengan kriteria pengambilan sampel adalah


46

sebanyak 47 (empat puluh tujuh) sampel dengan total pengamatan sebanyak 141

(seratus empat puluh satu) laporan keuangan. Adapun perusahaan sektor industri

barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2020

yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 3
Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1 DVLA Darya Varia laboratoria Tbk
2 INAF Indofarma Tbk
3 KAEF Kimia Farma Tbk
4 KLBF Kalbe Farma Tbk
5 MERK Merck Indonesia Tbk
6 PEHA Phapros Tbk
7 PYFA Pyridam farma Tbk
8 SIDO Industri Jamu dan farmasi Sido Tbk
9 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
10 KINO Kino Indonesia Tbk
11 KPAS Cottonindo Ariesta Tbk
12 MBTO Martinaa Berto Tbk
13 MRAT Mustikaa Ratu Tbk
14 TCID Mandom Indonesia Tbk
15 UNVR Unilever Indonesia Tbk
16 ADES Akasha Wira International Tbk
17 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
18 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
19 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk
20 BUDI Budi Starch Sweetener Tbk
21 CAMP Campina Ice cream Industry Tbk
22 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
23 CLEO Sariguna Primatirta Tbk
47

24 DLTA Delta Djakarta Tbk


25 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk
26 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk
27 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
28 IIKP Inti Agri Resources Tbk
29 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
30 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
31 MYOR Mayora Indah Tbk
32 PANI Pratama Abadi Nusa Industri Tbk
33 PCAR Prima Cakrawala Abadi Tbk
34 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
35 SKBM Sekar Bumi Tbk
36 SKLT Sekar Laut Tbk
37 STTP Siantar Top Tbk
38 ULTJ UltraJaya Milk Industry and Tranding Company Tbk
39 CINT Chitose International Tbk
40 KICI Kedaung Indah Can Tbk
41 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk
42 WOOD Integra Indocabinet Tbk
43 GGRM Gudang Garam Tbk
44 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
45 RMBA Indonesia Tobacco Tbk
46 WIIM Bentoel International Investama Tbk
47 HRTA Hartadinata Abadi Tbk
Sumber: www.idx.co.id

3.5 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaf dimana data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan sumber data yang

penelitiannya diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh

dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder yang diperoleh diambil dari laporan

keuangan perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa


48

Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020 yang telah dipublikasikan dan dapat di

download dari situs resmi Bursa Efek Indonesi (BEI) yaitu www.idx.co.id.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

adalah metode dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara

mempelajari, meneliti, dan menelaah laporan keuangan perusahaan yang menjadi

sampel dalam penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan bersumber dari

situs resmi Bursa Efek Indoneisa (www.idx.co.id). Selain itu untuk mendukung

data dalam penlitian juga dapat diperoleh dari jurnal, internet, buku, karya ilmiah

berupa skripsi sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

Metode analisis data mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis

responden, mengumpulkan data dari seluruh responden, menyajikan data untuk

setiap variabel yang disurvei, dan melakukan perhitungan untuk menjawab

pernyataan pertanyaan, melakukan perhitungan yang menguji hipotesis yang

diajukan. (Sugiyono, 2017).

Metode Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik

dengan menggunakan software pengolah data SPPSS (Statistical Package for

Social Sciences) versi 25. Hal ini dilakukan agar hasil yang diperoleh dari analisis

dan pengujian dapat memberikan jawaban yang akurat mengenai variabel yang

diselidiki.

3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif


49

Statistik deskripstif digunakan untuk menggambarkan dan

mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian. Statistik deskriptif dalam

penelitian adalah proses tranformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi

sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan,

pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel dan grafik. Statistik

deskriptif biasanya digunakan oleh peneliti sebagai informasi mengenai

karakteristik variabel penelitian. Analisis statistik deskriptif yang dipakai dalam

penelitian ini ialah rata-rata (mean), nilai maximum, minimum, dan standar deviasi

untuk menggambarkan variabel ukuran perusahaan, financial distress, dan opini

audit.

3.7.2. Analisis Statistik Data

Analisis statistik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

logistik. Menurut Ghozali (2018:325) Analisis regresi logistik (Logistic

Regression) adalah regresi yang menguji apakah variabel dependen memiliki

peluang untuk diprediksi oleh variabel independen. Analisis regresi logistik tidak

memerlukan distribusi normal untuk variabel bebas (Ghozali, 2018:325). Oleh

karena itu, analisis regresi logistik tidak memerlukan uji normalitas, uji

heteroskedastisitas, dan uji penerimaan tradisional untuk variabel bebas.

Analisis regresi logistik terdiri dari beberapa pengujian, antara lain

evaluasi terhadap keseluruhan model (overall model fit), uji kelayakan model

regresi (goodness of fit test), dan koefisien determinasi (Nagelkerke's R-squared).


50

menjadi (Ghozali, 2018: 332-334). Penjelasan mengenai ketiga pengujian model

sebagai berikut:

1.

2.

3.

3.7

3.7.2

3.7.2.1 Menguji Kelayakan Model Regresi (Godness of Fit Test)

Karena regresi logistik adalah model regresi yang dimodifikasi, sifat-sifat

model regresi logistik tidak sama dengan model regresi sederhana atau berganda.

Oleh karena itu, penentuan signifikansi statistiknya juga berbeda. Untuk model

regresi berganda, kebaikan kecocokan (goodness of fit) model dapat dilihat dari

nilai R2 atau uji F. Di sisi lain, untuk mengevaluasi model regresi logistik, kami

menggunakan goodness of fit Hosmer dan Lemeshow. Model ini dirancang untuk

menguji hipotesis nol apakah data empiris cocok dengan model (kita katakan

model cocok karena tidak ada perbedaan antara model dan data). (Ghozali,

2018:333). Hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

1. H0 ditolak jika nilai probabilitas (P-value) adalah 0,05 (nilai

signifikansi). Artinya ada perbedaan yang signifikan antara model dan

nilai yang diamati. Oleh karena itu, tes lulus/gagal tidak dapat

memprediksi nilai suatu observasi.


51

2. H0 diterima jika nilai probabilitas (P value) adalah 0,05 (nilai signifikan).

Ini berarti bahwa model cocok dengan pengamatan. Memungkinkan

untuk memprediksi nilai yang diamati dalam penilaian lulus/gagal.

3.7.2.2 Menguji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Keseluruhan model fit digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen mempengaruhi variabel dependen. Statistik yang digunakan

didasarkan pada fungsi kemungkinan. Probabilitas L adalah probabilitas bahwa

model hipotetis menggambarkan data input (Ghozali, 2018: 332). Untuk menguji

hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi probabilitas -2log.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai -2LL pertama dengan -2LL

langkah selanjutnya. Jika nilai blok -2LL = 0 lebih besar dari nilai blok -2LL = 1,

penurunan (-2LogL) menunjukkan bahwa model regresi lebih baik. (Ghozali,

2018:333). Hipotesis yang digunakan untuk uji keseluruhan model sebagai

berikut:

H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data

Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

3.7.2.3 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Koefisien determinasi untuk regresi logistik dapat dicari dari R-kuadrat

Nagelkerke. Hal ini dikarenakan nilai Nagelkerke R-squared merupakan

modifikasi dari koefisien Cox dan Snell sehingga nilainya berkisar antara 0 (nol)

hingga 1 (1). Tak terbatas. Nilai r-kuadrat Nagelkerke yang mendekati nol

menunjukkan bahwa variabel tersebut memiliki kemampuan yang sangat terbatas

untuk menjelaskan variabel terikat, sedangkan nilai r-kuadrat Nagelkerke yang


52

mendekati 1 menunjukkan bahwa variabel bebas dapat memberikan semua

informasi yang meningkat. Variabilitas variabel dependen. (Ghozali, 2018:333).

