Anda di halaman 1dari 46

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PADA USAHA PECAH


BELAH DI KECAMATAN TENAYAN RAYA DAN KECAMATAN
SAIL KOTA PEKANBARU

Oleh:
MUHAMMAD FARHAN
NPM:165310794

PROGRAM STUDI AKUNTANSIS1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAMRIAU
PEKANBARU
2021
ABSTRAK

Tujuan dilaksakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan akuntansi yang
dilakukan oleh pengusaha toko pecah belah apakah telah sesuai dengan konsep dasar akuntansi
dalam menjalankan usahanya.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail Kota Pekanbaru
Riau, sehubung dengan penelitian ini, yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah Usaha Pecah
Belah di Kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini yaitu data primer dan data sekunder.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
terstruktur dan dokumentasi.Selanjutnya setelah data diperoleh kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode statistik deskriptif.
Dari hasil survei yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan akuntansi pada
usaha Toko Pecah Belah di Kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail Kota Pekanbaru belum
sesuai dengan konsep dasar akuntansi.

Kata Kunci: Kesatuan usaha, Kelangsungan usaha, Periode waktu dan Penandingan

i
ABSTRACK

The purpose of this research is to find out the application of accounting carried out by
Divisive Effort store entrepreneurs whether it has been in accordance with the basic concept of
accounting in running their business.
This research was conducted in Tenayan Raya and Sail District of Pekanbaru Riau City, in
connection with this research, which was used as an object of research is the Divisive Effort
Business in Tenayan Raya and Sail District. The data collected in this study is primary data and
secondary data. Data collection techniques are conducted with structured interviews and
documentation. Furthermore, after the data is obtained then analyzed using descriptive statistical
methods.
Based on the results of the study, it can be concluded that the application of accounting in
the business of Divisive Effort in Tenayan Raya and Sail District Pekanbaru city has not been in
accordance with the basic concept of accounting.

Keywords: entity theory, going concern, time periode and matching concept
BAB I

LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 Latar Belakang Masalah

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu usaha yang turut

bersaing dalam memajukan perekonomian Indonesia. UMKM selalu digambarkan sebagai

sektor yang memiliki peranan penting karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup

dalam usaha kecil baik sektor tradisional maupun modern. Usaha kecil ini selain memiliki

arti strategis bagi pembangunan juga sebagai upaya untuk pemerataan hasil pembangunan

yang telah dicapai. UMKM menyediakan kesempatan kerja dan pendapatan yang cukup

bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi salah satu permasalahan yang dihadapi

Indonesia yaitu pengangguran.

Perkembangan sektor UMKM yang demikian pesat memperlihatkan bahwa terdapat

potensi yang besar jika hal ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik yang

tentunya akan dapat mewujudkan usaha menengah yang tangguh. Informasi akuntansi

mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk

bagi usaha kecil. Selama ini masih banyak UMKM yang belum memahami arti penting

akuntansi yang terimplementasi dalam laporan keuangan, padahal hal tersebut sangat besar

manfaatnya bagi perkembangan usaha. Struktur industri di Indonesia menunjukkan jumlah

perusahaan kecil, menengah dan koperasi justru lebih banyak dibandingkan dengan

perusahaan besar. Saat ini banyak UMKM yang mengalami kesulitan untuk memperoleh

kredit, akibat tidak jelasnya sistem akuntansi mereka.

Akuntansi juga berperan penting dalam kemajuan suatu usaha kecil. Tetapi, selama ini

masih banyak usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang belum memahami arti

1
2

penting akuntansi yang terimplementasi dalam laporan keuangan, padahal hal tersebut

sangat besar manfaatnya bagi perkembangan usaha. Struktur industri di Indonesia

menunjukkan jumlah perusahaan kecil, menengah dan koperasi justru lebih banyak di

bandingkan dengan perusahaan besar. Tetapi, pada saat ini banyak UMKM yang mengalami

kesulitan untuk memperoleh kredit. Terbatasnya akses terhadap pembiayaan dan kredit

untuk UMKM terlihat dari rendahnya alokasi pinjaman yang diterima sektor tersebut,

berdasarkan data Asian Development Bank pada tahun 2014 menunjukkan bahwa UMKM

hanya menerima sebesar 18,9 persen dari seluruh total pinjaman perbankan yang beredar di

tahun 2012 (Juita, 2016). Setelah ditelusuri mengapa UMKM kesulitan mendapatkan

pinjaman dari bank, jawabannya mereka belum pernah melakukan pencatatan transaksi

keuangan secara tepat, mereka tidak memahami tentang pembukuan dan laporan keuangan

karena bagi mereka yang terpenting adalah mendapatkan keuntungan dari usahanya (Aini &

Rifani, 2015).

Siklus akuntansi merupakan proses dimana perusahaan menghasilkan laporan

keuangan untuk periode tertentu (Soemarso:2009). Proses akuntansi ini terdiri dari

pencatatan, pengklasifikasian, pengikhitisaran dan pelaporan. Pada proses pencatatan

akuntansi, terdapat dua dasa rpencatatan yaitu dasar kas (cashbasic) dan dasar akrual

(acrual basic). Dasar kas merupakan dasar pecatatan yang mengakui dan mecatat transaksi

saat terjadinya penerimaan dan pengeluaran kas, sedangkan pada dasar akrual adalah dasar

pencatatan yang mengakui dan mencatat transaksi pada saat terjadinya transaksi tersebut.

Adapun informasi mengenai laporan keuangan menurut Standar Akuntansi

Keuangan- Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK-EMKM ; 2016:08) yaitu laporan

keuangan minimum terdiri dari : Laporan posisi keuangan pada akhir periode, Laporan
3

laba rugi, Catatan atas laporan keuangan yang berisi; tambahan dan rincian pos-pos

tertentu yang relevan.

Dalam penerapan akuntansi didasarkan dengan prinsip dan konsep dasar akuntansi,

adapun konsep dasar dan strukturr akuntansii menurut Rudiantoo(2010:;20) antara lain : a)

Kesatuan usaha khusus (Economis Entity) adalah suatu perusahaan dipandang sebagai suatu

unit usaha yang terpisah dengan pemiliknya serta unit bisnis lainnya atau memisahkan

transaksi usaha dengan dasar personal yang dilakukan pemiliknya. b) Dasar pencatatan : ada

dua macam dasar pencatatan dalam akuntansi yang dipakai dalam mencatat transaksi

Sedangkan Yuneti dalam skripsinya yang berjudul Analisis Penerapan Akutansi

Pada Usaha Toko Tas di plaza Sukaramai Pekanbaru, menyimpulkan bahwa penerapan

akuntansi yang dilakukan oleh para pengusaha toko tas ini belum dapat menghasilkan

informasi keuangan yang bermanfaat dalam mengelola usahanya.

Sehubungan dengan hal diatas, penulis melakukan penelitian pada tahun 2021

mengenai usaha Pecah Belah yang belum pernah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya,

adapun alasan penulis melakukan penelitian ini karena peran UMKM sangat penting

sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Dari hasi survey yang langsung

dilakukan di Kecamatan Tenayan Raya dan kecamatan sail Kota Pekanbaru ditemukan 33

usaha Pecah Belah dan mengambil 5 survei awal usaha Pecah Belah yang berada di

Kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail Kota Pekanbaru.

Pada survei pertama dilakukan pada usaha Pecah Belah Rizky Manalu (Lampiran 3)

yang berada di jalan Hangtuah Ujung dari data yang diperoleh usaha ini melakukan

pencatatan pemasukan (penjualan pecah belah ) dan pengeluaran kas ( biaya listrik,

pembayaran biaya koneksi internet/speedy. kedalam satu buku catatan harian, tidak
4

melakukan pemisahan pencatatan keuangan pecah belah antara keuangan pribadi dengan

keuangan usaha. Dalam melakukan pencatatan penjualan usaha menggunakan buku biasa

tanpa melakukan pemindahan ke buku besar

Pada survei kedua dilakukan pada Toko Mekar Indah (Lampiran 4) yang berada di

jalan Lintas Timur, usaha ini hanya melakukan pencatatan pemasukan penjualan barang,

sedangkan pemasukan diluar misalnya bensin di tepi jalan dicatat kedalam pencatatan harian

buku kas. Tetapi dalam hal ini pemilik usaha tidak mempublikasikan kepada penulis tentang

hasil pendapatan, bukti transaksi pengeluaran selama berjalannya usaha Pecah belah. Biaya

pengeluarannya seperti gaji perbulan empat anggota yang bekerja, biaya koneksi internet

perbulan, pendapatan harian ,biaya keperluan usaha pecah belah ini dan biaya pribadinya

Pada survei ketiga yang dilakukan pada usaha Maju Jaya (Lampiran 5) jalan Lintas

Sumatera, usaha ini melakukan pencatatanya kedalam buku laporan harian yang hanya

mencatat transaksi bila uang kas telah diterima atau dikeluarkan. Dalam buku laporan harian

ini pemilik usaha atau anggota yang bekerja mencatat biaya penjualan barang dagang ke

dalam satu buku catatan harian dan uang masuk kedalam catatan yang berbeda dan

dikurangi dengan belanja pribadi pemili. Usaha ini melakukan penggabungan pencatatan

pemasukan dengan pengeluaran pribadi dan anggota yang bekerjanya. Pengeluaran biaya

seperti biaya tagihan listrik tidak dicatat kedalam buku catatan harian hanya menggunakan

bukti struk pembayaran

Pada survei keempat yang dilakukan pada usaha Devin (Lampiran 6) di jalan Imam

Munandar dalam menjalankan usahanya pemilik melakukan pencatatan penerimaan kas dan

pengeluaran kas dalam satu buku kas harian. Adapun penerimaan kas berupa penjualan

tunai serta pengeluaran uang kas seperti uang makan anggota yang bekerja, biaya listrik dan
5

rokok. Untuk perhitungan laba ruginya pemilik tidak melakukannya, tetapi pemilik hanya

melakukan perhitungan pendapatan berdasarkan pendapatan harian.

Dan yang terahkir pada usaha Pecah Belah Agung Kencana (Lampiran7) yang

menjalankan usahanya dijalan Hangtuah, dari data yang diperoleh oleh usaha ini hanya

melakukan pencatatan pemasukan penjualan barang dagang oleh pengunjung kedalam buku

biasa berbentuk catatan serta belanja anggota yang bekerja sedangkan biaya biaya seperti

listrik tidak dilakukan pencatatan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai usaha Pecah Belah yang dituangkan dalam bentuk proposal dengan judul Analisis

Penerapan Akuntansi Pada Usaha Pecah Belah di Kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan

Sail Kota Pekanbaru.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan diatas,maka penulis dapat

merumuskan permasalahan dalam penilitian ini sebagai berikut: Apakah penerapan

akuntansi yang dilakukan oleh Usaha Pecah Belah di Kecamatan Tenayan Raya dan

Kecamatan Sail Kota Pekanbaru telah menerapkan Konsep-konsep dasar akuntansi yang

belaku umum.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian penerapan

akuntansi yang dilakukan oleh Usaha Pecah Belah di Kecamatan Tenayan Raya dan di

Kecamatan Sail Kota Pekanbaru dengan Konsep-konsep Akuntansi yang berterima umum

1.4 Manfaat Penelitian

A. Bagi penulis sendiri menambah wawasan dan ilmu pengetahuan sehubungan dengan
6

penerapan akuntansi pada usaha kecil

B. Bagi usaha kecil pecah belah, sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan

dalam penerapan akuntansi pada usaha kecil

C. Bagi penulis berikutnya, sebagai referensi dan topik yang sama pada masa yang

akan dating

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II : TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Bab ini menjelaskan telaah pustaka yang berhubungan dengan

penulisan dan hipotesis serta mengemukakan konsep operasional

penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menggambarkan lokasi penelitian, jenis dan sumber data,

metode pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini ini akan membahas tentang gambaran umum responden

yang mencakup tingkat umur responden, serta lama usaha

responden dan menjelaskan mengenai penelitian dan pembahasan

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini mencakup simpulan kemudian diberikan bebrapa

saran yang bermanfaat baik bagi pemilik usaha maupun penulis.


7
BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Pengertian Akuntansi

Memurut Sasongko Catur (2016 : 2-4) menyatakan:

Akuntansi adalah proses / aktivitas menganalisis, mencatat, mengklarifikasikan,

mengikhtisarkan, melaporkan, menginterpresentasikan informasi keuangan

untuk kepentingan para penggunanya. Dan proses akuntansi merupakan sebuah

sistem yang mengukur kegiatan bisnis perusahaan.

Sedangkan menurut H. Lili M. Saledi (2011 : 2-4) :

Akuntansi merupakan suatu metodelogi dan himpunan pengetahuan yang

berkenaan dengan sistem informasi dari satuan-satuan ekonomi. Akuntansi

berasal dari kata asing accounting yang artinya adalah menghitung atau

mempertanggung jawabkan. Akuntansi digunakan dihampir seluruh kegiatan

bisnis diseluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut sebagai

bahasa inggris.

Dengan demikian, maka akuntansi tidak hanya dibutuhkan untuk

mengidentifikasi dan mencatat peristiwa ekonomi dan bisnis yang terjadi, tetapi

harus dapat mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang memiliki

kepentingan akuntansi untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat

agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, atau pemiliknya. Bagi manajemen

8
9

perusahaan, akuntansi sebenarnya adalah alat untuk memberikan informasi

tentang kejadian-kejadian yang bersifat finansial dalam satu periode tertentu.

Dengan demikian pihak manajemen mampu menguasai keadaan perusahaan dan

dapat menguasai jalannya perusahaan.

Fungsi akuntansi adalah untuk memberikan informasi kuantitatif,

khususnya informasi keuangan, terutama entitas (unit) yang dianggap berguna

dalam membuat keputusan ekonomi untuk membuat pilihan yang tepat di antara

berbagai tindakan alternatif.

2.1.2 Konsep Dasar Akuntansi

Belkaoui (2011:56) mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan,

penggolongan dan peringkasan transaksi yang bersifat keuangan dalam bentuk

satuan uang dan menginterpretasikan hasil tersebut guna sebagai menghasilkan

informasi yang baik.\Dalam hal ini penerapan akuntansi ini ada hal-hal yang

harus diperhatikan mengenai konsep-konsep dasar dan prinsip-prinsip akuntansi

tersebut. Adapun konsep- konsep dasar akuntansi dan prinsip-prinsip akuntansi

yaitu :

a. Konsep kesatuan usaha (Business Entity Concept)

Konsep kesatuan usaha menurut Hery (2015:11) adalah sebagai berikut :

Adanya pemisahan pencatatan transaksi perusahaan sebagai entitas ekonomi

dengan transaksi pemilik sebagai individu dan transaksi entitas ekonomi lainnya.

Sedangkan menurut Jumingan (2017:7) konsep kesatuan adalah sebagai berikut:


10

Konsep yang menyatakan bahwa pencatatan kegiatan perusahaan harus

dipisahkan dari kegiatan pemiliknya atau rumah tangga pemiliknya.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kesatuan usaha ialah

sebagai suatu usaha bisnis yang berdiri sendiri, terpisah dari pemilik. Harus ada

pemisahan yang jelas antara pemilik entitas dengan perusahaan.

b. Konsep periode waktu (Time Period Concept)

Konsep periode waktu adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa akuntansi

menggunakan periode waktu sebagai dasar dalam mengukur dan menilai

kemajuan perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsep periode waktu

konsep yang mengatur seluruh kegiatan akuntansi harus menggunakan periode

waktu. Tujuan agar laporan keuangan yang disajikan menjadi laporan keuangan

yang relevan dan tepat waktu

c. Konsep Kelangsungan Usaha (Going Concert Concept)

Konsep kelangsungan usaha merupakan konsep kesatuan usaha yang

diharapkan dapat terus berjalan dan menguntungkan dalam jangka panjang.

Menurut Ifat Fauziah (2017:13) konsep kelangsungan usaha adalah konsep yang

mengansumsikan bahwa suatu entitas akan terus melakukan usahanya secara

terus menerus sampai masa yang tidak dapat ditentukan

d. Konsep Penandingan (Matching Concept)

Menurut Werren,Reeve,Fess (2014:19) mendefinisikan konsep penandingan

adalah sebagai berikut:


11

Suatu konsep akuntansi dimana semua pendapatan yang dihasilkan harus

dibandingkan dengan biaya biaya yang ditimbulkan untuk mendapatkan laba dari

pendapatan yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu. Laporan laba rugi

melaporkan kelebihan pendapatan terhadap pendapatan biaya baya yang

terjadi.Kelebihan itu disebut labar bersih, jika beban melebihi pelaporan

pendapatan terhadap pendapatan biaya biaya yang terjadi.

Kelebihan itu disebut laba bersih. Jika beban melebihi pendapatan disebut laba

bersih

e. Dasar Pencatatan

Proses pencatatan transaksi melainkan media untuk melakukan analisis

pengaruh transaksi keuangan. Didalam praktek akuntansi yang sebenarnya

transaksi keuangan perusahaan dicatat dalam buku catatan akuntansi.

Ada dua macam dasar pencatatan dalam akuntansi yang dipakai dalam

mencatat transaksi yaitu :

a. Dasar kas (cash basis), yaitu metode menandingkan antara pendapatan

dan biaya,

dimana pendapatan dilaporkan pada saat uang telah diterima dan

biaya dilaporkan pada saat uang telah dibayarkan (Rudianto 2012:17)

b. Dasar akrual (accrual basis), yaitu metode menandingkan antara

pendapatan dan biaya, dimana pendapatan dilaporkan pada saat

terjadinya transaksi dan biaya dilaporkan pada saat biaya tersebut


12

diperlukan untuk menghasilkan pendapatan usaha (Rudianto 2012:17)

2.1.3 Pengertian dan Kriteria Usaha Kecil

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 dijelaskan

pengertian usaha kecil yaitu:

“Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimilik,

dikuasi, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha

kecil sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.”

2.1.4 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan

Menengah (SAK EMKM)

Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah

(SAK EMKM 2016:1) bertujuan digunakan oleh entitas, mikro, kecil menengah.

Emtitas mikro, kecil dan menengah adalah entitas tanpa akuntabilitas publik

yang signifikan.

Laporan keuangan yang wajar SAK EMKM (2016: 7) antara lain dijelaskan

sebagai berikut:

1. Penyajian Wajar

Penyajian laporan keuangan mengharuskan entitas untuk menyajikan

informasi untuk mencapai tujuannya:


13

a. Relevan : informasi bisa digunakan oleh pengguna untuk pengambilan

keputusan.

b. Representasi tepat : informasi dalam laporan keuangan menyajikan

dengan tepat apa yang harus disajikan dan bebas dari salah saji dan

kecenderungan material.

c. Keterbandingan : informasi dalam laporan keuangan entitas dapat

dibandingkan antara periode untuk mengidentifikasi posisi keuangan dan

kinerja informasi dalam laporan keuangan entitas juga dapat

dibandingkan antara entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan dan

kinerjanya.

d. Katerpahaman : informasi yang dihasilkan dapat dengan mudah dipahami

oleh pengguna. Diasumsikan bahwa pengguna memiliki pengetahuan

yang cukup dan kemauan untuk mempelajari informasi dengan uji tuntas

(SAK EMKM 2016 :7).

2. Kebijakan pada SAK EMKM

Entitas pelaporan keuangannya telah patuh terhadap SAK EMKM memnuat

pernyataan jelas dan implisit tentang kepatuhan terhadap SAK EMKM dalam

laporan keuangan entitas tidak boleh mendeskripsikan bahwa laporan keuangan

sudah terpenuhi terhadap SAK EMKM, kecuali jika laporan keuangan sesuai

dengan semua persyaratan di bagian ini SAK EMKM (2016 :7).

3. Frekuensi Pelaporan
14

Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan pada akhir setiap

periode laporan, termasuk informasi komperatifnya (SAK EMKM 2016 :7)

4. Penyajian yang Konsisten

Penyajian yang mengklasifikasikan posting dalam laporan keuangan antara

periode entitas diselenggarakan secara konsisten, kecuali:

a. Perubahan penting telah dibuat pada sifat operasi entitas atau jika

berubah dalam presentasi atau penjelasan dalam laporan keuangan telah

menghasilkan presentasi yang lebih menguntungkan dengan

mempertimbangkan kriteria pemilihan akun dan penentuan kebijakan

akuntansi atau:

b. SAK EMKM memerlukan perubahan dalam penyajian, jika

pembentangan atau penjelasan mengenai item dalam laporan keuangan

diubah karna paragraf di atas, maka entitas mengklarifikasi jumlah

kumulatif, kecuali deklarasi tidak praktis. Implementasi adalah suatu kondisi di

mana entitas tidak dapat mengimplementasikan pengaturan setelah semua

upaya yang wajar telah dilakukan (SAK EMKM 2018 :8).

5. Informasi kompratif

Kecuali dinyatakan sebaliknya oleh SAK EMKM, entitas menyajikan

informasi kompuratif yang merupakan 1 periode sebelum seluruh jumlah yang

digunakan dalam proses laporan keuangan saat ini (SAK EMKM 2016:8).

6. Laporan Keuangan

Laporan keuangan terdiri dari:


15

a. Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan menyajikan informasi tentang aset, liabilitas dan

entitas pada akhir periode pelaporan. Laporan posisi keuangan mencakup

pos-pos berikut: a) Kas dan setara kas, b) Piutang, c) Persediaan, d) Aset

Tetap, e) Utang usaha, f) Utang bank,

g) Ekuitas.

SAK EMKM tidak menentukan format atau urutan pos yang disajikan.

Namun, entitas dapat menyajikan pos aset berdasarkan likuiditas dan pos

kewajiban berdasarkan urutan jatuh tempo. (SAK EMKM 2016:9).

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi entitas mencakup sebagai berikut:

a. Pendapatan;

b. Beban keuangan;

c. Beban pajak.

Laporan laba rugi mencakup pendapatan dan beban diakui dalam satu

periode kecuali SAK EMKM mensyaratkan lain (SAK EMKM, 2016:11)

c. Catatan Atas Laporan Keuangan

a. Pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sewajarnya

dengan SAK EMKM.

b. Ikhtisar kebijakan akuntansi.

c. Informasi tambahan dan perincian pos spesifik yang merinci transaksi


16

dan materi yang menjadikannya berguna untuk memahami laporan

keuangan.

Laporan keuangan disajikan secara sistematis sepanjang bersifat

praktis (SAK EMKM 2016:8).

7. Indentifikasi Laporan Keuangan

Entitas secara jelas jelas mengidentifikasi laporan keuangan dan catatan

laporan keuangan. Selain itu, entitas dengan jelas mengidentifikasi informasi dan

mengulanginya jika perlu untuk memahami informasi yang disajikan (SAK

EMKM:2016)

Tabel 2.1 Kerangka Laporan Keuangan Berdasarkan SAK EMKM

ENTITAS

LAPORAN POSISI KEUANGAN

31 DESEMBER 20X8

ASET CATATAN 20X8 20X7

Kas dan Setara Kas 3 xxx Xxx

Kas dan Setara Kas 4 xxx Xxx

Giro 5 xxx Xxx

Deposito

Jumlah Kas dan setara kas xxx Xxx

Piutang Usaha 6 xxx Xxx


17

Persediaah xxx Xxx

Beban dibayar dimuka 7 xxx Xxx

Aset Tetap xxx Xxx

Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)

JUMLAH ASET xxx Xxx

LIABILITAS

Utang Usaha xxx Xxx

Utang Bank 8 xxx xxx

JUMLAH LIABILITAS xxx Xxx

EKUITAS

Modal xxx Xxx

Saldo Laba (-defisit ) 9 xxx xxx

JUMLAH EKUITAS xxx Xxx

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS xxx Xxx

2.2 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan telaah pustaka yang telah

dijelakan diatas maka penulis dapat kemukakan hipotesis penelitian adalah

diduga penerapan akuntansi yang dilakukan oleh pengusaha Pecah Belah

Kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail Kota Pekanbaru belum

sesuai dengan konsep dasar akuntansi.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail , Kota

Pekanbaru. Objek penelitian ini adalah Usaha Toko Pecah Belah di Kec. Tenayan raya dan

Kec. Sail.

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat, atau nilai dari orang, objek, atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010:38). Variabel dalam penelitian ini adalah

konsep dasar penerapan akuntansi pada usaha took harian, yaitu unutuk mengetahui sudah

sejauh mana pengusaha toko harian memahami tentang konsep-konsep dasar akuntansi dan

pengaplikasiannya dalam menjalankan aktifitas usahanya.

3.3 Populasi dan Sampel

Penelitian memutuskan untuk menjaditkan Usaha Toko Pecah Belah di Kecamatan

Tenayan Raya dan di Kecamatan Sail Kota Pekanbaru yang berjumlah 33 Usaha sebagai

populasi di tabel 3.1 dan diambil seluruh jumlah sampel di tabel 3.1

Tabel III.1

Populasi Usaha Toko Pecah Belah di Kec. Tenayan raya dan Kecamatan Sail Kota

Pekanbaru

NO NAMA USAHA ALAMAT

1 Toko Pecah Belah Rizky Manalu Jl. Hangtuah Ujung

2 Duralex Pecah Belah Jl. Bukit Barisan

3 Keysa Pecah Belah Jl. Harapan Raya

4 Toko Mekar Indah Jl. Lintas Timur

5 Toko Maju Jaya Jl. Lintas Sumatera

18
19

6 Toko Sinar Surya Jl. Sepakat

7 Toko Pecah Belah Agung Kencana Jl. Hangtuah

8 Toko Pecah Belah Devin Jl. Imam Munandar

9 Toko Pecah Belah Sari Bintang Jl. Sepakat

10 Rizky Pecah Belah Jl. Singgalang

11 Kevin Pecah Belah Jl. Hangtuah Ujung

12 Berkah Pecah Belah 1 Jl. Sepakat

13 Toko Pecah Belah Harapan Baru Jl. Imam Munandar

14 Toko Sejahtera Jl. Hang Jebat X

15 Toko Luhut Jaya Jl. Hang Jebat X

16 Toko Pecah Belah Cantika Jl. Hang Jebat X

17 Toko Pecah Belah RZA Jl. Hangtuah IV

18 Toko Pecah Belah Sari Bulan Jl. Hangtuah IV

19 Toko Pecah Belah Budi Jl. Hangtuah IV

20 Toko Mitra Sejati Jl. Hang Jebat I

21 Toko Azura Jl. Hang Jebat I

22 Grosir Karpet dan Pecah Belah Jl. Hang Jebat I

23 Andi PB 1 Jl. Harapan Raya

24 Pecah Belah Mitra Anugrah Jl. Singgalang

25 Rama Pecah Belah Jl. Bukit Barisan

26 Rezki Pecah Belah 1 Jl. Bukit Barisan

27 Toko Pecah Belah Hani Jl. Bukit Barisan

28 Pecah Belah Harapan Jl. Harapan raya

29 Toko Pecah Belah Mantap Jl. Hang Jebat X


30 Toko Pecah Belah Bambang Jl. Hang Jebat X

31 Riyan Pecah Belah Jl. Bukit Barisan

32 Toko Pecah Belah Kiki Jl. Singgalang

33 Anugrah Pecah Belah Jl. Hangtuah IV

Sumber : data hasil penelitian lapangan

Berdasarkan jumlah data yang diperoleh yang melakukan pencatatan

sebanyak 33 pengusaha. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode sampel jenuh, yaitu teknik penentuan sampel yang

mana semua anggota populasi digunakan menjadi sampel atau istilah lain dari

sampel ini adalah sensus. Daftar Usaha Pecah Belah di Kecamatan Tenayan

Raya dan di Kecamatan Sail Kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 3.1

3.4 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder yaitu

sebagai berikut:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden seperti

melakukan wawancara dan menyebarkan kuisioner.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi yang terkait

dengan penelitian ini yaitu berupa data dan jumlah sampel pengusaha kecil Toko

Pecah Belah di Kec. Tenayan raya

20
21

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Wawancara Terstruktur

2. Dokumentasi.

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, data kemudian dikelompokkan menurut jenisnya

masing- masing kemudian dituangkan ke dalam bentuk tabel dan akan di

uruaikan secara diskriptif sehingga dapat diketahui apakah pengusaha Toko

Pecah Belah di Kec. Tenayan raya dan Kecamatan Sail telah menerapkan konsep

dan prinsip dasar akuntansi, kemudian dapat ditarik kesimpulan untuk disajikan

dalam bentuk laporan penelitian.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Dalam penelitian ini penulis menjadikan pengelola Toko Pecah Belah yang

berada di Kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail Kota Pekanbaru sebagai

resoponden dari penelitian ini. Gambaran umum mengenai responden ini akan di

jabarkan data yang diperoleh dari penelitian ini yang telah dilakukan pada 33

responden.

Adapun gambaran umum tentang Toko Pecah Belah yang berada di Kecamatan

Tenayan Raya dan Kecamatan Sail Kota Pekanbaru yang menjadi sampel dalam

penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Jumlah
Lama
NO NAMA USAHA Anggota yang Modal Awal
bekerja Usaha
Toko Pecah Belah Rizky 2 Anggota
1 6 Tahun Rp10.000.000
Manalu yang bekerja
2 Anggota
2 Duralex Pecah Belah 5 Tahun Rp15.000.000
yang bekerja
3 Anggota
3 Keysa Pecah Belah 10 Tahun Rp12.000.000
yang bekerja
1 Anggota
4 Toko Mekar Indah 8 Tahun Rp9.000.000
yang bekerja
1 Anggota
5 Toko Maju Jaya 11 Tahun Rp10.000.000
yang bekerja
2 Anggota
6 Toko Sinar Surya 6 Tahun Rp10.000.000
yang bekerja
Toko Pecah Belah Agung 0 Anggota
7 7 Tahun Rp18.000.000
Kencana yang bekerja
2 Anggota
8 Toko Pecah Belah Devin 4 Tahun Rp15.000.000
yang bekerja

22
23

Toko Pecah Belah Sari 1 Anggota


9 9 Tahun Rp18.000.000
Bintang yang bekerja
1 Anggota
10 Rizky Pecah Belah 13 Tahun Rp12.000.000
yang bekerja
2 Anggota
11 Kevin Pecah Belah 9 Tahun Rp20.000.000
yang bekerja
2 Anggota
12 Berkah Pecah Belah 1 8 Tahun Rp25.000.000
yang bekerja
Toko Pecah Belah Harapan 2 Anggota
13
Baru
12 Tahun Rp19.000.000
yang bekerja
0 Anggota
14 Toko Sejahtera 7 Tahun Rp17.000.000
yang bekerja
0 Anggota
15 Toko Luhut Jaya 6 Tahun Rp12.000.000
yang bekerja
3 Anggota
16 Toko Pecah Belah Cantika 5 Tahun Rp14.000.000
yang bekerja
2 Anggota
17 Toko Pecah Belah RZA 4 Tahun Rp21.000.000
yang bekerja
1 Anggota
18 Toko Pecah Belah Sari Bulan 4 Tahun Rp24.000.000
yang bekerja
1 Anggota
19 Toko Pecah Belah Budi 8 Tahun Rp16.000.000
yang bekerja
1 Anggota
20 Toko Mitra Sejati 10 Tahun Rp12.000.000
yang bekerja
1 Anggota
21 Toko Azura 5 Tahun Rp28.000.000
yang bekerja
Grosir Karpet dan Pecah 2 Anggota
22 6 Tahun Rp25.000.000
Belah yang bekerja
2 Anggota
23 Andi PB 1 11 Tahun Rp22.000.000
yang bekerja
0 Anggota
24 Pecah Belah Mitra Anugrah 3 Tahun Rp30.000.000
yang bekerja
0 Anggota
25 Rama Pecah Belah 4 Tahun Rp27.000.000
yang bekerja
0 Anggota
26 Rezki Pecah Belah 1 5 Tahun Rp23.000.000
yang bekerja
1 Anggota
27 Toko Pecah Belah Hani 3 Tahun Rp24.000.000
yang bekerja
1 Anggota
28 Pecah Belah Harapan 9 Tahun Rp18.000.000
yang bekerja
1 Anggota
29 Toko Pecah Belah Mantap 9 Tahun Rp16.000.000
yang bekerja
24

1 Anggota
30 Toko Pecah Belah Bambang 8 Tahun Rp16.000.000
yang bekerja
2 Anggota
31 Riyan Pecah Belah 5 Tahun Rp20.000.000
yang bekerja
3 Anggota
32 Toko Pecah Belah Kiki 5 Tahun Rp26.000.000
yang bekerja
0 Anggota
33 Anugrah Pecah Belah 10 Tahun Rp29.000.000
yang bekerja

4.1.1 Jenjang Pendidikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, jenjang pendidikan dari

responden dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2
Distribusi Responden Menurut Jenjang pendidikan
No Jenjang pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Tamat SMA/SMK 18 54,55%
2 Tamat D3 6 18,18%
3 Tamat S1 9 27.27%
Jumlah 33 100%
Sumber : Data Hasil Penelitian Lapangan

Dari hasil survei lapangan menunjukkan jenjang pendidikan usaha pecah

belah yang berada di Kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail paling banyak

tamatan SMA/SMK sebanyak 18 responden atau sebesar 54,55%, sementara tamatan

S1 sebanyak 9 responden atau sebesar 27,27% dan tamatan D3 sebanyak 6 responden

atau sebesar 18.18%.

4.1.2 Lama Berdiri Usaha

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, lama berdirinya usaha dari

responden dapat dilihat pada tabel berikut:


25

Tabel 4.3
Distribusi Responden Menurut Lama Berusaha
No Lama Berusaha (Tahun) Jumlah Persentase (%)
1. 1-5 12 36,36%
2. 6-10 17 51,52%
3. 11-15 4 12,12%
Jumlah 33 100%
Sumber : Data Hasil Penelitian Lapangan

Dari hasil survei 4.3 yang menunjukkan jumlah paling banyak responden

dalam menjalakan usahanya yaitu 6-10 tahun yang berjumlah 17 responden atau

sebesar 51,52%, sementara usaha yang berjalan 1-5 tahun berjumlah 12 responden

atau sebesar 36,36%. Dan usaha yang berjalan selama 11-15 tahun berjumlah 4

responden atau sebesar 12,12%.

4.1.3 Modal Awal Usaha

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan pada usaha pecah belah di

kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail, diketahui bahwa pemilik usaha

memiliki modal yang berbeda beda dalam menjalankan usahanya. Dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.4
Modal Usaha Responden
No Modal Usaha (Rp) Jumlah Persentase (%)
1. Rp.1.000.000-Rp.10.000.000 4 12,12%
2. Rp.11.000.000-Rp.20.000.000 17 51,52%
3. Rp.21.000.000-Rp.30.000.000 12 36,36%
Jumlah 33 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian Lapangan

Dari hasil survei dilihat bahwa modal usaha yang dimiliki responden dalam
26

menjalankan usahanya ini kisaran Rp.11.000.000 –Rp.20.000.000 berjumlah 17

responden atau sebesar 51,52%, sementara kisaran modal usaha Rp.21.000.0000 -

Rp.30.000.000 berjumlah 12 responden atau sebesar 36,36%. Dan kisaran modal

usaha paling sedikit yaitu kisaran Rp.1.000.0000 - Rp.10.000.000 sebanyak 4

reponden atau sebesar 12,12%.

Dapat diketahui dari hasil penelitian lapangan diatas jumlah modal usaha

terbanyak adalah kisaran Rp.11.000.000 - Rp.20.000.000 yaitu berjumlah 17

responden atau sebesar 51,52%.

4.1.4 Jumlah Anggota yang bekerja

Berikut merupakan data jumlah anggota yang bekerja yang dimiliki Pecah

Belah di kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail, disajikan dalam bentuk table

4.5 :

Tabel 4.5
Distribusi Responden Dirinci Menurut Jumlah Anggota yang bekerja
Jumlah Anggota yang
NO NAMA USAHA
bekerja
2 Anggota yang
1 Toko Pecah Belah Rizky Manalu
bekerja
2 Anggota yang
2 Duralex Pecah Belah
bekerja
3 Anggota yang
3 Keysa Pecah Belah
bekerja
1 Anggota yang
4 Toko Mekar Indah
bekerja
1 Anggota yang
5 Toko Maju Jaya
bekerja
2 Anggota yang
6 Toko Sinar Surya
bekerja
7 Toko Pecah Belah Agung Kencana 0 Anggota yang
27

bekerja
2 Anggota yang
8 Toko Pecah Belah Devin
bekerja
1 Anggota yang
9 Toko Pecah Belah Sari Bintang
bekerja
1 Anggota yang
10 Rizky Pecah Belah
bekerja
2 Anggota yang
11 Kevin Pecah Belah
bekerja
2 Anggota yang
12 Berkah Pecah Belah 1
bekerja
2 Anggota yang
13 Toko Pecah Belah Harapan Baru
bekerja
0 Anggota yang
14 Toko Sejahtera
bekerja
0 Anggota yang
15 Toko Luhut Jaya
bekerja
3 Anggota yang
16 Toko Pecah Belah Cantika
bekerja
2 Anggota yang
17 Toko Pecah Belah RZA
bekerja
1 Anggota yang
18 Toko Pecah Belah Sari Bulan
bekerja
1 Anggota yang
19 Toko Pecah Belah Budi
bekerja
1 Anggota yang
20 Toko Mitra Sejati
bekerja
1 Anggota yang
21 Toko Azura
bekerja
2 Anggota yang
22 Grosir Karpet dan Pecah Belah
bekerja
2 Anggota yang
23 Andi PB 1
bekerja
0 Anggota yang
24 Pecah Belah Mitra Anugrah
bekerja
0 Anggota yang
25 Rama Pecah Belah
bekerja
0 Anggota yang
26 Rezki Pecah Belah 1
bekerja
1 Anggota yang
27 Toko Pecah Belah Hani
bekerja
28 Pecah Belah Harapan 1 Anggota yang
28

bekerja
1 Anggota yang
29 Toko Pecah Belah Mantap
bekerja
1 Anggota yang
30 Toko Pecah Belah Bambang
bekerja
2 Anggota yang
31 Riyan Pecah Belah
bekerja
3 Anggota yang
32 Toko Pecah Belah Kiki
bekerja
0 Anggota yang
33 Anugrah Pecah Belah
bekerja

Berdarasrkan tabel 4.5 dapat diketahui jumlah anggota yang bekerja yang ada

pada usaha pecah belah di kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail, jumlah

anggota yang bekerja terbanyak adalah responden yang memperkerjakan 1 anggota

yang bekerja saja adalah sebanyak 12 responden. Responden yang memperkerjakan 2

anggota yang bekerja sebanyak 11 responden. Responden yang memperkerjakan 3

anggota yang bekerja sebanyak 3 responden. Dan selebihnya yaitu 7 responden tidak

memperkerjakan anggota yang bekerja.

4.1.5 Status Tempat Usaha

Untuk mengetahui respon responden terhadap status tempat usaha pada

usaha pecah belah dapat dilihat pada tabel 4.7 :

Tabel 4.7
Status Tempat Usaha
No Respon Responden Jumlah Persentase (%)
1. Milik Sendiri 23 69,70%
2 Sewa 10 30.30%
Jumlah 33 100%
Sumber : Data Hasil Penelitian Lapangan
29

Dari hasil survei 4.7 dapat diketahui bahwa usaha pecah belah yang

membuka usaha ditempat sendiri sebanyak 23 responden atau sebesar 69,70%,

sedangkan yang membuka usaha ditempat yang disewa sebanyak 10 responden atau

sebesar 30,30%.

4.1.6 Kebutuhan Sistem Pembukuan

Berikut data yang disajikan berdasarkan hasil penelitan usaha pecah belah di

kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail terhadap pembukuan dalam mengelola

usaha pecah belah di kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail

Tabel 4.8
Kebutuhan Sistem Pembukuan
No Keterangan Jumlah Persentase (%)
1. Membutuhkan sistem pembukuan 33 100%
2. Tidak membutuhkan sistem - -
Pembukuan
Jumlah 33 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian Lapangan

Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 4.8 diatas maka dapat disimpulkan

bahwa 33 reponden atau sebesar 100% usaha pecah belah di kecamata Tenayan Raya

dan Kecamatan Sail membutuhkan sistem pembukuan dalam menjalankan usahanya.

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1 Pencatatan Penerimaan dan Pengeluaran Kas

Dari hasil survei wawancara dapat diketahui bahwa seluruh responden atau

pemilik usaha pecah belah melakukan pencatatan terhadap penerimaan kas berjumlah

33 responden atau sebesar 100%.Pencatatan penerimaan kas diperoleh dari adanya


30

transaksi setiap hasil penjualan pada usaha pecah belah seperti pembelian secara

tunai, Penjualan Barang Secara Kredit

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 33 responden didapati

bahwa terdapat 33 responden tidak melakukan Penjualan secara kredit dan Pembelian

secara Kredit. Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa seluruh

responden tidak melakukan penjualan secara kredit. Alasan para responden hampir

sama,bahwa mereka enggan merugi dengan resiko terjadinya piutang tak tertagih.

4.2.2 Pembelian Barang Secara Kredit

Dari hasil survei hasil wawancara, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

seluruh responden melakukan pembelian secara kredit (100%) dengan alasan ketika

me-restock persediaan barang atau dalam melakukan pembelian atau untuk keperluan

diluar usaha.

4.2.3 Persediaan

Dari survei lapangan dapat diketahui respon pengusaha terhadap pencatatan

persediaan. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa sebanyak 33

responden atau sebesar 100% tidak melakukan pencatatan terhadap persediaan

dianggap tidak diperlukan.Jika tidak ada tersedianya barang maka tidak ada transaksi

jual beli.

4.2.4 Perhitungan Laba Rugi

Untuk meakukan perhitungan laba rugi daam sebuah usaha yang dijalankan

itu merupakan hal yang penting karena dengan melakukan perhitungan laba rugi
31

maka pemilik usaha dapat mengetahui bagaimana keuntungan dan kerugian dari

usaha yang mereka jalani. Berikut dijabarkan dalam bentuk tabel:

Tabel 4.9
Perhitungan Laba Rugi
No Keterangan Jumlah Persentase
1 Membuat laporan laba rugi 32 96,97%

2 Tidak membuat laba rugi 1 3,03%

Jumlah 33 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian Lapangan

Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 32 responden

pengusaha pecah belah di kecamatan Tenayan raya dan Kecamatan Sail yang

melakukan perhitungan laba rugi dalam menjalankan usahanya atau sebesar 96,97%.

Adapun point yang diperhitungkan dalam perhitungan laba rugi yaitu seperti biaya

sewa toko, biaya gaji anggota yang bekerja, biaya konsumsi, biaya listrik, dan biaya

lainnya.

4.2.5 Periode Perhitungan Laba Rugi

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan ada beberapa waktu dalam

perhitungan laba rugi yang dilakukan oleh responden. Berikut disajikan dalam bentuk

tabel:

Tabel 4.10
Periode Perhitungan Laba Rugi
No Periode Perhitungan Rugi Jumlah Persentase
1 Setiap hari 12 36,36%
2 Sekali dalam sebulan 20 60,61%
3 Tidak Melakukan Perhitungan Laba Rugi 1 3.03%
Jumlah 33 100%
32

Sumber: Data Hasil Penelitian Lapangan

Berdasarkan dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa perhitungan laba rugi yang

dilakukan perhari berjumlah 12 responden atau sebesar 36,36%, sedangkan responden

yang melakukan perhitungan laba rugi perbulan sebanyak 20 responden atau sebesar

60,61%, dan responden yang tidak melakukan perhitungan yaitu sebanyak 1

responden atau sebesar 3,03%. Dari data di atas diketahui bahwa beberapa usaha

belum efektif dalam melakukan perhitungan laba rugi.

4.2.6 Sumber Pendapatan

Dari hasil penelitian lapangan, diketahui bahwa responden yang sumber

pendapatanya berasal dari usaha utama sebesar 33 atau sebanyak 100% responden

sedangkan responden yang sumber pendapatan selain usaha utama juga terdapat

pendapatan lain dari usaha sebesar 0% atau sebanyak 0 responden.

4.2.7 Biaya Biaya Yang Dikeluarkan

4.2.7.1 Perhitungan Laba Rugi Periode Perhari

Tabel 4.12
Biaya-Biaya Yang Dikeluarkan Periode Perhari
Biaya-biaya yang Ya % Tidak % Jumlah
Dikeluarkan
a. Biaya Gaji 2 16,67% 10 83,33% 100%
b. Biaya Rumah Tangga 8 66,67% 4 33,33% 100%
c. Biaya Kebersihan 5 41,67% 7 58,33% 100%
d. Biaya Makan 12 100% 0 0% 100%
e. Biaya Penyusutan 0 0% 12 100% 100%
f. Biaya Transport 7 58,33% 5 41,67% 100%
g. Biaya Lain-lain 4 33,33% 8 66,67% 100%
33

h.
i. Harga pokok penjualan 0 0% 12 100% 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian Lapangan
Untuk pembayaran biaya listrik dan biaya sewa toko dilakukan pada setiap

bulan.

a. Biaya gaji

Terdapat 2 toko yang melakukan pembayaran biaya gaji anggota yang

bekerja selama perhari, dan 10 toko yang tidak melakukan pembayaran

gaji anggota yang bekerja, di karenakan tidak memilik anggota yang

bekerja. Ini berarti berpengaruh terhadap laba karena harus membayar

gaji anggota yang bekerja selama perhari.

b. Biaya Rumah tangga

Terdapat 8 toko yang melakukan pembayaran pembayaran biaya rumah

tangga dan 4 toko yang tidak melakukan pembayaran biaya rumah

tangga dengan menggunakan uang dari penghasilan toko, melainkan

dari uang yang didapat diluar usaha, yakni ada yang suaminya seorang

pegawai negri sipil. Pembayaran rumah tangga mempengaruhi laba di

karenakan laba harus dikurangkan untuk biaya rumah tangga harian.

c. Biaya kebersihan

Terdapat 5 toko yang melakukan pembayaran biaya kebersihan selama

perhar, dan 7 toko yang tidak melakukan pembayaran biaya kebersihan

dikarenakan ada beberapa usaha yang melakukan pembayaran selama 1

bulan sekali. Ini berarti berpengaruh terhadap laba karena harus


34

membayar biaya kebersihan selama perhari.

d. Biaya Makan

Terdapat 12 toko yang melakukan pembayaran biaya makan selama

perhari. Ini berpengaruh terhadap laba karena harus mengeluarkan

biaya makan selama perhari.

e. Biaya penyusutan

Tidak ada toko yang terkena biaya penyusutan.

f. Biaya transport

Terdapat 7 toko yang melakukan pembayaran biaya transport selama

perhari, dan 5 tidak melakukan pembayaran biaya transport Ini berarti

berpengaruh terhadap laba karena harus membayar biaya transport

selama perhari.

g. Biaya lain-lain

Terdapat 4 toko yang melakukan pembayaran biaya lain-lain selama

perhari, dan 8 toko yang tidak melakukan pembayaran perhari.Biaya

lain lain ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan

usaha seperti membuat spanduk nama toko, membeli peralatan

kebersihan toko dan biaya yang diperlukan untuk keperluan toko

lainnya. Ini berarti berpengaruh terhadap laba karena harus membayar

lain-lain selama sebulan.

h. Harga Pokok Penjualan

Berdasarkan hasil wawancara terdapat 12 toko yang tidak melakukan


35

perhitungan harga pokok penjualan periode perhari. Seharusnya dengan

melakukan perhitungan HPP usaha dapat menghitung berapa laba yang

di dapat dari pejualan harian.

4.2.7.2 Perhitungan Laba Rugi Periode Perbulan

Tabel 4.13
Biaya-Biaya Yang Dikeluarkan Periode Perbulan
Biaya-biaya yang Ya % Tidak % Jumlah
Dikeluarkan
a. Biaya Sewa Toko 10 50% 10 50% 100%
b. Biaya Gaji 14 70% 6 30% 100%
c Biaya Rumah Tangga 8 40% 12 60% 100%
d Biaya Listrik 15 75% 5 25% 100%
e Biaya Kebersihan 13 65% 7 35% 100%
f Biaya Makan 11 55% 9 45% 100%
g Biaya Penyusutan 0 0% 20 100% 100%
h Biaya Tansport 12 60% 8 40% 100%
i Biaya Lain-lain 7 35% 13 65% 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian Lapangan

a. Biaya sewa toko

Terdapat 10 toko yang di gunakan, pada setiap bulan nya hanya 10 toko

yang melakukan pembayaran sewa

b. Biaya gaji

Terdapat 14 toko yang melakukan pembayaran biaya sewa gaji anggota

yang bekerja selama sebulan. Terdapat 6 usaha yang tidak melakukan

pembayaran untuk biaya gaji karena 6 usaha ini menjalankan usahanya

tanpa anggota yang bekerja atau di kelola sendiri oleh pemilik usaha.

Hal ini tentu berpengaruh terhadap laba yang diterima.


36

c. Biaya Rumah tangga

Terdapat 8 toko yang melakukan pembayaran pembayaran biaya rumah

tangga dan 12 toko yang tidak melakukan pencatatan terhadap biaya

rumah tangga, karena toko tersebut tidak memakai uang usaha untuk

keperluan rumah tangga seperti belanja masak harian rumah dan

peralatan untuk keperluan harian dirumah. Biaya rumah tangga

mempengaruhi laba di karenakan laba harus dikurangkan untuk biaya

rumah tangga harian.

d. Biaya listrik

Terdapat 15 toko yang melakukan pembayaran biaya listrik selama

sebulan.Ini berarti dari jumlah laba yang diterima berkurang

dikarenakan membayar token listrik toko.

e. Biaya kebersihan

Terdapat 13 toko yang melakukan pembayaran biaya kebersihan selama

sebulan.

f. Biaya Makan

Terdapat 11 toko yang melakukan pembayaran biaya makan untuk

anggota yang bekerja mereka selama sebulan. Terdapat 9 usaha yang

tidak mencatat biaya makan, karena ada toko yang tidak memberikan

fasilitas makan, jadi ada anggota yang bekerja yang membawa bekal

sendiri ke toko dan ada pula tidak mencatat biaya makan karena yang

menjaga usaha tersebut adalah pemilik usaha sendiri, jadi tidak perlu
37

mengeluarkan biaya makan. Ini berpengaruh terhadap laba karena harus

mengeluarkan biaya makan selama sebulan.

g. Biaya penyusutan

Tidak ada toko yang melakukan perhitungan terhadap biaya

penyusutuan

h. Biaya transport

Terdapat 12 toko yang melakukan pembayaran biaya transportasi

selama sebulan. Biaya transportasi dikeluarkan ketika ada pesanan

barang yang dijual untuk diantar kerumah konsumen.

i. Biaya lain-lain

Terdapat 7 toko yang melakukan pembayaran biaya lain-lain selama

sebulan. Biaya lain lain ini adalah biaya seperti pembuatan spanduk,

reklame dan lain lain. Hal ini membuat laba yang diterima berkurang.

4.2.8 Kegunaan Perhitungan Laba Rugi

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa yang menggunakan perhitungan

laba rugi sebagai pedoman dalam mengukur keberhasilan dalam menjalankan

usahanya yaitu sebanyak 33 responden atau sebesar 100% dan yang tidak

menggunakan perhitungan laba rugi sebagai pedoman dalam mengukur keberhasilan

usahanya sebanyak 0 responden atau sebesar 0%

4.3 Pembahasan Konsep Dasar Akuntansi

4.3.1 Dasar Pencatatan


38

Dari hasil survei yang dilakukan yang didapat diketahui bahwa dasar

pencatatan yang digunakan oleh pemilik usaha Pecah Belah di Kecamatan Tenayan

Raya dan Kecamatan Sail adalah dasar kas.

4.3.2 Kesatuan Usaha

Dari hasil survei yang dilakukan, dapat diperoleh informaasi bahwa

pencatatan yang dilakukan pengelola usaha pecah belah di kecamatan Tenayan raya

dan Kecamatan Sail belum sesuai.

4.3.3 Periode Waktu

Periode waktu merupakan salah satu dasar untuk mengukur kemajuan dari

sebuah usaha yang dijalani. Dari penelitian yang sudah dilakukan, Dari hasil survei

4.10 diketahui bahwa waktu dalam perhitungan laba rugi yang dilakukan usaha pecah

belah berbeda beda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 20 dari 33 usaha pecah belah

di kecamatan Tenayan raya dan Kecamatan Sail sudah menerapkan konsep akuntansi,

tetapi mash ada 12 usaha pecah pelah yang melakukan perhitungan laba rugi selama

perhari.Untuk perhitungan periode waktu yang benar yaitu minimal sekali dalam

sebulan.

4.3.4 Penandingan Usaha

Konsep penandingan merupakan suatu konsep yang menandingkan antara

seluruh pendapatan dan seluruh beban yang dikeluarkan untuk mendapatkan

keuntungan.
39

4.3.5 Konsep Kelangsungan Usaha

Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa seluruh usaha pecah

belah di kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail belum menerapkan konsep

kelangsungan usaha.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan survey yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya mengenai

analisis penerapan akuntansi pada usaha Pecah Belah di Kecamatan Tenayan Raya

dan Kecamatan Sail, maka pada bab ini dapat di tarik kesimpulan bahwa :

5.1 Simpulan

1. Konsep dasar pencatatan, dasar pencatatn yan dilakukan usaha pecah belah di

kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail adalah dasar pencatatan kas.

2. Konsep kesatuan usaha, pada konsep ini beberapa pecah belah di kecamatan

Tenayan Raya dan Kecamatan Sail sudah menereapkan konsep kesatuan

usaha

3. Konsep periode waktu, pada konsep ini beberapa usaha pecah belah di

kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail telah menerapkan konsep

periode

4. Konsep penandingan, pengelola usaha pecah belah di kecamatan Tenayan

Raya dan Kecamatan Sail belum menerapkan konsep penandingan

5. Konsep kelangsungan usaha, pengelola pecah belah di kecamatan Tenayan

Raya dan Kecamatan Sail belum menerapka konsep kelangsungan usaha

6. Dari seluruh penjelasan konsep-konsep maka dapat disimpulkan bahwa

usaha pecah belah di kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Sail belum

sesuai dengan konsep-konsep dasar akuntansi.

40
41

5.2 Saran

1. Pengelola pecah belah menerapkan konsep dasar pencatatan akuntansi dengan

dasar akrual karena pencatatan akrual merupakan pencatatan yang dilakukan

saat transaksi itu terjadi tanpa melihat apakah kas sudah diterima atau

dikeluarkan

2. Pengelola pecah belah menerapkan konsep kesatuan usaha

3. Pengelola pecah belah menerapkan konsep periode waktu

4. Pengelola pecah belah menerapkan konsep penandingan

5. Pengelola pecah belah menerapkan konsep kelangsungan usaha

6. Pengelola pecah belah menerapkan konsep konsep akuntansi sesuai dengan

konsep akuntansi yang berlaku agar dapat mempermudah proses pencatatan,

dan pengukuran kemajuan usaha agar pengelola usaha dapat mengambil

keputusan usaha dengan baik, benar dan tepat


DAFTAR PUSTAKA

Tarmizi (2015) “pelaku UMKM hanya mencatat keuangan usahanya sesuai


dengan arus kas tanpa bisa memperkirakan akrual pelaporan”. Jakarta

Dina Fitria. 2018. Siklus Akuntans. Buku 2 Edisi Kelima. Jakarta. Salemba Empat.

Fauziah. Ifat. 2017. Buku Dasar-Daar Akuntansi untuk Pemula & Orang Awam Secara
Otodidak.
Jakarta : Serambi Baru.

Gani Oktavionaldi. 2014. Analisis Penerapan Akuntansi pada Usaha Toko Burung di
Kota Pekanbaru. Universitas Islam Riau.

Hans. Kartikahadi dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK berbasis


IFRS. Jakarta: Salemba Empat.

Indratno. A. 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Akuntansi Untuk Pemula dan Orang Awam.
Yogyakarta: Dunia Cerdas.

Juniardi. T.,2016. Penyusunan Laporan Keuangan Usaha Kecil Menengah (UKM)


Konveksi Astra Berdasarkan SAK EMKM. Universitas Tanjungpura.

Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi: Konsep & Teknik Penyusunan Laporan

Keuangan : Erlangga. Sadeli. Lili M. 2011. Dasar-Dasar Akutansi. Penerbit PT. Bumi

Aksara. Jakarta.
Sonny Warsono. 2011. Akuntansi Pengatar 1: AB. Yogyakarta.

Sumarsan, T. 2011. Akuntansi Dasar & Aplikasi dalam Bisnis. Jakarta: Indek.

Vebri akbar okta varol. 2015. Analisis Penerapan Akuntansi pada Usaha Toko
Pecah Belah di Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar, Universitas
Islam Riau.

Warren. Carl S. James M.Revee dan Philip E.Fess. 2014. Pengantar Akutansi Adaptasi
Indonesia.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2016. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan
Menengah.
Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia.

42
43

Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia. (2015). Profile Bisnis Usaha Mikro,


Kecil, dan Menengah (UMKM). Jakarta: Bank Indonesia.

UU No. 17 tahun 2013 mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah.

UU No. 20 tahun 2008 mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Anda mungkin juga menyukai