Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM BDT REMPAH DAN OBAT

KERTAS KERJA 1
JUDUL PRAKTIKUM : MENGENAL TANAMAN OBAT DI SEKITAR
KITA
NAMA MAHASISWA : ASSYIFA AZMI
NIM : 2010514320023
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

LIDAH BUAYA
(Aloe vera L.)

Foto

Deskripsi Tanaman
a. Nama Daerah Lidah Buaya
Lidah buaya merupakan tanaman asli Afrika, tepatnya dari Ethiopia.
Akan tetapi banyak berkembang di Yunani dan sudah dikenal sejak abad ke-
14 SM. Sekarang daerah penyebarannya sudah ke seluruh dunia termasuk
Indonesia. Tanaman ini mempunyai nama yang berbeda di masing-masing
wilayah, misalnya Filipina : natau, Malaysia : jadam, Francis : aloe,
Spanyol : sa’villa, India : musabba, Arab : sabbar, Tibet : jellyleek, dan
Indonesia : lidah buaya. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan nama
daerah letah buaya (Sunda) atau ilat baya (Jawa) (Asngad, 2008).
b. Klasifikasi Tanaman Lidah Buaya
Lidah buaya termasuk tanaman liar yang biasa tumbuh dipekarangan
atau tempat-tempat yang berhawa panas, (tropis) tanaman ini berasal dari
keluarga Liliacea dengan mempunyai daun yang mencolok dan menyatu pada
akar. Beberapa ahli menduga bahwa lidah buaya berasal dari Afrika,
kemudian menyebar ke Arab, India, Eropa, Asia Timur dan Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Menurut pendapat lain menjelaskan bahwa lidah buaya
telah masuk ke seluruh pelosok dunia (Sudarto, 1997).
Klasifikasi tanaman lidah buaya adalah sebagai berikut (Maryam,
2013):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Lilieropsida
Ordo : Asparagales
Famili : Asphodelaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera.
c. Morfologi Tanaman Lidah Buaya
Tanaman lidah buaya terdiri dari akar, batang, daun dan bunga.
Akar lidah buaya merupakan akar serabut yang tumbuh ke samping
sepanjang 30 – 40 cm. Akar tersebut keluar dari batang yang tertimbun
tanah. Tinggi tanaman lidah buaya bervariasi sesuai jenisnya dengan bentuk
batang bulat berserat. Pada waktu masih muda batangnya tidak kelihatan
karena tertutup oleh daun yang rapat di sekeliling batang dan sebagian
terbenam dalam tanah. Akan tetapi setelah pelepahnya dipanen beberapa kali
batang tanaman ini akan terlihat jelas (Edi, 2002).
Daun yang berwarna hijau dan bergerigi atau duri di sepanjang tepi
daunnya mempunyai panjang bervariasi sesuai dengan jenisnya. Bentuknya
meruncing ke bagian atas seperti bentuk tombak, mempunyai permukaan
yang rata di bagian atas dan cembung di bagian bawah. Daun lidah buaya
banyak mengandung air, oleh karena itu tanaman ini tergolong pada tanaman
sukulen. Bunga lidah buaya tersusun melingkar di ujung tangkai yang
menjulang vertikal. Warna bunga bervariasi tergantung jenisnya, ada yang
kuning, ungu, dan merah tua. Jika daun dilepas dari tanaman, maka akan
keluar getah yang berwarna agak kekuningan di bagian yang terluka. Daun
lidah buaya mengandung gel yang apabila daun tersebut dikupas akan
terlihat lendir yang mengeras yang merupakan timbunan cadangan makanan.
Daun lidah buaya sebagian besar berisi pulp atau daging daun yang
mengandung getah bening dan lekat. Sedangkan bagian luar daun berupa
kulit tebal yang berklorofil (Edi, 2002)
Batang Tanaman Aloe Vera berbatang pendek. Batangnya tidak
kelihatan karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam
dalam tanah. Melalui batang ini akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya
menjadikan anakan. Aloe Vera yang bertangkai panjang juga muncul dari
batang melalui celah-celah atau ketiak daun. Batang Aloe Vera juga dapat
disetek untuk perbanyakan tanaman. Peremajaan tanaman ini dilakukan
dengan memangkas habis daun dan batangnya, kemudian dari sisa tunggul
batang ini akan muncul tunas-tunas baru atau anakan (Edi, 2002)
Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman yang
bersifat sukulen dan menyukai hidup ditempat kering. Batang tanaman
pendek, mempunyai daun yang bersap-sap melingkar (roset). Panjang daun
40-90cm, lebar 6- 13cm dengan ketebalan lebih kurang 2,5cm dipangkal daun,
serta bunga berbentuk lonceng. Batang ini berserat dan berkayu, pada
umumnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat karena tertutup oleh daun
yang rapat dan sebagian terbenam didalam tanah.Tumbuhan ini panjang
pohonnya 3-5m (Purbaya, 2003).
Daun dari tanaman ini berkeping satu, berbentuk tombak dengan
helaian memanjang, daunnya berdaging tebal tidak bertulang, berwarna hijau
keabu-abuan mempunyai lapisan lilin dipermukaannya. Mengandung air
getah, lendir yang mendominasi daun, bagian atas daun merata dan bagian
bawah agak cembung membulat. Umumnya lidah buaya mempunyai bercak
putih dipermukaan daunnya, dan berjajar gerigi disepanjang tepi daun atau
duri yang tumpul dan tidak berwarna. Bunga Lidah buaya ini mempunyai
bunga yang berbentuk terompet lebih kecil yaitu 2-3cm, berwarna kuning
sampai orange, tersusun sedikit melingkari ujung tangkai yang menjulang
keatas sepanjang sekitar 50-100cm. Akar lidah buaya mempunyai akar serabut
dan sangat pendek yaitu mencapai 30-40cm (Purbaya, 2003).
Syarat Tumbuh
Syarat tumbuh tanaman lidah buaya adalah terdapat segala unsur iklim, yaitu
suhu, curah hujan, dan sinar matahari. Tanaman lidah buaya juga tahan kekeringan,
dapat menyimpan air pada daunnya yang tebal, mulut daun tertutup rapat sehingga
mengurangi penguapan pada musim kering. Meskipun tanaman menghendaki
ditanam di tempat terbuka, tetapi di dalam ruangan yang sinar mataharinya kurang
pun dapat tumbuh dengan baik. Di daerah yang bersuhu antara 28°C-32°C, tanaman
ini dapat tumbuh dengan baik. Suhu optimum untuk pertumbuhannya berkisar 16-
33°C, dan curah hujan 1.000-3.000 m3 per tahun dan musim kering agak panjang
(Wahjono dan Koesnandar, 2002).
Teknik Budidaya Lidah Buaya
a. Penyiapan Lahan
Persiapan dan pengolahan lahan adalah mempersiapkan lahan agar
kondisi lahan sesuai untuk pertumbuhan tanaman lidah buaya. Kegiatan yang
dilakukan dalam penyiapan lahan adalah membersihkan lahan dari bebatuan,
gulma dan sisa-sisa tanaman lainnya. Tujuan penyiapan dan pengolahan lahan
adalah agar lahan siap untuk ditanami dan sesuai dengan persyaratan tumbuh
tanaman (Dirjen Hortikultura, 2019)
b. Pembibitan
Penyediaan Bibit Tanaman lidah buaya berbatang pendek dan
tersembunyi dalam tanah. Pada bagian batang inilah muncul anakan yang
bergerombol mengelilingi tanaman induk. Anakan ini dapat digunakan
sebagai bibit dengan cara memisahkan dari dari induknya. Anakan yang layak
dijadikan bibit berukuran kira-kira sebesar ibu jari, dengan panjang antara
10cm - 20 cm. Tanaman induk penghasil bibit ini dipelihara secar khusus pada
bendengan atau pot-pot agar menghasilkan secara khusus pada bendengan
atau pot-pot agar menghasilkan anakan lebih banyak. Apabila telah muncul
anakan senesar ibu jari dapat segera dipotong dan dipindahkan pada tempat
khusus, berupa bendengan persemaian atau polybag. Sebelum ditanam,
anakan ini ditanam dalam polybag kecil agar akarnya tumbuh banyak dan siap
dipindakan ke lapangan. Setiap polybag cukup ditanami satu anakan sebesar
ibu jari. Caranya, padatkan tanah di sekitar polybag agar akar atau bakal akar
dapat langsung mengenai tanah (Yudo Sudarto, 1997 : 19-20).
c. Pembersihan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa pembakaran tumbuhan dan bebatuan yang
ada. Sisa tumbuhan dan bebatuan disingkirkan dari lahan agar tidak menjadi
sumber infeksi jasad pengganggu tanaman atau menjadi pengganggu pada
penyiapan lahan selanjutnya (Yudo Sudarto, 1997 : 21-22).
Proses selanjutnya adalah pembuatan parit keliling. Parit sedalam 60 –
75 cm dan sedalam 100 cm dibuat disekeliling lahan, berfungsi sebagai batas
kebun lidah buaya dan sebagai saluran drainase. Kondisi parit dipertahankan
agar dapat memenuhi fungsi dengan cara diperbaiki bila mengalami kerusakan
dan pendangkalan (Yudo Sudarto, 1997 : 21-22).
d. Pencangkulan pada bidang tanam
