Anda di halaman 1dari 23

Edi

siJanuar
i-Juni2020Vol19No1

I onHub:Medi
nnovat
i aKol
aborasiMenuj
uPemer
int
ahanDaer
ahI
novat
if
Heri
eSaksono

I
nsti
tusi
onalBui
l
dingdalam Mengat
asiPer
soalan
Per
tambanganEmasTanpaI zi
nDiKabupatenKuantanSingi
ngi
Provi
nsiRiau
Khotami

GerakanMasyarakatTer
ti
bAdmini
str
asiKependudukanMelal
ui
I
novasiPel
ayananLukadesi(Kel
uargaBerdukaDesaSiaga)
DiKabupatenSlemanD.IYogyakar
ta
HendySet i
awan,Far
izaIkhsandit
ya

Pr
ovinsi‘
I
sti
mewaMelayuRiauKepul
auan’
MuchidAlbi
ntani
,Aur
adianMarta

Kaderi
sasidanPenet
apanCalonLegi
sl
ati
fpadaPart
aiPoli
ti
k
(
StudiDPDPar t
aiNasi
onalDemokr
atSeram Bagi
anBarat2019)
FandiAhmadSi nt
ani,WahabTuanaya,MarnoWance

Fact
orsofAff
ectDeli
berat
i
onofMaguwoharj
o
Vi
l
lageDevel
opmentPlani
ngSub-Dist
ri
ctDepokRegencySl
emanYogyakar
ta
MuhammadRaf i
,UlungPr i
badi
,Faj
arRahmanto

Sur
veyKepuasanMasyarakat(
SKM)padaBadanPendapatanDaer
ah
Kabupat
enBi nt
an
Suher
ry,Bi
llyJenawi,RendraSet
yadi
harj
a,
ZamzamiAKar im,FirmanSetyawan,RanyAngraini

Per
anDewanPer waki
l
anDaerah(DPD)dal am
Pembent
ukanDaerahOtonomiBaru(DOB)Diwil
ayahPr ovinsiMal
ukuUt
ara
AbdulHal
ilI
brahi
m,Bakr iLaSuhu,Rif
jalTifandy,
MarnoWance
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

INNOVATION HUB: MEDIA KOLABORASI MENUJU PEMERINTAHAN DAERAH INOVATIF


Herie Saksono
Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Indonesia 1 - 16

INSTITUTION BUILDING DALAM MENGATASI PERSOALAN PERTAMBANGAN EMAS


TANPA IZIN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU
Khotami
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Riau. 17 - 37
Pekanbaru-Indonesia

GERAKAN MASYARAKAT TERTIB ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN MELALUI INOVASI


PELAYANAN LUKADESI (KELUARGA BERDUKA DESA SIAGA) DI KABUPATEN SLEMAN
D.I. YOGYAKARTA
Hendy Setiawan1, Fariza Ikhsanditya2
1,2 Departemen Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, 38 - 55
Indonesia

PROVINSI “ISTIMEWA MELAYU KEPULAUAN RIAU” (GAGASAN PERMULAAN)


Muchid Albintani1, Auradian Marta2
1,2 Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau 56 - 74

KADERISASI DAN PENETAPAN CALON LEGISLATIF PADA PARTAI POLITIK (Studi DPD
Partai Nasional Demokrat Seram Bagian Barat 2019
Fandi Ahmad Sintani1, Wahab Tuanaya 2, Marno Wance 3
1,2,3 Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Pattimura, Indonesia 75 - 90

FACTORS THAT AFFECT DELIBERATION OF MAGUWOHARJO VILLAGE DEVELOPMENT


PLANNING SUB-DISTRICT DEPOK REGENCY SLEMAN YOGYAKARTA
Muhammad Rafi1, Ulung Pribadi2, Fajar Rahmanto3
1,2,3 Department of Government Affairs and Administration, Universitas Muhammadiyah 91 - 101
Yogyakarta, Indonesia

SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) PADA BADAN PENDAPATAN DAERAH


KABUPATEN BINTAN
Suherry1, Billy Jenawi2, Rendra Setyadihardja3, Zamzami A. Karim4,
Firman Setiawan5, Rany Angraini6 102 - 112
1,2,3,4 STISIPOL Raja Haji, Tanjungpinang, Indonesia
5,6 Bapelitbang, Bintan, Indonesia

PERAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM PEMBENTUKAN DAERAH


OTONOMI BARU (DOB) DI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA
Abdulhalil Hi. Ibrahim1, Bakri La Suhu2, Rifjal Tifandy3 Marno Wance4
1,2,3 Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Kota Ternate, Indonesia 113 - 127
4 Ilmu Pemerintahan, Universitas Pattimura, Kota Ambon, Indonesia
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

INSTITUTION BUILDING DALAM MENGATASI PERSOALAN


PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN DI KABUPATEN KUANTAN
SINGINGI PROVINSI RIAU
Khotami
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Riau. Pekanbaru-
Indonesia
E-mail: khotami.ip@soc.uir.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kuantan Singingi yang dimotivasi oleh munculnya
kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI) di sejumlah kabupaten di Kabupaten Kuantan Singingi
yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Hal ini disebabkan oleh pendapatan yang menjanjikan
sehingga kegiatan tersebut dijadikan mata pencaharian. Penambangan emas tanpa izin di Kabupaten
Kuantan Singingi merupakan masalah yang telah menjadi perbincangan di antara masyarakat Riau
pada umumnya. Masalah ini harus dipecahkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sehingga dampak
dari kegiatan penambangan emas tidak akan membahayakan wilayah atau orang-orang yang tinggal di
daerah sekitar lokasi tambang. Faktor kurangnya kesadaran publik tentang bahaya PETI telah
menyebabkan pertumbuhan PETI tumbuh, di samping rendahnya tingkat keterlibatan aktor yang
tertarik dan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan sehingga mempengaruhi produk
regulasi yang lemah yang merupakan payung hukum bagi PETI. kegiatan penambangan emas yang
merugikan masyarakat setempat. Studi ini melihat bagaimana struktur kelembagaan menangani
masalah penambangan emas tanpa izin di Kabupaten Kuantan Singingi. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari Pegawai
Dinas ESDM Provinsi Riau, DPRD, Asisten III Sekretariat Daerah Kuantan Singingi, Petugas
Kepolisian Kabupaten Kuantan Singingi, Pegawai Dinas Lingkungan Kabupaten Kuantan Singingi,
Kepala Desa dan masyarakat. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lemahnya peran kepemimpinan baik formal maupun
informal dalam mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh pemilik modal dan pelaku pertambangan.
Selain itu tidak ada aturan dalam bentuk peraturan daerah sebagai payung hukum terkait penambangan
masyarakat. Sumber daya yang terbatas dalam bentuk biaya, fasilitas, dan jarak lokasi penambangan
membuatnya sulit dikendalikan oleh polisi. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dalam
pengembangan kelembagaan antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten, DPRD dan
masyarakat dalam mengatasi masalah penambangan emas tanpa izin di Kabupaten Kuantan Singingi.

Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan, Pertambangan

PENDAHULUAN masyarakat. Oleh karenanya hubungan dan


Amanat dari Undang-Undang pengembangan antar kelembagaan
Nomor 23 Tahun 2014 tentang (institution building) pemerintah perlu
Pemerintahan Daerah[1] diarahkan untuk dilaksanakan sebagai implementasi dari
mempercepat terwujudnya kesejahteraan pasal-pasal didalam Undang-Undang
masyarakat melalui peningkatan tersebut guna menyelenggarakan urusan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta pemerintahan baik antara lembaga

