Unrwgulation Peti Kuansing
Unrwgulation Peti Kuansing
siJanuar
i-Juni2020Vol19No1
I onHub:Medi
nnovat
i aKol
aborasiMenuj
uPemer
int
ahanDaer
ahI
novat
if
Heri
eSaksono
I
nsti
tusi
onalBui
l
dingdalam Mengat
asiPer
soalan
Per
tambanganEmasTanpaI zi
nDiKabupatenKuantanSingi
ngi
Provi
nsiRiau
Khotami
GerakanMasyarakatTer
ti
bAdmini
str
asiKependudukanMelal
ui
I
novasiPel
ayananLukadesi(Kel
uargaBerdukaDesaSiaga)
DiKabupatenSlemanD.IYogyakar
ta
HendySet i
awan,Far
izaIkhsandit
ya
Pr
ovinsi‘
I
sti
mewaMelayuRiauKepul
auan’
MuchidAlbi
ntani
,Aur
adianMarta
Kaderi
sasidanPenet
apanCalonLegi
sl
ati
fpadaPart
aiPoli
ti
k
(
StudiDPDPar t
aiNasi
onalDemokr
atSeram Bagi
anBarat2019)
FandiAhmadSi nt
ani,WahabTuanaya,MarnoWance
Fact
orsofAff
ectDeli
berat
i
onofMaguwoharj
o
Vi
l
lageDevel
opmentPlani
ngSub-Dist
ri
ctDepokRegencySl
emanYogyakar
ta
MuhammadRaf i
,UlungPr i
badi
,Faj
arRahmanto
Sur
veyKepuasanMasyarakat(
SKM)padaBadanPendapatanDaer
ah
Kabupat
enBi nt
an
Suher
ry,Bi
llyJenawi,RendraSet
yadi
harj
a,
ZamzamiAKar im,FirmanSetyawan,RanyAngraini
Per
anDewanPer waki
l
anDaerah(DPD)dal am
Pembent
ukanDaerahOtonomiBaru(DOB)Diwil
ayahPr ovinsiMal
ukuUt
ara
AbdulHal
ilI
brahi
m,Bakr iLaSuhu,Rif
jalTifandy,
MarnoWance
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
KADERISASI DAN PENETAPAN CALON LEGISLATIF PADA PARTAI POLITIK (Studi DPD
Partai Nasional Demokrat Seram Bagian Barat 2019
Fandi Ahmad Sintani1, Wahab Tuanaya 2, Marno Wance 3
1,2,3 Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Pattimura, Indonesia 75 - 90
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kuantan Singingi yang dimotivasi oleh munculnya
kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI) di sejumlah kabupaten di Kabupaten Kuantan Singingi
yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Hal ini disebabkan oleh pendapatan yang menjanjikan
sehingga kegiatan tersebut dijadikan mata pencaharian. Penambangan emas tanpa izin di Kabupaten
Kuantan Singingi merupakan masalah yang telah menjadi perbincangan di antara masyarakat Riau
pada umumnya. Masalah ini harus dipecahkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sehingga dampak
dari kegiatan penambangan emas tidak akan membahayakan wilayah atau orang-orang yang tinggal di
daerah sekitar lokasi tambang. Faktor kurangnya kesadaran publik tentang bahaya PETI telah
menyebabkan pertumbuhan PETI tumbuh, di samping rendahnya tingkat keterlibatan aktor yang
tertarik dan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan sehingga mempengaruhi produk
regulasi yang lemah yang merupakan payung hukum bagi PETI. kegiatan penambangan emas yang
merugikan masyarakat setempat. Studi ini melihat bagaimana struktur kelembagaan menangani
masalah penambangan emas tanpa izin di Kabupaten Kuantan Singingi. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari Pegawai
Dinas ESDM Provinsi Riau, DPRD, Asisten III Sekretariat Daerah Kuantan Singingi, Petugas
Kepolisian Kabupaten Kuantan Singingi, Pegawai Dinas Lingkungan Kabupaten Kuantan Singingi,
Kepala Desa dan masyarakat. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lemahnya peran kepemimpinan baik formal maupun
informal dalam mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh pemilik modal dan pelaku pertambangan.