Tanah dicangkul hingga gembur sebelum dibuat bedengan tanam atau
langsung ditanami dengan lidah buaya. Jika bedengan dibuat, ukurannya
disesuaikan dengan jarak tanam lidah buaya. Di lahan gambut seperti di Kota
Pontianak, petani umumnya tidak membuat bedengan tanam. Bedengan tanam
akan terbentuk dengan sendirinya bila petani membumbun atau meninggikan
tanah tempat tumbuh tanaman bila batangnya sudah semakin tinggi (Yudo
Sudarto, 1997 : 21-22).
e. Penanaman
Tanaman lidah buaya dapat ditanam pada setiap musim, tetapi penanaman
yang baik dapat dilakukan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau.
Pada musim hujan kendalanya adalah tanaman lebih mudah terserang jamur,
sedangkan pada musim kering tanaman terancam mati karena kekeringan.
Saat penanaman hendaknya dipilih pada pagi atau sore hari, saat sinar
matahari tidak terlalu terik untuk mengurangi kelayuan (Yudo Sudarto, 1997 :
21-22).
Bibit ditanamkan ke dalam lubang dan tanah disekitar perakaran
dipadatkan agar tanah pendederan atau pembibitan dapat menyatu dengan
tanah bedengan. Bila tidak ada hujan tanaman baru harus disiram sampai
tanaman kuat kemudian dipupuk dengan dosis rendah. Tiap hektar diberikan
100 kg urea, 100 kg TSP, dan 50 kg KCl (Yudo Sudarto, 1997).
f. Pemeliharaan
1) Penyulaman
Sesudah penanaman, yang perlu diperhatikan adalah menjaga
kelembapan agar tanaman tidak kekeringan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penyiraman secara berlanjut, baik pagi maupun sore hari
bila tidak ada hujan. Penyiraman ini dilakukan sampai akar tanaman
tumbuh, sehingga mampu memenuhi kebutuhan airnya (Yudo Sudarto,
1997).
Selama dalam pemeliharaan ini apabila ada tanaman yang mati
atau pertumbuhannnya tidak baik harus diganti dengan tanaman baru
(Yudo Sudarto, 1997).
2) Pemupukan
Pemupukan pada tanaman lidah buaya belum ada rekomendasi
yang tepat namun dalam pertumbuhannya diperlukan unsur-unsur
sepert nitrogen dan kalium untuk pembentukan zat hijau daun,
pertumbuhan vegetatif tanaman, dan pembentukan jaringan tanaman.
Adapun pemupukan fosfat diharapkan dapat merangsang pertumbuhan
dan perkembangan akar (Yudo Sudarto, 1997).
3) Pembumbunan
Pada umur 3 bulan tanaman sudah mulai tumbuh subur. Akar
tanaman sudah mulai menjalar ke sekitar bedengan. Untuk
mendekatkan makanan, menggemburkan tanah dan memperkokoh
berdirinya tanaman, tanaman perlu dibumbun dengan menaikkan tanah
di sekitarnya dan dipadatkan ke sekitar batang tanaman.
Pembumbunan biasanya juga diiringi dengan kegiatan pengendalian
gulma dan pemupukan susulan (Yudo Sudarto, 1997).
4) Penyobekan
Tanaman lidah buaya pada umur 5 - 6 bulan tanaman sudah mulai
mengeluarkan anakan dari batang yang terpendam dalam tanah.
Anakan ini perlu disobek atau dipisahkan untuk dijadikan bibit. Jika
dibiarkan anakan ini akan banyak tumbuh di sekitar induknya sehingga
menjadi beban bagi induknya. Pertumbuhan induk tanaman menjadi
terhambat, dan tanaman kerdil (Yudo Sudarto, 1997).
5) Pengendalian Gulma
Tanaman lidah buaya tidak memiliki daun yang rimbun
sehingga tanah disekitar tanaman terbuka. Hal ini mengundang banyak
gulma yang tumbuh secara liar, apabila tanaman akan dipelihara terus
sampai beberapa tahun.oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian
gulma secara kontinu, yaitu pada saat gulma masih kecil dan belum
merugikan tanaman. Gulma yang masih kecil pengendaliannya mudah
dan biayanya lebih murah. Pengendalian gulma dapat dilakukan
dengan cara mencabut secara manual dengan tanaman, menggunakan
alat cangkul atau koret, mendangir sambir membumbun, atau
menggunakan herbisida (Yudo Sudarto, 1997).
g. Pengendalian Hama dan Penyakit
1) Hama Ulat Pemakan
Daun Kerusakan akibat serangan hama belum dilaporkan secara serius.
Hama yang sering mengganggu adalah ulat pengerek daun pada tanaman
muda. Ulat ini sangat mengganggu karena mengakibatkan tanaman
terganggu. Pengendalian hama ini dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida (Yudo Sudarto, 1997).
2) Hama bekicot (Achatina Fulica)
Hama bekicot dan sejenis siput kecil merusak daun.
Pengendalian hama bekicot dapat dilakukan secara manual. Hewan
lunak ini cukup mudah ditangkap dan dibunuh atau dikumpulkan
untuk dijadikan pakan ayam atau itik (Yudo Sudarto, 1997).
3) Penyakit
Penyakit yang sering menyerang tanaman lidah buaya adalah
segelongan jamur yang menyebabkan busuk pada pangkal batang, atau
pangkal daun, seperti fusorium Sp. yang menyerang akar tatau pangkal
batang sehingga tanman layu dan mati. Pengendalian tanaman ini
dapat dilakukan dengan mengatur drainase tanah agar lancar, karena
cendawan ini sangat menyukai lahan yang drainase tanah agak lancar,
karena cendawan ini sangat menyukai tanah dengan drainase yang
jelek dan lembap (Yudo Sudarto, 1997).
Tanaman yang diserang harus dumusnakan dengan cara
dibakar dan tempat bekas tanaman diisolasi agar tidak menularkan
penyakit pada tanaman lain. Pengendalian secara kimia dilakukan
dengan penggunaan fungisida yang berbahan aktif dazomet, captafol
atau benonmyl, seperti besamid G, Banlete atau vapam. Penggunaanya
dilakukan dengan cara disemprotkan pada tanaman atau dengan
pencelupan pada akar tanaman sebelum tanaman ditanam (Yudo
Sudarto, 1997 : 25 - 26).
h. Panen
Panen pertama dapat dilakukan setelah tanaman berumur 8 -10 bulan,
dan ketebalan daun kira-kira 40 cm – 50 cm, dengan berat 300g – 600g. Hal
ini tergantung pada kesuburan tanaman dan media penanamannya. Tanaman
lidah buaya yang ditanam di dalam pot, berat daun ± hanya 1 ons – 2 ons per
batang. Panen dapat dilakukan secara berkala 1-2 minggu sekali dengan cara
memotong pangkal daun yang dimulai dari pelepah daun bagian bawah,
karena daun bagian bawah ini bila dibiarkan terlalu lama akan menyentuh
tanah sehinggga membusuk (Yudo Sudarto, 1997 : 27- 28).
Kandungan Bahan Bioaktif Lidah Buaya dan Manfaatnya Bagi Kesehatan
Dari segi kandungan nutrisi, gel atau egene, lidah buaya mengandung
beberapa mineral, seperti kalsium, magnesium, kalium, sodium, besi, zinc, dan
kromium. Beberapa vitamin dan mineral tersebut dapat berfungsi sebagai pembentuk
antioksidan alami, seperti fenol, flavonoid, vitamin C, vitamin E, vitamin A, dan
magnesium. Antioksidan ini berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan
jantung, dan berbagai penyakit degeneratif (Astawan, 2008).
Secara kuantitatif, protein dalam lidah buaya ditemukan dalam jumlah yang
cukup kecil, akan tetapi secara kualitatif protein gel lidah buaya kaya akan asam-
asam amino essensial terutama leusin, lisin, valin, dan histidin. Selain kaya akan
asam-asam amino essensial, gel lidah buaya juga kaya akan asam glutamat dan asam
aspartat. Vitamin dalam lidah buaya larut dalam lemak, selain itu juga terdapat asam
folat dan kolin dalam jumlah kecil (Setiabudi, 2008).
Manfaat lidah buaya antara lain adalah sebagai alkalisasi tubuh, sistem imun
tubuh, mengeluarkan racun tubuh (detoksifikasi), mengurangi berat badan, kesehatan
kardiovaskuler, sumber asam amino, melawan peradangan, membantu sistem
pencernaan, sumber vitamin dan mineral, membantu penderita diabetes, kesehatan
rambut dan kulit Mengobati wasir, menyembuhkan luka, mengobati bisul, mengobati
ketobe, menjadi sunblock, mencegah penuaan dini, mengurangi bekas stretch mark,
melebatkan alis mata, menjadi pembersih riasan (makeup), menghilangkan jerawat,
menghilangkan flek hitam, menjaga kesehatan bulu mata, menjaga kelembaban wajah
(Melliawati, 2018).
Berikut tabel komponen bioaktif pada lidah buaya (Aloe vera L.) menurut
Reynolds dan Dweck (1999):
Komponen Bioaktif Fungsionalitas
Acemannan Anti-inflammatory, wound healing, anti-
kanker, anti-virus, UV sunburn
Glikoprotein Anti-diabetes, anti-kanker
Aloe emodin Anti-kanker, anti-oksidan, antimikroba
Anti-inflammatory, wound healing, anti-
Lectin
kanker
Aloin (Barbaloin) dan komponen fenolik Anti-mikroba , anti-oksidan
Alomicin Anti-kanker