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 17
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

pemerintah dengan pemerintah daerah pengaruh eksternal (yaitu, aktor, sumber


maupun pemerintah daerah dengan daya, norma dan model administrasi) telah
pemerintah daerah lainnya. Hubungan mempengaruhi reformasi kelembagaan di
sebagaimana dimaksud meliputi hubungan wilayah yang selama berabad-abad telah
wewenang, keuangan, pelayanan umum, didominasi oleh kekuatan asing. Penelitian
pemanfaatan sumber daya alam, dan lain yang terkait dengan institutional
sumber daya lainnya. Sementara hubungan building yakni dilakukan oleh Vidhya
yang dimaksud akan menimbulkan (2009)[5] yang mengulas tentang
hubungan administrasi dan kewilayahan pengembangan kelembagaan dari aspek
antar susunan pemerintahan. bisnis dan dimensi kepemimpinan, nilai
Secara konseptual institution dan budaya. Selanjutnya penelitian yang
building (pembangunan kelembagaan) dilakukan Terada (2001)[6] yang
telah dipopulerkan oleh Milton J. Esman membahas peran kepemimpinan Jepang
dalam membangun lembaga-lembaga
(1972)[2] yang menguraikan kerangka
ekonomi Asia Pasifik, dengan fokus pada
konseptualnya dengan pandangan yang hubungannya dengan ASEAN dari
meyakinkan. Esman memfokuskan perspektif kepemimpinan terarah.
pandangannya pada penciptaan dan Sedangkan dalam penelitian ini membahas
pemulihan terhadap institusi dengan tentang institution building dalam
memperkenalkan perubahan teknis mengatasi permasalahan yang terkait
dan/atau sosial ke negara-negara dengan pertambangan emas di Kabupaten
Kuantan Singingi yang relatif belum
berkembang yang mencakup elemen
dibahas oleh penelitian sebelumnya.
kepemimpinan institusi, doktrin, program, Selanjutnya berkaitan dengan
sumber daya, dan struktur internal yang konteks penelitian tentang persoalan
memiliki keterkaitan dengan lingkungan pertambangan emas tanpa izin di
eksternal, fungsional, normatif, dan Kabupaten Kuantan Singingi, bahwa
hubungan yang tersebar. Selain itu, pemerintah daerah melaksanakan urusan
Hudock & Stewart (1995)[3] menjelaskan pemerintahan yang salah satunya yakni
penyelenggaraan urusan pemerintahan
tentang bangunan lembaga yang terdiri
dibidang pertambangan berdasarkan
dari dua bagian, yakni kegiatan yang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
'membangun organisasi' yang tentang Pemerintahan Daerah yakni Pasal
meningkatkan kinerja organisasi, dan 14 ayat (1) dimana urusan pertambangan
kegiatan lain yang 'dimaksudkan untuk tersebut dibagi antara pemerintah pusat
mengubah mekanisme yang melaluinya dengan pemerintah daerah provinsi.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang
masyarakat diatur'.
tersebut, kewenangan pertambangan
Studi tentang institution building sejatinya berada pada pemerintah provinsi
telah dilakukan oleh para sarjana dengan yang mana sebelumnya juga dimiliki oleh
fokus yang berbeda. diantaranya penelitian pemerintah kabupaten. Sementara itu,
yang dilakukan oleh Eriksen (2007)[4] dalam rangka melaksanakan urusan
membahas bagaimana dan sejauh mana pemerintahan, mengacu pada pendapat

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 18
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

William S. Pooler dan Richard L. Duncan setempat menjadikan kegiatan


meyatakan bahwa pemerintah sebagai penambangan ilegal ini sebagai mata
organisasi formal memiliki wewenang pencaharian. Sementara itu kurangnya
dalam menyediakan fungsi dan layanan kesadaran masyarakat sekitar pinggiran
yang bernilai. Mereka berfungsi sebagai sungai akan bahaya PETI menyebabkan
model untuk mendefinisikan pola normatif kian maraknya pertumbuhan PETI karena
dan nilai yang sah, melestarikan dan pemilik tanah sekitar pinggiran sungai,
melindungi mereka untuk masyarakat yang aparat desa, juga pemuda setempat
lebih besar (Dalam Donald, G., de mendapatkan fee dari aktifitas
Schweinitz Jr, K., & Klein, P. A. 1974)[7]. penambangan tersebut. Rendahnya tingkat
Berkaitan dengan persoalan keterlibatan aktor berkepentingan dan
pertambangan emas tanpa izin di partisipasi masyarakat dalam perumusan
Kabupaten Kuantan Singingi, kebijakan sehingga berpengaruh terhadap
sesungguhnya kegiatan tersebut telah lemahnya produk aturan yang menjadi
terjadi sejak tahun 2002 dengan proses payung hukum kegiatan pertambangan
eksplorasi dilakukan dengan menggunakan emas di Provinsi Riau yang menjadi salah
alat berat dan penggunaaan zat-zat satu faktor pendorong tumbuh dan
kimiawi yang dapat membahayakan. berkembangnya kegiatan pertambangan
Kegiatan penambangan emas yang emas ilegal yang merugikan pemerintah
dilakukan tanpa mengantongi izin ini telah dan masyarakat setempat. Akibat dari
mengalami perkembangan sejak tahun kegiatan pertambangan ilegal tersebut,
2009 dengan wilayah pertambangan menyebabkan rusaknya lahan dan
meliputi hampir seluruh kecamatan yang tercemarnya air sungai serta terjadi abrasi
ada di Kabupaten Kuantan Singingi. secara besar-besaran yang dapat merusak
Maraknya aktivitas penambangan emas lingkungan dan terganggunya kehidupan
tanpa izin pada sejumlah kecamatan di biota sungai maupun hilangnya mata
Kabupaten Kuantan Singingi ini sebagian pencaharian masyarakat yang berada
besar dilakukan oleh masyarakat setempat. disekitar aktivitas pertambangan tersebut.
Faktor yang mempengaruhi maraknya Adapun kerusakan lahan yang diakibatkan
kegiatan penambangan emas tanpa izin ini oleh kegiatan penambangan emas ilegal
disebabkan oleh penghasilan yang tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah
menjanjikan sehingga masyarakat ini:

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 19
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

Gambar 1.
Kerusakan lahan Akibat Aktivitas PETI di Kabupaten Kuantan Singingi

Grafik Kerusakan Lahan Akibat PETI


3000

2500

2000
Luas (Ha)

1500

1000

500

Kecamatan

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kuantan Singingi, 2020

Berdasarkan data diatas sangat pertambangan secara ilegal maka negara


jelas terlihat kerusakan lahan akibat akan kehilangan pendapatan karena para
aktivitas pertambangan emas tanpa izin penambang tidak membayar pajak dan
yang tersebar diseluruh kecamatan di royalti, akibatnya terjadi pemborosan
Kabupaten Kuantan Singingi kecuali sumberdaya. Oleh karenanya berdasarkan
beberapa kecamatan yang tidak terjadi hal tersebut, maka pertanyaan dalam
kerusakan lahan. Hal ini menunjukkan penelitian ini yakni: Bagaimana institution
bahwa hampir sebagian besar wilayah di building (pembangunan kelembagaan)
Kabupaten Kuantan Singingi terdapat dalam mengatasi persoalan pertambangan
aktivitas PETI yang menyebabkan emas tanpa izin di Kabupaten Kuantan
terjadinya kerusakan lahan. Akibat dari Singingi?
aktivitas pertambangan yang masih
bersifat ilegal ini akan menimbulkan lebih KERANGKA TEORI
banyak kerugian dan persoalan, baik bagi Adapun defenisi dari
negara maupun bagi masyarakat, pengembangan kelembagaan sesuai
dibandingkan dari manfaat yang dapat dengan tulisan Milton J. Esman (1972)
diperoleh. Betapa tidak, jika sebagian yakni: “Pembangunan kelembagaan dapat
besar daerah di Indonesia sebagai didefinisikan sebagai perencanaan,
pengahasil tambang melakukan kegiatan penataan, dan panduan organisasi baru

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 20
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

atau yang dibentuk ulang yang (a) banyak ekonom berkesimpulan bahwa
mewujudkan perubahan nilai, fungsi, fisik, kegagalan pembangunan ekonomi
dan / atau teknologi sosial, (b) umumnya karena kegagalan kelembagaan.
membangun, membina, dan melindungi Dalam bidang sosiologi dan antropologi
normatif baru hubungan dan pola tindakan, kelembagaan banyak ditekankan pada
dan (c) mendapatkan dukungan dan saling norma, tingkah laku dan adat istiadat.
melengkapi di lingkungan". Berbeda Dalam bidang ilmu politik kelembagaan
dengan William S. Pooler dan Richard L. banyak ditekankan pada aturan main (the
Duncan dalam (Donald&Klein, 1974), rules) dan kegiatan kolektif (collective
yang menyarankan bahwa institusi adalah action) untuk kepentingan bersama atau
"organisasi formal spesifik yang seiring umum (public). Ilmu psikologi melihat
waktu telah mengembangkan kapasitas kelembagaan dari sudut tingkah laku
untuk bertindak sebagai agen untuk manusia (behaviour). Ilmu hukum
masyarakat yang lebih besar dengan menegaskan pentingnya kelembagaan dari
menyediakan fungsi dan layanan yang sudut hukum, aturan dan penegakan
bernilai mereka berfungsi sebagai model hukum serta instrumen dan proses
untuk mendefinisikan pola normatif dan litigasinya (Djogo, dkk, 2003)[8].
nilai yang sah, melestarikan dan Djogo dkk (2003) juga
melindungi mereka untuk masyarakat yang menyebutkan bahwa pada umumnya
lebih besar " definisi lembaga mencakup konsep pola
Lebih lanjut Milton J. Esman,
perilaku sosial yang sudah mengakar dan
tampaknya juru bicara institutional
building yang terkenal, menjabarkan berlangsung terus menerus atau berulang.
kerangka kerja konseptualnya dengan Dalam konteks ini sangat penting
tangan yang meyakinkan. Singkatnya, ini diperhatikan bahwa perilaku sosial tidak
mencakup fokus kepentingan tertentu membatasi lembaga pada peraturan yang
dalam penciptaan dipandu atau pemulihan mengatur perilaku tersebut atau
institusi yang dimaksudkan untuk mewajibkan orang atau organisasi untuk
memperkenalkan perubahan teknis
harus berpikir positif ke arah norma-norma
dan/atau sosial ke negara-negara
berkembang. Fokus semacam itu yang menjelaskan perilaku mereka tetapi
mencakup variabel internal ke juga pemahaman akan lembaga ini
kepemimpinan institusi, doktrin, program, memusatkan perhatian pada pengertian
sumber daya, dan struktur internal dan mengapa orang berprilaku atau bertindak
keterkaitan institusi dengan lingkungan sesuai dengan atau bertentangan dengan
eksternal yang memungkinkan, fungsional, peraturan yang ada. Kelembagaan
normatif, dan hubungan yang tersebar.
berisikan dua aspek penting yaitu; “aspek
Kelembagaan umumnya banyak
dibahas dalam sosiologi, antropologi, kelembagaan” dan “aspek keorganisasian”.
hukum dan politik, organisasi dan Aspek kelembagaan meliputi perilaku atau
manajemen, psikologi maupun ilmu perilaku sosial dimana inti kajiannya
lingkungan yang kemudian berkembang ke adalah tentang nilai (value), norma (norm),
dalam ilmu ekonomi karena kini mulai

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 21
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

custom, mores, folkways, usage, publik. Kedua, bagaimana


kepercayaan, gagasan, doktrin, keinginan, kebijakan/model kelembagaan dapat
kebutuhan, orientasi dan lain-lain. Bentuk ditransfer antar negara dan budaya dengan
perubahan sosial dalam aspek cara yang berbeda dan bagaimana berbagai
kelembagaan bersifat kultural dan proses modalitas transfer dapat membentuk
perubahannya membutuhkan waktu yang dampak keterlibatan asing. Selain itu, oleh
lama. Sementara dalam aspek S.R. Ganesh (1980)[10] yang mencoba
keorganisasian meliputi struktur atau untuk mensintesis berbagai aliran yang
struktur sosial dengan inti kajiannya relevan di bidang usaha manusia yang
terletak pada aspek peran (role). penting. Dengan melakukan hal itu, ia
Lebih jauh aspek struktural melampaui model yang ada dan
mencakup: peran, aktivitas, hubungan melaporkan model proses umum dari
antar peran, integrasi sosial, struktur pembangunan institusi yang berakar pada
umum, perbandingan struktur tekstual pekerjaan empiris. Model baru memiliki
dengan struktur faktual, struktur implikasi untuk perubahan di tingkat
kewenangan atau kekuasaan, hubungan organisasi (sistem mikro) dan sosial
antar kegiatan dengan tujuan yang hendak (sistem makro).
dicapai, aspek solidaritas, klik, profil dan Sementara itu dalam penelitian ini
pola kekuasaan. Bentuk perubahan sosial lebih mengacu pada pendapat Milton J.
dalam aspek keorganisasian bersifat Esman (1972) yang melihat
pengembangan model pembangunan
struktural dan berlangsung relatif cepat
institusi sebagai "perubahan sosial
(Subagio, 2005)[9]. terencana" yang melibatkan "perencanaan,
Pembahasan tentang institution penataan, dan bimbingan organisasi baru
building telah banyak dilakukan oleh para atau yang dibentuk kembali". Perubahan-
sarjana diberbagai negara dengan melihat perubahan ini melibatkan nilai-nilai sosial,
dari perspektif yang berbeda-beda. penciptaan pola aksi baru, dan pengenalan
Diantaranya Eriksen (2007) yang teknologi baru. Oleh karena itu,
kesuksesan berarti penerimaan sosial, yang
melakukan penelitiannya di Eropa melalui
dipandang sebagai rooting lembaga-
hasil penelitiannya menunjukkan: pertama, lembaga baru di lingkungan fisik dan
bagaimana tiga aspek pemerintah dari apa sosial. Lembaga itu sendiri melibatkan
yang disebut tradisi administratif dan sejumlah variabel: kepemimpinan
budaya negara-negara transisi, (leadership), kebijakan (doctrine),
kepemimpinan politik dan manajemen kegiatan layanan (programme), sumber
reformasi mempengaruhi sejauh mana daya (resources), dan struktur internal
(internal structure), yang semuanya
negara-negara ini ditembus oleh pengaruh ditanamkan dalam lingkungan baru mereka
luar atau mendapat keuntungan dari dengan "hubungan" dari berbagai macam,
bantuan eksternal di bidang administrasi yaitu, struktur dan proses untuk

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 22
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

mengoperasikan dan memelihara lembaga Kepemimpinan merupakan proses


baru. Ini dibagi menjadi hubungan yang kelompok, di mana berbagai peran seperti
memungkinkan, fungsional, normatif, dan pengambilan keputusan dan pengendalian
tersebar, yang semuanya didefinisikan dan operasional lembaga didistribusikan dalam
didiskusikan oleh Esman, serta oleh berbagai pola dalam kelompok
banyak kontributor lainnya kepemimpinan tersebut. Kelompok
(Donald&Klein, 1974). kepemimpinan harus diartikan selain
terdiri dari para pemegang posisi
a) Leadership atau Kepemimpinan. kepemimpinan yang ditunjuk secara
Kepemimpinan dapat di artikan struktural juga personil lain yang
proses mempengaruhi dan mengarahkan walaupun tidak memiliki jabatan struktural
para pegawai dalam melakukan pekerjaan namun mampu mempunyai pengaruh
yang telah ditugaskan kepada pegawainya penting dalam lembaga.
(Mintorogo, 1997:2)[11]. Pemimpin dalam Kepemimpinan adalah proses
sebuah lembaga mengacu pada mempengaruhi dalam menentukan tujuan
“sekelompok personil yang secara aktif organisasi, memotivasi perilaku pengikut
terlibat dalam perumusan kebijakan dan
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
program lembaga, yang mengarahkan
operasi lembaga dan hubungan lembaga untuk memperbaiki kelompok dan
dengan lingkungannya.” Kepemimpinan budayanya. Seorang pemimpin diharapkan
merupakan unsur paling penting dalam memiliki kemampuan mengarahkan dan
pengembangan kelembagaan karena proses memimpin perusahaan atau organisasi
perubahan yang secara sengaja dilakukan untuk maju dalam meraih tujuan kolektif
akan memerlukan pengelolaan yang yang diimpikan bersama. Kepemimpinan
intensif, memerlukan keterampilan dan
dipahami dalam pengertian sebagai
keahlian khusus, dan komitmen penuh dari
internal lembaga. kekuatan untuk menggerakan dan
Selanjutnya Kartini Kartono (2006: mempengaruhi orang dan sebagai alat,
2)[12] menjelaskan bahwa kepemimpinan sarana atau proses untuk membujuk orang
merupakan cabang dari kelompok ilmu agar bersedia melakukan sesuatu dengan
administrasi, khususnya ilmu administrasi ikhlas. Hal ini tidak mungkin diwujudkan
negara. Dalam kepemimpinan itu terdapat pemimpin tanpa adanya interaksi sosial
hubungan antara manusia yaitu, hubungan yang baik dengan para pengikutnya.
mempengaruhi 12 dari pemimpin dan Sehingga, mereka akan bekerja sama
hubungan kepatuhan-ketaatan para layaknya sebuah tim yang solid guna
pengikut karena dipengaruhi oleh mewujudkan impian bersama. Seorang
kewibawaan pemimpin. Para pengikut pemimpin atau manajer adalah bagian dari
terkena pengaruh kekuatan dari perusahaan atau organisasi dan tidak bisa
pemimpinnya, dan bangkitlah secara dipisahkan dari mereka. Oleh karena itu
spontan rasa ketaatan pada pemimpin. kepemimpinan pada hakekatnya adalah:

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 23
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

a. Proses mempengaruhi atau memberi putusan hakim atau peraturan perundang-


contoh oleh pemimpin kepada undangan sehingga doktrin itu menjadi
pengikutnya dalam upaya mencapai sumber tidak langsung dalam penerapan
tujuan organisasi. hukum. Menurutnya ajaran berbeda
b. Seni mempengaruhi dan dengan teori. Suatu ajaran membahas pada
mengarahkan orang dengan cara satu hal tertentu atau satu pasal tertentu
kepatuhan, kepercayaan, kehormatan yang lebih kecil dan belum berlaku secara
dan kerja sama yang bersemangat
umum. Ketika ajaran tersebut
dalam mencapai tujuan bersama.
diobjektifkan dan berlaku secara umum
c. Kemampuan untuk mempengaruhi
maka akan berubah menjadi teori. Apa
dan mengarahkan tindakan seseorang
atau kelompok untuk mencapai yang dikemukakan oleh B. Arief Sidarta
tujuan yang diharapkan. tentang pemaknaan doktrin, hampir sama
d. Kemampuan untuk mempengaruhi seperti yang dikemukan oleh Agell (2002).
suatu kelompok untuk mencapai Dia mengatakan bahwa doktrin dalam ilmu
tujuan. hukum diartikan sebagai “analytical study
Praktek kepemimpinan berkaitan of law atau “doctrinal study of law” yang
dengan mempengaruhi tingkah laku dan bersifat science. “Legal doctrine”
perasaan orang lain baik secara individual adakalanya disebut juga dengan “legal
maupun kelompok dalam arahan tertentu,
dogmatics”. Kedua istilah ini lazim
sehingga melalui kepemimpinan merujuk
pada proses untuk membantu mengarahkan ditemukan dalam civil law sementara itu di
dan memobilisasi orang atau ide-idenya dalam anglo-american istilah legal
(Veitzhal, 2003:2-4)[13]. doctrine maupun legal dogmatic tidak
begitu dikenal. Jufrina Rizal (2013)
b) Doctrine atau Kebijakan. memberikan pemaknaan atas kedua
Komponen ini didefinisikan terminologi tersebut sebagai berikut :
sebagai pernyataan nilai-nilai, tujuan dan ”Istilah ajaran di Indonesia penggunaannya
pendekatan yang mendasari tindakan bermacam-macam, ada ajaran hukum
lembaga.” Kebijakan lembaga adalah alam, ajaran positivisme, ajaran hukum
irisan antara serangkaian kebijakan di murni, ajaran hukum progresif, padahal itu
dalam organisasi itu sendiri dan dalam semua adalah teori juga. “Ajaran”
lingkungan lembaga yang bersifat digunakan untuk menjelaskan isi dari teori
eksternal yang menggambarkan visi, tersebut. Karena itu, Kelsen juga
harapan dan tujuan lembaga. Mengutip menyebutkan "reine rechlehre" yang
pendapat Apeldorn, doktrin hanya diterjemahkan ajaran hukum murni. Lehre
membantu dalam pembentukan norma, (Jerman), leer (Belanda) diterjemahkan
doktrin itu harus dipindahkan lebih dahulu sebagai ajaran. Dalam bahasa asing
ke dalam norma yang langsung misalnya terminologi ini akan lebih jelas, misalnya

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 24
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

algemene rechlehre/general jurisprudence. Implementasi kebijakan merupakan


Perancis sendiri memakai istilah theorie tahap yang krusial dalam proses kebijakan
general du Droit, yang diterjemahkan ke publik. Suatu program kebijakan harus
dalam Bahasa Indonesia menjadi “ajaran diimplementasikan agar mempunyai
hukum umum”. Rechtsleer diterjemahkan dampak atau dapat mencapai tujuan yang
sebagai ajaran hukum, Wetenschapsleer diinginkan. Studi implementasi merupakan
diterjemahkan ajaran ilmu dari hukum. suatu kajian mengenai studi kebijakan
Ditemukan juga istilah "ajaran hukum yang mengarah pada proses pelaksanaan
doktrinal". Yang membuat semakin dari suatu kebijakan. Menurut Udoji dalam
bingung, semua hal itu disebut dengan Agustino (2008:140) mengatakan
istilah recht maupun wet (Belanda), atau bahwapelaksanaan kebijakan adalah
droit dan lois (Prancis). Di Perancis ada sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh
Sociologie du Droit dan Sociologie lebih penting dari pada pembuatan
Juridique, yang diartikan sebagai kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya
Sosiologi Hukum (Sofian, 2016)[14] akan sekedar berupa impian atau rencana
bagus yang tersimpan rapi dalam arsip
c) Programe atau Kegiatan/Layanan. kalau tidak diimplementasikan.
Merupakan aktivitas yang
berhubungan dengan kinerja masing- d) Resources atau Sumber Daya.
masing fungsi lembaga dan merupakan Merupakan sumber daya keuangan,
hasil atau output dari lembaga. Program SDM, teknologi dan informasi yang
merupakan terjemahan dari kebijakan ke menjadi masukan atau input bagi lembaga.
Cukup jelas bahwa masalah mobilisasi
dalam tindakan konkret berdasarkan
sumber daya dan memastikan ketersediaan
alokasi sumber daya lembaga dalam sumber daya secara stabil akan
hubungannya dengan lingkungan eksternal mempengaruhi setiap aspek kegiatan
lembaga. Sementara menurut Friedrich lembaga dan sangat tergantung pada
dalam Agustino (2008:7)[15] kebijakan kehandalan aspek kepemimpinan lembaga.
adalah serangkaian tindakan atau kegiatan Sumber daya manusia adalah orang-orang
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, yang ada dalam organisasi yang
memberikan sumbangan pemikiran dan
atau pemerintah dalam suatu lingkungan
melakukan berbagai jenis pekerjaan dalam
tertentu dimana terdapat hambatan- mencapai tujuan organisasi. Sumbangan
hambatan (kesulitan-kesulitan) dan yang dimaksud adalah pemikiran dan
kemungkinan-kemungkinan (kesempatan- pekerjaan yang mereka lakukan di
kesempatan) dimana kebijakan tersebut berbagai kegiatan dalam perusahaan.
diusulkan agar berguna dalam Dalam pengertian sumber daya manusia,
mengatasinya untuk mencapai tujuan yang yang diliput bukanlah terbatas kepada
tenaga ahli, tenaga pendidikan ataupun
dimaksud.
tenaga yang berpengalaman saja tetapi

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 25
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

semua tenaga kerja yang digunakan konflik yang dihadapinya, disupervisi


perusahaan untuk mewujudkan tujuan- secara jujur dan obyektif, memperoleh
tujuannya (Sukirno, 2006:172)[16]. upah yang layak dan lain lain
Kata “Sumber Daya” menurut
(Mangkunegara, 2001: 56)[18]
Poerwadarminta dalam (Martoyo,
1992:2)[17] menjelaskan bahwa dari sudut e) Internal Structure atau Struktur
pandang etimologis kata “sumber” diberi Organisasi.
arti “asal” sedangkan kata “daya” berarti Struktur didefinisikan sebagai
struktur dan proses yang disusun untuk
“kekuatan” atau “kemampuan”. Dengan
penyelenggaraan operasi lembaga. Struktur
demikian sumber daya artinya akan terdiri dari soal distribusi peran
“kemampuan”, atau “asal kekuatan”. dalam organisasi, pola otoritas, sistem
Pendapat lain mengatakan bahwa Sumber komunikasi, tugas dan tanggung jawab
Daya diartikan sebagai alat untuk masing-masing personil dan kapasitas
mencapai tujuan atau kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan hal
memperoleh keuntungan dari kesempatan- tersebut. Menurut Barnard dalam buku
Wursanto (2005:53)[19] mendefinisikan
kesempatan tertentu, atau meloloskan diri
organisasi adalah suatu sistem usaha
dari kesukaran sehingga perkataan sumber bersama antara dua orang atau lebih,
daya tidak menunjukkan suatu benda, sesuatu yang tidak berwujud dan tidak
tetapi dapat berperan dalam suatu proses bersifat pribadi, yang sebagian besar
atau operasi yakni suatu fungsi operasional mengenai hubungan-hubungan
untuk mencapai tujuan tertentu seperti kemanusiaan. Sementara itu menurut
memenuhi kepuasan. Dengan kata lain Atmosudirdjo dalam buku Wursanto
(2005:53) mendefinisikan organisasi itu
sumber daya manusia merupakan suatu
sebagai struktur tata pembagian kerja dan
abstraksi yang mencerminkan aspirasi struktur tata hubungan kerja antara
manusia dan berhubungan dengan suatu sekelompok orang-orang pemegang posisi
fungsi atau operasi (Martoyo, 1992: 2). yang bekerjasama secara tertentu untuk
Penjelasan mengenai manusia bersama-sama mencapai tujuan yang
sebagai sumber daya menunjukkan bahwa tertentu.
manusia adalah makhluk yang unik dan Penyusunan struktur organisasi
komplek, yang dalam bekerja di merupakan langkah awal dalam memulai
lingkungan sebuah perusahaan harus pelaksanaan kegiatan organisasi, dengan
diperlakukan dengan kualitas kehidupan kata lain penyusunan struktur organisasi
kerja yang baik agar memungkinkannya adalah langkah terencana dalam suatu
bekerja secara efektif, efisien, produktif perusahaan untuk melaksanakan fungsi
dan berkualitas. Di antaranya dalam perencanaan, pengorganisasian,
bentuk memberikan kesempatan untuk pengarahan, dan pengawasan. Menurut
berpartisipasi mengembangkan karirnya, Siswanto (2005:85)[20] struktur organisasi
dierlakukan adil dalam menyelesaikan menspesifikasikan pembagian kerja dan

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 26
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

menunjukkan bagaimana fungsi atau pegawai Dinas ESDM Provinsi Riau,


aktivitas yang beraneka ragam yang anggota DPRD Riau, Asisten III Setda
dihubungkan sampai batas tertentu, juga Kabupaten Kuantan Singingi, Pegawai
Polres Kabupaten Kuantan Singingi,
menunjukkan tingkat spesialisasi aktivitas
Pegawai Dinas Lingkungan Hidup
kerja. Selanjutnya menurut Hasibuan Kabupaten Kuantan Singingi, Kepala Desa
(2010:128)[21] struktur organisasi adalah dan masyarakat. Teknik penentuan
suatu kondisi yang menggambarkan tipe informan dalam penelitian dilakukan
organisasi, pendepartemenan organisasi dengan cara purposive yakni untuk
kedudukan, dan jenis wewenang pejabat, menggali informasi secara mendalam
bidang dan hubungan pekerjaan, garis sesuai dengan karakteristik penelitian pada
situasi dan kondisi tertentu. Sementara itu
perintah dan tanggung jawab, rentang
dalam penelitian ini teknik pengumpulan
kendali dan sistem pimpinan organisasi. data dilakukan dengan cara wawancara,
observasi dan dokumentasi. Wawancara
METODE PENELITIAN dilakukan kepada sejumlah informan yang
Adapun metode yang digunakan berkompeten dan mengetahui terkait
dalam penelitian ini yakni menggunakan dengan kegiatan PETI yang sekaligus
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif melakukan pengamatan terhadap perilaku
dieksplorasi dan diperdalam dari fenomena dan aktivitas individu tersebut di lokasi
sosial dan lingkungan sosial yang terdiri penelitian. Sedangkan dokumen yang
atas pelaku, kejadian, tempat, dan waktu. diperoleh dalam penelitian berasal dari
Menurut John W. Creswell (2016:4)[22] berita media cetak dan elektronik,
bahwa penelitian kualitatif merupakan dokumen resmi, makalah dan hasil rapat.
metode-metode untuk mengeksplorasi dan Teknik analisis data yang digunakan yakni
memahami makna yang oleh sejumlah berdasarkan penyajian dengan menerapkan
individu atau sekelompok orang dianggap pendekatan narasi/laporan kualitatif dalam
berasal dari masalah sosial atau menyampaikan hasil analisis terkait
kemanusiaan. Penelitian kualitatif ini di dengan persoalan PETI.
desain dengan prosedur tertentu, dengan
mengumpulkan data dari informan yang HASIL DAN PEMBAHASAN
terkait dengan konteks penelitian dan
kemudian menginterprestasikan data 1. Leadership (Kepemimpinan).
tersebut menurut sumber dan situasi yang Pemimpin dalam sebuah lembaga
ada. Pemilihan metode kualitatif, mengacu pada “sekelompok personil yang
didasarkan pada alasan untuk secara aktif terlibat dalam perumusan
mengungkapkan persoalan penelitian yang kebijakan dan program lembaga, yang
berkaitan dengan pembangunan mengarahkan operasi lembaga dan
kelembagaan dalam mengatasi persoalan hubungan lembaga dengan
pertambangan emas tanpa izin di lingkungannya.” Kepemimpinan
Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi merupakan unsur paling penting dalam
Riau. Adapun yang menjadi informan pengembangan kelembagaan karena proses
dalam penelitian ini yakni terdiri dari perubahan yang secara sengaja dilakukan

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 27
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

akan memerlukan pengelolaan yang wilayah laut sampai dengan 12 mil


intensif, memerlukan keterampilan dan laut.
keahlian khusus, dan komitmen penuh dari 3. Penerbitan izin usaha pertambangan
internal lembaga. Kepemimpinan mineral bukan logam dan batuan
merupakan proses kelompok, di mana dalam rangka penanaman modal
berbagai peran seperti pengambilan dalam negeri pada wilayah izin usaha
keputusan dan pengendalian operasional pertambangan yang berada dalam 1
lembaga didistribusikan dalam berbagai daerah provinsi termasuk wilayah
pola dalam kelompok kepemimpinan laut sampai dengan 12 mil laut.
tersebut. Kelompok kepemimpinan harus 4. Penerbitan izin pertambangan rakyat
diartikan selain terdiri dari para pemegang untuk komoditas mineral logam,
posisi kepemimpinan yang ditunjuk secara batubara, mineral bukan logam dan
struktural juga personil lain yang batuan dalam wilayah pertambangan
walaupun tidak memiliki jabatan struktural rakyat.
namun mampu mempunyai pengaruh 5. Penerbitan izin usaha pertambangan
penting dalam lembaga (Esman, 1972). operasi produksi khusus untuk
Selanjutnya terkait dengan pengolahan dan pemurnian dalam
persoalan pertambangan emas tanpa izin di rangka penanaman modal dalam
Kabupaten Kuantan Singingi, Gubernur negeri yang komoditas tambangnya
sebagai pemegang kewenangan berasal dari 1 daerah provinsi yang
pertambangan berdasarkan Undang- sama.
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang 6. Penerbitan izin usaha jasa
Pemerintahan Daerah, diberikan kekuasaan pertambangan dan surat keterangan
untuk menerbitkan izin usaha terdaftar dalam rangka penanaman
pertambangan kepada pelaku usaha dengan modal dalam negeri yang kegiatan
prasyarat yang harus dipenuhi oleh calon usahanya dalam 1 daerah provinsi
pelaku usaha. Sebagai konsekuensi dari 7. Penetapan harga patokan mineral
efisiensi/penyederhanaan kewenangan bukan logam dan batuan.
dalam hal pertambangan, maka pemerintah Peran kepemimpinan dalam
daerah provinsi memiliki kewenangan penanganan pertambangan emas tanpa izin
sebagai berikut: (PETI) di Kabupaten Kuantan Singingi
1. Penetapan wilayah izin usaha sangat diperlukan agar dapat megelola
pertambangan mineral bukan logam hasil sumber daya alam berupa emas
dan batuan dalam 1 daerah provinsi tersebut untuk kepentingan masyarakat
dan wilayah laut sampai dengan 12 banyak. Peran pemerintah daerah provinsi
mil yakni gubernur maupun pemerintah
2. Penerbitan izin usaha pertambangan kabupaten melalui bupati sangat
mineral logam dan batubara dalam berpengaruh terhadap eksistensi potensi
rangka penanaman modal dalam emas yang ada di Provinsi Riau khususnya
negeri pada wilayah izin usaha di Kabupaten Kuantan Singingi.
pertambangan daerah yang berada Berdasarkan hasil penelitian didapati
dalam 1 daerah provinsi termasuk bahwa belum maksimalnya peran yang
dilakukan oleh para pemimpin formal

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 28
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

seperti gubernur dan pemerintah provinsi mampu menghentikan proses dan progres
melalui dinas ESDM dan pemerintah perubahan sosial di wilayahnya. Fungsi
setempat sebagai pemilik lokasi utama lembaga kepemimpinan formal
penambangan untuk merespon solusi atas adalah sebagai mobilisator anggota
kegiatan ilegal tersebut. Hal ini terlihat lembaga organisasi, sebagai pusat dan
dari masih terdapatnya kasus penyalur informasi, dan berbagai fungsi
penambangan ilegal yang dilakukan oleh sosial lainnya.
individu dan masyarakat pelaku PETI Sementara itu peran lembaga
sejak 5 tahun terakhir (dapat dilihat pada kepemimpinan non formal juga memiliki
tabel 1 tentang data jumlah kasus PETI di potensi untuk dimanfaatkan secara positif
Kabupaten Kuantan Singingi). Selain itu, dalam berbagai upaya untuk mengatasi
lemahnya pengaturan yang menyangkut persoalan pertambangan emas yang terjadi
dengan pertambangan emas di Riau, yang di Kabupaten Kuantan Singingi. Hal ini
menuntut peran kepemimpinan kepala diperkuat dengan hasil penelitian yang
daerah provinsi dan DPRD sebagai dilakukan oleh Kuntowijoyo (1980) yang
pemegang kewenangan pertambangan dan menunjukkan kuatnya posisi dan peran
pembuat kebijakan dalam bentuk peraturan lembaga kepemimpinan lokal pada sistem
daerah tentang pertambangan rakyat. sosial etnis Madura, dimana kedua peran
Sementara itu, hal yang lebih ironis lagi, kepemimpinan lokal tersebut terdiri dari
munculnya keterlibatan oknum pemerintah tokoh negara dan tokoh agama
asebagai pemodal dalam kegiatan (Suradisastra, 2017:281-315)[23].
penambangan emas ilegal tersebut. Oleh Begitupun hal nya dengan persoalan
karenanya, peran kepemimpinan kepala PETI di Kabupaten Kuantan Singingi.
daerah baik provinsi maupun kabupaten, Peran dari kepemimpinan non formal
desa dan DPRD merupakan elemen yang diperlukan untuk mempengaruhi
penting dalam menentukan arah kebijakan masyarakat agar berpartisipasi dalam
tentang pertambangan emas di Riau keterlibatannya menjadi bagian dari
khususnya di Kabupaten Kuantan perumusan kebijakan terkait dengan
Singingi. Kepemimpinan formal yang penanganan PETI di Kabupaten Kuantan
terdiri dari gubernur bersama bupati dan Singingi. Peran serta dari ninik mamak,
DPRD perlu melakukan diskusi dengan tokoh adat, tokoh agama dan pemuda
melibatkan unsur yang terkait dan tentunya memberikan pengaruh yang
Forkompinda untuk membahas tentang begitu besar terhadap aktivitas masyarakat
pengelolaan pertambangan emas di khsususnya yang menyangkut dengan
Kabupaten Kuantan Singingi. Produk pertambangan emas. Betapa tidak,
kebijakan layaknya peraturan daerah kebiasaan dan tradisi “mendulang” yang
tentang pertambangan sejatinya diperlukan telah dilakukan turun temurun oleh
guna untuk mengatur legalitas kegiatan masyarakat mulai memudar sejak
pertambangan di Kabupaten Kuantan belakangan ini seiring berkembangnya tren
Singingi. Keberadaan lembaga menambang dengan menggunakan alat
kepemimpinan (leadership) formal dalam modern yang relatif lebih cepat dan
suatu komunitas memainkan peran mendapatkan hasil yang banyak.
signifikan dan dalam kondisi tertentu Melemahnya peran dari kepemimpinan

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 29
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

non formal belakangan ini disebabkan oleh kepemimpinan sangat berpengaruh


adanya imbalan berupa materi yang terhadap upaya menyelesaikan suatu
diperoleh dari sistem bagi hasil yang persoalan. Hal ini sesuai dengan pendapat
dilakukan oleh para pelaku tambang Bergsten (dalam Vidhya, 2009), dalam
dengan unsur pemimpin non formal seperti sebuah artikel yang membahas tentang apa
tokoh pemuda, dan tokoh adat tersebut yang melemahkan beberapa lembaga
sehingga perilaku mereka lebih cenderung internasional besar seperti OPEC dan
permisif dan pasif terhadap aktivitas GATT, dan apa yang diperlukan untuk
tambang yang tidak mengantongi izin mereformasi mereka, menekankan
tersebut. perlunya kepemimpinan kolektif di seluruh
Disamping melemahnya peran negara, karena tidak ada satu negara pun
kepemimpinan non formal, sejumlah yang dapat mengklaim dominasi atas yang
informan juga menjelaskan bahwa lain dalam konteks saat ini . Dia juga
kehadiran para pekerja tambang yang menyoroti perlunya kolaborasi informal
sengaja didatangkan dari luar Riau dan sebagai rute menuju koordinasi yang
Kuantan Singingi membuat kesenjangan efektif.
dengan masyarakat lokal. Hal ini
dikarenakan mereka yang bekerja sebagai 2. Doctrine (Kebijakan)
penambang mendapatkan pendapatan lebih Kebijakan lembaga adalah irisan antara
dibandingkan dengan masyarakat tempatan serangkaian kebijakan di dalam organisasi
yang sebagian besar bekerja sebagai petani itu sendiri dan dalam lingkungan lembaga
karet dan sawit. Meski demikian lanjut yang bersifat eksternal yang
Iwan masyarakat setempat tidak dapat menggambarkan visi, harapan dan tujuan
berbuat banyak dikarenakan yang menjadi lembaga. Menurut Thomas R. Dye
pemodalnya adalah masyarakat lokal juga kebijakan dapat dipandang sebagai sebuah
yang sengaja membeli atau menyewa sistem. Oleh karenanya jika kebijakan
lahan untuk dijadikan sebagai lokasi dipandang sebagai sebuah sistem, maka
tambang ilegal tersebut. kebijakan memiliki elemen-elemen
Berdasarkan fakta empirik jika pembentuknya. Adapun elemen tersebut
dikaitkan dengan teori, jelas bahwa peran dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.
Tiga Elemen Sistem Kebijakan

Pelaku

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 30
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

Lingkungan Kebijakan

Sumber: Thomas R. Dye (dalam Dunn, 2000:110)

Menurut Thomas R. Dye (dalam dan kewenangannya. Jika hal ini lemah,
Dunn, 2000:110)[24] terdapat tiga elemen maka akan berdampak terhadap proses
kebijakan yang membentuk sistem keberlangsungan pemerintahan. Oleh
kebijakan. Dye menggambarkan ketiga karena itu, persoalan ini menuntut
elemen kebijakan tersebut sebagai keterlibatan semua elemen baik
kebijakan publik/public policy, pelaku pemerintah maupun lembaga non
kebijakan/policy stakeholders, dan pemerintah untuk merumuskan kebijakan
lingkungan kebijakan/policy environment. yang mengatur tentang pertambangan.
Lebih lanjut Thomas Mengatakan bahwa Peraturan daerah tentang pertambangan
Pelaku kebijakan yakni orang yang merupakan salah satu solusi bagi
mempunyai wewenang yang sah untuk terselenggaranya pengelolaan potensi emas
ikut serta dalam formulasi hingga di Provinsi Riau khususnya di Kabupaten
penetapan kebijakan publik. Pelaku Kuantan Singingi. Pemberian izin usaha
kebijakan memang dapat mempunyai pertambangan (IUP) kepada pelaku usaha
peran penting dalam kebijakan, namun tentunya tidak terlepas dari legalitas
mereka juga dapat pula dipengaruhi oleh wilayah yang akan dilakukan eksplorasi
keputusan pemerintah. Lingkungan oleh masyarakat sebagai wilayah resmi
kebijakan juga mempengaruhi dan pertambangan rakyat. Persoalan
dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan lingkungan, limbah industri dan juga
kebijakan publik itu sendiri. abrasi sungai akibat aktivitas PETI akan
Berkaitan dengan perkembangan terjawab sekiranya lahir peraturan daerah
aktivitas pertambangan emas tanpa izin tentang pengelolaan tambang emas di Riau
(PETI) di Kabupaten Kuantan Singingi, sebagai perwujudan dari cita-cita
ditemukan bahwa belum adanya kebijakan pemerintah dalam mensejahterakan
skala daerah seperti peraturan daerah yang masyarakat. lemahnya aturan hukum
mengatur tentang pertambangan rakyat merupakan salah satu faktor penyebab,
sehingga hal ini yang menyebabkan sehingga hal ini terkesan memberi
lemahnya dasar hukum yang dalam keleluasaan dan tidak menimbulkan efek
mengatasi persoalan PETI. Keterlibatan jera kepada pelaku penambangan.
oknum pemerintah sebagai aktor Memang secara umum masyarakat
tersembunyi yang memberikan bantuan Kabupaten Kuantan Singingi
modal kepada pelaku tambang dengan mengharapkan bagaimana kebijakan
sistem bagi hasil, menyebabkan aktifnya pemerintah dapat memberikan solusi untuk
perkembangan PETI di hampir sebagian mengatasi persoalan PETI dan juga
besar wilayah di Kabupaten Kuantan dampak yang ditimbulkan akibat aktivitas
Singingi. Kebijakan sejatinya merupakan tersebut. Namun disisi lain pemerintah
dasar hukum bagi penyelenggara juga belum menyiapkan produk aturan
pemerintahan dalam melaksanakan tugas yang dapat menaungi kegiatan

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 31
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

pertambangan masyarakat di Kabupaten Sementara itu, para pembuat


Kuantan Singingi. Dinas Energi dan kebijakan baik eksekutif (Pemerintah
Sumber Daya Mineral Riau pernah Provinsi Riau) maupun legislatif (DPRD
mengupayakan untuk mengajukan draft Riau) ataupun kelompok-kelompok yang
rancangan peraturan daerah kepada DPRD turut serta dalam proses perumusan
Riau, namun hal tersebut tidak menjadi hal kebijakan, agar lebih mengedepankan
prioritas oleh lembaga tersebut sewaktu kepentingan publik dari pada kepentingan
dalam pembahasan karena juga individu maupun kelompok. Selain itu,
menyangkut anggaran. Selain itu peran dalam penyusunan agenda kebijakan aktor
bupati beserta jajaran harus benar-benar yang terlibat yakni terdiri dari pemerintah
menjadikan persoalan ini sebagai agenda daerah (eksekutif), DPRD (legislatif),
untuk dibahas bersama dengan pemerintah partai politik, tokoh masyarakat, tokoh
provinsi dengan melibatkan unsur-unsur pemuda dan tokoh agama perlu dilibatkan
terkait. dalam rangka penyelesaian masalah yang
Keterlibatan multi aktor dalam terkait dengan kepentingan masyarakat
menyelesaikan persoalan PETI di banyak.
Kabupaten Kuantan Singingi merupakan
kondisi yang tidak dapat dipisahkan dari 3. Programe atau Kegiatan/Layanan.
pembahasan ini. Pemerintah provinsi, Kegiatan/layanan yang
DPRD yang melibatkan pemerintah dimaksudkan dalam tulisan ini merupakan
kabupaten sebagai lembaga formal aktivitas yang berhubungan dengan kinerja
diberikan kekuasaan untuk melahirkan masing-masing fungsi lembaga dan
peraturan daerah yang mengatur tentang merupakan hasil atau output dari lembaga.
kegiatan pertambangan emas di Riau. Sebagai pemegang kewenangan
sementara itu, kehadiran lembaga non pertambangan berdasarkan ketentuan
formal seperti LSM, kelompok Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
kepentingan dan warga negara sebagai tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah
partisipan juga turut memberikan pengaruh Provinsi Riau melalui Dinas Energi dan
terhadap lahirnya kebijakan yang Sumber Daya Mineral pernah melakukan
mengatasnamakan kepentingan masyarakat upaya dengan mengajukan wilayah
umum. Sebagaimana pendapat yang tambang di Kabupaten Kuantan Singingi
dinyatakan oleh Thomas R. Dye diatas, sebagai wilayah pertambangan rakyat.
bahwa untuk melahirkan sebuah kebijakan Sementara itu, dalam hal pengawasan
harus melibatkan elemen-elemen penting terhadap aktivitas pertambangan emas
dalam kebijakan yang meliputi tanpa izin juga dilakukan oleh pihak
aktor/pelaku kebijakan yang dalam hal ini kepolisian resort Kabupaten Kuantan
terdiri dari pejabat pemerintah pembuat Singingi dengan melakukan razia terhadap
kebijakan baik eksekutif maupun legislatif, para penambang ilegal. Adapun data
yang kemudian didukung oleh lingkungan penertiban yang dilakukan oleh pihak
kebijakan dapat berupa aspek ekonomi, kepolisian tersebut dapat dilihat pada tabel
sosial dan politik. dibawah ini:

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 32
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

Tabel 1.
Data Jumlah Kasus Tindak Pidana PETI Polres Kuantan Singingi
NO TAHUN JUMLAH KASUS JUMLAH TERSANGKA
1 2014 12 18
2 2015 14 25
3 2016 25 60
4 2017 45 78
5 2018 17 23
6 2019 3 7
JUMLAH 104 193
Sumber: Polres Kuantan Singingi, 2020

Berdasarkan tabel diatas seperti yang langkah konkrit dalam upaya menjalankan
diungkapkan Kanit Polres Kuantan kinerja lembaga yang diberikan
Singingi Bapak Syapriadi bahwa jumlah kewenangan melalui peraturan perundang-
kasus dan tersangka yang terdata undangan.
merupakan jumlah kasus yang tertangkap
tangan sedang melakukan aktivitas PETI 4. Resources atau Sumber Daya.
sedangkan yang pada saat dilakukan Adapun sumber daya yang
penertiban tidak didapati pelaku dan hanya dimaksudkan dalam tulisan ini yakni dapat
menyisakan alat bukti tidak dihitung berupa sumber daya keuangan, sumber
sebagai kasus. Hal ini berarti bahwa daya manusia, teknologi dan informasi
jumlah penambang ilegal yang sedang yang menjadi masukan atau input bagi
aktif melakukan kegiatan pertambangan lembaga. Dalam upaya mengatasi
ilegal tersebut melebihi jumlah kasus yang permasalahan PETI di Kabupaten Kuantan
berhasil diperoleh oleh pihak kepolisian. Singingi pemerintah melakukan
Upaya yang dilakukan oleh pengawasan melalui penindakan terhadap
Pemerintah provinsi Riau, Pemerintah pelaku PETI yang terdiri dari masyarakat
Kabupaten Kuantan Singingi yang selaku individu, kelompok dan pemodal
bekerjasama dengan pihak kepolisian yang meraup keuntungan secara mandiri
belum sepenuhnya dapat menghentikan dan merugikan masyarakat daerah secara
aktivitas pertambangan ilegal di keseluruhan. Upaya pengawasan melalui
Kabupaten Kuantan Singingi. Hal ini tindakan penertiban yang dilakukan oleh
terlihat dari masih adanya praktek pihak kepolisian resort Kabupaten Kuantan
pertambangan emas yang tidak Singingi juga mengalami hambatan
mengantongi izin ini dihampir sebagian terutama terhadap penyedian sumber daya
besar kecamatan di wilayah Kabupaten baik keuangan, sumber daya manusia,
Kuantan Singingi. Oleh karena itu, teknologi maupun terkendala akibat
sinergitas dan kerjasama antara pemerintah jauhnya jangkauan lokasi pertambangan
provinsi, pemerintah kabupaten, DPRD yang berada diareal hutan dan perkebunan
dan pihak kepolisian diperlukan sebagai masyarakat. Sejatinya Pengawasan

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 33
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

diperlukan untuk memperkuat bangunan yang ada tidak memungkinkan bagi


organisasi. Pengawasan terhadap pemerintah setempat bersama pihak
pemerintah daerah pada dasarnya kepolisian untuk melakukan razia ke
ditujukan untuk memperkuat otonomi berbagai lokasi tempat kegiatan
daerah. Berkembangnya praktek pertambangan emas ilegal tersebut
pertambangan emas yang tidak dilakukan.
mengantongi izin di Kabupaten Kuantan 3. Kekeluargaan dan kesulitan ekonomi
Singingi ini mutlak memerlukan Faktor selanjutnya yang membuat
pengawasan dari berbagai kalangan. pemerintah kesulitan untuk melakukan
Adanya kerjasama antara pemerintah baik pengawasan yakni adanya pertimbangan
provinsi, kabupaten maupun pemerintah dari aktor setempat yang memiliki
pusat, pihak keamanan, masyarakat dan pengaruh yang besar terhadap masyarakat
tokoh masyarakat setempat yang punya seperti Pemangku Adat, Ninik Mamak,
kompetensi untuk melakukan pengawasan Tokoh Pemuda dan Kepala Desa yang
baik secara refresif maupun preventif. melakukan permisifitas terhadap kegiatan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut. Dari beberapa responden yang
didapati bahwa pengawasan yang peneliti lakukan wawancara, sebagian
dilakukan dalam permasalahan besar dari mereka memberikan komentar
pertambangan emas tanpa izin mengalami bahwa kegiatan pertambangan emas
beberapa kendala antara lain: tersebut sudah dianggap hal yang biasa
1. Dana atau biaya karena yang pemilik modal tersebut
Pengawasan yang dilakukan oleh merupakan masyarakat setempat yang juga
pemerintah dalam hal ini dari pihak mempekerjakan beberapa orang
kepolisian beserta pemerintah daerah masyarakat setempat dengan latar
Kabupaten Kuantan Singingi mengalami belakang ekonomi yang lemah
keterbatasan anggaran untuk melakukan
penertiban terhadap kegiatan PETI di 5. Internal Structure atau Struktur
sejumlah wilayah di Kabupaten Kuantan Organisasi.
Singingi. Sehingga ini yang membuat Struktur organisasi dalam konteksi
pemerintah daerah Kabupaten Kuantan ini didefiniskan sebagai struktur dan
Singingi mengalami kesulitan untuk proses yang disusun untuk
melakukan pengawasan secara maksimal, penyelenggaraan operasi lembaga. Struktur
sedangkan aktivitas pertambangan emas akan terdiri dari soal distribusi peran
tanpa izin tersebut masih tetap dilakukan. dalam organisasi, pola otoritas, sistem
2. Fasilitas (kendaraan operasional) komunikasi, tugas dan tanggung jawab
Berkaitan dengan kendala yang masing-masing personil dan kapasitas
dialami oleh Pemerintah Daerah yang dibutuhkan untuk melaksanakan hal
Kabupaten Kuantan Singingi bersama tersebut. Terkait dengan urusan
dengan pihak kepolisian selanjutnya yakni pertambangan berdasarkan Undang-
terbatasnya fasilitas berupa kendaraan Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
operasional untuk melakukan tindakan Pemerintahan Daerah sesungguhnya
pengawasan terhadap pertambangan emas menjadi kewenangan pemerintah provinsi
tanpa izin ini. Sehingga dengan kendaraan melalui Dinas Energi dan Sumber Daya

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 34
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

Mineral Provinsi Riau. Sebagai tindak mempengaruhi setiap aktivitas masyarakat


lanjut untuk melaksanakan kewenangan yang berkaitan dengan penambangan emas
tersebut, Dinas ESDM membentuk cabang tanpa izin di Kabupaten Kuantan Singingi.
dinas di wilayah Kabupaten Kuantan Kepemimpinan formal dimaksud yakni
Singingi sebagai mediator antara aktor yang berasal dari dalam pemerintah
masyarakat dengan pemerintah terkait yang berperan dalam melahirkan
dengan penyelenggaraan urusan dibidang kebijakan. Sedangkan peran
pertambangan. kepemimpinan informal seperti tokoh adat,
Kegiatan pertambangan emas tanpa ninik mamak dan tokoh agama juga
izin (PETI) di Kabupaten Kuantan memberikan peranan penting dalam
Singingi mengalami kendala untuk mengatasi persoalan pertambangan emas
dilakukan pengelolaan oleh Pemerintah yang terjadi di hampir sebagian besar
Kabupaten Kuantan Singingi disebabkan wilayah di Kabupaten Kuantan Singingi.
oleh dicabutnya kewenangan Kedua, keberadaan peraturan daerah
pertambangan dari pemerintah kabupaten tentang pertambangan rakyat merupakan
kepada pemerintah provinsi sehingga suatu yang dapat dijadikan sebagai payung
peran yang dimiliki oleh pemerintah hukum dalam mengatasi persoalan PETI
kabupaten sangat lemah dalam hal agar dapat dikelola dengan baik oleh
pertambangan. Hal ini berkaitan dengan pemerintah daerah melalui Dinas Energi
lemahnya keterlibatan peran Pemerintah dan Sumber Daya Mineral Provinsi.
Kabupaten Kuantan Singingi dalam Ketiga, meskipun ada upaya yang
menyusun perencanaan dan penganggaran dilakukan oleh pemerintah, baik provinsi,
karena berkaitan dengan regulasi yang kabupaten yang bekerjasama dengan pihak
mengatur hal tersebut. Oleh karenanya kepolisian yang salah satunya melalui
kerjasama dan keterlibatan pemerintah penertiban, namun tetap mengalami
provinsi dengan pemerintah kabupaten kendala dari sisi sumber daya diantaranya
sangat diperlukan sebagai perwujudan dari yakni kendala biaya, fasilitas dan jauhnya
pembagian dan distribusi peran untuk jarak tempuh lokasi pertambangan dengan
mengatasi persoalan pertambangan emas pusat kota yang merupakan elemen ke
tanpa izin di Kabupaten Kuantan Singingi empat dari konsep tersebut. Kelima,
Provinsi Riau. diperlukan adanya keterlibatan dari
berbagai pihak baik pemerintah,
KESIMPULAN masyarakat dan pihak keamanan dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang mengatasi persolan pertambangan yang
dilakukan didapati bahwa untuk mengatasi tidak memiliki izin tersebut.
persoalan PETI di Kabupaten Kuantan Berdasarkan dari penjelasan tersebut
Singingi berkaitan erat dengan konsep diatas didapat kesimpulan bahwa
institution building (pembangunan pembangunan kelembagaan merupakan
kelembagaan) yang disampaikan oleh solusi alternatif dalam mengatasi persoalan
Milton J. Esman (1972). Hal ini dapat PETI di Kabupaten Kuantan Singingi. Hal
diungkapkan melalui: pertama, diperlukan ini terkait dengan elemen yang diperlukan
peran kepemimpinan baik formal maupun dalam pembangunan kelembagaan
informal sangat diperlukan dalam sebagaimana yang dikemukakan oleh

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 35
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

Milton J. Esman (1972) yakni terdiri dari dalam Otonomi Daerah,” Revital.
kepemimpinan, kebijakan, sumber daya, Kelembagaan untuk Percepatan
kegiatan/layanan dan struktrur organisasi. Pembang. Sekt. Pertan. dalam
Oton. Drh. 2017
DAFTAR PUSTAKA L. Agustino, Dasar- dasar Kebijakan
Publik. Bandung, 2008.
A. A. A. P. Mangkunegara, Manajemen Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber
Sumber Daya Manusia Perusahaan. Daya Manusia. 2012
2003. M. J. Esman, “The elements of institution
Amin Subagio, “Pengembangan building,” in Institution building
Kelembagaan Pangan Masyarakat and development, 1972.
dalam Pemantapan Ketahanan Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis.
Pangan dan Ekonomi Masyarakat Jakarta, 2006.
(Studi Kasus Desa Damparan, S. Martoyo, Manajemen Sumber Daya
Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Manusia. Yogyakarta, 1992..
Barito Selatan, Provinsi Kalimantan P. A. Donald, G., de Schweinitz Jr, K., &
Tengah,” IPB. Klein, Institution Building and
A. Mintorogo, Kepemimpinan dalam Development: From Concepts to
Organisasi. Yogyakarta, 1997. Application. 1974.
A. Sofian, Makna “Doktrin” dan “Teori” R. Veithzal, “Kepemimpinan dan perilaku
dalam Ilmu Hukum. 2016. organisasi,” Jakarta PT. Raja Graf.,
B. Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja 2008.
Indonesia Pendekatan Administratif
dan Operasional. Jakarta, 2005. Jurnal :
D. William N, Pengantar Analisis
Kebijakan Publik, Kedua. A. Moore, M., Stewart, S., & Hudock,
Yogyakarta: Gadjah Mada “Institution building as a
University, 2000. development assistance method.,”
dkk Djogo, Kelembagaan dan Kebijakan SIDA, 1995.
dalam Pengembangan Agroforestri. M. Vidhya, “Institution Building. A
Bogor: KRAF. Review of literature,” NHRD Netw.
I. Wursanto, Dasar-dasar ilmu organisasi. J., vol. 1, 2009.
Yogyakarta, 2005. S. Eriksen, “Institution building in Central
J. W. Creswell, w Creswell, J. (2009). and Eastern Europe: Foreign
Research design: Qualitative, influences and domestic responses,”
quantitative, and mixed methods Rev. Cent. East Eur. Law, 2007,
approaches. SAGE Publications, doi: 10.1163/092598807X195232.
Incorporated. 2014. S. R. Ganesh, “Institution Building for
K. Kartono, Pemimpin dan Social and Organizational Change:
Kepemimpinan. Jakarta, 2006. An Appreciation,” Organ. Stud.,
K. Suradisastra, “Revitalisasi 1980, doi:
Kelembagaan untuk Percepatan 10.1177/017084068000100301.
Pembangunan Sektor Pertanian T. Terada, “Directional leadership in

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 36
NAKHODA: JURNAL ILMU PEMERINTAHAN
Edisi Januari - Juni Tahun 2020 Volume: 19 Nomor: 1
ISSN : 1829-5827 | E-ISSN : 2656-5277
DOI : https://doi.org/10.35967/jipn
https://nakhoda.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN

institutionbuilding: Japan’s
approaches to ASEAN in the
establishment of PECC and APEC,”
Pacific Rev., 2001, doi:
10.1080/09512740110037352.

Khotami |
Kata Kunci: Institution Building, Pengelolaan Pertambangan |
Halaman | 37

Anda mungkin juga menyukai