PNEUMONIA CAP
Disusun Oleh:
Mahardhika
Nialasta
Pembimbing:
dr. Fransisca Murlia Butar-Butar
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Pneumonia
CAP”.
Selama penyelesaian laporan kasus ini, penulis mendapatkan bantuan,
bimbingan, dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada dr. Fransisca Murlia Butar-Butar yang telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan doa
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan kasus ini. Harapan penulis semoga
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan umumnya
dan profesi kedokteran khususnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat
dan Hidayah-Nya bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3
BAB II LAPORAN KASUS.........................................................................................4
2.1 Identitas Pasien................................................................................................4
2.2 Anamnesis.......................................................................................................4
2.3 Pemeriksaan Fisik............................................................................................5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA................................................................................13
3.1 Definisi..........................................................................................................13
3.2 Etiologi..........................................................................................................13
3.3 Epidemiologi.................................................................................................14
3.4 Patofisiologi...................................................................................................14
3.5 Klasfikasi.......................................................................................................16
3.6 Manifestasi Klinis..........................................................................................17
3.7 Diagnosis.......................................................................................................17
3.8 Diagnosis Banding........................................................................................21
3.9 Tatalaksana....................................................................................................21
3.10 Prognosis dan Komplikasi.............................................................................23
BAB IVANALISIS KASUS.......................................................................................25
BAB V KESIMPULAN..............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan infeksi akut pada jaringan parenkim paru atau alveoli
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik
dari paru maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain. 1 Pneumonia merupakan
masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak hanya di negara
berkembang, tetapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan negara-
negara Eropa lainnya.2
Community-acquired pneumonia (CAP) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan infeksi akut paru-paru yang berkembang di luar rumah sakit pada
pasien yang belum lama dirawat di rumah sakit. 3
Community-acquired pneumonia
(CAP) adalah peradangan akut parenkim paru yang didapat di masyarakat. 2 Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa CAP banyak disebabkan bakteri Gram positif dan
dapat pula bakteri atipik.4 Pneumonia komunitas merupakan penyakit yang sering
terjadi, bersifat serius serta berhubungan dengan angka kesakitan dan kematian.
Pneumonia komunitas merupakan penyebab kematian utama di antara penyakit
infeksi.2
Kriteria pneumonia komunitas yang didasarkan pada gejala, sistem penilaian
skor klinis, dan indikator inflamasi umum (hitung leukosit, prokalsitonin, dan kultur
darah) seringkali memiliki keterbatasan untuk pemberian terapi yang optimal. 2 Faktor
resiko CAP merupakan hal yang penting dan perlu diperhatikan dengan saksama.
Faktor resiko ini akan mengarahkan pada peluang infeksi dan komplikasi yang akan
dimiliki seseorang.5
Prevalensi kejadian pneumonia di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 4,5%.
Pada usia lanjut prevalensi pneumonia menjadi lebih tinggi yakni 15,5%. Sampai saat