DESKRIPSI TANAMAN
(Isinya : Nama daerah, klasifikasi tanaman, morfologi tanaman)
SYARAT TUMBUH
TEKNIK BUDIDAYA (Isinya : Penyiapan lahan, pembibitan, penanaman,
pemupukan, pemeliharaan, pengendalian OPT, dan panen)
KANDUNGAN BAHAN BIOAKTIF DAN MANFAAT BAGI KESEHATAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Asngad, A. (2008). Pemanfataan Lidah Buaya (Aloe Vera) Menjadi Produk Makanan
Berserat Dengan Penambahan Berbagai Jenis Gula. Jurnal Penelitian Dains
& Teknologi, Vol. 9, No. 2, 144-155.

Astawan, M. 2008. Khasiat Warna Warni Makanan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP)


Budidaya Tanaman Lidah Buaya Aloe vera Pontianak. Pontianak.
Kementerian Pertanian.

Edi, W. dan Koesnandar. 2002. Mengebunkan Lidah Buaya secara Intensif.


Agromedia Pustaka. Yogyakarta.

Maryam, I. 2013. Efektifitas Ekstrak Aloe vera terhadap Pertumbuhan Bakteri


Staphylococcus aureus. Skripsi. Fakultas Kedokteraan Gigi Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Melliawati, R. 2018. Potensi Tanaman Lidah Buaya (Aloe pubescens) dan Keunikan
Kapang Endofit yang Berasal dari Jaringannya. Laporan. BioTrends Vol.9
No.1 Tahun 2018. Bogor.

Purbaya, J. R. 2003. Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Aloe Vera (Lidah Buaya).
Pionir Jaya. Bandung.

Reynolds, T and A.C. Dweck. 1999. Aloe vera leaf gel: a review update. Journal of
Ethnopharmacology. Vol 68, pp 3- 37.

Setiabudi. 2008. Referensi Kesehatan Diabetes Mellitus. Diakses: 31 Mei 2016.

Sudarto, Y. 1997. Lidah Buaya. Kanisius. Yogyakarta.

Wahjono, E. dan Koesnandar. 2007. Mengebunkan Lidah Buaya Secara Intensif.


Jakarta. AgroMedia Pustaka. 59 h

Yudo Sudarto. (1997). Lidah Buaya. Yogyakarta : Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai