Anda di halaman 1dari 205

ARAH PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNISASI

Pendahuluan
Dalam modul sebelumnya, Anda telah mempelajari beberapa proses peubahan
sosial. Selanjutnya, Anda perlu juga mempelajari arah perubahan dan modernisasi
yang sangat penting dalam pembangunan yang tercakup dalam modul ini. Arah
perubahan dan modernisasi perlu diupayakan agar tidak mengakibatkan dampak
negatif terhadap kehidupan masyarakat, tetapi justru dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat. Hal-hal yang dijelaskan dalam modul ini antara lain: arah
perubahan, pengertian modernisasi, disorganisasi, transformasi, dan proses dalam
modernisasi, dan persyaratan modernisasi.
Kompetensi khusus yang harus Anda capai setelah mempelajari modul ini
adalah Anda mampu:
1. menjelaskan arah perubahan
2. menjelaskan pengertian modernisasi
3. menjelaskan disorganisasi, transformasi, dan proses dalam modernisasi
4. menjelaskan persyaratan modernisasi.

Arah Perubahan
Jika seseorang mempelajari perubahan sosial perlu mengetahui ke arah mana
perubahan itu bergerak. Yang sudah tentu, adalah bergerak meninggalkan factor yang
diubah. Setelah meninggalkan factor itu, mungkibn perubahan akan bergerak menuju
bentuk yang baru atau mungkin berubah ke bentuk yang sudah ada di masa lampau.
Bagi masyarakat Indonesia, perubahan itu diarahkan ke usaha modernisasi dalam
pemerintahan, angkatan bersenjata, pendidikan, dan industrialisasi yang disertai
usaha untuk menemukan nilai luhur kepribadian Indonesia. Perubahan ini merupakan
contoh dari dua arah yang berlangsung pada waktu yang sama dalam masyarakat,
yaitu perubahan yang bersifat material dan immaterial.

Arah Perubahan Sosial dan Modernisasi (Suprijanto) 46


Perubahan tersebut perlu dijaga agar senantiasa seimbang, agar kelanjutan
hidup bangsa dan negara ini dapat dipertahankan. Pengaruh kebudayaan dari luar
maupun dari dalam yang negatif, seperti pergaulan bebas, minuman keras, narkoba,
KKN, dan lain-lain perlu ditekan dan yang positif, seperti kedisiplinan, etos kerja,
harga diri, perlu dikembangkan terutama kepada pemuda penerus perjuangan kita.

Modernisasi
a. Pengertian Modernisasi

Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas. Kadangkala batas-


batasnya tak dapat ditetapkan secara mutlak. Mungkin di suatu daerah tertentu,
modernisasi mencakup pemberantasan buta huruf, di lain tempat proses tadi
mencakup usaha-usaha penyemprotan rawa denan DDT untuk mengurangi sumber-
sumber penyakit malaria atau mungkin sebagai usaha membangun pusat-pusat tenaga
listrik. Di Indonesia, modernsasi terutama ditekankan pada sector pertanian
disamping sector lainnya. Saat ini, di bidang pertanian difokuskan ke pertanian yang
ramah lingkungan dan agribisnis.
Pada dasarnya pengertian modernisasi mencakup suatu trasformasi total
kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta
organisasi sosial ke arah polo-pola ekonomis dan politis yang menjadi cirri negara-
negara barat yang stabil (Widjojo Nitisastro dalam Soekanto, 1993). Ciri umum
modernisasi yang menyangkut aspek-aspek sosio-demografis masyarakat dan aspek-
aspek sosio-demografis digambarkan dengan gerak sosial (social mobility). Artinya,
suatu proses unsur-unsur sosial ekonomis dan sosiologis mulai menunjukkan peluang
ke arah pola-pola barumelalui sosialisasi dan pola-pola perilaku. Perwujudannya
adalah aspek-aspek kehidupanmodern seperti mekanissi, masw media yang teratur,
urbanisasi, peningkatan pendapatan perkapita, dan sebagainya. Aspel-aspek structural
organisasi diartikan sebagai unsure-unsur dan norma-norma masyarakat yang
terwujud jika manusia mengadakan hubungan dengan sesamanya dalam kehidupan

Arah Perubahan Sosial dan Modernisasi (Suprijanto) 47


bermasyarakat. Perubahan structural dapat menyangkut lembaga-lembaga
kemasyarakatan , hubungan-hubungannya, dan seterusnya.
Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial. Pada umumnya
merupakan perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada perencanaan (jadi
juga merupakan intended atau planed-change) yang biasa dikenal dengan social
planning. Modernisasi merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat
yang bersangkutan, karena prosesnya meliputi bidang-biang yang sangat luas,
termasuk proses disorganisasi, problem-problem sosial, konflik antar kelompok,
hambatan terhadap perubahan.

b. Disorganisasi, Transformasi, dan Proses dalam Modernisasi

Disorganisasi, seperti yang telah dijelaskan di muka, adalah proses


memudarnya nilai atau norma dalam masyarakat kerena perubahan. Perwujudan
nyata dari disorganisasi ini adalah timbulnya masalah-masalah sosial. Masalah sosial
dalam hal ini dapat dirumuskan sebagai penyimpangan (deviasi) dari norma
masyarakat yang berlaku. Suatu masalah sosial dapat timbul karena peranan sosial
yang dimiliki individu-individu dalam masyarakat, seperti peranan individu atas dasar
tradisi, kelahiran atau perbedaan kelamin yang mengalami kegoyahan dalam proses
perubahan sosial. Dalam proses modernisasi juga dapat timbul masalah-masalah
sosial seperti itu.
Sebagai contoh, masalah-masalah yang berhubungan dengan organisasi
masyarakat (community organization), pembagian kerja, pengangguran, kegiatan
untuk mengisi waktu luang, dan lain-lain. Di negara-negara yang sedang
berkembang, masalah sosial yang cukup banyak meminta perhatian khusus akibat
penerapan teknologi baru antara lain pengangguran, limbah industri, polusi, dan lain-
lain. Sementara itu, di negara-negara maju masalah sosial timbul dalam pengisian
waktu luang. Kegiatan-kegiatan untuk mengisi waktu luang yang pada umumnya
berhubungan erat dengan tradisi dan upacara menjadi lemah akibat terdesak oleh
perkembangan teknologi. Di negara-negara yang sedang berkembang persoalan
pengisian waktu luang sebenarnya juga ada, terutama pada orang yang telah lanjut

Arah Perubahan Sosial dan Modernisasi (Suprijanto) 48


usianya yang dianggap sudah tidak dapat berperan lagi dalam masyarakat.
Kesemuanya itu menimbulkan disorganisasi sosial yang sering menyebabkan orang
perorang menarik diri dari kegiatan-kegitan kemasyarakatan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Di samping itu, tentu akan ditemui perlawanan terhadap transformasi sebagai
akibat adanya modernisasi. Misalnya, keyakinan yang kuat tehadap kebenaran tradisi,
sikap yang toleran terhadap penyimpangan, tertinggalnya pendidikan dan
perkembangan ilmiah, merupakan faktor-faktor yang dapat menghambat proses
modernisasi.
Untuk mengimbangi lajunya perkembangan teknologi dalam modernisasi
diperlukan pendidikan dan perkembangan ilmiah yang dapat mencegah terjadinya
ketertinggalan budaya (cultural lag). Namun, perkembangan teknologi yang terlalu
cepat juga harus dihindari untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat
mengadakan reorganisasi.
Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi penerimaan dan penolakan
modernisasi terutama adalah sikap, nilai, kemampuan untuk menunjukkan manfaat
unsur yang baru dan keseimbangan dengan unsure yang lama. Terdapat
kemungkinan bahwa modernisasi bertentangan dengan kebudayaan yang ada,
sehingga memerlukan pola-pola baru yang belum ada. Di samping itu, ada
kemungkinan unsur-unsur tertentu dari modernisasi tidak hanya sekedar
menambahkan unsur-unsur yang menggantikan unsur-unsur yang lama.

c. Persyaratan Modernisasi

Ada perbedaan antara modernisasi dan reformasi. Modernisasi bersifar


preventif dan konstruktif, agar proses itu tidak mengarah ke angan-angan, sebaliknya
harus dapat memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat ke arah
waktu-waktu mendatang.. Sementara itu reformasi menekankan pada factor-faktor
rehabilitasi.
Ada suatu persyaratan yang harus dipenuhi suatu proses untuk dapat
dikatakan sebagai proses modernisasi, antara lain:

Arah Perubahan Sosial dan Modernisasi (Suprijanto) 49


1. Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang melembaga dalam kelas penguasa
maupun masyarakat. Ini menghendaki system pendidikan dan pengajaran yang
terencana dan baik.
2. System admistrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
3. Adanya system pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu
lenbaga atau badan tertentu. Ini memerlukan penelitian yang kontinu, agar data
tidak tertinggal.
4. Penciptaan iklim yang favorable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan
cara penggunaan alat komunikasi massa. Hal ini harus dilakukan bertahap,
karena banyak sangkut-pautnya dengan system kepercayaan masyarakata (belief
system).
5. Tingkat organisasi yang tinggi, di satu pihak berarti disiplin dan di lain pihak
berati pengurangan kemerdekaan.
6. Sentralisasi wewenang dalam perencanaan sosial (social planning). Jika hal itu
tidak dilakukan, maka perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan
dari kepentingan-kepentingan yang ingin mengubah perencanaan tersebut demi
kepentingan golongan kecil dalam masyarakat.

Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini secara singkat:
1. Menjelaskan arah perubahan
2. Jelaskan pengertian modernisasi
3. Jelaskan disorganisasi, transformasi, dan proses dalam modernisasi
4. Jelaskan beberapa persyaratan modernisasi.

Rangkuman
Hal-hal yang telah diuraikan dalam bab ini adalah arah perubahan sosial dan
modernisasi. Selanjutnya juga dijelaskan secara rinci tentang pengertian modernisasi,

Arah Perubahan Sosial dan Modernisasi (Suprijanto) 50


disorganisasi, transiformasi, dan proses dalam modernisasi, serta beberapa
persyaratan modernisasi.
Bagi masyarakat Indonesia, perubahan itu diarahkan ke usaha modernisasi
disertai usaha untuk menemukan nilai luhur kepribadian Indonesia. Perubahan ini
merupakan contoh dari dua arah yang berlangsung pada waktu yang sama dalam
masyarakat, yaitu perubahan yang bersifat material dan immaterial.
Pada dasarnya modernisasi mencakup suatu trasformasi total kehidupan
bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial
ke arah polo-pola ekonomis dan politis yang menjadi cirri negara-negara barat yang
stabil (Widjojo Nitisastro dalam Soekanto, 1993).
Disorganisasi, adalah proses memudarnya nilai atau norma dalam masyarakat
kerena perubahan. Perwujudan nyata dari disorganisasi ini adalah timbulnya masalah-
masalah sosial. Masalah sosial dalam hal ini dapat dirumuskan sebagai
penyimpangan (deviasi) dari norma masyarakat yang berlaku. Suatu masalah sosial
dapat timbul karena peranan sosial yang dimiliki individu-individu dalam masyarakat
mengalami kegoyahan dalam proses perubahan sosial. Dalam proses modernisasi
juga dapat timbul masalah-masalah sosial seperti itu.
Persyaratan modernisasi antara lain: (1) berpikiran ilmiah, (2) system
administrasi yang baik, (3) system pengumpulan data yang baik, (4) Penciptaan iklim
yang favorable dari masyarakat terhadap modernisasi, (5) Tingkat organisasi yang
tinggi,, dan (6) Sentralisasi wewenang dalam perencanaan sosial

Arah Perubahan Sosial dan Modernisasi (Suprijanto) 51


Daftar Pustaka
Daldjoeni, N. 1981. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Penerbit Alumni.
Bandung.
----------------. 1984. Perubahan Sosial dan Tanggapan Manusia. Penerbit Alumni.
Bandung.
Gerungan, W.A. 1978. Psychologi Sosial. P.T. Eresco. Jakarta
Soekanto, Soerjono. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
------------------------. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.

Arah Perubahan Sosial dan Modernisasi (Suprijanto) 52


Arah Perubahan Sosial dan Modernisasi (Suprijanto) 53
Arah Perubahan Sosial dan Modernisasi (Suprijanto) 54
Arah Perubahan Sosial dan Modernisasi (Suprijanto) 55
Arah Perubahan Sosial dan Modernisasi (Suprijanto) 56
DAMPAK
MODERNISASI
Ir. Hj. MARIANI, M.Si
Pengertian
Moderenisasi
Gejala modernisasi di
Indonesia
Dampak modernisasi
di Indonesia
Wilbert E Moore
Modernisasi adalah suatu
transformasi total kehidupan
bersama yang tradisional atau
pra modern dalam arti
teknologi serta organisasi
social kearah pola-pola
ekonomis dan politis yang
menjadi cirri Negara barat
yang stabil.
.

J W School,
modernisasi adalah suatu
transformasi, suatu
perubahan masyarakat
dalam segala aspek-
aspeknya.
 Alex Inkeles, 9 ciri manusia modern.

1) Memiliki sikap hidup yang menerima hal-hal yang


baru dan terbuka untuk perubahan.
2) Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat
atau opini mengenai lingkungannya sendiri atau
kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta
dapat bersikap demokratis.
3) Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke
masa depan daripada masa lalu.
4) Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.
5) Percaya diri.
6) Perhitungan.
7) Menghargai harkat hidup manusia lain.
8) Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
9) Menunjung tinggi suatu sikap di mana imbalan yang
diterima seseorang haruslah sesuai dengan prestasinya
dalam masyarakat.
 Alex Inkeles, 9 ciri manusia modern.

1. Sikap hidup baru dan terbuka untuk


perubahan.
2. Keberanian berpendapat atau opini mengenai
lingkungannya sendiri atau kejadian yang terjadi
jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap
demokratis.
3) Menghargai waktu dan lebih banyak
berorientasi ke masa depan daripada masa lalu.
4) Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.
5) Percaya diri.
6)
 GEJALA MODERNISASI DI INDONESIA
1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
dengan banyaknya penemuan dalam bidang teknologi
guna memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam
melakukan berbagai aktivitas sehari-hari.
2. Bidang Ekonomi
1) Mengembangkan persaingan
2) Memberdayakan pengusaha kecil
3) Mengembangkan hubungan kemitraan
3. Bidang Politik
Keberhasilan pembangunan politik semakin
memantapkan tatanan kehidupan politik dan kenegaraan
yang berdasarkan demokrasi Pancasila, memantapkan
perkembangan organisasi sosial kesadaran berpolitik
rakyat.
4. Bidang Agama
pada kaidah-kaidah agama yang dijamin dan dikuatkan
dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2
Dampak Modernisasi di
Indonesia
 Perubahan Tata Nilai dan Sikap
 Pola Hidup Konsumtif
 Sikap Individualistik
 Gaya Hidup Kebarat-baratan
 Urbanisasi
 Kesenjangan Sosial Ekonomi
 Pencemaran Lingkungan Alam
 Kriminalitas
 Lunturnya Eksistensi Jati Diri Bangsa
KESIMPULAN DAN SARAN
 Modernisasi adalah proses yang meliputi
berbagai aspek kehidupan manusia
 Modernisasi dapat terwujud apabila
masyarakatnya memiliki individu yang
mempunyai sikap modern
 Makna modernisasi mesti diresapi makna
eksistensinya tanpa
mencampuradukannya dengan makna
westernisasi
Terimakasih
LEMBAGA SOSIAL

Pendahuluan

Dalam modul sebelumnya, Anda telah mempelajari arah perubahan dan


modernisasi. Dalam modul ini, Anda diajak untuk mempelajari fakor penting dalam
perubahan sosial yaitu lembaga sosial. Banyak orang yang menganggap bahwa
lembaga sosial hanya mempunyai satu arti yaitu organisasi atau asosiasi sosial,
padahal lembaga sosial memupunyai beberapa arti yang akan Anda temukan dalam
modul ini. Hal-hal yang akan dijelaskan dalam modul ini antara lain: pengertian
lembaga sosial, fungsi lembaga sosial, proses pertumbuhan lembaga sosial, ciri
umum lembaga sosial, dan tipe lembaga sosial.
Kompetensi khusus yang harus Anda capai setelah mempelajari modul ini
adalah Anda mampu:
1. menjelaskan pengertian lembaga sosial
1. menjelaskan fungsi lembaga sosial
2. menjelaskan proses pertumbuhan lembaga sosial
3. menjelaskan ciri umum lembaga sosial
5. menjelaskan tipe lembaga sosial.

