1237 5093 2 PB
1237 5093 2 PB
Abstrak
Kata kunci: Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang terjadi di
ASI eklusif, konsumsi gizi ibu Indonesia. Stunting adalah keadaan gizi kurang yang dilihat dari
hamil dan pengetahuan gizi tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2SD..Penelitian ini
ibu menggunakan desain Crossectional dan dilaksanakan pada tanggal
stunting.. 06 Mei sampai 27 Mei 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua balita yang berusia 12-59 bulan.Berdasarkan analis bivariat
ada hubungan yang bermakna antara ASI eklusif (pvalue 0,0005, OR
8,9), konsumsi gizi ibu hamil (pvalue 0,0005, OR 6) dan
pengetahuan gizi ibu (pvalue 0,0005, OR 6,7) dengan kejadian
stunting. Dapat disimpulkan yang paling berhubungan dengan
P-ISSN: 2407 - 2664 kejadian stunting yaitu ASI eklusif. kepada petugas kesehatan untuk
berperan aktif memberikan pengetahuan penting nya ASI eklusif
selama 6 bulan. Kepada ibu untuk memperhatikan asupan gizi anak
agar terhindar dari penyebab stunting.
77
Shantrya Dhelly Susanty| Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12-59 Bulan
(76-83)
79
Shantrya Dhelly Susanty| Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12-59 Bulan
(76-83)
protein di bawah rata –rata (< 58%AKG) Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu
memiliki 1,6 kali beresiko untuk yang memiliki gizi tidak baik terdapat
mempunyai anak stunting di usia 12 bulan. 70,1% balita yang stunting. Jumlah ini jauh
Menurut penelitian Syafa’ah (2013), lebih besar dibandingkan dengan ibu yang
di Puskesmas Bendo Sari Kabupaten mempunyai pengetahuan gizi yang baik
Sukoharjo, menyatakan bahwa ada hanya terdapat 25,8% balita yang stunting.
hubungan yang signifikan antara asupan fe Dengan nilai p= 0,0005 dan OR 6,757
ibu hamil dengan panjang badan lahir artinya ibu yang memiliki pengetahuan gizi
pendek (stunting). Diperoleh nilai p = 0,000 yang tidak baik memiliki peluang 6,7 kali
dan OR 0,567 dengan uji regresi tunggal lebih besar untuk resiko kejadian Stunting
bahwa asupan fe lebih besar memberikan dibandingkan dengan ibu yang memiliki
pengaruh terhadap panjang badan lahir pengetahuan gizi yang baik.
pendek yaitu sebesar 56,7%. Pengetahuan gizi ibu merupakan
Menurut asumsi peneliti adanya salah satu faktor yang menentukan
hubungan antara konsumsi gizi ibu saat konsumsi pangan seseorang. Orang yang
hamil yang tidak baik dengan kejadian mempunyai pengetahuan gizi yang baik
stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Banja akan mempunyai kemampuan untuk
Laweh tahun 2019. Ditemukannya dari 96 menerapkan pengetahuan gizi dalam
responden yang memiliki status gizi yang pemilihan dan pengolahan pangan sehingga
tidak baik di saat hamil terdapat sebanyak dapat diharapkan asupan makanannya lebih
64 balita yang mengalami stunting. Hal ini di terjamin, baik dalam menggunakan alokasi
buktikan dengan ditemukan nya balita yang pendapatan rumah tangga untuk memilih
stunting memiliki TB/U 84,44 cm, yang pangan yang baik dan mampu
seharusnya balita pada usia tersebut memperhatikan gizi yang baik untuk
memiliki tinggi badan rata – rata 93,39 cm anaknya, serta pengetahuan orang tua
menurut standar TB/U dari KEMENKES RI. tentang gizi dapat membantu memperbaiki
Hal ini di sebabkan karena ibu kurang status gizi pada anak untuk mencapai
mengkonsumsi makanan yang mengandung kematangan pertumbuhan (Gibney dkk,
nilai gizi yang tinggi sejak masa kehamilan. 2009 : Salman et, al. 2017).
Seperti kurangnya konsumsi protein, Hasil penelitian ini sejalan dengan
yodium, dan tablet fe selama hamil. penelitian Ni’mah (2015), di wilayah kerja
Sehingga janin mngalami perkembangan puskesmas Tanah Kali Surabaya dengan uji
yang tidak sesui dengan usia kehamilan chi-square yang menunjukkan bahwa ibu
yang seharusnya. Sebaiknya ibu balita stunting (61,8%) memiliki
mengkonsumsi makanan yang mempunyai pengetahuan gizi yang lebih rendah
nilai gizi tinggi seperti konsumsi zat gizi dibandingkan dengan balita normal.
mikro dan makronutrien sejak dari awal pengetahuan gizi ibu merupakan faktor
kehamilan. Agar anak terhindar dari resiko yang berhubungan dengan kejadian stunting
kejadian stunting. pada balita didapatkan nilai p = 0,015
dengan OR 3,877.Yang artinya ibu yang
Tabel 7 berpengetahuan rendah memiliki 3,8 kali
Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu Dengan beresiko balita stunting dibandingkan
Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja dengan ibu yang memiliki pengetahuan gizi
Puskesmas Banja Laweh yang baik.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Salman dkk (2017) di
kecamatan talang jaya kabupaten gorontal
dengan desain chi-square yang menayatakan
bahwa semakin baik pengethuan gizi ibu
maka semakin baik pula status gizi anak
balitanya. Sebaliknya jika pengetahuan gizi
ibu buruk maka status gizi balitanya juga
akan buruk. Dengan α = 0,1 didapatkan nilai
Shantrya Dhelly Susanty| Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12-59 Bulan
(76-83)
X2 hitung lebih Kecil dari X2 tabel maka 2. Diketahui distribusi frekuensi ASI eklusif
tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi di wilayah Kerja Puskesmas Banja Laweh
ibu dengan kejadian stunting pada balita. tahun 2019 dari 184 responden terdapat
Menurut asumsi peneliti adanya 125 (67,9%) balita yang tidak ASI eklusif.
hubungan pengetahuan gizi ibu dengan 3. Diketahui distribusi frekuensi gizi ibu
kejadian stunting pada balita diwilayah hamil di wilayah Kerja Puskesmas Banja
kerja Puskesmas Banja Laweh tahun 2019. Laweh tahun 2019 dari 184 responden
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya terdapat 96 (52,2%) konsumsi ibu yang
balita yang stunting memiliki TB/U 85,54 tidak baik di saat hamil.
cm yang seharusnya balia pada usia 4. Diketahui distribusi frekuensi
tersebut memiliki tinggi badan rata – rata pengetahuan gizi ibu di wilayah Kerja
93,27 cm menurut standar TB/U dari Puskesmas Banja Laweh tahun 2019 dari
KEMENES RI. Pengetahuan gizi ibu sangat 184 responden terdapat 97 (52,7%)
menentukan status gizi pada balita, karena pengetahuan gizi ibu sudah baik.
ibu yang mempunyai pengetahuan tentang 5. Diketahui adanya hubungan ASI eklusif
gizi yang baik jauh lebih mengerti untuk terhadap kejadian stunting (61,6%)
memperhatikan makanan yang akan di dengan pvalue 0,0005 dan OR = 8,912
konsumsi oleh anaknya. Pengetahuan ibu 6. Diketahui adanya hubungan konsumsi
yang sudah baik tentang gizi tidak gizi ibu hamil terhadap kejadian stunting
menjamin untuk anaknya tidak stunting, (66,7%) dengan pvalue 0,0005 dan OR =
karena lebih dari sebagian ibu yang 6,000
mempunyai pengetahuan baik tentang gizi 7. Diketahui adanya hubungan
tidak menerapkan kepada anaknya untuk pengetahuan gizi ibu terhadap kejadian
mengkonsumsi dan mengolah makanan stunting (70,1%) dengan pvalue 0,0005
yang memiliki nilai gizi tinggi, sehingga ibu dan OR = 6,757.
membiarkan anaknya memakan apa saja
yang diinginkan oleh anak dan tidak Ucapan Terimakasih
memperhatikan gizi apa yang dibutuhkan Terima kasih diucapkan kepada
untuk pertumbuhan anak. Puskesmas Banja Laweh, Universitas Fort
Hal ini tidak menutup kemungkin de Kock, dan kepada tim pembantu
bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan penelitian.
yang baik tentang gizi memiliki resiko untuk
mendapatkan anak yang stunting. REFERENSI
Seharusnya ibu yang sudah memiliki
pengetahuan yang baik tentang gizi lebih Anisa, P. (2012). Faktor - faktor yang
pemperhatikan dan menerapakan makanan berhubungan dengan kejadian
apa yang seharusnya di konsumsi mulai dari stunting pada balita usia 25-60 bulan
masa kehamilan sampai anak diberikan ASI dikelurahan kalibaru Depok . Depok :
eklusif dan dan memantau pertumbuhan Universitas Indonesia Kesehatan
anak secara dini. Masyarakat .
Al-Rahmad,H.A., Miko,A., & Hadi,A.(2013).
SIMPULAN Kejadian stunting pada anak balita
Berdasarkan hasil penelitian yan ditinjau dari pemberian asi
dilakukan yang dilakukan terhadap 184 eklusif,MP-ASI, status imunisasi dan
responden diwilayah kerja puskesmas Banja karakteristik keluarga. Aceh :
Laweh tahun 2019, dapat disimpulan Poltekes Kemenkes.
sebagai berikut : Dalimunthe, S. M. (2014). Faktor risiko
1. Diketahui distribusi frekuensi kejadian stunting pada anak umur 6-24 bulan
stunting di wilayah Kerja Puskesmas dikecamatan penanggalan kota
Banja Laweh tahun 2019 dari 184 Subulussam provinsi Aceh . Medan :
responden terdapat 98 (53,3%) balita STIKes Helvetia .
yang tidak mengalami stunting. Enawati,F., Rosmalina,Y., & Permanasari, Y.
(2013). pengaruh asupan protein ibu
81
Shantrya Dhelly Susanty| Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12-59 Bulan
(76-83)
Wijayanti, R. D., & Sumarmi, S. (2016). Yusrina, A., & Devy, S. R. (2016). Faktor yang
Pertumbuhan anak dari ibu yang mempengaruhi niat ibu memberikan ASI
yang mendapatkan suplemen anti eklusif. Surabaya : Universitas Airlangga
mikronutrien dan anak dari ibu yang Fakultas Kesehatan Masyarakat.
mendapatkan suplemen besi float
selama hamil. Probolinggo:
)
Universitas Airlangga Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
83