Selain itu tidak ada aturan dalam bentuk peraturan daerah sebagai payung hukum terkait penambangan
masyarakat. Sumber daya yang terbatas dalam bentuk biaya, fasilitas, dan jarak lokasi penambangan
membuatnya sulit dikendalikan oleh polisi. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dalam
pengembangan kelembagaan antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten, DPRD dan
masyarakat dalam mengatasi masalah penambangan emas tanpa izin di Kabupaten Kuantan Singingi.
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 17
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 18
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 19
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Gambar 1.
Kerusakan lahan Akibat Aktivitas PETI di Kabupaten Kuantan Singingi
2500
2000
Luas (Ha)
1500
1000
500
Kecamatan
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 20
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
atau yang dibentuk ulang yang (a) banyak ekonom berkesimpulan bahwa
mewujudkan perubahan nilai, fungsi, fisik, kegagalan pembangunan ekonomi
dan / atau teknologi sosial, (b) umumnya karena kegagalan kelembagaan.
membangun, membina, dan melindungi Dalam bidang sosiologi dan antropologi
normatif baru hubungan dan pola tindakan, kelembagaan banyak ditekankan pada
dan (c) mendapatkan dukungan dan saling norma, tingkah laku dan adat istiadat.
melengkapi di lingkungan". Berbeda Dalam bidang ilmu politik kelembagaan
dengan William S. Pooler dan Richard L. banyak ditekankan pada aturan main (the
Duncan dalam (Donald&Klein, 1974), rules) dan kegiatan kolektif (collective
yang menyarankan bahwa institusi adalah action) untuk kepentingan bersama atau
"organisasi formal spesifik yang seiring umum (public). Ilmu psikologi melihat
waktu telah mengembangkan kapasitas kelembagaan dari sudut tingkah laku
untuk bertindak sebagai agen untuk manusia (behaviour). Ilmu hukum
masyarakat yang lebih besar dengan menegaskan pentingnya kelembagaan dari
menyediakan fungsi dan layanan yang sudut hukum, aturan dan penegakan
bernilai mereka berfungsi sebagai model hukum serta instrumen dan proses
untuk mendefinisikan pola normatif dan litigasinya (Djogo, dkk, 2003)[8].
nilai yang sah, melestarikan dan Djogo dkk (2003) juga
melindungi mereka untuk masyarakat yang menyebutkan bahwa pada umumnya
lebih besar " definisi lembaga mencakup konsep pola
Lebih lanjut Milton J. Esman,
perilaku sosial yang sudah mengakar dan
tampaknya juru bicara institutional
building yang terkenal, menjabarkan berlangsung terus menerus atau berulang.
kerangka kerja konseptualnya dengan Dalam konteks ini sangat penting
tangan yang meyakinkan. Singkatnya, ini diperhatikan bahwa perilaku sosial tidak
mencakup fokus kepentingan tertentu membatasi lembaga pada peraturan yang
dalam penciptaan dipandu atau pemulihan mengatur perilaku tersebut atau
institusi yang dimaksudkan untuk mewajibkan orang atau organisasi untuk
memperkenalkan perubahan teknis
harus berpikir positif ke arah norma-norma
dan/atau sosial ke negara-negara
berkembang. Fokus semacam itu yang menjelaskan perilaku mereka tetapi
mencakup variabel internal ke juga pemahaman akan lembaga ini
kepemimpinan institusi, doktrin, program, memusatkan perhatian pada pengertian
sumber daya, dan struktur internal dan mengapa orang berprilaku atau bertindak
keterkaitan institusi dengan lingkungan sesuai dengan atau bertentangan dengan
eksternal yang memungkinkan, fungsional, peraturan yang ada. Kelembagaan
normatif, dan hubungan yang tersebar.
berisikan dua aspek penting yaitu; “aspek
Kelembagaan umumnya banyak
dibahas dalam sosiologi, antropologi, kelembagaan” dan “aspek keorganisasian”.
hukum dan politik, organisasi dan Aspek kelembagaan meliputi perilaku atau
manajemen, psikologi maupun ilmu perilaku sosial dimana inti kajiannya
lingkungan yang kemudian berkembang ke adalah tentang nilai (value), norma (norm),
dalam ilmu ekonomi karena kini mulai
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 21
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 22
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 23
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 24
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 25
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 26
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 27
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 28
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
seperti gubernur dan pemerintah provinsi mampu menghentikan proses dan progres
melalui dinas ESDM dan pemerintah perubahan sosial di wilayahnya. Fungsi
setempat sebagai pemilik lokasi utama lembaga kepemimpinan formal
penambangan untuk merespon solusi atas adalah sebagai mobilisator anggota
kegiatan ilegal tersebut. Hal ini terlihat lembaga organisasi, sebagai pusat dan
dari masih terdapatnya kasus penyalur informasi, dan berbagai fungsi
penambangan ilegal yang dilakukan oleh sosial lainnya.
individu dan masyarakat pelaku PETI Sementara itu peran lembaga
sejak 5 tahun terakhir (dapat dilihat pada kepemimpinan non formal juga memiliki
tabel 1 tentang data jumlah kasus PETI di potensi untuk dimanfaatkan secara positif
Kabupaten Kuantan Singingi). Selain itu, dalam berbagai upaya untuk mengatasi
lemahnya pengaturan yang menyangkut persoalan pertambangan emas yang terjadi
dengan pertambangan emas di Riau, yang di Kabupaten Kuantan Singingi. Hal ini
menuntut peran kepemimpinan kepala diperkuat dengan hasil penelitian yang
daerah provinsi dan DPRD sebagai dilakukan oleh Kuntowijoyo (1980) yang
pemegang kewenangan pertambangan dan menunjukkan kuatnya posisi dan peran
pembuat kebijakan dalam bentuk peraturan lembaga kepemimpinan lokal pada sistem
daerah tentang pertambangan rakyat. sosial etnis Madura, dimana kedua peran
Sementara itu, hal yang lebih ironis lagi, kepemimpinan lokal tersebut terdiri dari
munculnya keterlibatan oknum pemerintah tokoh negara dan tokoh agama
asebagai pemodal dalam kegiatan (Suradisastra, 2017:281-315)[23].
penambangan emas ilegal tersebut. Oleh Begitupun hal nya dengan persoalan
karenanya, peran kepemimpinan kepala PETI di Kabupaten Kuantan Singingi.
daerah baik provinsi maupun kabupaten, Peran dari kepemimpinan non formal
desa dan DPRD merupakan elemen yang diperlukan untuk mempengaruhi
penting dalam menentukan arah kebijakan masyarakat agar berpartisipasi dalam
tentang pertambangan emas di Riau keterlibatannya menjadi bagian dari
khususnya di Kabupaten Kuantan perumusan kebijakan terkait dengan
Singingi. Kepemimpinan formal yang penanganan PETI di Kabupaten Kuantan
terdiri dari gubernur bersama bupati dan Singingi. Peran serta dari ninik mamak,
DPRD perlu melakukan diskusi dengan tokoh adat, tokoh agama dan pemuda
melibatkan unsur yang terkait dan tentunya memberikan pengaruh yang
Forkompinda untuk membahas tentang begitu besar terhadap aktivitas masyarakat
pengelolaan pertambangan emas di khsususnya yang menyangkut dengan
Kabupaten Kuantan Singingi. Produk pertambangan emas. Betapa tidak,
kebijakan layaknya peraturan daerah kebiasaan dan tradisi “mendulang” yang
tentang pertambangan sejatinya diperlukan telah dilakukan turun temurun oleh
guna untuk mengatur legalitas kegiatan masyarakat mulai memudar sejak
pertambangan di Kabupaten Kuantan belakangan ini seiring berkembangnya tren
Singingi. Keberadaan lembaga menambang dengan menggunakan alat
kepemimpinan (leadership) formal dalam modern yang relatif lebih cepat dan
suatu komunitas memainkan peran mendapatkan hasil yang banyak.
signifikan dan dalam kondisi tertentu Melemahnya peran dari kepemimpinan
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 29
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Gambar 2.
Tiga Elemen Sistem Kebijakan
Pelaku
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 30
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Lingkungan Kebijakan
Menurut Thomas R. Dye (dalam dan kewenangannya. Jika hal ini lemah,
Dunn, 2000:110)[24] terdapat tiga elemen maka akan berdampak terhadap proses
kebijakan yang membentuk sistem keberlangsungan pemerintahan. Oleh
kebijakan. Dye menggambarkan ketiga karena itu, persoalan ini menuntut
elemen kebijakan tersebut sebagai keterlibatan semua elemen baik
kebijakan publik/public policy, pelaku pemerintah maupun lembaga non
kebijakan/policy stakeholders, dan pemerintah untuk merumuskan kebijakan
lingkungan kebijakan/policy environment. yang mengatur tentang pertambangan.
Lebih lanjut Thomas Mengatakan bahwa Peraturan daerah tentang pertambangan
Pelaku kebijakan yakni orang yang merupakan salah satu solusi bagi
mempunyai wewenang yang sah untuk terselenggaranya pengelolaan potensi emas
ikut serta dalam formulasi hingga di Provinsi Riau khususnya di Kabupaten
penetapan kebijakan publik. Pelaku Kuantan Singingi. Pemberian izin usaha
kebijakan memang dapat mempunyai pertambangan (IUP) kepada pelaku usaha
peran penting dalam kebijakan, namun tentunya tidak terlepas dari legalitas
mereka juga dapat pula dipengaruhi oleh wilayah yang akan dilakukan eksplorasi
keputusan pemerintah. Lingkungan oleh masyarakat sebagai wilayah resmi
kebijakan juga mempengaruhi dan pertambangan rakyat. Persoalan
dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan lingkungan, limbah industri dan juga
kebijakan publik itu sendiri. abrasi sungai akibat aktivitas PETI akan
Berkaitan dengan perkembangan terjawab sekiranya lahir peraturan daerah
aktivitas pertambangan emas tanpa izin tentang pengelolaan tambang emas di Riau
(PETI) di Kabupaten Kuantan Singingi, sebagai perwujudan dari cita-cita
ditemukan bahwa belum adanya kebijakan pemerintah dalam mensejahterakan
skala daerah seperti peraturan daerah yang masyarakat. lemahnya aturan hukum
mengatur tentang pertambangan rakyat merupakan salah satu faktor penyebab,
sehingga hal ini yang menyebabkan sehingga hal ini terkesan memberi
lemahnya dasar hukum yang dalam keleluasaan dan tidak menimbulkan efek
mengatasi persoalan PETI. Keterlibatan jera kepada pelaku penambangan.
oknum pemerintah sebagai aktor Memang secara umum masyarakat
tersembunyi yang memberikan bantuan Kabupaten Kuantan Singingi
modal kepada pelaku tambang dengan mengharapkan bagaimana kebijakan
sistem bagi hasil, menyebabkan aktifnya pemerintah dapat memberikan solusi untuk
perkembangan PETI di hampir sebagian mengatasi persoalan PETI dan juga
besar wilayah di Kabupaten Kuantan dampak yang ditimbulkan akibat aktivitas
Singingi. Kebijakan sejatinya merupakan tersebut. Namun disisi lain pemerintah
dasar hukum bagi penyelenggara juga belum menyiapkan produk aturan
pemerintahan dalam melaksanakan tugas yang dapat menaungi kegiatan
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 31
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 32
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Tabel 1.
Data Jumlah Kasus Tindak Pidana PETI Polres Kuantan Singingi
NO TAHUN JUMLAH KASUS JUMLAH TERSANGKA
1 2014 12 18
2 2015 14 25
3 2016 25 60
4 2017 45 78
5 2018 17 23
6 2019 3 7
JUMLAH 104 193
Sumber: Polres Kuantan Singingi, 2020
Berdasarkan tabel diatas seperti yang langkah konkrit dalam upaya menjalankan
diungkapkan Kanit Polres Kuantan kinerja lembaga yang diberikan
Singingi Bapak Syapriadi bahwa jumlah kewenangan melalui peraturan perundang-
kasus dan tersangka yang terdata undangan.
merupakan jumlah kasus yang tertangkap
tangan sedang melakukan aktivitas PETI 4. Resources atau Sumber Daya.