Pengertian Lembaga Sosial


Lembaga sosial dari terjemahan social-institution. Lembaga sosial menunjuk
pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat (Soekanto,1993).
Sementara itu, Koencaraningkrat memakai pranata sosial untuk menjelaskan lembaga
sosial ini. Pranata sosial adalah suatu sistem tata-kelakuan dan hubungan yang
berpusat kepada kegiatan-kegiatan untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam
kehidupan masyarakat. Istilah lain yang dipakai untuk menjelaskan lembaga sosial ini
adalah bangunan sosial yang diterjemahkan dari Sozile-Gebilde, yang
menggambarkan bentuk dan susunan sosial institution.

Lembaga Sosial (Suprijanto) 53


Menurut Soekanto (1993), pengertian lembaga sosial (lembaga
kemasyarakatan) disamping menunjuk pada bentuk juga menunjuk abstrak. Abstrak
dalam arti norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri lembaga
itu. Dalam perkembangannya lebih lanjut, norma-norma itu berkelompok-kelompok
pada berbagai kebutuhan pokok kehidupan manusia. Sebagai contoh, kebutuhan
hidup kekerabatan menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti keluarga
batih, pelamaran, perkawinan, dan sebagainya; Kebutuhan akan pencaharian hidup
menimbulkan lembaga kemasyarakatan seperti peetanian, peternakan, perikanan, dan
sebagainya; Kebutuhan akan pendidikan menimbulkan lembaga lemasyarakatan
seperti pesantren, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi dan sebagainya.
Dari kesemuanya itu, kemudian Soekanto, 1993, merumuskan definisi
lembaga sosial (lembaga kemasyarakartan) sebagai berikut: lembaga sosial (lembaga
kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar
pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan mesyarakat.
Selanjutnya Soekanto menjelaskan bahwa jika norma-norma tersebut
diwujudkan dalam hubungan antar manusia, maka disebut organisasi sosial. Jadi
wujud konkrit dari lembaga sosial tersebut adalah organisasi atau asosiasi sosial.
Sebagai contoh, universitas merupakan lembaga sosial, sedangkan universitas
Indonesia, universitas Gajah Mada, Universitas Lambung Mangkurat dan universitas
yang lain merupakan asosiasi.

Fungsi Lembaga Sosial


Lembaga sosial mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus
bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakat terutama menyangkut kebutuhan pokok.

2. Menjaga keutuhan masyarakat.

Lembaga Sosial (Suprijanto) 54


3. Memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian
sosial (social control), dalam arti sistem pengawasan masyarakat terhadap
tingkah-laku anggota-anggotanya.

Untuk memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang bagaimana


mereka harus bertindak, dan untuk menjaga hubungan antara anggota masyarakat
maka diciptakanlah norma-norma. Norma-norma tersebut mempunyai kekuatan
mengikat yang berbeda-beda. Berdasarkan kekuatan mengikat tersebut, norma-norma
dapat dibagi menjadi 4 pengertian:

1. Cara (usage). Cara adalah suatu bentuk perbuatan. Penyimpangan terhadapnya


tidak mengakibatkan hukuman yang berat, tetapi hanya sekedar celaan. Contoh,
orang mempunyai cara masing-masing untuk minum atau makan pada waktu
bertemu. Ada yang minum atau makan tanpa mengeluarkan bunyi, ada pula yang
mengeluarkan bunyi. Setelah minum atau makan juga ada yang tidak
mengeluarkan bunyi, ada yang mengeluarkan bunyi tanda rasa puas hilangnya
rasa haus atau lapar. Yang terakhir biasanya dianggap sebagai perbuatan yang
kurang sopan. Jika dilakukan juga , maka paling banyak orang yang minum atau
makan bersama dengannya akan merasa tersinggung dan mencela.

2. Kebiasaan (folkways). Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan berulang-


ulang dalam bentuk yang sama. Jika perbuatan itu tidak dilakukan, maka
dianggap sebagai suatu penyimpangan terhadap kebiasaan umum dalam
masyarakat dan akan dipersalahkan dan dicela. Contoh, kebiasaan menghormati
orang-orang yang lebih tua.

3. Tata kelakuan (mores). Tata kelakuan adalah kebiasaan yang dianggap sebagai
cara berperilaku dan diterima sebagai norma pengatur. Tata-kelakuan di satu
pihak memaksakan suatu perbuatan dan di lain pihak melarangnya, sehingga
secara langsung merupakan alat agar anggota masyarakat menyesuaikan
perbuatannya dengan tata-kelukan tersebut. Penyimpang atau pelanggaran tata-
kelakuan ini akan mendapat hukuman. Contoh, bagi orang yang melakukan

Lembaga Sosial (Suprijanto) 55


kejahatan, masyarakat akan menghukumnya. Tata kelaukan ini sangat penting,
karena: (a) memberikan batas-batas pada perilaku individu, (b) mengidentifikasi
individu dengan kelompoknya, dan (c) menjaga solidaritas.

4. Adat istiadat (customs). Adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan kuat
integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Jika adat dilanggar,
sanksinya keras dan dapat mengakibatkan penderitaan bagi pelanggarnya.
Contoh, hukum adat yang melarang terjadinya penceraian antara suami-isteri
yang berlaku pada umumnya di Lampung. Jika hal itu dilakukan juga, maka
tidak hanya yang bersangkutan yang tercemar namanya, tertapi seluruh keluarga
dan bahkan seluruh sukunya. Untuk menghilangkan kecemaran tersebut
diperlukan suatu upacara adat khusus yang membutuhkan biaya yang sangat
besar. Biasanya orang yang melakukan pelanggaran tersebut dikeluarkan dari
masyarakatnya.

Agar anggota masyarakat mematuhi norma-norma yang berlaku,


diciptakanlah sistem pengendalian sosial (sosial control). Sistem pengendalian sosial
ini pada prakteknya selalu disesuaikan dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang
berlaku dalam masyarakat. Pengedalian sosial ini dapat dilakukan oleh individu
terhadap individu lain, oleh kelompok terhadap kelompok lain, atau oleh kelompok
terhadap individu.
Pengendalian sosial terutama bertujuan untuk mencapai keserasian stabilitas
dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat, atau keserasian kepastian dengan
keadilan. Jika ditinjau dari sifatnya, pengendalian sosial dapat dibedakan menjadi dua
pengedalian, yaitu: (1) preventif atau pencegahan dan (2) represif atau tindakan
penjatuhan sanksi kepada pelanggar.
Pengendalian sosial dapat dilakukan dengan cara:
1. Mempertebal keyakinan anggota masyarakat akan kebaikan norma-norma
masyarakat yang berlaku.

2. Memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang taat kepada norma-


norma masyarakat.

Lembaga Sosial (Suprijanto) 56


3. Memberikan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota jika mereka menyimpang
atau melanggar norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

4. Menimbulkan rasa takut kepada anggota yang melanggar atau menyimpang dari
norma-norma masyarakat.

5. Menciptakan sistem hukum, yaitu sistem tata-tertib dengan sanksi yang tegas
bagi pelanggar.

Proses Pertumbuhan Lembaga Sosial


Agar lembaga sosial khususnya norma masyarakat dapat dikenal, diterima,
diakui, dihargai, dan ditaati, ada suatu proses yang harus dilaluinya. Proses itu adalah:

1. Proses pelembagaan (institutionalization). Proses pelembagaan suatu normal


masyarat adalah proses yang dilewati oleh norma masyarakat yang baru untuk
menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan (lembaga sosial), yakni
dikenal, diterima, diakui, dihargai, dan kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-
hari oleh setiap anggota masyarakat.
2. Proses internalisasi (internalization). Proses internaliasi merupakan kelanjutan
dari proses pelembagaan. Proses internalisasi suatu normal masyarakat adalah
proses di mana norma tersebut mendarah-daging dalam jiwa anggota masyarakat.

Ciri Umum Lembaga Sosial


Menurut Gillin dan Gillin lembaga sosial mempunyai ciri umum sebagai
berikut:
1. Suatu lembaga sosial adalah suatu organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola
perilaku yang terwujud melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan hasil-
hasilnya.

2. Lembaga sosial mempunyai tingkat kekekalan tertentu.

3. Lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.

Lembaga Sosial (Suprijanto) 57


4. Lembaga sosial mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk
tujuan lembaga sosial yang bersangkutan.

5. Lembaga sosial biasanya mempunyai lambang-lambang tertentu.

6. Lembaga sosial mempunyai suatu tradisi yang tertulis maupun yang tidak
tertulis.

Tipe Lembaga Sosial


Lembaga sosial dapat dikelompokkan majadi beberapa tipe berdasarkan
beberapa sudut pandang sebagai berikut: dari sudut perkembangannya, (2) dari sudut
sistem nilai yang diterima masyarakat, (3) dari sudut penerimaan masyarakat, (4) dari
sudut penyebarannya, dan (5) dari sudut fungsinya.

1. Dari sudut perkembangan lembaga sosial dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
(1) crescive institutions dan (2) enacted institutions.
Crescive institutions adalah lembaga yang paling primer, merupakan
lembaga yang secara tidak sengaja tumbuh dari adat-istiadat masyarakat. Contoh:
hak milik, lembaga perkawinan, agama, dan lain-lain.
Enacted institutions adalah lembaga yang secara disengaja dibentuk untuk
memenuhi tujuan tertentu. Contoh: lembaga hutang-piutang, lembaga
perdagangan, lembaga pendidikan, yang kesemuanya berakar dari kebiasaan
masyarakat. Pengalaman melaksanakan kebiasaan ini kemudian disistematisasi
dan diatur untuk kemudian dituangkan dalam lembaga-lembaga yang disayahkan
oleh pemerintah.

2. Dari sudut nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat, lembaga sosial dibagi
menjadi (1) basic institutions dan (2) subsidiary institutions.
Basic institutions adalah lembaga yang dianggap sangat penting untuk
memelihara dan mempertahankan tata-tertib dalam masyarakat. Contoh:
keluarga, sekolah-sekolah.
Subsidiary institutions adalah lembaga yang dianggap kurang peting olah
masyarakat. Contoh: kegiatan-kegiatan rekreasi.

Lembaga Sosial (Suprijanto) 58


Ukuran untuk menentukan suatu lembaga dianggap sebagai basic atau subsidiary
institutions berbeda dari masyarakat yang satu ke masyarakart yang lain dan juga
berbeda dari masa yang satu ke masa yang lain saat masyarakat itu hidup.

3. Dari sudut penerimaan masyarakat, lembaga sosial dapat dibedakan menjadi


(1) approved (sanctioned) institutions dan (2) unsactioned institutions.
Approved (sanctioned) institutions adalah lembaga yang diterima oleh
masyarakat. Contoh: sekolah, perusahaan dagang, dan lain-lain.
Unsanctioned institutions adalah lembaga yang tidak diterima atau ditolak
oleh masyarakat, walaupun masyarakat tidak berhasil untuk memberantasnya.
Contoh: kelompok penjahat, pemeras, preman, pencoleng, dan lain-lain.

4. Dari sudut penyebarannya, lembaga sosial dapat dibedakan menjadi (1) general
institutions dan (2) restricted institutions.
General institutions adalah lembaga yang hampir dikenal di seluruh dunia.
Contoh: agama, negara, bangsa, dan lain-lain.
Restricted institutions adalah lembaga sosial yang terbatas dikenal dan
diakui oleh masyarakat tertentu saja. Contoh: agama Islam, Katolik, Hindu,
Buda, dan lain-lain.

5. Dari sudut fungsinya, lembaga sosial dapat dibagi menjadi (1) operatif\ve
institutions dan (2) regulative institutions.
Operative institutions adalah lembaga sosial yang menghimpun pola-pola
atau cara-cara yang diperlukan untuk memcapai tujuan lembaga yang
bersangkutan. Contoh: lembaga industrialisasi.
Regulative institutions adalah lembaga sosial yang bertujuan mengawasi
adat-istiadat atau tata-kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak dari lembaga
tersebut. Contoh: lembaga hukum, kejaksaan, pengadilan, dll.

Lembaga Sosial (Suprijanto) 59


Latihan

Jawablah pertanyaan di bawah ini secara singkat:


1. Jelaskan pengertian lembaga sosial.
2. Jelaskan fungsi lembaga sosial.
3. Jelaskan norma-norma menurut kekuatan pengikatnya.
4. Jelaskan lima golongan alat pengendalian sosial .
5. Jelaskan proses penumbuhan lembaga sosial.
6. Jelaskan ciri umum lembaga sosial menurut Gillin dan Gillin.
7. Jelaskan beberapa tipe lembaga sosial.

Rangkuman
Dalam bab ini telah dijelaskan hal-hal sebagai berikut: pengertian lembaga
sosial, fungsi lembaga sosial, proses penumbuhan lembaga sosial, ciri utama lembaga
sosial, dan jenis lembaga sosial.
Menurut Soekanto (1993), lembaga sosial adalah himpunan norma-norma
segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan
mesyarakat.
Lembaga sosial mempunyai beberapa fungsi, antara lain: (1) memberikan
pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau
bersikap, (2) menjaga keutuhan masyarakat, (3) memberi pegangan kepada
masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control).
Selanjutnya pengendalian sosial dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut: (1) mempertebal keyakinan anggota masyarakat akan kebaikan norma-norma
masyarakat yang berlaku, (2) memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat
yang taat, (3) memberikan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota jika mereka
menyimpang, (4) menimbulkan rasa takut kepada anggota yang melanggar,
(5) menciptakan sistem hukum, yaitu sistem tata-tertib dengan sanksi yang tegas bagi
pelanggar.

Lembaga Sosial (Suprijanto) 60


Penumbuhan lembaga sosial atau normal masyarakat agar dapat dikenal,
diterima, diakui, dihargai, dan ditaati berlangsung melalui dua proses, yakni:
(1) proses pelembagaan dan (2) proses internalisasi.
Menurut Gillin dan Gillin lembaga sosial mempunyai ciri umum sebagai
berikut: (1) lembaga sosial adalah suatu organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola
perilaku yang terwujud melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan hasil-hasilnya,
(2) mempunyai tingkat kekekalan tertentu, (3) mempunyai satu atau beberapa tujuan
tertentu, (4) mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk tujuannya,
(5) mempunyai lambang-lambang tertentu, dan (6) mempunyai suatu tradisi yang
tertulis maupun yang tidak tertulis.
Ada beberapa tipe lembaga sosial, yaitu: dari sudut perkembangannya:
crescive dan enacted institutions; dari sudut nilai-nilai yang diterima oleh
masyarakatnya: basic dan subsidiary institutions; dari sudut penerimaan masyarakat:
approved dan unsactioned institutions; dari sudut penyebarannya: general dan
restricted institutions.

Daftar Pustaka
Soekanto, Soerjono. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
------------------------. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.

Lembaga Sosial (Suprijanto) 61


Lembaga Sosial (Suprijanto) 62
Lembaga Sosial (Suprijanto) 63
Lembaga Sosial (Suprijanto) 64
Lembaga Sosial (Suprijanto) 65
Lembaga Sosial (Suprijanto) 66
KELEMBAGAAN PETANI
*

B
SUSAHNYA
JADI PENYULUH…………….

Tidaklah seseorang dikatakan mampu memimpin orang lain….


sebelum dia mampu memimpin dirinya sendiri………..
*
LATAR BELAKANG

1. Kelembagaan tani sebagai penghantar (katalis) inter dan


antara masyarakat desa dengan masyarakat luar desa.
2. Sebagai wadah membangun diri dan komunitasnya, wadah
belajar, wadah menyelesaikan permasalahan, wadah
mengelola inovasi, dan wadah menuju perubahan.
3. Kurang dinamisnya kelembagaan mengakibatkan semakin
lemahnya posisi tawar petani dalam berbagai konteks dan
relasi,
4. Pembinaan kelembagaan tani perlu dilakukan secara
berkesinambungan, diarahkan pada perubahan pola pikir
petani dalam menerapkan sistem agribisnis

munanto haris 5
DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 Pasal 19


ayat 4 : tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan, dipandang perlu
menetapkan Pedoman Pembinaan Kelembagaan
Petani;
2. Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
82/permentan/OT.140/8/2013, Tentang Pedoman
Pembinaan kelompok tani dan gabungan kelompok
tani

munanto haris 6
*

1. Kurang dipahami arti dari kelembagaan/


organisasi oleh pengurus maupun anggota;
2. Belum jelas tujuan dibentuknya kelemba-
gaan/organisasi petani;
3. Pembagian kewajiban dan hak pengurus dan
anggota kurang jelas;
4. Sebagian besar lembaga/organisasi petani tidak
menyusun rencana kerja. Bagi lembaga/
organisasi yang telah mempunyai rencana kerja,
sebagian besar penyusunannya belum
partisipatif;

munanto haris
7
Lanjutan …..

5. Lembaga/organisasi petani dalam melaksanakan


kegiatannya hanya dikendalikan oleh beberapa
pengurus inti;
6. Masih rendahnya kepemimpinan dan kemandirian
petani dan pelaku usaha tani;
7. Masih rendahnya posisi tawar petani terhadap penentu
kebijakan publik dan dunia usaha,
8. Lemahnya akses lembaga/organisasi/petani terhadap ;
(a). Lembaga keuangan, (b). Lembaga pemasaran, (c).
Lembaga penyedia sarana produksi pertanian, dan (d).
Sumber informasi.

munanto haris
8
PENGERTIAN KELOMPOK TANI

1. Kelompoktani adalah kumpulan Petani/peternak/pekebun


yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan
kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota.
2. Kontak tani adalah ketua atau mantan ketua kelompok tani
kepemimpinannya dalam menggerakkan anggota/petani
untuk mengembangkan usahanya.
3. Gabungan kelompoktani (GAPOKTAN) adalah kumpulan
beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama
untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

munanto haris 9
Ciri-Ciri Kelompoktani

1. Saling mengenal, akrab dan saling percaya


diantara sesama anggota,
2. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang
sama dalam berusaha tani,
3. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau
pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha,
status ekonomi maupun sosial, bahasa,
pendidikan dan ekologi.
4. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab
sesama anggota berdasarkan kesepakatan
bersama.
munanto haris 10
Unsur Pengikat Kelompoktani

1. Adanya kepentingan yang sama diantara para


anggotanya,
2. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung
jawab bersama diantara para anggotanya,
3. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk
menggerakkan para petani dan kepemimpinannya
diterima oleh sesama petani lainnya,
4. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya
oleh sekurang kurangnya sebagian besar
anggotanya,
5. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh
masyarakat setempat untuk menunjang program
yang telah ditentukan.
munanto haris 11
Pelaksanaan penumbuhan kelompok tani

munanto haris 12
Persiapan Penumbuhan Kelompoktani

1. Tingkat pemahaman petani tentang kelembagaan petani;


2. Kondisi petani dan keluarganya;
3. Kondisi usahatani yang ada;
4. Domisili dan sebaran penduduk, serta jenis usahatani;
5. Organisasi sosial masyarakat yang sebagian anggotanya
belum menjadi anggota poktan;
6. Jumlah petani yang belum menjadi anggota poktan, dalam
satu wilayah RW/dusun dan/atau dalam satu
desa/kelurahan.
Advokasi (memberikan saran dan pendapat)

1. Pengertian tentang poktan meliputi ruang lingkup poktan,


tujuan dan manfaat berkelompok untuk kepentingan
usahatani dan hidup bermasyarakat yang lebih baik;
2. Proses dan langkah-langkah dalam penumbuhan poktan;
3.munanto
Penyusunan
haris
rencana kerja dan
14
cara kerja poktan
Penyuluhan melalui pertemuan kelompok-kelompok

1. Pemahaman tentang poktan, yang meliputi:


Kewajiban dan hak setiap petani yang menjadi
anggota poktan, serta para pengurus poktan;
2. Fungsi poktan;
3. Ketentuan yang berlaku dalam poktan;
4. Syarat-syarat menjadi calon anggota poktan;
5. Ciri-ciri poktan yang kuat dan mandiri
lanjutan

6. Sosialisasi tentang penumbuhan poktan kepada masyarakat, terutama


tokoh-tokoh petani setempat dan aparat desa/kelurahan;
a) Penumbuhan poktan dilakukan dalam pertemuan atau musyawarah petani
yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, pamong desa/kelurahan, penyuluh
pertanian sebagai mitra kerja petani dan instansi terkait;
b) Selanjutnya kesepakatan membentuk poktan dituangkan dalam surat
pernyataan yang diketahui oleh penyuluh pertanian;
c) Pemilihan pengurus kelompok dilakukan secara musyawarah dan mufakat
oleh seluruh anggota.
d) Dibuat berita acara yang disahkan oleh kepala desa/lurah dan diketahui
oleh penyuluh pertanian;
7. Sebagai tindak lanjut dari penumbuhan kelompoktani dan pemilihan
pengurus, maka diadakan pertemuan lanjutan yang dihadiri seluruh
anggota untuk menyusun dan/atau menetapkan rencana kerja
kelompok.
DASAR PENUMBUHAN KELOMPOK TANI

munanto haris 17
Prinsip/Proses
Penumbuhan

Pemahaman Penyadaran Motivasi


Lokasi Diri Aktivitas
Sasaran Potensi Pendapatan
Daya Dukung Peluang Kesejahteraan
Hakekat/martabat

Pendekatan
(Tokoh Masyarakat)

Identifikasi/ Rapat Pertemuan Tokoh


Inventarisasi Pembentukan Masyarakat

Pengukuhan
Oleh Kep. Desa
1. Adanya kepentingan dan tujuan bersama,
2. Penumbuhan kelompoktani dapat dari :
a) kelompok-kelompok/organisasi sosial yang
sudah ada,
b) petani dalam satu wilayah, dapat berupa satu
dusun atau lebih, satu desa atau lebih,
c) berdasarkan domisili atau hamparan anggota
kelompoktani 20 sampai 25 petani atau
disesuaikan dengan kondisi lingkungan
masyarakat dan usahataninya.

munanto haris 19
Lanjutan

3. Kegiatan-kegiatan kelompoktani yang dikelola


tergantung kepada kesepakatan anggotanya.
Antara lain ; jenis usaha, unsur-unsur subsistem
agribisnis (pengadaan sarana produksi,
pemasaran, pengolahan hasil pasca panen),

munanto haris 20
munanto haris 21
1. Kebebasan, : menghargai para petani untuk
berkelompok sesuai keinginan dan kepentingannya.
2. Keterbukaan, : penyelenggaraan penyuluhan
dilakukan secara terbuka antara penyuluh dan pelaku
utama serta pelaku usaha;
3. Partisipatif, : semua anggota terlibat dan memiliki hak
serta kewajiban yang sama dalam mengembangkan
serta mengelola kelompoktani, guna terwujudnya
kemandirian kelompoktani.

munanto haris
22
Lanjutan …..

4. Keswadayaan : mengembangkan kemampuan


penggalian potensi diri sendiri para anggota dalam
penyediaan dana dan sarana serta pendayagunaan
sumber daya
5. Kesetaraan : hubungan antara penyuluh, pelaku
utama dan pelaku usaha yang harus merupakan
mitra sejajar;
6. Kemitraan : penyelenggaraan penyuluhan yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip saling
menghargai, saling menguntungkan, saling
memperkuat, dan saling membutuhkan antara
pelaku utama dan pelaku usaha yang difasilitasi
oleh penyuluh;
munanto haris
23
PARADIGMA PENGEMBANGAN
ORGANISASI PETANI

• Kepemimpinan
• Kewirausahaan
• Manajerial

Kemitraan
Usaha
Kemitraan
Kelompok Gabungan Kemitraan
Petani Usaha
tani Kelompok Usaha
tani

INSENTIF Unit Unit Unit Unit


Usaha Jasa Usaha Jasa Usaha jasa Usaha Jasa
• Modal usaha Saprotan Pengolahan Pemasaran Permodalan
• Sarana dan
prasarana
• Penghargaan
GAPOKTAN

1. Pengembangan kelompoktani diarahkan pada peningkatan


kemampuan setiap kelompoktani dalam melaksanakan
fungsinya, menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri.
2. Gabungan beberapa kelompoktani yang berada dalam satu
wilayah administrasi pemerintahan untuk menggalang
kepentingan bersama secara kooperatif.
3. Wilayah kerja GAPOKTAN sedapat mungkin di wilayah
administratif desa/kecamatan, tetapi sebaiknya tidak
melewati batas wilayah kabupaten/kota.

munanto haris 25
Bagan Alur Kerja Gapoktan untuk Poktan

Hasil penjualan + bagi hasil


GABUNGAN GABUNGAN
KELOMPOKTANI KELOMPOKTANI
Penjamin kolektif

Produk Pembiayaan

GABUNGAN
KELOMPOKTANI RDKK

Pupuk
RDKK

Benih & saprotan


GABUNGAN GABUNGAN
KELOMPOKTANI KELOMPOKTANI

munanto haris 26
FUNGSI GAPOKTAN

1. Merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi


kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas dan harga);
2. Penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, kualitas, kontinuitas
dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui
kelompoknya;
3. Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit/
pinjaman kepada para petani yang memerlukan;
4. Melakukan proses pengolahan produk para anggota
(penggilingan, grading, pengepakan dan lainnya) yang dapat
meningkatkan nilai tambah;
5. Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan/menjual
produk petani kepada pedagang/industri hilir.
munanto haris 27
Syarat gapoktan

1. Pendirian poktan minimal telah berusia 2 tahun;


2. Tingkat kemampuan poktan minimal kelas madya;
3. Memiliki usaha kelompok yang sama atau saling
melengkapi;
4. Berada dalam wilayah satu desa/kelurahan atau
kecamatan;
5. Semua anggota kelompok sepakat
membentuk gabungan kelompoktani yang dibuktikan
dengan pernyatan tertulis.
*
STRATEGI PENUMBUHAN DAN
PENGEMBANGAN ORGANISASI PETANI

KELOMPOKTANI GAPOKTAN ASOSIASI

PENGEMBANGAN
SOSIALISASI KEMAMPUAN
KEBIJAKAN ADVOKASI
KELEMBAGAAN

PENUMBUHAN
PENGEMBANGAN
KEPEDULIAN
JARINGAN
MASYARAKAT

PELEMBAGAAN
PENATAAN SISTEM
KELEMBAGAAN PERENCANAAN
PARTISIPATIF

PENGUATAN
AKUNTABILITAS
KELEMBAGAAN
LEMBAGA
SOSIAL/KEMASYARAKATAN
LEMBAGA
SOSIAL/KEMASYARAKATAN

Istilah Lembaga Sosial/Kemasyarakatan secara


umum digunakan dalam kajian
Antropologi/sosiologi yang diterjemahkan dari
kata “Social Institution”. tetapi hingga kini belum
ada kata sepakat mengenai istilah Indonesia apa
yang dengan tepat dapat menggambarkan isi
social-institution tersebut. Ada yang
mempergunakan istilah pranata-sosial dan ada
pula menggunakan istilah Lembaga
PENDAPAT PARA AHLI

ALVIN L BERTRAND MENYATAKAN


BAHWA LEMBAGA SOSIAL PADA
HAKEKATNYA ADALAH KUMPULAN-
KUMPULAN DARI NORMA-NORMA
SOSIAL YANG TELAH DICIPTAKAN
UNTUK DAPAT MELAKSANAKAN
FUNGSI MASYARAKAT. INSTITUSI
TERSEBUT MELIPUI KUMPULAN-
KUMPULAN NORMA-NORMA DAN
BUKAN NORMA-NORMA YANG
BERDIRI SENDIRI.
PENDAPAT PARA AHLI

Soerjono Soekamto, menyatakan bahwa


lembaga (social Institutions) adalah
himpunan dari norma-norma dari segala
tingkatan yang berkisar pada suatu
kebutuhan pokok di dalam kehidupan
masyarakat.
PENDAPAT PARA AHLI

KOENTJARANINGRAT MENGATAKAN PRANATA


SOSIAL ADALAH SUATU SISTEM TATA KELAKUAN DAN
HUBUNGAN YANG BERPUSAT KEPADA AKTIVITAS-
AKTIVITAS UNTUK MEMENUHI KOMPLEKS-
KOMPLEKS KEBUTUHAN KHUSUS DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT. DEFINISI TERSEBUT
MENEKANKAN PADA SISTEM TATA KELAKUAN ATAU
NORMA-NORMA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN.
FUNGSI INSTITUSI LOKAL

MEMBERIKAN PEDOMAN PADA ANGGOTA


MASYARAKAT, BAGAIMANA MEREKA HARUS
BERTINGKAH-LAKU ATAU BERSIKAP DI
DALAM MENGHADAPI MASALAH-MASALAH
DALAM MASYARAKAT, TERUTAMA YANG
MENYANGKUT KEBUTUHAN-KEBUTUHAN.
.
FUNGSI LEMBAGA SOSIAL
MENJAGA KEUTUHAN MASYARAKAT,

MEMBERIKAN PEGANGAN KEPADA


MASYARAKAT UNTUK MENGADAKAN
SISTEM PENGENDALIAN SOSIAL (SOCIAL
CONTROL). ARTINYA, SISTEM PENGAWASAN
MASYARAKAT TERHADAP TINGKAH-LAKU
ANGGOTA-ANGGOTANYA.
Ciri-Ciri Umum Lembaga Sosial
Suatu Lembaga Sosial adalah organiasi pola-pola
pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud
melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan
hasil-hasilnya. Lembaga kemasyarakatan terdiri
dari adat-istiadatnya, tata-kelakuan, kebiasaan
serta unsur-unsur kebudayaan lainnya yang secar
langsung maupun tidak langsung tergabung dalam
satu unit yang fungsional.
Ciri-Ciri Umum Lembaga
Sosial,
• Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan
ciri dari semua Institusi lokal kemasyarakatan.
Sistem-sistem kepercayaan dan aneka macam
tindakan, baru akan menjadi bagian lembaga
kemasyarakatan setelah melewati waktu yang
relatif lama.
• Lembaga-lembaga kemasyarakatan biasanya
juga berumur lama, karena pada umumnya
orang menganggapnya sebagai himpunan
norma-norma yang berkisar pada kebutuhan
pokok masyarakat yang sudah sewajarnya
harus dipelihara.
Ciri-Ciri Umum Lembaga Sosial
• Lembaga Sosial mempunyai satu atau
beberapa tujuan tertentu. Mungkin tujuan-
tujuan tersebut tidak sesuai atau sejalan
dengan fungsi lembaga yang bersangkutan,
apabila dipandang dari sudut kebudayaan
secara keselumhan. Pembedaan antara tujuan
dengan fungsi sangat penting oleh karena
tujuan suatu Institusi lokal adalah tujuan pula
bagi golongan masyarakat tertentu dan
golongan masyarakat bersangkutan pasti akan
berpegang teguh padanya.
Ciri-Ciri Umum Lembaga Sosial
• Sebaliknya, fiingsi sosial lembaga tersebut,
yaitu peranan lembaga tadi dalam sistem
sosial dan kebudayaan masyarakat, mungkin
tak diketahui atau disadari golongan
masyarakat tersebut. Mungkin fungsi tersebut
baru disadari setelah diwujudkan dan
kemudian ternyata berbeda dengan tujuannya.
Umpama lembaga perbudakan, ternyata
bertujuan untuk mendapatkan tenaga buruh
yang semurah-murahnya, tetapi di dalam
pelaksanaan teniyata sangat mahal.
Ciri-Ciri Umum Lembaga Sosial
• Institusi lokal mempunyai alat-alat
perlengkapan yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan lembaga bersangkutan,
seperti bangunan, peralatan, mesin dan lain
sebagainya. Bentuk serta penggunaan alat-alat
tersebut biasanya berlainan antara satu
masyarakat dengan masyarakat lain. Misalnya,
gergaji Jepang dibuat sedemikian rupa
sehingga alat tersebut akan memotong apabila
ditarik. Sebaliknya gergaji Indonesia baru
memotong apabila didorong.
Ciri-Ciri Umum Institusi lokal,
• Lambang-lambang biasanya juga merupakan
ciri khas dari lembaga kemasyarakatan.
Lambang-lambang tersebut secara simbolis
menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga
yang bersangkutan. Sebagai contoh, kesatuan-
kesatuan Angkatan Bersenjata, masing-masing
mempunyai panji-panji; perguruan-perguruan
linggi seperti Universitas, Institut dan lain-
lainnya masing-masing mempunyai lambang-
lambangnya dan lain-lain lagi. Kadang-kadang
lambang tersebut berwujud tulisan-tulisan
atau slogan-slogan.
Ciri-Ciri Umum Lembaga Sosial
• Suatu Institusi lokal mempunyai tradisi
tertulis ataupun yang tak tertulis, yang
merumuskan tujuannya, tata-tertib yang
berlaku dan lain-lain. Tradisi tersebut
merupakan dasar bagi lembaga itu di dalam
pekerjaannya memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pokok masyarakat, di mana
lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi
bagiannya.
TIPE-TIPE LEMBAGA
SOSIAL/KEASYARAKATAN
• Crescive institutions dan enacted institutions
yang merupakan klasifikasi dari sudut
perkembangannya. Crescive institutions yang
juga disebut lembaga-lembaga paling primer,
merupakan lembaga-lembaga yang secara tak
disengaja tumbuh dari adat-istiadat
masyarakat. Contohnya adalah hak milik,
perkawinan, agama, dan seterusnya.
TIPE-TIPE LEMBAGA SOSIAL
• Enacted institutions dengan sengaja dibentuk
untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya
lembaga utang-piutang. lembaga perdagangan
dan lembaga-lembaga pendidikan, yang
kesemuanya berakar pada kebiasaan-
kebiasaan dalam masyarakat Pengalaman
melaksanakan kebiasaan-kebiasaan tersebut
kemudian disistematisasi dan diatur untuk
kemudian dituangkan ke dalam -lembaga-
lembaga yang disahkan oleh negara.
TIPE-TIPE Lembaga Sosial
• Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima
masyarakat, timbul klasifikasi atas Basic
Institutions dan Subsidiary institutions. Basic
institutions dianggap sebagai lembaga
kemasyarakatan yang sangat penting untuk
memelihara dan mempertahankan tata-tertib
dalam masyarakat
TIPE-TIPE Lembaga Sosial
• Dari sudut penerimaan masyarakat dapat
dibedakan approved atau social sanctioned-
institutions dengan unsanctioned institutions.
Approved atau social sanctioned institutions,
adalah lembaga-lembaga yang diterima
masyarakat seperti misalnya sekolah,
perusahaan dagang dan lain-lain. Scbaliknya
adalah unsanctioned institutions yang ditolak
oleh masyarakat, walau masyarakat kadang-
kadang tidak berhasil memberantasnya.
Misalnya kelompok penjahat, pemeras,
pencolcng dan sebagainya
TIPE-TIPE Lembaga Sosial
• Pembedaan antara general institutions
dengan restricted institutions, timbul apabila
klasifikasi tersebut didasarkan pada faktor
penyebarannya. Misalnya agama merupakan
suatu genefal institution, karena dikenal oleh
hampir semua masyarakat dunia. Sedangkan
agama-agama Islam, Protestan, Katolik,
Buddha dan lain-lainnya, merupakan
restricted institution, oleh karena dianut oleh
masyarakat-masyarakat tertentu di dunia ini.
TIPE-TIPE Lembaga Sosial
• Sudut fungsinya terdapat pembedaan
operative institutions dan regulative
institutions. Yang pertama berfungsi sebagai
lembaga yang menghimpun pola-pola atau
tata-cara yang diperlukan untiric mencapai
tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti
misalnya lembaga industrialisasi. Yang kedua,
bertujuan untuk mengawasi adat-istiadat atau
tata-kelakuan yang tidak menjadi bagian
mutlak lembaga itu sendiri. Suatu contoh
adalah lembaga-lembaga hukum seperti
kejaksaan, pengadilan dan sebagainya.
KEBUDAYAAN

Pengertian Kebudayaan
Menurut Taylor, E.B. (1871) kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain-lain
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
Sementara itu, menurut Selo Soemardjan dan Soemardi, kebudayaan adalah
hasil karya, rasa, cipta masyarakat. Karya menghasilkan teknologi dan kebudayaan
kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material cultural) yang diperlukan oleh
manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar hasilnya dapat disumbangkan untuk
keperluan masyarakat. Rasa dapat mewujudkan segala kaidah dan nilai sosial yang
diperlukan untuk mengatur masalah masyarakat yang lebih luas. Hal-hal yang
termasuk rasa adalah agama, ideologi, kesenian, dan semua unsur yang merupakan
ekspresi jiwa manusia. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir
yang menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan. Rasa dan cipta dinamakan
kebudayaan rohaniah (spiritual atau immaterial culture).
.
Unsur-unsur Kebudayaan
Menurut Kluckhohn dalam karyanya berjudul Universal Catagories of
Culture, kebudayaan mempunyai tujuh unsur, yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia. Termasuk pakaian, alat rumah


tangga, senjata, alat (sarana) produksi, transportasi, dan lain-lain.

2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi. Termasuk pertanian,


peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan lain-lain.

3. Sistem masyarakat. Termasuk sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem


hukum, sistem perkawinan.

Kebudayan (Suprijanto) 72
4. Bahasa. Termasuk bahasa lisan dan bagasa tertulis.

5. Kesenian. Termasuk seni rupa, seni suara, senigerak, dan lain-lain.

6. Sistem pengetahuan.

7. Religi atau sistem kepercayaan.

Cultural universals oleh Ralph Linton dijabarkan menjadi unsur-unsur yang


lebih kecil yang disebut cultural activity. Sebagai contoh: cultural universals
pencaharian hidup dan ekonomi mencakup cultural activity pertanian, peternakan,
sistem distribusi, dan lain-lain. Selanjutnya cultural acativity ini dijabarkan menjadi
unsur-unsur yang lebih kecil yang disebut dengan trait-complex. Sebagai contoh
cultural activity pertanian menetap meliputi unsur-unsur (trait-complex) irigasi,
sistem pengolahan tanah dengan bajak, sistem hak milik, dan lain-lain. Seterusnya
trait-complex sistem pengolahan dengan bajak dapat dipecah lagi menjadi unsur-
unsur yang lebih kecil (trait), misalnya, hewan penarik bajak, teknik mengendalikan
bajak, dan lain-lain. Sampai akhirnya sebagai unsur kebudayan yang terkecil yang
membentuk trait adalah item, misalnya bajak. Bajak sendiri merupakan gabungan
alat-alat atau bagian-bagian yang dapat dilepaskan, tetapi masih tetap merupakan
suatu kesatuan. Jika salah satu bagian bajak hilang, maka bajak tidak akan dapaat
berfungsi.

Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat


Kebudayaan berfungsi untuk melindungi diri terhadap alam sekitarnya,
memenuhi kebutuhan manusia dalam batas-batas tertentu, mengatur hubungan antara
manusia, dan sebagai wadah dari segenap perasaan dan ekspresi jiwa manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan berbagai kekuatan, seperti
kekuatan alam, kekuatan-kekuatan dalam masyarakat sendiri yang tidak tentu baik
baginya. Hasil karya manusia menghasilkan teknologi atau kebudayaan kebendaan
yang dapat berfungsi untuk melindungi masyarakat terhadap lingkungannya.
Teknologi pada hakikatnya mencakup sedikitnya tujuh unsur, yakni
(Koencaraningkrat):

Kebudayan (Suprijanto) 73
1. alat-alat produksi
2. senjata
3. wadah (tempat)
4. makanan dan minuman
1. pakaian dan perhiasan
2. tempat berlindung dan perumahan
3. alat-alat transpor.
Manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik di bidang material
maupun spiritual. Kebutuhan-kebutuhan tersebut untuk sebagian dapat dipenuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.
Karya masyarakat dapat mewujudkan norma dan nilai sosial yang sangat
diperlukan untuk mengatur tata-tertib dalam pergaulan masyarakat atau hubungan
antar anggota masyarakat. Karsa dapat diartikan sebagai daya upaya manusia yang
dapat digunakan untuk melindungi terhadap kekuatan-kekuatan buruk dalam
masyarakat.
Kebiasaan yang baik dapat dijadikan patokan bagi orang lain, diakui dan
diikuti orang lain dan bahkan dapat menjadi peraturan. Semenyara itu, pola perilaku
dan norma sosial akan dilakukan jika seorang berhubungan dengan orang-orang lain.
Kebiasaan tidak dilakukan dalam hubungannya dengan orang lain.
Jika manusia sudah dapat mempertahankan diri dan menyesuaikan diri
terhadap alam, dan dapat hidup dengan manusia-manusia lain dengan damai, maka
timbullah keinginan manusia untuk menciptakan sesuatu untuk mengekspresikan
perasaan dan keinginannya kepada orang lain, hal mana juga merupakan fungsi
kebudayaan. Jadi kebudayaan merupakan wadah manusia mengekspresikan perasaan
dan jiwanya.

Sifat Hakikat Kebudayaan


Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang berbeda satu sama
lain, tetapi setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku bagi semua
kebudayaan di manapun. Sifat hakikat kebudayaan terebut adalah sebagai berikut:

Kebudayan (Suprijanto) 74
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia.
2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi
tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya generasi yang bersangkutan.

3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah-lakunya.

4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,


tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang
dan yang diizinkan.

Jika sesorang ingin memahami sifat hakikat kebudayaan yang esensial, maka
terlebih dahulu harus memecahkan pertentangan-pertentangan yang ada di dalam sifat
itu:

1. Kebudayaan bersifat universal. Namun, perwujudan kebudayaan mempunyai ciri


khusus yang sesuai dengan situasi, lokasi, dan pengalaman atau latar
belakangnya. Contoh: bangsa Indonesia, bangsa Malaysia, bangsa Amerika,
bangsa Eropa mempunyai kebudayaan (jadi bersifat universal). Namun, masing-
masing kebudayaan memunyai ciri-ciri khusus yang berbeda dengan yang lain.

2. Kebudayaan bersifat stabil di samping sifat dinamis, dan setiap kebudayaan


mengalami perubahan-perubahan yang kontinu. Setiap kebudayaan pasti
mengalami perubahan atau perkembangan, hanya kebudayaan yang mati yang
bersifat statis. Sering suatu perubahan dalam kebudayaan tidak disadari oleh
anggota masyarakat. Contoh, jika kita memperhatikan potret diri, maka akan kita
sadari bahwa ada salah satu unsur kecil yang telah mengalami perubahan, entah
itu corak pakainnya, corak potongan rambutnya, dan lain-lain.

3. Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia. Walaupun


hal ini jarang disadari oleh manusia sendiri. Gejala ini dapat dijelaskan dengan
penjelasan bahwa walaupun kebudayaan merupakan atribut manusia, namun
seseorang tidak mungkin mengetahui dan meyakini seluruh unsur kebudayaan-
nya sendiri.

Kebudayan (Suprijanto) 75
TipeKebudayaan Khusus yang Mempengaruhi Bentuk
Kepribadian
Ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang mempengaruhi bentuk
kepribadian seseorang, atara lain:

1. Kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan. Di sini dijumpai kepribadian


yang saling berbeda antara individu-individu yang merupakan anggota
masyarakat tertentu, karena masing-masing individu dari daerah yang tidak
sama, dengan kebudayaan khusus yang tidak sama pula.

2. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban an rural way of life).
Contoh, anak kota pada umumnya lebih berani untuk menonjolkan diri di antara
teman-temannya dan sikapnya lebih terbuka untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan sosial dan kebudayaan tertentu. Sementara itu, anak dari desa lebih
mempunyai sikap percaya diri dan lebih banyak mempunyai sikap menilai (sense
of value).
3. Kebudayaan khusus kelas sosial. Di dalam setiap masyarakat akan ditemui
lapisan sosial yang berbeda. Masing-masing kelas sosial mempunyai
kebudayaannya masing-masing, yang menghasilkan kepribadian yang tersendiri
pada setiap diri anggotanya. Misalnya, cara berpakaian, etiket dalam pergaulan,
cara mengisi waktu senggang, bahasa yang dipergunakan, dan lain-lain.

4. Kebudayaan berdasarkan agama. Agama juga mempunyai pengaruh besar di


dalam membentuk kepribadian seorang individu.

5. Kebudayaan berdasarkan profesi. Pekerjaan atau keahlian juga memberi


pengaruh besar pada kepribadian seseorang. Kepribadian seorang dokter,
misalnya, berbeda dengan kepribadian seorang pengacara, seorang guru, dan
seorang pedagang.

Gerak Kebudayaan

Kebudayan (Suprijanto) 76
Yang dimasud gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup di dalam
masyarakat yang menjadi wadah kebudayaannya. Gerak manusia terjadi karena ia
mengadakan hubungan dengan manusia lain, yang dapat berbentuk hubungan antara
individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok lain, atau kelompok
dengan individu. Di sini yang akan dijelaskan hanyalah salah satu proses gerak
kebudayaan, yaitu tentang akulturasi.
Akulturasi terjadi jika suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa,
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat-laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaannya sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaannya
sendiri. Proses migrasi besar-besar yang terjadi pada masa lalu mempermudah
berlangsungnya akulturasi. Beberapa masalah yang menyangkut proses akulturasi:

1. Unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah:


a. Unsur kebudayaan kebendaan seperti peralat atau perlengkapan yang mudah
dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat penerima. Contoh
alat tulis-menulis.
b. Unsur-unsur yang terbukti membawa manfaat besar, misalnya radio transistor
c. Unsur-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat
yang menerima. Contoh, mesin penggilingan padi yang dengan biaya murah
dan pengetahuan teknis yang sederhana dapat digunakan.

2. Unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima oleh masyarakat antara lain:


a. Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan. Contoh ideologi, falsafah
hidup.
b. Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh,
soal makanan pokok masyarakat. Nasi sebagai makanan pokok Indonesia
sukar untuk diubah.

3. Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu yang cepat menerima
unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya

Kebudayan (Suprijanto) 77
generasi tua dianggap sebagai orang-orang yang kolot yang sukar menerima hal-
hal yang baru.

