Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENGANTAR LINGKUNGAN LAHAN BASAH

Nama : Assyifa Azmi


NIM : 2010514320023

Konvensi Ramsar merupakan perjanjian internasional untuk konservasi dan


pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan di seluruh dunia karena memiliki nilai ekologi
yang tinggi. Konvensi Ramsar diselenggarakan pada tanggal 2 Februari 1971 di Ramsar, Iran
dengan nama resminya yaitu The Convention on Wetlands of International Importance,
especially as Waterfowl Habitat yang disusun oleh 18 negara peserta sidang. Namun hingga
saat ini konvensi tersebut lebih dikenal sebagai “RAMSAR”. Indonesia telah meratifikasi
konvensi Ramsar ini pada tahun 1991 melalui Keputusan Presiden RI No. 48 tahun 1991.
Anggota melakukan sidang setiap 3 tahun sekali, dengan keanggotaan sampai saat ini
mencapai 171 negara dan telah ditetapkan 2394 situs dengan luas 253.900.552 Ha di seluruh
dunia.
Lahan basah juga memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dibanding
ekosistem lainnya. Jenis dari lahan basah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu lahan
basah alami dan buatan. Lahan basah alami meliputi rawa-rawa air tawar, hutan bakau
(mangrove), rawa gambut, hutan gambut, paya-paya, dan riparian (tepian sungai). Sedangkan
lahan basah buatan meliputi waduk, sawah, saluran irigasi, dan kolam. Luas lahan basah di
dunia diperkirakan lebih dari 8,5 juta km² atau lebih dari 6% dari total luas permukaan bumi.
Klasifikasi tanah sawah yang telah disebutkan pada berbagai uraian tulisan ini terlihat
tidak sistematis, karena sebagian besar hanya didasarkan pada proses pembentukannya, yaitu
pengaruh manusia dan pengaruh air genangan di permukaan tanah, dan bukan atas dasar sifat-
sifat tanah yang telah dihasilkan secara permanen, sebagai akibat penyawahan. Dari
pengamatan di lapangan dan penelitian lain di berbagai daerah di Indonesia, terlihat bahwa
meskipun tanah sawah semuanya terjadi karena pengaruh perbuatan manusia, dan selalu
mendapat genangan air di permukaan, tetapi sifat-sifat morfologi dan sifat-sifat lain yang
dihasilkan berbeda-beda tergantung dari sifat tanah asalnya.
Tanah sawah mempunyai beberapa nama dalam sistem klasifikasi tanah secara umum
yaitu: “Rice soils”, “Paddy soils”, “Lowland paddy soils”, “Artificial hydromorphic soils”,
dan “Aquorizem”.

A. Definisi Sawah
Lahan basah mencakup tiga kategori, yaitu marine/coastal wetland, inland
wetland, dan human-made wetland. Lahan sawah adalah lahan basah buatan
(constructed wetlands) dan dalam konversi Ramsar termasuk dalam kategori human-
made wetland.
Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata,
dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya
lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Untuk mengairi
sawah digunakan system irigasi dari mata air, sungai, atau air hujan. Sawah yang
terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah sawah
irigasi (Elly, 2017)

B. Komponen Ekosistem Sawah


Ekosistem sawah adalah salah satu ekosistem buatan di darat karena sawah
terbentuk karena campur tangan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan
manusia. Dalam setiap ekosistem selalu ada komponen pembentuknya, yaitu
komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik sawah adalah makhluk
hidup yang hidup di habitat persawahan dan membentuk rantai makanan. Rantai
makanan terdiri dari produsen, konsumen dan pengurai. Sawah adalah sebidang lahan
pertanian yang kondisinya selalu ada dalam kondisi basah dan kadar air yang
dikandungnya selalu di atas kapasitas lapang. Sebidang sawah dicirikan oleh beberapa
indikator, yaitu :
1) Topografi selalu rata
2) Dibatasi oleh pematang
3) Diolah selalu pada kondisi berair
4) Ada sumber air yang kontinyu, kecuali sawah tadah hujan dan sawah rawa
5) Kesuburan tanahnya relatif stabil meskipun diusahakan secara intensif
6) Tanaman yang utama diusahakan petani padi sawah.
Unsur-unsur dari ekosistem yang ada di area sawah terbagi menjadi 2 jenis
yakni unsur biotik / organisme yang hidup dan unsur abiotik / benda-benda mati.
1. Komponen Biotik.
Pada area persawahan terdapat jenis komponen biotik contohnya
tumbuh-tumbuhan dan juga hewan. Adapun hewan yang ada di sawah adalah
hewan yang seperti serangga, tikus, burung, belut, ular dan masih banyak lagi
lainnya. Keberadaan makhluk hidup tersebut muncul secara alami. Manusia
membuat sawah dengan tujuan untuk ditanami tumbuhan padi saja, namum
munculnya komponen biotik tersebut memang tidak bisa dihindarkan. Adapun
komponen biotik yang ada di sawah terbagi menjadi 3 yaitu produsen,
konsumen, dan pengurai/decomposer.
2. Komponen Abiotik
Dibawah ini adalah beberapa komponen abiotik yang terdapat di
sawah, yaitu tanah, air, cahaya matahari, udara, dan iklim.

C. Fungsi Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi


Keberadaan lahan sawah memiliki banyak fungsi, baik untuk kehidupan
manusia maupun lingkungan. sawah dimaknai masyarakat bukan sematamata
tanaman ekonomis, yang hasilnya menjadi patokan ekonomi keluarga. Sawah lebih
identik sebagai bentuk ketahanan pangan masyarakat. Ini diperkuat dengan indikasi
yang tampak bahwa pemanfaatan hasil sawah tidak untuk dijual. Padi hasil panen
digunakan untuk tiga hal, yaitu bahan makanan pokok sekeluarga besar selama satu
tahun, bahan bibit untuk musim tanam yang baru, dan cadangan apabila ada hajatan
dalam keluarga. Fungsi lahan sawah bagi kehidupan manusia selain sebagai
penghasil bahan pangan, juga merupakan salah satu sumber pendapatan, tempat
bekerja, tempat rekreasi, tempat mencari ilmu, dan lain sebagainya. Fungsi lahan
sawah bagi lingkungan dapat dilihat dari fungsi lahan sawah sebagai tempat hidup
berbagai tumbuhan, tempat berkembang biak berbagai organisme hidup seperti
cacing, berbagai serangga, burung, belut, ular, dan organisme lainnya, berperan dalam
mencegah terjadinya banjir, erosi, maupun tanah tanah longsor.
Pengamatan yang dilakukan pada tanggal 4 Oktober 2021 pukul 15.30 WITA, di Desa
Kayu Rabah, RT 003/RW 001, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Yang
diamati adalah sawah rawa.
DAFTAR PUSTAKA

Aini N, Zainuddin, Mahardika AI. 2018. Pengembangan materi ajar IPA menggunakan
model pembelajaran kooperatif berorientasi lingkungan lahan basah. Berkala Ilmiah
Pendidikan Fisika. 6(2):264-277.

Elly Nielwaty, Prihati, Sulaiman Zuhdi. 2017. Pengaruh Pengawasan Terhadap Kinerja
Pegawai Disperindag Sub Bidang Pengawasan Barang Dan Jasa Provinsi Riau, Jurnal
Niara, Vol 10, No 1. www.neliti.com

Harnantaka, A. 2012. Contoh-contoh Gambar Ekosistem Sawah di Indonesia.


http://biologywindow.blogspot.co.id/2012/04ekosistemikomponenya.html. Diakses
pada 5 Mei 2016.

Rustam A, Rahayu YP, Salim HL. 2020. Keanekaragaman hayati tanaman akuatik tenggelam
di Situs RAMSAR Pulau Rambut, Jakarta. Jurnal Riset Jakarta. 13(1):41-48.

Sudrajat, Mengenal Lahan Sawah dan Memahami Multifungsinya Bagi Manusia dan
Lingkungan. https://ugmpress.ugm.ac.id/id/product/pertanian/mengenal-lahan-
sawah-dan-memahami-multifungsinya-bagi-manusia-dan-lingkungan

Wahyu. 2017. Pembudayaan inkuiri dalam membangun SDM yang berdaya saing dan
berwawasan lingkungan lahan basah. Di dalam: Sholahuddin A, Annur S, Putri RF,
Muslim M, editor. Prosidding Seminar Nasional Pendidikan IPA. 2017 Okt 07;
Banjarmasin, Indonesia. Banjarmasin (ID): Universitas Lambung Mangkurat. hlm 4-
7.

Anda mungkin juga menyukai