ini pneumonia masih merupakan 10 penyakit utama yang membutuhkan rawat inap di
rumah sakit.1 Pasien yang dirawat dengan pneumonia komunitas terbanyak pada
pasien lanjut usia. Angka mortalitas pasien pneumonia komunitas yang lanjut usia
berkisar antara 10% dan 25% terutama pada pasien yang memiliki komorbid.6
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 ANAMNESIS
Riwayat Pengobatan :
Meropenem, gentamisin, ceftriaxone, curcuma, paracetamol, erdomex, lapifed
4
5
Tanda Vital
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis (GCS: E4M6V5)
Tekanan darah : 117/75 mmHg
Frekuensi nadi : 86 kali/menit
Frekuensi nafas : 29 kali/menit
Suhu : 36,7
SpO2 : 97% (dengan oksigen)
Inspeksi :
- Statis : Simetris
- Dinamis : Simetris
Palpasi
- Fremitus taktil normal
Perkusi
- Dextra : Sonor
- Sinistra : Sonor
Auskultasi
- Atas : Dextra et sinistra : Vesikuler (+/+), ronkhi (-), wheezing (-)
- Tengah : Dextra et sinistra : Vesikuler (+/+), ronkhi (-), wheezing (-)
- Bawah : Dextra et sinistra : Vesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-)
6
Status Generalisata
Kulit : Ikterus (-), sianosis (-)
Kepala : Rambut hitam keputihan
Wajah : Simetris, edema (-)
Mata : Konjungtiva palpebra inferior tidak pucat, sklera tidak ikterik
Telinga : Sekret (-)
Hidung : Nafas cuping hicung (-), sekret (-)
Mulut : Leukoplakia (-), sianosis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru : Simetris, Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (+/+) 1/3 bawah
paru bilateral
HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
Hemoglobin 10,5 14,0-17,0 g/dL
Hematokrit 32 45-55 %
Eritrosit 3,9 4,7-6,1 106/mm3
Leukosit 9,6 4,5-10,5 103/mm3
Trombosit 298 150-450 103/mm3
7
MCV 82 80-100 fL
MCH 27 27-31 pg
MCHC 33 32-36 %
RDW 14,6 11,5-14,5 %
MPV 8,6 7,2-11,1 fL
PDW 8,7 fL
Hitung Jenis :
Eosinofil 27 0-6 %
Basofil 1 0-2 %
Neutrofil Batang 0 2-6 %
Neutrofil Segmen 33 50-70 %
Limfosit 34 20-40 %
Monosit 5 2-8 %
KIMIA KLINIK
HATI & EMPEDU
AST/SGOT 21 <35 U/L
ALT/SGPT 21 <45 U/L
Albumin 3,40 3,5-5,2 g/dL
ELEKTROLIT
Kalsium (Ca) 8,6 8,6-10,3 mg/dL
DIABETES
Gluksa Darah Sewaktu 112 < 200 mg/dL
GINJAL-HIPERTENSI
Ureum 25 13-43 mg/dL
Kreatinin 0,80 0,67-1,17 mg/dL
ELEKTROLIT – Serum
Natrium (Na) 145 132-146 Mmol/L
Klorida (Cl) 108 98-106 Mmol/L
8
Foto Thorax AP
Kesimpulan:
Pneumonia
Bekas TB
2.7 PLANNING
a. Pantau KU, TTV dan saturasi
b. Darah rutin 3 hari post antibiotik
c. Foto thorax 5 hari post antibiotik
d. Kultur sputum
Tanggal/Hari
Catatan Instruksi
rawatan
S/ Sesak napas, batuk dan nasal Th/
kanul 3L/menit - IVFD NACL 0,9 % 20 tpm
O/ - O2 3 L/menit
Kes: Kompos mentis - Cefoperazon 1 gr/12 jam IV
TD: 120/79 mmHg - Paracetamol 500
HR: 82 x/menit mg/8jam PO
RR: 22 x/menit - Curcuma 1 tab/8 jam PO
T: 36oC - Flumucyl sirup 1C/8jam PO
9/10/2021 SpO2 : 97 % dengan nasal kanul 3 - Pulmicort 1 rsp/12 jam
Hari rawatan lpm Nebul
ke-1 Pf Paru : - Sucralfat sirup 1C/8 jam PO
I : Simetris statis dan dinamis P/
P :SF kanan = SF kiri - Evaluasi KU dan saturasi
P : Sonor/sonor - Cek darah rutin post 3 hari
A : Ves (+/+), Rh (+/+) Wz (-/-) antibiotik
A/ - Cek rontgen thoraks post 5
- Pneumonia CAP hari antibiotik
- Bekas TB - Kultur sputum mo gram
10
Th/
S/ Batuk dan sesak napas (-)
- IVFD NACL 0,9 % 20 tpm
O/
- Cefoperazon 1 gr/12 jam IV
Kes: Kompos mentis
- Paracetamol 500
TD: 109/53 mmHg
mg/8jam PO
HR: 62x/menit
- Curcuma 1 tab/8 jam PO
RR: 22 x/menit
- Flumucyl sirup 1C/8jam PO
T: 36,oC
- Pulmicort 1 rsp/12 jam
13/10/2021 SpO2 : 97 %
Nebul
Hari rawatan Pf Paru :
ke-5 - Sucralfat sirup 1C/8 jam PO
I : Simetris statis dan dinamis
P/
P :SF kanan = SF kiri
- Evaluasi KU dan saturasi
P : Sonor/sonor
- Cek darah rutin dan faktor
A : Ves (+/+), Rh (-/-) Wz (-/-)
koagulasi
A/
- Rontgen thoraks susul hasil
- Pneumonia CAP
- Kultur sputum mo
- Bekas TB
gram susul hasil
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Pneumonia merupakan suatu peradangan parenchym paru-paru, mulai dari
bagian alveoli sampai bronhus, bronchiolus, yang dapat menular, dan ditandai dengan
adanya konsolidasi, sehingga mengganggu pertukaran oksigen dan carbon dioksida di
paru-paru.7 Pneumonia dikenal dalam 2 bentuk berdasarkan sumber infeksi yaitu:
community-acquired pneumonia (CAP) dan hospital-acquired pneumonia (HAP).
Community-acquired pneumonia (CAP) ditimbulkan oleh berbagai etiologi seperti
bakteri, virus, mikoplasma, jamur dan bahan kimia atau benda asing yang ada
dilingkungan masyarakat sehingga mudah menyerang anak-anak.8
Community-acquired Pneumonia (CAP) adalah pneumonia pada masyarakat,
yang terjadi melalui inhalasi atau aspirasi mikroba patogen ke paru-paru (lobus paru).
Penyebabnya 85% disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, Haemophylus
influenzae, dan Moraxella catarrhalis. 7
3.2 Etiologi
Etiologi CAP ialah kuman-kuman yang biasa didapatkan pada masyarakat
luas, seperti kokus gram positif (terutama Pneumococus dan Staphylcocus), basil
gram negatif (terutama Haemophillus influenzae), bakteri anaerob, berbagai virus
(misalnya virus inluenza) dan kuman-kuman lain, baik sebagai etiologi tunggal
ataupun kombinasi.9 Biasanya CAP dimulai dengan serangan ISPA akut yang
kemudian berlangsung berkepanjangan sampai akhirnya menjadi pneumonia.9
13
14
Hospitalized Patient
Rawat Jalan
Non-ICU ICU
Streptococus pneumoniae Streptococus pneumoniae Streptococus pneumoniae
Mycopplasma pneumonia Mycopplasma pneumonia Staphylococus aureus
Haemophilus influenza Chlamydia pneumonia Legionella spp.
Chlamydia pneumonia Haemophilus influenza Basil gram negatif
Respiratory viruses Legionella spp. Haemophilus influenza
Respiratory viruses
3.3 Epidemiologi
Pneumonia di Amerika merupakan penyebab kematian ke-4 pada usia lanjut,
dengan angka kematian 169,7 per 100.000 penduduk. Pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor sembilan di Brunei, nomor tujuh di Malaysia, nomor tiga
di Singapura, nomor enam di Thailand, dan nomor tiga di Vietnam. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa prevalens pneumonia di
Indonesia adalah 0,63%. Lima provinsi di Indonesia yang mempunyai insidens dan
prevalens pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur,
Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan.2 Bakteri penyebab
CAP yang sering ditemukan adalah Streptococcus pneumonia, dimana bakteri ini
banyak ditemukan pada kasus di negara berkembang.8
3.4 Patofisiologi
3.5 Klasfikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi serta letak anatomi.12
a. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi
1. Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang
tidak menjalani rawat inap di rumah sakit.
2. Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh selama
perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau prosedur.
3. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung,
baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan
merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan teraspirasi
mungkin mengandung bakteri aerobic atau penyebab lain dari pneumonia.
4. Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia yang
terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
17
3.7 Diagnosis
Konfirmasi diagnosis dan penilaian kemungkinan etiologi diperlukan.
Meskipun tidak ada data yang menunjukkan bahwa pengobatan yang diarahkan pada
patogen spesifik lebih unggul daripada pengobatan empiris, diagnosis etiologi
memungkinkan penyempitan rejimen empiris, identifikasi organisme dengan
implikasi keamanan publik (misalnya, Mycobacterium tuberculosis, virus influenza),
dan pemantauan kerentanan antibiotik. 13
18
• Pemeriksaan radiologis
Foto thorax sering diperlukan untuk membedakan CAP dari kondisi
lain.Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis
pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsoludasi
dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran
kavitas. 13,14
• Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumna menandai adanya infeski bakteri, leukosit normal/rendah
dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikroplasma atau pada infeksi ang berat
sehingga tidak terjadi respon leukosit, orang tua atau lemah. Peningkatan jumlah
leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit polimorfonuklear dengan
banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukan leukopenia, leukopenia
menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman Gram
Negatif atau Streptococus aureus pada pasien dengan keganasan dan gangguan
kekebalan. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED meningkat.13,14
• Pemeriksaan bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk
mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen
polisakarida pneumokokkus. Kultur kuman merupakan pemeriksaan untma pra
terapi dan bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya13,14
• Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial
karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis
respiratorik.13,14
19
Skor CURB-65 adalah penilaian terhadap setiap faktor risiko yang diukur.
Setiap nilai faktor risiko dinilai satu. CURB-65 dikembangkan untuk memprediksi
risiko kematian 30 hari. Faktor-faktor risiko tersebut adalah: 15
6515
Skor PSI diklasifikasikan ke dalam kelompok I, II, III, IV, dan V. Pasien
dikelompokkan menjadi dua tingkat risiko: risiko rendah (kelompok I-III) dan risiko
tinggi (kelompok IV- V).16
3.9 Tatalaksana
Pasien yang sebelumnya sehat atau tanpa riwayat pemakaian antibiotic 3 bulan
- Makrolid (claritromisin (500 mg PO 2 kali sehari) atau azitromisin 500
mg sekali, kemudian 250 mg setiap hari) ATAU
- Doxysiklin (100 mg PO 2 kali sehari)
Pasien dengan komorbid pemakaian antiobiotik 3 bulan sebelumnya
- Fluorokuinolon respirasi (Moxiflosasin 400 mg PO setiap hari, gemifloksasin
320 mg PO setiap hari, Levofloksasin 750 mg setiap hari) ATAU
- β laktam (lebih baik: amoksisilin dosis tinggi 1 g 3 kali sehari atau
amoksisilin / clavulanat 2 g 2 kali sehari ; alternatif: ceftriaxone 1-2 g IV
setiap hari, cefpodoxime 200 mg PO 2 kali sehari, atau cefuroxime 500mg PO
2 kali sehari) ditambah makrolid
Pada daerah dengan angka infeksi tinggi dan dengan resisitensi tinggi makrolid
terhadap S.pneumoniae , dipertimbangkan antibiotik sesuai poin 2
Rawat Inap tidak di ICU
Prognosis CAP tergantung pada usia pasien, penyakit penyerta, dan tempat
pengobatan (rawat inap atau rawat jalan). Pasien muda tanpa penyakit penyerta dapat
sembuh dengan baik dan biasanya sembuh total setelah ~2 minggu. Pasien yang
lebih tua dan mereka yang memiliki kondisi komorbid dapat membutuhkan waktu
beberapa minggu lebih lama untuk pulih sepenuhnya. Tingkat kematian keseluruhan
untuk kelompok rawat jalan adalah <5%. Untuk pasien yang membutuhkan rawat
inap, angka kematian keseluruhan berkisar antara 2 sampai 40%, tergantung pada
kategori pasien dan proses perawatan, terutama pemberian antibiotik yang tepat
sesegera mungkin.11
BAB IV
ANALISIS KASUS
25
suara ronkhi di kedua basal. Ronkhi terjadi akibat lendir di dalam jalur udara,
mendesis karena inflamasi di dalam jalur udara yang lebih besar.18
Dari anamensis dan pemeriksaan fisik pasien dicurigai menderta pneumonia
CAP (community-acquired pneumonia). Community-acquired pneumoni merupakan
infeksi akut parenkim paru yang disebabkan oleh patogen yang diperoleh di luar
rumah sakit, yaitu, di masyarakat.19 Penegakan diagnosis pneumonia CAP dibuat
berdasarkan manifestasi klinis pasien berupa sesak napas,demam, batuk dengan atau
tanpa dahak. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan adanya ronkhi.
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pasien meliputi pemeriksaan
darah dan foto thoraks AP. Pada pemeriksaan darah pasien ditemukan hemoglobin
rendah (10,5 g/dL), hematokrit rendah (32%) dan eritrosit rendah (3,9 x 106/mm3).
Pada pasien juga ditemukan hipoalbuminemia (3,40 g/dL).
Untuk memperkuat kecurigaan pneumonia berdasarkan keluhan pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik maka harus dikonfirmasi dengan dilakukan
pemeriksaan foto thoraks AP. Pada hasil pemeriksaan tampak adanya bekas TB di
kedua apeks paru dan infiltrat billateral. Trachea tampak berada ditengah dan sinus
costophrenicus tajam. Jantung kesan normal. Terdapat gambaran bekas TB pada foto
thorax dikarena pasien memiliki riwayat TB paru 5 tahun yang lalu dan pasien tuntas
minum obat selama 6 bulan.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
telah dilakukan maka pasien dapat didiagnosa pneumonia CAP (community-acquired
pneumonia).
Pasien diberikan terapi oksigen sebanyak 2 liter permenit yang bertujuan
untuk mengurangi sesak napas pada pasien. Pasien diberikan terapi cairan NACL 0,9%
20 tetes pemenit secara intravena. Pasien juga diberikan antibiotik cefoperazone
sulbactam 1 g per 12 jam IV, paracetamol 500 mg per 8 jam PO, curcuma 1 sendok
per 8 jam PO dan fluimucyl 1 sendok per 8 jam PO.
26
BAB V
KESIMPULAN
Pneumonia CAP menyumbang 3-5 kasus per 1000 orang setiap tahun,
khususnya pada lansia dengan peningkatan angka kejadian 10 kali lipat. Pneumonia
CAP merupakan masalah penting yang berhubungan dengan morbiditas, mortalitas,
dan biaya yang signifikan. Maka perlu dilakukan terapi yang tepat dan cepat untuk
mengurangi angka mortalitas pada pasien pneumonia.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Tambun SH, Puspitasari I, Laksanawati IS. Evaluasi Luaran Klinis Terapi
Antibiotik pada Pasien Community Acquired Pneumonia Anak Rawat Inap. J
Manaj DAN PELAYANAN Farm (Journal Manag Pharm Pract. 2019;9(3):213.
2. Irawan R, Reviono, Harsini. Korelasi Kadar Copeptin dan Skor PSI dengan
Waktu Terapi Sulih Antibiotik Intravena ke Oral dan Lama Rawat Pneumonia
Komunitas. J Respirasi Indones. 2019;39(1):44–53.
8. Wintari PN, Purniti PS. Hubungan status gizi terhadap angka kejadian
community-acquired pneumonia ( CAP ) pada balita di RSUP Sanglah
Denpasar. Intisari Sains Medis. 2018;9(3):10–3.
10. Loscalzo J. Harrison’s Pulmonary and Critical Care Medicine 3rd Edition.
United States: Mc Graw Hill Education; 2017.
11. Jameson JL, Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Loscalzo J.
Harrison’s Principles Of Internal Medicine 20th Edition. United States: Mc
Graw Hill Education; 2018.
28
Surabaya; 2010.
13. Jameson JL, Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Loscalzo J.
Harrison’s Manual Of Medicine 20th Edition. United States: Mc Graw Hill
Education; 2020.
14. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, K MS, Setiyohadi B, Syam AF. Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
16. Satici C, Demirkol MA, Sargin Altunok E, Gursoy B, Alkan M, Kamat S, et al.
Performance of pneumonia severity index and CURB-65 in predicting 30-day
mortality in patients with COVID-19. Int J Infect Dis. 2020;98:84–9.
17. Quinton LJ, Walkey AJ, Mizgerd JP. Integrative physiology of pneumonia.
Physiol Rev. 2018;98(3):1417–64.
18. Mani CS. Acute Pneumonia and Its Complications. Princ Pract Pediatr Infect
Dis. 2018;2:238–49.
29