3.7.3. Model Regresi Logsitik

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

logistik (logistic regression) yaitu dengan melihat pengaruh ukuran perusahaan,

financial distress, dan opini audit terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

adapaun model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

TL
Ln = ꞵo+ ꞵ1SIZE + ꞵ2FD + ꞵ3OPN + e
1−T L

Keterangan:

TL
Ln : Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
1−T L

ꞵo : Konstanta

ꞵ1-ꞵ3 : Koefisien regresi

SIZE : Ukuran Perusahaan

FD : Financial Distress

OPN : Opini Audit

e : Standar eror

3.7.4. Uji Hipotesis

3.7.4.1 Uji Wald (Uji Parsial t)

Menurut (Ghozali, 2018:99) Uji Wald (t) pada dasarnya memberitahu

Anda seberapa besar pengaruh variabel independen mempengaruhi penjelasan


53

variabel dependen. Tingkat signifikansi penentuan nilai untuk uji Wald (uji-t)

adalah 5%. Kriteria keputusan:

1. H0 diterima jika thitung < ttabel > 0,05. Artinya salah satu variabel bebas tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat.

2. H0 ditolak jika thitung > ttabel atau signifikansi < 0,05. Artinya salah satu

variabel bebas mempengaruhi variabel terikat..

3.7.4.2 Uji Omnibus Tests of Model Coefficients (Uji Simultan F)

Uji omnibus untuk koefisien model juga merupakan uji statistik (uji-f).

Penelitian ini menguji apakah variabel independen mempengaruhi variabel

dependen secara simultan (Ghozali, 2018:98). Adapun tingkat signifikannya

sebesar 5%, sehingga kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika Fhitung > Ftabel atau Signifikansi < 0,05 menolak H0 dan menerima H1.

Artinya variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara simultan.

2. Jika Fhitung0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya variabel bebas

tidak mempengaruhi variabel terikat secara bersamaan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka.

Pasar modal atau bursa saham sudah ada di Batavia sejak zaman penjajahan

Belanda, tepatnya tahun 1912. Pasar modal didirikan oleh pemerintah Hindia

Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Pasar modal sudah

ada sejak tahun 1912, tetapi bahkan pada beberapa tahap kekosongan pasar modal,

perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang

diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti Perang Dunia I dan II,

penyerahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik

Indonesia, dan berbagai keadaan yang membuat bursa tidak berfungsi dengan

baik.

Pada tahun 1977 pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan Kembali

pasar modal, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan

seiring dengan berbagai insentif fan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Bursa Efek Indonesia merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek

Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional

dan transaksi,, pemerintah memutuskan untuk menggabungkan Bursa Efek Jakarta

sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan

derivatif menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa hasil penggabungan ini

mulai beroperasi pada 1 Desember 2007.

53
54

Bursa Efek Indonesia adalah bursa saham yang dapat memberikan peluang

investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan

ekonomi nasional. Peranan Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah berupaya

mengembangkan pemodal local yang besar dan solid untuk menciptakan pasa

modal Indonesia yang stabil. Untuk memberikan informasi seputar pasar modal

yang lebih lengkap kepada masyarakat, Bursa Efek Indonesia (BEI) meyebarkan

data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik.

4.1.3 Gambaran Umum Perusahaan

Penelitian ini didasarkan pada perusahaan-perusahaan di industri barang

konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan dengan

menggunakan laporan tahunan dan laporan keuangan BEI. Laporan tahunan suatu

perusahaan memuat berbagai macam informasi yang lengkap dan terperinci

tentang perusahaan, sehingga kami akan menggunakan laporan tahunan untuk

penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga menyertakan data di BEI karena

merupakan satu-satunya bursa di Indonesia yang memiliki data lengkap dan

terorganisir dengan baik.

Industri barang konsumsi merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Industri barang konsumsi merupakan sektor yang berperan penting

dalam mendorong pertumbuhan ekonomi negara. Sektor barang konsumsi sangat

dibutuhkan karena kebutuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat. Dalam

praktiknya, industri barang konsumsi dibagi menjadi lima subsektor: subsektor

makanan dan minuman, subsektor farmasi, subsektor tembakau, subsektor

kosmetik dan produk rumah tangga, dan subsektor elektronik konsumen. .


55

Berikut ini adalah profil singkat perusahaan industri barang konsumsi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2020 yang merupakan sampel dari

penelitian ini:

1. PT Darya Varia laboratoria Tbk

PT Darya Varia laboratoria Tbk (Darya Varia atau Perseroan) merupakan

perusahaan yang bergerak di bidang Didirikan pada tahun 1976, PMDN

(Penanaman Modal Dalam Negeri) industri farmasi. Pada November 1994, Darya-

Varia mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham

DVLA. Pada tahun 1955, Darya-Varia mengakuisisi PT Pradja Pharin (Prafa),

menjadi perusahaan induk dan terus mengembangkan bisnisnya di sektor

kesehatan Indonesia.

2. PT Indofarma Tbk

PT Indofarma Tbk atau 'Perusahaan' dimulai pada tahun 1918 di sebuah pabrik

kecil di Rumah Sakit Pusat Pemerintah Kolonial Belanda. Saat itu, hanya

diproduksi berbagai jenis salep dan perban kasa. Seiring waktu, bisnis perusahaan

tumbuh, menambahkan tablet dan suntikan ke berbagai lini produksinya. Setelah

diambil alih oleh Jepang di bawah pimpinan Takeda Pharmaceutical pada tahun

1942, perusahaan tersebut dibeli kembali oleh pemerintah Indonesia melalui

Departemen Kesehatan pada tahun 1950. Pada tanggal 11 Juli 1981, status

perusahaan diubah menjadi Perusahaan Umum Indonesia Farma.( Perum

Indofarma) diubah menjadi badan hukum.

3. PT. Kimia Farma Tbk


56

Kimia Farma adalah perusahaan farmasi pertama di Indonesia yang didirikan pada

tahun 1817 oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada 4 Juli 2001, PT Kimia Farma

(Persero) kembali berubah status menjadi PT Kimia Farma (Persero), sebuah

perusahaan publik. Tbk, yang kemudian disebut Perseroan. Mengikuti perubahan

tersebut, perusahaan tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya

(sekarang Bursa Efek Jakarta). Berbekal pengalaman puluhan tahun, perusahaan

telah berkembang menjadi perusahaan jasa medis terlengkap di Indonesia.

4. PT Kalbe Farma Tbk

PT. Kalbe Farma Tbk “Kode saham KLBF” memulai operasionalnya tahun

1966, bergerak dalam bidang pengembangan, pembuatan dan perdagangan

sediaan farmasi, produk obat-obatan, nutrisi, suplemen, makanan dan minuman

Kesehatan hingga alat-alat Kesehatan termasuk pelayanan Kesehatan primer.

5. PT Merck Indonesia Tbk

Perusahaan Merck Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang didirikan pada

tahun 1970, perusahaan Merck Tbk menjadi perusahaan publik yaitu pada tahun

1981 dan merupakan salah satu perusahaan pertama yang terdaftar di Bursa

Saham Indonesia.

6. PT Phapros Tbk

Perusahaan Phapros Tbk atau PT Phapros Tbk didirikan tepatnya pada 21

Juni 1954. PT Phapros Tbk merupakan perusahaan farmasi yang merupakan anak

perusahaan dari PT Kimia Farma Tbk yang saat ini menguasai saham sebesar

56,7%. Perusahaan saat ini telah memproduksi lebih dari 250 macam obat,
57

sebagian besar diantaranya adalah hasil pengembangan sendiri yang diklasifikasi

dalam kelompok produk etikal, generik, OTC, dan Agromed

7. PT Pyridam Farma Tbk

Pyridam didirikan pada tahun 1976 sebagai pabrik kecil. Pada tahun 1985,

Piridum mendirikan sektor farmasi yang berkembang pesat, Piridum dianugerahi

gelar Mitra Kinerja Baik oleh Departemen Pertanian pada tahun 1944, dan

peningkatan yang dipercepat memungkinkan Piridum untuk membuka fasilitas

manufaktur baru di Cianjur, Jawa Barat.Dibangun April 2001. Pada tahun yang

sama, PT Pyridam menyelesaikan penawaran umum perdana (IPO) secara

simultan 120 juta saham biasa dan sejak saat itu PT Pyridam tercatat di Bursa

Efek Jakarta, sekarang dengan nama Bursa Efek Indonesia. Setelah IPO selesai,

nama perusahaan diubah menjadi PT Pyridam Farma, Tbk.

8. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk

Sido Muncul, juga dikenal sebagai Sido Muncul Industri Jamu dan Farmasi

Tbk atau Sido Muncul, didirikan pada tahun 1951 di Jalan Mlaten Trenggulun,

Semarang dengan nama Sido Muncul, yang berarti 'impian yang menjadi

kenyataan'. Pada tahun 1975, perseroan terbatas didirikan dengan nama PT

Industri Jamu dan Pharma Sido Muncul. PT ini memproduksi lebih dari 250 jenis

produk. Produk unggulan industri jamu dan farmasi Sido Tbk antara lain Tolak

Angin, Tolak Linu Panggul dan Paku Bima Energi..

9. PT Tempo Scan Pacific Tbk

Tempo Scan Pacific Tbk (Perseroan) dan anak perusahaannya merupakan

bagian dari Grup Tempo, yang memulai usahanya dengan berdirinya PT PD


58

Tempo pada tanggal 3 November 1953, dan bergerak dalam bidang perdagangan

obat-obatan. Pada tahun 1994, perusahaan menjadi perusahaan publik dan tercatat

di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan 75.000.000 saham.

10. PT Kino Indonesia Tbk

Kino Indonesia Tbk (Kino) berawal dari sebuah perusaahan distribusi kecil

yang Bernama PT Dutalestari Sentratama (DLS) yang didirikan pada 1991 dan

pada tahun 1997 PT DLS mulai mendirikan PT Kino Sentra Industrindo (KSI),

yaitu sebuah perusahaan produksi makanan ringan. PT kino memfokuskan diri

pada aneka produk makana ringan seperti permen, snack, cokelat, serta minuman

berperisa dalam bentuk serbuk yang hingga kini dijual di pasar Indonesia maupun

mancanegara.

11. PT Cottonindo Ariesta Tbk

Cottonindo Ariesta Tbk didirikan pada tahun 1994 dan dikenal sebagai

perusahaan yang bergerak di industri kapas wajah modern pertama dengan

teknologi maju di Indonesia. Cottonindo Ariesta Tbk menjangkau seluruh

Indonesia dengan “Wellness” sebagai merek dagang premium yang telah

dipatenkan. Cottonindo juga memiliki sejumlah merek lainnya yang juga terkenal

dan telah dipatenkan seperti Cotta, Melrose dan mawar yang telah memiliki brand

awareness dan brand Identity untuk pasar Indonesia.

12. PT Martina Berto Tbk

Perusahaan Martina Berto Tbk didirikan pada tahun 1977 oleh Dr HC. Marta

Tilaar, (Alm) Pranata Bernard dan Theresa Harsini Setiady. Pada tahun 1981

perusahaan mendirikan pabrik modern pertama di Pulogadung Industrial Estate,


59

yang memproduksi kosmetik dan jamu dengan merek “Sariayu Martha Tilaar”

untuk pertama kalinya. Pada tahun 1986, perusahaan mendirikan pabrik modern

kedua di Kawasan industri pulogadung. Perusahaan Martina Berto ini

memproduksi barang kosmetik dan obat tradisional.

13. PT Mustika Ratu Tbk

PT Mustika Ratu Tbk kini telah diakui sebagai salah satu perusahaan

penyedia produk dan perawatan kecantikan terbesar dan terdepan di Indonesia. PT

Mustika Ratu Tbk mulai beroperasi yaitu pada 14 Maret 1978 dan mendapat

reputasi yang baik sebagai pengembang produk kecantikan dan jamu Kesehatan

tradisional. Pada 8 April 1981 Mustika Ratu mendirikan pabrik pertamanya

karena banyaknya permintaan pasar, Mustika ratu mendirikan pabrik di Ciracas,

Jakarta Timur. Pada tahun 1995 Mustika ratu mulai go public dengan melakukan

penawaran umum perdana dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia

(BEI).

14. PT Mandom Indonesia Tbk

Mandom Indonesia Tbk berdiri sebagai perusahaan Joint venture antara

Mandom Corporation, Jepang dan PT the City Factory. Perseroan berdiri dengan

nama PT Tancho Indonesia dan pada tahun 2001 berganti menjadi PT Mandom

Indonesia Tbk. Pada tahun 1993, perseroan menjadi perusahaan ke 167 dan

perusahaan join venture jepang ke 11 yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

15. PT Unilever Indonesia Tbk


60

PT. Unilever Indonesia Tbk “Kode saham UNVR” memulai operasionalnya

tahun 1933, bergerak dalam bidang produksi, pemasaran dan distribusi barang-

barang konsumsi yang meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan berinti susu,

es krim, produk-produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan

minuman sari buah. Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek

Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari ketua

Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16

November 1981. Pada tanggal 16 November 1982, UNVR memperoleh

pernyataan efektif dari BAPEPAM untuk melakukan Penawaran Umum Perdana

Saham UNVR (IPO) kepada masyarakat sebanyak 9.200.000 dengan nilai

nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp3.175,- per saham.

Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal

11 Januari 1982.

16. PT Akasha Wira International Tbk

PT Akasha Wira International Tbk didirikan dengan nama PT Alfindo

Putrasetia pada tahun 1985. Nama perusahaantelah diubah beberapa kali, terkahir

pada tahun 2010 ketika nama perusahaan diubah menjadi PT Akasha Wira

International Tbk. Pada tanggal 14 Juni 1994 perusahaan mencatatakan seluruh

sahamnya yang berjumlah 38.000.000 saham di Bursa Efek Jakarta.

17. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk didirikan pada tahun 1992 oleh Joko Mogoginta.

Sejak awal, visi perusahaan adalah menghasilkan produk makanan berkualitas

dengan harga terjangkau bagi konsumen. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
61

tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2003. Awalnya hanya bisnis

makanan. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk hadir di industri makanan dan

menyadari bahwa industri ini harus menghadapi inovasi dan penciptaan produk

berkualitas tinggi dan kompetitif. Dalam rangka memperkuat eksistensi

perusahaan, perusahaan memposisikan diri menjadi perusahaan pengolahan

makanan dengan teknologi canggih.

18. PT Tri Banyan Tirta Tbk

PT Tri Banyan Tirta Tbk didirikan pada tahun 1997. Tujuan dari perusahaan

ini adalah membangun Alto Natural Spring Water sebagai produk local dengan

kualitas standar internasional. Perusahaan ini berambisi menjadi salah satu

perusahaan minuman yang berpengaruh di Indonesia yang akan dicapai melalui

investasi berkesinambungan pada produk-produk yang dihasilkan. Pabrik PT Tri

Banyan Tirta berlokasi di desa Babakan Pari, Sukabumi yang dikenal dengan

sumber mata airnya yang alami, teruji kemurniannya dan kaya akan kandungan

mineral alami.

19. PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk

PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk didirikan berdasarkan Akta Notaris

Rusman, S.H., Notaris pengganti Elliza Asmawel, S.h., No. 12 tanggal 6 Juni

2001 dan diubah dengan Akta Notaris Elliza Asmawel, S.H., No. 10 tanggal 5

Maret 2002. Awalnya perseroan bergerak dalam bidang bio teknologi pertanian,

pada saat ini fokus kegiatan utama Perseroan adalah pembibitan baik untuk

tanaman kehutanan, tanaman pangan, tanaman obat-obatan, tanaman hias tropis,

pembalakan kayu (HPH), serta perdagangan kayu bulat (log).


62

20. PT Budi Starch Sweetener Tbk

PT Budi Starch Sweetener Tbk merupakan salah satu perusahaan yang

bernaung dibawah kelompok usaha sungai Budi Group (SBG). SBG didirikan di

Lampung pada tahung 1947, hanya beberapa saat setelah Indonesia merdeka. Pada

saat ini, SBG telah berkembang menjadi salah satu kelompok usaha di bidang

agribisnis terbesar di Indonesia.

21. PT Campina Ice cream Industry Tbk

Campina awalnya didirikan pada tahun 1972 sebagai home trade berupa

perusahaan bernama CV Pranoto dengan merek dagang Campina. CV Pranoto

didirikan pada tanggal 22 Juli 1972 di Jalan Gembong Sawah Surabaya oleh

Darmo Hadipranoto. Seiring berkembangnya Campina, Campina melakukan

ekspansi pada tahun 1982 dengan membuka fasilitas manufaktur di kawasan SIER

Surabaya, Jawa Timur. Dan pada tahun 1994, Campina mengubah status

perusahaannya dari Perseroan (CV) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Dengan

nama PT Campina Ice Cream Industry.

22. PT Cahaya Kalbar Tbk

PT Cahaya Kalbar Tbk berdiri sejak 1968 dan telah mendaftarkan sahamnya

di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1996. PT Cahaya Kalbar Tbk ini merupakan

perusahaan multinasional Indonesia yang bergerak dibidang produksi makana

khususnya industri coklat dan kakao industri kembang gula, lapisan icing, dan

pengisi permen. Selain itu perusahaan juga memproduksi dan memasok bahan

untuk restoran/ hotel industri serta pembuatan kue dan roti.

23. PT Sariguna Primatirta Tbk


63

Tanobel adalah identitas perusahaan PT Sariguna Primatirta, produsen air

minum dalam kemasan (AMDK) pertama di Indonesia yang memperoleh

Sertifikat Manajemen Keamanan Pangan ISO 22000:2005. Tanobel berasal dari

kata tan dan nobel. Tan berasal dari nama keluarga pendirinya, keluarga Tanoko,

yang secara aktif berkontribusi dalam pembuatan produk berkualitas. Di sisi lain,

Hadiah Nobel berarti pengakuan atas produk-produk berkualitas tinggi melalui

pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan. Tanobel sendiri didirikan pada

tahun 2003. Saat ini, Tanobel tumbuh dan menjadi salah satu perusahaan yang

dapat menawarkan produk dengan kualitas terbaik.

24. PT Delta Djakarta Tbk

PT Delta Jakarta Tbk didirikan di Indonesia pada tahun 1932 sebagai

perusahaan bir Jerman bernama Archipel Brouwerji, NV. Perusahaan ini

kemudian diakuisisi oleh sekelompok perusahaan Belanda dan berganti nama

menjadi NV De Orange Brouwerji. Perusahaan ini menggunakan nama PT Delta

Jakarta Tbk sejak tahun 1970. Pada tahun 1984, PT Delta Jakarta Tbk adalah

salah satu perusahaan Indonesia pertama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) dan telah menjadi pemain utama dalam industri bir dalam negeri.

25. PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk

PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk berdiri pada tahun 1990 dan merupakan

salah satu perusahaan makanan dan minuman yang berasal dari Indonesia.

Kegiatan bisnis Garudafood telah dirintis sejak 1979 oleh pendiri perusahaan

melalui PT Tudung Putra Jasa (TPJ), sebuah perusahaan di Patim Jawa Tengah,
64

yang memasarkan produk kacang yang kemudian dikenal sebagai kacang Garuda

(Garuda Peanut).

26. PT Buyung Poetra Sembada Tbk

Pada tahun 1977 generasi pertama membuka “Toko Buyung” di Palembang,

Sumatera Selatan. Pada tahun 2003 generasi kedua mendirikan produsen dan

distributor beras yaitu PT Buyung Poetra Sembada Tbk di Jakarta. Pada tahun

2005 PT Buyung Poetra Sembada mulai memperluas distribusi melalui jaringan

pasar modern.

27. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk didirikan sebagai perusahaan terpisah

pada September 2009 dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 Oktober

2010. ICBP dibentuk oleh reorganisasi internal Branded Consumer Products

Group (CBP). Melalui proses restrukturisasi internal, seluruh kegiatan usaha Grup

CBP Indofood termasuk mie instan, produk susu, makanan ringan, penyedap

makanan, makanan bergizi, makanan khusus dan biskuit (sebelum bergabung

dengan Grup Bogasari) dialihkan ke areal persawahan ICBP. ICBP berusaha

untuk mempresentasikan visinya menjadi produsen barang konsumsi terkemuka.

Hal ini sejalan dengan misi kami untuk terus meningkatkan keterampilan

karyawan kami, memberikan kontribusi yang berkelanjutan kepada masyarakat

dan lingkungan, dan mengembangkan produk yang inovatif dan berkualitas

tinggi..

28. PT Inti Agri Resources Tbk


65

Inti Agri Resources Tbk didirikan pada tanggal 16 Maret 1999 dengan nama

PT Inti Indah Karya Plasindo dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada

tahun 1999. Kantor pusat dari PT Inti Agri Resources Tbk terletak di Puri Britania

Blok T7, No. B27-29, kembang Selatan, Kembangan, Jakarta.

29. PT Indofood Sukses Makmur Tbk

PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan pada tahun 1990 dengan nama

PT. Panganjaya Intikkuma. 1994 Pindah ke PT Indofood Sukses Makmur. PT

Indofood Sukses Makmur Tbk merupakan perusahaan yang memproduksi

berbagai jenis makanan dan minuman..

30. PT Multi Bintang Indonesia Tbk

Bersamaan dengan berdirinya N.V., pendirian PT Multi Bintang Indonesia

Tbk pun dimulai. Pabrik bir pertama berlokasi di Surabaya dan resmi beroperasi

secara komersial pada 21 November 1931. Seiring pertumbuhan perusahaan,

brewery kedua dibangun di Tangerang. Pada tahun yang sama, nama perusahaan

diubah menjadi PT Perusahaan Bir Indonesia. Tempat pembuatan bir kedua ini

mulai beroperasi pada tahun 1973. Pada 1 Januari 1981, perusahaan mengakuisisi

PT Brasseries de I'Indonesia, produsen bir dan minuman ringan di Medan. Setelah

2 September 1981, nama perusahaan diubah menjadi PT Multi Bintang Indonesia

dan kantor terdaftar dipindahkan ke Jakarta untuk menandai peningkatan aktivitas

bisnis dan akuisisi. Perusahaan ini juga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

31. PT Mayora Indah Tbk

PT Mayora Indah Tbk beroperasi sejak tahun 1977 dengan pabrik pertama

berlokasi di Tangerang dengan targert market wilayah Jakarta dan sekitarnya.


66

Setelah mampu memenuhi pasar Indonesia, perseroan melakukan penawaran

Umum Perdana dan menjadi perusahaan publik pada tahun 1990. PT Mayora

Indah Tbk bergerak dibidang pengolahan makanan dan minuman.

32. PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk

PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk didirikan berdasarkan Anggaran Dasar

No. 13 tanggal 8 September 2000 yang diterbitkan di hadapan Notaris Ivonne B

Signal SH, yang dilaporkan dalam Berita Negara No. C-20932 HT 01.01 2002.

hal itu dilakukan. PT Pratama Abadi Nusa Industri berlokasi di 33 Jalan Arya Jaya

Santika, Tangerang, Banten.

33. PT Prima Cakrawala Abadi Tbk

PT Prima Cakrawala Abadi Tbk lahir pada 29. 2014 di bulan Januari. Kantor

pusat PT Prima Cakrawala Abadi berlokasi di JL. KR Kotamadya No. 39. Bsp.

Garyan, Semarang, Indonesia. PT Prima Cakrawala Abadi Tbk bergerak di bidang

industri, perdagangan dan jasa. Saat ini kegiatan utama PCAR adalah pengolahan

dan distribusi hasil laut (kepiting) dan industri pengolahan hasil laut (pendingin).

34. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk

PT Nippon Indosari Corpindo Tbk didirikan pada tahun 1995 dan memulai

kegiatan pemasarannya pada bulan September 1996. PT Nippon Indosari

Corporindo Tbk adalah perusahaan bakery dengan merek Sari Roti. Perusahaan

resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjualnya ke

publik pada 2010.

35. PT Sekar Bumi Tbk


67

PT Sekar Bumi Tbk didirikan pada tanggal 12 April 1973 dan mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 1974. Bidang kegiatan Sekar Bumi adalah

pengolahan makanan laut dan makanan laut pedalaman. produk pertanian dan

peternakan. Sekar Bumi memiliki dua lini bisnis: makanan laut beku bernilai

tambah (udang, ikan, cumi, dll) dan makanan olahan beku (dim sum, udang

tepung roti, bakso seafood, dll). PT Sekar Laut Tbk

36. PT Sekar Laut Tbk

PT Sekar Laut Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri,

pertanian, perdagangan, pengembangan dan manufaktur khususnya pada sub

sektor makanan dan minuman. PT Sekar Laut Tbk didirikan pada tanggal 19

Juli 1976 sebagai perseroan terbatas.

37. PT Siantar Top Tbk

PT Siantar Top TBk didirikan pada tahun 1972. Sebagai pionir dalam industri

makanan ringan di Jawa Timur, Siantar Top tercatat di Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada tahun 1996 sebagai perusahaan publik. Saat ini, PT Siantar Top terus

tumbuh dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam manufaktur makanan

ringan.

38. PT UltraJaya Milk Industry Tbk

PT UltraJaya Milk Industry merupakan pelopor produsen susu cair segar,

minuman ringan, dan juga beberapa minuman Kesehatan yang diproduksi UHT

Teknologi dan dikemas secara aseptik. Awal berdirinya PT UltraJaya Mil

Industry, perusahaan ini merupakan sebuah industri rumah tangga sederhana yang

dimulai pada tahun 1958 di Bandung, Jawa Barat, selanjutnya industri sederhana
68

yang dirintis oleh seorang pengusaha Tionghoa Bernama Ahmad Prawirawidjaja

ini berkembang menjadi perseroan terbatas sejak tahun 1971.

39. PT Chitose International Tbk

PT Chitose International Tbk didirkan pada tanggal 15 Juni 1978 dan mulai

beroperasi secara komersial yaitu pada tahun 1980. PT Chitose International Tbk

ini bergerak dibidang industri dan perdagangan furniture. Saat ini perusahaan

menjalankan usaha produsen dan distributor produk-produk furniture seperti:

meja, lemari, kursi, serta kebutuhan perkantoran.

40. PT Kedaung Indah Can Tbk

PT Kedaung Indah Can Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

peralatan masak salah satu produknya yaitu berupa panic, mangkuk, tampat nasi,

dan beberapa produk rumah tangga lainnya. PT Kedaung Indah Can Tbk didirkan

pada 11 Januari 1974 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974.

41. PT Langgeng Makmur Industri Tbk

PT Langgeng Makmur Industri Tbk memulai usaha komersial pada tahun

1976 dengan memproduksi peralatan rumah tangga dari plastic. PT Langgeng

Makmur Industri memperluas usahanya dengan memproduksi peralatah dapur dari

aluminium pada tahun 1980, kemudia pipa PVC pada tahun 1987. Pada tahun

1996, PT Langgeng Makmur Industri mulai mengembangkan usahanya dengan

memproduksi alat masak aluminium dengan lapisan anti lengeket yang

menawarkan produk dengan kualitas yang bagus dan tinggi.

42. PT Integra Indocabinet Tbk


69

PT Integra Indocabinet memulai usahanya yaitu pada tahun 1989. Yang awal

mulanya memproduksi rak CD kayu dan plastik yang diekspor ke Amerika

Serikat. Seiring berkembangnya pengalaman dalam proses produksi, perusahaan

kemudia berinvestasi untuk mesin yang memproduksi furnitur sederhana. Seiring

melesatnya reputasi berkat kualitas dan desain produk. Bisnis terus berkembang

pesat selama bertahun-tahun ke depan. PT Integra Indocabinet hingga saat ini

terus mempertahankan pengakuan global sebagai salah satu perusahaan

manufaktur furniture terkemuka.

43. PT Gudang Garam Tbk

PT Gudang Daram adalah salah satu industri rokok terkemuka di tanah air

yang telah berdiri semenjak tahun 1958 di kota Kediri, Jawa Timur. Hingga saat

ini, Gudang Garam sudah terkenal luas baik dalam negeri maupun mancanegara

sebagai penghasil rokok kretek berkualitas tinggi. Produk Gudang Garam bisa

ditemukan dalam berbagai variasi, mulai sigaret kretek klobot (SKL), sigaret

kretek linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting-mesik (SKM).

44. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk telah menjadi bagian penting dari

industry tembakau Indonesia selama lebih dari serratus tahun sejak berdiri tahun

1913, drngan produk legendaris Dji Sam Soe atau dikenal dengan “Raja Kretek”.

Sampoerna merupakan anak perusahaan PT Philip Morris Indonesia dan memiliki

afiliasi dengan Philip Morris Internationa; Inc. (PMI) sejak 2005. PMI adalah

perusahaan rokok international terkemuka dengan merek global, Marlboro. Ruang

lingkup kegiatan dari perseroan antara lain memproduksi, memperdagangkan, dan


70

mendistribusikan rokok termasuk juga mendistribusikan Marlboro, merek rokok

international terkemuka yang diproduksi oleh PMID.

45. PT Indonesia Tobacco Tbk

PT Indonesia Tobacco Tbk didirikan pada 16 Mei 1955 dengan nama N.V

Indonesia Tobacco & Industrial Company dan memulai bisnis tembakau potong

komersial pada tahun 1980.. Ruang lingkup dari kegiatan PT Indonesia Tobacco

Tbk ini adalah bergerak dalam bidang industry dan perdagangan. Saat ini,

perseroan bergerak dalam bidang industry rokok dan tembakau, kegiatan utama

Indonesia Tobacco fokus pada pengolahan daun-daun tembakau menjadi produk

jadi berupa tembakau IRIS dalam kemasan atau tembakau linting sendiri dan

dikemas dalam kemasan kantong dalam gramasi.

46. PT Bentoel International Investama Tbk

PT Bentoel International Investama adalah perusahaan tembakau terbesar

keempat di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1930 oleh Ong Hok

Liong dengan nama Strootjes Fabriek Ong Hok LiongIni memproduksi merek

lokal terkenal seperti Bentoel Biru, Tali Jagat, Bintang Buana, Sejati, Neo Mild

dan Uno Mild. Bentoel Group kini menjadi bagian dari British American Tobacco

(BAT) Group. BAT adalah perusahaan tembakau global dengan jaringan di lebih

dari 180 negara.

47. PT Hartadinata Abadi Tbk

PT Hartadinata Abadi Tbk didirikan pada tanggal 29 Maret 2004 dan

memulai kegiatan komersialnya pada tahun 2004. PT Hardinata Abadi bergerak di

bidang manufaktur dan perdagangan. Kegiatan utama PT Hartadinata adalah


71

pembuatan dan perdagangan perhiasan emas, termasuk berbagai produk perhiasan

emas seperti kalung, cincin, liontin, anting dan gelang..

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan

mengkarakterisasi variabel penelitian. Tujuan dari analisis statistik deskriptif

adalah untuk memberikan data deskriptif dari mean (mean), standar deviasi, nilai

minimum dan maksimum untuk setiap variabel yang digunakan dalam penelitian.

Data untuk penelitian ini diolah menggunakan SPSS 25. SPSS 25 ini mencakup

variabel ukuran perusahaan, kesulitan keuangan, dan opini audit. Di bawah ini

adalah tabel statistik dari variabel yang digunakan.

Tabel 4. 1
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Ukuran Perusahaan 141 25,31 32,73 28,5003 1,65341
Valid N (listwise) 141
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 25,2022

Dari data Tabel deskriptif statistic bisa dilihat bahwa nilai minimum dari

ukuran perusahaan sebagai variabel bebas yang pertama adalah sebesar 25,31 dan

nilai maksimumnya adalah sebesar 32,73 dan nilai mean dari ukuran perusahaan

adalah sebesar 28,5003 dengan jumlah pengamatan yaitu sebanyak 141 sampel.

Dari nilai mean yang lebih mendekati ke nilai maksimum dapat dikatakan bahwa

aset perusahaan yang digunakan perusahaan pada penelitian ini tinggi.

Sampel dengan variabel financial distress, opini audit dan ketepatan waktu

pelaporan keuangan dapat dilihat pada tabel 4.2, tabel 4.3 dan tabel 4.4.
72

Tabel 4. 2
Frekuensi variabel financial distress
Financial Distress
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid perusahaan yang 56 39,7 39,7 39,7
mengalami financial
distress
perusahaan yang tidak 85 60,3 60,3 100,0
mengalami financial
distress
Total 141 100,0 100,0
Sumber: SPSS 25, 2022

Variabel bebas yang kedua yaitu financial distress. Pada penelitian ini

perusahaan industri barang konsumsi yang menjadi sampel apabila perusahaan

mengalami kondisi financial distress maka diberi nilai 0. Dan bagi perusahaan

yang tidak mengalami kondisi financial distress maka diberi nilai 1. Pada tabel

2.3 dapat Kami melihat hasil uji frekuensi untuk variabel krisis keuangan. Tabel

di atas menunjukkan bahwa dari 141 data perusahaan barang konsumsi, 56 berada

pada kategori perusahaan tertekan. Sisanya 85 perusahaan menunjukkan mereka

tidak dalam kesulitan keuangan. Tabel di atas juga memberikan representasi

jumlah tanggal yang termasuk dalam kategori kesulitan keuangan dan kesulitan

non-keuangan. Uji frekuensi mengungkapkan bahwa 39,7 taa termasuk dalam

kelompok perusahaan yang tidak sehat atau dalam kesulitan keuangan, dan

sisanya 60,3 taa milik perusahaan yang sehat atau dalam kesulitan keuangan.

Salah satu perusahaan yang termasuk dalam kategori perusahaan yang mengalami

financial distress adalah PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahun 2018 dan

contoh perusahaan yang termasuk dalam kategori perusahaan yang tidak

mengalami financial distress adalah PT Unilever Indonesia Tbk..


73

Tabel 4. 3
Frekuensi Variabel Opini Audit
Opini Audit
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid opini selain wajar tanpa 6 4,3 4,3 4,3
pengecualian
opini wajar tanpa 135 95,7 95,7 100,0
pengecualian
Total 141 100,0 100,0
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 25, 2022

Variabel bebas yang ketiga yaitu opini audit. Pada penelitian ini

perusahaan industri barang konsumsi yang menjadi sampel apabila mendapat

pernyataan dari auditor yaitu Unqualified Opinon (Opini wajar tanpa

pengecualian) maka diberi skor 1, sebaliknya apabila mendapat pernyataan selain

Unqualified Opinon (Opini selain wajar tanpa pengecualian) maka diberi nilai 0.

Pada tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa yang mendapat pernyataan opini wajar

tanpa pengecualian sebesar 135 (seratus tiga puluh lima) dengan tingkat persentasi

sebesar 95,7%, sebaliknya yang mendapat pernyataan opini selain wajar tanpa

pengecualian sebesar 6 (enam) dengan tingkat persentase 4,3%. Perusahaan yang

mendapat opini wajar tanpa pengecualian salah satunya adalah PT Gudang Garam

Tbk dan perusahaan yang mendapatkan opini wajar dengan pengecualian

contohnya adalah PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahun 2019.

Tabel 4. 4
Frekuensi Variabel Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Ketepatan Waktu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Tepat 6 4,3 4,3 4,3
Waktu
Tepat Waktu 135 95,7 95,7 100,0
Total 141 100,0 100,0
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 25,2022
74

Selain itu, variabel terikatnya adalah ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Studi ini melihat perusahaan di industri barang konsumsi dan memberikan skor 1

untuk perusahaan yang melaporkan tepat waktu dan skor 0 untuk perusahaan yang

tidak melaporkan tepat waktu sawah. Berdasarkan tabel frekuensi di atas,

diketahui bahwa perusahaan yang melaporkan keuangan tepat waktu memiliki 135

tanggal pelaporan keuangan, dengan sisa 6 hari merupakan perusahaan pelaporan

keuangan yang terlambat. Tabel 4.4 juga menunjukkan bahwa 95,7% perusahaan

mengatakan mereka tepat waktu dengan laporan keuangannya, sedangkan 4,3%

sisanya adalah perusahaan keuangan yang terlambat. Contoh perusahaan yang

mengalami keterlambatan pelaporan keuangan pada tahun 2018-2019 adalah PT

Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

4.2.2 Teknik Analisis Data

4.2.2.1 Menguji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit)

Langkah pertama adalah menilai kelayakan model regresi. Suatu model

regresi dikatakan mampu memprediksi pengamatan dengan menggunakan nilai-

nilai kecocokan Hosmer dan Leme. Jika statistik fit dari Hosmer dan Lemeshow

lebih kecil atau sama dengan 0,05, maka hipotesis nol (H0) ditolak. Artinya

terdapat perbedaan yang signifikan antara model dan observasi, sehingga model

fit adalah Modelnya buruk karena tidak dapat memprediksi pengamatan.

Sebaliknya, jika statistik lebih besar dari 0,05 maka nilai hipotesis (H0) diterima.

Ini berarti bahwa model dapat memprediksi pengamatan.

Tabel 4. 5
Hosmer and Lemeshow Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
75

1 3,546 8 ,896
Sumber: SPSS 25, 2022

Berdasarkan tabel 4.5 Hosmer and lemeshow test diatas, Uji Hosmer and

Lemeshow memiliki statistik sebesar 3,546 dan signifikansi 0,896. Signifikansi

menunjukkan angka 0,896 > 0,05. Artinya model tersebut sesuai dengan data yang

diamati dan dapat diterima dalam penelitian ini karena dapat menjelaskan

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

4.2.2.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Langkah kedua adalah mengevaluasi seluruh model regresi. Pengujian ini

digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas mempengaruhi

variabel terikat. Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah model hipotetis

sesuai dengan data. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai -2 log-

likelihood awal dengan -2 log-likelihood pada langkah selanjutnya. Jika nilai blok

nomor -22LL = 0 lebih besar dari nilai blok nomor -2LL = 1. Kemudian

penurunan (-2LogL) menunjukkan bahwa model regresi membaik..

Tabel 4. 6
Block 0: Begining Block
Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration -2 Log likelihood Constant
Step 0 1 63,921 1,830
2 51,166 2,633
3 49,672 3,025
4 49,625 3,110
5 49,625 3,114
6 49,625 3,114
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 49,625
c. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Sumber: SPSS 25, 2022
Tabel 4. 7
Block 1: Method = Enter
76

Iteration Historya,b,c,d
Coefficients
-2 Log Ukuran Financial
Iteration likelihood Constant Perusahaan Distress Opini Audit
Step 1 1 60,002 -,338 ,033 ,234 1,127
2 43,662 -2,124 ,094 ,613 1,863
3 39,772 -5,040 ,194 1,136 2,258
4 39,042 -7,521 ,281 1,552 2,410
5 38,991 -8,295 ,308 1,711 2,445
6 38,991 -8,350 ,310 1,728 2,448
7 38,991 -8,351 ,310 1,728 2,448
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 49,625
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by
less than ,001.
Sumber: SPSS 25, 2022

Pada Tabel 4.6 atau tabel histori iterasi pada blok 0, atau pada saat variabel

bebas tidak dimasukkan dalam model dengan jumlah observasi sebanyak 141

observasi, data memperoleh nilai probabilitas log -2 sebesar 49,625. Ketika tabel

histori iteratif di blok 1, atau variabel independen, masuk ke dalam model dengan

total 141 observasi, data memperoleh nilai probabilitas log -2 sebesar 38,991.

Penurunan -2 log-likelihood (nomor blok = 0) dan -2 log-likelihood (nomor blok

= 1) sebesar 49,625 – 38,991 = 10,63. Hasil penelitian menunjukkan penurunan

nilai Log Likelihood ini menunjukkan model regresi yang baik atau model yang

dihipotesiskan fit dengan data atau cocok dengan data.

4.2.2.3 Menguji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Koefisien determinasi (R2) Digunakan untuk mengetahui seberapa kuat

kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Nilai Cox & Snell

R-squared dan Nagelkerke R-squared digunakan untuk menunjukkan nilai

koefisien determinasi.
77

Tabel 4. 8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
-2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R
Step likelihood Square Square
1 38,991a ,073 ,245
a. Estimation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: SPSS 25, 2022

Pada Tabel 4.8 Model Summary di atas, kita melihat bahwa nilai R-kuadrat Cox

& Snell adalah 0,073 dan nilai R-kuadrat Nagelkerke adalah 0,245. Hal ini

menunjukkan bahwa daya penjelas dari variabel bebas adalah 0,245 atau 24,5n

dan sisanya 75. 5% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam

model penelitian ini.

4.2.2.4 Menguji Koefisien Regresi

Model koefisien regresi logistik dapat dibentuk dengan mempertimbangkan

estimasi nilai parameter variabel dalam suatu persamaan yang bertujuan untuk

menentukan konstanta signifikan untuk setiap variabel yang masuk ke dalam

model.

Tabel 4. 9
Hasil uji Koefisien regresi
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step Ukuran Perusahaan ,310 ,345 ,809 1 ,368 1,364
1 a
Financial Distress 1,728 1,152 2,250 1 ,134 5,631
Opini Audit 2,448 1,067 5,266 1 ,022 11,561
Constant -8,351 9,567 ,762 1 ,383 ,000
a. Variable(s) entered on step 1: Ukuran Perusahaan, Financial Distress, Opini Audit.
Sumber: SPSS 25, 2022
Berdasarkan tabel 4.9 persamaan model analisis regresi logistik dalam
Variabel in The Equation adalah sebagai berikut:

TL
Ln = -8,351+ 0,310 SIZE + 1,728 FD + 2,448 OPN + e
1−T L
78

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diinterpretasikan hasil sebagai berikut:

1. Konstanta (a)

Hal ini berarti jika semua variabel independent memiliki nilai 1 (satu)

maka variabel dependen (Beta) sebesar -8,351

2. Nilai koefisien untuk variabel ukuran perusahaan sebesar 0,310. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1 satuan

maka akan menyebabkan kenaikan probabilitas ketepatan waktu pelaporan

keuangan sebesar 0,310 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain

dari model regresi adalah tetap.

3. Nilai koefisien untuk variabel financial distress sebesar 1,728. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap kenaikan financial distress sebesar 1 satuan

maka akan menyebabkan kenaikan probabilitas ketepatan waktu pelaporan

keuangan sebesar 1,728 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain

dari model regresi adalah tetap.

4. Nilai koefisien untuk variabel opini audit sebesar 2,448. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap kenaikan opini audit sebesar 1 satuan maka

akan menyebabkan kenaikan probabilitas ketepatan waktu pelaporan

keuangan sebesar 2,448 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain

dari model regresi adalah tetap.

4.2.3 Uji Hipotesis

4.2.4 Uji Wald (Uji Parsial T)

Uji parsial, atau uji-t, pada dasarnya adalah pengujian seberapa besar

pengaruh variabel bebas dipengaruhi oleh penjelasan variabel terikat. Untuk


79

mengkonfirmasi hal ini, periksa nilai uji Wald pada tingkat signifikansi 5%.

Sebagai kriteria, Ho ditolak jika sinyal <0> adalah 0,05.

Tabel 4. 10
tabel uji parsial
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Hipotesis
Step Ukuran Perusahaan ,310 ,345 ,809 1 ,368 H1 Ditolak
1a Financial Distress 1,728 1,152 2,250 1 ,134 H2 Ditolak
Opini Audit 2,448 1,067 5,266 1 ,022 H3 Diterima
Constant -8,351 9,567 ,762 1 ,383
a. Variable(s) entered on step 1: Ukuran Perusahaan, Financial Distress, Opini Audit.
Sumber: SPSS 25

Pada tabel uji parsial dapat dilihat bahwa nilai signifikan dari ukuran perusahaan

yaitu sebesar 0,368, financial distress 0,134 dan opini audit 0,022. Untuk melihat

pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependen bisa dilihat sebagi

berikut:

1. Untuk nilai sig sebesar 0,368 > 0,05 baik Ha ditolak atau hipotesis bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu

pelaporan keuangan ditolak, sehingga variabel ukuran perusahaan

memiliki nilai signifikan sebesar 0,368. nilai.

2. Untuk nilai sig 0,134 > 0,05 baik Ha ditolak atau hipotesis kesulitan

keuangan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan ditolak, sehingga variabel kesulitan keuangan memiliki nilai

signifikan sebesar 0,134.

3. Variabel Opini memiliki nilai signifikansi sebesar 0,022 karena nilai sig

sebesar 0,022<0. Jika 0,05, maka Ha diterima atau hipotesis bahwa

laporan auditor berdampak material terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan.
80

4.2.4.1 Uji Omnibus Tests of Model Coefficients (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji atau mengetahui apakah variabel –

variabel independen dalam penelitian ini berpengaruh secara simultan terhadap

variabel dependen. Untuk mngetahui hasil dari uji simultan atau uji F yaitu

dengan melihat nilai signifkan jika lebih kecil dari 0,05 maka artinya bahwa

variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.

Sebaliknya jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka artinya tidak ada

pengaruh variabel independent secara dimultan terhadap variabel dependen.

Tabel 4. 11
Hasil Uji Omnibus Tests of Model Coefficients (Uji F)
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 10,634 3 ,014
Block 10,634 3 ,014
Model 10,634 3 ,014
Sumber: SPSS 25, 2022

Berdasarkan tabel 4.11 yaitu menunjukkan nilai chi square dengan nilai

signifikan yaitu sebesar 0,014 dimana nilai signifikan tersebut lebih kecil dari

0,05 sehingga hipoptesis diterima dan hal ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh variabel independent secara simultan terhadap variabel dependen.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan

Keuangan

Hasil uji regresi logistik diperoleh koefisien regresi ukuran perusahaan

(X1), variabel independen yang didekati dengan logaritma natural dari total aset,

adalah 0,310, dan nilai signifikansinya adalah 0,368. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki tingkat signifikansi di


81

atas 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (X1) tidak

berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan (Y). Artinya menolak

H1, yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi ketepatan waktu

pelaporan keuangannya.

Hasil ini menolak logika teori yang menyatakan bahwa perusahaan besar

cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangan karena perusahaan yang

besar memiliki sistem pengendalian yang baik dan akan membuat perusahaan

patuh akan aturan sehingga perusahaan akan lebih tepat waktu dalam pelaporan

keuangan dibandingkan dengan perusahaan kecil. Namun pada kenyataanya, tidak

semua perusahaan kecil memiliki sistem pengendalian yg buruk dan tidak patuh

akan aturan serta belum tentu juga perusahaan kecil tidak tepat waktu dalam

pelaporan keuangan. Pada dasarnya, ketepatan waktu pelaporan keuangan ini

dipengaruhi oleh seberapa besar tanggung jawab perusahaan untuk memberikan

informasi tentang laporan keuangan kepada pihak investor.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Purba, 2020) dan (Supartini

et al., 2021), menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak mempengaruhi

ketepatan waktu pelaporan keuangan. Di sisi lain, temuan penelitian ini

bertentangan dengan temuan (Sari, 2018) dan (Asriyatun & Syarifudin, 2020),

yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi ketepatan waktu

pelaporan keuangan.

4.3.2 Pengaruh Financial Distress Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan

Keuangan
82

Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel bebas kesulitan

keuangan (X2) yang dipasangkan dengan model Springate memiliki nilai

koefisien regresi sebesar 1,728 dan nilai signifikansi sebesar 0,134. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel 'kesulitan keuangan' memiliki tingkat

signifikan di atas 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kesulitan keuangan

(X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan

(Y) dapat dilampirkan. Artinya kami tidak menerima H2 yang menyatakan bahwa

kesulitan keuangan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Hal ini menolak logika teori sinyal yang menyatakan bahwa perusahaan

yang mengalami financial distress akan menunda dalam pelaporan keuangan

karena hal tersebut merupakan sinyal yang buruk dari perusahaan, jadi perusahaan

perlu memperbaiki laporan keuangan yang membuat perusahaan terlambat dalam

pelaporan keuangan. namun pada kenyataanya perusahaan yang mengalami

financial distress baik dalam skala besar dan kecil akan tetap menerbitkan laporan

keuangannya secepat mungkin karena financial distress sekecil apapun tidak

dapat dihindari, dan perusahaan ingin menjaga kepercayaan dari para investor.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Budiasih dan Saputri (2014) dan

Krisnanda dan Ratnadi (2016), menemukan bahwa financial distress tidak

mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Di sisi lain, hasil penelitian

ini tidak sejalan dengan temuan penelitian (Maharani et al., 2018) dan (Narayana

& Yadnyana, 2017), yang menyatakan bahwa variabel kesulitan keuangan

mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan meningkat.


83

4.3.3 Pengaruh Opini Audit Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan

Keuangan

Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel evaluasi nominally

fitting (X3) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 2,448 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel laporan

audit memiliki tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa laporan audit (X3) berpengaruh signifikan terhadap ketepatan

waktu laporan keuangan (Y) dapat dilakukan. Artinya menerima H3 yang

menyatakan bahwa opini berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan

keuangan.

Perusahaan yang menerima opini audit wajar tanpa pengecualian

mengajukan laporan keuangan mereka pada waktu yang tepat. Hal ini sesuai

dengan teori kepatuhan dan teori sinyal, yang menyatakan bahwa perusahaan

dengan laporan audit yang baik lebih cepat dan patuh dalam mengajukan laporan

keuangannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Suryani & Pinem,

2018) dan (Videsia et al., 2022) bahwa opini audit berpengaruh terhadap

ketepatan waktu pelaporan keuangan. Di sisi lain, hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan (Oktavia & Tanujaya, 2019).

4.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Financial Distress, dan Opini Audit

Secara Simultan Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan

Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa nilai chi-square variabel

independen yaitu ukuran perusahaan (X1), financial distress (X2), dan opini audit

(X3) sebesar 10,634 dengan tingkat signifikansi 0,014. Karena nilai tingkat
84

signifikansi lebih kecil dari 0,05 (5%), maka dapat disimpulkan bahwa variabel

ukuran perusahaan, financial distress, dan opini audit secara simultan berpengaruh

terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Artinya menerima H4, yang

menyatakan bahwa ukuran perusahaan, kondisi keuangan, dan opini auditor

semuanya mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya

mengenai dampak ukuran perusahaan, kesulitan keuangan dan opini audit

terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur barang

konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020. kesimpulan.

Jadi terlihat seperti ini:

1. Ukuran perusahaan, yang diukur dengan skala log natural dari total aset, tidak

berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Karena tinggi rendahnya tingkat perusahaan tidak menghalangi perusahaan

untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu.

2. Financial distress yang diukur dengan model springate tidak berpengaruh

signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Karena baik

buruknya suatu kondisi keuangan yang dialami perusahaan tidak akan

mempengaruhi perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan.

3. Opini audit yang ditetapkan dalam skala nominal berpengaruh signifikan

terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Perusahaan yang menerima

laporan audit yang baik akan lebih terinformasikan kepada pengguna laporan

keuangan, sehingga mereka dapat menyusun laporan keuangannya lebih cepat

atau tepat waktu.

86
4. Hasil survei menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, kesulitan keuangan dan

opini audit semuanya mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan..

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu ukuran perusahaan,

financial distress, dan opini audit, namun penelitian selanjutnya akan

menambahkan lebih banyak variabel yang dapat mempengaruhi ketepatan

waktu pelaporan keuangan.

2. Penelitian ini menggunakan periode tiga tahun, diharapkan pada penelitian

selanjutnya dapat memperluas penelitian dengan menambah periode

pengamatan yang lebih Panjang, karena tambahan periode dapat

memberikan hasil yang lebih baik.

3. Penelitian ini menggunakan perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian dan sampel, dan diharapkan

peneliti selanjutnya dapat menguji lebih banyak sampel dan terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, diharapkan dapat menggunakan objek lain. itu

adalah

Anda mungkin juga menyukai