4. Dalam suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi selalu ada kelompok
individu yang sukar sekali atau bahkan tidak dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi. Perubahan dalam masyarakat dianggap oleh kelompok
itu sebagai keadaan krisis yang membahayakan keutuhan masyarakat. Jika
mereka berada di pihak yang kuat maka proses perubahan mungkin dapat
ditahannya. Namun, jika mereka berada di pihak yang lemah, maka mereka
hanya dapat menunjukkan sikap yang tidak puas.

Proses akulturasi yang berjalan dengan baik, dapat menghasilkan integrasi


antara unsur-unsur kebudayaan asing dan unsur-unsur kebudayan sendiri. Unsur-
unsur kebudayaan asing tersebut kemudian tidak dianggap sebagai hal yang berasal
dari luar, tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayan sendiri. Contoh, pendidikan
Indonesia, untuk sebagian besar diambil dari unsur-unsur kebudayaan Barat. Namun
tidak mustahil timbul kegoncangan kebudayaan (cultural chock), sebagai akibat
masalah yang ditemui dalam proses akulturasi, misalnya warga masyarakat
mengalami disorientasi atau frustasi karena harapan tidak sesuai dengan kenyataan.

Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini secara singkat:
1. Jelaskan pengertian kebudayaan.
2. Jelaskan unsur-unsur kebudayaan.
3. Jelaskan fungsi kebudayaan bagi masyarakat.
4. Jelaskan sifat hakikat kebudayaan.
5. Jelaskan tipe khusus kebudayaan yang mempengaruhi kepribadian.
6. Jelaskan gerak kebudayaan.

Rangkuman

Kebudayan (Suprijanto) 78
Dalam bab ini telah dijelaskan hal-hal sebagai berikut: pengertian
kebudayaan, unsur-unsur kebudayaan, fungsi kebudayaan bagi masyarakat, sifat
hakikat kebudayaan, tipe khusus kebudayaan yang mepengaruhi kepribadian dan
gerak kebudayaan.
Menurut Taylor, E.B. (1871) kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain-lain
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Sementara itu, menurut Selo Soemardjan dan Soemardi,
kebudayaan adalah hasil karya, rasa, cipta masyarakat.
Menurut Kluckhohn dalam karyanya berjudul Universal Catagories of
Culture, kebudayaan mempunyai tujuh unsur, yaitu: (1) Peralatan dan perlengkapan
hidup manusia, (2) mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, (3) sistem
masyarakat, (4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistem pengetahuan dan (7). religi atau
sistem kepercayaan.
Sifat hakikat kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut: (1) kebudayaan
terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia, (2) kebudayaan telah ada terlebih
dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan
habisnya generasi yang bersangkutan, (3) kebudayaan diperlukan oleh manusia dan
diwujudkan dalam tingkah-lakunya, (4) kebudayaan mencakup aturan-aturan yang
berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak,
tindakan-tindakan yang dilarang dan yang diizinkan.
Ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang mempengaruhi bentuk
kepribadian seseorang, atara lain: (1) kebudayaan khusus atas dasar faktor
kedaerahan, (2) cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban an rural way of
life, (3) kebudayaan khusus kelas sosial, (4) kebudayaan berdasarkan agama, (5)
kebudayaan berdasarkan profesi.

Daftar Pustaka
Soekanto, Soerjono. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.

Kebudayan (Suprijanto) 79
------------------------. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.

Kebudayan (Suprijanto) 80
Kebudayan (Suprijanto) 81
Kebudayan (Suprijanto) 82
Kebudayan (Suprijanto) 83
Kebudayan (Suprijanto) 84
SIFAT – SIFAT BUDAYA
Budaya memiliki sifat universal, artinya terdapat sifat-sifat
umum yang melakat pada setiap budaya, kapan pun dan di mana
pun budaya itu berada. Sifat-sifat itu adalah sebagai berikut:

1. Budaya adalah Milik Bersama

2. Budaya Berkaitan dengan Situasi Masyarakatnya

3. Budaya Berfungsi untuk Membantu Manusia

4. Budaya Diteruskan dan Diwariskan Melalui Proses Belajar


1. Budaya adalah Milik Bersama
Budaya adalah milik Masyarakat
pendukung budaya yang bersangkutan.
Budaya bukanlah milik perseorangan.
Dalam catatan-catatan sejarah, tidak
pernah ditemukan budaya si Ani atau
Pak Budi, yang ada adalah Budaya suku
bangsa X, budaya masyarakat bangsa Y,
budaya Nasional dan seterusnya.
2.Budaya Berkaitan dengan Situasi
Masyarakatnya
Budaya mempunyai kecenderungan
untuk bertahan terhadap perubahan
apabila unsur-unsur budaya yang
bersangkutan masih sesuai tetapi
cenderungan akan berubah apabila
unsur-unsurnya sudah tidak sesuai lagi
dengan fungsinya.
3.Budaya Berfungsi untuk Membantu
Manusia

Menurut Parsudi Suparlan, seorang ahli


antropologi Indonesia menyatakan bahwa
budaya berfungsi sebagai pedoman hidup
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup
manusia.
Parsudi Suparlan mengklasifikasikan
kebutuhan hidup manusia kedalam tiga jenis,
yaitu :
1. Kebutuhan Primer
2. Kebutuhan Sekunder
3. Kebutuhan Integraif
4. Budaya Diteruskan dan Diwariskan Melalui Proses
Belajar
Semua budaya diteruskan dan diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya melalui proses belajar,
bukan diwariskan secara biologis.

Melalui proses panjang, seorang individu semenjak


dilahirkan akan belajar berintegrasi dengan lingkungan
sosialnya. Ia juga akan belajar menyatukan dirinya
dengan lingkungan budayanya.

 Proses belajar menyatukan dirinya dengan lingkungan


sosialnya disebut sosialisasi, sedangkan
 proses belajar seorang individu dengan lingkungan
budayanya disebut pembudayaan atau enkulturasi.
SIFAT HAKIKI BUDAYA
• Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku
manusia.
• Budaya telah ada terlebih dahulu dari pada
lahirnya suatu generasi tertentu dan berlanjut
pada generasi selanjutnya.
• Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan
dalam tingkah laku.
• Budaya mencakup peraturan-peraturan yang
berisi kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan,
yang diterima atau ditolak, tindakan-tindakan
yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang
diijinkan.
Selain itu sifat-sifat dari kebudayaan
adalah sebagai berikut:
• Etnosentis
• Universal
• Alkuturasi
• Adaptif
• Dinamis (flexibel)
• Integratif (Integrasi)
SISTEM BUDAYA

Sistem budaya merupakan


komponen dari kebudayaan yang bersifat
abstrak dan terdiri dari pikiran-pikiran,
gagasan konsep, serta keyakinan yang
sering disebut sebagai adat istiadat.
a. Kebudayaan Material

Kebudayaan material antara lain


hasil cipta, karsa, yang berwujud
benda, barang alat pengolahan alam,
seperti gedung, pabrik, jalan , rumah
dan sebagainya.
Unsur-unsur Sistem Sosial Budaya
SISTEM BUDAYA MASYARKAT
INDONESIA
1. Sistem budaya dari kelompok etnis yang masing-masing
beranggapan bahwa kebudayaan diwariskan kepada mereka
secara turun temurun dari nenek moyang.

2. Sistem budaya yang terdiri atas sistem budaya agama-agama


besar yang tanpa kecuali berasal dari kepulauan Indonesia.

3. Sistem budaya Indonesia, sistem budaya ini merupakan yang


termuda diantara semua sistem budaya yang ada.

4. Sistem budaya yang majemuk yang terdiri atas sistem budaya


asing yang sedikit banyak mempengaruhi pikiran, sikap dan
tindakan sebagian dari penduduk yang tersebar di kepulauan
Indonesia.
“ Berfikirlah hari ini dan berbuatlah hari
esok “
“ think for the best, do your best, so you
can get the best “

GOOD LUCK FOR YOU ALL

THANKS FOR ALL


INTERAKSI SOSIAL

Pendahuluan
Dalam modul sebelumnya, Anda telah mempelajari kwbudayaan. Selanjutnya
dalam perubahan sosial ada hal yang sangat pening, yaitu interaksi sosial. Tanpa
interaksi sosial tidak akan terjadi peubahan sosial. Dalam modul ini, Anda dapat
mempelajari pengertian interaksi sosial, interaksi sosial sebagai faktor utama dalam
kehidupan sosial, syarat-syarat terjadinya interaksi sosial, dan bentuk=bentuk
interaksi sosial.
Di masyarakat terdapat bentuk-bentuk interkasi sosial ayng berlangsugn
antara berbagai suku-bangsa atau golongan. Dengan memahami kondisi-kondisi yang
dapat mempebgaruhi bentuk-bentuk intereksi sosial, maka diharapkan pengetahuan
tersebut dapat disumbangkan pada usaha pembinaan bangsa dan masyarakat.
Interaksi sosial merupakan faktor utama kehidupan sosial, karena tanpa
interaksi sosial taka akan ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan
secara badaniah saja, tanpa adanya saling bekerja sama, saling berbicara untuk
mencapai tujuan bersama, tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu
kelompok sosial. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial tersebut
merupakan dasar terjadinya proses sosial.
Kompetensi khusus yang harus Anda capai setelah mempelajari modul ini
adalah Anda mampu:
1. menjelaskan pengertian interaksi sosial
2. menjelaskan interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan sosial
3. menjelaskan syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
4. menjelaskan bentuk-bentuk interaksi sosial.

Interaksi Sosial (Suprijanto) 71


Pengertian Interaksi Sosial
Menurut Gerungan (1978), interaksi sosial adalah hubungan antara dua atau
lebih individu manusia, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,
mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Rumusan
ini menggambarkan kelangsungan timbal-baliknya interaksi antara dua atau lebih
manusia.
Faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial antara lain faktor
imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.

Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena interaksi
sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari
proses sosial hanyalah merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorang dengan kelompok manusia (Kimball Young
dan Raymond, W. Mack). Interaksi sosial dimulai pada saat dua orang bertemu.
Mereka saling menegur, berjabatan tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin
berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.
Untuk terjadinya suatu interaksi sosial, individu-individu tidak harus berbicara satu
sama lain. Walaupun mereka tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-
tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing-masing sadar akan adanya
pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf
orang-orang bersangkutan. Kesemuanya menimbulkan kesan di dalam pikiran
seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukan.

Interaksi Sosial (Suprijanto) 72


Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi jika tidak memenuhi dua
syarat berikut ini: (1) adanya kontak (soscial contact) dan (2) adanya komunikasi.
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-
sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi artinya secara harfiah adalah
bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi jika terjadi hubungan
badaniah. Sebagai gejala sosial, tidak harus berarti suatu hubungan badaniah, karena
orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya
dengan cara memberi isyarat, berbicara, baik secara langsung maupun melalui telpon,
dengan cara menulis surat, dan lain-lain. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga
bentuk yaitu:

1, antara orang-perorang

2. antara orang-perorang dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya.

3. antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran


terhadap perilaku orang lain yang mungkin berwujud pembicaraan, gerak-gerak
badaniah atau sikap), perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang
tersebut kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang disampaikan oleh
orang lain tersebut.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran
terhadap perilaku orang lain. Sebuah senyum saja, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai
keramahtamahan, sikap bersahabat, atau sebagai sikap sinis. Komunikasi
memungkinkan orang-perorang mengadakan kerja sama.

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


Ada beberapa bentuk interaksi sosial antara lain: kerja sama (cooperation),
persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict). Suatu pertikaian
tidak mungkin berlangsung selama-lamanya. Pada suatu saat pertikaian itu akan ada

Interaksi Sosial (Suprijanto) 73


penyelesaiannya. Mungkin penyelesaian tersebut hanya dapat diterima untuk
sementara waktu, dalam arti kedua pihak berdamai karena kekuatannya seimbang
(akomodasi). Hal ini dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial.
Menurut Gillin dan Gillin ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai
akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif. Secara
rinci, di bawah ini dituliskan ringkasan dari proses tersebut.

1. Proses asosiatif
Proses asosiatif (processes of association) dapat dibagi menjadi tiga bentuk
khusus, yaitu: (a) kerja sama, (b) akomodasi, dan (3) asimilasi dan akulturasi.

a. Kerja sama

Kerjasama timbul jika orang menyadari bahwa mereka mempunyai


kepentingan-kepeningan yang sama dan apda sata yang sama mempunyai cukup
pengetahuan dan epngendalian terhadap diri sendiri duntuk memenuhi kepentingan
tersebut. Ada beberapa bentuk kerja sama anatara lain:
1) Kerukunan: gortong raoyong
2) Bergaining: perjanjian /tukar menukar
3) Kooptasi: proses penerimaan unsur baru dalam kepemimpian atau
pelaksanaan politik
4) Koalisi: kombinasi antara organisasi yang mempunyai tujuan yang sama
5) Joint venture: kerjasama dalam perusahaan atau proyek.

b. Akomodasi

Akomodasi mempunyai dua arti, yaitu (1) menunjuk pada suatu keadaan
dalam arti adanya keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorang atau
kelompok–kelompok manusia dalam hubungannya dengan nilai-nilai atau norma-
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan (2) untuk menunjuk pada suatu

Interaksi Sosial (Suprijanto) 74


proses dalam arti adanya usaha meredakan pertentangan untuk mencapai kestabilan
Ada beberapa bentuk akomodasi, antara lain:

1) Coercion: karena adanya paksaan

2) Compromise: saling mengurangi tuntutan

3) Arbitration: melibatkan pihak III yang lebih tinggi

4) Mediation: melibatkan pihak III sebagai penasehat

5) Concialition: usaha mempertemukan keinginan dari pihak-pihak yang


berselisih.

6) Teleration: bentuk akomodasi (usaha melonggarkan penerimaan) tanpa


persetujuan formal

7) Stalemate: berhenti dengan sendirinya karena pihak-pihak yang


bertentangan seimbang.

8) Adjudication: penyelesaian pertikaian melalui pengadilamn.

c. Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial yang ditandai adanya usaha-usaha mengurangi


perbedaan dan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-
proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan
bersama.

1) Faktor-faktor yang memudahkan asimilasi:


a) Toleransi
b) Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi
c) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
d) Sikap terbuka
e) Persamaan dalm unsure-unsur kebudayaan
f) Perkawinan campuran
g) Adanya musuh bersama dari luar.

Interaksi Sosial (Suprijanto) 75


2) Faktor yang mempersulit:
a) Perbedaan ciri-ciri badaniah
b) In-group feeling
c) Dominasi ekonomi yang menyebabkan tinggi hati
d) Terisolasi
e) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi
f) Perasaan bahwa kebudayaan golongan tertentu lebih tinggi
g) Dalam batas-batas tertentu perbedaan warna kulit
h) Bila minoritas mengalami gangguan dari golongan yang berkuasa
i) Faktor perbedaan kepentingan ditambah pertentangan pribadi.

Interaksi sosial yang memberi arah ke proses asimilasi:

1. Interaksi sosial yang bersifat pendekatan terhadap pihak lain

2. Interaksi sosial yang tidak mengalami halangan atau hambatan

3. Interaksi sosial yang bersifat langsung dan primer


4. Interaksi sosial yang tinggi dan tetap frekuensinya dan ada keseimbangan antara
pola-pola asimilasi tersebut.

Akulturasi

Akulturasi adalah diterimanya pola-pola kebudayaan dari luar tanpa paksaan.


Agar lebih jelas, dibawah ini digambarkan perbedaan antara asimilasi dan
akulturasi

Interaksi Sosial (Suprijanto) 76


Asimilasi

Unsur kebudayaan baru


yang timbul sebagai akibat
pergaulan orang-orang dari
kelompok-kelompok ber-
lainan. Unsur-unsur kebu-
dayaan baru tersebut ber-
beda dengan kedua kebuda-
yaan yang bertemu.

Akulturasi

) Unsur-unsur kebudayaan yang diperoleh dari kebudayaan


) lain sebagai akibat pergaulan yang intensif dan lama

Sumber: Dikutip dari Soekanto, 1993

2. Proses Disosiatif (oposisi)

Proses dapat dibagi menjadi tiga bentuk khusus, yaitu: (a) persaiangan, (b)
kontravensi, dan (c) pertentangan atau konflik.

a. Persaingan

Persaingan atau competition adalah proses sosial di mana individu atau


kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan di bidang-bidang
yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik

Interaksi Sosial (Suprijanto) 77


perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan. Ada beberapa bentuk persaingan antara
lain:

1) Persaingan ekonomi

2) Persaingan kebudayaan

3) Persaingan Kedudukan dan peranan

4) Persaingan ras.
b. Kontravensi

Kontravensi pada hakikatnya berada di antara persaingan dan pertentangan


atau pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh adanya ketidakpastian mengenai
diri seseorang atau suatu rencana dan persaaan tidak suka yang disembunyikan,
kebencian atau keraguan terhadap kepribadian seseorang. Dalam bentuknya yang
murni, kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau
unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersembunyi itu dapat berubah menjadi
kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.

1) Bentuk kontravensi adalah:


a) Yang umum: seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan
menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan,
mengacaukan rencana pihak lain.
b) Yang sederhana: seperti menyangkal pernyataan orang lain, maki-maki,
menfitnah, dan lain-lain.
c) Yang intensif: penghasutan, desas-desus, dan pengecewaan.
d) Yang rahasia: khianat, menyebarkan rahasia orang lain.
e) Yang taktis: mengganggu dan membingungkan pihak lain, mengejutkan
lawan, kekerasan, provokasi, intimidasi, dan lain-lain.

Interaksi Sosial (Suprijanto) 78


2) Tipe:
a) Kontravensi antar masyarakat
b) Antagonisme agama
c) Kontravensi intelektual
d) Oposisi moral, prasangka terhadap kebudayaan lain.

c. Pertentangan

Pertentangan adalah proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha


untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai
dengan ancaman dan/atau kekerasan. Dengan adanya perbedaan ciri-ciri badaniah,
emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku dapat dipertajam sehingga
menjadi suatu pertentangan atau pertikaian (conflict). Perasaan yang biasanya
berbentuk marah dan benci memegang peranan penting dalam mempertajam
perbedaan sehingga masing-masing pihak berusaha saling menghancurkan.

1). Penyebab:
a) Perbedaan antar individu
b) Perbedaan kebudayaan
c) Perbedaan kepentingan
d) Perbedaan sosial.

2) Bentuk:
a) Pertentangan pribadi
b) Pertentangan rasial
c) Pertentangan antar kelas sosial
d) Pertentangan politik
e) Pertentangan bersifat internasional.

Agar lebih jelas, berikut ini digambarkan beberapa proses sosial akibat
interaksi sosial.

Interaksi Sosial (Suprijanto) 79


Persaingan Contravention Pertentangan/
Pertikaian

Publik Publik
Fitnah

Kekerasan Kekerasan
Ancaman Ancaman

Seperti perlombaan motorbot Sebagaimana dua orang yang


di mana masing-masing masing-masing berkampanye
mempunyai jalannya sendiri dalam bidang politik

Sumber: Dikutip dari Soekanto, 1993

Latihan

Jawablah pertanyaan di bawah ini secara singkat:


1. Jelaskan pengertian lapisan masyarakat.
2. Jelaskan terjadinya lapisan masyarakat.
3. Jelaskan sifat sistem lapisan masyarakat.
4. Jelaskan dasar lapisan masyarakat.
5. Jelaskan unsur-unsur lapisan masyrakat.
6. Jelaskan mobilitas sosial.

Interaksi Sosial (Suprijanto) 80


Rangkuman
Hal-hal yang telah dijelaskan di bab ini antara antara lain: pengertian interaksi
sosial, proses asosiatif, dan proses disosiatif.
Menurut Gerungan (1978), interaksi sosial adalah hubungan antara dua atau
lebih individu manusia, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,
mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Suatu
interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi jika tidak memenuhi dua syarat berikut ini:
(1) adanya kontak (soscial contact) dan (2) adanya komunikasi.
Proses asosiatif terdiri atas (1) kerjasama, (2) akomodasi, dan (3) asimilasi
dan akulturasi. Sementara itu, proses disosiatif terdiri atas: (1) persaingan, (2)
kontravensi, dan (3) pertentangan.
Kerjasama timbul jika orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepeningan yang sama dan apda sata yang sama mempunyai cukup
pengetahuan dan epngendalian terhadap diri sendiri duntuk memenuhi kepentingan
tersebut. Ada beberapa bentuk kerjasana, yaitu: (1) kerukunan, (2) bargaining,
(3) Kooptasi, (4) Koalisi, dan (5) joint venture.
Akomodasi mempunyai dua arti, yaitu (1) menunjuk pada suatu keadaan
dalam arti adanya keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorang atau
kelompok–kelompok manusia dalam hubungannya dengan nilai-nilai atau norma-
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan (2) untuk menunjuk pada suatu
proses dalam arti adanya usaha meredakan pertentangan untuk mencapai kestabilan
Ada beberapa bentuk akomodasi, antara lain: (1) Coercion, (2) Compromise, (3)
Arbitration, (4) mediation, (5) Concialition, (6) Teleration, (7) Stalemate
(8) Adjudication.
Asimilasi adalah proses sosial yang ditandai adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan dan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-
proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan
bersama.

Interaksi Sosial (Suprijanto) 81


Persaingan atau competition adalah proses sosial di mana individu atau
kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan di bidang-bidang
yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik
perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan. Ada beberapa bentuk persaingan antara
lain: (a) persaingan ekonomi, (b) persaingan kebudayaan, (c) persaingan kedudukan
dan peranan, dan (e) persaingan ras.
Kontravensi pada hakikatnya berada di antara persaingan dan pertentangan
atau pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh adanya ketidakpastian mengenai
diri seseorang atau suatu rencana dan persaaan tidak suka yang disembunyikan,
kebencian atau keraguan terhadap kepribadian seseorang. Dalam bentuknya yang
murni, kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau
unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersembunyi itu dapat berubah menjadi
kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Bentuk
kontravensi adalah: (1) umum, (2) sederhana, (3) intensif, (4) rahasia, dan takstis.
Pertentangan adalah proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha
untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai
dengan ancaman dan/atau kekerasan. Dengan adanya perbedaan ciri-ciri badaniah,
emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku dapat dipertajam sehingga
menjadi suatu pertentangan atau pertikaian (conflict). Perasaan yang biasanya
berbentuk marah dan benci memegang peranan penting dalam mempertajam
perbedaan sehingga masing-masing pihak berusaha saling menghancurkan. Adapun
bentuk pertentangan antara lain: (a) pertentangan pribadi, (b) pertentangan rasial,
(c) pertentangan antar kelas sosial, (d) pertentangan politik, dan (e) pertentangan
bersifat internasional.

Interaksi Sosial (Suprijanto) 82


Daftar Pustaka
Daldjoeni, N. 1981. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Penerbit Alumni.
Bandung.
----------------. 1984. Perubahan Sosial dan Tanggapan Manusia. Penerbit Alumni.
Bandung.
Gerungan, W.A. 1978. Psychologi Sosial. P.T. Eresco. Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
------------------------. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.

Interaksi Sosial (Suprijanto) 83


Interaksi Sosial (Suprijanto) 84
Interaksi Sosial (Suprijanto) 85
Interaksi Sosial (Suprijanto) 86
Interaksi Sosial (Suprijanto) 87
Ir. Hj. Mariani, M.Si
INTERAKSI SOSIAL
 Interaksi sosial adalah hubungan timbal
balik yang saling mempengaruhi.
 Ada aksi dan ada reaksi.
 Pelakunya lebih dari satu.
 Individu vs individu. Individu vs kelompok.
 Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu
Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial.
UNSUR-UNSUR INTERAKSI SOSIAL
Imitasi, sugesti, identifikasi,
simpati dan empati
Indentifikasi adalah interaksi sosial
yang didasari oleh faktor adanya
individu yang mengindentikkan
(menjadi sama) dengan pihak yang
lain
UNSUR-UNSUR INTERAKSI SOSIAL
 Simpati : interaksi sosial yang didasari oleh faktor
rasa tertarik pada orang lain.
 Empati : interaksi sosial  dapat merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain, lebih dari
simpati.
 Disasosiatif meliputi konflik, kontravensi dan
kompetensi (Intinya interaksi sosial yang tidak
baik, penuh persaingan, perang dingin,
bertengkar dll).
PERUBAHAN SOSIAL
 Perubahan diketahui bila kita melakukan suatu
perbandingan dengan menelaah suatu waktu yang
lampau. Perubahan yang terjadi merupakan Suatu
proses yang terus menerus. Perubahan yang terjadi
didalam masyarakat pada umum nya menyangkut hal
yang kompleks.
INTERKSI SOSIAL
Macam - Macam Interaksi Sosial
 Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial
dibagi menjadi tiga macam, yaitu (p. 23) :
 Interaksi antara individu dan individu
 Interaksi antara individu dan kelompok
 Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi
sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi.
Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk
membicarakan suatu proyek.
 Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial
 1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang
mengarah kepada bentuk - bentuk asosiasi
(hubungan atau gabungan) seperti :
 Kerja sama
 Akomodasi
 Asimilasi
 Akulturasi
 2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni
 a. Persaingan
 b. Kontravensi
 c. Konflik
 Ciri - Ciri Interaksi Sosial
 Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
 Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak
social.
 Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
 Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
 Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
 Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002),
interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua
syarat di bawah ini, yaitu (p. 26) :
 1. Kontak sosial
 2.Komunikasi
 Artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.


 Perubahan Sosial
 Alvin L.Bertrand : Perubahan sosial pada dasarnya
tidak dapat diterangkan oleh dan berpegang teguh
pada factor yang tungga.
 Robin William : pendapat dari paham determinisme
monofaktor kini sudah ketinggalan zaman dan ilmu
sosiologi modern tidak akan menggunakan
intrepertasi sepihak.

 a. Bentuk perubahan sosial
 1. Perubahan Sosial yang Cepat dan lambat
 Perubahan sosial yang cepat disebut Revolusi. Dikatakan
revolusi jika memenuhi beberapa syarat
 Harus ada keinginan umum untuk melakukan suatu perubahan
 Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang
dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut
 Pemimpin yang dapat menampung keinginan masyarakat
 Pemimpin tersebut harus menunjukan suatu tujuan tersebut
 Harus ada momentum yaitu saat dimana segala keadaandan
faktor sudah tepat untuk memulai suatu gerakan
 2. Perubahan yag besar dan perubahan yang kecil
 Perubahan social yang besar pada umumnya adalah
perubahan yang akan membawa pengaru yang besar
pada masyarakat
 Perubahan social yang kecil adalah perubahan yang
terjadi pada unsur struktur sosial yang tidak membawa
akibat yang langsung pada masyarakat.

 3. Perubahan Yang Direncanakan dan tidak
direncanakan
 Perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang
terjadi di dalam masyarakat dan hal ini terjadi karena
telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak yang
menginginkan adanya perubahan
 . Faktor Penyebab Perubahan Sosial
 1. Dari dalam
 Bertambah atau berkurangnya penduduk.
Pertambahan penduduk yang amat cepat akan
mengakibatkan perubahn dalm struktur masyarakat
 Sedangkan berkurangnya penduduk akan berakaibat
kekosongan dalam pembagian kerja
 Penemuan Baru : Proses sosial kebudayaan yan besar
dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama disebut inovasi
 Pertantangan masyarakat ( pertentangan individu dengan
kelompok maupun kelompok dengan kelompok)
 Terjadinya pemberontakan atau revolusi Menyababkan
berubahnya segala cara yang berlaku pada lembaga
masyarakat.




 2. Dari Luar
 Lingkungan alam Fisik yang berada disekitar manusia :
 Bencana alam yang terjadi mengakibatkan masyrakat
sangat terpaksa pindah ketempat lain.
 Terjadinya perang : berakibat munculnya perubahan
suku atau Negara yang kalah
 Pengaruh kebudayaan asing : mempengaruhi
terjadinya perubahan pada masyarakat yang kena
pengaruhnya

 Faktor Pendorong Poses Perubahan
 Menurut Soerjono Soekanto
 Kontak dengan kebudayaan lain. Difusi Adalah proses
penyebaran unsure kebudayaan dari individu dengan
individu lain.
 Sistem Pendidikan Formal yang maju : pendidikan
memberikan nilai tertentu bagi ndividu untuk
memberikan wawasan serta hal baru
 Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-
keinginan untuk maju
 Toleransi terhadap perbuatan yang menyimpang
 Sistem terbuka pada lapisan masyarakat : dapat
menimbulkan terdapat gerk social yang vertikal yang luas
 Adanya penduduk yang heterogen : Mudah terjai konflik
yang menjadi pendorong perubahan dalam masyarakat
 Ketidakpuasan masyarakat pada bidang tertentu : akan
menyebabkan revolusi pada lingkungan masyarakat
 Adanya Orientasi Kemasa depan : Menggunakan
pemikiran Munculnya perubahan dalam sisteem social
yang ada.


 Faktor Penghalang Proses Perubahan
 Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
 Sikap Masyarakat yang tradisional : membanggakan
Atau mempertahankan tradisi lama.
 Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan
kuatnya
 Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
 Adanya Prasangka buruk terhadap hal Baru : pernah
mengalami hal yang paling pahit dari suatu
masyarakat lain
 Adanya hambatan yang bersifat ideologis : usaha
untuk merubah unsure kebudayaan yang rohaniah
 Adat atau kebiasaan : perilaku yang sudah menjadi
adat yang selalu dipatuhi dan dijalankan dengan baik.
 Kekuatan Pengganggu Bersumber Dari
 Kekuatan di dalam masyarakat yang bersaing untuk
memperoleh dukungan seluruh masyarakat dalam
proses pembangunan. Dapat menimbulkan
perpecahan yang dapat mengganggu pelaksanaan
pembangunan
 Kesulitan atau kekompleksaan perubahan yang
berakibat lambatnya penerimaan masyarakat terhadap
perubahan yang dilakukan.
 Perbaikan gizi, Keluarga berencana, konservasi hutan
dll, adalah beberapa contoh dari bagian itu
 Kekurangan sumber yang diperlukan dalam bentuk :
 Kekurangan Pengetahuan
 Tenaga Ahli
 Keterampilan
 Pengertian
 Biaya
 Sarana dan lain lain


 Kesimpulan
 1. interaksi social adalah hubungan timbal balik yang
saling mempengaruhi.
 2. interaksi sosial di bagi menjadi tiga macam yaitu:
 a. interaksi antara individu dan individu
 b. interaksi antara induvidu dengan dan kelompok
 c. interaksi sosial antara kelompok dan kelompk
interaksi sosial .
 3. ciri dari interaksi sosial adalah
 3. ciri dari interaksi sosial adalah
 a. jumlah pelakunya lebih dari satu
 b. terjadi komunikasi di antara pelaku melalui kontak
sosial
 c. mempunyai maksud dan tujuan yang jelas
 d. di laksanakan melalui suatu pla sistem sosial
tertentu
 4. perubahan sosial adalah adanya perubahan
diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan
dengan menelaah suatu waktu yang lampau.
 5. bentuk perubahan sosial
 a. perubahan sosial yang cepat dan lambat
 b. perubahan yang besar dan perubahan yang kecil
 c. perubahan yang di rencanakan dan tidak di
rencanakan
 6. faktor penyebab perubahan sosial ada dari dalam dan
ada juga yang dari luar.
 Saran
 Dalam kehidupan manusia di dunia ini tidak akan lepas
dari kehidupan masyarakat, maka kita sebagai manusia
yang hidup bermasyarakan harus menyadari bahwa kita
hidup tidak mungkin sendirian.
 Untuk itu marilah kita menjadi warga masyarakat yang
baik dengan berinteraksi antar individu dengan individu
lain, antar individu dengan kelompok, bahkan kelompok
dengan kelompok agar terjalin persatuan dan kesatuan
dalam kehidupan masyarakat.
FAKTOR- FAKTOR YANG
MENDORONG INTERAKSI SOSIAL

Ir. Hj. Mariani, M.Si


FAKTOR- FAKTOR YANG MENDORONG
INTERAKSI SOSIAL
INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial kelihatannya
sederhana. Orang bertemu lalu
berbicara atau sekadar bertatap
muka. Padahal sebenarnya
interaksi sosial merupakan suatu
proses yang cukup kompleks.
Interaksi ini dilandasi oleh
beberapa faktor psikologi.
INTERAKSI SOSIAL
• Interaksi sosial sangat penting
bagi manusia karena tidak ada
interaksi maka tidak akan kenal
satu sama lainnya, manusia tidak
dapat hidup sendiri tanpa
keberadaan orang lain.
PEMBAHASAN

- Menurut Bonner, Interaksi sosial


adalah suatu hubungan antara dua
individu atau lebih yang saling
mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu
yang lain atau sebaliknya.
-
DEFINISI INTERAKSI SOSIAL
• Murdiyatmoko & Handayani,
Interaksi sosial adalah hubungan
antar manusia yang menghasilkan
suatu proses pengaruh
mempengaruhi yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya
memungkinkan pembentukan
struktur
FAKTOR – FAKTOR PENDORONG
INTERAKSI SOSIAL :
-imitasi
-Sugesti
-identifikasi
-simpati, dan
-empati
• Imitasi
Imitasi adalah suatu tindakan meniru
orang lain. Imitasi atau perbuatan
meniru bisa dilakukan dalam
bermacam-macam bentuk. Misalnya,
gaya bicara, tingkah laku, adat dan
kebiasaan, pola pikir, serta apa saja
yang dimiliki atau dilakukan oleh
seseorang.
CONTOH IMITASI

• seorang anak yang melihat


ayahnya menyetir mobil. Tanpa
diajari, anak itu berlari-lari sambil
kedua tangannya menirukan
gerakan seolah-olah tengah
menyetir mobil.
 Sugesti

Sugesti berlangsung
apabila seseorang
memberi pandangan atau
sikap yang dianutnya,
lalu diterima oleh orang
lain.
 sugestimuncul ketika si
penerima sedang dalam
kondisi yang tidak netral
sehingga tidak dapat berpikir
rasional. Segala anjuran atau
nasihat yang diberikan
langsung diterima dan diyakini
kebenarannya.
Orang yang berwibawa,
karismatik
Orang yang memiliki kedudukan
lebih tinggi dari yang disugesti
Kelompok mayoritas terhadap
kelompok minoritas.
iklan di media massa
 Terhambatnya daya berpikir
kritis.
 Kemampuan berpikir terpecah
belah
 Orang yang ragu-ragu dan
pendapat yang searah
• Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan atau
keinginan seseorang untuk menjadi sama
dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
Contohnya,
CONTOH IDENTIFIKASI
• biasanya pemain bulu tangkis junior
punya pemain idola. Setiap idolanya
bertanding, dia akan mengamati
secara cermat bagaimana gaya dan
strategi bermain idolanya tersebut.
Kemudian ia meniru dan yakin bisa
menjadi seperti idolanya.
 Simpati
Simpati merupakan suatu proses di
mana seseorang merasa tertarik kepada
pihak lain. Melalui proses simpati, orang
merasa dirinya seolah-olah berada
dalam keadaan orang lain dan
merasakan apa yang dialami, dipikirkan,
atau dirasakan orang lain tersebut..
 Contohnya, ketika ada tetangga yang
sedang tertimpa musibah, kita ikut
merasakan kesedihannya dan berusaha
untuk membantunya
• Empati
Empati merupakan simpati mendalam
yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik
seseorang. Empati mampu merasakan kondisi
emosional orang lain.
• Contohnya, seorang pria baru saja
menjenguk keluarganya yang mengalami
kecelakaan, pria tersebut kemudian jatuh
sakit karena selalu membayangkan dan
memikirkan kejadian yang menimpa
keluarganya
BAB 11
LAPISAN MASYARAKAT

Pendahuluan
Dalam modul sebelumnya, Anda telah mempelajari interaksi sosial. Dalam
mempelajari perubahan sosial. tidaklah lengkap jika tidak mempelajari lapisan
masyarakat, karena lapisan masyarakat ini dapat mendorong terjadinya mobilitas
sosial, terutama bagi anggota masyarakat yang tidak puas terhadap status sosialnya
berusaha menaikkan status sosialnya.
Lapisan masyarakat biasanya tergantung pada sistem nilai yang berlaku serta
berkembang dalam masyarakat. Jika orang mempunyai sesuatu yang dinilai tinggi
oleh maysrakatnya, maka orang itu ditempatkan pada lapisan masyarakat yang tinggi
pula.
Bentuk-bentuk lapisan masyarakat ini berbeda-beda dan banyak. Lapisan
masyarakat ini tetap ada dalam semua masyarakat, baik dalam maysarakat kapitalis,
komunis, maupun demokratis. Pada masyarakat yang bersahaja, biasanya sistem
lapisan sosial juga sederhana, seperti pembedaan berdasarkan jenis kelamin,
pemimpin dan yang dipimpin, dan kekayaan. Sebaliknya, pada masyarakat yang
kompleks, maka sistem lapisan masyarakatnya juga lebih kompleks.
Hal-hal yang akan dijelaskan dalam modul ini antara lain: prngerrtian lapisan
masyarakat, terjadinya lapisan maysarkat, sifat sistem lapisan masyarakat, dasar
lapisan masyarakat, unsure-unsur lapisan masyarakat, dan monilitas sosial.
Kompetensi khusus yang harus Anda capai setelah mempelajari modul ini
adalah Anda mampu:
1. menjelaskan pengertian lapisan masyarakat
2. menjelaskan terjadinya lapisan masyarakat
3. menjelaskan sifat sistem lapisan masyarakat
4. menjelaskan dasar lapisan masyarakat
5. menjelaskan unsur-unsur lapisan masyarakat

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 84


6. menjelaskan mobilitas sosial.

Pengertian Lapisan Masyarakat


Sistem lapisan masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan social
stratification. Kata stratification berasal dari kata stratum (jamaknya strata) yang
berarti lapisan.
Menurut Pitirim A. Sorokin lapisan masyarakat (social stratification) adalah
pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat
(hirarkis). Perwujudannya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah.
.Setiap masyarakat selalu mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal
tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi
terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih
tinggi dari hal-hal lainnya. Jika masyarakat lebih menghargai kekayaan material
daripada tingkat pendidikan, maka mereka yang mempunyai lebih banyak kekayaan
akan menempati kedudukan yang lebih tinggi daripada orang yang berpendidikan
tinggi.

Terjadinya Lapisan Masyarakat


Sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja
dalam proses pertumbuhan masyarakat. Namun ada juga yang dengan sengaja
disusun untuk mencapai tujuan bersama. Yang sering menjadi alasan terbentuknya
lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur,
sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga
harta pada batas-batas tertentu. Alasan yang dipakai bagi setiap masyarakat berlainan.
Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan, alasan utamanya adalah
kepandaian berburu. Sementara itu pada masyarakat yang mata pencahariannya
pertanian menetap, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggap asli) dianggap
sebagai orang yang menduduki lapisan tinggi.

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 85


Secara teoritis, semua manusia dianggap sederajat. Namun sesuai dengan
kenyataan hidup, tidaklah demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala
universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.
Sistem lapisan yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan bersama biasanya
berhubungan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi-
organisasi formal seperti pemerintahan, perusahaan, partai politik, angkatan
bersenjata, dan lain-lainnya. Kekuasan dan wewenang merupakan unsur khusus dari
sistem lapisan. Unsur tersebut mempunyai sifat yang lain dari uang, tanah, benda-
benda ekonomis, ilmu pengetahuan, atau kehormatan. Uang, tanah , dan yang lain-
lain itu dapat dibagi secara bebas di antara para anggota suatu masyarakat tanpa
merusak keutuhan masyarakat itu.
Jika suatu masyarakat ingin hidup secara teratur, maka kekuasaan dan
wewenang yang ada harus dibagi secara teratur juga. Jika kekuasan dan wewenang
tidak dibagi secara teratur, maka kemungkian besar akan terjadi pertentangan-
pertentangan yang dapat membahayakan keutuhan masyarakat.

Sifat Sistem Lapisan Masyarakat


Pada dasarnya sistem lapisan mempunyai dua sifat, yaitu sifat tertutup (closed
social stratification) dan terbuka (open social stratification). Yang bersifat tertutup
membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain,
baik yang bergerak vertikal maupun yang bergerak horizontal. Di dalam sistem yang
demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat
adalah kelahiran. Sebaliknya, dalam sistem lapisan terbuka, setiap anggota
masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kemampuannya sendiri
untuk naik ke lapisan yang lebih tinggi, atau bagi orang yang tidak beruntung dapat
jatuh ke lapisan yang lebih rendah.
Sistem tertutup jelas terlihat pada masyarakat India atau masyarakat yang
beragama Hindu yang berkasta, atau pada masyarakat feodal, atau pada masyarakat
yang lapisannya tergantung pada perbedaan ras.
Dengan gambar, sifat-sifat lapisan masyarakat adalah sebagai berikut:

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 86


1. Tertutup: mobilitas sangat terbatas, bahkan mungkin tidak ada

2. Terbuka: kemungkinan mengadakan mobilitas sangat besar

3. Campuran

Non pribumi Pribumi

Sumber: Dikutip dari Soekanto, 1993.

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 87


Dasar Lapisan Masyarakat
Dasar atau ukuran (kriteria) yang biasa digunakan untuk menggolong-
golongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:

1. Ukuran kekayaan. Barangsiapa yang memiliki kekayaan terbanyak, termasuk


dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut dapat dilihat dari bentuk rumahnya,
mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian dan bahan pakaian yang
dipakai, kebiasaannya untuk berbelanja barang-barang mahal, dan lain-lainnya.
2. Ukuran kekuasaan. Barangsiapa memiliki kekuasaan atau wewenang yang
terbesar, akan menempati lapisan teratas.

3. Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran


kekayaan dan/atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati,
memperoleh tempat teratas. Ukuran ini banyak ditemui dalam masyarakat
tradisional. Pada umumnya mereka adalah golongan tua atau orang yang pernah
berjasa.

4. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh


mereka yang menghargai ilmu pengetahuan. Namun, kadang-kadang ukuran itu
menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang tidak diharapkan. Contoh, bukannya
mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaannya,
sehingga banyak orang yang berusaha mendapatkan gelar dengan cara yang tidak
halal.

Ukuran tersebut di atas tidaklah bersifat mutlak, tetapi masih ada ukuran-
ukuran lain yang dipergunakan dalam masyarakat. Walaupun demikian, ukuran-
ukuran di atas sangat menentukan, yakni sebagai dasar timbulnya sistem lapisan
dalam masyarakat tertentu. Lapisan atas masyarakat di kehidupan sehari-hari sering
disebut “elit”, dan biasanya, elit merupakan golongan kecil dalam masyarakat yang
mengendalikan masyarakat tersebut.

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 88


Unsur-unsur Lapisan Masyarakat

Terdapat dua unsur dalam sistem lapisan masyarakat, yaitu kedudukan (status)
dan peranan (role). Agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas, ke dua unsur
tersebut akan dibicarakan di bawah ini.

a Kedudukan (status)

Kadangkala orang membedakan pengertian kedudukan (status) dan pengertian


kedudukan sosial (social status). Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sementara itu, kedudukan sosial diartikan
sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan
orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak dan
kewajiban-kewajibannya. Untuk mempermudah penjelasan, ke dua istilah tersebut
akan dipergunakan dalam arti yang sama dan digambarkan dalam istilah “kedudukan”
(status) saja.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yakni:

1. Ascribed–status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa


memperhatikan perbedaan rohniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut
diperoleh karena kelahiran. Contoh, anak seorang bangsawan adalah bangsawan
juga.

2. Achieved-status, adalah kedudukan yang dicapai dengan usaha-usaha yang


dilakukan. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Namun, bersifat
terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam
mengejar dan mencapai tujuan-tujuannya. Contoh, siapa saja bisa menjadi
dokter, pengacara, dosen, dan lain-lainnya asal memenuhi persyaratan tertentu.

3. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned-status,


yang merupakan kedudukan yang diberikan. Assigned-status sering mempunyai
hubungan yang erat dengan achieved-status. Maksudnya, suatu kelompok atau
golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang telah

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 89


berjasa dalam memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan masyarakatnya. Di samping itu, ada kedudukan yang diberikan
kepada seseorang yang telah menduduki suatu kepangkatan tertentu, misalnya,
seorang pegawai negeri diberi kenaikan pangkat secara reguler, setelah
menduduki kepangkatan selama 4 tahun.
Seseorang biasanya mempunyai beberapa kedudukan sekaligus dalam
masyarakat. Dalam hubungannya dengan bermacam-macam kedudukan itu, pada
umumnya yang menonjol hanya satu kedudukan utama. Masyarakat biasanya hanya
akan melihat pada kedudukan yang menonjol itu. Contoh, Pak Soleh mempunyai
kedudukan sebagai suami, kepala rumah tangga, ketua RT, dan anggota DPR. Bagi
masyarakat, kedudukan sebagai anggota DPR itulah yang paling menonjol.
Kadang-kadang antara kedudukan-kedudukan seseorang, timbul pertentangan-
pertentangan, yang dalam sosiologi disebut status-conflict. Contoh, Pak Amin adalah
kepala sekolah SMA. Dalam kedudukannya ia harus menghukum anaknya sendiri
yang menjadi siswa SMA tersebut.
Kedudukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat melalui ciri-
ciri tertentu yang di dalam sosiologi disebut prestige-symbol (status-symbol). Ciri-ciri
tersebut seolah-olah sudah menjadi bagian hidupnya yang telah melembaga
(institutionalized) atau bahkan telah mendarah-daging (internalized). Contoh, kaum
bangsawan atau kaum konglomerat mempunyai cara tersendiri dalam berpakaian,
bergaul, menggunakan waktu senggang, berbelanja, dan sebagainya. Demikian juga,
gelar kesarjanaan saat ini sudah menjadi status-symbol, sehingga banyak yang
mengejarnya tanpa menghiraukan bagaimana mutu yang sesungguhnya.

b. Peranan (Role)

Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Jika


seseorang melaksanakan hak dan kewjibannya maka dia menjalankan peranan.
Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena satu tergantung pada yang lain. Tidak ada
peranan tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peranan. Peranan yang
melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 90


kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (sosial position) merupakan
unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi. Peranan lebih
banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Peranan
mencakup tiga hal, yakni:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan di sini dalam arti rangkaian peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.

Pada umumnya, masyarakat memberikan fasilitas (role-facilities) kepada


individu untuk dapat menjalankan peranannya. Lembaga-lembaga kemaysarakatan
merupakan bagian masyarakat yang paling banyak menyediakan peluang-peluang
untuk pelaksanaan peranan.
Seiring dengan adanya status-conflict, juga ada conflict of roles. Conflict of
roles terjadi jika individu merasa dirinya tertekan, karena merasa dirinya tidak sesuai
untuk melaksanakan peranan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Sehingga
dia tidak dapat melaksanakan peranannya dengan sempurna., bahkan dapat
menyembuyikan diri jika dia berada dalam lingkaran sosial yang berbeda. Lingkaran
sosial (social circle) adalah kelompok sosial di mana seseorang mendapat tempat
serta kesempatan untuk melaksanakan peranannya. Setiap peranan bertujuan agar
antara individu yang melaksanakan peranan terdapat hubungan dengan orang-orang
di sekitarnya yang ada hubungannya dengan peranan tersebut, dan dari hubungan
tersebut akan tercipta nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati oleh kedua belah
pihak. Contoh nilai sosial, nilai hygiene antara dokter dan pasien, nilai keagamaan
antara pemuka agama dengan umatnya, nilai pendidikan antara guru dan murid. Jika
nilai sosial tersebut tidak terpenuhi/tercipta/tercapai, maka terjadilah apa yang
dinamakan role-distance.

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 91


Seseorang yang menjalankan peranan selalu berhubungan dengan pihak lain
dan mempunyai perangkat peranan tertentu (set of roles). Secara visual, perangkat
peranan dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Dokter sebagai titik sentral:

Pasien

Perawat Keluarga pasien

Petugas lab DOKTER Petugas administrasi

Pekerja sosial Apoteker

Petugas keamanan

b. Polisi sebagai titik sentral:

Tersangka

Jaksa Hakim

POLISI

Pengacara Petugas
pemasyarakatan
Warga masyarakat

Sumber: Dipetik dari Soekanto, 1993

Hal-hal yang perlu diperhatikan tentang peranan, antara lain:


1. Peranan tertentu harus dilalukan, jika struktur masyarakat ingin dipertahankan.

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 92


2. Peranan tersebut sebaiknya dilekatkan pada individu-individu yang oleh
masyarakat dianggap mampu melaksanakan.
3. Dalam masyarakat kadangkala ditemui individu yang tidak mampu menjalankan

peranannya sebagaimana yang diharapkan masyarakat. Karena mungkin

pelaksanaannya memerlukan pengorbanan kepentingan pribadi yang terlalu

banyak, atau mungkin karena alasan yang lain.

4. Jika seseorang sanggup dan mampu menjalankan peranannya, belum tentu


masyarakat akan memberikan peluang-peluang yang seimbang. Bahkan sering
terlihat masyarakat membatasi peluang-peluang tersebut.

Lapisan yang Sengaja Disusun


Lapisan yang sengaja disusun ini terwujud dalam organisasi formal, yaitu
merupakan hirarki dalam struktur organisasi tersebut. Menurut Barnard, sistem
pembagian kedudukan pada dasarnya mutlak diperlukan, agar organisasi dapat
bergerak secara teratur untuk mencapai tujuan yang diniatkan oleh penciptanya.
Sistem kedudukan dalam organisasi formal timbul karena alasan-alasan
berikut ini:
1. Perbedaan kemampuan individu. Kemampuan khusus yang dimiliki seseorang
dan diakui oleh masyarakat menyebabkan yang bersangkutan memiliki
kedudukan tertentu. Namun, kemampuan itu tidak secara otomatis menyebabkan
yang bersangkutan memiliki kedudukan yang tinggi, walaupun biasanya
seseorang yang tidak memiliki kemampuan apa-apa mempunyai kedudukan yang
rendah.
2. Perbedaan-perbedaan yang menyangkut kesukaran-kesukaran untuk melakukan
berbagai jenis pekerjaan.
3. Perbedaan kepentingan masing-masing jenis pekerjaan. Suatu kedudukan tinggi
dalam organisasi formal tergantung juga dari kemampuan khusus untuk

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 93


mengerjakan jenis pekerjaan yang penting. Pekerjaan penting tersebut tidak
otomatis merupakan pekerjaan yang sulit dilaksanakan.
4. Keinginan pada kedudukan yang formal sebagai alat sosial atau alat organisasi.
5. Kebutuhan seseorang akan perlindungan diri.

Mobilitas Sosial (Social Mobility)


Mobilitas sosial atau social mobility adalah suatu gerak atau berpindahnya
individu atau obyek sosial lainnya dari struktur sosial yang satu ke struktur sosial
yang lain. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antar individu-individu
dalam kelompok atau hubungan antara individu dan kelompoknya. Jika seorang guru
pindah atau beralih pekerjaan menjadi pemilik toko, maka dia melakukan mobilitas
sosial. Mobilitas sosial pada dasarnya ada dua tipe, yaitu mobilitas sosial horizontal
dan vertikal.
Ada beberapa prinsip umum mobilitas sosial vertikal, antara lain:

1. Hampir tidak ada masyarakat yang sifat sistem lapisannya mutlak tertutup, di
mana sama sekali tidak ada mobilitas sosial verikal. Walaupun mobilias vetikal
hampir-hampir tidak kelihatan, namun proses tadi pasti ada.

2. Betapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat tidak mungkin


mobilitas sosial yang vertikal dilakukan dengan sebebas-bebasnya, sedikit
banyak akan ada hambatan.

3. Mobilitias sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tidak ada,
setiap masyarakat mempunyai ciri-cirinya sendiri bagi mobilitas sosial
vertikalnya.

4. Laju mobilitas sosial yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik, dan
pekerjaan adalah berbeda.

5. Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam mobilitas sosial vertikal


yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan, tidak ada

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 94


kecenderungan yang kontinu tentang bertambah dan berkurangnya laju mobilitas
sosial.
Menurut Pitirim F. Sorokin, mobilitas sosial vertikal mempunyai saluran-
saluran dalam masyarakat. Proses mobilitas sosial vertikal melalui saluran tersebut
disebut social circulation. Saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata,
lembaga keagamaan, sekolah, organisasi politik, ekonomi, dan keahlian.
Angkatan bersenjata mempunyai peranan penting sebagai saluran mobilitas
sosial. Contoh, seorang parjurit dari kedudukan yang rendah, karena jasa-jasanya
dapat naik kedudukannya ke tingkat yang lebih tinggi. Kadang-kadang melalui karir
dalam angkatan bersenjata tersebut seseorang dapat mendapatkan kekuasaan dan
wewenang yang besar.
Lembaga keagamaan juga merupakan saluran mobilitas sosial vertikal yang
penting. Contoh, Setiap ajaran agama melalui pemuka-pemuka agama berusaha
menaikkan derajat umatnya yang mempunyai kedudukan yang rendah.
Lembaga pendidikan, seperti sekolah, pada umumnya merupakan saluran
konkrit mobilitas sosial. Bahkan sekolah-sekolah dapat dianggap sebagai social
elevator yang bergerak dari tempat yang paling rendah ke tempat yang paling tinggi.
Artinya melalui pendidikan, seseorang dari lapisan rendah dapat terangkat ke lapisan
lebih tinggi.
Organisasi politik seperti partai politik juga dapat menjadi saluran mobilitas
sosial verikal yang efektif. Banyak politisi-politisi yang menjadi pejabat negara
berkat keaktifannya di partai politik.
Demikian juga, lembaga ekonomi seperti perusahaan dapat juga menjadi
saluran mobilitas sosial vertikal yang penting. Contoh, banyak karyawan perusahaan
yang manjadi kaya, karena gaji dan bonus yang relatif tinggi.

Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini secara singkat:
1. Jelaskan pengertian lapisan masyarakat.
2. Jelaskan terjadinya lapisan masyarakat.

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 95


3. Jelaskan sifat sistem lapisan masyarakat.
4. Jelaskan dasar lapisan masyarakat.
5. Jelaskan unsur-unsur lapisan masyrakat.
6. Jelaskan mobilitas sosial.

Rangkuman
Hal-hal yang telah dijelaskan di bab ini antara lain: pengertian lapisan sosial,
pengertian lapisan masyarakat, sifat sistem lapisan masyarakat, dasar lapisan
masyarakat, unsur-unsur lapisan masyarakat, dan mobilitas sosial.
Menurut Pitirim A. Sorokin lapisan masyarakat (social stratification) adalah
pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat
(hirarkis). Perwujudannya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah.
Pembentukan lapisan ada yang tidak disengaja, tetapi ada yang disengaja.
Lapisan yang tidak disengaja timbul dengan sendirinya berdasarkan kepandaian,
tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan
mungkin juga harta pada batas-batas tertentu. Sementara itu, sistem lapisan yang
sengaja disusun untuk mencapai tujuan bersama biasanya berhubungan dengan
pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi-organisasi formal
Sifat lapisan sosial pada dasarnya ada dua macam, yaitu sifat tertutup dan
terbuka. Tertutup, jika individu dari lapisan yang rendah tidak dapat berpindah ke
lapisan yang lebih tinggi. Terbuka, jika terdapat kesempatan bagi individu untuk naik
ke lapisan yang lebih tinggi.
Pada umumnya, sebagai dasar atau ukuran lapisan masyarakat adalah:
(1) kekayaan, (2) kekuasaan, (3) kehormatan, (3) dan ilmu pengetahuan atau
kepandaian.
Lapisan masyarakat mempunyai dua unsur, yaitu kedudukan atau status dan
peranan atau role. Kedudukan adalah unsur yang statis, sedangkan peranan adalah
unsur yang dinamis dari kedudukan.
Mobilitas sosial adalah geraknya atau berpindahnya individu atau obyek
sosial lainnya dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Mobilitas sosial terdiri atas

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 96


dua macam mobilitas, yaitu mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal. Mobilita
horizontal terjadi jika individu berpindah dari lapisan masyarakat yang satu ke
lapisan masyarakat lain yang sederajat. Mobilitas vertikal terjadi jika individu
berpindah dari lapisan masyarakat yang satu ke lapisan lain yang tidak sederajat (bisa
naik atau turun).

Daftar Pustaka
Soekanto, Soerjono. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
------------------------. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.

Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 97


Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 98
Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 99
Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 100
Lapisan Masyarakat (Suprijanto) 101
Ir. Hj. MARIANI, M.Si
Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal dari kata inter dan
action. —
Interaksi adalah proses di mana
orang-orang berkomunikasi saling pengaruh
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan.
Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam
kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari
hubungan satu dengan yang lain.
Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan
bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau
hubungan timbal balik atau interstimulasi dan
respons antar individu, antar kelompok atau
antar individu dan kelompok”
1. Macam-macam interaksi
Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi
menjadi tiga macam,yaitu:
a. Interaksi antara individu dan individu Dalam hubungan ini bisa
terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika
hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif,
jika hubungan timbalbalik merugikan satu pihak atau keduanya
(bermusuhan).
b. Interaksi antara individu dan kelompok Interaksi ini pun dapat
berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk
interaksisosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai
situasi dan kondisinya.
c. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok Interaksi sosial
kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan
kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan
untuk membicarakan suatu proyek.
Faktor - Faktor yang mendasari berlangsungnya
interaksi sosial

1. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru. Meniru


orang lain mulai dari sikap, perilaku, gaya, cara berfikir,
penampilan, keterampilan, kemampuan, dan lain-lain. Imitasi
yang baik perlu didahului oleh penerimaan, penghormatan,
pengaguman, dll pada sesuatu yang hendak ditiru tersebut.
2. Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu
menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman
tingkah laku orang lain tanpa dikritik terlebih dahulu. Yang
dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang
datang dari dirinya sendiri maupuh dari orang lain, yang pada
umumnya diterima tanpa adanya kritik.
3. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi
identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun
batiniah. Identifikasi adalah imitasi yang mendalam sehingga
ingin menjadi sama dengan pihak lain baik secara disengaja
maupun tanpa disengaja.
4. Simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain yang
seolah-olah merasakan perasaan orang lain.
Syarat-Syarat terjadinya interaksi
sosial
 Adanya Kontak Sosial (sosial contact)
 Adanya komunikasi
Bentuk-bentuk Interaksi sosial
 Interaksi sosial yang bersifat asosiatif ~
mengarah kepada bentuk - bentuk
asosiasi (hubungan); kerjasama,
akomodasi, asimilasi, akulturasi
 Interaksi sosial yang bersifat disosiatif,
yakni yang mengarah kepada bentuk -
bentuk pertentangan atau konflik,
seperti : persaingan, kontravensi, konflik
(pertentangan).
Pelapisan Sosial
Pelapisan sosial adalah perbedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam lapisan kelas-
kelas secara bertingkat.
Pelapisan sosial telah ada sejak manusia
mengenal adanya kehidupan bersama dalam
organisasi sosial. Pada masyarakat yang
bertaraf budaya bersahajapun lapisan sosial
sudah ada, yaitu dengan adanya golongan
budak dan bukan budak. Semakin maju
teknologi suatu masyarakat maka semakin
komplek pula sistem lapisan masyarakat.
Pelapisan Sosial Terjadi dengan Tidak
Sengaja maupun Disengaja.
 Pelapisan yang tidak disengaja; adapun orang-orang
yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan
berdasarkan atas kesengajaan yang disusun
sebelumnya oleh masyarakat itu tetapi berjalan
secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu
sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk
pelapisan dan dasar dari pelapisan itu bervariasi
menurut tempat, waktu dan kebudayaan
masyarakat.
 —
Pelapisan yang disengaja; pelapisan yang disusun
dengan ditunjukkan untuk mengejar tujuan bersama.
Di dalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas
dan tegas adanya wewenang dan kekuasannya
yang diberikan kepada seseorang.
Faktor-Faktor Terbentuknya
Pelapisan Sosial
Faktor-faktor terbentuknya pelapisan sosial yang terjadi
dengan sendirinya seperti kepandaian, tingkat umur, sifat
keaslian di dalam kerabat pimpinan masyarakat serta
pemilikan harta antara satu masyarakat dengan masyarakat
yang lain mempunyai alasan yang berbeda-beda sebagai
bentuk pelapisan sosial. Misalnya pada masyarakat yang
hidup berburu binatang yang dijadikan alasan utama adalah
kepandaian berburu hewan sedangkan pada masyarakat
yang telah hidup menetap dan bercocok tanam dari para
pembuka lahan yang asli dianggap sebagai golongan yang
menduduki pelapisan yang lebih tinggi. Pada masyarakat
yang taraf kehidupannya masih rendah pelapisan masyarakat
mula-mula ditentukan dengan dasar perbedaan seksual (jenis
kelamin). Perbedaan antara yang memimpin dengan yang
dipimpin, golongan budak atau bukan budak, dapat juga
berbeda karena kekayaan atau usia.
Proses Terbentuknya Pelapisan
Sosial
—Selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai
maka hal itu merupakan bibit terbentuknya pelapisan sosial.
Sesuatu yang dihargai itu dapat berupa uang atau harta benda,
kekuasaan, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Barang siapa
yang dapat memiliki sesuatu yang dihargai tadi akan dianggap
oleh masyarakat sebagai orang yang menduduki pelapisan atas,
sebaliknya mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan
sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dihargai tersebut
mereka akan dianggap masyarakat sebagai orang-orang yang
menempati pelapisan bawah atau berkedudukan rendah.
Biasanya golongan yang menduduki pelapisan atau tidak hanya
memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh
masyarakat. Penempatan orang-orang kedalam suatu pelapisan
di dalam suatu pelapisan sosial bukanlah menggunakan ukuran
yang tunggal melainkan bersifat kumulatif, artinya mereka yang
misalnya mempunyai uang banyak akan mudah sekali
mendapatkan tanah kekuasaan dan mungkin juga kehormatan.
Ukuran atau kriteria yang dipakai
untuk menggolongkan orang dalam
pelapisan sosial
1. Ukuran kekayaan
2. Ukuran kekuasaan
3. Ukuran kehormatan
4. Ukuran ilmu pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai