Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. EPILEPSI
1.1 Definisi

Epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi
secara terus menerus untuk terjadinya suatu bangkitan epileptik, dan juga ditandai
oleh adanya faktor neurobiologis, kognitif, psikologis, dan konsekuensi sosial akibat
yang diakibatkannya (buku ajar neurologi).

ILAE membagi kejang menjadi kejang umum dan kejang parsial dengan
definisi sebagai berikut:
 Kejang umum: gejala awal kejang dan/atau gambaran EEG menunjukkan keterlibatan
kedua hemisfer.
 Kejang parsial (fokal): gejala awal kejang dan/atau gambaran EEG menunjukkan
aktivasi pada neuron terbatas pada satu hemisfer saja.

1.2 Epidemiologi
Data epilepsi di seluruh dunia bervariasi, namun secara keseluruhan
prevalensinya mencapai 10 per 1000 penduduk. Di negara berkembang, prevalensinya
lebih tinggi yaitu sebesar 10.3-15.4 per 1000 penduduk baik pada populasi dewasa
ataupun anak-anak (Indrayana & Amalia. 2017). Di Indonesia angka kejadian epilepsi
bisa dikatakan cukup tinggi karena prevalensinya berkisar antara 0,5% sampai 2%.
Setidaknya terdapat 700.000 hingga 1.400.000 kasus epilepsi yang terjadi di
Indonesia dan mengalami pertambahan sebanyak 70.000 kasus baru tiap tahunnya.
Sekitar 40% hingga 50% kasus menyerang anak-anak. 5 Epilepsi idiopatik umum
adalah jenis epilepsi yang insidennya paling sering. Kejadiannya sekitar 20% hingga
40% dari seluruh kasus epilepsi dan dimulai dari masa kanakkanak atau remaja.
Penelitian terdahulu menyebutkan, bahwa sekitar 77% kasus epilepsi, pasien sering
mengalami gangguan pada kehidupan sosialnya yang dapat berefek pada
keberlangsungan kualitas hidupnya. Pengaruh yang signifikan pada kualitas hidup
pasien epilepsi dapat terjadi akibat faktor-faktor yang berperan antara lain: faktor
klinis, faktor demografi, faktor psikososial, dan faktor OAE (Putra et al. 2022).
1.3 Etiologi
Etiologi epilepsi umumnya tidak diketahui. Klasifikasi berdasarkan ILAE
2010, mengganti terminologi dari idiopatik, simtomatis, atau kriptogenik, menjadi
genetik, struktural/metabolik, dan tidak diketahui. Genetic epilepsy syndrome adalah
epilepsi yang diketahui/diduga disebabkan oleh kelainan genetik dengan kejang
sebagai manifestasi utama. Structural/metabolic syndrome adalah adanya kelainan
struktural/metabolik yang menyebabkan seseorang berisiko mengalami epilepsi,
contohnya; epilepsi setelah sebelumnya mengalami stroke, trauma, infeksi SSP, atau
adanya kelainan genetik seperti tuberosklerosis dengan kelainan struktur otak (tuber).
Epilepsi digolongkan sebagai “unknown cause” bila penyebabnya belum diketahui.
Kelainan genetik yang dapat menyebabkan epilepsi antara lain:
1. Kelainan kromosom: sindrom fragile X, sindrom Rett.
2. Trisomi parsial 13q22-qter berhubungan dengan epilepsi umum awitan lambat dan
leukoensefalopati (Kemenkes. 2017).

Kelainan struktural/metabolik yang dapat menyebabkan epilepsi antara lain


1. Kelainan neurokutan: tuberosklerosis, neurofibromatosis, hipomelanosis Ito, sindrom
Sturge-Weber.
2. Palsi serebral (PS); epilepsi didapatkan pada 50% PS spastik kuadriplegia atau
hemiplegia dan 26% PS spastik diplegia atau diskinetik.
3. Sklerosis hipokampus, gliosis, dan hilangnya neuron sehingga mengubah rangkaian
sirkuit menjadi epileptogenesis, termasuk mesial temporal sclerosis.
4. Malformasi serebral atau kortikal (didapatkan pada 40% epilepsi intraktabel),
hemimegalensefali, focal cortical dysplasia (FCD), heterotopia nodular
periventrikular, agiria, pakigiria, skizensefali, polimikrogiria.
5. Tumor otak dan lesi lain; astrositoma, gangliositoma, ganglioglioma, angioma
kavernosum.
6. Trauma kepala.
7. Infeksi; ensefalitis herpes simpleks, meningitis bakterial, malaria serebral,
sistiserkosis.
8. Kelainan metabolik bawaan.
Etiologi epilepsi dapat dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu:

1. Idiopatik : tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit neurologik. Diperkirakan
mempunyai predisposisi genetik dan umumnya berhubungan dengan usia.
2. Kriptogenik : dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui. Gambaran
klinik sesuai dengan ensefalopati difus
3. Simtomatik : bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan/lesi struktural pada otak,
misalnya cedera kepala, infeksi SSP , kelainan kongenital, lesi desak ruang, gangguan
peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan degeneratif (Laily.
2018).

1.4 Klasifikasi
ILAE membagi kejang menjadi kejang umum dan kejang fokal (parsial)
berdasarkan tipe bangkitan (yang diobservasi secara klinis maupun hasil pemeriksaan
elektrofisiologi), yaitu apakah aktivitas kejang dimulai dari satu bagian otak,
melibatkan banyak area, atau melibatkan kedua hemisfer otak (Kemenkes. 2017).

Klasifikasi epilepsi berdasarkan tipe bangkitan menurut ILAE

1. Bangkitan umum
Suatu serangan kejang dikatakan kejang umum bila semiologi kejang umum
disertai dengan gelombang epileptiform umum. Pada kejang umum terjadi hilang
kesadaran yang dapat merupakan gejala awal manifestasi kejang. Gejala motorik yang
tampak bersifat bilateral. Beberapa tipe kejang umum ditandai gejala dan gerakan
motorik yang terlihat; tonik, klonik, tonik-klonik, mioklonik, atau atonik. Kejang
tonik adalah kejang yang ditandai dengan kontraksi otot yang berlangsung selama
beberapa detik sampai beberapa menit. Ekstremitas dan tubuh dapat terlihat kaku
(Buku Ajar Neurologi. 2017).

 Kejang tonik lebih sering terjadi saat tidur, bila terjadi saat periode bangun
dapat mengakibatkan penderita terjatuh. Karakteristik gambaran EEG adalah
adanya perlambatan aktivitas yang bersifat umum, atau tampak gelombang
epileptiform dengan voltase tinggi dan frekuensi cepat (≥9-10 Hz) kaku (Buku
Ajar Neurologi. 2017).
 Kejang klonik adalah kejang yang ditandai sentakan mioklonik sekelompok
otot dengan pengulangan secara teratur lebih kurang 2-3 siklus per detik serta
berlangsung lama, biasanya melibatkan kedua sisi tubuh. Gerakan tersebut
tampak menyerupai serangan mioklonik, namun kejang klonik bersifat
repetitif dengan kecepatan yang lebih rendah dibanding serangan mioklonik.
Gambaran EEG tipikal pada kejang klonik adalah adanya kompleks paku-
ombak lambat dengan frekuensi tinggi (≥10 Hz) (Buku Ajar Neurologi. 2017).
 Kejang tonik-klonik merupakan bentuk kejang dengan kombinasi kedua
elemen tipe kejang di atas, dapat tonik-klonik atau kloniktonik-klonik.
Termasuk dalam klasifikasi ini adalah kejang tonikklonik umum yang sering
disebut grand mal. Kejang tonik-klonik ditandai dengan kontraksi tonik
simetris, diikuti dengan kontraksi klonik bilateral otot-otot somatis. Kejang
jenis ini disertai dengan fenomena otonom, termasuk penurunan kesadaran
atau apnea (Buku Ajar Neurologi. 2017).
 Kejang absans ditandai hilangnya kesadaran yang bersifat sementara. Subkelas
kejang absans terdiri atas absans tipikal, atipikal, dan absans dengan gambaran
khusus. Kejang absans tipikal ditandai dua manifestasi utama; hilang
kesadaran transien dan gambaran EEG khas berupa gelombang paku-ombak
atau paku majemuk-ombak dengan frekuensi 2,5-3 Hz. Meskipun umumnya
tipe ini muncul tanpa disertai bentuk kejang lain, beberapa penderita dapat
memperlihatkan manifestasi motorik, yaitu komponen klonik (kedutan
kelopak mata, alis, dan mulut), komponen atonik (hilangnya tonus otot
mendadak yang menyebabkan kepala terkulai, kehilangan daya genggam, tapi
jarang menyebabkan pasien terjatuh), komponen tonik (mata berputar dan
kepala bergerak ke belakang, batang tubuh melengkung), atau automatisasi
(gerakan repetitif yang intens misalnya gerakan mengecap-ngecap, menelan,
berjalan). Absans atipikal memiliki gambaran motorik yang sama dengan
tipikal namun lebih berat (misalnya atonia menyebabkan penderita terjatuh),
namun proses kehilangan kesadaran berlangsung lebih perlahan dan progresif,
demikian pula pemulihannya memerlukan waktu lebih lama (tidak seperti
bentuk tipikal yang terjadi secara cepat dan mendadak). Gambaran EEG
memperlihatkan gambaran paku-ombak dengan frekuensi <2,5 Hz. Kejang
mioklonik adalah kontraksi otot tunggal atau multiple yang terjadi secara tiba-
tiba, cepat (<100 milidetik), dengan topografi yang bervariasi (aksial,
ekstremitas proksimal, distal). Kejang mioklonik dapat terjadi unilateral atau
bilateral. Gambaran EEG tipikal memperlihatkan gambaran kompleks paku
majemuk-ombak, atau lebih jarang berupa gambaran paku-ombak, atau tajam-
ombak.
 Kejang mioklonik-atonik, sebelumnya disebut kejang mioklonik-astatik,
merupakan bentuk kejang atonia yang didahului kejang mioklonik, umumnya
menyebabkan penderita terjatuh tiba-tiba (drop attacks). Gambaran EEG
memperlihatkan gelombang pakuombak; gelombang paku terbentuk saat
kejang mioklonik dan gelombang ombak menyertai atonia (Buku Ajar
Neurologi. 2017).
 Kejang atonik adalah kejang yang ditandai dengan hilangnya tonus otot tanpa
didahului kejang mioklonik atau tonik yang berlangsung ≥1-2 detik,
melibatkan kepala, batang tubuh, rahang, atau otot-otot ekstremitas (Buku
Ajar Neurologi. 2017).

2. Kejang parsial
Kejang parsial atau kejang fokal bermula dari struktur kortikal atau subkortikal dari
satu hemisfer, namun dapat menyebar ke area lain, baik ipsilateral maupun
kontralateral. Kejang parsial dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kejang parsial
sederhana, kejang parsial kompleks, dan kejang parsial menjadi umum.
 Kejang parsial sederhana adalah kejang fokal tanpa disertai gangguan
kesadaran. Gambaran EEG iktal akan menunjukkan gelombang epileptiform
fokal kontralateral dimulai dari area korteks yang terpengaruh. Kejang parsial
sederhana ini dapat menunjukkan kejang disertai gejala motorik,
somatosensorik atau sensorik khusus (special sensory), autonom, atau
perilaku.
 Kejang parsial kompleks adalah kejang fokal disertai hilang atau perubahan
kesadaran. Gambaran EEG iktal menunjukkan adanya cetusan unilateral atau
terkadang bilateral tidak bersamaan. Biasanya kejang parsial kompleks
dimulai dengan tatapan kosong, kehilangan ekspresi atau samar-samar,
penampilan bingung. Kesadaran terganggu dan orang mungkin tidak
merespon. Kadang-kadang orang memiliki perilaku yang tidak biasa, perilaku
umum termasuk mengunyah, gelisah, berjalan di sekitar atau bergumam.
Kejang parsial dapat berlangsung dari 30 detik sampai tiga menit.(Kristanto.
2017). Menurut Kemenkes kejang parsial kompleks dapat mengambil salah
satu dari dua manifestasi di bawah ini:
o Kejang parsial sederhana pada awal serangan diikuti hilang kesadaran
o Hilang kesadaran dimulai dari saat awal serangan.
Kejang parsial menjadi umum ditandai dengan kejang fokal yang
diikuti kejang umum. Kejang umum dapat berbentuk tonik, klonik,
atau tonik-klonik. Gambaran EEG iktal menunjukkan cetusan lokal
dimulai dari korteks yang terpengaruh, diikuti gambaran cetusan
umum (Kemenkes. 2017).

Anda mungkin juga menyukai

  • Skoring TB
    Skoring TB
    Dokumen1 halaman
    Skoring TB
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • Kejang
    Kejang
    Dokumen3 halaman
    Kejang
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • S1L3
    S1L3
    Dokumen21 halaman
    S1L3
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen10 halaman
    Kasus
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • TM SK1 Kedkel
    TM SK1 Kedkel
    Dokumen17 halaman
    TM SK1 Kedkel
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • TM SK2 Kedkel
    TM SK2 Kedkel
    Dokumen15 halaman
    TM SK2 Kedkel
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • Pembiayaan Kesehatan
    Pembiayaan Kesehatan
    Dokumen3 halaman
    Pembiayaan Kesehatan
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • Skenario 4 Repro
    Skenario 4 Repro
    Dokumen4 halaman
    Skenario 4 Repro
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • SK 4
    SK 4
    Dokumen14 halaman
    SK 4
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • SK 3
    SK 3
    Dokumen26 halaman
    SK 3
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • Anam Tiroid New
    Anam Tiroid New
    Dokumen4 halaman
    Anam Tiroid New
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • Anamnesis Gizi
    Anamnesis Gizi
    Dokumen2 halaman
    Anamnesis Gizi
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • Anamnesis Endokrin
    Anamnesis Endokrin
    Dokumen2 halaman
    Anamnesis Endokrin
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • Anamnesis Sesak
    Anamnesis Sesak
    Dokumen4 halaman
    Anamnesis Sesak
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • Anamnesis (Hiperglikemi, Gizi)
    Anamnesis (Hiperglikemi, Gizi)
    Dokumen3 halaman
    Anamnesis (Hiperglikemi, Gizi)
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • Tabel Vitamin Dan Mineral
    Tabel Vitamin Dan Mineral
    Dokumen5 halaman
    Tabel Vitamin Dan Mineral
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • L3S2 Respi
    L3S2 Respi
    Dokumen44 halaman
    L3S2 Respi
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat
  • S4L4 Kardio
    S4L4 Kardio
    Dokumen14 halaman
    S4L4 Kardio
    fatmahapriyani 1004
    Belum ada peringkat