sedangkan yang pada saat dilakukan Adapun sumber daya yang
penertiban tidak didapati pelaku dan hanya dimaksudkan dalam tulisan ini yakni dapat
menyisakan alat bukti tidak dihitung berupa sumber daya keuangan, sumber
sebagai kasus. Hal ini berarti bahwa daya manusia, teknologi dan informasi
jumlah penambang ilegal yang sedang yang menjadi masukan atau input bagi
aktif melakukan kegiatan pertambangan lembaga. Dalam upaya mengatasi
ilegal tersebut melebihi jumlah kasus yang permasalahan PETI di Kabupaten Kuantan
berhasil diperoleh oleh pihak kepolisian. Singingi pemerintah melakukan
Upaya yang dilakukan oleh pengawasan melalui penindakan terhadap
Pemerintah provinsi Riau, Pemerintah pelaku PETI yang terdiri dari masyarakat
Kabupaten Kuantan Singingi yang selaku individu, kelompok dan pemodal
bekerjasama dengan pihak kepolisian yang meraup keuntungan secara mandiri
belum sepenuhnya dapat menghentikan dan merugikan masyarakat daerah secara
aktivitas pertambangan ilegal di keseluruhan. Upaya pengawasan melalui
Kabupaten Kuantan Singingi. Hal ini tindakan penertiban yang dilakukan oleh
terlihat dari masih adanya praktek pihak kepolisian resort Kabupaten Kuantan
pertambangan emas yang tidak Singingi juga mengalami hambatan
mengantongi izin ini dihampir sebagian terutama terhadap penyedian sumber daya
besar kecamatan di wilayah Kabupaten baik keuangan, sumber daya manusia,
Kuantan Singingi. Oleh karena itu, teknologi maupun terkendala akibat
sinergitas dan kerjasama antara pemerintah jauhnya jangkauan lokasi pertambangan
provinsi, pemerintah kabupaten, DPRD yang berada diareal hutan dan perkebunan
dan pihak kepolisian diperlukan sebagai masyarakat. Sejatinya Pengawasan
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 33
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 34
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 35
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
Milton J. Esman (1972) yakni terdiri dari dalam Otonomi Daerah,” Revital.
kepemimpinan, kebijakan, sumber daya, Kelembagaan untuk Percepatan
kegiatan/layanan dan struktrur organisasi. Pembang. Sekt. Pertan. dalam
Oton. Drh. 2017
DAFTAR PUSTAKA L. Agustino, Dasar- dasar Kebijakan
Publik. Bandung, 2008.
A. A. A. P. Mangkunegara, Manajemen Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber
Sumber Daya Manusia Perusahaan. Daya Manusia. 2012
2003. M. J. Esman, “The elements of institution
Amin Subagio, “Pengembangan building,” in Institution building
Kelembagaan Pangan Masyarakat and development, 1972.
dalam Pemantapan Ketahanan Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis.
Pangan dan Ekonomi Masyarakat Jakarta, 2006.
(Studi Kasus Desa Damparan, S. Martoyo, Manajemen Sumber Daya
Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Manusia. Yogyakarta, 1992..
Barito Selatan, Provinsi Kalimantan P. A. Donald, G., de Schweinitz Jr, K., &
Tengah,” IPB. Klein, Institution Building and
A. Mintorogo, Kepemimpinan dalam Development: From Concepts to
Organisasi. Yogyakarta, 1997. Application. 1974.
A. Sofian, Makna “Doktrin” dan “Teori” R. Veithzal, “Kepemimpinan dan perilaku
dalam Ilmu Hukum. 2016. organisasi,” Jakarta PT. Raja Graf.,
B. Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja 2008.
Indonesia Pendekatan Administratif
dan Operasional. Jakarta, 2005. Jurnal :
D. William N, Pengantar Analisis
Kebijakan Publik, Kedua. A. Moore, M., Stewart, S., & Hudock,
Yogyakarta: Gadjah Mada “Institution building as a
University, 2000. development assistance method.,”
dkk Djogo, Kelembagaan dan Kebijakan SIDA, 1995.
dalam Pengembangan Agroforestri. M. Vidhya, “Institution Building. A
Bogor: KRAF. Review of literature,” NHRD Netw.
I. Wursanto, Dasar-dasar ilmu organisasi. J., vol. 1, 2009.
Yogyakarta, 2005. S. Eriksen, “Institution building in Central
J. W. Creswell, w Creswell, J. (2009). and Eastern Europe: Foreign
Research design: Qualitative, influences and domestic responses,”
quantitative, and mixed methods Rev. Cent. East Eur. Law, 2007,
approaches. SAGE Publications, doi: 10.1163/092598807X195232.
Incorporated. 2014. S. R. Ganesh, “Institution Building for
K. Kartono, Pemimpin dan Social and Organizational Change:
Kepemimpinan. Jakarta, 2006. An Appreciation,” Organ. Stud.,
K. Suradisastra, “Revitalisasi 1980, doi:
Kelembagaan untuk Percepatan 10.1177/017084068000100301.
Pembangunan Sektor Pertanian T. Terada, “Directional leadership in
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 36
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN
institutionbuilding: Japan’s
approaches to ASEAN in the
establishment of PECC and APEC,”
Pacific Rev., 2001, doi:
10.1080/09512740110037352.
Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 37